Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produktivitas berasal dari kata bahasa Inggris productivity yang merupakan


gabungan dari dua kata, yaitu product dan activity. Jika dilihat berdasarkan asal
katanya, produktivitas memiliki arti suatu bentuk aktivitas yang dilakukan untuk
menghasilkan produk barang atau jasa. Secara umum, produktivitas adalah
kemampuan setiap orang, sistem, atau suatu perusahaan dalam menghasilkan
produk barang atau jasa dengan cara memanfaatkan sumber daya secara efektif
dan efisien. Arti kata produktivitas sendiri masih memiliki nilai yang sama dengan
daya produksi dan keproduktifan. Kata tersebut sering digunakan untuk menilai
tingkat efisiensi mesin, pabrik, perusahaan, sistem atau seseorang dalam
mengubah input menjadi output yang diinginkan.

Produktivitas karyawan menjadi salah satu faktor penting untuk menunjang


keberhasilan suatu bisnis. Jika karyawan tidak produktif, tentu kegiatan
operasional perusahaan menjadi tidak lancar alias terhambat. Oleh sebab itu,
meningkatkan produktivitas kerja penting dilakukan oleh setiap karyawan.
Produktivitas adalah faktor mendasar yang mempengaruhi kemampuan bersaing
dalam sebuah perusahaan. Secara garis besar, produktivitas adalah kemampuan
setiap orang, sistem, atau suatu perusahaan yang dilakukan untuk menghasilkan
barang atau jasa. Dalam meningkatkan produktivitas, sumber daya manusia
menjadi elemen paling penting yang harus diakui dan diterima.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kualitas Kerja

Kualitas kerja merupakan salah satu unsur yang dievaluasi dalam menilai
kinerja karyawan selain perilaku seperti dedikasi, kesetiaan, kepemimpinan,
kejujuran, kerjasama, loyalitas,dan partisipasi karyawan.

Pengertian Kualitas Kerja Menurut Para Ahli :

1. Pengertian kualitas adalah taraf / tingkat baik buruknya /derajat sesuatu.


Menurut Wungu dan Brotoharsojo (2003:57), kualitas dinyatakan dalam
suatu ukuran yang dapat dipadankan dengan angka.
2. Pengertian kualitas kerja adalah mutu seorang karyawan / pegawai dalam
hal melaksanakan tugas-tugasnya meliputi kesesuaian, kerapian dan
kelengkapan. (Wilson dan Heyel:1987)
3. Ketepatan yang dimaksud di sini adalah ketepatan dalam melaksanakan
pekerjaan, artinya adanya kesesuaian antara rencana kerja dengan sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan. Kelengkapan adalah kelengkapan
ketelitian dalam melaksanakan pekerjaannya. Dan kerapian adalah
kerapian dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
4. Pengertian kualitas kerja karyawan adalah kualitas kerja yang mengacu
pada kualitas sumber daya manusia seperti pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan yang dimiliki seorang karyawan. (Matutina:2001)

B. Konsep Dasar Manajemen Mutu


Manajemen mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang
menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek
dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman
mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk
bekerja dalam berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure
pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat
memberikan konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal tersebut
dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu
suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi
menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi.
Manajemen mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan
memerlukan kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan
tanggung jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak. Untuk

2
melaksanakan manajemen mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan
prinsip-prinsip dasar yang kuat.

C. Kualitas Layanan Manajemen Mutu (TQM)

Total Management System atau disingkat dengan TQM adalah suatu sistem
manajemen kualitas yang berfokus pada Pelanggan (Customer focused) dengan
melibatkan semua level karyawan dalam melakukan peningkatan atau perbaikan
yang berkesinambungan (secara terus-menerus). Total Quality Management atau
TQM menggunakan strategi, data dan komunikasi yang efektif untuk meng-
integrasikan kedisplinan kualitas ke dalam budaya dan kegiatan-kegiatan
perusahaan. Singkatnya, Total Quality Management (TQM) adalah pendekatan
manajemen untuk mencapai keberhasilan jangka panjang melalui Kepuasan
Pelanggan (Customer Satisfaction). Dalam TQM (Total Quality Management),
semua anggota organisasi atau karyawan perusahaan harus berpartisipasi aktif
dalam melakukan peningkatan proses, produk, layanan serta budaya dimana
mereka bekerja sehingga menghasilkan kualitas terbaik dalam Produk dan
Layanan yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan kepuasan pelanggan.

Terdapat 8 Elemen Pokok dalam Sistem Manajemen TQM (Total Quality


Management). Kedelapan elemen pokok tersebut diantaranya adalah :

1. Fokus pada Pelanggan (Customer Focussed)

Pelanggan merupakan pihak yang menentukan apakah kualitas produk


maupun jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan atau
tingkatan kualitas yang diinginkannya. Apapun yang dilakukan oleh sebuah
organisasi/perusahaan seperti pelatihan karyawan, perbaikan proses, penggunaan
mesin canggih ataupun adopsi teknologi terbaru yang pada akhirnya Pelangganlah
yang menentukan apakah upaya-upaya yang dilakukan tersebut bermanfaat atau
tidak.

2. Keterlibatan Karyawan secara keseluruhan (Total Employee Involvement)

Karyawan merupakan sumber daya perusahaan yang penting dalam


mencapai tujuan yang direncanakannya. Oleh karena itu, keterlibatan karyawan
secara keseluruhan dapat mendukung perusahaan dalam melakukan peningkatan
proses dan kualitas yang berkesinambungan yang kemudian menghasilkan produk
dan layanan yang terbaik untuk pelanggannya. Dalam pemberdayaan karyawan,
diperlukan pelatihan dan peningkatan terhadap keterampilan karyawan dalam
mengerjakan tugasnya.

3
3. Pemusatan perhatian pada Proses (Process-centered)

Perhatian pada peningkatan proses merupakan pondasi dasar dalam sistem


manajemen TQM. Proses merupakan serangkaian langkah-langkah yang dimulai
dari penerimaan INPUT dari supplier (internal maupun eksternal) dan meng-
transformasi-nya menjadi OUTPUT yang akan dikirimkan ke pelanggan (internal
maupun Eksternal).

4. Sistem yang Terintegrasi (Integrated System)

Meskipun terdapat banyak keahlian dan ruang lingkup kerja dalam suatu
perusahaan yang membentuk departementalisasi secara vertikal maupun
horizontal. Semuanya memerlukan suatu sistem yang terintegrasi dengan baik
agar visi, misi, strategi, kebijakan, tujuan dan sasaran perusahaan dapat
dikomunikasikan dengan baik dan jelas kepada semua karyawan.

5. Pendekatan Strategi dan Sistematik (Strategy and Systematic Approach)

Salah satu bagian yang penting dalam Manajemen Kualitas adalah


pendekatan Strategi dan Sistematik dalam mencapai Visi, Misi dan Tujuan
Perusahaan. Proses tersebut biasanya disebut dengan Perencanan Strategi ataupun
Manajemen Strategi yang melakukan perumusan dan perencanaan strategi dalam
mengintegrasikan konsep kualitas ke dalam Strategi Perusahaan secara
keseluruhan.

6. Peningkatan yang berkesinambungan (Continual Improvement)

Peningkatan yang berkesinambungan mendorong perusahaan untuk


melakukan analisis dan menciptakan cara-cara yang lebih bersaing dan efektif
dalam mencapai tujuan perusahaan dan memenuhi harapan semua pihak yang
berkepentingan.

7. Keputusan berdasarkan Fakta (Fact-based decision making)

Untuk mengetahui sejauh mana kinerja suatu perusahaan, diperlukan data


untuk mengukurnya. TQM mewajibkan perusahaan tesebut untuk mengumpulkan
dan melakukan analisis data secara berkesinambungan agar keputusan ataupun
kebijakan yang diambil benar-benar akurat dan tepat sasaran. Dengan adanya
data, kita dapat menarik kesimpulan berdasarkan kejadian ataupun hasil
sebelumnya.

8. Komunikasi (Communications)

Dalam operasional sehari-hari, perusahaan pasti akan mengalami perubahan


baik perubahan dalam strategi, kebijakan, jadwal maupun metode pelaksanaan.
Perubahan tersebut perlu dikomunikasikan dengan baik kepada semua karyawan

4
yang bersangkutan. Komunikasi yang baik juga akan menimbulkan motivasi dan
semangat kerja dalam mencapai tujuan perusahaannya.

D. Implementasi TQM (Total Quality Control)

Total Quality Management (TQM) merupakan paradigma baru dalam


menjalankan bisnis, yang berupaya untuk memaksimumkan daya saing organisasi
melalui perbaikan secara berkesinambungan atas kualitas produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungan organisasi. TQM merupakan pendekatan yang seharusnya
dilakukan organisasi masa kini untuk memperbaiki kualitas produknya, menekan
biaya produksi dan meningkatkan produktivitasnya.
Sukses tidaknya implementasi TQM sangat ditentukan oleh kompetensi
SDM perusahaan untuk merealisasikannya. Penerapan manajemen sumber daya
manusia tidak berdiri sendiri tetapi terikat dengan paket TQM dan harus selaras
dengan perubahan proses. Menurut George dan Weimerskirch (1994:259-269),
ada enam fase utama dalam implementasi TQM, yaitu sbb:

1. Komitmen manajemen puncak terhadap perubahan


2. Penilaian system perusahaan secara internal dan eksternal
3. Pelembagaan focus pada pelanggan
4. Pelembagaan TQM dalam perencanaan strategic, keterlibatan karyawan,
manajemen proses, dan system pengukuran
5. Penyesuaian dan perluasan tujuan manajemen guna memenuhi dan
melampaui harapan pelanggan
6. Perbaikan atau penyempurnaan system

E. Kualitas Kinerja Melalui Sistem Manajemen Kinerja Berbasis Output

Sistem Manajemen Kinerja yang berorientasi pada output sering juga


disebut sebagai Sistem Manajemen Kinerja yang berbasiskan pencapaian Sasaran
Kinerja Individu (SKI). System ini memfokuskan pada hasil yang diperoleh atau
yang dicapai oleh karyawan. Ruky (2004) menyebutnya sebagai Result Oriented
Performance Management By Objective (MBO) atau di Indonesia popular dengan
istilah MBS (Manajemen Berdasarkan Sasaran)

F. Langkah – Langkah Penerapan Manajemen Kinerja Berbasis MBS

Ada lima langkah yang perlu kamu lalui untuk menerapkan MBO Atau MBS
Lima tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Menentukan atau merevisi tujuan perusahaan berdasarkan visi dan misi


yang sudah ada
2. Menurunkan tujuan perusahaan kepada karyawan (bisa menggunakan
metode SMART)

5
3. Meningkatkan partisipasi karyawan dalam menetapkan tujuannya
masing-masing
4. Memantau kemajuan karyawan
5. Mengevaluasi dan mengapresiasi kemajuan karyawan

G. Kendala Dalam Penerapan Manajemen Kinerja Berbasis MBS

Dalam menerapkan manajemen kinerja ada beberapa kendala yang perlu kita
ketahui, yaitu:
1. Perlu perubahan mendasar dalam budaya organisasi. Manajemen kinerja
berbasis MBS hanya bisa sukses bilamana diteriama sebagai “budaya’
organisasi dalam arti yang luas -luasnya. Manajemen kinerja harus sudah
dianggap sebagai suatu kebutuhan dan cara kerja yang dianggap sangat
membantu mereka untuk sukses. Semua anggota organisasi harus punya
perasaan memiliki system kerja tersebut.Untuk itu diperlukan komitmen
penuh dari seluruh jajaran manajemen dan divisi sumber daya manusia yang
harus terus menerus memantau penerapannya.
2. Penolakan diam-diam dari manajer dan karyawan. Masalah ini masih terkait
erat dengan aspek budaya, baik budaya nasional maupun organisasi. Menurut
hasil penelitian dan pengamatan pakar dan praktisi menejemen, salah satu
aspek budaya Indonesia yang menghambat kemajuan bangsa ini dan
pengembangan karir individu yang berkiprah dalam organisasi adalah masih
rendahnya penghargaan terhadap prestasi individu.
3. Fokus Manajemen kinerja yang berjangka pendek. Apabila MBS hanya
diterapkan sebagai dasar bagi manajemen kinerja seringkali tidak dikaitkan
dengan tujuan jangka panjang dan sasaran jangka pendek bagi perusahaan
secara keseluruhan, yang menjadi keinginandan tanggung jawab” pemimpin
puncak”. Dalam kenyataannya, ini adalah salah satu kelemahan terbesar dari
pengguanaan MBS sebagai dasar untuk manajemen kinerja.

6
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Penerapan sistem manajemen kinerja yang berorientasi pada output/ MBS


dapat membantu organisasi/ perusahaan untuk merencanakan danmelaksanakan
program-program dengan lebih tepat dan lebih baik.Disamping itu sistem tersebut
juga diharapkan dapat meningkatkan prestasikerja karyawan, baik secara individu
maupun kelompok denganmemberikan kesempatan kepada mereka dengan
memenuhi kebutuhanaktualisasi diri dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
denganmenetapkan bersama sasaran kerja dan standar prestasi yang harus dicapai.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bacal,Robert,2004, Performance Manajement, terjemahan Suryadharma


danYanuar Irawan, Gramedia, Jakarta.

Dharma, Agus. 1991.Manajemen Prestasi Kerja. Rajawali Pers. Jakarta.

Haris, Abdul.2005.Pilar Perusahaan Unggul . Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Ruky, Achmad, 2004, Sistem Manajement Kinerja,Gramedia, Jakarta.

Siagian, Sondang P.2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta .


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai