Anda di halaman 1dari 21

Contoh Proposal Usaha Makanan Ringan Tradisional

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan fakta di lapangan dapat diketahui bahwa jumlah pengangguran di tanah air semakin
meningkat. Salah satu penyebab dari masalah tersebut adalah masyarakat yang kurang sadar untuk
memanfaatkan peluang usaha karena kurangnya pengetahuan terhadap pemanfaatan sumber daya.

Kondisi tersebut menimbulkan krisis ekonomi di masyarakat yang semakin berkepanjangan. Kesadaran
masyarakat menciptakan lapangan kerja juga masih minim. Padahal lapangan kerja itulah yang dapat
mengangkat perekonomian masyarakat.

Berwirausaha adalah solusi untuk keluar dari masalah krisis ekonomi dan tingginya pengangguran.
Terdapat banyak pilihan bidang wirausaha yang bisa dilakukan seperti pengolahan bahan pangan
mentah menjadi produk makanan jadi atau setengah jadi agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.

Oleh karena itu penulis ini menciptakan sebuah produk dengan nilai jual dengan membuat kue
“BOBICO”. Kue ini menggunakan ubi sebagai bahan dasarnya yang mudah diperoleh tetapi masyarakat
belum banyak yang mengolahnya menjadi kudapan yang menarik dan bernilai jual.

B. Visi

Menjadikan makanan tradisional sebagai salah satu makanan bernilai jual tinggi dan banyak diminati.

C. Misi
Senantiasa melakukan inovasi produk tradisional.

Berupaya meningkatkan kualitas makanan tradisional.

Lebih mengutamakan kualitas pelayanan agar konsumen semakin puas.

D. Tujuan

Tujuan penulis mengembangkan jenis usaha ini yaitu:

Memperoleh keuntungan.

Konsumen berminat dan tertarik untuk ikut merasakan produk yang dibuat oleh penulis serta dapat
mencapai penjualan yang sesuai target.

Melestarikan jajanan tradisional.

Berpeluang membuka lapangan pekerjaan bagi lingkungan sekitar.

E. Maksud Kegiatan Usaha

Maksud dari membuka usaha ini penulis ingin menyalurkan ilmu yang dimiliki dalam bidang kuliner,
menambah pengalaman di dunia usaha serta menambah wawasan sekaligus menambah wawasan
dengan berinovasi melalui makanan tradisional yang tidak kalah dengan makanan modern.

Penulis akan melakukan inovasi dengan mengembangkan kue tradisional bernama obi supaya lebih
menarik baik dari segi rasa, tampilan maupun kualitasnya. Penulis akan membuat makanan tradisional
“BOBICO” yakni bola-bola obi coklat yang dikembangkan dari kue obi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil

Bobico merupakan sebuah brand bidang usaha penulis karena produk ini berbahan dasar ubi. Selama ini
ubi lebih sering dikenal di pedesaan tetapi kini penulis ingin kembali mengembangkannya dengan
mengolah ubi menjadi makanan yang menarik.
Melalui ide penulis tersebut diharapkan ubi semakin luas dikenal menjadi olahan yang menarik tanpa
mengurangi kandungan nutrisi di dalamnya. Ubi mengandung banyak nutrisi yang bagus bagi kesehatan
diantaranya vitamin A,

C, E magnesium, kalium, betakaroten serta antioksidan.

B. Strategi Pasar

Supaya rencana membangun usaha Bobico ini dapat berjalan lancar maka dilakukan beberapa strategi
pasar diantaranya :

1. Segmenting

Strategi ini merupakan cara strategi pasar yang menjadikan pembeli target yang harus dicapai. Produk
yang dibuat bisa dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat, bahkan produk ini juga dapat dinikmati
oleh segala usia.

2. Targeting

Penulis membidik target pasar yang terdiri dari kalangan masyarakat setempat, warung-warung kecil
dan sekolah penulis.

3. Positioning

Supaya produk ini mudah dikenal masyarakat maka penulis membuat inovasi dengan menambahkan
bahan baru yang dapat membedakan makanan ini dengan jenis makanan yang sudah ada.

Adapun jenis bahan makanan yang ditambahkan oleh penulis adalah coklat, kacang dan meses mix agar
tampilan makanan lebih menarik, kualitas sangat baik dan rasanya yang lebih unggul. Hal ini dapat
menjadi ciri khas yang memudahkan konsumen untuk mengenalinya.
C. Analisis SWOT untuk Kelayakan Usaha

Merupakan acuan yang dipakai dalam menghadapi persaingan bidang usaha. Dalam memulai setiap
kegiatan, penulis mengukur kemampuannya terhadap lingkungan dan persaingan menggunakan SWOT.

1. Kekuatan (Strength)

Kekuatan adalah keyakinan bahwa produk ini dapat diterima oleh masyarakat luas dengan baik. Sebab
produk ini memiliki kualitas cukup tinggi serta memakai bahan dasar ubi yang memiliki banyak
kandungan nutrisi dan diproses secara higienis.

2. Kelemahan (Weakness)

a. Produk gampang ditiru.

b. Produk mudah basi.

c. Harga ubi yang tidak menentu.

3. Peluang (Opportunity)

Produk ini tidak asing di kalangan masyarakat karena sudah pernah ada. Tetapi Bobico berbeda dari obi
pada umumnya. Karena produk ini sudah mengalami modifikasi sehingga menjadi produk yang lebih
menarik dan mampu bersaingan dengan makanan modern.

Saat ini obi memang semakin jarang ditemukan sehingga penulis memiliki peluang yang bagus untuk
memasarkan dengan varian baru yang lebih menarik minat konsumen.

4. Ancaman (Threat)

Terdapat beberapa ancaman yang bisa timbul dalam usaha Bobico ini, antara lain :
a. Bahan dasar yang tidak menentu ketersediannya.

b. Produk serupa yang mempunyai kualitas lebih baik serta harganya yang lebih murah.

c. Pesaing yang tidak sehat.

BAB III

MANAJEMEN PRODUKSI

A. Proses Produksi

Penulis melakukan kegiatan produksi antara lain:

Mengembangkan ide modifikasi produk berdasarkan kebutuhan konsumen terhadap produk yang
sedang tren yakni kuliner.

Pada bagian produksi, penulis menentukan bahan baku pendukung selain bahan utama dengan
melakukan survei pasar agar memperoleh harga yang lebih kompetitif.

Produksi dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan dengan mengutamakan kehigienisan agar tercipta
kepercayaan konsumen terhadap produk yang dipasarkan oleh penulis.

Membuat laporan keuangan untuk membuat sistem manajemen yang sehat di dalam kegiatan usaha.
Bila keuangan ditangani dan disusun dengan baik maka kegiatan produksi dapat berjalan lancar dan
optimal.

B. Bahan-Bahan

Dalam memproduksi Bobico, penulis memakai bahan-bahan antara lain:

Bahan Jumlah Total harga

Ubi jalar 16 kg (Harga @ Rp 3.500) = Rp 56.000


Tepung Tapioka 4 kg (Harga @Rp 9.000) = Rp 36.000

Kacang 1kg (Harga @ Rp 28.000) = Rp 28.000

Gula merah 1kg (Harga @ Rp 18.000) = Rp 18.000

Seres 5pcs (Harga @ Rp 6.000) = Rp 30.000

Garam 1pcs (Harga @ Rp 2.000) = Rp 2.000

Coklat 5pcs (Harga @ Rp 12.000) = Rp 60.000

Total Rp 230.000

C. Alat dan Perlengkapan Tambahan

1. Alat

Nomor Nama Alat Jumlah

1. Gelas ukur 1

2. Panci 1

3. Baskom 1

4. Wajan 1

5. Dulang 1

6. Pisau 1
2. Perlengkapan

Nomor Nama Jumlah Harga Total Harga

1. Label kemasan 5 lembar (Harga @ Rp 4000) = Rp 20.000

2. Cup plastik 10 pack (Harga @ Rp 9.500) = Rp 95.000

3. Sarung tangan plastik 2 (Harga @ Rp 2000) = Rp 4000

Total Rp 119.000

D. Biaya Lain-lain

Nomor Jenis Biaya Total

1. Biaya Transportasi Rp 20.000

2. Isi ulang gas Rp 19.000

Total Rp 39.000

E. Cara Membuat

Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Kupaslah ubi lalu cuci dan kukus sampai matang atau lunak.

Haluskan ubi kukus memakai dulang hingga benar-benar halus.

Sesudah ubi halus, tambahkan tepung tapioka dan garam lalu tumbuk sampai semua bahan tercampur
rata.

Sesudah selesai, ambil adonan memakai sendok dan isi menggunakan gula merah atau isian lainnya
sesuai selera. Bulatkan adonan sampai membentuk bola-bola kecil.
Panaskan minyak ke dalam wajan menggunakan api sedang. Bila minyak sudah panas, masukan bola-
bola ubi dan goreng sampai coklat keemasan. Angkat dan tiriskan.

Jika Bobico sudah dingin, tambahkan topping sesuai selera.

BAB IV

RENCANA BIAYA

A. Modal dan Pemasukan

Besar Modal yang harus dikeluarkan dalam satu kali produksi yaitu Rp 388.000.

Total biaya produksi = bahan bahan + perlengkapan + ongkos lain-lain

= Rp 230.000 + Rp 119.000 + Rp 39.000

= Rp 388.000

Total biaya yang dibutuhkan untuk sekali memproduksi sebanyak 100 produk adalah Rp 388.000.

B. Perhitungan Harga Jual

Harga pokok produksi = total biaya keseluruhan : hasil produksi = Rp 388.000 :100 = Rp 3880/pcs.

Harga jual produk = harga pokok per produk + kisaran laba

= Rp 3880 + Rp 1620

= Rp 5500

C. Perhitungan Laba atau Rugi

Laba = (hasil produksi x harga jual) – modal

= (100 x Rp 5500) – Rp 388.000


= Rp 550.000 – Rp 388.000

= Rp 162.000Persentase laba = laba : modal x 100%

= Rp 162.000 : Rp 388.000 x 100%

= 41,75 %

Persentase laba bersih yang diperoleh untuk satu kali produksi adalah 41,75%.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jajanan BOBICO adalah ide brand produk dari penulis dalam bidang usaha ini. Terciptanya produk ini
adalah hasil survei penulis untuk mencari prospek bisnis bermanfaat untuk masyarakat dan
menguntungkan.

Besar harapan produk ini bisa diterima serta disenangi dan mudah teringat dibenak konsumen.

B. Saran

Proposal usaha ini mungkin jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik maupun
saran guna penyempurnaan proposal. Demikian proposal usaha ini, semoga kegiatan usaha ini dapat
berjalan lancar dan bermanfaat bagi masyarakat.

Nah, itu tadi contoh proposal usaha makanan ringan tradisional yang bisa Anda contoh.

Contoh Proposal Usaha Ternak


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wirausaha adalah salah satu cara mengatasi masalah pengangguran yang terus meningkat dari waktu ke
waktu. Kegiatan wirausaha tidak hanya menguntungkan dari segi ekonomi tetapi juga dapat membantu
memenuhi kebutuhan masyarakat luas secara langsung dan tidak langsung.

Salah satu jenis usaha yang mudah dikembangkan dan tinggi peminat adalah memelihara ayam
kampung pedaging. Di beberapa wilayah seperti di Ponorogo dan sekitarnya banyak penjual sate ayam,
ayam bakar, soto ayam dan lain-lain.

Berbagai jenis usaha tersebut membutuhkan ayam kampung sebagai bahan baku utama setiap harinya.
Agar dapat memenuhi kebutuhan daging ayam, banyak peternak ayam kampung saling bersaing
menyuplai kebutuhan daging ayam kampung.

Sebagai upaya memanfaatkan peluang, kami ingin mencoba mendirikan usaha ternak ayam kampung
pedaging dengan nama “ CAMP AYAM SUKAMAJU”.

B. Identifikasi Masalah

Usaha ternak ayam kampung pedaging, saat ini memang sudah banyak bermunculan tetapi pada
kenyataannya masih kurang sukses. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya
memperhatikan konsep dasar usaha ketika mendirikan usaha tersebut.

Selain itu mereka tidak mempunyai sikap yang tangguh dan baik seorang wirausahawan. Pada akhirnya
mereka mudah menyerah ketika menghadapi kendala saat usaha mulai berjalan.

Terdapat faktor-faktor yang bisa mendukung serta menghambat sebuah usaha, antara lain sebagai
berikut:
1. Faktor Pendukung

a. Prospek yang besar untuk dikembangkan.

b. Memberikan keuntungan yang besar.

c. Jumlah permintaan daging ayam kampung yang terus meningkat.

d. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk panen.

e. Peluang pasar yang bagus dalam pemasaran.

f. Tidak memerlukan karyawan dalam jumlah banyak.

g. Tata cara pemeliharaan ayam kampung yang tidak terlalu sulit.

h. Modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

2. Faktor Penghambat

a. Banyak pesaing yang melakukan jenis usaha yang sama.

b. Anak ayam yang stres atau terserang penyakit biasanya sulit dipulihkan.

c. Dibutuhkan keuletan dan keahlian lebih seputar beternak ayam.

d. Memperoleh anak ayam yang sehat memang cukup sulit.

Prospek ternak ayam kampug pedaging di Ponorogo memiliki peluang yang masih cukup besar. Baik
dilihat dari potensi pemeliharaan dan peluang hasil panen dikirim ke daerah lain. Bisa dilihat dari nilai
ekonomisnya yakni jika memperoleh anak ayam yang sehat maka pemeliharaannya lebih mudah.

Apabila anak-anak ayam sudah tumbuh besar maka bisa dijual dengan harga jual yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan pendapatan usaha bisnis ternak ayam kampung tersebut. Dengan demikian kualitas
anak ayam memang sangat menentukan kesuksesan ternak ayam kampung.

C. Batasan Masalah
Sebetulnya terdapat banyak peluang membangun sebuah usaha tetapi penulis lebih memilih usaha
ternak ayam kampung karena usaha ini mempunyai peluang yang bagus dan tidak membutuhkan tenaga
kerja maupun modal yang besar.

Selain itu, jenis usaha ini juga mempunyai prospek cerah serta risiko kegagalan yang lebih kecil. Oleh
karena itu, penulis yang juga masih pemula dalam dunia usaha ternak berharap bisa menjalankan usaha
ini dengan sebaik mungkin.

D. Tujuan

Tujuan usaha ternak ayam kampung pedaging ini antara lain :

Membantu menjaga kelangsungan usaha serta mengembangkannya.

Bisa memasarkan daging ayam kampung secara lebih baik.

Melalui usaha ini, pengalaman dan penghasilan juga akan bertambah.

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Analisis SWOT

Sebelum menjalankan sebuah usaha baru maka Anda perlu mengetahui hal-hal yang bisa berpengaruh
terhadap usaha tersebut. Adapun hal-hal yang dimaksud adalah analisis SWOT. Melalui analisis SWOT
tersebut maka diharapkan usaha bisa berjalan sukses dan lancar.

Berikut ini beberapa hal terkait analisis SWOT dari masing-masing aspek:

1. Strength

a. Ternak ayam kampung tidak begitu sulit.

b. Risiko kegagalan lebih kecil dan modalnya juga relatif kecil.


c. Jenis usaha ini mudah dilakukan serta tidak memerlukan banyak tenaga kerja.

2. Weakness

a. Jika anak ayam stres atau terserang penyakit maka sulit dipulihkan.

b. Sulit memperoleh anak kampung sehat dan berkualitas unggul.

3. Opportunities

a. Peluang usaha ini cukup besar jika dikembangkan.

b. Profit yang menggiurkan.

c. Permintaan pasar terhadap daging ayam kampung terus meningkat.

4. Threat

a. Terdapat banyak pesaing dengan jenis usaha yang sama.

b. Tingkat persaingan dalam pemasaran juga semakin ketat.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Sarana dan Prasarana

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat usaha ini adalah halaman belakang rumah dari masing-masing
anggota “CAMP AYAM SUKAMAJU”.

B. Ketersediaan SDM
Usaha ternak ayam kampung, sepenuhnya dikelola keluarga dari masing-masing anggota kelompok.
Sehingga ketersediaan SDM bisa terpenuhi dengan baik dari anggota keluarga.

C. Sistem Manajemen Usaha

Usaha ini dikelola oleh keluarga sehingga sistem manajemen yang digunakan berdasarkan pada
musyawarah yang bersifat kekeluargaan.

D. Sistem Pelaksanaan Usaha

Sesudah melaksanakan langkah-langkah dalam konsep dasar menjalankan usaha, maka usaha bisa
dimulai melalui kalkulasi dana sebagai berikut:

a. Pengeluaran

1. Modal tetap yang meliputi :

a) Kandang ayam berukuran 3×3 m 5 buah Rp 300.000

b) Tempat minum ayam 10 buah Rp 60.000

c) Lampu penerangan 4 buah Rp 20.000

d) Tempat makan ayam 10 buah Rp 40.000

Jumlah Rp 420.000

2. Modal tidak tetap, meliputi :

a) Pembelian anak ayam 200 ekor Rp 1.000.000

b) Pembelian obat-obatan Rp 100.000

c) Pembelian (BR) 5 karung @50KG Rp 625.000

d) Biaya listrik Rp 25.000


Jumlah Rp 1.750.000

Modal total Rp 2.270.000

3. Penyusutan modal tetap : Rp 60.000

Total biaya pengeluaran : Rp 2.330.000

Jumlah yang diharapkan untuk satu kali panen pada usaha ternak ayam kampung, dengan bobot ayam
menjadi +0,8-1kg dari bobot sebelumnya.

b. Pemasukan

Catatan = harga 1 ekor ayam kampung pedaging sekarang ini Rp 25.000.

1) Hasil penjualan ayam

Pada kandang berukuran 3×3 m 1kg = Rp 25.000

Maka : 50 ayam x Rp 25.000 = Rp 1.250.000

2) Ada 5 buah kandang ayam dalam usaha ini sehingga 5 x Rp 1.250.000 = Rp 6.250.000

3) Jadi total pendapatan seluruhnya = Rp 6.250.000

c. Keuntungan

Keuntungan bersih ternak ayam kampung selama satu kali panen atau 12 minggu = Rp 6.250.000 – Rp
2.320.000 = Rp 3.930.000/3 bulan.
Jadi keuntungan rata-rata yang diperoleh setiap bulan kurang lebih Rp 1.310.000.

d. Antisipasi Persoalan

Usaha ternak ayam kampung pedaging memang cukup menggiurkan. Tetapi ketika menjalankan usaha
ini maka Anda harus tetap melakukan antisipasi persoalan yang bisa muncul selama pemeliharaan
maupun pemasaran.

Tingkat persaingan yang pemasaran yang terus meningkat maka dibutuhkan peningkatan pemeliharaan
agar menghasilkan daging ayam kampung segar dan sehat yang siap dipasarkan.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Ternak ayam kampung dapat memberikan keuntungan yang cukup besar.

Ternak ayam kampung tidak membutuhkan modal yang besar.

Memelihara anak ayam tidak begitu sulit dilakukan.

Ternak ayam kampung tidak memerlukan banyak tenaga kerja.

Berwirausaha dengan memilih ternak ayam kampung, mempunyai risiko yang kecil dan prospek yang
cerah.

Demikian contoh proposal usaha ternak, semoga jadi referensi bermanfaat. ya

Contoh Proposal Usaha Bidang Jasa

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pakaian merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat di Indonesia. Termasuk juga masyarakat
Ponorogo, Jawa Timur yang juga tak kalah tertarik untuk mengikuti tren produk fashion pakaian yang
terkini.

Tepatnya di wilayah tempat tinggal saya, masih minim jumlah layanan jasa tailoring. Sedangkan jumlah
permintaan konsumen terus meningkat terutama mendekati Hari Raya Idul Fitri. Konsumen banyak yang
kesulitan memperoleh layanan jasa jahit pakaian yang berkualitas.

Oleh karena itu saya ingin membuka layanan jasa menjahit pakaian bernama “PUSPA TAILOR” supaya
bisa melayani berbagai permintaan model baju sesuai keinginan konsumen. Usaha jasa menjahit ini juga
berdampak positif untuk masyarakat di Ponorogo.

Melihat kebutuhan masyarakat terhadap busana yang nyaman dan mengikuti perkembangan zaman.
Tentu jasa menjahit ini dipastikan memiliki peluang yang bagus di masa sekarang dan yang akan datang.

B. Tujuan

Tujuan dari usaha jasa menjahit ini yaitu memudahkan konsumen agar memperoleh layanan tailoring
yang memuaskan dan berkualitas. Selain itu dapat memberikan keuntungan yang cukup besar dan
membuka lapangan kerja baru.

. C. Visi dan Misi

1. Visi :

Menjadikan PUSPA TAILOR agar bisa bersaing dan mengikuti model fashion busana kekinian.

2. Misi :

a. Memberikan pelayanan yang prima bagi konsumen.

b. Mengembangkan pembuatan busana sesuai model fashion yang terbaru.


c. Memberikan hasil produk pakaian yang berkualitas dan menjanjikan.

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Analisis SWOT

1. Keunggulan (strength)

a. Model pakaian yang trendi

b. Jahitan rapi dan bagus serta pelayanan yang memuaskan.

c. Membangun loyalitas untuk konsumen.

d. Menyediakan pesanan pakaian jadi.

e. Melayani permintaan bagi semua kalangan konsumen.

f. Melayani pemesanan model paten atau baku.

g. Produk bagus dan nyaman untuk dipakai.

2. Kelemahan (Weakness)

a. Kecepatan waktu penyelesaian produk yang terbatas.

b. Adanya perbedaan pendapat antara penjahit dengan konsumen.

c. Masih minim karyawan kompeten.

3. Peluang (Opportunity)

a. Disukai oleh kebanyakan pecinta fashion.

b. Biaya yang lebih terjangkau.


c. Memberikan desain pakaian yang kreatif dan inovatif.

d. Masih minimnya usaha tailoring di sebuah daerah.

e. Usaha ini bisa menguntungkan kedua belah pihak.

4. Ancaman (Threats)

a. Munculnya pesaing-pesaing baru dalam dunia fashion.

b. Harga bahan baku yang tidak stabil dan cenderung naik.

c. Model pakaian yang mudah ditiru.

BAB III

ANALISIS KEUANGAN

A. Modal Awal

1. Mesin jahit lengkap : Rp 700.000

2. Mesin obras lengkap : Rp 1.300.000

3. Mesin semi otomatis : Rp 1.500.000

4. Gunting 1 set dan penggaris : Rp 13.000

5. Jarum mesin : Rp 15.000

6. Benang dan kapur jahit : Rp 12.000

Jumlah : Rp 3.580.000

B. Harga

Biaya pakaian pesanan :

1. Drill 1 stel : Rp 180.000


2. Celana pendek : Ro 60.000

3. Celana panjang : Rp 80.000

4. Seragam 1 stel : Rp 140.000

5. Rok : Rp 70.000

Biaya ongkos jahit

1. Blus : Rp 70.000

2. Kemeja : Rp 50.000

3. Celana pendek : Rp 40.000

4. Celana panjang : Rp 60.000

5. Jas pria : Rp 450.000

6. Rok : Rp 40.000

7. Dress : Rp 70.000

8. Baju kerja : Rp 80.000

9. Kebaya : Rp 120.000

10. Permak besar : Rp 40.000

11. Permak kecil : Rp 5000

C. Biaya Perbulan

Listrik dan Telepon : Rp 100.000

Biaya Transportasi : Rp 30.000

Biaya perlengkapan : Rp 100.000

Biaya lain-lain : Rp 20.000

Jumlah : Rp 250.000

D. Pendapatan Perbulan
15 stel x Rp 100.000 = Rp 1.500.000

E. Laba Perbulan

Rp 1.500.000 – Rp 250.000 = Rp 1.250.000

Dalam kurun waktu 3 bulan maka penghasilan usaha jasa ini sudah dapat menutup jumlah modal awal.

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Usaha menjahit ini bisa memperoleh tanggapan positif dari masyarakat berbagai kalangan. Saya optimis
usaha ini akan berkembang dan maju meski jumlah pesaingnya semakin meningkat.

Saya akan terus berusaha dan pantang menyerah dalam mengelola usaha ini dengan berbagai rintangan
maupun kendala yang bisa terjadi kapan saja.

Demikianlah contoh proposal usaha ini saya buat agar dapat bermanfaat untuk pedoman mendirikan
usaha dan tolak ukur kesuksesan usaha.

B. Saran

Dalam mendirikan usaha tidaklah mudah karena harus menentukan analisis SWOT agar mencapai usaha
yang berhasil dan bisa memproduksi pakaian yang cukup sulit. Oleh karena itu dibutuhkan kesabaran,
ketelatenan, kerapian dan kecermatan ketika bekerja.

Anda mungkin juga menyukai