Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 1

EKMA4265/MANAJEMEN KUALITAS

NAMA : ANDIK SETYO BUDI


NIM : 041706491
KELAS : MANAJEMEN A

SOAL.

1. Konsep kualitas untuk industry manufaktur dan industry jasa berbeda, walaupun pada
dasarnya sama, yaitu memenuhi kebutuhan atau harapan pelanggan. Menurut Garvin
(1996) terdapat 8 dimensi untuk perusahaan manufaktur.
Sebutkan dan jelaskan beserta contoh masing – masing dimensi tersebut.
2. Dalam melaksanakan filosofi TQM selain kita memperhatikan masalah perubahan
budaya yang akan terjadi dengan penerapan filosofi tersebut, perusahaan atau
organisasi harus memperhatikan elemen – elemen penting dalam penerapan filosofi
tersebut. Menurut Saraph, George, dan Roger (1989)terdapat 9 prinsip penting dalam
menerapkan Total Quality Management.
Sebutkan dan jelaskan masing – masing prinsip tersebut.

JAWABAN.

1. Garvin (1996) telah menguraikan dimensi kualitas untuk industry manufaktur yaitu:
a. Performance yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau
karakteristik operasi dari suatu produk.
b. Feature yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan
karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik pagi pelanggan.
c. Reliability yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya
atau karena kemungkinan rusaknya rendah.
d. Conformance yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau
sejauh mana karakteristik desain dan operassi memenuhi standar yang telah
ditetapkan.
e. Durability yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
f. Serviceability yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan
memperoleh komponen produk tersebut.
g. Aesthetic yaitu keindahana atau daya Tarik produk tersebut.
h. Perception yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra
atau reputasi produk itu sendiri.
2. Menurut Saraph, George, dan Roger (1989) terdapat 9 prinsip penting dalam
menerapkan Total Quality Management yaitu:
a. Komitmen dari manejemen puncak (top management commitment).
Komitment dari manajemen atau pimpinan puncak sangat diperlukan dalam
pelaksanaan TQM. Hal ini disebabkan pemimpin tersebut merupakan symbol,
panutan, dan penggerak keterlibatan semua pihak dalam TQM.pemimpin juga yang
menjabarkan visi dan misi organisasi untuk mendukung pelaksanaan TQM.
Pelaksanaan TQM menghendaki perubahan perilaku dan budaya dari seluruh
personal dalam organisasi yang dimulai dengan pemberian contoh yang baik dari
pimpinan tertinggi organisasi.
b. Berfokus pada pelanggan (customer focus)
Dalam TQM, konsumen adalah raja dengan segala kebutuhan dan keinginanna yang
harus dipenuhi. Konsumen juga mempunyai banyak pilihan dan alternatif yang
tidak dapat dipaksakan oleh produsen. Konsumen berhak memilih berbagai cara
untuk memenuhi keinginannya. Oleh karena itu, produsen harus mampu melayani
kebutuhan dan harapan konsumen dengan baik. Penilaian kualitas ada di tangan
konsumen, sehingga mereka bukan pihak di luar organisasi. Selain itu, dalam TQM
dikenal ada pelanggan eksternal yaitu konsumen dari luar organisasi atau
perusahaan dan dari dalam yaitu proses setelah proses kita. Oleh karena itu, baik
konsumen internal maupun eskternal tidak boleh diabaikan. Mereka adalah mata
rantai yang menjadi bagian dalam kehidupan perusahaan atau organisasi.
c. Hubungan dengan Pemasok (Supplier Relationship)
Dalam TQM, pemasok bukan orang di luar organisasi, melainkan sebagai keluarga
besar organisasi tersebut. Hal ini dilakukan agar perusahaan atau organisasi yang
