Anda di halaman 1dari 33

HUKUM ACARA PERDATA

Belum disyahkan BP.LPHN,


Ke 13 tanggal 12 Juni 1967
Kaedah-kaedah Hukum Acara ______________________
HUKUM ACARA PERDATA POSITIF
Perdata HIR/RBG Konsep RUU Hukum Acara Perdata
dalam Lingkungan Peradilan Umum

1. HIR, Stb. 1848 – Jawa Madura NB. IR = Inlands Reglement


2. RBG, Stb. 1927 – Luar Jawa dan Madura
3. UU 14/1970 Jo. 35/1999 Jo. 4/2004 – UU Kekuasaan Kehakiman
4. UU 14/1985 Jo. 5/2004 – Mahkamah Agung
5. UU 2/1986 Jo. 8/2004– Peradilan Umum HIR = Het Heir Ziene
6. UU 7/1989 Peradilan Agama Indrusisch
7. UU 1/1974 Jo. PP. 9/1975– Perkawinan Reglement
8. UU 20/1947 – Pengadilan Peradilan Umum (Jawa Madura)
9. Jurisprudensi – 20/1945 berlaku L.J.M
10. R.V – Penggabungan – (Voeging)
RIB = Reglement
Penjaminan – (Vrijwaring)
Indonesia Diperbaharui
Intervensi – (Intervensie)
Rekes Sipil (Request Civiel)
12. Surat Edaran MA yang ditunjukan Pengadilan
bawahannya → petunjuk bagi hakim dalam menghadapi
perkara perdata → Sema 02/1964.
13. Penghapusan Sandera → PERMA 01/2000 penghidupan.
14. Paksa Badan  PERMA No.01 / 2000.
15. Class Action  PERMA No. 01 Tahun 2002.
16. Mediasi  PERMA No. 2 Tahun 2003.
“KUASA PERWAKILAN
DIMUKA HAKIM”
(Pasal 123 HIR --- Pasal 147 RBG)

PENYERAHAN KUASA
 Banyak terjadi kesalahfahaman tentang tata cara materi pembuatan
surat kuasa;
 Terutama Banding sesuai dengan Pasal 7 (1) UU No. 20 Tahun 1974
atau berdasarkan Pasal 199 RBG;
 Untuk memajukan Permohonan Kasasi sesuai dengan ketentuan Pasal
173 (1) dan Pasal 122 (1) UU MA No. 1 Tahun 1950 (dalam praktek
selalu didapati surat kuasa yang tidak sempurna), berakibat Banding
atau Kasasi selalu dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk
Verklaard).
Tuntutan MA Tentang Surat Kuasa
SEMA No. 2 Tahun 1959; Cara semestinya memberi Surat Kuasa
Khusus;
SEMA No. 5 Tahun 1962 tanggal 30 Juli 1962; Permintaan MA kepada
PN dan PT, agar bertindak menyempurnakan yang belum memenuhi
syarat sebelum mengambil keputusan;
SEMA No. 1 Tahun 1971 tanggal 23 Januari 1971; Mencabut 2 (dua)
SEMA tersebut dianggap harus tahu untuk membuat Surat Kuasa
Khusus menurut Undang-undang.
KUASA ATAU PERWAKILAN BERDASARKAN HUKUM
(WETTELIJKE VERTEGENWOORDIGER)

 Orang tertentu dengan sendirinya menjadi kuasa menurut


hukum, dengan ketentuan dan kekuasaan yang diberikan
hukum berdasarkan kualitet, antara lain :

A. Wali dan Kurator, Perwalian.


B. Direktur, Perusahaan-perusahaan (badan Hukum).
C. Badan Hukum Negara (Pasal 123 (2) HIR & Pasal 147
(2) RBG).
D. Daerah yang diberikan Hak Otonom.
KUASA ISTIMEWA
(Pasal 157 HIR & Pasal 184 RBG)

 Syarat bentuk istimewanya :


► Harus berbentuk autentik.
► Isinya hanya melafalkan sumpah & untuk memberikan
pengakuan.

