Anda di halaman 1dari 30

THE COST OF QUALITY

&
ACCOUNTING FOR
PRODUCTION LOSSES

Kelompok 10 Akuntansi Biaya


Nama Anggota:

Andhika Khrisna Mukti 152110713110


Emil Rifqy 152110713111
Dzulfikar Zidan Arzaqi 152110713112
Ivan Rusdian Saputra 152110713114
Ellenova Gizka Budiaqsa 152110713120
Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul guna menangani
kualitas produk yang dihasilkan, baik mempertahankan mutu maupun
memperbaiki produk yang cacat atau tidak sesuai standar.
Biasanya, biaya ini muncul karena adanya produk yang berkualitas
buruk atau tidak mampu memenuhi standar mutu konsumen (disebut
juga cost of poor quality atau COPQ). Adapun COPQ terjadi karena
adanya biaya yang tersembunyi, biaya manajemen, biaya kehilangan
aset, kerugian karena kehilangan proyek, dan kehilangan kepercayaan
konsumen.
JENIS-JENIS BIAYA KUALITAS

Prevention cost (biaya pencegahan) adalah biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya
kegagalan produk. Dengan demikian, semakin besar biaya pencegahan yang dikeluarkan,
maka jumlah produk cacat yang dihasilkan akan berkurang dan biaya kegagalan semakin
kecil.

Appraisal cost (Biaya Penilaian) adalah biaya yang dikeluarkan untuk menentukan
apakah produk dan jasa telah memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan.
Tujuan utama dari fungsi penilaian ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan
dan kerusakan produk sampai ke tangan konsumen.
JENIS-JENIS BIAYA KUALITAS
Internal failure cost (biaya kegagalan internal) adalah biaya yang dikeluarkan karena
terjadinya ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan
namun sudah dapat dideteksi sebelum produk dikirim ke pelanggan.

External failure cost (biaya kegagalan eksternal) adalah biaya yang dikeluarkan karena
terjadinya ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan,
namun baru dapat dideteksi setelah produk berada di tangan pelanggan. Biaya ini
merupakan biaya yang paling merugikan, karena dapat menyebabkan reputasi
perusahaan buruk, kehilangan pelanggan dan pangsa pasar. Tetapi biaya ini dapat
hilang apabila perusahaan tidak menghasilkan produk cacat atau rusak.
CONTOH BIAYA KUALITAS

Prevention Cost
Perencanaan Kualitas
Kegiatan perencanaan kualitas secara menyeluruh, termasuk persiapan berbagai proses yang dibutuhkan untuk
menginformasikan kualitas secara menyeluruh pada pihak yang berkepentingan di dalamnya
Audit Kualitas
Seluruh dana yang berkaitan dengan relevansi dari suatu pelaksanaan kegiatan dalam rencana kualitas
secara menyeluruh.
Appraisal Cost
Inspeksi dan Pengujian Produk dalam Proses
Biaya yang berhubungan dengan evaluasi produk dalam suatu proses terhadap persyaratan kualitas yang sudah ditetapkan.

Inspeksi dan Pengujian Produk Akhir


Dana yang berhubungan dengan evaluasi produk akhir pada persyaratan kualitas yang sebelumnya sudah ditetapkan.

Audit Kualitas Produk


Biaya yang dikeluarkan untuk produk dalam suatu proses atau akhir produk
CONTOH BIAYA KUALITAS
Internal Failure Cost
Scrap
biaya yang dikeluarkan untuk material, tenaga kerja, atau overhead pada produk cacar secara ekonomis dan
sudah tidak bisa diperbaiki lagi.
Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang
Biaya yang dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan juga pengujian ulang produk yang sudah mengalami
pengerjaan utang maupun perbaikan kembali.

External Failure Cost


Jaminan (Warranty)
Suatu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti atau memperbaiki produk yang masih dalam jaminan garansi.
Produk Dikembalikan
Berbagai dana yang berhubungan dengan penerimaan dan juga penempatan pada produk cacat yang
dikembalikan oleh para pelanggan.
Allowances
Berbagai dana yang berhubungan dengan konsep pelanggan karena produk yang diterimanya berada
dibawah standar kualitas.
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Total Management System atau disingkat dengan TQM adalah suatu sistem
manajemen kualitas yang berfokus pada Pelanggan (Customer focused) dengan
melibatkan semua level karyawan dalam melakukan peningkatan atau perbaikan
yang berkesinambungan (secara terus-menerus).
Total Quality Management atau TQM menggunakan strategi, data dan komunikasi
yang efektif untuk meng-integrasikan kedisplinan kualitas ke dalam budaya dan
kegiatan-kegiatan perusahaan.
Dalam TQM (Total Quality Management), semua anggota organisasi atau karyawan
perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam melakukan peningkatan proses,
produk, layanan serta budaya dimana mereka bekerja sehingga menghasilkan
kualitas terbaik dalam Produk dan Layanan yang pada akhirnya dapat mencapai
tujuan kepuasan pelanggan.
8 ELEMEN POKOK TQM
Fokus pada pelanggan (Customer Focussed)
Keterlibatan karyawan secara keseluruhan (Total Employee
Involvement)
Pemusatan perhatian pada proses (Process-Centered)
Sistem yang terintegrasi (Integrated System)
Pendekatan Strategi dan Sistematik
(Strategy and Systematic
Approach)
Peningkatan yang berkesinambungan (Continual Improvement)
Keputusan berdasarkan fakta (Fact-based decision making)
Komunikasi (Communications)
Karakteristik Total Qality Management
Menurut Goetsch dan Davis, ada sepuluh karakteristik Total Qality
Management, yaitu sebagai berikut (Tjiptono, 2003:15):

