Anda di halaman 1dari 123

LAPORAN AKSI PERUBAHAN

PEMETAAN BIDANG TANAH ADAT WABULA MELALUI PENATAUSAHAAN


TANAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN BUTON DENGAN
MENGGUNAKAN APLIKASI SURVEY TANAHKU

NAMA : ILMIAWAN, S.T., M.Eng.


NIP : 19850111 200903 1 004
NO. ABSEN : 15
JABATAN : KEPALA SEKSI INFRASTRUKTUR PERTANAHAN
UNIT KERJA : KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BUTON

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS


PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

PEMETAAN BIDANG TANAH ADAT WABULA MELALUI PENATAUSAHAAN


TANAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN BUTON DENGAN
MENGGUNAKAN APLIKASI SURVEY TANAHKU

Disahkan ditanggal Enam bulan November tahun Dua Ribu Dua Puluh

Coach, Mentor,

Ir. Achmad Taufiq Hidayat, M.Si. Tageli Lase, S.SiT.


NIP. 19700214 199503 1 002 NIP. 19730802 199703 1 001

Melayani, Profesional, Terpercaya


LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR

Laporan Aksi Perubahan ini diajukan oleh :


Nama Peserta : Ilmiawan, S.T., M.Eng.
NIP : 19850111 200903 1 004
Jabatan : Kepala Seksi Infrastruktur Pertanahan
Pelatihan : Pelatihan Kepemimpinan Pengawas
Angkatan : IV (empat)
Unit Kerja : Kantor Pertanahan Kabupaten Buton, Prov. Sulawesi Tenggara

Judul Laporan Aksi Perubahan :

Pemetaan Bidang Tanah Adat Wabula Melalui Penatausahaan Tanah


Masyarakat Hukum Adat Di Kabupaten Buton Dengan Menggunakan Aplikasi
Survey Tanahku

Telah diseminarkan di hadapan penguji dan diterima sebagai bagian dari persyaratan
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas, untuk selanjutnya Aksi
Perubahan akan dilanjutkan pada Jangka Panjang dan Jangka Menengah.

Coach, Mentor,

Ir. Achmad Taufiq Hidayat, M.Si. Tageli Lase, S.SiT.


NIP. 19700214 199503 1 002 NIP. 19730802 199703 1 001

Melayani, Profesional, Terpercaya


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Aksi
Perubahan ini, yang merupakan bagian dari peningkatan kualitas pelayanan publik
dari Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Angkatan IV pada Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional. Laporan Aksi Perubahan ini berjudul Pemetaan Bidang Tanah Wilayah Adat
Wabula Melalui Penatausahaan Tanah Masyakarat Hukum Adat Di Kabupaten Buton
Dengan Menggunakan Aplikasi Survey Tanahku, sebuah Laporan Aksi Perubahan
yang akan melakukan perubahan penatausahaan tanah Masyarakat Hukum Adat
Wabula melalui kegiatan pengukuran, pemetaan dan pencatatan dalam daftar tanah
Kantor Pertanahan Kabupaten Buton, dengan menggunakan aplikasi Survey
Tanahku. Melalui penatausahaan tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula,
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
untuk menjadi embrio realisasi pelaksanaan PTSL untuk Masyarakat Hukum Adat
Wabula pada tahun anggaran 2021.
Mengingat kemampuan dan pengetahuan dari penulis yang terbatas, maka
penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ditemui. Oleh karena itu, dengan hati
terbuka dan lapang dada, penulis mengharapkan saran atau kritik yang bersifat positif
terhadap laporan ini, guna peningkatan kemampuan penulis di masa yang akan
datang dan kemajuan ilmu pengetahuan penulis.
Tersusunnya Laporan Aksi Perubahan ini atas dukungan dan bantuan
beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Tenggara, yang telah
memberikan kepercayaan dan dukungan secara penuh kepada penulis untuk
merancang Aksi Perubahan ini.
2. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Buton, Bapak Tageli Lase, S.SiT. selaku
Mentor yang memberikan dukungan penuh dalam memberikan bimbingan
kepada penulis.
i

Melayani, Profesional, Terpercaya


3. Bapak Ir. Achmad Taufiq Hidayat, M.Si, selaku coach yang memberikan
bimbingan kepada penulis.
4. Seluruh Anggota Tim Efektif pelaksanaan Implementasi Aksi Perubahan di
Tanah Ulayat Wabula.
5. Istri dan anak-anak, yang dengan penuh kasih sayang dan kesabarannya selalu
mendukung disetiap kondisi.
6. Seluruh personil PKP Angkatan IV yang selalu semangat dan energik untuk
mengikuti pelatihan secara virtual yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami sampaikan laporan ini dengan
harapan semoga Laporan Aksi Perubahan ini dapat terlaksana menjadi Aksi
Perubahan yang akan membawa perubahan lebih baik dan dapat mendatangkan
manfaat dan kegunaan bagi kita semua di masa yang akan datang.

Buton, November 2020


Penulis

Ilmiawan, S.T., M.Eng.

ii

Melayani, Profesional, Terpercaya


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. i


Daftar Isi ………………………………………………………………………………. iii
Daftar Tabel ...................................................................................................... v
Daftar Gambar .................................................................................................. vi
Daftar Bagan ..................................................................................................... viii
Daftar Lampiran ................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan Aksi Perubahan ..................................................................... 8
C. Manfaat Aksi Perubahan ................................................................... 9

BAB II PROFIL PELAYANAN .......................................................................... 11


A. Tugas dan Fungsi Pelayanan ............................................................ 11
1. Tugas dan Fungsi Kantor Pertanahan.......................................... 11
2. Tugas dan Fungsi Seksi Infrastruktur Pertanahan........................ 12
3. Area Bermasalah ......................................................................... 13
B. Sumber Daya Instansi ....................................................................... 14

BAB III ANALISIS MASALAH .......................................................................... 16


A. Identifikasi Masalah Pada Area Tugas dan Fungsi Yang Bermasalah 16
B. Penetapan Masalah Utama ............................................................... 19
C. Analisis Kelayakan Inovasi ................................................................ 22

BAB IV STRATEGI MENGATASI MASALAH ................................................... 25


A. Terobosan Inovasi ........................................................................... 25
B. Hasil Inovasi..................................................................................... 28
C. Manfaat Inovasi ................................................................................ 28
D. Pemanfaatan Sumber Daya ............................................................. 30
E. Pengendalian Mutu Pekerjaan ......................................................... 37
F. Standar Operasi Prosedur Pelayanan Publik .................................. 45

iii

Melayani, Profesional, Terpercaya


BAB V LAPORAN AKSI PERUBAHAN ........................................................... 46
A. Deskripsi Proses Kepemimpinan ....................................................... 46
1. Membangun Integritas ................................................................. 46
2. Pengelolaan Budaya Layanan ..................................................... 48
3. Pengelolaan Tim .......................................................................... 51
B. Deskripsi Hasil Kepemimpinan .......................................................... 53
1. Capaian Tahapan Inovasi ............................................................ 54
2. Capaian Dalam Perbaikan Sistem Layanan ................................. 79
3. Manfaat Aksi Perubahan .............................................................. 81
C. Keberlanjutan Aksi Perubahan .......................................................... 83
1. Legalitas Penerapan Inovasi ........................................................ 83
2. Perencanaan Keberlanjutan Inovasi………………………………... 85

BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 87


A. Kesimpulan ..................................................................................... 87
B. Rekomendasi ................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89


LAMPIRAN ........................................................................................................ 90

iv

Melayani, Profesional, Terpercaya


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Area Bermasalah pada Tupoksi … ....................................................... 14


Tabel 2. Pembobotan Model ASTRID …............................................................ 19
Tabel 3. Canvas Inovasi Rencana Aksi Perubahan ........................................... 27
Tabel 4. RAB Laporan Aksi Perubahan ............................................................. 40
Tabel 5. Tahapan dan Penjadwalan Laporan Aksi Perubahan .......................... 40
Tabel 6. Keanggotaan dan Uraian Tugas Tim Efektif ........................................ 53

Melayani, Profesional, Terpercaya


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Diagram Fishbone ................................................................. 21


Gambar 2. Clustering Stakeholder ……………………………………..………….. 35
Gambar 3. Alur Proses Aplikasi Puldatan pada Survey Tanahku ...................... 43
Gambar 4. Alur Proses Sinkronisasi Data Survey Tanahku .............................. 44
Gambar 5. Komitmen Tim Efektif Dalam Melaksanakan Implementasi Aksi
Perubahan ...................................................................................... 47
Gambar 6. Koordinasi Dengan Mentor dan Tim Efektif ………………………….. 48
Gambar 7. Bentuk Pelayanan Melalui Sosialisasi Dan Pendekatan Persuasif
Kepada Pemerintah Desa dan Kecamatan Serta PARABELA ......... 50
Gambar 8. Rapat Pembentukan Tim Efektif Sekaligus Koordinasi Tim Kerja .... 51
Gambar 9. Rapat Pembentukan Tim Efektif ...................................................... 54
Gambar 10. Pembuatan Jalur Terbang, Pembuatan Premark dan Pengukuran
Titik Premark dengan GNSS RTK ................................................. 56
Gambar 11. Kegiatan Menerbangkan Drone Untuk Pemotretan Udara dan
Pengolahan Data dengan Menggunnakan Aplikasi Agisoft ........... 57
Gambar 12. Hasil Pengolahan Foto Udara Yang Telah Direktifikasi ................. 57
Gambar 13. Koordinasi Internal Dengan Tim Efektif ……………………………... 58
Gambar 14. Pendekatan Persuasif dengan Parabela ....................................... 59
Gambar 15. Koordinasi dengan Perangkat Desa .............................................. 60
Gambar 16. Koordinasi dengan Kepala Desa .................................................... 60
Gambar 17. Koordinasi dengan Kepala Desa Wabula 1 ……………..………….. 60
Gambar 18. Koordinasi dengan Sekcam dan Camat Wabula ........................... 60
Gambar 19. Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Buton (Sekda) ............ 61
Gambar 20. Spanduk Sosialisasi ....................................................................... 62
Gambar 21. Arahan yang disampaikan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kab.
Buton (Mentor) ............................................................................. 63
Gambar 22. Arahan yang disampaikan oleh Project Leader dalam Kegiatan
Sosialisasi ..................................................................................... 63

vi

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 23. Tanggapan dari Kadis Pemdes Kab. Buton dan Tokoh Masyarakat
Wabula (Kepala Badan Perpustakaan Daerah) ............................. 63
Gambar 24. Tanggapan dari Tokoh Adat dan Tokoh Pendidkan Wabula .......... 64
Gambar 25. Tanggapan dari Parabela dan Ketua Forum Silaturahim Pemuda
(FORSIP) Wabula ......................................................................... 64
Gambar 26. Dukungan dari Tim Efektif dalam mensukseskan Kegiatan
Sosialisasi ..................................................................................... 64
Gambar 27. Proses Delineasi Bidang-Bidang Tanah Ulayat Wabula di atas
Peta Foto Udara ............................................................................. 66
Gambar 28. Peta Hasil Delineasi Bidang Tanah Ulayat MHA Wabula .............. 67
Gambar 29. Kegiatan Identifikasi Pemilikan Tanah dan Pemetaan Partisipatif
dengan melibatkan Aparat Desa .................................................... 68
Gambar 30. Menu Persiapan Survey Tanahku .................................................. 69
Gambar 31. Proses membuka file “Map Box Tiles” di Survey Tanahku ............. 70
Gambar 32. Peta Foto Udara di Aplikasi Survey Tanahku ................................ 71
Gambar 33. Proses Membuat Peta Delineasi ke Format GeoJSON ................. 71
Gambar 34. Proses Mengimpor Bidang Tanah di Survey Tanahku ................... 72
Gambar 35. Proses Input Pemilik Perorangan dan Atribut Persil ...................... 73
Gambar 36. Proses Input Pemilik MHA WAbula (Badan Hukum) ...................... 73
Gambar 37. Proses Input Pemilik Pemerintah Desa ......................................... 74
Gambar 38. Proses Input Pemilik Pemerintah Kabupaten ................................. 75
Gambar 39. Rekapitulasi Data dalam Survey Tabahku ..................................... 75
Gambar 40. Proses Sinkronisasi Data Dari Survey Tanahku ............................ 76
Gambar 41. Hasil Unduhan Data Sinkronisasi dari Survey Tanahku yang Tidak
Bisa Dilanjutkan ke Proses PBT atau Pemberian NIB/NIS ............. 77
Gambar 42. Penyajian Data Sinkronisasi Melalui Aplikasi PTSL Fisik .............. 78
Gambar 43. Masalah Dalam Tindak Lanjut Sinkronisasi Data Survey Tanahku
Di Aplikasi PTSL Fisik dan Geo-KKP ............................................. 81
Gambar 44. Bentuk Legalitas Berupa Surat Pernyataan Dukungan .................. 84

vii

Melayani, Profesional, Terpercaya


DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Struktur Tim Efektif Rencana Aksi Perubahan .................................... 31


Bagan 2. Diagram Relasi dan Derajat Kepentingan Antar Stakeholder………… 34
Bagan 3. SOP Penatausahaan Tanah Ulayat Menggunakan Aplikasi Survey
Tanahku ............................................................................................ 45

viii

Melayani, Profesional, Terpercaya


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Pembentukan Tim Efektif …................................ 90


Lampiran 2. Daftar Hadir Rapat Pembentukan Tim Efektif … ............................ 96
Lampiran 3. Surat Pernyataan Dukungan Stakeholder Internal … ..................... 98
Lampiran 4. Surat Pernyataan Dukungan Stakeholder Eksternal ……..……….. 102
Lampiran 5. Surat Undangan Sosialisasi ……..……… ……………………….….. 106
Lampiran 6. Daftar Hadir Sosialisasi ……..……… …………………………….…. 107
Lampiran 7. Surat Edaran Dirjen SPPR …………………………………………… 109

ix

Melayani, Profesional, Terpercaya


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelatihan Kepemimpinan Pengawas sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 tahun 2019 menjadi dasar semua
lembaga pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta
dalam rangka memenuhi standar kompetensi manajerial.
Hasil akhir dari proses pelatihan ini adalah membentuk seorang leader yang
memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku PNS
yang dapat diamati dan diukur dan terlihat dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
Kompetensi tersebut dijelaskan sebagai kompetensi pemimpin melayani dan
dapat melahirkan Akuntabilitas Jabatan yakni kemampuan mengendalikan
kegiatan pelaksanaan pelayanan publik yang dilakukan pejabat pelaksana sesuai
standar operasional prosedur.
Laporan Aksi Perubahan Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik adalah kertas
kerja penulis untuk menunjukkan Kompetensi Kepemimpinannya sesuai bidang
tugas dan mengelola perubahan dalam bentuk inovasi, dengan melakukan
kolaborasi, dan mengoptimalkan seluruh potensi sumberdaya (internal dan
eksternal) dalam rangka peningkatan kualitas Kinerja Pelayanan Publik. Dengan
Diklat Kepemimpinan Pengawas ini, diharapkan mampu untuk mewujudkan
Sosok Kepemimpinan melayani yang diindikasikan dengan kemampuan :
• Membangun karakter dan sikap perilaku kepemimpinan Pancasila yang
berintegritas, menjunjung tinggi etika birokrasi, dan bertanggungjawab dalam
pengendalian pelayanan publik di unit organisasinya sebagai bentuk perilaku
kepemimpinan Pancasila dan belanegara, dan
• Mengaktualisasikan kepemimpinan pelayanan dan pengendalian pekerjaan
sesuai dengan bidang tugasnya dengan melakukan inovasi, kolaborasi, dan
mengoptimalkan seluruh potensi sumberdaya internal dan eksternal dalam
rangka implementasi peningkatan kinerja pelayanan publik yang dilakukan
oleh pejabat pelaksana.

Melayani, Profesional, Terpercaya


Untuk memulai menyusun Laporan Aksi Perubahan, penulis diajak untuk
mendapatkan Inspirasi baik melalui studi lapangan yang mengadopsi best practice
pelayanan instansi yang menjadi lokus kemudian diperoleh lesson learned dan
dilakukan adopsi dan adaptasi untuk diterapkan pada instansi penulis. Guna
memenuhi salah satu agenda kepemimpinan dalam Diklat Pelatihan Kepemimpinan
Pengawas ini, yakni menyusun Laporan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik,
maka penulis terinspirasi untuk mengadaptasi dan mengadopsi Pelayanan Publik
dalam hal Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula di
Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara
Keberadaan masyarakat hukum adat di Indonesia secara faktual sudah ada
sejak jaman nenek moyang sampai saat ini. Masyarakat hukum adat adalah
kesatuan masyarakat bersifat teritorial atau geneologis yang memiliki kekayaan
sendiri, memiliki warga yang dapat dibedakan dengan warga masyarakat hukum
lain dan dapat bertindak ke dalam atau luar sebagai satu kesatuan hukum (subyek
hukum) yang mandiri dan memerintah diri mereka sendiri.
Undang-undang Dasar 1945 telah menegaskan keberadaan masyarakat
hukum adat. Dalam Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 sebagai hasil amandemen
kedua menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara
kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
Hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat dikenal dengan Hak
Ulayat. Hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu
masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam
lingkungan wilayahnya. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 atau sering dikenal
dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) mengakui adanya Hak Ulayat.
Pengakuan itu disertai dengan 2 (dua) syarat yaitu mengenai eksistensinya dan
mengenai pelaksanaannya. Berdasarkan pasal 3 UUPA, hak ulayat diakui
“sepanjang menurut kenyataannya masih ada”.
Dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 18 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah Ulayat
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Kesatuan
Masyarakat Hukum Adat adalah Sekelompok orang yang memiliki identitas
2

Melayani, Profesional, Terpercaya


budaya yang sama, hidup secara turun temurun di wilayah geografis tertentu
berdasarkan ikatan asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal, memiliki
harta kekayaan dan/atau benda adat milik bersama serta sistem nilai yang
menentukan pranata adat dan norma hukum adat sepanjang masih hidup sesuai
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberadaan masyarakat hukum adat di Indonesia salah satunya terdapat di
Pulau Buton yakni Masyarakat Hukum Adat (MHA) Wabula, tepatnya berada di
Desa Wabula dan Desa Wabula 1, Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton,
Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan Peraturan Bupati Buton Nomor 13
Tahun 2018 tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat
Wabula Dalam Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Berbasis Hukum Adat
pada Bab I Pasal 1, Poin (10) menyatakan bahwa Wilayah Adat Wabula, yang
selanjutnya disebut sebagai wilayah Kelola, adalah wilayah yang menjadi ulayat
adat dan budaya Masyarakat Hukum Adat Wabula meliputi wilayah pesisir dan
laut (nambo) termasuk wilayah darat (pangkolo) yang diwariskan secara turun
temurun dan dikelola oleh Lembaga Masyarakat Hukum Adat.
Struktur adat MHA Wabula terdiri atas pimpinan atau Kepala Suku (Parabela)
dan perangkat adat itu sendiri (Sara). Perangkat adat tersebut secara garis besar
terdiri dari dua bagian, yaitu Sara Adati dan Sara Hukumu. Pembagian Sara Adati
dan Sara Hukumu didasari oleh kepentingan duniawi dan spiritual. Urusan yang
berhubungan dengan duniawi seperti masalah tanah dan sumber daya alam akan
diurus oleh perangkat adat Sara Adati. Sementara itu, Sara Hukumu akan lebih
banyak mendampingi Parabela mengurus persoalan spiritual MHA Wabula,
seperti ibadah dan ritual-ritual tertentu. Pemilihan kedua perangkat adat tersebut
dilakukan sendiri oleh Parabela dengan meminta pertimbangan dari tetua adat,
termasuk Kayaro yang merupakan mantan Parabela.
Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, Parabela juga memiliki
kewenangan dalam pengaturan tanah dan sumber daya alam. Hak ulayat tersebut
dinilai mengandung dimensi hukum perdata seperti kepemilikan bersama dalam
MHA Wabula sekaligus hukum publik yang berisi kewenangan dalam mengatur
masyarakatnya sendiri. Secara tidak langsung, Parabela juga memiliki
kewenangan untuk menyentuh dimensi hukum perdata dan hukum publik
tersebut.
3

Melayani, Profesional, Terpercaya


Sementara itu, dalam dimensi hukum publik, Parabela memiliki wewenang
untuk mengatur masyarakatnya sendiri serta pemberian penguasaan atau
pemanfaatan tanah dan sumber daya alam kepada MHA Wabula maupun pihak
di luar MHA Wabula. Secara lebih jelas, kewenangan Parabela dalam dimensi
hukum publik adalah sebagai berikut :
a) Mengeluarkan izin penguasaan dan pemanfaatan tanah serta menetapkan
status hak penguasaan tanah dalam MHA Wabula;
b) Memberikan penetapan waktu menanam dan memanen kepada MHA Wabula;
c) Menjatuhkan sanksi bagi anggota MHA Wabula yang melanggar ketentuan
dalam hutan adat;
d) Mengadili sengketa tanah dalam MHA Wabula.

Seluruh tanah di dalam MHA Wabula terbagi menjadi hak ulayat yang dikuasai
langsung oleh Parabela dan bagian lain dikuasai oleh perorangan dengan luas
dan batas-batas tertentu.
a) Penguasaan Tanah Ulayat oleh Parabela
Penguasaan tanah ulayat dalam MHA Wabula menjadi wewenang Parabela,
baik tanah kaombo maupun hutan kaombo. Anggota MHA Wabula tetap
memiliki hak pakai yang tidak terbatas untuk mendirikan rumah di atas tanah
itu dengan batasan setiap rumah harus memiliki cucuran air dari atap.
Kepemilikan oleh MHA Wabula tersebut terletak pada bangunan rumahnya,
bukan pada tanahnya. Ketika Parabela berganti, perwalian terhadap tanah
yang ada juga akan diberikan pada Parabela selanjutnya.
Sementara itu, tanah kaombo juga memiliki makna yang sama dengan hutan
kaombo yang dikeramatkan. Hak pakai tanah tersebut akan diserahkan
kepada warga MHA Wabula, baik untuk mendirikan rumah maupun hak pakai
untuk mmenanam tanaman pertanian. Pemberian hak pakai akan dilakukan
oleh Parabela kepada anggota MHA Wabula yang mengajukan permohonan
penguasaan tanah. Terkait kekuasaan Parabela pada tanah ulayat tersebut,
sebenarnya Parabela tidak memiliki kekuasaan yang bersifat mutlak.
Parabela hanya bertugas untuk mengatur serta memberikan sanksi adat
kepada anggota MHA Wabula yang melanggar aturan adat. Kekuasaan

Melayani, Profesional, Terpercaya


Parabela bukan berarti memiliki hak pakai atas tanah ulayat tersebut
seutuhnya.
b) Penguasaan Tanah oleh Perseorangan
Penguasaan tanah oleh perseorangan dibagi menjadi penguasaan tanah
mendirikan rumah dan tanah pertanian. Pada tanah untuk mendirikan rumah,
hak pakai warga MHA Wabula terletak pada bangunan rumahnya, bukan pada
tanahnya. Mereka berhak membangun rumah dalam jangka waktu tak
terbatas dengan tetap memperhatikan aturan-aturan adat yang ada.
Sementara itu, pada penguasaan lahan pertanian, kekuasaan warga MHA
Wabula menjadi sangat terbatas. Para pemegang hak milik tanah tersebut
berhak untuk memberikan pinjaman dengan status hak pakai kepada sesama
warga MHA Wabula. Mereka juga dapat mewariskan tanah yang ada kepada
keturunannya. Namun demikian, mereka tidak diperbolehkan untuk
memperjualbelikan tanah yang ada kepada subyek hukum di luar MHA
Wabula tanpa ada pertimbangan khusus dari Parabela.

Sejak diluncurkannya Geoportal Kebijakan Satu Peta pada akhir tahun 2018,
ada beberapa hal yang menjadi perhatian publik. Pertama, ada dua komponen
peta Informasi Geospasial Tematik (IGT) yang belum terkompilasi, yaitu peta
batas desa dan peta tanah ulayat (wilayah adat). Padahal dua peta tematik ini
sangat strategis terkait dengan ruang hidup masyarakat adat dan warga desa.
Dapat dikatakan dua peta tematik ini menjadi layer (lapisan) paling bawah yang
berhubungan langsung dengan keberadaan dan relasi masyarakat dengan
sumber-sumber agraria dengan berbagai pemenuhan kebutuhan pangan
masyarakat seperti berladang, sawah, kebun campur (agroforestry), menangkap
ikan, berburu, memanfaatkan hasil hutan maupun hasil laut, danau dan sungai.
Dalam Perpres Kebijakan Satu Peta, IGT Tanah Ulayat menjadi salah satu
unsur peta yang perlu dikompilasi, integrasi dan sinkorinisasi. Peta ini merujuk
pada peta yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah. Dalam perkembangan
pembentukan kebijakan daerah saat ini sudah cukup banyak pemerintah daerah
kabupaten menerbitkan kebijakan daerah dalam bentuk Peraturan Daerah
(Perda) dan Surat Keputusan Kepala Daerah dalam pengakuan dan perlindungan
Masyarakat Hukum Adat (MHA). Peta Wilayah Adat menjadi satu dokumen

Melayani, Profesional, Terpercaya


lampiran Perda dan/atau keputusan kepala daerah yang tidak terpisahkan. Ini
merupakan bentuk pengakuan atas subyek (komunitas) sekaligus pengakuan
obyek (tanah ulayat atau wilayah adat), termasuk pengakuan data informasi
geospasialnya dalam bentuk peta wilayah adat. Hal ini sesuai dengan
kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota seperti yang diatur
dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana dalam
lampiran UU tersebut yang mengatur kewenangan dituliskan bahwa Pemerintah
Daerah Provinisi dan Kabupaten/Kota memiliki kewenangan melakukan
identifikasi dan pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat. Hal ini juga
diatur di dalam Permendagri No. 52 Tahun 2014 tentang Pengakuan dan
Perlindungan Masyarakat Hukum Adat.
Dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 18 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah Ulayat
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat maka pelaksanaan hak ulayat kesatuan
masyarakat hukum adat atas tanah di wilayahnya sepanjang pada kenyataannya
masih ada, dilakukan oleh kesatuan masyarakat hukum adat yang bersangkutan
menurut ketentuan hukum adat setempat (pasal 2 ayat 1). Dianggap masih ada,
apabila memenuhi kriteria tertentu meliputi unsur adanya (pasal 2 ayat 2) :
a. Masyarakat dan lembaga Hukum Adat;
b. Wilayah tempat Hak Ulayat berlangsung;
c. Hubungan, keterkaitan, dan ketergantungan Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat dengan wilayahnya; dan
d. Kewenangan untuk mengatur secara bersama-sama pemanfaatan Tanah di
wilayah Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang bersangkutan, berdasarkan
hukum adat yang masih berlaku dan ditaati masyarakatnya
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada (pasal 2 ayat 2)
huruf c harus memenuhi syarat :
a) Secara nyata masih hidup baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun
yang bersifat fungsional;
b) Sesuai dengan perkembangan masyarakat; dan
c) Sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Melayani, Profesional, Terpercaya


Berdasarkan penjelasan dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019 mengenai
persyaratan terkait Kesatuan Masyarakat Hukum Adat sesuai pasal 2 ayat 2 dan
3, maka Masyarakat Hukum Adat Wabula menurut kajian sementara penulis
belum memenuhi persyaratan tersebut secara utuh. Hal ini karena kewenangan
parabela sebagai Kepala Suku belum sepenuhnya berlaku mutlak terhadap MHA
Wabula terkait kebijakan pengaturan pemanfaatan dan penguasaan tanah di
Wilayah Adat Wabula, seperti terjadinya transakasi jual beli antara masyarakat
tanpa diketahui oleh parabela dan lain-lain. Namun pada kenyataannya MHA
Wabula mengklaim secara sepihak bahwa tanah yang mereka kuasai saat ini
adalah tanah adat, sehingga mereka tidak memerlukan sertipikat untuk
melegalkan kepemilikan tanahnya. Selain itu adanya kekhawatiran parabela
bahwa dengan sertipikasi tanah pada bidang-bidang tanah yang dikuasai
masyarakat akan mempengaruhi menurunnya kedaulatan dan wewenangn dalam
hal pengaturan pemanfaatan dan penguasaan tanah di wilayah adatnya.
Untuk menjamin kepastian hukum, Pemerintah perlu menyelenggarakan
Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di seluruh
wilayah Republik Indonesia sesuai Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019 pasal 5 ayat 1
terkhusus kepada Masyarakat Hukum Adat Wabula yang dilakukan berdasarkan
penetapan pengakuan dan perlindungan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 2 dengan terlebih dahulu mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Buton.
Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Buton melalui Pemerintah Kecamatan
Wabula dan Pemerintah Desa Wabula dan Pemerintah Desa Wabula 1 dalam
memfasilitasi MHA Wabula untuk mengajukan permohonan penatausaahan
tersebut sangat dibutuhkan utamanya bantuan dalam bentuk sosialisasi dan
edukasi secara kontinyu kepada Masyarakat Hukum Adat Wabula. Selain
Pemerintah Daerah, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa maka peran
Kantor Pertanahan Kabupaten Buton juga sangatlah besar guna memastikan
jaminan kepastian hukum atas tanah ulayat MHA Wabula tersebut sesuai yang
diamanahkan dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019 dan menuntaskan Visi dan Misi
7

Melayani, Profesional, Terpercaya


Kementerian Agraria dan Tata Ruang untuk mengukur dan memetakan seluruh
bidang tanah di Indonesia termasuk bidang tanah Masyarakat Hukum Adat.
Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Penulis sebagai Kepala
Seksi Infrastruktur Pertanahan Kantor Pertanahan Kabupaten Buton maka
dipandang perlu untuk melaksanakan amanah dalam Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019
sesuai pasal 5 ayat 4 yaitu terhadap tanah ulayat tersebut dilakukan
penatausahaan yang meliputi kegiatan pengukuran, pemetaan dan pencatatan
dalam daftar tanah. Kemudian pada pasal 6 disebutkan bahwa Pengukuran
dilaksanakan terhadap batas-batas bidang Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat yang telah ditetapkan, dan metode pengukurannya dilakukan sesuai
dengan kaidah pengukuran kadastral kemudian dipetakan dalam peta
pendaftaran dan diberikan Nomor Induk Bidang (NIB) tanah sesuai dengan satuan
wilayah Kabupaten/Kota. Kegiatan pengumpulan data fisik bidang bidang tanah
tersebut dilakukan dengan menggunakan aplikasi Survey Tanahku. Bidang tanah
hasil pengukuran dan pemetaan yang telah diberikan NIB tersebut kemudian
dicatat dalam Daftar Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Buton.
Tanah ulayat MHA Wabula merupakan satu satunya wilayah di Kabupaten
Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara yang belum pernah tersentuh kegiatan
pendaftaran tanah. Oleh karena itu dengan pelaksanaan penatausahaan tanah
ulayat ini diharapkan dapat menjadi titik embrio menuju tercapainya pelaksanaan
pendaftaran tanah melalui kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) di wilayah ulayat tersebut.

B. Tujuan Aksi Perubahan


Tujuan Aksi Perubahan terkait Diklat Pelatihan Kepemimpinan Pengawas
adalah sebagai berikut :
1) Mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dan semangat Bela Negara dalam
melaksanakan peran kepemimpinan melayani yang beretika dan berintegritas;
2) Melaksanakan peran kepemimpinan melayani yang mampu memberdayakan
tim kerja secara efektif, mampu menunjukkan dan memberdayakan

Melayani, Profesional, Terpercaya


sumberdaya organisasi secara optimal, serta mampu membangun jejaring
kerja serta meningkatkan kualitas Pelayanan Publik.
3) Merancang Inovasi untuk meningkatkan kinerja Pelayanan Publik terutama
dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi seperti
pemanfaatan Teknologi Aplikasi Digital Survey Tanahku.
4) Mengaktualisasikan Pelaksanaan Pekerjaan dengan menerapkan Manajemen
Mutu, dan Manajemen Pengawasan agar Inovasi dapat berjalan sesuai
Perencanaan Peningkatan Pelayanan Publik yang berkualitas.
Tujuan Aksi Perubahan terkait inovasi layanan dapat dikategorikan
berdasarkan 3 (tiga) periode waktu, yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang, sehingga aksi perubahan ini dapat berjalan secara
berkesinambungan dan menjadi inisiatif kegiatan perubahan selanjutnya. Adapun
ketiga tujuan Aksi Perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Tujuan Jangka Pendek
Tercapainya pelaksanaan Pengukuran, Pemetaan dan Pencatatan dalam
Daftar Tanah pada Bidang Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula;
2) Tujuan Jangka Menengah
Tercapainya pelaksanaan Kegiatan PTSL tahun 2021 di Wilayah Adat
Masyarakat Hukum Adat Wabula.
3) Tujuan Jangka Panjang
Tercapainya pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Seluruh Bidang Tanah
di Kabupaten Buton secara lengkap dan menyeluruh untuk menuju
terwujudnya Kabupaten Buton Lengkap.

C. Manfaat Aksi Perubahan


1) Manfaat Aksi Perubahan untuk team leader adalah :
• Sebagai bentuk aktualisasi kepemimpinan melayani yang beretika dan
berintegritas;
• Mampu memberdayakan tim kerja secara efektif, untuk menghasilkan
perubahan sistem;
• Mampu mendorong pemanfaatan teknologi informasi yang berupa aplikasi
pelayanan pengukuran dan pemetaan berbasis digital yang disebut denngan
Survey Tanahku untuk menghasilkan inovasi sebagai solusi dari
9

Melayani, Profesional, Terpercaya


permasalahan yang ada pada tugas dan fungsi Seksi Infrastruktur
Pertanahan Kabupaten Buton;
• Mampu memanfaatkan sumber daya organisasi secara optimal, serta
mampu membangun jejaring kerja untuk meningkatkan kualitas pelayanan
pengukuran dan pemataan pada Seksi Infrastruktur Pertanahan Kabupaten
Buton.
2) Manfaat Aksi Perubahan bagi unit kerja dan instansi adalah :
• Meningkatkan sistem layanan kepada Penyedia Jasa/Mitra Kerja
• Meningkatkan Transparansi Layanan Kepada Penyedia Jasa/Mitra Kerja
• Tercipatanya basisdata pertanahan berbasis bidang termasuk di dalamnya
tanah ulayat yang selama ini terabaikan.
• Terwujudnya Digitalisasi dokumen pengukuran dan pemetaan dalam
sebuah sistem aplikasi Survey Tanahku yang terhubung dengan database
KKP;
• Penerapan tanda tangan elektronik secara langsung dilapangan kepada
tetangga batas bidang tanah yang diukur dengan aplikasi Survey Tanahku
melalui menu biometric penunjuk batas dapat memudahkan pemenuhan
asas kontradiktur delimitasi
• Penerapan aplikasi Survey Tanahku juga dapat memudahkan penginputan
data fisik data yuridis secara langsung di lapangan
• Penerapan aplikasi Survey Tanahku memberikan kemudahan dalam
penyajian data dan laporan;

10

Melayani, Profesional, Terpercaya


BAB II
PROFIL PELAYANAN

A. Tugas dan Fungsi Pelayanan


1. Tugas dan Fungsi Kantor Pertanahan
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Buton yang secara stuktural berada
di bawah Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Sulawesi,
berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Uraian Tugas Jabatan
Struktural di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan pengoordinasian,
pembinaan, dan pelaksanaan kegiatan ketatausahaan, survei, pengukuran dan
pemetaan, penetapan hak tanah, pendaftaran tanah dan pemberdayaan
masyarakat, penataan pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian
pertanahan dan penanganan sengketa dan perkara.
Uraian tugas dan fungsi Kepala Kantor Pertanahan adalah sebagai berikut,
antara lain :
1. Mengoordinasikan rencana program kegiatan dan penganggaran;
2. Mengoordinasikan urusan organisasi, ketatalaksanaan, analisis jabatan,
pengelolaan urusan kepegawaian danpelaksanaan reformasi birokrasi;
3. Mengoordinasikan urusan perencanaan, keuangan, administrasi barang
milik negara dan tindak lanjut hasil temuan;
4. Mengoordinasikan urusan pelayanan pertanahan, pelayanan informasi dan
pengaduan masyarakat;
5. Mengoordinasikan pengukuran dan pemetaan dasar;
6. Mengoordinasikan pengukuran dan pemetaan kadastral pembukuan serta
pengelolaan basis data dan informasi batas bidang tanah, ruang dan
perairan;
7. Mengoordinasikan pengelolaan dan pemutakhiran peralatan teknis serta
teknologi pengukuran dan pemetaan;
8. Mengoordinasikan pemeliharaan kerangka dasar kadastral nasional di
wilayahnya;

11

Melayani, Profesional, Terpercaya


9. Mengoordinasikan pelaksanaan pemberian penetapan, perpanjangan, dan
penetapan kembali hak perseorangan dan badan hukum swasta, serta hak
atas ruang dan hak komunal
10. Melaksanakan bimbingan teknis, pemantuan dan evaluasi kegiatan
pertanahan; dan
11. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pertanahan.

2. Tugas dan Fungsi Seksi Infrastruktur Pertanahan


Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Uraian Tugas Jabatan
Struktural di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, Kepala Seksi Infrastruktur Pertanahan Kabupaten Buton
mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan pelaksanaan pengukuran
dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan kadastral, survei dan
pemetaan tematik, serta supervisi surveyor kadaster berlisensi dan Kantor
Jasa Surveyor Kadaster Berlisensi.
Uraian tugas dan fungsi Kepala Seksi Infrastruktur Pertanahan adalah
sebagai berikut, antara lain :
1. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi,dan
pemantauan kegiatan pada seksi infrastruktur pertanahan;
2. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan pengukuran dan pemetaan dasar,
pengukuran batas administrasi, kawasan dan wilayah tertentu;
3. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan pembinaan tenaga teknis dan
surveyor;
4. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan pengelolaan dan pemutakhiran
peralatan teknis serta teknologi pengukuran dan pemetaan;
7. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan koordinasi dan pengelolaan basis
data geospasial pertanahan dan Komputerisasi Kegiatan Pertanahan
(KKP) berbasis data spasial;
8. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan pengukuran dan pemetaan kadastral;
9. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan pembukuan serta pengelolaan basis
data dan informasi batas bidang tanah, ruang dan perairan;

12

Melayani, Profesional, Terpercaya


10. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan pengukuran dan pemetaan graphical
index mapping (GIM) atau pengumpulan informasi bidang tanah;
11. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan
seksi infrastruktur pertanahan.

3. Area Bermasalah
Area bermasalah dapat ditemukan dengan melakukan diagnosis organisasi
untuk menemukan gejala atau bahkan masalah yang terindikasi dapat
menyebakan kegagalan dalam melakukan peningkatan kinerja kualitas
pelayanan publik. Diagnosis organisasi dimaksudkan untuk menilai kondisi
organisasi yang semula dianggap masih berupa isu menjadi masalah nyata
yang harus diselesaikan.
Diagnosis organisasi tersebut dapat disesuaikan dengan Tugas dan Fungsi
Pelayanan. Hal tersebut diawali dengan memotret kondisi saat ini (existing) dan
membandingkan dengan kondisi yang diharapkan. Kemudian setelah
dilakukan identifikasi kondisi existing pelayanan publik saat ini dan kondisi yang
diharapkan tersebut, akan didapatkan kesenjangan (‘gap’).
Berdasarkan hasil identifikasi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kepala
Seksi Infrastruktur Pertanahan maka ditemukan beberapa tupoksi yang masih
bermasalah atau belum terlaksana dengan baik diantaranya adalah
pelaksanaan program strategis Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL), Desa Lengkap dan pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Tanah
Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Berdasarkan tupoksi yang masih bermasalah
tersebut maka isu-isu strategis yang dihadapai oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten Buton dapat teridentifikasi sebagai berikut :

13

Melayani, Profesional, Terpercaya


Tabel 1. Area Bermasalah pada Tupoksi

B. Sumber Daya Kantor Pertanahan Kabupaten Buton


Kantor Pertanahan Kabupaten Buton terletak di Pulau Buton, beralamat di
Jalan Poros Pasarwajo-Lasalimu, Kelurahan Wakoko, Kecamatan Pasarwajo,
Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam menjalankan tugas dan
fungsinya Kantor Pertanahan Kabupaten Buton didukung oleh ASN sebanyak 47
(empat puluh tujuh) orang.
1. Sumber Daya Manusia Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
Kantor Pertanahan Kabupaten Buton memiliki Aparatur Sipil Negara
(ASN) sebanyak 47 (empat puluh tujuh) orang pegawai, yang terdiri dari :
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 25 orang dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri (PPNPN) sebanyak 22 orang, dengan rincian sebagai berikut:
• Kepala Kantor : 1 orang
• Kepala Sub Bagian Tata Usaha : 1 orang
• Kepala Urusan : 2 orang
• Kepala Seksi : 4 orang
• Kepala Sub Seksi : 9 orang
• Staf : 8 orang
• PPNPN : 22 orang +
Jumlah : 47 orang

14

Melayani, Profesional, Terpercaya


Jumlah pegawai berdasarkan bagian dan seksi, sebagai berikut :
• Tata Usaha : 15 orang
• Seksi Infrastruktur Pertanahan : 9 orang
• Seksi Hubungan Hukum Pertanahan : 8 orang
• Seksi Penataan Pertanahan : 5 orang
• Seksi Pengadaan Tanah : 5 orang
• Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian : 5 orang +
Jumlah : 47 orang

Khusus pada seksi infrastruktur pertanahan terdiri dari 3 pejabat struktural 2


petugas ukur ASN dan 4 PPNPN. Jika dilihat dari sumber daya manusia di
Seksi infrastruktur pertanahan kurang cukup mendukung dalam pelaksaan
pelayanan dikantor pertanahan. Untuk pekerjaan rutin dengan jumlah 2
petugas ukur sangat kurang mencukupi kebutuhan, apalagi target
pengukuran proyek strategis seperti PTSL memang masih sangat
kekurangan.
2. Sarana dan Prasarana
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Seksi Infrastruktur Pertanahan
Kabupaten Buton memiliki 8 alat ukur yakni 1 set Total Station, 7 Set GPS
Geodetik Tipe RTK. Untuk peralatan peralatan penunjang terdiri dari 3 laptop
dan 1 unit komputer PC, 5 unit scanner dan 5 unit printer. Jaringan listrik cukup
stabil dan jaringan internet menggunakan fiber optic dengan kecepatan 100
Mbps.

15

Melayani, Profesional, Terpercaya


BAB III
ANALISIS MASALAH

A. Identifikasi Masalah Pada Area Tugas dan Fungsi Yang Bermasalah


Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah.
Identifikasi masalah merupakan unsur yang dikatakan paling penting diantara
proses yang lain. Proses Identifikasi masalah pada Seksi Infrastruktur
Pertanahan Kabupaten Buton adalah sebagai berikut :
1. Program Strategis PTSL Yang Belum Maksimal
Pendafataran Tanah Sistematis Lengkap yang selanjutnya disingkat
PTSL merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak bagi semua objek Pendaftaran Tanah di seluruh
Wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah Desa/Kelurahan atau nama
lainnya yang setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan data fi sik dan
data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk
keperluan pendaftarannya.
Latar belakang dari diadakannya program ini karena Pemerintah masih
menemukan banyak tanah di Indonesia yang belum bersertipikat.
Penesertipikatan tanah merupakan hal wajib dilakukan masyarakat untuk
menjamin kepastian hukum dan bukti otentik dari kepemilikan tanahnya yang
dibuktikan dengan sertipikat tanah. Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
yang dilaksanakan oleh pemerintah memiliki tujuan untuk mewujudkan
pemberian jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum hak atas
tanah masyarakat berlandaskan asas sederhana, cepat, lancar, aman, adil,
merata dan terbuka serta akuntabel, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta
mengurangi dan mencegah sengketa dan konflik pertanahan.
Obyek Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) meliputi seluruh
bidang tanah tanpa terkecuali, baik bidang tanah yang belum ada hak atas
tanahnya maupun bidang tanah yang memiliki hak dalam rangka
memperbaiki kualitas data pendaftaran tanah, yang meliputi bidang tanah

16

Melayani, Profesional, Terpercaya


yang sudah ada tanda batasnya maupun yang akan ditetapkan tanda
batasnya dalam pelaksanaan PTSL.
Identifikasi masalah pada area tugas dan fungsi Kepala Seksi
Infrastruktur Pertanahan terkait Program Strategis PTSL Yang Belum
Maksimal adalah Pelaksanaan PTSL belum menjangkau seluruh wilayah
administrasi desa/kelurahan di Kabupaten Buton. Banyak hal yang menjadi
penyebab belum terlaksananya pelaksanaan PTSL pada seluruh
Desa/Kelurahan di Kabupaten Buton, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Keterbatasan Anggaran DIPA Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
b) Kesiapan infrastruktur penunjang lokasi PTSL, mulai dari ketersediaan
data peta kerja, peta pendaftaran maupun kesiapan dari msayarakat dan
kepala desa/lurah.
c) Melekatnya Hak Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat sehingga
menjadi penghalang tercapainya pelaksanaan PTSL di Wilayah Ulayat
tersebut.
2. Pelaksanaan Desa/Kelurahan Lengkap Belum Tercapai
Desa Lengkap adalah desa yang seluruh bidangan tanahnya telah
terpetakan dalam poligon batas administrasi desa, baik pada bidangan tanah
yang sudah bersertipikat maupun bidang tanah yang belum bersertipikat
dengan kualitas data pada peringkat kualitas KW1 dan minimal KW2.
Pelaksanaan desa lengkap harus dilakukan pada seluruh desa/kelurahan di
Kabaputen Buton dengan terlebih dahulu mengikuti konsep penetapan
lokasi yang mendekat, merapat dan menyeluruh. Tindak lanjut dari
pelaksanaan desa lengkap adalah dengan adanya Pernyataan Deklarasi
Desa/Kelurahan Lengkap yang ditanda tangani oleh Kepala Kantor, Pejabat
StruKtural yang bertangungjawab terhadap pelayanan dan pengelolaan
arsip.
Identifikasi masalah pada area tugas dan fungsi Kepala Seksi
Infrastruktur Pertanahan terkait Desa Lengkap adalah Pelaksanaan Desa
Lengkap harus memetakan seluruh bidang tanah (K1, K2, K3 dan K4) di
wilayah administrasi desa tersebut dan relaisasi pelaksanaan Desa Lengkap
sejalan dengan penunjukkan lokasi PTSL. Beberapa hal yan menjadi
penyebab belum terlaksananya pelaksanaan Desa/Kelurahan Lengkap
17

Melayani, Profesional, Terpercaya


pada seluruh Desa/Kelurahan di Kabupaten Buton, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a) Batas Administrasi Desa/Kelurahan di Kabupaten Buton masih berupa
batas indikatif yang sifatnya sementara.
b) Melekatnya Hak Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat sehingga
menjadi penghalang tercapainya pelaksanaan Desa Lengkap PTSL di
Wilayah Ulayat tersebut.
3. Pengukuran dan Pemetaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Tidak
Terlaksana
Untuk menjamin kepastian hukum terhadap tanah ulayat maka seluruh
bidang-bidang tanah ulayat tersebut harus diukur, dipetakan dan didaftar
dalam daftar tanah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019
tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat.
Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula merupakan satu
satunya wilayah di Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara yang
belum pernah tersentuh kegiatan pendaftaran tanah. Oleh karena itu perlu
dilaksanaan penatausahaan tanah ulayat tersebut dengan harapan dapat
menjadi titik embrio menuju tercapainya pelaksanaan pendaftaran tanah
melalui kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di wilayah
ulayat tersebut.
Kantor Pertanahan Kabupaten Buton sebagai lembaga resmi
pemerintah di bidang pertanahan yang bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan pendaftaran tanah harus secara aktif meyakinkan Kepala Suku
(parabela) dan Masyarakat Hukum Adat Wabula untuk menjamin kepastian
hukum pada tanah ulayat tersebut melalui kegiatan penatausahaan tanah
ulayat berupa pengukuran, pemetaan dan pencatatan dalam daftar tanah.
Ada beberap hal yang menjadi faktor penyebab belum terlaksananya
kegiatan pengukuran dan pemetaan tanah di Tanah Ulayat Masyarakat
Hukum Adat Wabula, antara lain sebagai berikut :
1. Adanya klaim sepihak Parabela dan Masyarakat Hukum Adat Wabula
bahwa tanah yang mereka kuasai saat ini adalah tanah adat atau biasa
18

Melayani, Profesional, Terpercaya


disebut “tanah sara” sehingga mereka tidak memerlukan sertipikat untuk
melegalkan kepemilikan tanahnya.
2. Adanya pemahaman Parabela dan Masyarakat Hukum Adat Wabula
bahwa sertipikat tanah dapat mengurangi hak kedaulatan parabela
terhadap tanah-tanah yang ada di wilayah ulayat Masyarakat Hukum
Adat Wabula tersebut.
3. Kurangnya sosialisasi kepada Masyarakat Hukum Adat Wabula dan
pendekatan persuasif kepada parabela yang dilakukan Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton.

B. Penetapan Masalah Utama


Dari 3 (tiga) masalah yang telah diidentifikasi diatas, perlu dilakukan
analisis pemilihan masalah untuk menentukan masalah mana yang paling
prioritas dalam aksi perubahan. Dalam menentukan masalah utama yang
prioritas maka penulis memilih menggunakan karakteristik ASTRID dengan
mengunakan metode pembobotan sebagai berikut :
Bobot Masalah Keterangan
No. Kriteria Kriteria A B C
1 Aktual 15 13 13 12
2 Spesifik 10 10 9 9 Masalah
3 Transformasi 10 8 8 10 poin C
4 Relevan 15 13 13 13
5 Inovatif 20 19 19 20 yang terpilih
6 Dapat Dilaksanakan 30 25 25 29
Sesuai
Masa Pelatihan
88 87 93

Tabel 2. Pembobotan Model ASTRID


Keterangan :
A. Program Strategis PTSL Yang Belum Maksimal
B. Pelaksanaan Desa/Kelurahan Lengkap Belum Tercapai
C. Pengukuran dan Pemetaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Tidak
Terlaksana

19

Melayani, Profesional, Terpercaya


ASTRID merupakan kepanjangan dari Aktual, Spesifik, Transformasi,
Relevan, Inovatif dan Dapat dilaksanakan sesuai masa pelatihan dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Aktual
Masalah yang menjadi kriteria merupakan masalah yang sedang hangat
diperbincangkan
2. Spesifik
Masalah yang menjadi kriteria merupakan masalah yang bersifat khusus
terkait Rencana Aksi Perubahan
3. Transformasi
Masalah yang menjadi kriteria merupakan masalah yang bersifat perubahan
pola dan inovasi terkait Rencana Aksi Perubahan
4. Relevan
Masalah yang menjadi kriteria merupakan masalah yang sesuai dengan
Tupoksi terkait Rencana Aksi Perubahan
5. Inovatif
Masalah yang menjadi kriteria merupakan masalah yang bersifat
pembaharuan yang kreatif terkait Rencana Aksi Perubahan
6. Dapat dilaksanakan sesuai masa pelatihan
Masalah yang menjadi kriteria merupakan masalah yang dapat dilaksanakan
tepat waktu sesuai skedul yang diuraikan pada Rencana Aksi Perubahan

Dari penghitungan analisis masalah prioritas diatas diperoleh nilai dengan


bobot tertinggi yaitu 93 pada poin masalah C yaitu “Pengukuran dan Pemetaan
Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Tidak Terlaksana” sehingga dalam aksi
perubahan ini penulis akan menetapkan masalah ini untuk aksi perubahan
dengan gagasan inovasi berupa Pelaksanaan Penatausahaan Tanah Ulayat
Masyarakat Hukum Adat Wabula Melalui Kegiatan Pengukuran, Pemetaan dan
Pencatatan Dalam Daftar Tanah”.
Permasalahan Pengukuran dan Pemetaan Tanah Ulayat Masyarakat
Hukum Adat Tidak Terlaksana disebabkan oleh beberapa faktor yang akan
dianalisis lebih dalam dan detil dengan menggunakan Analisis Fishbone.
Elemen-elemen inilah nantinya yang akan digunakan sebagai dasar dan akan

20

Melayani, Profesional, Terpercaya


dipilih untuk dilakukan inovasi. Penyebab dari permasalahan yang timbul
tersebut dapat dilihat dalam model Diagram Fishbone, berikut ini :

CAUSE EFFECT

MAN MONEY

Pengukuran dan
Pemetaan Tanah
Ulayat Masyarakat
Hukum Adat Tidak
Terlaksana

METHODS MACHINE MATERIAL

Gambar 1. Model Diagram Fishbone

Dari diagram tersebut dapat diperoleh faktor-faktor yang menjadi penyebab dari
adanya isu strategis/masalah utama tersebut, yaitu :
1. Man, penyebab permasalahan adalah terletak pada sumber daya manusia
yang ada. Faktor SDM utamanya berasal dari faktor keengganan dari kepala
suku (parabela) dan masyarakat hukum adat wabula untuk menjamin
kepastian hukum tanah ulayat mereka. Selain kurangnya tenaga sumber daya
manusia yang ada di Seksi Infrastruktur Pertanahan Kabupaten Buton
sehingga upaya untuk melakukan pendekatan persuasif dengan
mengedepankan kearifan lokal untuk berdiskusi dengan kepala suku dan
masyarakat hukum adat tidak terlaksana.
2. Money, kendala anggaran yang terbatas di Seksi Infrastruktur Pertanahan
Kabupaten Buton dimana anggaran untuk penatausahaan tanah ulayat tidak
tercantum dalam DIPA Kantor Pertanahan Kabupaten Buton. Selain itu
dukungan anggaran dari swadaya masyarakat dan Pemerintah Kabupaten
Buton tidak ada.
3. Methods, selama ini metode pengukuran, pemetaan dan pengumpulan data
fisik dan yuridis masih menggunakan cara-cara manual dan konvensional,
21

Melayani, Profesional, Terpercaya


sehingga membutuhkan waktu yang lama dengan alur yang panjang dan
lama. Sehingga penatausahaan tanah ulayat dengan pengukuran dan
pemetaan dianggap sesuatu yang susah untuk direalisasikan.
4. Machine, terbatasnya sarana pendukung kegiatan di Seksi Infrastruktur
Pertanahan Kabupaten Buton berupa laptop/computer dengan spesifikasi
tinggi untuk pengolahan data foto udara, smartphone, drone, plotter, printer
dan scanner.
5. Materials, ketersedian aplikasi pengukuran, pemetaan dan pengumpulan
data secara elektronik masih dikatakan baru, misalnya aplikasi Survey
Tanahku yang baru dilaunching tahun 2019 namun aplikasi ini belum bisa
digunakan secara baik oleh seluruh ASN Seksi Infrastruktur Pertanahan
Kabupaten Buton.
Berdasarkan uraian dari analis model Diagram Fishbone di atas diperoleh
penyebab dari munculnya isu utama yaitu dari Man, bahwa selama ini yang
menjadi penyebab belum tersentuhnya kegiatan pertanahan di tanah ulayat
tersebut karena faktor keengganan dari kepala suku dan masyarakat hukum
adat wabula untuk mendaftarkan tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten
Buton, sehingga perlu dicarikan terobosan inovasi untuk mengatasi penyebab
masalah tersebut.
Untuk menjawab permasalahan yang timbul dari isu strategis dan
penyebab dari permasalahan tersebut diperoleh ide inovasi yang akan
dilaksanakan pada Rencana Aksi Perubahan yaitu: “Pemetaan Bidang Tanah
Adat Wabula Melalui Penatausahaan Tanah Masyarakat Hukum Adat Di
Kabupaten Buton Dengan Menggunakan Aplikasi Survey Tanahku”

C. Analisis Kelayakan Inovasi


Setelah mendapatkan isu strategis dan masalah yang terpilih yaitu Pengukuran
dan Pemetaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Tidak Terlaksana, maka
hal selanjutnya adalah dengan langkah menggagas ide perubahan. Ide
perubahan harus memiliki kelayakan inovasi, dan untuk mengetahui kelayakan
inovasi tersebut maka perlu dianalisis dengan mempertimbangkan hal sebagai
berikut :

22

Melayani, Profesional, Terpercaya


1. Kelayakan Administratif
Secara administratif, Laporan Aksi Perubahan yang akan dilaksanakan
masih dalam koridor Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Seksi Infrastruktur
Pertanahan Kabupaten Buton yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengukuran dan pemetaan kadastral dan pembukuan serta pengelolaan
basis data dan informasi batas bidang tanah, ruang dan perairan, yang
dibutuhkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Buton untuk mendukung
pelaksanaan Program Strategis Kementerian yang salah satunya adalah
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.

2. Kelayakan Sumber Daya


Kelayakan pemanfaatan Sumber Daya dalam melaksanakan Laporan Aksi
Perubahan ini yaitu dapat dilihat dari dukungan dan komitmen para ASN di
lingkungan Seksi Infrastruktur Pertanahan Kabupaten Buton yang sangat
tinggi. Selain itu kemampuan dan kualifikasi ASN Seksi Infrastruktur
Pertanahan Kabupaten Buton juga sangat mumpuni dalam mendukung
pelaksanaan Laporan Aksi Perubahan. Keberadaan sarana dan prasarana
seperti alat ukur GPS Geodetik, Drone, Plotter, dan Jaringan Internet di
kantor maupun di lokasi Laporan Aksi Perubahan sangat memadai dan
mendukung dalam kelancaran proses pelaksanaan.

3. Kelayakan Teknis
Data utama Laporan Aksi Perubahan ini diperoleh langsung dari data
lapangan dan kemudian diolah dan dianalisis di kantor Pertanahan
Kabupaten Buton. Secara teknis lokasi Laporan Aksi Perubahan sangat
layak untuk diambil datanya baik melalui pemotretan udara maupun
pengamatan langsung di lapangan secara terestris. Proses pengumpulan
data tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan aplikasi Survey
Tanahku.

4. Kelayakan Regulasi
Laporan Aksi Perubahan ini secara hukum layak untuk dilaksanakan karena
Laporan Aksi Perubahan ini merupakan rangkaian kegiatan Pelatihan
Kepemimpinan Pengawas (PKP) yang dilaksanakan oleh PPSDM, dimana

23

Melayani, Profesional, Terpercaya


Aksi Perubahan yang ditawarkan berupa pelaksanaan kegiatan pengukuran
dan pemetaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula di Kabupaten
Buton untuk menjalankan amanat yang dituangkan dalam Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18
Tahun 2019 tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan
Masyarakat Hukum Adat . Pada tahap pelaksanaan Aksi Perubahan nanti
akan dikuatkan dengan Surat Keputusan Aksi Perubahan tentang
Pembentukan Tim Efektif yang ditandatangani oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton.

24

Melayani, Profesional, Terpercaya


BAB IV
STRATEGI MENGATASI MASALAH

A. Terobosan Inovasi
1. Deskripsi Inovasi Laporan Aksi Perubahan
Inovasi adalah sebuah ide, praktik atau objek yang dianggap baru oleh
individu satu unit adopsi lainnya. Sedangkan Inovasi pelayanan publik
adalah penerapan ide-ide baru dalam penyelenggaran pemenuhan
keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara agar
masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya.
Pada Laporan Aksi Perubahan ini penulis akan melakukan sebuah
terobosan inovasi yang lahir dari sebuah gagasan inovasi yaitu pemberian
jaminan kepastian hukum pada tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat
Wabula di Kabupaten Buton. Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019
tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat maka keberadaan tanah ulayat Wabula harus segera
ditindaklanjuti status hukumnya dengan kegiatan pentausahaan berupa
pengukuran, pemetaan dan pencatatan dalam daftar tanah.
Pelaksanaan pengukuran, pemetaan dan pencatatan dalam daftar tanah
(penatausahaan tanah ulayat) dilakukan dengan menggunakan teknologi
berupa aplikasi Survey Tanahku. Penggunaan teknologi aplikasi Survey
Tanahku tersebut bertujuan untuk mempercepat dan mempermudah proses
kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data fisik di lapangan.

2. Model Inovasi Laporan Aksi Perubahan


Dalam melaksanakan terobosan inovasi, kita memerlukan sebuah
konsep model pelayanan publik yang dapat memfasilitasi deskripsi dan
diskusi dan dipahami oleh seluruh elemen dalam organisasi. Instrumen atau
alat bantu untuk mengidentifikasi, mendiskripsikan, menganalisis,
merancang tugas/fungsi, program kegiatan dan rencana inovasi organisasi
tersebut yaitu dengan menggunakan model inovasi perubahan (kanvas
inovasi) yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana

25

Melayani, Profesional, Terpercaya


organisasi dapat menciptakan nilai-nilai organisasi dan memungkinkan
implementasinya.
Model inovasi perubahan (kanvas inovasi) berperan sebagai model
yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi dapat
menciptakan nilai-nilai organisasi dan memungkinkan implementasinya.
Kanvas model adalah sebuah strategi dalam manajemen yang berupa visual
chart yang terdiri dari 13 (tiga belas) eleman. Pada tiap elemem, diisi sesuai
dengan gagasan ide perubahan, yaitu siapa saja mitra kerja, apa saja
kegitan utama yang menjadi fokus, nilai apa saja yang ditawarkan dalam
kegiatan tersebut, seperti apa hubungan sebagai project leader terhadap
klien, Target apa saja yang akan dicapai, Berapa/apa saja unsur biaya
yang diperlukan, Imbalan apa yang didapatkan dari ide gagasan perubahan
tersebut, Resiko apa saja yang ditemukan/diidentifikasi, Legalitas apa saja
yang sudah tersedia untuk mendukung ide perubahan tersebut,
akuntabilitas apa saja yang akan diperoleh melalui ide gagasan yang
ditawarkan serta bagaimana keberlanjutan (Sustainabilitas) dari gagasan
ide perubahan tersebut dalam jangka mengah ataupun jangka panjang
Manfaat utama dari model inovasi perubahan (kanvas inovasi) adalah
mempertajam fokus dan membuat kejelasan mengenai model aksi
perubahan yang diajukan, fleksibel, kanvas model sangat bermanfaat dalam
inovasi, kerena mudah untuk dimodifikasi dengan tetap memberikan
pandangan secara menyeluruh terhadap model kanvas tersebut dan
transparansi, juga digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan kepada tim
dan membantu tim menjadi lebih mudah mengerti apa model aksi perubahan
yang ditetapkan dan digunakan oleh organisasi.
Untuk lebih jelasnya maka perhatikan model inovasi perubahan terkait
Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum
Adat yang merupakan Laporan Aksi Perubahan penulis sebagai berikut :

26

Melayani, Profesional, Terpercaya


MITRA KERJA: KEGIATAN UTAMA: NILAI YANG HUBUNGAN KLIEN: TARGET:
DITAWARKAN:
1. Kepala Suku 1. Persiapan dan perencanan 1. Koordinasi dengan Dapat terlaksananya kegiatan
(Parabela) Wabula Menjamin Kepastian Masyarakat, PTSL ditahun 2021 di Tanah
2. Pembentukan Tim Efektif Kepala Suku,
Hukum melalui kegiatan
2. Masyarakat Hukum Pemerintah Desa Ulayat Masyarakat Hukum
Adat Wabula 3. Pendekatan Persuasif dengan Penatausahaan Tanah dan Kecamatan Adat Wabula tersebut yang
mengedepankan kearifan lokal
Ulayat Masyarakat
3. Pemerintah Desa 2. Kerjasama mana akan menjadi catatan
4. Sosialisasi Massa dan Edukasi Hukum Adat Wabula Koordinasi dengan sejarah tersendiri karena
4. Pemerintah Langsung ke personal masyarakat Masyarakat,
dengan cara pengukuran,
Kecamatan setelah hampir 76 tahun
Kepala Suku,
5. Pelaksanaan Pengukuran, pemetaan dan
Pemerintah Desa Indonesia merdeka, wilayah
5. Pemerintah Desa Pemetaan dan Pencatatan Dalam
pencatatan dalam daftar dan Kecamatan
Daftar Tanah dengan adat tersebut belum pernah
6. Karang Taruna menggunakan Aplikasi Survey tanah Kantor Pertanahan
3. Keberlanjutan tersentuh kegiatan proyek
Tanahku Kab. Buton Kerjasama dan pendaftaran tanah.
koordinasi dengan
6. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
mitra kerja

SUMBER DAYA: PELAYANAN:

1. SDM terkait pada mitra kerja 1. Pemberian Jaminan Kepastian Hukum Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat
Wabula
2. Bahan dan Peralatan terkait penggunaaan Teknologi Aplikasi
Survey Tanahku, peralatan ukur dan lain lain 2. Penatusahaan Tanah Ulayat dengan Pengukuran, Pemetaan dan Pencatatan
dalam Daftar Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
3. Pemanfaatan Teknlogi Informasi (Jaringan Internet) yang
menunjang 2. Pelayanan Informasi, konsultasi dan Sosialisasi Status Tanah Ulayat

4. Sarana Penunjang sosialisasi seperti aula pertemuan, Kantor


Desa dan Kantor Kecamatan

UNSUR BIAYA: IMBALAN: RESIKO:

Biaya Pelaksanaaan Kegiatan direncanakan dari 1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan 1. Penolakan tawaran
Revisi POK Kantor Pertanahan Kabupaten akses reform penatausahaan dari Parabela
Buton
2. Menjamin kepastian hukum kepemilikan tanah pada dan Masyarakat Hukum Adat
masyarakat adat 2. Apabila penatausahaan tanah
3. Mengurangi terjadinya sengketa dan konflik kepemilikan tanah ulayat tersebut dilanjutkan ke
masyarakat adat. proses sertipikat maka peran
PARABELA dalam proses
peralihan tanah terdaftar dapat
dipastikan menjadi berkurang
bahkan hilang karena aturan
perundangan yang berlaku.

LEGALITAS: AKUNTABILITAS: SUSTAINABILITAS:

1. Undang-Undang Pokok Agraria 1960 1. Pelaksanaan Penatausahaan Tanah Ulayat 1. Pengembangan


2. PP 24 Th.1997 tentang Pendaftaran Tanah lebih mudah, cepat dan datanya lebih akurat Pelayanan pengukuran
serta aman dalam penyimpanan dalam sistem dan pemetaan secara
3. PMNA 3 Th. 1997 tentang ketentuan pelaksanaan PP 24 Th. digital melalui teknologi
1997 2. Diperoleh Data Pengukuran , pemetaan dan aplikasi Survey Tanahku
pencatatan daftar dalam bentuk digital untuk setiap kegiatan
4. Permen ATR/BPN No.18 Tahun 2019 tentang Tata Cara
pengukuran dan pemetaan
Penatausahaan Tanah Ulayat program strategis nasional
2. Bisa menjadi best practice
pada tanah ulayat lain

Tabel 3. Canvas Inovasi Rencana Aksi Perubahan

27

Melayani, Profesional, Terpercaya


B. Hasil Inovasi
Hasil Inovasi Laporan Aksi Perubahan ini berupa :
1. Hasil Inovasi berupa Output Jangka Pendek (selama 2 bulan masa
Implementasi Aksi Perubahan), yaitu :
a. Melakukan Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat dengan output berupa Peta Tanah Ulayat Masyarakat
Hukum Adat Wabula yang berbasis bidang tanah dan Tercatat
Dalam Daftar Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Buton sesuai
yang diamanahkan dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019.
b. Peningkatan keterampilan ASN lingkup Seksi Infrastruktur Pertanahan
Kabupaten Buton dengan output berupa kemahiran dalam
menggunakan Aplikasi Survey Tanahku untuk menunjang percepatan
pelaksanaan pengumpulan data fisik pertanahan pada kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).
2. Hasil Inovasi berupa Outcame Jangka Menengah (selama 6 bulan masa
Implementasi Aksi Perubahan), yaitu :
a. Tercapainya pelaksanaan Kegiatan PTSL melalui DIPA Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton pada tahun anggaran 2021 di Tanah
Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula
b. Konsistensi dalam penggunaan aplikasi Survey Tanahku pada setiap
kegiatan PTSL Kantor Pertanahan Kabupaten Buton dimulai tahun 2021
sampai seterusnya.

C. Manfaat Inovasi
Manfaat Inovasi yang berupa Impact Jangka Panjang (selama 1 tahun ke
depan dan seterusnya) dari Laporan Aksi Perubahan ini adalah sebagai berikut
:
1. Manfaat Bagi Tim Leader
Dapat meningkatkan keterampilan ASN di Kantor Pertanahan Kabupaten
Buton dalam menggunakan dan mengoperasikan alat pengukuran

28

Melayani, Profesional, Terpercaya


berbasis teknologi informasi yaitu kemampuan pengoperasian aplikasi
Survey Tanahku
2. Manfaat Bagi Instansi
a. Kantor Pertanahan
• Dengan pelaksanaan penatausahaan tanah ulayat MHA Wabula
maka diharapkan dapat menjadi sebuah titik embrio tercapainya
pelaksanaan kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) di Wilayah Adat Wabula sehingga dengan demikian maka
upaya untuk menjadikan Kecamatan Wabula Lengkap untuk menuju
Kabupaten Buton Lengkap dapat tercapai.
• Membantu mewujudkan tercapainya pelaksanaan Pengukuran dan
Pemetaan Seluruh Bidang Tanah di Kabupaten Buton secara
lengkap dan menyeluruh untuk menuju terwujudnya Kabupaten
Buton Lengkap.
b. Instansi Luar
• Membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Buton dalam
menyiapkan Lampiran Peta Bidang Tanah Ulayat Desa Wabula
dalam menerbitkan Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati tentang
pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat (MHA)
Wabula.
• Membantu Badan Informasi Geospasial dalam menyiapkan data
Peta Tanah Ulayat (Wilayah Adat) sebagai komponen penunjang
pembuatan Peta Informasi Geospasial Tematik (IGT) sesuai Perpres
tentang Kebijakan Satu Peta.
3. Manfaat Bagi Penerima (Masyarakat Hukum Adat Wabula)
• Menjamin kepastian hukum melalui kegiatan penatausahaan
bidang-bidang tanah Masyarakat Hukum Adat Wabula dengan
output berupa peta bidang tanah ulayat yang telah tersimpan dalam
database peta pendaftaran dan tercatat dalam daftar tanah Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton (Sesuai amanah Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
18 Tahun 2019).

29

Melayani, Profesional, Terpercaya


• Tersedianya peta bidang tanah ulayat secara fisik tersebut dapat
menjadi acuan Parabela dan Sara dalam menentukan kebijakan
pemanfaatan dan penguasaan tanah oleh MHA termasuk
memudahkan dalam hal pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan sengketa tanah antar MHA Wabula.

D. Pemanfaatan Sumber Daya


1. Pembentukan Tim Kerja
a. Komposisi Tim yang terukur
Membangun tim kerja efektif dalam satu unit kerja termasuk dalam hal
membuat Laporan Aksi Perubahan yang sedang kami rancang sesuai
judul yaitu : Pemetaan Bidang Tanah Adat Wabula Melalui
Penatausahaan Tanah Masyarakat Hukum Adat Di Kabupaten Buton
Dengan Menggunakan Aplikasi Survey Tanahku, tentu sangat
membutuhkan kejelian pemimpin dalam memotret komposisi dan
kompetensi anggota tim. Komposisi Anggota Tim dalam aksi perubahan
yang kami rancang boleh dibilang sangat ramping, mengingat Sumber
Daya Manusia (SDM) yang akan terlibat sangat terbatas, sehingga
komposisi tim yang terlibat hanya kami fokuskan pada sponsor (mentor),
project leader (pemimpin rancangan aksi perubuhan), coach
(widyaiswara), working team (para tim kerja yang berasal dari kantor
pertanahan kabupaten buton), team external (para pembantu tim kerja
seperti masyarakat desa, pemerintah dan lembaga adat).

b. Struktur Tim yang berorientasi hasil


Struktur Tim memberikan pengaruh yang nyata pada efektivitas sebuah
tim. Pilihan bentuk struktur tim akan sangat berpengaruh pada alur
komunikasi, pembagian peran dan kejelasan otoritas pengambilan
keputusan antar personil tim yang pada gilirannya akan mempengaruhi
ketercapaian tujuan tim. Adapun susunan organisasi tim yang akan kami
bentuk agar mendapatkan hasil yang maksimal pada rencana
implementasi aksi perubahan kami adalah sebagai berikut:

30

Melayani, Profesional, Terpercaya


MENTOR

COACH PROJECT
LEADER

TEAM WORK TEAM EXTERNAL

Keterangan:

: Arahan/Petunjuk

: Koordinasi

Bagan 1. Struktur Tim Efektif Rencana Aksi Perubahan

c. Kompetensi Anggota Tim yang berkualitas


Kecukupan kompetensi dari anggota tim merupakan hal penting yang
dimiliki oleh sebuah tim yang efektif. Sumber daya manusia kompeten
merupakan sumberdaya utama dalam mewujudkan tim efektif.
Kompetensi ini sangat dibutuhkan bagi sebuah tim efektif untuk
memastikan proses kerja berjalan dengan baik dan tujuan tim dapat
tercapai. Secara umum kompetensi anggota tim utamanya tim internal
dalam rencana implementasi aksi perubahan kami adalah sebagai
berikut :
a) Sponsor yaitu Mentor. Sesuai dengan jabatan dan tupoksi kami saat
ini, maka mentor kami adalah Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Buton (latar belakang pendidikan D4 Pengukuran dan Pemetaan).
Sponsor/mentor ini mempunyai urgensi dalam pengambilan kebijakan
yang mampu memberi dukungan, arahan dan motivasi. Bertugas

31

Melayani, Profesional, Terpercaya


mengarahkan, membimbing dan menyetujui serta mendukung Aksi
Perubahan yang akan kami ajukan.
b) Project Leader yaitu Kepala Seksi Infrasruktur Pertanahan Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton (latar belakang pendidikan S1 dan S2
Teknik Geodesi dan Geomatika) selaku penanggung jawab Aksi
Perubahan. Bertanggungjawab terhadap seluruh tahapan proses Aksi
Perubahan sampai terlaksananya Aksi Perubahan
c) Coach yaitu Widyaiswara, selaku pendamping dan fasilitator pada
Project Leader agar Aksi Perubahan dapat terlaksana dan sukses.
Bertugas memberikan bimbingan, arahan, masukan serta konseling
kepada Project Leader selama Aksi Perubahan berlangsung.
d) Team Work yaitu para Team Work Inti yang terdiri dari kasubsi
pengukuran, kasubsi tematik dan juru ukur yang semuanya berlatar
belakang pendidikan D1 pengukuran ditambah dengan petugas
inventarisasi dan petugas pengolah data dengan latar belakang
pendidikan SMA dan kompeten dalam pengoperasian alat ukur,
pengoperasian komputer dan keahlian komunikasi yang baik yang
semuanya merupakan skuad Seksi Infrastruktur Pertanahan Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton. Selain dari seksi Infrastruktur
Pertanahan, Team Work juga terdiri dari Team Work Pendukung
yang terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi Seksi lain yang
ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Buton.
e) Team External yaitu tim yang terlibat langsung di lapangan yang
terdiri dari masyarakat adat, kepala suku, pemerintah desa,
pemerintah kecamatan, aparat desa dan lain lain yang memiliki
kompetensi yang heterogen namun pada dasarnya peran mereka
sangat menjadi penentu keberhasilan aksi perubahan ini.

d. Tujuan Pembentukan Tim Yang Jelas


Tujuan bagi sebuah tim adalah modal untuk menjadi tim efektif.
Ketidakjelasan tujuan sebuah tim tentu akan sangat berpengaruh pada
efektivitas tim tersebut. Tujuan yang tidak jelas akan membuat anggota
tim kehilangan fokus dan semangat untuk mencapainya. Oleh karena

32

Melayani, Profesional, Terpercaya


itu, tim yang efektif memiliki tujuan yang jelas dan dapat “menggugah”
yang mana akan membuat seluruh anggota tim memiliki pemahaman
yang jelas terhadap tujuan tim dan juga memiliki keyakinan bahwa
tujuan tim adalah sesuatu yang penting untuk dicapai.
Tim Efektif Laporan Aksi Perubahan yang akan dibentuk memiliki
komitmen yang kuat dari penulis sebagai project leader dan didukung
penuh oleh mentor dan seluruh skuad Kantor Pertanahan Kabupaten
Buton untuk mensukseskan pelaksanaan PTSL tahun 2021 di Tanah
Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula tersebut yang merupakan
tantangan tersendiri karena sudah berbagai cara ditempuh oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton namun belum membuahkan hasil.
Dalam konteks ini tim efektif akan berupaya semaksimal mungkin
untuk menggugah hati para petinggi adat utamanya kepala suku agar
bersedia menerima kami melaksanakan kegiatan PTSL pada tahun
2021 di tanah ulayat mereka yang dimulai dengan melalui kegiatan
penatausahaan tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula berupa
pengukuran, pemetaan dan pencatatan dalam daftar tanah sesuai
amanah peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019.

2. Membangun Jejaring Kerja


Aksi Perubahan ini berhubungan dengan banyak pihak, baik
perseorangan maupun institusi. Suatu Aksi Perubahan yang bagus adalah
yang bersinggungan, berhubungan, dan memiliki dampak diluar dari fungsi
dan institusinya, atau disebut outward impact. Oleh karena itu perlunya
dilakukan tahapan identifikasi pemangku kepentingan atau stakeholders
dalam PeLaporan Aksi Perubahan atau sebelum pelaksanaan Aksi
Perubahan.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam bangunan keseluruhan identifikasi
stakeholders adalah sebagai berikut :
1) Tentukan stakeholders internal dan eksternal yang berhubungan dan
bersinggungan dengan Aksi Perubahan

33

Melayani, Profesional, Terpercaya


2) Tentukan hubungan antar stakeholders, antara lain pelaporan/hierarki,
koordinasi, kolaborasi, aspirasi, dan anggaran. Tentukan pula
hubungan satu arah atau dua arah.
3) Tentukan derajat kepentingan stakeholders, mulai dari 1 untuk paling
kurang penting hingga 5 untuk paling penting.
4) Buat diagram stakeholders, dapat menggunakan netmap untuk
menyusun diagram tersebut.
5) Susun stakeholders quadrant yang di cluster berdasarkan pengaruh
(influence) dan minat (interest).
6) Tentukan strategi komunikasi untuk masing-masing cluster dalam
stakeholders quadrant.
7) Identifikasi nilai-nilai stakeholders.

Berikut adalah diagram stakeholders yang menunjukkan relasi antar


stakeholders dan derajat kepentingannya.

Bagan 2. Diagram Relasi dan Derajat Kepentingan Antar Stakeholder

Stakeholder internal :
1) Kakanwil sebagai pembina Aksi Perubahan
2) Kepala Kantor (mentor) sebagai project sponsor

34

Melayani, Profesional, Terpercaya


3) Tim Efektif sebagai tim yang terdiri dari tim kerja inti dan tim kerja
pendukung yang bersama-sama melaksanakan aksi perubahan yang
dikomandoi oleh project leader.
Stakeholder external :
1. Kepala Suku dan Lembaga Adat sebagai pihak yang paling
berpengaruh terhadap keberhasilan aksi perubahan
2. Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kabupaten
sebagai pihak yang mewakili pemerintah dan menjadi
penangungjawab wilayah administrasi dalam menunjang keberhasilan
Aksi Perubahan
3. Aparat Desa, Masyarakat Adat dan Team Work Pendukung sebagai
pihak yang pelaksana yang terlibat langsung untuk bekerjasama,
berkolaborasi dalam membantu tim efektif yang dikomandoi oleh
project leader.

Berikut adalah clustering stakeholders berdasarkan influence dan interest


nya, serta strategi komunikasinya.

Gambar 2. Clustering Stakeholder

35

Melayani, Profesional, Terpercaya


Dapat dilihat dari gambar diatas, para stakeholders yang terkait dengan
Aksi Perubahan ini di cluster menjadi empat clusters, yaitu:
1. Promoters
Cluster promoters adalah cluster stakeholders yang memiliki
kepentingan besar terhadap program dan juga kekuatan untuk
membantu membuatnya berhasil, atau dalam kata lain memiliki
pengaruh tinggi dan minat juga tinggi.
Strategi komunikasi yang digunakan kepada stakeholders pada cluster
ini adalah koordinasi intensif.
2. Defenders
Cluster defenders adalah cluster stakeholders yang memiliki
kepentingan pribadi dan organisasi dan dapat menyuarakan
dukungannya, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi kegiatan,
atau dalam kata lain memiliki minat tinggi tetapi pengaruh rendah.
Strategi komunikasi yang digunakan kepada stakeholders pada cluster
ini adalah kolaborasi, keunggulan mereka diberdayakan.
3. Latents
Cluster latents adalah cluster stakeholders yang tidak memiliki
kepentingan khusus maupun terlibat dalam kegiatan, tetapi memiliki
kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika mereka menjadi
tertarik, atau dalam kata lain memiliki pengaruh tinggi tetapi ketertarikan
rendah.
Strategi komunikasi yang digunakan kepada stakeholders pada cluster
ini adalah sosialisasi.
4. Apathetics
Cluster apathetics adalah cluster stakeholders yang kurang memiliki
kepentingan maupun kekuatan bahkan mungkin tidak mengetahui
adanya kegiatan, atau dalam kata lain memiliki pengaruh rendah dan
ketertarikan rendah.
Strategi komunikasi yang digunakan kepada stakeholders pada cluster
ini adalah edukasi atau diberi informasi tentang sinkronisasi program

36

Melayani, Profesional, Terpercaya


3. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan memiliki sisi positif
dan pada saat penerapannya. Hal positif dalam penerapan teknologi
informasi dalam pelayanan tentu akan mempercepat waktu pelayanan
khususnya dari sisi efektif dan efisien yang akan meningkat. Pemanfaatan
Aplikasi Survey Tanahku adalah salah satu wujud pemanfaatan Sumber
Daya di Bidang Teknologi Informasi dalam Laporan Aksi Perubahan.
Aplikasi Survey Tanahku adalah aplikasi berbasis mobile operating
system terhubung dengan database KKP yang digunakan untuk
pengumpulan data pertanahan, meliputi survey pengukuran dan pemetaan
kadastral, pengumpulan data yuridis, peningkatan kualitas data bidang
tanah spasial dan tekstual, kontrol kualitas serta monitoring dan evaluasi
data bidang tanah. Aplikasi ini dapat dihubungkan dengan sensor-sensor
yang terdapat extendable pada smartphone, sperti kamera, GPS, Finger
Print Reader dan lain lain. Data bidang tanah yang sudah tersimpan dalam
database Survey Tanahku dapat disinkronisasi dengan database server
yang ada di Pusdatin dan kemudian dapat ditampilkan dan dimonitoring
melalui aplikasi server web base.
Keberadaan Jaringan Internet layanan 4G Telkomsel di lokasi Laporan
Aksi Perubahan juga menjadi nilai tambah tersendiri dalam menunjang
kesuksesan pelaksanaan Aksi Perubahan.

E. Pengendalian Mutu Pekerjaan


Kualitas atau mutu dari suatu produk baik berupa barang maupun jasa,
akan dihasilkan apabila pengendalian mutu pekerjaan dilaksanakan dengan
baik dan bersifat menyeluruh. Oleh karena itu pengendalian mutu pekerjaan
sangat luas, karena semua yang berhubungan dengan kualitas atau mutu
harus diperhatikan.
Pengendalian mutu pekerjaan dilakukan untuk mengetahui dan
memastikan pelaksanaan kegiatan Aksi Perubahan dapat berjalan dengan baik
demi tercapainya tujuan dari kegiatan, dengan memperhatikan beberapa
kendala atau hambatan atau capaian ouput yang akan dihasilkan dalam
pelaksanaannya. Pelaksanaan pengendalian mutu pekerjaan dimaksudkan
37

Melayani, Profesional, Terpercaya


untuk mendapatkan jaminan bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan
biaya yang ekonomis atau serendah mungkin.
Pada Laporan Aksi Perubahan ini pengendalian pekerjaan yang dibuat
adalah :
1. Mengawasi Kinerja Tim Kerja (Kepatuhan Tim Kerja pada Tugasnya)
Pengawasan Tim Kerja dilakukan oleh Project Leader untuk mengontrol
kesesuaian rancangan dengan hasil pekerjaan.
2. Merancang form kendali untuk mengontrol pekerjaan
Dilakukan oleh Project Leader untuk mengorganisir jalannya pekerjaan.
3. Menggunakan PDCA (Plan, Do, Check, Action)
• Plan yaitu perencanaan yang telah ditetapkan agar diantisipasi apakah
bisa dilaksanakan, apakah tidak menimbulkan masalah dalam
Pelaksanaan Penatausahaan Tanah Ulayat.
• Do yaitu dikerjakan sesuai rencana setelah tahapan plan diselesaikan,
dalam Pelaksanaan Penatausahaan Tanah Ulayat, apakah semua tim
kerja melaksanakan tugasnya sesuai dengan alur dan target
penyelesaian;
• Check yaitu pekerjaan yang telah diselesaikan perlu dicek hasilnya,
apakah dalam Pelaksanaan Penatausahaan Tanah Ulayat, dikerjakan
dengan penuh tanggung jawab atau tidak, apakah sesuai alur dan
target, terdapat kendala atau tidak;
• Action yaitu perlu diadakan tindak lanjut apakah Pelaksanaan
Penatausahaan Tanah Ulayat mampu memberikan peningkatan dan
transparansi pelayanan hak komunal, apakah perlu di evaluasi atau
tidak.

Terkait dengan penggunaan PDCA (Plan, Do, Check, Action) maka


kegiatan pengendalian pada Laporan Aksi Perubahan ini dimulai dari
tahapan pekerjaan sebagai berikut :

38

Melayani, Profesional, Terpercaya


a) Penyusunan Rencana Kerja Anggaran
Untuk menyusun Rencana Anggara Biaya (RAB) pada
Laporan Aksi Perubahan yang akan penulis lakukan, terlebih
dahulu penulis berkonsultasi dengan PPK Kantor Pertanahan
Kabupaten Buton untuk mencari sumber anggaran dari DIPA
Kantor Pertanahan Kabupaten Buton yang bisa dioptimalisasi
dengan syarat masih sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku dan kemudian dari sumber-sumber tersebut rencana
penulis akan tindak lanjuti dengan melakukan revisi POK.
Penulis sebagai Project Leader akan menyampaikan pada PPK
terkait mata anggaran kegiatan (MAK) sub komponen yang ada dalam
rencana revisi kegiatan dengan total anggaran yang direncanakan Rp
15.000.000, dengan rincian sebagai berikut:
✓ Akun belanja penyuluhan;
Nilai paket diperkirakan Rp 5.000.000,- untuk membiayai
pengadaan spanduk, undangan, sewa tempat, jasa narasumber dan
konsumsi kegiatan sosialisasi dengan jumlah peserta 20 orang
(perwakilan masyarakat desa akibat covid-19).
✓ Akun perjalanan dinas ke lokasi pilot project;
Nilai paket diperkirakan Rp 3.000.000,- untuk membiayai
transportasi dan penginapan tim kreatif dari kantor ke lokasi project,
yang terdiri dari 2 orang petugas ukur, 2 orang petugas inventarisasi
dan 1 orang pengolah data.
✓ Akun pelayanan pengukuran batas bidang tanah
Nilai paket diperkirakan Rp 7.000.000,- untuk membiayai
pelaksanaan kegiatan pengukuran dan inventarisasi data
melalui aplikasi Survey Tanahku dengan sampel (200 bidang)
dengan melibatkan 4 orang pembantu ukur dari desa, 2 orang
juru ukur, 2 orang petugas, 1 orang pengolah data.
Adapun Rincian Anggaran Biaya (RAB) Kegiatan Laporan Aksi
Perubahan penulis adalah sebagai berikut:

39

Melayani, Profesional, Terpercaya


Tabel 4. RAB Laporan Aksi Perubahan
b) Penyusunan Jadwal
Laporan Aksi Perubahan Pemetaan Bidang Tanah Adat Wabula Melalui
Penatausahaan Tanah Masyarakat Hukum Adat Di Kabupaten Buton
Dengan Menggunakan Aplikasi Survey Tanahku dilaksanakan dengan
tahapan dan penjadwalan sebagai berikut:

Tabel 5. Tahapan dan Penjadwalan Rencana Aksi Perubahan

40

Melayani, Profesional, Terpercaya


c) Pendekatan Persuasif Dengan Kearifan Lokal
Melakukan pendekatan secara kekeluargan melalui kearifan lokal adat
setempat yang mana kami akan memanfaatkan potensi diri kami sebagai
putra daerah asli desa tersebut yang baru dilantik sebagai Kepala Seksi
Infrastruktur Pertanahan Kantor Pertanahan Kabupaten Buton untuk
melakukan pendekatan 41ersuasive kepada kepala suku (parabela),
41ersuas adat, tokoh masyarakat, pemerintah desa dan kecamatan
dengan menggunakan keterampilan kami berbahasa daerah setempat
(41ersua cia-cia buton).

d) Sosialisasi Massa dan Edukasi Langsung Kepada Masyarakat


Setelah pendekatan 41ersuasive ke personal-personal berpengaruh
tersebut seperti kepala suku, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda,
pemerintah desa dan pemerintah kecamatan maka penulis akan tindak
lanjuti dengan pertemuan besar berupa sosialisasi secara massal tentang
pengertian tanah ulayat menurut UUPA serta akan menjelaskan tata cara
penatausahaan tanah ulayat untuk memberikan perlindungan hukum
tanah Masyarakat Hukum Adat Wabula melalui kegiatan pengukuran,
pemetaan dan pencatatan dalam daftar tanah termasuk klarifikasi
pemahaman tentang perlindungan hak kedaulatan kepala suku
(parabela), apabila kegiatan penatausahaan tersebut dilanjutkan ke
program sertipikasi melalui PTSL yang mana sertipikat produk PTSL nanti
tidak mengurangi hak kedaulatan kepala suku sebagai pimpinan
masyarakat hukum adat, karena sertipikat selain sebagai bukti
kepemilikan hak individu masyarakat juga dapat bernilai ekonomis melalui
kegiatan akses reform untuk kepentingan masyarakat pemegang hak
sertipikat itu sendiri.

e) Pelaksanaan Penatausahaan Tanah Ulayat


Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat sesuai
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 18 Tahun 2019, sesuai pasal 5 ayat 3 meliputi :
1. Pengukuran;
2. Pemetaan; dan
41

Melayani, Profesional, Terpercaya


3. Pencatatan dalam daftar tanah.
Kemudian pada pasal 6 ayat 1 – 5 berbunyi :
1. Pengukuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) huruf a
dilaksanakan terhadap batas-batas bidang Tanah Ulayat Kesatuan
Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan.
2. Setelah dilakukan pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan pemetaan atas bidang Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat dalam peta pendaftaran tanah.
3. Pengukuran dan pemetaan dilaksanakan sesuai dengan kaidah
pengukuran dan pemetaan bidang tanah.
4. Bidang Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat diberikan
Nomor Identifikasi Bidang Tanah dengan satuan wilayah
Kabupaten/Kota.
5. Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dicatat dalam daftar
tanah

Sesuai dengan yang telah diuraikan dalam Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2019
tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat maka pelaksanaan kegiatan pengukuran, pemetaan dan
pencatatan dalam daftar tanah dilakukan dengan menggunakan aplikasi
Survey Tanahku dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Pemotretan Udara Digital Dengan Pesawat Nirawak
(Drone) dengan menagcu pada Petunjuk Teknis Pembuatan Peta
Kerja Dengan Menggunakan Pesawat Nirawak / Drone Nomor : 02
Juknis-300/2017, Tanggal : 21 Juni 2017 yang dikeluarkan oleh Dirjen
Infrastruktur Keagrariaan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Peta Foto hasil Pemotretan Udara ini kemudian dirubah formatnya
menjadi Map Box Tiles (MBT), yang kemudian digunakan sebagai
peta latar yang dapat dijadikan referensi pengamatan bidang tanah
pada aplikasi Survey Tanahku.

42

Melayani, Profesional, Terpercaya


2. Pelaksanaan Pengukuran, Pemetaan dan Pencatatan Dalam Daftar
Tanah dengan menggunakan aplikasi Survey Tanahku
Aplikasi Survey Tanahku merupakan aplikasi berbasis
smartphone yang dibangun sebagai Pengumpul Data Pertanahan
(Puldatan) dalam rangka Percepatan PTSL (Pengukuran Tanah
Sistematis Lengkap). Pada kegiatan ini penulis sengaja
menggunakan aplikasi ini sebagai bahan penunjang pelaksanaan
percepatan penatausahaan tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat
Wabula sebagai bagian dari Laporan Aksi Perubahan pada kegiatan
Diklat Pelatihan dan Kepemimpinan Pengawas (PKP) Angkatan IV.
Aplikasi ini dapat memenuhi keperluan para surveyor untuk
melakukan pemetaan bidang-bidang tanah beserta pengumpulan
alas hak terkait bidang bidang tanah yang dipetakan tersebut dengan
mudah dan interaktif.
Pada sebuah lokasi bidang, terdapat dua bagian yang direkam oleh
surveyor pada aplikasi ini, yaitu:
• Lokasi bidang tanah
• Dokumen-dokumen kelengkapan legal bidang tanah
Alur proses Aplikasi Pengumpul Data Pertanahan dalam rangka
Percepatan Pelaksanaan Penatausahaan Tanah Ulayat, dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Alur Proses Aplikasi Puldatan Survey Tanahku

43

Melayani, Profesional, Terpercaya


Pada aplikasi ini, ada tiga sumber data yang dikumpulkan, yaitu:
1. Surveyor, merupakan operator utama aplikasi Survey Tanahku,
yang tidak saja melakukan survei bidang tanah menggunakan GPS
RTK, juga merekam data-data bidang tanah.
2. Pemilik Tanah, merupakan pusat informasi tanah obyek objek
tanah ulayat masyarakat hukum adat. Pemilik Tanah bisa
merupakan perorangan, badan hukum, yayasan, maupun instansi
pemerintah. Pemilik Tanah tentunya memiliki serangkaian
informasi terkait bidang tanah yang akan diukur, antara lain: lokasi
lahan, alas hak (sertifikat, surat waris, surat wasiat, akte jual beli,
dan sebagainya.
3. Penunjuk Batas, merupakan saksi-saksi yang membantu proses
identifikasi batas bidang tanah dari pemilik lahan. Penunjuk batas
ini bisa berupa pohon, patok, parit, tembok, dan sebagainya.

Setiap bidang tanah yang sudah dianggap lengkap, akan tersimpan


dalam database lokal aplikasi Survey Tanahku pada smartphone
surveyor. Selanjutnya, surveyor dapat melakukan proses sinkronisasi
dengan database utama aplikasi yang ada di Pusat Data dan Informasi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Gambar 4. Alur Proses Sinkronisasi Data Survey Tanahku

44

Melayani, Profesional, Terpercaya


Selanjutnya, dari database utama aplikasi Survey Tanahku, dapat
dilakukan proses monitoring, evaluasi, dan quality control terhadap
data-data bidang tanah yang dikumpulkan oleh surveyor melalui
aplikasi

F. Standar Operasi Prosedur (SOP) Pelayanan Publik


SOP Pelayanan Publik yang penulis tawarkan untuk Laporan Aksi
Perubahan ini pada dasarnya merupakan turunan dari SOP Pelayanan
Pengukuran dan Pemetaan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Seksi
Infrastruktur Pertanahan. SOP yang ditawarkan ini merupakan SOP hasil
kompilasi dari kegiatan survey terestris, survey fotogrametri dan aplikasi
Survey Tanahku. SOP pelayanan publik yang akan penulis rancang dalam aksi
perubahan tersebut, sebagian besar difokuskan pada cara kerja pelayanan
yang berbentuk alur/flowchat pelayanan dengan uraian sebagai berikut :

PERSIAPAN

KOORDINASI
PEMBUATAN SK TIM
TIM INTERNAL

UAV/ KOORDINASI
FOTO UDARA PEMBENTUKAN TIM
TIM EXTERNAL

SOSIALISASI PENDEKATAN
PERSUASIF

PENGUMPULAN DATA DENGAN


APLIKASI SURVEY TANAHKU MASYARAKAT
HUKUM ADAT,
SARA, PARABELA
DATA FISIK

DATA YURIDIS

SINKRONISASI DATA

DOWNLOAD BIDANG TANAH DARI


APLIKASI SURVEY TANAHKU

PENYAJIAN DATA DAN PELAPORAN

Bagan 3. SOP Penatausahaan Tanah Ulayat Menggunakan Aplikasi Survey Tanahku


45

Melayani, Profesional, Terpercaya


BAB V
LAPORAN AKSI PERUBAHAN

A. Deskripsi Proses Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah sebuah proses dalam mengarahkan atau
mempengaruhi kegiatan terkait sebuah organisasi atau kelompok demi
mencapai tujuan tertentu. Gaya kepemimpinan transformasional diterapkan
oleh project leader dalam mengimplementasikan aksi perubahan.
Kepemimpinan transformasional diartikan sebagai kemampuan seorang
pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui orang lain untuk
mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah
ditetapkan. Project leader memberi keleluasaan pada tim kerja untuk
berpartisipasi secara optimal dalam memberikan gagasan atau ide sehingga
akan terbentuk suatu keyakinan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja tim.
Proses kepemimpinan dalam melaksanakan aksi perubahan tentang
Pemetaan Bidang Tanah Melalui Penatausahaan Tanah Masyarakat Hukum
Adat Wabula Di Kabupaten Buton Dengan Menggunakan Aplikasi Survey
Tanahku pada kantor pertanahan Kabupaten Buton terdiri dari 3 hal utama
yaitu :
1. Membangun Integritas
Integritas adalah suatu bentuk kejujuran yang diimplementasikan secara
nyata dalam tindakan sehari-hari. Nilai-nilai integritas sangat penting untuk
diterapkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan, agar semua orang di
dalamnya bisa saling percaya dan pada akhirnya bisa lebih cepat untuk
mencapai tujuan bersama. Jika nilai-nilai integritas tidak dijalankan, maka
kerjasama tim yang dilakukan akan menjadi lebih sulit akibat tidak
terbangunnya kepercayaan yang komprehensif di antara mereka.
Dalam Aksi perubahan ini, implementasi dari membangun integritas
adalah dengan membuat komitmen bersama, saling mendukung, saling
percaya untuk mencapai tujuan aksi perubahan.

46

Melayani, Profesional, Terpercaya


Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah koordinasi dengan mentor yang
dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan aksi perubahan ini dengan
melibatkan juga tim efektif yang terdiri dari tim kerja inti (seksi Infrastruktur
Pertanahan) dan tim kerja pendukung (Subbagian Tata Usaha dan Seksi
HHP serta tim teknis lainnya). Adapun dalam koordinasi dilakukan untuk
membentuk komitmen bersama tentang pentingnya Penatausahaan Tanah
Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula dengan menggunakan Aplikasi
Survey Tanahku untuk menyongsong era pemetaan Kabupaten Buton
Lengkap dan era transformasi digital dalam lingkup layanan dengan
penggunana aplikasi digital online dan offline.

Gambar 5. Komitmen Tim Efektif Dalam Melaksanakan Implementasi Aksi


Perubahan

47

Melayani, Profesional, Terpercaya


Untuk membangun sebuah integritas dari anggota tim kerja maka perlu
diawali dengan pembentukan Tim Efektif berdasarkan Keputusan Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Buton Nomor : 172/SK-
74.04.UP.04.05/VIII/2020 tanggal 19 Agustus 2020 tentang Pembentukan
Tim Pelaksana Implementasi Aksi Perubahan Penatausahaan Tanah Ulayat
Masyarakat Hukum Adat Wabula dengan menggunakan Aplikasi Survey
Tanahku dan melaksanakan tugas sesuai uraian tanggung jawab pada Surat
Keputusan (SK) tersebut.

Gambar 6. Koordinasi Dengan Mentor Dan Tim Efektif

Dalam pelaksanaannya, tim kerja membuat laporan kemajuan


pelaksanaan kegiatan (progress report) dan menyampaikannya kepada
project leader dan disampaikan pula pada coach. Project leader juga
melakukan monitoring proyek perubahan ini secara rutin untuk mengetahui
progress tim dan mengidentifikasi permasalahan sehingga permasalahan
tersebut dapat segera terselesaikan. Rasa percaya yang selalu ditanamkan
oleh project leader pada tim kerja membuat tim kerja semakin solid dan
dapat mengandalkan satu sama lain. Pada intinya integritas tim dalam
mengelola dan mendukung aksi perubahan memiliki pengaruh yang sangat
siginifikan, untuk itu seluruh personil tim dan project leader senantiasa
menciptakan suasana kebahagiaan dalam bekerja dengan menanamkan
kebersamaan dalam suka maupun duka.

2. Pengelolaan Budaya Layanan


Pelayanan pertanahan merupakan salah satu jenis layanan publik yang
bertujuan untuk memberikan layanan yang memuaskan kepada masyarakat.
48

Melayani, Profesional, Terpercaya


Pelayanan publik yang baik dihasilkan dari budaya pelayanan yang
diciptakan secara sadar. Tanpa kehadiran budaya pelayanan yang unggul,
pelayanan publik menjadi tidak berkualitas dan tidak konsisten. Semua janji
pelayanan, slogan pelayanan, sosialisasi pelayanan, semangat pelayanan,
akan menjadi sia-sia, bila semua itu tidak dibangun melalui budaya
organisasi yang kuat.
Budaya pelayanan membutuhkan perubahan pola pikir dari setiap
individu pegawai pemerintah. Perubahan pola pikir tersebut tidak lagi
merasa sebagai pemilik kekuasaan, tetapi merasa sebagai pelayan
masyarakat. Saat setiap individu pegawai pemerintahan sudah mampu
memiliki mindset sebagai pelayan publik, saat itulah budaya pelayanan yang
kuat akan tumbuh. Pelayanan publik yang baik dan unggul adalah yang
mempermudah semua proses dan kebutuhan masyarakat, sehingga
masyarakat merasa dibantu oleh negara dengan baik.
Budaya pelayanan memiliki peran penting dalam organisasi. Budaya
pelayanan merupakan prasyarat sukses untuk membangun organisasi yang
berorientasi pada pelanggan. Hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai
kelembagaan yang dianut Kementerian ATR/ BPN, khususnya nilai Orientasi
pada Pengguna. Project leader dalam mengimplementasikan kepemimpinan
telah memperhatikan nilai-nilai organisasi Kementerian ATR/ BPN, yaitu
Melayani, Profesionalisme, Terpercaya.
Nilai Melayani dalam melaksanakan kegiatan aksi perubahan
ditunjukkan tim kerja dengan melayani masyarakat dengan prosedur yang
jelas, biaya sesuai dengan aturan, ketepatan waktu sesuai dengan SOPP
serta bersikap sopan, ramah, cermat dan teliti dalam melayani kegiatan
pemetaan bidang tanah untuk keperluan penatausahaan tanah ulayat
Masyarakat Hukum Adat Wabula baik melalui cara berkomunikasi,
bersosialisasi dan pendekatan persuasif kepada masyarakat pada saat
dilapangan.
Nilai Profesionalisme ditunjukkan oleh tim kerja dari kerja sama, kerja
cerdas dan kerja tuntas dari awal pelaksanaan aksi perubahan yaitu diawali
dengan pemetaan menggunakan teknologi drone, pendekatan persuasif
kepada pihak pihak terkait, sosialisasi dan pelaksanaan pemetaan
49

Melayani, Profesional, Terpercaya


partisipiatif melalui aplikasi Survey Tanahku sehingga dapat tercapai hasil
yang maksimal serta senantiasa mengembangkan diri untuk peningkatan
kompetensi untuk menghasilkan tim kerja yang efektif.
Nilai Terpercaya ditunjukkan dari komitmen tim kerja dalam
melaksanakan tugas dari ketua tim. Tim kerja juga berkomitmen bekerja
dengan integritas dapat dipercaya dan diandalkan serta selalu menjaga
martabat, patuh dan taat pada peraturan yang ditetapkan sesuai tugas dan
tanggung jawab yang diberikan.

Gambar 7. Bentuk Pelayanan Melalui Sosialisasi Dan Pendekatan Persuasif


Kepada Pemerintah Desa Dan Kecamatan Serta PARABELA

50

Melayani, Profesional, Terpercaya


3. Pengelolaan Tim
Pelaksanaan kegiatan ini membutuhkan sumber daya yaitu tim efektif
yang terdiri dari tim kerja inti yang terdiri dari ASN dan PPNPN di Seksi
Infrastruktur Pertanahan dan tim kerja pendukung yang terdiri dari ASN dan
PPNPN Sub Bagian Tata Usaha serta Seksi-Seksi lain di Kantor Pertanahan
Kabupaten Buton. Metode yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ini
adalah melalui koordinasi seperti rapat dan pelaksanaan kegiatan lapangan
seperti pemotretan udara, pendekatan persuasif, sosialisasi dan
pelaksanaan pemetaan partisipatif dengan menggunakan aplikasi Survey
Tanahku.

Gambar 8. Rapat Pembentukan Tim Efektif Sekaligus Koordinasi Tim Kerja

51

Melayani, Profesional, Terpercaya


Dalam implementasi aksi perubahan, project leader membangun jejaring
dan berkolaborasi dengan para pihak terkait di unit lain baik atasan maupun
bawahan sehingga mampu berbagi gagasan, informasi dan sumber daya
guna mencapai kesuksesan organisasi. Jejaring kerja dan kolaborasi dalam
proyek perubahan sangat diperlukan agar memastikan proyek perubahan
yang dilaksanakan dapat meningkatkan mutu layanan dan sesuai dengan
kebutuhan organisasi sehingga tujuan organisasi dapat di tercapai dengan
efektif dan efisien. Project leader memanfaatkan jejaring yang dimiliki baik
dalam konteks personal (jejaring kerja personal) maupun dengan orang lain
dalam konteks organisasi (jejaring kerja organisasi) dalam penyusunan aksi
perubahan.
Pengelolaan tim dalam aksi perubahan ini dilaksanakan dengan teknik
menciptakan dan membangun tim kerja yang efektif serta menyusun
keanggotaan tim efektif tersebut. Pembentukan Tim efektif dilakukan setelah
komitmen dan dukungan telah diperoleh dalam rapat koordinasi tim kerja
dengan mentor. Tim Efektif dalam pelaksanaan aksi perubahan tentang
Penatausahaan tanah ulayat masyarakat hukum adat Wabula pada Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton melibatkan tim kerja inti dan tim kerja
pendukung yang memiliki peran tugas dan tanggungjawab masing-masing.
Adapun susunan dari Tim efektif pelaksanaan aksi perubahan ini
dibuatkan dalam bentuk SK Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
Nomor : 172/SK-74.04.UP.04.05/VIII/2020 tanggal 19 Agustus 2020 tentang
Pembentukan Tim Pelaksana Implementasi Aksi Perubahan
Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula dengan
menggunakan Aplikasi Survey Tanahku.
Berikut adalah struktur dan uraian tugas tim efektif Implementasi Aksi
Perubahan yang akan dilaksanakan :
Keanggotaan dan Uraian Tugas Tim Efektif
No Keanggotaan Uraian Tugas
1. Pembina / Mentor : Memonitor dan mengarahkan
Kepala Kantor Pertanahan pelaksanaan Implementasi Aksi
Kabupaten Buton Perubahan melalui evaluasi rutin
penyelenggaraan kegiatan

52

Melayani, Profesional, Terpercaya


Penatausahaan Tanah Ulayat
Masyarakt Hukum Adat Wabula.
2. Tim Kendali : a) Memantau pelaksanaan kegiataan;
• Kepala Sub Bagian Tata b) Memberi saran, solusi dan
Usaha antisipasi penanganan jika terjadi
• Kepala Seksi Hubungan masalah dan kendala pelaksanaan
Hukum Pertanahan kegiatan Implementasi Aksi
Perubahan.
3. Project Leader : a) Menyusun jadwal pelaksanaan
Kepala Seksi Infrastruktur proyek perubahan;
Pertanahan Kantor b) Berkoordinasi dengan kepala
Pertanahan Kabupaten kantor pertanahan selaku mentor
Buton dan stakeholder internal
maupun eksternal dalam
pelaksanaan Implementasi Aksi
Perubahan;
c) Bertanggungjawab dalam
perencanaan, penyusunan dan
pelaksanaan Implementasi Aksi
Perubahan secara keseluruhan;
d) Membuat laporan hasil
pelaksanaan Implementasi Aksi
Perubahan kepada Kepala Kantor
Pertanahan selaku mentor
4. Anggota : a) Menyiapkan pelaksanaan
• Kasubsi Pengukuran dan sosialisasi
Pemetaan Kadastral b) Membantu pelaksanaan dan
• Kasubsi Pengukuran dan pengolahan hasil Foto Udara
Pemetaan Tematik c) Membantu Proses Pemetaan
• Petugas Ukur Partisipatif Masyarakat.
• PPNPN d) Melaksanakan pengumpulan data
dengan menggunakan aplikasi
Survey Tanahku

Tabel 6. Keanggotaan dan Uraian Tugas Tim Efektif

B. Deskripsi Hasil Kepemimpinan


Kepemimpinan pada dasarnya merupakan proses mempengaruhi perilaku
dan aktivitas individu atau kelompok serta menyediakan situasi dalam usaha
pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing
suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu
yaitu tujuan bersama. Keberhasilan pemimpin pada umumnya diukur dari
produktivitas dan efektifitas pelaksanaan tugas – tugas kepemimpinannya. Bila

53

Melayani, Profesional, Terpercaya


produktiftas naik dan semua tugas dilaksanakan tugas secara efektif, maka ia
disebut sebagai pemimpin berhasil.
Dalam pelaksanaan aksi perubahan ini, tolok ukur keberhasilan aksi
perubahan dapat dilihat dari 2 (dua) hal yaitu :
1. Capaian Tahapan Inovasi
Capaian tahapan inovasi dalam Implementasi Aksi Perubahan ini dapat
dilihat dari proses yang sesuai dengan alur pelayanan penatausahaan
tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula sebagaimana yang telah
dituangkan pada Bab IV laporan ini poin (F) tentang SOP Pelayanan Publik.
Pelaksanaan Implementasi Aksi Perubahan Penatausahaan Tanah Ulayat
Masyarakat Hukum Adat Wabula Pada Kantor Pertanahan Kabupaten
Buton dilaksanakan dengan tahapan inovasi sebagai berikut :

a) Membentuk Tim Efektif


Langkah-langkah yang telah dilaksanakan selama masa persiapan yaitu
menyampaikan konsep Laporan Aksi Perubahan yang telah dibuat
semasa pelatihan on class kepada mentor serta koordinasi dan
memohon petunjuk dari mentor. Setelah itu memulai menyusun draft
Tim Efektif yang kemudian setelah ada gambaran susunan Tim Efektif,
sebagai Team leader mengumpulkan Tim Efektif tersebut dengan tujuan
memberikan gambaran apa itu aksi perubahan, tujuan dan manfaat aksi
perubahan, stakeholder siapa saja yang terlibat serta hal-hal apa saja
yang harus dipersiapkan, sekaligus meminta masukan dari calon
anggota tim tentang perlu atau sudah cukup draft komposisi tim efektif.

Gambar 9. Rapat Pembentukan Tim Efektif


54

Melayani, Profesional, Terpercaya


Setelah draft SK dianggap telah clear maka dibuatlah SK Tim Efektif
yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
dengan Nomor : 172/SK-74.04.UP.04.05/VIII/2020 tanggal 19 Agustus
2020 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Implementasi Aksi
Perubahan Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat
Wabula dengan menggunakan Aplikasi Survey Tanahku.

b) Pelaksanaan Pemotretan Udara dengan Drone


Untuk memudahkan proses identifikasi batas-batas bidang tanah di
lokasi tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula yang akan
dilakukan pemetaan untuk keperluan penatausahaan tanah maka perlu
dilakukan pemotretan udara melalui drone untuk menghasilkan peta foto
dengan resolusi dan ketelitian yang tinggi. Peta hasil foto udara ini dapat
digunakan menjadi peta latar yang dapat dijadikan referensi
pengamatan bidang tanah pada aplikasi Survey Tanahku dengan
terlebih dahulu mengubah format petanya menjadi Map Box Tiles
(MBTiles). Selain itu peta hasil foto udara juga ini dapat digunakan
sebagai peta referensi dalam proses deliniasi batas bidang tanah
Masyarakat Hukum Adat Wabula dan juga menjadi peta dasar pada saat
mengidentifikasi kepemilikan bidang-bidang tanah dengan cara
pemetaan partisipatif masyarakat.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta foto tanah
ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula dengan menggunakan drone
adalah sebagai berikut :
1) Membuat jalur terbang dengan menggunakan aplikasi Drone Deploy
dimana berdasarkan spesifikasi drone yaitu DJI MAVIC Pro Platinum
maka lokasi yang difoto hanya membutuhkan 1 jalur terbang dengan
penggunaan baterai diperkirakan 3 baterai.
2) Memasang premark dengan menggunakan cat pilox berwarna merah
dan putih dengan membuat tanda berupa garis silang di tempat
terbuka dan dapat teridentifikasi foto udara, lalu titik-titik premark yang
telah dibuat tersebut diambil koordinatnya dengan menggunakan
GNSS RTK CHC sebanyak 8 titik.

55

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 10. Pembuatan Jalur Terbang, Pembuatan Premark dan
Pengukuran Titik Premark dengan GNSS RTK

3) Pelaksanaan pemotretan udara dengan 1 jalur terbang dan dengan


menggunakan mode autopilot dimana drone terbang secara otomatis
dengan mengikuti jalur terbang yang telah dibuat melalui aplikasi
drone deploy. Untuk penerbangan dengan jalur terbang yang dibuat
membutuhkan 3 kali penerbangan dan 3 buah baterai dimana 1 kali
penerbangan membutuhkan penggunaan 1 baterai dengan durasi
waktu sekitar 20 menit.
4) Hasil pemotretan foto udara diolah dengan software agisoft photoscan
professional menggunaka laptop Asus ROG Core i7, RAM 32 GB dan
VGA 16 GB, SSD 1 TB.

56

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 11. Kegiatan Menerbangkan Drone Untuk Pemotretan
Udara Dan Pengolahan Data dengan menggunakan Aplikasi Agisoft.

5) Setelah diperoleh peta foto yang telah direktifikasi dilakukan kontrol


kualitas sesuai dengan Petunjuk Teknis No. 02/Juknis-300/2017
tanggal 21 Juni 2017 tentang Pembuatan peta kerja dengan
menggunakan pesawat nirawak/drone.

Gambar 12. Hasil Pengolahan Foto Udara Yang Telah Direktifikasi


57

Melayani, Profesional, Terpercaya


c) Koordinasi Tim Internal
Setelah Tim Efektif dibentuk maka perlu dilakukan koordinasi
internal utamanya kepada Tim Kerja Inti dan Tim Kerja Pendukung
tentang bagaimana memulai pelaksanaan kegiatan penatusahaan tanah
ulayat mulai dari persiapan sampai dengan penyelesaian pekerjaan.
Koordinasi dengan Tim Kerja Pendukung berupa bagaimana peran tim
pendukung dalam mensukseskan pelaksanaan kegiatan mulai dari
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
kegiatan, termasuk diantaranya adalah kesiapan anggaran pelaksanaan
penatausahaan tanah ulayat tersebut. Sedangkan koordinasi dengan
tim inti dilakukan secara terus menerus karena merupakan Tim Kerja
penentu keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Tim inti ini merupakan
pelaku utama dalam pelaksanaan kegiatan Implementasi Aksi
Perubahan dan secara integritas telah berkomitmen untuk
mensukseskan kegiatan ini.

Gambar 13. Koordinasi Internal dengan Tim Efektif

58

Melayani, Profesional, Terpercaya


d) Pendekatan Persuasif
Pendekatan persuasif merupakan bagian dari koordinasi tim
eksternal yang dipimpin langsung oleh project leader. Pendekatan
persuasif yang dilakukan oleh project leader dimulai dari kepala suku
Masyarakat Hukum Adat Wabula yang bergelar PARABELA. Hal ini
dilakukan karena kunci utama keberhasilan pelaksanaan
penatausahaan ini adalah persetujuan parabela yang kemudian secara
langsung dapat mempengaruhi persetujuan Kepala Desa dan Camat
Wabula. Dalam pendekatan persuasif ini hal utama yang ditawarkan
oleh project leader adalah bagaimana agar Tanah Ulayat Wabula
dilegalkan secara hukum dengan terlebih dahulu melakukan kegiatan
penatausahaan tanah tersebut. Kemudian project leader juga
menawarkan bahwa dalam tanah ulayat tersebut jika hak privatnya lebih
besar dari hak publik maka akan diarahkan untuk diberikan hak
kepemilikan sedangkan untuk tanah yang hak publiknya lebih besar dari
hak privat akan diarahkan ke penatausahaan tanah ulayat yang
kemudian menjadi bahan usulan ke Pemerintah Daerah untuk dijadikan
lampiran peta usulan legalisasi pengakuan ulayat melalui Peraturan
Daerah. Selain pemerintah desa dan kecamatan pendekatan persuasif
dengan tim eksternal juga dilakukan dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten Buton sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan
Peraturan Daerah mengenai Tanah Ulayat Wabula tersebut.

Gambar 14. Pendekatan Persuasif dengan Parabela


59

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 15. Koordinasi dengan Perangkat Desa

Gambar 16. Koordinasi dengan Kepala Desa Wabula

Gambar 17. Koordinasi dengan Kepala Desa Wabula 1

Gambar 18. Koordinasi dengan Sekcam dan Camat Wabula


60

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 19. Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Buton (Sekda)

e) Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi merupakan hasil dari upaya koordinasi
eksternal dari upaya-upaya pendekatan persuasif yang dilakukan oleh
project leader dan tim. Pada hari selasa tanggal 15 September 2020
kegiatan sosialisasi dilakukan dengan melibatkan : Parabela (Kepala
Suku Masyarakat Hukum Adat Wabula) lengkap dengan perangkat adat
Wabula, Kepala Desa Wabula, Kepala Desa Wabula 1, Sekretaris
Kecamatan Wabula, Aparat Desa Wabula, Aparat Desa Wabula 1,
tokoh-tokoh masyarakat Wabula, seluruh tim efektif Kantor Pertanahan
Kabupaten Buton dan perwakilan Pemerintah Daerah Kabupaten Buton
yang diwakili oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Buton.
Dalam sosialisasi yang diadakan di Galampa (balai adat Wabula)
yang dilakukan dengan cara mengikuti kearifan lokal setempat yaitu
dengan duduk secara bersila, project leader dengan dibantu oleh mentor
menerangkan maksud penatausahaan tanah ulayat Masyarakat Hukum

61

Melayani, Profesional, Terpercaya


Adat Wabula kepada peserta sosialisasi dan dihasilkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1) Masyarakat Hukum Adat Wabula bersama Pemerintah Desa dan
Pemerintah Kecamatan pada intinya mendukung secara penuh
Implementasi Aksi Perubahan yang dilakukan oleh salah satu putra
daerah Wabula yaitu saudara Ilmiawan, S.T., M.Eng. untuk
melakukan penatausahaan tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat
Wabula dengan output berupa Pemetaan Tanah Ulayat Wabula
tersebut.
2) Masyarakat Hukum Adat Wabula bersama Pemerintah Desa dan
Pemerintah Kecamatan berharap agar tanah ulayat mereka yang
bersifat publik didaftarkan dan dinyatakan dalam peta dasar
pendaftaran tanah serta dicatatkan dalam daftar tanah Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton kemudian ditetapkan sesuai peraturan
perundang-undangan (SK Kepala Daerah atau melalui Peraturan
Daerah Kabupaten Buton yang menunjuk subjek Masyarakat Hukum
Adat Wabula dan objek Hak Ulayat yang dipunyai berupa lampiran
Peta Wilayah Ulayat Wabula.
3) Untuk tanah ulayat yang bersifat privat akan dipertimbangkan
kemudian untuk diberikan hak kepemilikan dengan mendaftarkan
tanahnya melalui program stategis yang ada di Kantor Pertanahan
Kabupaten Buton namun dengan mempertimbangkan persetujuan
parabela untuk setiap masyarakat yang melakukan permohonan.
Tanah ulayat yang bersifat privat tersebut sebagian besar berupa
lahan pemukiman masyarakat Desa Wabula dan Desa Wabula 1 saat
ini.

Gambar 20. Spanduk Sosialisasi


62

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 21. Arahan yang disampaikan oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kab. Buton (Mentor)

Gambar 22. Arahan yang disampaikan oleh Project Leader Dalam


Kegiatan Sosialiasi

Gambar 23. Tanggapan dari Kadis Pemdes Kab. Buton dan Tokoh
Masyarakat Wabula (Kepala Badan Perpustakaan Daerah)

63

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 24. Tanggapan dari Tokoh Adat dan Tokoh Pendidikan Wabula

Gambar 25. Tanggapan dari Parabela dan Ketua Forum Silaturahim


Pemuda (FORSIP) Wabula

Gambar 26. Dukungan dari Tim Efektif Dalam Mensukseskan Kegiatan


Sosialisasi

64

Melayani, Profesional, Terpercaya


f) Pengumpulan Data Dengan Aplikasi Survey Tanahku
Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Survei Pemetaan Pertanahan dan
Ruang Nomor 319/S-300.UK.01.01/IX/2020 Tanggal 2 September 2020
tentang Pengukuran dan Pemetaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat, terdapat beberapa hal yang selaras dengan pelaksanaan
Implementasi Aksi Perubahan Project Leader diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Bahwa penetapan masyarakat hukum adat dilaksanakan sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tahun 2014
tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat
Hukum Adat jo. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 tahun 2019 tentang Tata
Cara Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat.
2. Bahwa dalam pelaksanaan pengukuran dan pemetaan baik
sporadik dan sistematik pada lokasi yang terindikasi sebagai tanah
ulayat masyarakat hukum adat, Kepala Kantor Pertanahan
berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat dan Ketua Adat
atau Kepala Suku atau nama lainnya yang serupa dengan itu;
Dalam rangka pengukuran dan pemetaan melalui PTSL,
koordinasinya dilakukan sebelum penetapan lokasi;
Bahwa jika ada indikasi tanah ulayat masyarakat hukum adat
akan tetapi belum ada penetapan sebagaimana angka 1 di
atas, lokasi tersebut dilakukan deliniasi dan diberikan NIS dan
atribut indikasi tanah ulayat;

Sehubungan dengan pelaksanan Surat Edaran Dirjen Survey


Pemetaan Pertanahan dan Ruang tersebut maka pengumpulan data
fisik bidang tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula melalui
aplikasi Survey Tanahku dimulai dengan tahapan pelaksanaan sebagai
berikut :

65

Melayani, Profesional, Terpercaya


1) Delineasi Bidang Kepemilikan Tanah
Delineasi bidang tanah dilakukan dengan cara mengidentifikasi
bidang-bidang tanah dengan menggunakan peta hasil pemotretan
udara yang telah terektifikasi dan menarik garis ukur untuk batas
bidang tanah yang jelas dan memenuhi syarat. Dalam penarikan
batas, ada 2 metode yang dapat dijadikan sebagai acuan, yaitu
delineasi metode general boundary (penarikan batas dari
kenampakan yang terlihat) dan delineasi metode fixed boundary
(penarikan batas dari hasil pengukuran di lapangan). Delineasi
dengan metode general boundary dapat dijadikan sebagai alat dalam
percepatan pembangunan basis data bidang tanah yang lengkap,
cepat dan lebih murah sehingga dalam pelaksanaan Implementasi
Aksi Perubahan ini project leader memilih metode ini.

Gambar 27. Proses Delineasi Bidang-Bidang Tanah Ulayat Wabula


di atas Peta Foto Udara
66

Melayani, Profesional, Terpercaya


Proses delineasi dilakukan oleh project leader, dibantu oleh
kasubsi pengukuran dan kasubsi tematik yang dilakukan secara on
screen (dengan aplikasi autocad) melalui metode general boundary.
Delineasi difokuskan pada bidang-bidang tanah di kawasan
pemukiman Masyarakat Hukum Adat Wabula yang sifatnya
cenderung ke arah privat, sedangkan bidang tanah di kawasan non
pemukiman didelineasi dalam bentuk bidangan yang luas dan sifatnya
cenderung ke arah publik.

Gambar 28. Peta Hasil Deliniasi Bidang Tanah Ulayat MHA Wabula

2) Identifikasi Kepemilikan Tanah Melalui Partisipatif Aparat Desa


Setelah bidang-bidang tanah ulayat dilakukan delineasi maka hal
selanjutnya adalah mencetak peta hasil delineasi tersebut ke atas
kertas kerja (sebagai peta kerja) yang kemudian melalui partisipatif
aparat desa dilakukan proses identifikasi kepemilikan bidang tanah di
atas peta kerja tersebut. Project leader dengan dibantu oleh teman-
teman PPNPN mengunjungi Desa Wabula dan Desa Wabula 1 untuk
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada aparat kedua desa
tersebut agar memahami cara mengidentifikasi kepemilikan bidang
tanah hasil delineasi dengan mencantumkan langsung informasi
tersebut ke atas peta kerja melalui identifikasi dan pengamatan
secara langsung di atas peta dengan cara partisipatif.

67

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 29. Kegiatan Identifikasi Pemilikan Tanah dan Pemetaan
Partisipatif dengan melibatkan Aparat Desa

68

Melayani, Profesional, Terpercaya


3) Persiapan Survey Tanahku
Tahapan persiapan adalah proses menyiapkan database untuk
areal bidang tanah. Database ini bersifat lokal dan tersimpan dalam
memori smartphone.
Setiap surveyor dapat mengerjakan hingga ratusan bidang tanah,
artinya dalam aplikasi ini akan tersimpan ratusan database.
Penamaan database, sebaiknya mengacu pada lokasi bidang tanah
dan kode bidang tanah, sehingga nantinya akan memudahkan
surveyor dalam membedakan dan mengidentifkasi database-
database bidang tanah tersebut.

Gambar 30. Menu Persiapan Survey Tanahku

69

Melayani, Profesional, Terpercaya


4) Input Data Raster dan Data Vektor
Untuk keperluan referensi pengamatan bidang tanah, maka
diperlukan peta latar yang sesuai seperti peta foto udara yang disebut
sebagai data raster. Data raster dapat diinput melalui aplikasi Survey
Tanahku dengan cara membuka Map Box Tiles (MBT), bilamana telah
tersedia data foto udara perekaman drone pada lokasi, asalkan format
foto udara dalam bentuk MBTiles tersimpan dalam memori
smartphone,maka aplikasi dapat menampilkannya.
Untuk membuka file data Map Box Tiles maka terlebih dahulu
masuk pada aplikasi Survey Tanahku dengan memilih menu Survey
lalu akses melalui tombol titik tiga yang ada pada tampilan utama
menu survey tersebut lalu setelah itu pilih database yang telah dibuat
yaitu “TANAH ULAYAT WABULA” kemudian akses kembali titik tiga
yang ada pada layer dan pilih “Membuka Map Box Tiles”, kemudian
dicari lokasi penyimpanan smartphone dengan nama file “ wabula ok
4.mbtiles” dan kemudian klik “pilih”.

Gambar 31. Proses membuka file “Map Box Tiles” di Survey Tanahku

70

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 32. Peta Foto Udara di Aplikasi Survey Tanahku

Untuk mengimport peta hasil delineasi ke dalam aplikasi Survey


Tanahku maka data vektor tersebut harus dalam format GeoJSON
dengan menggunakan aplikasi autocad (Geo-KKP) melalui command
: XGJPER.

Gambar 33. Proses Membuat Peta Deliniasi ke Format GeoJSON

Setelah file GeoJSON yang dibuat yaitu : “JSON Wabula.json”


telah ada di lokasi penyimpanan smartphone maka lakukan Impor
Bidang Tanah dengan cara yang sama seperti untuk membuka Map
Box Tiles sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya.

71

Melayani, Profesional, Terpercaya


Gambar 34. Proses Mengimpor Bidang Tanah di Survey Tanahku

5) Menambah Identitas Pemilik Tanah dan Atribut Persil


Jumlah bidang hasil delineasi yaitu 560 bidang, dengan tipe
pemilik tanah berupa perorangan, Badan Hukum (MHA Wabula),
Pemerintah Desa dan Pemerintah Daerah Kabupaten Buton. Untuk
penggunaan tanah ulayat terdapat dua jenis penggunaan yaitu
penggunaan Pemukiman (Ulayat Privat) dengan subjek perorangan
dan penggunaan Tanah Ulayat Publik MHA Wabula dengan subjek
Badan Hukum.
Dalam menambah identitas dan data pendukung lainnya ke
dalam bidang tanah hasil impor peta delineasi dari format GeoJSON,
dilakukan dengan cara menahan sentuhan tangan pada layar
smartphone tepat pada bidang tanah yang akan diisi identitas pemilik.
Berikut tahapan inventarisasi pemilik tanah pada aplikasi Survey
Tanahku :
1. Perorangan
Untuk menambah identitas pemilik tanah yang berasal dari
perorangan dilakukan dengan memasukkan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) pada aplikasi Survey Tanahku lalu dilakukan
cek NIK dimana jika NIK pemilik tanah telah tervalidasi di
Kementerian Dalam Negeri maka data pemilik tanah akan otomatis
muncul secara lengkap. Sebaliknya apabila NIK pemilik tanah
belum tervalidasi maka cukup memilih tanpa cek NIK.

72

Melayani, Profesional, Terpercaya


Alur mengisi
identitas pemilik
tanah

Alur mengisi
atribut persil

Gambar 35. Proses Input Pemilik Perorangan Dan Atribut Persil

2. Badan Hukum (MHA Wabula)


Masyarakat Hukum Adat (MHA) Wabula dalam subjek pemilik
tanah dikategorikan sebagai Badan Hukum. Penggunaan tanah
untuk subjek MHA Wabula sebagian besar bersifat ulayat publik.

Gambar 36. Proses Input Pemilik MHA Wabula (Badan Hukum)


73

Melayani, Profesional, Terpercaya


3. Pemerintah Desa
Pemerintah Desa dalam subjek pemilik tanah dikategorikan
sebagai Instansi Pemerintah. Penggunaan tanah untuk subjek
Pemerintah Desa disesuaikan dengan peruntukkan saat ini.
Jumlah aset Pemerintah Desa tidak begitu banyak namun memiliki
kawasan yang agak luas.

Gambar 37. Proses Input Pemilik Pemerintah Desa

74

Melayani, Profesional, Terpercaya


4. Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten dalam subjek pemilik tanah dikategorikan
sebagai Instansi Pemerintah. Penggunaan tanah untuk subjek
Pemerintah Kabupaten disesuaikan dengan peruntukkan saat ini.

Gambar 38. Proses Input Pemilik Pemerintah Kabupaten

6) Rekapitulasi Data Dalam Menu Survey Tanahku


Menu Rekapitulasi bertujuan untuk menyajikan informasi terkait
560 bidang tanah yang sudah terekam dalam database Survey
Tanahku. Seperti diketahui bahwa, setiap bidang tanah dan dokumen
kelengkapannya, tersimpan dalam satu database.

Informasi database

Berapa besar file


database, kapan waktu
diperbaharui (up to date)
Untuk memilih dengan
menekan tombol pensil
disamping kanan

Gambar 39. Rekapitulasi Data dalam Survey Tanahku


75

Melayani, Profesional, Terpercaya


7) Sinkronisasi Data
Dalam sinkronisasi data, hal pertama yang harus dilakukan
adalah dengan memastikan data yang dalam rekapitulasi telah terisi
secara lengkap dan benar. Setiap informasi bidang tanah akan
tersimpan dalam satu database. Database ini masih tersimpan dalam
smartphone surveyor. Selanjutnya, diperlukan proses sinkronisasi
dengan server utama Survey Tanahku. Proses sinkronisasi
mengharuskan untuk memilih desa lokasi perekaman database dan
setelah itu dilakukan mengunggahan data ke server BPN dan
menghasilkan Nomor Tanda Terima yaitu : 3/2020. Tahapan ini dapat
diakses melalui menu Dataset.

Gambar 40. Proses Sinkronisasi Data Dari Survey Tanahku

8) Download Bidang Tanah Dari Aplikasi Survey Tanahku


Download bidang tanah dari database yang dibuat melalui
aplikasi Survey Tanahku dilakukan dengan menggunakan aplikasi
Geo-KKP (autocad) melalui menu Partisipatif Masyarakat dengan
memasukkan Nomor Tanda Terima 3/2020, namun hal tersebut tidak
bisa dilanjutkan ke proses PBT untuk diberikan NIS atau NIB, karena
lokasi desa yang diambil datanya tidak berada dalam SK Penetapan

76

Melayani, Profesional, Terpercaya


Lokasi PTSL Kantor Pertanahan Kabupaten Buton Tahun 2020.
Selain itu ketentuan pemberian NIB atau NIS untuk penatausahaan
tanah ulayat mengikuti Nomor Konter NIB/NIS kabupaten (bukan
desa) sebagaimana pemberian NIB untuk permohonan HGU dan lain
lain, sementara pada kenyataannya aplikasi Geo-KKP belum
mengakomodir mekanisme pemberian NIB/NIS untuk tanah ulayat
sesuai penomoran mengikuti konter kabupaten tersebut.

Gambar 41. Hasil Unduhan Data Sinkronisasi Dari Survey Tanahku


Yang Tidak Bisa Dilanjutkan Ke Proses PBT Atau Pemberian NIB/NIS

77

Melayani, Profesional, Terpercaya


9) Penyajian Data
Penyajian data dari hasil sinkronisasi melalui aplikasi Survey
Tanahku dapat dilakukan melalui aplikasi PTSL Fisik yang dapat
diakses melalui alamat : https://ptsl.atrbpn.go.id/Fisik. Hal ini
dilakukan untuk melakukan perbaikan data yang diterima dari aplikasi
Survey Tanahku sekaligus melengkapi atribut atau dokumen yang
belum diselesaikan dalam database yang diterima. Perlu diketahui
bahwa DATABASE dengan Nomor Tanda Terima 3/2020 bukan
merupakan Lokasi Penetapan Lokasi PTSL 2020, sehingga data
tersebut tidak bisa dibuatkan Gambar Ukur sebagai syarat pembuatan
PBT.

Gambar 42. Penyajian Data Sinkronisasi Melalui Aplikasi PTSL Fisik


78

Melayani, Profesional, Terpercaya


2. Capaian Dalam Perbaikan Sistem Layanan
Capaian dalam perbaikan sistem layanan dalam Implementasi Aksi
Perubahan dapat dilaporkan dalam capaian/progress kegiatan
Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula sebagai
berikut :
a) Terbentuknya model kepemimpinan dalam pelaksanaan kegiatan
Implementasi Aksi Perubahan yang diawali dengan pembentukan Tim
Efektif berdasarkan SK Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
Nomor : 172/SK-74.04.UP.04.05/VIII/2020 tanggal 19 Agustus 2020
tentang Pembentukan Tim Pelaksana Implementasi Aksi Perubahan
Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula dengan
menggunakan Aplikasi Survey Tanahku.
b) Terlaksananya pelayanan pertanahan jemput bola dengan berinisiatif
langsung mendatangi Masyarakat Hukum Adat Wabula untuk
memberikan kepastian hukum terhadap tanah ulayat yang mereka
kuasai saat ini, karena selama ini terdapat pandangan negatif terhadap
pendaftaran tanah yang menurut mereka akan mengurangi keberadaan
eksistensi adat yang ada saat ini. Sehingga melalui upaya-upaya
pendekatan persuasif dengan mengedepankan kearifan lokal
masyarakat setempat juga dengan memanfaatkan project leader
sebagai putra daerah setempat maka SOSIALISASI yang melibatkan
berbagai pihak dapat terlaksana dengan baik dan lancar dengan respon
yang positif untuk menerima pelaksanaan kegiatan Penatausahaan
Tanah Ulayat mereka.
c) Terlaksananya Penatausahaan Tanah Ulayat di Kabupaten Buton
sebagai bagian dari komitmen Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
untuk menjalanakan apa yang telah diamanahkan oleh Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat jo. Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 18 tahun 2019 tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah
Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang kemudian ditindaklanjuti

79

Melayani, Profesional, Terpercaya


dengan Surat Edaran Dirjen Survei Pemetaan Pertanahan dan Ruang
Nomor 319/S-300.UK.01.01/IX/2020 Tanggal 2 September 2020 tentang
Pengukuran dan Pemetaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat.
d) Terlaksananya penggunaan aplikasi mutakhir dalam proses
pengumpulan data di lapangan yaitu aplikasi Survey Tanahku yang
mana penggunaan aplikasi ini biasanya dilakukan untuk kegiatan PTSL
namun project leader mencoba menggunakannya untuk proses
pengumpulan data penatausahaan tanah ulayat Masyarakat Hukum
Adat Wabula.
e) Tersimpannya database hasil inventarisasi tanah ulayat dari aplikasi
Survey Tanahku ke server BPN melalui sinkronisasi data dengan nama
file : TANAH ULAYAT WABULA yang tersimpan dalam Tanda Terima
Nomor : 3/2020 dan dapat diakses melalui aplikasi PTSL Fisik dan
Aplikasi Geo-KKP Kantor Pertanahan Kabupaten Buton.
f) Sehubungan dengan lokasi Penatausahaan Tanah Ulayat tidak berada
dalam lokasi Penlok PTSL Kantor Pertanahan Kabupaten Buton tahun
2020 maka data hasil sinkronisasi Survey Tanahku tidak bisa dibuatkan
Gambar Ukur yang selanjutnya tidak bisa dibuatkan PBT untuk
menghasilkan NIB maupun NIS. Selain karena masalah tersebut, proses
pemberian NIB atau NIS terkendala juga karena aplikasi Geo-KKP
belum mengakomodir pemetaan tanah ulayat sesuai nomor konter NIB
kabupaten. Berdasarkan kedua masalah tersebut, project leader
mengusulkan untuk perbaikan sistem pelayanan dengan memasukan
lokasi penatausahaan tanah ulayat yaitu Desa Wabula dan Wabula 1
sebagai Lokasi PTSL Tahun 2021 dan kemudian mengkoordinasikan
dengan pusdatin mengenai tambahan tools dalam aplikasi survey
tanahku untuk mengakomodir penatausahaan tanah ulayat yang
berbasis konter kabupaten serta koordinasi mengenai mekanisme
pemetaan tanah ulayat di Geo-KKP yang juga NIB/NIS nya berbasis
konter kabupaten.
g) Untuk Tanah Ulayat yang bersifat Publik (sebagian besar di kawasan
kebun dan hutan rakyat) terdiri atas 3 bidang yaitu NUB 8, NUB 319 dan
80

Melayani, Profesional, Terpercaya


NUB 322 dengan total luasan ketiganya menurut hitungan matematis
aplikasi survey tanahku : 55.803.790,75 m2 = 5.580,3 Ha namun
berdasarkan hitungan matematis aplikasi autocad, maka luasannya :
55.578.900 m2 = 5.557,8 Ha, terdapat selisih luas 224.890,75 m2 = 22,4
Ha dimana luas matematis di aplikasi survey tanahku lebih luas
dibandingkan luas matematis di aplikasi autocad.
h) Untuk tanah yang bersifat privat terdiri atas 557 bidang (sebagian besar
kawasan pemukiman) dengan total luasan berdasarkan hitungan
matematis autocad yaitu : 437.378 m2.

Gambar 43. Masalah Dalam Tindak Lanjut Sinkronisasi Data Survey


Tanahku Di Aplikasi PTSL Fisik dan Geo-KKP

3. Manfaat Aksi Perubahan


Adapun manfaat yang dihasilkan dari Aksi Perubahan ini dibagi untuk 2
penerima manfaat yaitu :

81

Melayani, Profesional, Terpercaya


a) Manfaat Untuk Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
1) Pemanfaatan teknologi Survey Tanahku oleh ASN Kantor Pertanahan
Kabupaten Buton dalam proses pengumpulan data lapangan, dapat
menjadi terobosan baru dalam hal percepatan pelaksanaan program
strategis tahun 2021 dan kedepannya.
2) Tersedianya Database Tanah Ulayat Wabula di Kabupaten Buton
yang selama ini terabaikan akibat kurangnya Sumber Daya Manusia
untuk melaksanakan.
3) Database tanah ulayat tersebut telah dilengkapi dengan atribut data
penguasaan tanah ulayat secara publik maupun secara privat yang
kemudian data penguasaan tanah ulayat secara privat ini akan
ditindaklanjuti dengan pemberian hak atas tanah.
4) Melalui penatausahaan tanah ulayat MHA Wabula telah membuka
mata dan pikiran mereka tentang pentingnya pemberian kepastian
hukum terhadap tanah yang dikuasai, yang kemudian ditambah
dengan semakin intensnya komunikasi yang dijalin seperti melalui
pendekatan persuasif maka sebagian besar MHA Wabula menyetujui
untuk dilaksanakan program sertipikasi tanah baik berupa HM, HGB
perorangan maupun HP perorangan melalui program PTSL Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton Tahun 2021 terhadap lokasi-lokasi
bidang tanah ulayat yang dikuasai secara privat.
5) Dapat terlaksananya kegiatan PTSL tahun 2021 di Desa Wabula dan
Desa Wabula 1 yang nantinya dapat menunjang tercapainya tujuan
besar Kantor Pertanahan Buton yaitu menuju Kabupaten Buton
Lengkap.
b) Manfaat Untuk Masyarakat Hukum Adat Wabula
1) Melalui penatausahaan tanah ulayat ini dapat memberikan kepastian
hukum tanah ulayat MHA Wabula.
2) Terhadap tanah ulayat yang bersifat privat dapat diakomodir untuk
diberikan hak atas tanah berupa sertipikat dengan tetap
memperhatikan pemberian rekomendasi persetujuan dari parabela
untuk setiap permohonan hak.

82

Melayani, Profesional, Terpercaya


3) Terhadap tanah ulayat yang bersifat publik, hasil peta penatausahaan
dapat dijadikan rujukan dalam lampiran draft usulan penetapan tanah
ulayat Wabula melalui PERDA Kabupaten Buton.

C. Keberlanjutan Aksi Perubahan


Keberlanjutan suatu program didefinisikan sebagai kemampuan
mempertahankan fungsi dari jasa-jasa yang telah diatur dalam suatu program
tetap berfungsi tanpa adanya bantuan dari pihak luar. Keberlanjutan
(sustainability) Aksi Perubahan tentang Penatausahaan Tanah Ulayat
Masyarakat Hukum Adat Wabula harus dikerjakan mulai dari kegiatan jangka
pendek dengan melakukan penatausahaan tanah ulayat untuk memberikan
kepastian hukum kemudian menetapkan target capaian jangka menengah yaitu
penetapan tanah ulayat untuk penguasaan tanah yang bersifat publik melalui
Peraturan Daerah Kabupaten Buton dan capaian Jangka Panjang berupa
pelaksanaan Pendaftaran Tanah melalui program strategis nasional untuk
tanah ulayat yang dikuasai secara privat.

1. Legalitas Penerapan Inovasi


Penerapan inovasi diharapkan dapat terus berlangsung guna
tercapainya tujuan dari Aksi Perubahan yang telah direncanakan. Untuk
memastikan hasil terobosan inovasi dapat mengikat semua orang yang
terlibat dalam kegiatan dan pemanfaatan hasil inovasi, perlu dibuatkan
legalitas pemberlakuannya serta membuat komitmen bagi para tim
pelaksana untuk menjaga keberlangsungan hasil terobosan inovasi hingga
tujuan jangka menengah dan jangka panjang dari Implementasi Aksi
Perubahan ini dapat tercapai.
Legalitas penerapan inovasi Implementasi Aksi Perubahan dimulai dari
adanya dukungan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Buton berupa
pembentukan Tim Efektif berdasarkan Keputusan Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton Nomor : 172/SK-74.04.UP.04.05/VIII/2020
tanggal 19 Agustus 2020 tentang Pembentukan Tim Pelaksana
Implementasi Aksi Perubahan Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat
Hukum Adat Wabula dengan menggunakan Aplikasi Survey Tanahku
(sebagaimana tertera dalam lampiran laporan ini). Selain itu dukungan atas
83

Melayani, Profesional, Terpercaya


keberlanjutan penerapan Aksi Perubahan ini didapat dari adanya dukungan
dari berbagai pihak mulai dari stakeholder internal (mentor dan tim efektif)
maupun stakeholder eksternal (parabela, pemerintah desa dan pemerintah
kecamatan . Adapun bentuk legalitas dukungan tersebut dituangkan dalam
bentuk pernyataan tertulis oleh pihak-pihak terkait sebagaimana berikut ini :
a. Dukungan Mentor (Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Buton)
b. Dukungan Tim Efektif (yang terdiri dari Tim kerja Inti dan Tim Kerja
Pendukung
c. Dukungan stakeholder eksternal seperti Parabela, Kepala Desa dan
Camat Wabula.

Berikut ini merupakan beberapa Surat Pernyataan Dukungan dari pihak-


pihak terkait diantaranya adalah sebagai berikut :

Gambar 44. Bentuk Legalitas Berupa Surat Pernyataan Dukungan


84

Melayani, Profesional, Terpercaya


Disamping legalitas surat pernyataan dukungan diatas, legalitas
penerapan inovasi project leader juga mendasarkan pada beberapa aturan
aturan terkait penatausahaan tanah ulayat ini antara lain sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria Pasal 3
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tahun 2014 tentang
Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat
3. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 18 tahun 2019 tentang Tata Cara Penatausahaan
Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat
4. Peraturan Bupati Buton Nomor 13 Tahun 2018 tentang Pengakuan dan
Perlindungan Masyarakat Hukum Adat Wabula Dalam Pengelolaan
Sumber Daya Pesisir dan Laut Berbasis Hukum Adat
5. Surat Edaran Dirjen Survei Pemetaan Pertanahan dan Ruang Nomor
319/S-300.UK.01.01/IX/2020 Tanggal 2 September 2020 tentang
Pengukuran dan Pemetaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat

Dengan adanya aturan-aturan tersebut penerapan Penatausahaan


Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten Buton dapat dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai
organisasi Kementerian ATR/ BPN yaitu Melayani, Profesionalisme,
Terpercaya.

2. Perencanaan Keberlanjutan Inovasi


Untuk menjamin keberlanjutan inovasi perlu dilakukan evaluasi dan
dukungan lanjutan terhadap penatausahaan tanah ulayat MHA Wabula
yang telah dilaksanakan berupa pencapaian target untuk Jangka Menengah
dan Jangka Panjang.
a. Jangka Menengah
Untuk Jangka Menengah, rencana keberlanjutan inovasi berupa :
1. Tetap melakukan pendekatan persuasif yang intens kepada pihak
pihak terkait utamanya kepada parabela, pemerintah desa, tokoh

85

Melayani, Profesional, Terpercaya


masyarakat dan organisasi pemuda Wabula seperti Forum
Silaturahim Pemuda (FORSIP) Wabula yang kemudian dilanjutkan
dengan pelaksanaan sosialisasi lanjutan untuk menyatukan pendapat
dan mencari solusi penyelesaian terhadap mekanisme pelaksanaan
pendaftaran tanah melalui legalisasi aset di Desa Wabula dan Desa
Wabula 1 untuk tanah-tanah yang dikuasai secara privat oleh
masyarakat dengan tetap mengedepankan kearifan lokal berupa
rekomendasi persetujuan dari parabela kepada setiap permohonan
legalisasi aset tersebut.
2. Mengawal percepatan penetapan tanah ulayat Wabula melalui
PERDA Kabupaten Buton dengan menggunakan peta hasil
penatausahaan tanah ulayat wabula sebagai lampiran dalam draft
usulan Perda Penetapan Ulayat Wabula tersebut.
3. Dengan inovasi penatausahaan tanah ulayat yang menggunakan
aplikasi Survey Tanahku, diharapkan dapat menjadi terobosan baru
untuk Kantor Pertanahan Kabupaten Buton dalam hal inovasi
teknologi aplikasi untuk mempercepat proses pengumpulan data fisik
dan data yuridis kegiatan PTSL, Redistribusi TOL dan program
strategis lainnya di tahun 2021 dan tahun-tahun kedepannya.
b. Jangka Panjang
Untuk Jangka Panjang, rencana keberlanjutan inovasi berupa :
1. Pelaksanaan Penatausahaan Tanah Ulayat MHA Wabula akan
menjadi barometer pelaksanaan Penatausahaan Tanah Ulayat lain di
Kabupaten Buton yang mana dalam sejarah kesultanan buton terdiri
atas 72 wilayah ulayat (kadhie) yang eksistensinya saat ini mulai
pudar sehingga perlu dilaksanakan penatausahaan untuk melindungi
dan memberikan kepastian hukum terhadap tanah-tanah ulayat
tersebut.
2. Dengan terpetakannya Tanah Ulayat di seluruh Wilayah Adat
Kabupaten Buton maka diharapkan akan sejalan dengan tercapainya
tujuan besar Kantor Pertanahan Buton untuk menuju Kabupaten
Buton Lengkap.

86

Melayani, Profesional, Terpercaya


BAB VI
PENUTUP

Laporan Aksi Perubahan tentang Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat


Hukum Adat Wabula ini penulis susun untuk dapat diseminarkan di depan penguji
dalam rangka untuk melakukan tindak lanjut Aksi Perubahan Jangka Menengah
dan Jangka Panjang. Dari rangkaian kegiatan Aksi Perubahan dengan melakukan
Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wabula yang dilaksanakan
oleh penulis, dapat ditarik benang merah berupa kesimpulan dan rekomendasi
sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Impelementasi Aksi Perubahan yang telah dilaksanakan
oleh Project Leader dan Tim Efektif, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan Aksi Perubahan Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat
Hukum Adat Wabula dalam dua bulan pada masa off class (Jangka Pendek)
telah berjalan dengan baik, dan memperoleh dukungan dari semua pihak
terutama oleh mentor, tim kerja inti dan tim kerja pendukung serta
stakeholder eksternal seperti parabela, pemerintah desa, pemerintah
kecamatan, tokoh masyarakat dan organisasi pemuda Wabula seperti
FORSIP;
2. Keberhasilan dari Aksi Perubahan ini juga tidak terlepas dari adanya
komunikasi, koordinasi dan kerjasama yang diterapkan Project Leader
terhadap semua komponen pendukung yang terlibat dalam kegiatan ini;
3. Penerapan aplikasi Survey Tanahku dalam pengumpulan data pada
kegiatan Penatausahaan Tanah Ulayat Wabula merupakan hal baru,
sehingga masih banyak hal-hal yang tidak bisa terakomodir dalam aplikasi
ini dan diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pusat Data dan
Informasi BPN untuk semakin menyempurnakan aplikasi Survey Tanahku
karena selama ini aplikasi tersebut biasanya hanya digunakan pada program
strategis nasional seperti PTSL dan Redis-TOL;

87

Melayani, Profesional, Terpercaya


4. Peta hasil Penatausahaan Tanah Ulayat Wabula yang telah dibuat ini akan
diserahkan kepada organisasi pemuda Wabula atas nama FORSIP yang
kemudian dapat menjadi lampiran draft PERDA penetapan Tanah Ulayat
MHA Wabula oleh Pemerintah Kabupaten Buton.

B. Rekomendasi
Dalam rangka mendukung peningkatan kinerja pelayanan pada Kantor
Pertanahan Kabupaten Buton, penulis selaku Project Leader dalam Aksi
Perubahan ini merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Perlu ada tindak lanjut persuasif yang kemudian dilanjutkan dengan
sosialisasi massif kepada seluruh pihak yang berkepentingan untuk untuk
menyatukan pendapat dan mencari solusi penyelesaian terhadap
mekanisme pelaksanaan pendaftaran tanah melalui legalisasi aset di Desa
Wabula dan Desa Wabula 1 untuk tanah-tanah yang dikuasai secara privat
oleh masyarakat dengan tetap mengedepankan kearifan lokal berupa
rekomendasi persetujuan dari parabela kepada setiap permohonan
legalisasi aset tersebut.
2. Penerapan aplikasi Survey Tanahku yang belum mengakomodir mekanisme
penatausahaan tanah ulayat perlu dibuat lebih maksimal dan berdaya guna
serta dapat mengakomodir kebutuhan pelayanan penatausahaan tanah
yang konter NIB/NIS nya berbasis Kabupaten.
3. Pada pengolahan database hasil sinkronisasi Survey Tanahku pada aplikasi
lanjutan seperti aplikasi PTSL Fisik dan Geo-KKP agar perlu ditambahkan
menu-menu pengolahan yang lebih lengkap agar hasil sinkronisasi tanah
ulayat tersebut dapat dilanjutkan ke proses PBT untuk kemudian tersimpan
dalam database peta pendaftaran online BPN.
4. Diperlukan reaksi yang cepat dan responsif oleh kita selaku pegawai pada
instansi pelayanan, oleh karenanya perlu senantiasa terus mengembangkan
diri dan meningkatkan pengetahuan serta wawasan dalam rangka
menghadapi tantangan di bidang pelayanan publik yang lebih modern di
masa mendatang utamanya dalam hal penguasaan teknologi aplikasi dan
peralatan mutakhir saat ini.

88

Melayani, Profesional, Terpercaya


DAFTAR PUSTAKA

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, 2019. Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No 13
tahun 2019 tentang uraian Tugas Jabatan Struktural di Lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dijabarkan
mengenai tugas pokok dan fungsi baik di lingkungan Kementerian, Kantor
Wilayah dan juga Kantor Pertanahan. Kementerian ATR/ BPN – Jakarta.

Nurhidayah, Nunung. “Merancang Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik (Bahan


Tayang Presentasi)”. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, 2020.
Peraturan Bupati Buton Nomor 13 Tahun 2018 tentang Pengakuan dan Perlindungan
Masyarakat Hukum Adat Wabula Dalam Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan
Laut Berbasis Hukum Adat

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional


Nomor 06 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 18 tahun 2019 tentang Tata Cara Penatausahaan Tanah Ulayat
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tahun 2014 tentang Pedoman


Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Agraria dan Tata


Ruang/Badan Pertanahan Nasional: “Panduan Penyusunan Kertas Kerja Aksi
Perubahan Kinerja Kualitas Pelayanan Publik Pelatihan Kepemimpinan
Pengawas (PKP)”, Tahun 2020;
Rahayu, Ambar, “Modul Kepemimpinan dalam Melaksanakan Pekerjaan Pelatihan
Kepemimpinan Pengawas”. Lembaga Administrasi Negara Republik Indoensia.
Jakarta, 2019.
Surat Edaran Dirjen Survei Pemetaan Pertanahan dan Ruang Nomor 319/S-
300.UK.01.01/IX/2020 Tanggal 2 September 2020 tentang Pengukuran dan
Pemetaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria


Pasal 3

89

Melayani, Profesional, Terpercaya


LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keputusan Pembentukan Tim Efektif

90

Melayani, Profesional, Terpercaya


91

Melayani, Profesional, Terpercaya


92

Melayani, Profesional, Terpercaya


93

Melayani, Profesional, Terpercaya


94

Melayani, Profesional, Terpercaya


95

Melayani, Profesional, Terpercaya


Lampiran 2 : Daftar Hadir Rapat Pembentukan Tim Efektif

96

Melayani, Profesional, Terpercaya


97

Melayani, Profesional, Terpercaya


Lampiran 3 : Surat Pernyataan Dukungan Stakeholder Internal

98

Melayani, Profesional, Terpercaya


99

Melayani, Profesional, Terpercaya


100

Melayani, Profesional, Terpercaya


101

Melayani, Profesional, Terpercaya


Lampiran 4 : Surat Pernyataan Dukungan Stakeholder Eksternal

102

Melayani, Profesional, Terpercaya


103

Melayani, Profesional, Terpercaya


104

Melayani, Profesional, Terpercaya


105

Melayani, Profesional, Terpercaya


Lampiran 5 : Surat Undangan Sosialisasi

106

Melayani, Profesional, Terpercaya


Lampiran 6 : Daftar Hadir Sosialisasi

107

Melayani, Profesional, Terpercaya


108

Melayani, Profesional, Terpercaya


Lampiran 7 : Surat Edaran Dirjen SPPR

109

Melayani, Profesional, Terpercaya


110

Melayani, Profesional, Terpercaya


111

Melayani, Profesional, Terpercaya

Anda mungkin juga menyukai