Anda di halaman 1dari 12

Lahan

basah

TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI YANG TIDAK


DIRAWAT PADA ANAK USIA 5-7 TAHUN DI DESA SUNGAI
KUPANG KECAMATAN GAMBUT KABUPATEN BANJAR
BERDASARKAN INDEKS PUFA

Usulan Penelitian
Diajukan guna menyusun Skripsi untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana
Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat

Diajukan Oleh
Qurratul Aina
1811111320018
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN
10 Agustus, 2021

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut penting dalam
kehidupan setiap orang, termasuk anak-anak, karena
gigi dan gusi yang rusak dan tidak dirawat dapat
menyebabkan rasa sakit, gangguan mengunyah, dan
dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya.
Di Indonesia saat ini kesehatan gigi dan mulut masih
menjadi masalah. Hal ini terlihat dari semakin
meningkatnya masalah gigi dan mulut di Indonesia.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007 dan 2013, persentase penduduk Indonesia
dengan masalah gigi dan mulut meningkat dari 23,2%
menjadi 25,9%, untuk kelompok usia 5-9 tahun
meningkat dari 21,6% menjadi 28,9%. Untuk
kelompok umur 10-14 tahun dari 20,6% menjadi
25,2%.1

Karies gigi pada anak masih memiliki angka


kejadian yang sangat tinggi. Berdasarkan data
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes
RI) tahun 2009 yang menunjukan sebanyak 89% anak
Indonesia di bawah 12 tahun menderita karies gigi.
Penelitian yang dilakukan di Burkina Faso, Afrika
oleh James et all dalam British Dental Journal pada
tahun 2008 menyimpulkan bahwa prevalensi karies
terbesar yang ada di negara tersebut didapatkan pada
anak usia 6 tahun yaitu sebesar 38%. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Chidambaram di India pada tahun
yang sama didapatkan hasil bahwa presentase karies
yang dialami oleh anak-anak antara umur 5-12 tahun
tergolong tinggi yaitu sebesar 80,4%. Menurut hasil
riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar
30% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi
dan mulut. Dilihat dari kelompok umur, golongan
umur muda lebih banyak menderita karies dibanding
umur 45 tahun keatas. Dimana pada umur 10-24 tahun
penderita karies di Indonesia sebesar 66,8- 69,5%.
Umur 45 tahun keatas sebesar 53,3% dan umur 65
tahun keatas sebesar 43,8%. Keadaan ini menunjukkan
karies banyak terjadi pada golongan usia anak anak.2

Adapun beberapa faktor yang dapat


menyebabkan karies, seperti faktor utama dan faktor
predisposisi. Faktor utama penyebab karies yaitu, host
(gigi dan saliva), mikroorganisme seperti plak,
substrak dan waktu. Faktor predisposisi dari karies
gigi yang turut berperan terhadap keparahan karies
yaitu, pengalaman karies, sosial ekonomi, usia, jenis
kelamin, perilaku terhadap kesehatan gigi, dan letak
geografis. Beberapa faktor lingkungan yang paling
2

penting pengaruhnya terhadap terjadinya karies antara


lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi
penduduk. Penghasilan dan pendidikan penduduk
yang tinggi akan mempengaruhi diet kebiasaan
merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah.
Pada daerah dengan kandungan fluor yang cukup
dalam air minum (0,7 ppm sampai 1 ppm) prevalensi
karies rendah. Bila fluor diberikan sejak dini dengan
kombinasi berbagai cara (dalam air minum dan
makanan) maka email akan banyak menyerap fluor
sehingga akan memberikan efek besar terhadap
pencegahan karies. Ada hubungan antara keadaan
sosial ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan ini adalah pendidikan dan
penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan
merawat gigi dan lain-lain. Kemiskinan pada golongan
minoritas meningkatkan resiko kesehatan mulut yang
buruk. Karies gigi yang tidak dirawat pada anak sering
menyebabkan masalah yang terkait dengan Kesehatan
umumnya, rasa nyeri yang signifikan, abses fasial,
gangguan makan dan kehilangan waktu sekolah yang
serius.3

Indeks PUFA merupakan suatu indeks penyakit


karies gigi yang digunakan untuk mengukur keparahan
karies gigi yang tidak dirawat. Karies gigi yang tidak
dirawat meerupakan suatu problem global dari
kesehatan masyarakat. Indeks ini diguna-kan baik
untuk gigi permanen ataupun gigi sulung guna
melengkapi indeks karies klasik dengan informasi
yang relevan untuk epidemiologist dan perencana
kesehatan. Indeks PUFA/pufa dinilai berdasarkan
keterlibatan Pulpa (P), Ulserasi pada jaringan lunak
(U), adanya Fistula (F), apakah sudah ada Abses (A).3