1. Fokus pada pelanggan


Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver
Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada
mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga
kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

2. Obsesi terhadap kualitas


Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal menentukan
kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk
memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan mereka.
3. Pendekatan ilmiah 5. Kerjasama tim
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam Dalam organisasi yang menerapkan TQM,
penerapan TQM, terutama untuk mendesain kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan
pekerjaan dan dalam proses pengambilan dijalin dan dibina, baik antar karyawan
keputusan dan pemecahan masalah yang perusahaan maupun dengan pemasok,
berkaitan dengan pekerjaan yang didesain lembaga-lembaga pemerintah, dan
tersebut masyarakat sekitarnya.

4. Komitmen jangka panjang 6. Perbaikan secara berkesinambungan


Komitmen jangka panjang sangat penting Sistem yang ada perlu diperbaiki secara
guna mengadakan perubahan budaya agar terus-menerus agar kualitas yang
penerapan TQM dapat berjalan dengan dihasilkannya dapat makin meningkat.
sukses.
7. Pendidikan dan pelatihan 9. Kesatuan tujuan
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik,
pendidikan dan pelatihan merupakan faktor maka perusahaan harus memiliki kesatuan
yang fundamental. Setiap orang diharapkan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat
dan didorong untuk terus belajar. Dengan diarahkan pada tujuan yang sama.
belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat
10. Adanya keterlibatan dan
meningkatkan keterampilan teknis dan
keahlian profesionalnya. pemberdayaan karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
8. Kebebasan yang terkendali dapat meningkatkan kemungkinan
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan
dihasilkannya keputusan yang baik, rencana
karyawan dalam pengambilan keputusan dan
yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif,
pemecahan masalah merupakan unsur yang
karena juga mencakup pandangan dan
sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur
pemikiran dari pihak-pihak yang langsung
tersebut dapat meningkatkan rasa memiliki
berhubungan dengan situasi kerja serta
dan tanggung jawab karyawan terhadap
meningkatkan rasa memiliki dan tanggung
keputusan yang telah dibuat
jawab atas keputusan dengan melibatkan
orang-orang yang harus melaksanakannya
SPOILAGE, SCRAP, REWORK

SPOILAGE

Spoilage
Spoilage (produk rusak) : merupakan produk yang sudah menghabiskan semua biaya
produksi tetapi tidak sesuai dengan pesanan customer sehingga akan diakui sebagai
produk rusak atau gagal. Produk rusak ini akan dibuang atau mungkin bisa dijual dengan
harga yang sangat rendah

Ada dua jenis kerusakan pada spoilage :


a. Normal Spoilage merupakan kerusakan yang melekat dalam proses produksi tertentu
yang tetap saja terjadi meskipun operasi telah berlangsung secara efisien
b. Abnormal Spoilage merupakan kerusakan yang tidak melekat dalam suatu proses
produksi tertentu dan tidak akan muncul pada kondisi operasi yang efisien
REWORK

REWORK
Rework atau pengerjaan ulang merupakan unit produksi yang tidak memenuhi spesifikasi
yang diminta customer tetapi kemudian diperbaiki atau dikerjakan ulang dan dijual
sebagai barang jadi.

Sedangkan biaya pengerjaan ulang (rework costs) merupakan biaya standar atau aktual
yang dihabiskan untuk memperbaiki pekerjaan cacat. Mengolah biaya artinya segala biaya
yang tidak perlu dan tambahan, yang mempengaruhi biaya operasional secara
keseluruhan.
SCRAP

SCRAP
Scrap adalah bahan baku sisa, terdiri dari bahan baku sisa atau tertinggal sewaktu
pelaksanaan proses produksi dan bahan baku cacat atau bahan baku yang rusak karena
kecerobohan atau kealaian karyawan. Bahan baku sisa yang mempunyai nilai ekonomis
sebaiknya disimpan dan dikumpulkan walaupun tidak ada biaya yang dibebankan ke
persediaan bahan baku sisa tersebut.
AKUNTANSI UNTUK SPOILAGE,
REWORK, SCARP

Pencatatan Akuntansi untuk Spoilage


SPOILAGE

a. Kerusakan normal yang disebabkan oleh pekerjaan tertentu Pekerjaan


tertentu menanggung biaya kerusakan dikurangi nilai pelepasan
kerusakan.

Materials Control XXX


Work-in-Process Control XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Spoilage
SPOILAGE

b. Kerusakan normal yang umum terjadi di semua pekerjaan


Kerusakan dialokasikan secara tidak langsung ke pekerjaan sebagai overhead manufaktur
karenakerusakan merupakan hal yang umum pada semua pekerjaan

Materials Control XXX


Manufacturing Overhead Control XXX
Work-in-Process Control XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Spoilage
SPOILAGE

c. Kerusakan abnormal
Kerugian bersih dibebankan ke akun Loss from abnormal spoilage. Biaya
kerusakan abnormal tidak dimasukkan sebagai bagian dari biaya unit yang baik
yang diproduksi

Materials Control XXX


Loss from abnormal spoilage XXX
Work-in-Process Control XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Rework
REWORK

a. Pengerjaan ulang normal yang dapat diatribusikan dengan pekerjaan


tertentu.
Jika pengerjaan ulang bersifat normal tetapi terjadi akibat persyaratan
dari pekerjaan tertentu, biaya pengerjaan ulang akan dibebankan ke
pekerjaan tersebut.
Work-in-Process Control XXX
Materials Control XXX
Wages Payable Control XXX
Manufacturing Overhead Allocated XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Rework
REWORK

b. Pengerjaan ulang normal yang umum pada semua pekerjaan.


Jika pengerjaan ulang merupakan hal yang normal dan tidak dapat
diatribusikan dengan pekerjaan tertentu, biaya pengerjaan ulang akan
dibebankan ke overhead manufaktur dandisebarkan, melalui alokasi
overhead, ke semua pekerjaan.

Manufacturing Overhead Control XXX


Materials Control XXX
Wages Payable Control XXX
Manufacturing Overhead Allocated XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Rework
REWORK

c. Pengerjaan ulang abnormal.


Jika pengerjaan ulang bersifat abnormal, hal tersebut akan dicatat
dengan membebankan pengerjaan ulang abnormal ke akun kerugian.

Loss from abnormal rework XXX


Materials Control XXX
Wages Payable Control XXX
Manufacturing Overhead Allocated XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Scrap
SCRAP

Perlakuan terhadap bahan baku sisa sangat tergantung oleh harga jual
dari bahan baku sisa tersebut. Jumlah yang diperoleh dari penjualan
bahan baku sisa dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara,
selama alternatif yang dipilih digunakan secara konsisten di setiap
periodenya.
Apabila harga jual bahan baku sisa tidak signifikan biasanya tidak
dilakukan pencatatan sampai saat penjualan.
Pencatatan Akuntansi untuk Scrap
SCRAP

a. Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat ditutup ke ikhtisar


laba rugi dan ditampilkan sebagai penjualan bahan baku sisa atau
pendapatan lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa
adalah sebagai berikut:

Kas/ Piutang Usaha XXX


Penjualan dari bahan baku sisa XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Scrap
SCRAP
b. Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke harga
pokok penjualan, sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke
pendapatan penjualan untuk periode tersebut. Mengurangi harga pokok
penjualan menyebabkan peningkatan laba untuk periode tersebut yang
sama halnya dengan melaporkan hasil penjualan tersebut sebagai
penjualan bahan baku sisa atau pendapatan lain-lain. Ayat jurnal pada
saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

Kas/Piutang usaha XXX


Harga Pokok Penjualan XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Scrap
SCRAP
c. Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke
pengendali overhead pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead pabrik
dalam periode tersebut. Apabila menggunakan tarif biaya overhead
pabrik yang ditentukan sebelumnya untuk dibebankan pada masing-
masing pesanan, maka nilai realisasi bersih dari bahan baku sisa yang
diperkirakan untuk periode tersebut harus diestimasi dan dikurangkan
dari estimasi biaya overhead pabrik sebelum tarif biaya overhead pabrik
dihitung. Apabila tidak dilakukan maka tarif biaya overhead pabrik akan
dibebankan terlalu tinggi. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku
sisa adalah sebagai berikut:

Kas/Piutang usaha XXX


Harga Pokok Penjualan XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Scrap
SCRAP
d. Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke masing-masing
pesanan, jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa dapat
diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke
pesanan tersebut. Biaya bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi
dengan nilai bahan baku sisa. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku
sisa adalah sebagai berikut:

Kas/Piutang usaha XXX


Harga Pokok Penjualan XXX
Pencatatan Akuntansi untuk Scrap
SCRAP
e. Jika harga jual bahan baku sisa memiliki nilai yang signifikan, maka
bahan baku sisa akan dicatat sebagai ”Persediaan” dalam kartu
persediaan pada saat bahan baku sisa diserahkan oleh bagian produksi ke
bagian gudang sampai menunggu untuk dijual. Ayat jurnal pada saat
penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

Persediaan bahan baku sisa XXX


Barang dalam Proses XXX
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai