PENYERAHAN KUASA
Banyak terjadi kesalahfahaman tentang tata cara materi pembuatan
surat kuasa;
Terutama Banding sesuai dengan Pasal 7 (1) UU No. 20 Tahun 1974
atau berdasarkan Pasal 199 RBG;
Untuk memajukan Permohonan Kasasi sesuai dengan ketentuan Pasal
173 (1) dan Pasal 122 (1) UU MA No. 1 Tahun 1950 (dalam praktek
selalu didapati surat kuasa yang tidak sempurna), berakibat Banding
atau Kasasi selalu dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk
Verklaard).
Tuntutan MA Tentang Surat Kuasa
SEMA No. 2 Tahun 1959; Cara semestinya memberi Surat Kuasa
Khusus;
SEMA No. 5 Tahun 1962 tanggal 30 Juli 1962; Permintaan MA kepada
PN dan PT, agar bertindak menyempurnakan yang belum memenuhi
syarat sebelum mengambil keputusan;
SEMA No. 1 Tahun 1971 tanggal 23 Januari 1971; Mencabut 2 (dua)
SEMA tersebut dianggap harus tahu untuk membuat Surat Kuasa
Khusus menurut Undang-undang.
KUASA ATAU PERWAKILAN BERDASARKAN HUKUM
(WETTELIJKE VERTEGENWOORDIGER)
Keterangan :
Istimewanya disebabkan karena ketentuan pembuktian
didalam hukum acara mengatakan, “yang boleh
mengucapkan sumpah dan pengakuan sebagai pembuktian
haruslah orang yang berperkara itu sendiri, tetapi karena
alasan tertentu Hakim dapat mengijinkan dilakukan oleh
seorang kuasa atas dasar kuasa istimewa”.
PENUNJUKAN KUASA
1. Kuasa Lisan (Pasal 123 (1) HIR & Pasal 147 (1) RBG);
a. Kuasa lisan oleh Penggugat dihadapan Ketua Pengadilan Negeri
Pada waktu gugatan lisan diajukan.
Keterangan :
A. Harus Tertulis.
1) Dengan cara dibawah tangan yang diperbuat oleh si pemberi kuasa dan
si penerima kuasa.
2) Dibuat oleh Panitera Pengadilan yang dilegalisir oleh Ketua Pengadilan
atau seorang hakim yang menyidangkannya.
3) Dengan akte yang autentik yang diperbuat oleh seorang Notaris.
Batas Kekuasaan :
Penerima Kuasa
Pemberi Kuasa Tidak melakukan tindakan (tidak Kewajiban Hakim memberi
Subtitusi melaksanakan upaya diam saja) petunjuk/nasihat
GUGATAN
GUGATAN CLASS ACTION
(PERWAKILAN KELOMPOK)
Hukum Acara
Positive
Gugatan
A.
PENGGUGAT
Nama
- KTP
Pekerjaan - SIM
- Identitas lain
TERGUGAT Tempat Tinggal
THEORY PENYUSUNAN GUGATAN
adalah dalil-dalil posita kongkrit tentang adanya hubungan yang merupakan dasar serta
ulasan daripada tuntutan
Fundamental Ptendi
Tuntutan yang diajukan oleh penggugat untuk mengatur sesuatu yang mendesak
dan perlu seketika diatasi karena sifatnya tidak dapat menunggu sampai pada
putusan akhir
Contoh : menghentikan produksi
=PERUBAHAN GUGATAN=
Pasal 127 BRV
Penggugat boleh mengubah atau mengurangi tuntutan sepanjang pemeriksaan
Perkara, asal saja tidak merubah atau menambah het onder werp van den eisch
Itu, juga dasar tuntutan (soepomo)
Syarat Mengajukan
Gugatan secara teori
1. Adanya kepentingan
langsung yang cukup
layak mempunyai dasar
Gugatan Penggugat Tertulis hukum.
(Eiser/Planatif) A. Yurisprudensi MARI No :
Tuntutan, dakwaan 294K/SIP/1971 tgl 7 Juli 1971.
atau eis Dibuatkan Mensyaratkan :
__________________ Ketua PN Gugatan harus mempunyai
1. Sifat Condemnatoir (388 HIR) Hubungan hukum.
2. Eksekusi (321 RBG) B. UU 4/1982, tentang
lingkungan hidup LSM →
Kerusakan lingkungan.
Permohonan Gugatan Wahli lawan PT.IIU
Hak di PN No.820/PDT/1988/PN.JKT
PUS tgl 30 Des 1988.
Permohonan
Pemohon sifatnya
Isi Gugatan
Deklatoir
1. Tanggal Suratan Gugatan
_________________
2. Nama dan alamat Penggugat
Seseorang atau lebih
(kuasa). Tergugat (kuasa) →
Identitas
3. Posita Gugatan
4. Petitum Gugatan yang diminta
Untuk dikabulkan oleh PN.
5. Bermaterai cukup
6. Ditandatangani
Bea Materai
- UU No: 13/1985 (psl.2).
- PP No: 7/1995
- PP No: 24/2000
Lampiran-lampiran Gugatan
GUGATAN LEGAL STANDING
- Khususnya perkara-perkara berdimensi kepentingan masyarakat (publik)
DASAR
PERSYARATAN
DASAR HUKUM
PERMA NO. 1 TAHUN 2002
TENTANG ACARA GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK
PASAL 37 AYAT (1) UU NO. 23 TAHUN 1997, PASAL 46 AYAT (1) HURUF B
UU NO. 8 TAHUN 1999, PASAL 38 AYAT (1) UU NO. 18 TAHUN 1999, PASAL 71 AYAT
(1) UU NO. 41 TAHUN 1999
1. Harus memiliki kesamaan fakta dan dasar hukum dengan anggota kelompok yang
diwakilinya
2. Memiliki bukti-bukti yang kuat
3. Jujur
4. Memiliki kesungguhan untuk membela kepentingan anggota kelompok
5. Mempunyai sikap tidak mendahulukan kepentingan pribadi dibanding dengan
kepentingan anggota kelompok
6. Sanggup untuk menanggulangi pembayaran biaya diperadilan
KASUS : Gugatan Masyarakat Konsumen Elpiji (LPG) terhadap Pertamina di PN. Jakarta Pusat
(Perkara No. 550/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst).
YLKI vs PT. PLN Persero terhadap pemadaman listrik se-Jawa Bali
(Perkara No. 134/PDT.G/PN. Jkt. Sel)
GUGATAN CITIZEN LAW SUIT
(GUGATAN WARGA NEGARA)
PENGERTIAN
Setiap Warga Negara atas nama kepentingan umum dapat menggugat negara atau
Pemerintah atau siapa saja yang melakukan perbuatan melawan hukum yang nyata-nyata
merugikan kepentingan umum dan kesejahteraan masyarakat luas.
KASUS : Gugatan Warga Negara Indonesia (CITIZEN LAW SUIT) Tentang Perbuatan Melawan Hukum
Oleh Negara Dalam Kebijakan Penanganan Bencana Alam Di Indonesia
(Perkara No. 73/Pdt.G/2006/PN.YK)
B. Tergugat
N TERGUGAT GUGATAN DITUJUKAN KEPADA DASAR HUKUM
o
D. Kompetensi Pengadilan
1. Peradilan Umum Diperiksa oleh Majelis Hakim
2. Peradilan Agama diminta oleh pihak atau tidak ;
1. Kompetensi Absolut 3. Peradilan Militer Diputus sebelum pemeriksaan
4. Peradilan TUN Pokok perkara.
Batas Usia
1. UU Kepailitan PERMA No. I / 2000
2. UU 19/97 Waktu - Psl 3 (1) 75
-Psl 6 Bulan + 6 Batas Utang Bukan Hukum
Penagihan Pajak tahun
Bulan → max - Psl 4 Rp. 1 Milyar Acara semata
3. KUHP Psl 161 - RV. Psl 583-
3 tahun - HIR, tidak dibatasi tapi menjadi
Menyandra Saksi/Saksi 65 Tahun Hukum publik
ahli bersumpah
PMH Psl. 1365 Passive – Tidak Merugikan
Active – Berbuat 25
KUHPerdata berbuat Orang Lain
Sesuatu
Sesuatu
Salah penerapan
Undang-undang
Pelampauan Kewenangan
Hak Perlindungan
(overschrijding vevogheit)
Penyalahgunaan Kekuasaan
(misbruik van macht atau
detournement depovoir)
Kesewenang-wenangan
(willekuur) oleh penguasa
26
Ada perbuatan
melawan hukum Melanggar Subyektif
Melanggar Hak
Subjektif orang lain Hak Person
Ganti rugi
Pembatalan
persetujuan timbal
balik
Pembatalan
dengan ganti rugi
Hukum dilihat dari Hulu dan Hilir
Filsafat
Ajaran Hukum
ATURAN
Fakta Hukum
Prof. Mahadi
Pasal 24 Ayat (2) “Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di
Kekuasaan Badan Peradilan Bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, Militer,
UUD 1945 Pasal 24 (1), (2), lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh
Amandement ke III & ke IV sebuah Mahkamah Konstitusi”.