melaksanakan TQM dapat menghemat biaya, baik biaya penyimpanan maupun
biaya pengiriman untuk mendukung pelaksanaan just in time inventory dan just in
time process. Selain itu, dengan masuknya pemasok sebagai bagian dari organisasi
akan lebih menjamin kualitas produk dan pelayanan yang baik pada pelanggan. Hal
ini disebabkan keluarga yang baik akan memberikan yang terbaik bagi anggota
keluarga lainnya.
d. Menggunakan Praktek Bisnis Terbaik (Benchmarking)
Benchmarking merupakan teknik untuk membuat perencanaan sekaligus
mengendalikan pelaksanaan praktek terbaik dari perusahaan atau organisasi.
Biasanya, benchmarking dilakukan oleh perusahaan atau organisasi yang akan
melaksanakan TQM. Hal ini dilakukan dengan melihat praktek bisnis terbaik
perusahaan lain untuk diadopsi di perusahaan atau organisasi yang melaksanakan
TQM. Hal ini membutuhkan keterbukaan dari pihak yang mem-benchmark dan
yang di-benchmark.
e. Pelatihan yang Berorientasi Kualitas (Quality Oriented Training)
Pendidikan dan pelatihan sangat diperlukan oleh perusahaan atau organisasi yang
melaksanakan TQM. Hal ini dilakukan karena TQM menghendaki adanya
perubahan budaya yang harus dimulai dengan pendidikan dan pelatihan para
personilnya. Pendidikan dan pelatihan tersebut dimaksudkan untuk melakukan
sosialisasi terhadap berbagai perubahan dan perbaikan dalam TQM. Perubahan
akan mengalami kegagalan karena banyak yang menghambat, terutama dari
personil yang tidak tahu dampak perubahan tersebut bagi dirinya.
f. Berfokus pada Karyawan (Employee Focus)
Karyawan adalah ujung tombak perusahaan. Meskipun merupakan perusahaan
padat modal dengan berbagai peralatan yang serba otomatis, namun untuk
memasarkan produk ke luar, maka perlu personil yang tangguh. Orientasi kepada
pelanggan harus disertai dengan orientasi kepada karyawan, karena karyawan yang
mengalami kepuasan akan memberikan yang terbaik kepada pelanggan.
g. Kesalahan Nol (Zero Defect)
Kesalahan nol adalah filosofi yang dibangun dalam TQM dengan prinsip tidak
menerima, tidak memproses, dan tidak memberikan produk cacat kepada
pelanggan, baik internal maupun eksternal. Bila prinsip ini dilakukan maka
kesalahan akan kecil. Konsep zero defect ini sulit dipenuhi, sehingga perusahaan
menggunakan pendekatan atau filosofi six-sigma untuk menunjukkan betapa kecil
produk cacat yang mereka hasilkan dalam proses produksi, hanya dua unit per sejuta
unit produk yang dihasilkan.
h. Perbaikan Proses (Process Improvement)
Perbaikan harus dilakukan selam proses produksi, karena akan lebih menghemat
biaya produksi. Perbaikan yang dimaksudkan bukan perbaikan secara besar-
besaran, melainkan perubahan kecil yang dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan yang dilakukan oleh seluruh personil dalam organisasi. TQM
bukan merupakan tujuan akhir, melainkan merupakan proses yang berjalan terus-
menerus dan berkesinambungan. Hal ini disebabkan TQM bukan sasaran melainkan
filosofi untuk dapat mencapai sasaran.
i. Pengukuran Kualitas (Quality Measurement)
Kualitas harus diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui
seberapa jauh pencapaian kualitas yang telah dilakukan perusahaan atau organisasi.
Standar kualitas produk harus selalu diuji dan diperbaiki sehingga mampu
memenuhi harapan dan keinginan pelanggan. Kualitas juga perlu standar dan
penjaminan kualitas sehingga tidak menyesatkan pelanggan.

SUMBER REFERESI:

Ariani, Dorothea Wahyu. (2022). Buku Materi Pokok EKMA4265/Manajemen Kualitas.


Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai