SKS : 3 SKS
LEMBAR JAWABAN
NIM : 22201006
1. Jelaskan dan uraikan hikmah dari pembahasan ilmu pengetahuan dalam persfektif QS.
Fathir: 28, Az Zumar: 9
Jawaban :
- Surat Fatir Ayat 28
َزي ٌز َغفُو ٌر ۟ ٓ َ ِف َأ ْل ٰ َونُ ۥهُ َك ٰ َذل
ِ ك ۗ ِإنَّ َما يَ ْخ َشى ٱهَّلل َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْٱل ُعلَ ٰ َمُؤا ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ ع ٌ ِاس َوٱل َّد َوٓابِّ َوٱَأْل ْن ٰ َع ِم ُم ْختَل
ِ ََّو ِمنَ ٱلن
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-
binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun(Qs. Al-Fathir: 28)
Penjelasan lengkap terkait kaidah tata bahasa surat al-Fathir ayat 28 dijelaskan oleh
KH Marzuqi Mustamar bahwa sangat salah jika mengartikan hewan masuk golongan
Ulama. Ayat 28 surat al-Fathir menunjukan adanya tarkib Hasyr atau susunan kalimat yang
terbatas.
Makna sederhana dari ‘ ’ِإنَّ َما يَ ْخ َشى هَّللا َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَ َما ُءadalah Sesungguhnya yang takut
kepada Allah SWT adalah Ulama. Atau jika diartikan dengan terbalik, Hanya Ulama yang
Takut kepada Allah SWT. Pemaknaan ini sangat bertolak belakang dengan Ustadz abal-
abal dengan tafsir ngawurnya yang memasukan hewan sebagai Ulama.
Fokus utama dari Ulama yang ditujukan dalam ayat di atas adalah kata ‘ ’ ِعبَا ِد ِهyang
berasal dari golongan manusia bukan hewan. Dalam kaidah Hasyr ditemukan kaidah
pembatas pada kata yang disebutkan terakhir, bukan yang awal. Sebagaimana contoh tarkib
Hasyr sebagai berikut,
Artinya; Sesungguhnya, Hanya Fatimah yang saya cinta, atau bisa dimaknai Hanya Fatimah yang
saya cinta.
Isi kandungan :
Ayat ini menjelaskan tentang, dengan ilmu, seseorang akan lebih memahami bagaimana
kehidupan ini diciptakan dan mendalami pengetahuan tentang kuasa Allah SWT sebagai sang
maha pencipta. Orang berilmu akan takut melakukan hal-hal yang mengandung dosa karena ia
memiliki pengetahuan akan kekuasaan dan juga kebesaran Allah SWT
- Qs Azzumarr ayat 9
ت ٰان َۤا َء الَّ ْي ِل َسا ِجدًا َّوقَ ۤا ِٕى ًما يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرةَ َويَرْ جُوْ ا َرحْ َمةَ َرب ٖ ِّۗه قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُموْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ ۗ اِنَّ َما
ٌ ِاَ َّم ْن هُ َو قَان
ِ يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْلبَا
ب
(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada
waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat
menerima pelajaran (Qs Azzumarr ayat 9)
1. Tafsir Ibnu Abbas
(Apakah kalian, hai kaum musyrikin, yang lebih beruntung) ataukah orang yang taat di
waktu-waktu malam dengan bersujud dan berdiri, sedang ia takut akan akhirat serta
mengharapkan rahmat Rabb-nya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya hanya orang-
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
ٌ َِأ َّم ْن ه َُو قَان ([apakah kalian, hai kaum musyrikin, yang lebih beruntung] ataukah orang yang
ت
taat), yakni yang taat kepada Allah Ta‘ala, yaitu Nabi saw. dan para shahabatnya.
آنَاء اللَّ ْي ِل (di waktu-waktu malam), yakni di saat-saat malam hari.
ً َسا ِجداً َوقَاِئما (dengan bersujud dan berdiri) dalam shalat.
َيَحْ َذ ُر اآْل ِخ َرة (sedang ia takut akan akhirat), yakni ia takut akan adanya azab akhirat.
ويَرْ ُج‘‘و َرحْ َم‘ ةَ َربِّ ِه (serta
َ mengharapkan rahmat Rabb-nya), yakni surga Rabb-nya. Apakah
pemilik sifat-sifat tersebut sama dengan Abu Jahl dan kawan-kawannya?
ْقُل (katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad!
هَلْ يَ ْست َِوي (“Apakah sama) dalam hal pahala dan ketaatan.
َالَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمون (orang-orang yang mengetahui) tauhīdullāh serta Perintah dan Larangan-Nya,
yaitu Abu Bakr dan teman-temannya.
يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمون (dengan orang-orang yang tidak mengetahui”) tauhīdullāh serta Perintah
dan Larangan-Nya, yaitu Abu Jahl dan kawan-kawannya?
ِ اَل يَ ْعلَ ُمونَ ِإنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر ُأوْ لُوا اَأْل ْلبَا (sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
ب
menerima pelajaran), yakni hanya orang-orang yang mempunyai akallah yang dapat
menerima nasihat dari perumpamaan-perumpamaan al-Quran.[2]
2. Tafsir Al Misbah
Awal ayat Sembilan di atas kata ( )َأ َم ْن aman dalam bentuk pertanyaan dan ada juga yang
membacanya ( )َأ ّم ْن amman. Terdiri dari huruf (أ ) alif dan (من ) man yang berarti siapa.
Kata man berfungsi sebagai subjek, dan predikatnya tidak tecantum karena telah
diisyaratkan oleh kalimat sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang
kafir mengada-adakan bagi Allah sekutu-sekutu… Bacaan kedua ( )أ ّمن amman terdiri dari
dua kata yaitu ( )أم am dan ( )من man, lalu di gabung dalam bacaannya yang mengandung
dua kemungkinan makna. Yang pertama kata am berfungsi sebagai kata yang digunakan
bertanya. Apakah si kafir yang mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, sama dengan yang
percaya dan tekun beribadah?. Yang kedua, kata am berfungsi memindahkan uraian ke
uraian yang lain, tidak usah mengancam mereka, tetapi tanyakanlah apakah sama yang
mengada-adakan sekutu bagi Allah dengan yang tekun beribadah?.
Kata (قانت ) qaanit terambil dari kata ()قنوت qunuut yaitu ketekunan dalam ketaatan disertai
ketundukan hati dan ketulusannya. Ayat tersebut menggambarkan sikap lahir & batin.
Sikap lahir digambarkan oleh kata-kata saajidan/ sujud dan qaa’iman/ berdiri sedang sikap
batinnya dilukiskan oleh kalimat (يَحْ َذ ُر اآْل ِخ َرةَ َويَرْ جُ‘و َرحْ َم‘ ةَ َربِّ ِه ) yang artinya takut kepada
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya.
Kata ( )يعلم‘‘‘ون ya’lamuun sama halnya dengan ilmu pengetahuan, maksudnya adalah
pengetahuan yang bermanfaat, yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu
menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuan itu. Kata
( )يتذ ّكرون yatadzakkaru berasal dari kata (ذكر ) dzikr yakni pelajaran/ peringatan.[3]
Isi kandungan
Ayat ini berisi karakteristik orang-orang mukmin yang selalu taat kepada Tuhan dengan
beribadah di waktu malam, takut terhadap siksa akhirat, dan mengharap kasih sayang Tuhan.
Selain itu, ayat ini juga membandingkan kedudukan dua kelompok: kelompok orang kafir yang
inkonsisten dalam beragama dan kelompok orang mukmin yang teguh dan konsisten. Dan
jawabannya jelas tidak sama, demikian halnya tidak sama antara orang yang mengetahui dan
tidak. Dan di ayat terakhir tertuliskan bahwasannya hanya ulul albab yang bisa mengambil
pelajaran dari hal tersebut. Makna mengambil pelajaran yang dimaksud adalah kesanggupan
melakukan refleksi dan aksi, sehingga ulul albab merupakan representasi orang-orang yang
mampu memadukan sosok qaanit (kaya amal kebaikan) dan sosok ‘alim (berwawasan luas).
Berkaitan dengan ini, apabila sesuatu yang pernah terjadi pada diri seseorang dan ia bisa
mengambil hikmah darinya sebagai pijakan untuk melangkah kedepan dan memperbaiki diri
merupakan pemandu menuju kebaikan hidup.[4]
Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir
Quraisy, apakah mereka lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu malam, dalam
keadaan sujud dan berdiri dengan sangat khusyuknya. Dalam melaksanakan ibadahnya itu
timbullah dalam hatinya rasa takut kepada azab Allah di kampung akhirat, dan memancarlah
harapannya akan rahmat Allah.
Perintah yang sama diberikan Allah kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada mereka apakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Yang dimaksud
dengan orang-orang yang mengetahui ialah orang-orang yang mengetahui pahala yang akan
diterimanya, karena amal perbuatannya yang baik, dan siksa yang akan diterimanya apabila ia
melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak mengetahui ialah orang-orang yang sama
sekali tidak mengetahui hal itu, karena mereka tidak mempunyai harapan sedikutpun akan
mendapat pahala dari perbuatan baiknya, dan tidak menduga sama sekali akan mendapat
hukuman dan amal buruknya.
Di akhir ayat Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran, baik pelajaran dari pengalaman hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran
Allah yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya, juga terdapat pada dirinya atau suri teladan
dari kisah umat yang lalu
2. Manusia diciptakan sebagi makhluk unik. Jelaskan menurut persfektif QS. Al-A’laq 1- 19
serta hikmah dibalik penciptaannya
Jawaban :
Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan
pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia
itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup. Sungguh, hanya kepada
Tuhanmulah tempat kembali(mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang seorang
hamba ketika dia melaksanakan salat. Bagaimana pendapatmu jika dia (yang dilarang salat itu)
berada di atas kebenaran (petunjuk), dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana
pendapatmu jika dia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui
bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)? Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia
tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (ke dalam neraka), (yaitu)
ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk
menolongnya), Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah, (penyiksa orang-orang yang
berdosa), sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah
(dirimu kepada Allah).
Yang harus kita ambil pelajaran dari ayat diatas (Q.S Al A’laq ayat 1 -19 ) yaitu