Desa sungai kupang merupakan salah satu desa di


kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Provinsi
Kalimantan Selatan. Menurut badan pusat statistik
Kabupaten Banjar tahun 2016, desa ini memiliki luas
5,45 km dengan jumlah penduduk 1.057, jumlah
2

rumah tangga 292, dan rata-rata penduduk 194 per


Km . Menurut badan pusat statistik Kabupaten Banjar
2

tahun 2016, di desa sungai kupang belum terdapat


rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dan
polindes. Puskesmas terdekat dari desa sungai kupang
sendiri berada di dekat kantor Kecamatan Gambut,
dimana jarak antara desa sungai kupang dan kantor
kecamatan Gambut berjarak 13,50 km. Permasalahan
gigi dan mulut sendiri masuk kedalam sepuluh besar
penyakit pada puskesmas kecamatan gambut tahun
2016. Gingivitis menempati urutan ke-8 dengan kasus
terbanyak, sebanyak 772 kasus, kemudian di urutan
ke-5 ada gangguan pertumbuhan gigi dan erupsi
sebanyak 1.101 kasus dan kasus penyakit gigi dan
mulut paling banyak ada penyakit pulpa dan jaringan
periapikal yang berada diurutan ke-3 dengan kasus
sebanyak 1.580.4

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tingkat Keparahan karies gigi yang
tidak dirawat pada anak usia 5-7 tahun di desa sungai
kupang kecamatan Gambut kabupaten Banjar
berdasarkan indeks PUFA?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat keparahan karies gigi yang tidak
dirawat pada anak usia 5-7 tahun di desa sungai
kupang kecamatan Gambut kabupaten Banjar
berdasarkan indeks PUFA.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat keparahan karies gigi yang
tidak dirawat pada anak usia 5-7 tahun di desa
sungai kupang kecamatan Gambut kabupaten
Banjar dilihat dari dampaknya terhadap kondisi
pulpa berupa terbukanya pulpa
2. Mengetahui tingkat keparahan karies gigi yang
tidak dirawat pada anak usia 5-7 tahun di desa
sungai kupang kecamatan Gambut kabupaten
Banjar dilihat
dari dampaknya terhadap jaringan sekitar gigi
berupa ulserasi.
3. Mengetahui tingkat keparahan karies gigi yang
tidak dirawat pada anak usia 5-7 tahun di desa
sungai kupang kecamatan Gambut kabupaten
Banjar dilihat dari dampaknya terhadap jaringan
sekitar gigi berupa fistula.
4. Mengetahui tingkat keparahan karies gigi yang
tidak dirawat pada anak usia 5-7 tahun di desa
sungai kupang kecamatan Gambut kabupaten
Banjar dilihat dari dampaknya terhadap jaringan
sekitar gigi berupa abses.
5. Menganalisis tingkat keparahan karies gigi yang
tidak dirawat pada anak usia 5-7 tahun di desa
sungai kupang kecamatan Gambut kabupaten
Banjar berdasarkan indeks pufa.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini, yaitu memberikan
informasi tentang tingkat keparahan karies gigi yang
tidak dirawat pada anak usia 5-7 tahun di desa sungai
kupang kecamatan Gambut kabupaten Banjar
berdasarkan indeks PUFA, serta untuk menambah
wawasan dalam mengembangkan ilmu kedokteran
gigi khususnya dalam bidang Kesehatan gigi anak
untuk selalu melakukan tindakan promotif dan
preventif tentang Kesehatan gigi dan mulut anak di
desa yang masih sedikit layanan kesehatannya
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya menjaga Kesehatan gigi dan
mulut di usia dini.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai dampak dari karies gigi yang tidak
dirawat.
3. Memberikan informasi kepada dokter gigi untuk
selalu melakukan upaya promotif ke desa yang
masih sedikit layanan kesehatannya.

Kerangka teori

Karies
gigi

Rawa

multifaktor
Usia
al
Danau
Host Subs Mikr Wakt Jenis
trat oorgan u Kelami
Hutan isme
gambut n
O
Fe
Air bu
sungai
Sulfat pH Demin
asam air eralisas Sos
sungai i Ekon
Asam enamel i
Humat
Pola
makan
dan
jenis
makana
n