Keterangan :
Istimewanya disebabkan karena ketentuan pembuktian
didalam hukum acara mengatakan, “yang boleh
mengucapkan sumpah dan pengakuan sebagai pembuktian
haruslah orang yang berperkara itu sendiri, tetapi karena
alasan tertentu Hakim dapat mengijinkan dilakukan oleh
seorang kuasa atas dasar kuasa istimewa”.
PENUNJUKAN KUASA
1. Kuasa Lisan (Pasal 123 (1) HIR & Pasal 147 (1) RBG);
a. Kuasa lisan oleh Penggugat dihadapan Ketua Pengadilan Negeri
Pada waktu gugatan lisan diajukan.

b. Kuasa lisan yang diberikan oleh pihak-pihak yang berperkara


kepada seorang kuasa dihadapan hakim pada saat Persidangan
dan dicatat dalam berita acara persidangan.

Keterangan :

Telah ditujukan terlebih dahulu kuasa untuk berhadapan dengan


lawannya dalam persidangan selanjutnya dalam perkara yang lazim di
Pengadilan.
KUASA KHUSUS
(Bijzondere Schriftelijke Maachtiging)
Pasal 123 HIR & Pasal 147 RBG
SEMA No. 01/1971, Tanggal 23 Januari 1971. Jo. SEMA No. 6/1994

A. Harus Tertulis.
1) Dengan cara dibawah tangan yang diperbuat oleh si pemberi kuasa dan
si penerima kuasa.
2) Dibuat oleh Panitera Pengadilan yang dilegalisir oleh Ketua Pengadilan
atau seorang hakim yang menyidangkannya.
3) Dengan akte yang autentik yang diperbuat oleh seorang Notaris.

B. Harus menyebutkan nama-nama dengan jelas dan tidak salah dari


para pihak yang berperkara;

C. Harus menegaskan objek dan kasus dari yang diperkarakan.


(Pasal 123 (3) HIR & Pasal 147 (4) RBG).
ACTION EN DESAVEN
( Aksi Sebagai Bantahan pasal 256 - 265-Redits, Asas Kepatuhan Umum membatalkan Keterangan KUASA )

Batas Kekuasaan :

Sepanjang apa yang telah diserahkan melalui


Kuasa tertulis secara terperinci

Bertindak melampaui kuasa

Penerima Kuasa
Pemberi Kuasa Tidak melakukan tindakan (tidak Kewajiban Hakim memberi
Subtitusi melaksanakan upaya diam saja) petunjuk/nasihat

Sengaja mengalahkan dengan Ada kalanya Pengadilan


membuat pembocoran konsep2 dll /Panitera tidak melakukan

Antisipasi Surat Kuasa Putusan Pengadilan Tinggi


“Penguasaan menggunakan Medan Tanggal : 8 Juni 1972
segala upaya hukum” Banding diteken oleh Kuasa,
Asal baik dan berguna bagi sedang haknya tidak disebut
pemberi kuasa. dalam Surat Kuasa.
Akibat Putusan.
Cara melaksanakan “Action en Desaven”
(Diajukan pada pengadilan yang memeriksa perkara).
1. Jika pelanggaran batas-batas wewenang yang merugikan itu dketahui oleh siPemberi Kuasa pada waktu proses
persidangan berjalan dengan “gugatan insedentill” Pengadilan akan memeriksa benar tidaknya gugatan
insidentil dimaksud, dan akan memberi putusan sela atau “Tussin Vonis”.
2. Atau melalui upaya upaya hukum “Herzening:” apabila pelanggaran yang merugikan diketahui pemberi Kuasa sesudah
perkara itu diputus, terutama mengenai PK.
GUGATAN BIASA

GUGATAN LEGAL STANDING

GUGATAN
GUGATAN CLASS ACTION
(PERWAKILAN KELOMPOK)

GUGATAN CITIZEN LAWSUIT


(WARGA NEGARA)
Kepentingan
Pengadilan
Subyek Hukum

Hukum Acara
Positive

Gugatan

Psl : 118 HIR/124 RBG


1. Dengan surat permohonan
Identitas
ditandatangani oelh:
penggugat/kuasanya.
a. Penggugat, tempat kedudukannya
2. Psl 123
dan alamat yang selanjutnya
3. Psl. 6 (2) RO.
Menyebut dirinya
4. Tempat tinggal tidak dikenal
b. Tergugat, satu dua dst, tempat
→dimana benda.
Kedudukannya, dan alamat yang
5. Dengan akte tidak dipilih
selanjutnya sebagai tergugat
tempat tinggal pilihan
TEORI MENYUSUN GUGATAN

A.

1. Punya landasan Persyaratan gugatan Tdk


K H Pengadilan Ketentuan : RUPS 8 no 3
Hukum (kode etik)
U U advokat Ada keharusan :
Setiap orang yang A K 1. Identitas para pihak.
Merasa dirugikan. S U Permohonan 2. Dalil kongret tentang
hak 2. Dimungkinkan
A M adanya hubungan
- Penetapan dapat dikabulkan
(proses acara) hukum yang
- Gugatan Merupakan dasar
serta alasan-alasan
dari pada tuntutan,
dalil-dalil fundamentum
Petendi.
3. Tuntutan harus jelas/
tegas HIR/RBG,
Lisan Psl 14 (1) Rbg
hanya mengatur cara
Psl 118 (1) HIR
mengajukan gugatan

Tertulis Psl 120 HIR


Psl 114 (1) RBG
B. Identitas Para Pihak

PENGGUGAT
Nama
- KTP
Pekerjaan - SIM
- Identitas lain
TERGUGAT Tempat Tinggal
THEORY PENYUSUNAN GUGATAN

adalah dalil-dalil posita kongkrit tentang adanya hubungan yang merupakan dasar serta
ulasan daripada tuntutan

Fundamental Ptendi

A. Menguraikan ttg Penjelasan duduk


Kejadian atau Perkara ttg adanya Contoh kasus
peristiwa Hak & peristiwa

B. Menguraikan ttg Dasar hukum untuk


Contoh kasus
dasar hukumnya Tuntutan material
=TUNTUTAN PROVISIONAL=

Tuntutan yang diajukan oleh penggugat untuk mengatur sesuatu yang mendesak
dan perlu seketika diatasi karena sifatnya tidak dapat menunggu sampai pada
putusan akhir
Contoh : menghentikan produksi

=PERUBAHAN GUGATAN=
Pasal 127 BRV
Penggugat boleh mengubah atau mengurangi tuntutan sepanjang pemeriksaan
Perkara, asal saja tidak merubah atau menambah het onder werp van den eisch
Itu, juga dasar tuntutan (soepomo)
Syarat Mengajukan
Gugatan secara teori
1. Adanya kepentingan
langsung yang cukup
layak mempunyai dasar
Gugatan Penggugat Tertulis hukum.
(Eiser/Planatif) A. Yurisprudensi MARI No :
Tuntutan, dakwaan 294K/SIP/1971 tgl 7 Juli 1971.
atau eis Dibuatkan Mensyaratkan :
__________________ Ketua PN Gugatan harus mempunyai
1. Sifat Condemnatoir (388 HIR) Hubungan hukum.
2. Eksekusi (321 RBG) B. UU 4/1982, tentang
lingkungan hidup LSM →
Kerusakan lingkungan.
Permohonan Gugatan Wahli lawan PT.IIU
Hak di PN No.820/PDT/1988/PN.JKT
PUS tgl 30 Des 1988.

Permohonan
Pemohon sifatnya
Isi Gugatan
Deklatoir
1. Tanggal Suratan Gugatan
_________________
2. Nama dan alamat Penggugat
Seseorang atau lebih
(kuasa). Tergugat (kuasa) →
Identitas
3. Posita Gugatan
4. Petitum Gugatan yang diminta
Untuk dikabulkan oleh PN.
5. Bermaterai cukup
6. Ditandatangani

Bagi Orang Buta Huruf dibuat


Atau dimintakan oleh ketua
Pengadilan Negri
(Psl : 388 HIR/Psl : 321 RBG)
Alasan Gugatan ( Posita )
- Didasarkan pada alasan hukum
seperti piramida terbalik
- Rentetan peristiwa hukum yang
terjadi dan atau dialami sampai
terjadinya suatu fakta hukum.
a. Fakta hukum yang terjadi dan dialami P.
b. Fakta hukum terjadinya benturan
kepentingan.

Permintaan dalam Gugatan (Petitum)


A. - Mengabulkan seluruh isi gugatan
dan lain sebagainya.
- Didasarkan pada Posita.
Isi B. Aequa et Bono
Gugatan
Penutup Jakarta, 26 April 2000

Bea Materai
- UU No: 13/1985 (psl.2).
- PP No: 7/1995
- PP No: 24/2000

Lampiran-lampiran Gugatan
GUGATAN LEGAL STANDING
- Khususnya perkara-perkara berdimensi kepentingan masyarakat (publik)

- Gugatan yang diberikan atau dipunyai oleh organisasi.


Contoh : LSM Lingkungan, LSM Konsumen, LSM Kehutanan

DASAR

1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


2. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

PERSYARATAN

1. Berbentuk badan hukum atau yayasan


2. Ada anggaran dasar yang menyebutkan dengan tegas tujuan organisasinya
untuk perlindungan lingkungan, konsumen, fungsi hutan
3. Telah melaksanakan kegiatan sesuai anggaran dasar

Contoh : Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dalam Kerusuhan Sampit


(Putusan Perkara Nomor : 213/Pdt.G/2000/PN.JKT.PST)
GUGATAN CLASS ACTION
(PERWAKILAN KELOMPOK)

DASAR HUKUM
PERMA NO. 1 TAHUN 2002
TENTANG ACARA GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK
PASAL 37 AYAT (1) UU NO. 23 TAHUN 1997, PASAL 46 AYAT (1) HURUF B
UU NO. 8 TAHUN 1999, PASAL 38 AYAT (1) UU NO. 18 TAHUN 1999, PASAL 71 AYAT
(1) UU NO. 41 TAHUN 1999

TATA CARA PENGAJUAN GUGATAN :

1. Harus memiliki kesamaan fakta dan dasar hukum dengan anggota kelompok yang
diwakilinya
2. Memiliki bukti-bukti yang kuat
3. Jujur
4. Memiliki kesungguhan untuk membela kepentingan anggota kelompok
5. Mempunyai sikap tidak mendahulukan kepentingan pribadi dibanding dengan
kepentingan anggota kelompok
6. Sanggup untuk menanggulangi pembayaran biaya diperadilan
KASUS : Gugatan Masyarakat Konsumen Elpiji (LPG) terhadap Pertamina di PN. Jakarta Pusat
(Perkara No. 550/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst).
YLKI vs PT. PLN Persero terhadap pemadaman listrik se-Jawa Bali
(Perkara No. 134/PDT.G/PN. Jkt. Sel)
GUGATAN CITIZEN LAW SUIT
(GUGATAN WARGA NEGARA)

Pasal 16 ayat (1), Pasal 28 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004


tentang Kekuasaan Kehakiman

PENGERTIAN

Setiap Warga Negara atas nama kepentingan umum dapat menggugat negara atau
Pemerintah atau siapa saja yang melakukan perbuatan melawan hukum yang nyata-nyata
merugikan kepentingan umum dan kesejahteraan masyarakat luas.

KASUS : Gugatan Warga Negara Indonesia (CITIZEN LAW SUIT) Tentang Perbuatan Melawan Hukum
Oleh Negara Dalam Kebijakan Penanganan Bencana Alam Di Indonesia
(Perkara No. 73/Pdt.G/2006/PN.YK)
B. Tergugat
N TERGUGAT GUGATAN DITUJUKAN KEPADA DASAR HUKUM
o

TERGUGAT 1 Orang Perorangan Orang Perorangan itu


(GEDAGDE/DEPENDENT)
2 Badan Hukum Badan Hukum Publik itu diwakili Pasal 6 No.3 RV
Publik pemimpinnya
3 Badan Hukum Badan hukum itu diwakili
- Apabila Tergugat Meninggal dunia Keperdataan pengurusnya, bila telah
dibubarkan kepada salah satu
- Melalui Penggugat kedudukannya
seorang pemberesnya.
digantikan oleh para ahli warisnya.
- Penggugat → Mengajukan 4 Firma Seluruh Persero/ Salah seorang Pasal 6 No.5 RV
Permohonan ke Pengadilan Persero
(majelis yang memeriksa perkara)
- Tentang penggantian kedudukan 5 CV CV itu, Diwakili Persero pengurus Pasal 6 No.5 RV
___________________________
Tergugat tersebut oleh ahli warisnya 6 BUMN Pemerintah RI, cq. Departemen
Alasan : (nama, umur, pekerjaan, A. Persero yang membawahi BUMN cq.
Alamat) masing-masing ahli waris. B. Perum BUMN itu, diwakili pimpinannya
C. Perjan

7 BUMD Pemerintah RI cq. Departemen


yang membawahinya, cq. Pemda
yang membawahinya, cq. BUMD
itusendiri diwakili oleh
pimpinannya
C. Kuasa (LASTHEBBER)
Secara khusus / umum - Kewajiban Sikuasa
Psl : 1792.BW - Kewajiban pemberi Kuasa
- Isi Surat Kuasa
Kuasa / wewenang untuk - Berakhirnya Surat Kuasa
mewakili kepentingannya - Yang Berhak menerima Kuasa
Pasal : 1792. BW -
Kuasa Umum Memperbaiki Surat Kuasa
perbuatan - ACTION ENDESELVEU
Psl : 1796.BW

D. Kompetensi Pengadilan
1. Peradilan Umum Diperiksa oleh Majelis Hakim
2. Peradilan Agama diminta oleh pihak atau tidak ;
1. Kompetensi Absolut 3. Peradilan Militer Diputus sebelum pemeriksaan
4. Peradilan TUN Pokok perkara.

1. Actor Sequitur Forum rei (domisili) 12. Gugatan terhadap


2. Tempat tinggal salah seorang dari tergugat buruh
3. Tempat tinggal siberhutang utama 13. Dalam hal failit
4. Tempat tinggal penggugat / salah seorang 14. Gugat Cerai
dari penggugat
5. Daerah hukum yang terletak
2. Kompetensi Relatif
6. Pilihan Hukum
7. Pembatalan Perkawinan
8. Tergugat tidak cakap hukum
9. Penggabungan perkara gugatan
10. Tergugat berada diluar negeri
11. Tergugat Pegawai Negeri
E. Class Action

Class Action di Amerika


- Gugatan perwakilan dengan cara
- US Federal Rule of Civil Prosedure
Class Representatif (mengajukan)
( 1983 ), kemudian
Class Members (orang yang diwakili).
- Pasal 23 Federal Rule ( 1966 )
- Class Action berupa Gugatan Perdata
- Dasar, Psl 37 UU25 / 1997 UULH
diajukan sejumlah orang (C.R) –
Psl 71 ayat (1) b. UU 41 / 1999
mewakili kepentingan mereka dan
Kehutanan
orang lain sebagai korban (CM)
Psl 46 UU No. 8 / 1999
- Dengan Syarat-syarat
Konsumen.
1. Numerosity ( jml penggugat banyak)
2. Commonality (kesamaan hukum)
- Tanpa Surat Kuasa, atas kepentingan
3. Typicacity (Tuntutan)
yang sama (dari orang yang diwakili).
4. Adequacy of Representation
- Gugatan secara Perdata
(kelayakan perwakilan)
- Gugatan Reg. No : 445/pdt.G/Pn
Tgl 14 Oktober 2000 = Gugat class action
GUG/DPRD-SV
F. Legal Standing

Macam ada 3 ( Tiga )


1. Hak Gugat LSM \ Penguasa Sumber Daya Alam 1. Hak gugat pribadi
(Bidang lingkungan sekitar yang berdimensi Public (Private Procecution)
hidup – kehutanan Agar terjaga, APBN, APBB, 2. Hak gugat warga Negara
konsumen) Keamanan. (Citizen standing)
3. Gugatan perwakilan
(Representative Standing)

2. Hak gugat Pemerintah


Dasar Psl 46 ayat (2), UU 8 / 1999 tenteng konsumen

Pemerintah dan / atau instansi terkait apabila barang


dana atau jasa yang dikonsumsi atau dimasyarakatkan
mengakibatkan kerugian materi yang besar dan / atau
korban yang tidak sedikit dapat mengajukan gugatan
ke Pengadilan.
UPAYA PELUNASAN HUTANG
GEJZELING (Paksa Badan)

Upaya Pelunasan Hutang


PERMA tentang No. 1/2000 tentang Prosedur . Ahli Waris
Pembekuan LEMBAGA PAKSA BADAN Debitur tidak
Putusan yang Psl 1083-1084
209-224 HIR GIJZELING 1. Sema 2/1964 Pengertian Mampu
Mempunyai KUH Perdata
242-258 RBG 2. Sema 4/1975 Debitur tidak
“ Imprisonment for civil Debts “ Kekuatan Kewajiban sesuai
Beritikad baik
( Hukuman Penjara untuk hutang sipil ) Hukum pasti Dengan porsi

1. Tidak sesuai dengan


keadaan dan kebutuhan
Psl. 6 PERMA No.1 / 2000
hukum dan keadilan.
1. Putusan Paksa Badan
2. Tidak sesuai dengan
bersama dengan Putusan
Pembangunan Ekonomi
Pokok Perkara.
bangsa Indonesia.
2. Hutang pada negara / yang
3. Mencabut dan mengatur
dijamin oleh negara dapat
kembali.
dilaksanakan secara serta
merta.
 Gijzeling / Sandera / Penyanderaan dipandang tidak tepat karena tidak 3. Eksekusinya melalui
mencakup pengertian terhadap debitur yang mampu tetapi tidak mau Penetapan Pengadilan
memenuhi kewajibannya dalam membayar hutang. Negeri.
 Perbuatan Debitur, penanggung atau penjamin hutang yang tidak
memenuhi kewajibannya untuk membayar kembali hutang-hutrangnya
padahal ia mampu untuk melaksanakannya, merupakan pelanggaran
Hak Asasi Manusia atas pelaksanaan Paksa Badan terhadap yang
bersangkutan.

Batas Usia
1. UU Kepailitan PERMA No. I / 2000
2. UU 19/97 Waktu - Psl 3 (1) 75
-Psl 6 Bulan + 6 Batas Utang Bukan Hukum
Penagihan Pajak tahun
Bulan → max - Psl 4 Rp. 1 Milyar Acara semata
3. KUHP Psl 161 - RV. Psl 583-
3 tahun - HIR, tidak dibatasi tapi menjadi
Menyandra Saksi/Saksi 65 Tahun Hukum publik
ahli bersumpah
PMH Psl. 1365 Passive – Tidak Merugikan
Active – Berbuat 25
KUHPerdata berbuat Orang Lain
Sesuatu
Sesuatu

Subyek Hukum Pemerintah


Non Pemerintah

Salah penerapan
Undang-undang

Pelampauan Kewenangan
Hak Perlindungan
(overschrijding vevogheit)

Penyalahgunaan Kekuasaan
(misbruik van macht atau
detournement depovoir)

Kesewenang-wenangan
(willekuur) oleh penguasa
26

Ada perbuatan
melawan hukum Melanggar Subyektif

Melanggar Hak
Subjektif orang lain Hak Person

PMH Ada Kesalahan Alpa Sengaja

Ada Kerugian Materiil Immateriil

Ada Hubungan Kausal dengan


Kausal Ganti Rugi Kerugian Yg Diderita
Wanprestasi
Tidak memenuhi
Psl. 1338 s.d. 1841
Psl 1234 KUHPerdata kewajiban seperti yg 27
Jo. 1352 s.d. 1380
diperjanjikan
KUHPerdata

Psl 1320 KUHPerdata Dapat Dibatalkan

Tidak memenuhi prestasi sama sekali

WANPRESTASI Terlambat memenuhi prestasi

Memenuhi prestasi secara salah/tidak baik


WANPRESTASI 28

Dapat dituntut Hati-hati :


Pasal 1266 Pemenuhan Perikatan Putusan MA, Tgl. 26 Februari 1979, No.
Kuhperdata 1079K/Sip/1973
Alasan yang digunakan “Tergugat tidak mampu
Pemenuhan menyerahkan bendanya sesuai dengan Perjanjian”
Perikatan dengan (NO)
ganti rugi

Ganti rugi

Pembatalan
persetujuan timbal
balik

Pembatalan
dengan ganti rugi
Hukum dilihat dari Hulu dan Hilir

Filsafat

Theory Hukum : Nilai, Asas

Ajaran Hukum

ATURAN

Fakta Hukum

Norma Hukum ARTI

Prof. Mahadi
Pasal 24 Ayat (2) “Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di
Kekuasaan Badan Peradilan Bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, Militer,
UUD 1945 Pasal 24 (1), (2), lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh
Amandement ke III & ke IV sebuah Mahkamah Konstitusi”.

Susunan Badan Peradilan


Kekuasaan Kehakiman Pasal 10 ayat (2), Pasal 11 ayat (2) UU No. 14/1970, telah
Dilaksanakan oleh UU No. 14/1970, diubah UU No. 4/2,004 adalah :
telah diubah UU No. 35/1999, diubah · Pengadilan Negeri -> Tingkat 1.
kembali UU No. 4/2004.
· Pengadilan Tinggi -> Tingkat Banding -> Tingkat
Pertama dan Terakhir Sengketa Kewenangan
Mengadili.
Peradilan Umum
· Mahkamah Agung -> Pengadilan Tingkat Akhir
UU 2/1986 Pasal 2 tentang Peradilan Umum diubah dalam proses Kasasi.
menjadi UU 8/2004, menjelaskan : “Pengadilan Umum
adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi · PK
rakyat pencari keadilan baik Perdata maupun Pidana”.
· Hak Menguji Peraturan di Bawah UU
Hukum Perdata Materile
Pasal 1338 jo 1320 Asas Hukum Formile
Konsensualisme Perselisihan
Yang mengatur
Kebebasan Berkontrak dan Upaya Mengatur Proses Mulai
dan menentukan
Hukum dari Tuntutan Hak sampai
bagaimana
melaksanakan Hak Pelaksanaan Putusan
Hak, baik melalui
PT. A (Developer) B (konsumen) dan Kewajiban-
Permohonan maupun
kewajiban Perdata
dalam Gugatan Hak di seluruh
melaksanakan Jenjang Pengadilan.
Sepakat Membuat Pristiwa Hukum atas
Jual-Beli Sebuah Rumah di Jakarta upaya Hukum
Dengan Harga 4M.

Perjanjian: Akte Notaris Paul Siregar


No. 007 Sebagai Fakta Hukum Untuk
mempertahankan Tujuan Menciptakan Ketertiban
Keberlakuan Masyarakat Sehingga Tercapai :
Hukum Perdata
Perikatan Himpunan Hak Kewajiban Materile. · Keadilan Hukum
Para Pihak : Pasal 1, 2, 3, 4, 5.... dan · Kemanfaatan Hukum
seterusnya
· Kepastian Hukum
Prosedur Pengajuan Gugatan

A.Pedoman Pasal 8 (3) Rv, mengharuskan


gugatan pada Pokoknya :
Pasal 118 HIP / Pasal 142 ayat (1) RBG
Pengajuan Gugatan dilakukan secara
Identitas para pihak yang menjadi ciri Subjek
Tertulis dan ditujukan kepada Ketua
Hukum, KTP, Akte Pendirian, didaftarkan di
Pengadilan kecuali Alasan Buta Huruf
Kumdang, diumumkan dalam lembaran
lihat Pasal 120 HIR/144 RBG.
negara.

B. Alasan-alasan Gugatan / Posita


(Fundamentum Petendi).
Keputusan Mahkamah Agung, No : 547
C. Tuntutan atau Petitum
K/Sip/1972, Tanggal 15 Maret 1972 :
- Tuntutan Pokok
HIR/RBG tidak menentukan syarat =>
Tuntutan Tambahan
Bebas Menyusun dalam Suatu gugatan
Tuntutan Subsidi atau Pengganti Ex Aequo Et
serta Merumuskannya.
Bono
Metode Penulisan Gugatan Piramida Terbalik
 Bagian yang menguraikan tentang dasar hukum dan kejadian atau peristiwa,
seperti rumusan piramida terbalik
 Bagian yang menguraikan fakta hukum, Sebagai
bukti adanya hubungan hukum
• Posita
 Posita selanjutnya seperti melakukan uraian
menggunakan metodologi deduktif
 Didalam Praktek digunakan juga gabungan dengan
menggunakan metodologi induktif/Jurisprudensi

 Tuntutan Pokok Permintaan untuk diputuskan


atas dasar Posita dan Fakta Hukum
 Tuntutan Tambahan, Biaya Perkara, Sertamerta,
• Petitum Bunga, dan Dwangsom => atas dasar UU
 Tuntutan Subsider/Pengganti Ex Aequo
Et Bono

Anda mungkin juga menyukai