Indeks PUFA

Pulpa Ulseras Fistula Abses


i
Rerata
pufa
Keparahan
karies yang
tidak dirawat

Penjelasan Kerangka Teori


Lahan basah merupakan wilayah daratan yang
digenangi air atau memiliiki kandungan air yang
tinggi. Ekosistem dari lahan basah mencakup rawa,
danau, hutan gambut, dan sungai. Rawa disungai yang
mempunyai sifat fisik air berwarna bening
menunjukkan kandungan Fe dan sulfat yang tinggi,
sedangkan air yang mengandung asam humat yang
tinggi berwarna keruh. Kandungan inilah yang akan
menghasilkan pH yang asam karena terdekomposinya
bahan organik sehingga terbentuk senyawa fenolat dan
karboksilat. Kondisi pH asam inilah yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada gigi sehingga terjadi
karies.
Karies gigi merupakan penyakit yang mengakibatkan
kerusakan jaringan gigi yang progresif. Karies gigi
Ada 4 faktor utama penyebab karies, seperti host,
mikroorganisme, substrat, dan waktu. Untuk
terjadinya suatu karies, maka setiap faktor itu harus
saling mendukung, yaitu host yang rentan,
mikroorganisme yang kariogenik, waktu yang lama
dan substrat yang sesuai. Proses terjadinya karies gigi
berawal dari plak yang melekat erat pada permukaan
gigi dan gingiva dan berpotensi cukup besar untuk
menimbulkan penyakit pada jaringan keras gigi.
Keadaan ini disebabkan karna plak mengandung
berbagai macam bakteri dengan berbagai macam hasil
metabolisme nya. Bakteri streptococus dan
lactobacillus yang terdapat dalam plak yang melekat
pada gigi akan memetabolisme sisa makanan yang
bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis
karbohidrat yang dapat difermentasi, seperti sukrosa,
glukosa, fruktosa dan maltosa. Gula ini mempunyai
molekul yang kecil dan berat sehingga mudah meresap
dan di metabolisme oleh bakteri.
Asam yang terbentuk dari metabolisme ini dapat
merusak gigi, juga dipergunakan oleh bakteri untuk
mendapat energi. Asam ini akan dipertahankan oleh
plak di permukaan email dan mengakibatkan turunya
pH di dalam plak. Plak akan tetap bersifat asam
selama beberapa waktu dan untuk kembali ke pH
normal dibutuhkan waktu 30 sampai 60 menit. Oleh
karena itu, jika seseorang sering dan terus menerus
mengkonsumsi gula, pHnya akan tetap dibawah pH
normal dan mengakibatkan terjadinya demineralisasi
dari permukaan email yang rentan, yaitu terjadinya
pelarutan dari kalsium yang menyebabkan terjadinya
kerusakan email sehingga terjadi karies.
Tingkat keparahan karies gigi dapat didukung
oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, OH
buruk, letak geografis, sosial ekonomi seperti
pekerjaan orang tua dan pendidikan, dan pola makan
dan jenis makanan. Untuk mengukur tingkat
keparahan karies gigi yang tidak dirawat digunakan
indeks pufa. Indeks pufa ini digunakan untuk menilai
kondisi rongga mulut akibat karies yang tidak dirawat.
Penilaian tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut
dengan indeks pufa dengan cara visual. Tidak
diperlukan alat-alat khusus. Hanya kaca mulut
sehingga orang yang akan menilai dapat melihat lebih
jelas. Tiap gigi diberi satu skor pufa Untuk
memberikan hasil yang lebih signifikan, penilaian
dilakukan oleh 2-3 orang dan sebelumnya telah
diberikan pelatihan mengenai cara penilaian dan
penjelasan mengenai kondisi gigi yang dapat
dimasukkan dalam kategori pufa.

Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1 Tingkat Batas ukur nilai Pemeriksaan Indeks pufa/ Skor Ordinal
keparahan karies berdasarkan indeks klinis karies kaca mulut
gigi yang tidak pufa pada penyakit gigi pada
dirawat infeksi yang responden
merusak struktur
jaringan keras gigi
yang tidak
ditangani sehingga
menyebabkan
nyeri, kematian
saraf gigi dan
infeksi periapikal

2 Indeks PUFA Pufa merupakan Pemeriksaan Kaca mulut Skor 0-20 Nominal
suatu indeks yang klinis karies dan kartu untuk gigi
digunakan untuk gigi pada status sulung.
mencatat akibat responden pemeriksaan 0-32 untuk
dari karies yang gigi gigi
tidak dirawat. permanen

3 P (pulpa) P : keterlibatan Pemeriksaan Kaca mulut Skor Nominal


pulpa dicatat pada klinis
saat pembukaan
ruang karena
proses karies.
4 U (ulserasi) Ulserasi dicatat Pemeriksaan Kaca mulut Skor Nominal
pada saat tepi klinis
tajam dari dislokasi
gigi dengan
keterlibatan pulpa
atau fragmen akar
menyebabkan
ulserasi.
5 F (fistula) Fistula dicatat jika Pemeriksaan Kaca mulut Skor Nominal
ada pus yang klinis
keluar dari saluran
sinus yang
berhubungan
dengan keterlibatan
pulpa gigi.
6 A (abses) Abses dicatat jika Pemeriksaan Kaca mulut Skor Nominal
terdapat pus dan klinis
terjadi
pembengkakan
terkait dengan
keterlibatan pulpa
gigi.
Dafus:
1. Kantohe ZR, Wowor VNS, Gunawan PN.
Perbandingan efektivitas pendidikan kesehatan
gigi menggunakan media video dan flip chart
terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut anak. Jurnal e-GiGi (eG). 2016; 4(2).
2. Gayatri RW, Ariwinanti D. Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Gigi Anak Sekolah Dasar Negeri
Kauman 2 Malang. The Indonesian Journal of
Public Health. 2016; 1(2).
3. Sumual IA, Pangemanan DHC, Wowor VNS.
Keparahan karies gigi yang tidak dirawat pada
siswa SD GMIM 31 Manado berdasarkan indeks
PUFA. Jurnal e-GiGi (eG). 2016; 4(2).
4. Badan Pusat Statistik [BPS]. Statistik Daerah
Kecamatan Gambut. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Banjar; 2017.

Anda mungkin juga menyukai