Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TERSTRUKTUR

Mata kuliah kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Life Support ( BLS )
(Bd. 5.026)

Asuhan kegawatdaruratan pada masa persalinan kala I s.d.IV dan


melaksanakan pendokumentasian dengan metode SOAP
Dosen pengampu
Elma marsita, M.Tr.keb

Disusun oleh kelompok 9:


1. Azalia sabita sugiarto
2. Dwi putri anggraini
3. Erni (201081016)
4. Fitrinisa nurul jannah

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM D-III
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Mata kuliah kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Life Support ( BLS )
(Bd. 5.026 ) dengan materi tentang ”Asuhan kegawatdaruratan pada masa persalinan
kala I s.d.IV dan melaksanakan pendokumentasian dengan metode SOAP” Dalam
penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada
ibu Elma marsita, M.Tr.keb selaku dosen Mata kuliah kegawatdaruratan Maternal
Neonatal dan Basic Life Support ( BLS )(Bd. 5.026.) Kami meyadari dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini. Demikian yang
dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon maaf. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.

Pontianak,15 maret 2022

“Penyusun”
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................7
C. Tujuan.........................................................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.....................................................................................................................8
1. kelahiran prematur....................................................................................................8
2. Ketuban pecah dini..................................................................................................11
3. Persalinan lama........................................................................................................15
BAB III.................................................................................................................................18
PENUTUP............................................................................................................................18
A. Kesimpulan...............................................................................................................18
B. Saran.........................................................................................................................18
DAfTAR PUSTAKA............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan
wanita. Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum
adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih
selama proses persalinan. Keadaan ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali
melahirkan (Wijaya dkk, 2014).

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan


plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau

melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Sulistyowati & Nugraheny, 2013).

Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir),


passanger (janin), power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal
(Euthocia) apabila ketiga faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain
yang mempengaruhi proses persalinan yaitu psikologis dan penolong (Rohani dkk,
2011). Pada ibu yang pertama kali menjalani proses persalinan akan takut, cemas,
khawatir yang berakibat pada peningkatan nyeri selama proses persalinan dan dapat
menganggu jalan persalinan menjadi tidak lancar (Wijaya dkk, 2014).

Sehingga dalam suatu persalinan seorang istri membutuhkan dukungan fisik


maupun psikis agar dapat meringankan kondisi psikologis ibuyang tidak stabil, peran
suami sangat dibutuhkan selama proses persalinan.
Beberapa wujud nyata peran laki- laki saat istrinya melahirkan adalah
memberian dukungan berupa pendampingan selama proses persalinan terjadi,
sehingga dapat mempermudah proses persalinan, memberikan perasaan nyaman,
semangat, rasa percaya diri ibu meningkat, serta mengurangi tindakan medis.
Dukungan seorang suami dalam proses persalinan merupakan sumber kekuatan yang
tidak dapat diberikan oleh tenaga kesehatan. Dukungan suami berupa penguatan,
memberikan semangat istri baik moral maupun material seperti memberikan
dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi, penilaian dan keuangan atau finansial
(Marmi, 2012).

Selain memberikan dukungan dan pendampingan peran seorang suami selama


persalinan diantaranya mengambil keputusan tentang tempat pengiriman/ tempat
rujukan persalinan, menyiapkan transportasi untuk menuju tepat persalinan dan juga
yang terpenting adalah mengetahui akan komplikasi saat kehamilan dan
persalinan(Iliyasuet al, 2010).

Peran seorang suami dalam proses persalinan sering dihiraukan, salah satunya
dikarenakan faktor adat istiadat dan kebijakan rumah sakit yang kurang
mendukung(Gebrehiwotet al, 2012).

Proses persalinan merupakan suatu keadaan yang menegangkan, seorang ibu


membutuhkan dukungan yang kuat, salah satunya adalah dukungan dari seorang
suami. Hal ini diperlihatkan dalam jurnal penelitian tentang pengalaman ibu yang
didampingi suami saat proses persalinan. Manfaat kehadiran suami selama proses
persalinan menurut persepsi ibu yaitu suami dapat memberikan perasaan tenang serta
menguatkan psikis ibu karena suami dianggap dapat memberikan dukungan dan
semangat, menambah kedekatan emosi suami- istri karena suami menyaksikan
perjuangan ibu dalam melahirkan buah hati mereka, suami selalu ada saat dibutuhkan,
ibu merasa nyaman dan ada energi lebih ketika suami mendampingi. Ibu merasa tidak
sendiri ketika melahirkan dikarenakan ada yang mendampingi, memberikan
dukungan serta memberikan semangat (Astuti dkk, 2012).

Beberapa penelitian membuktikan adanya pengaruh positif tehadap


pendampingan suami selama proses persalinan istri yang dapat dilihat dari proses
kelancaran persalinan (Wijaya dkk, 2015).

Penelitian Wijaya (2015) di RSUD dr. H. Abdul Moelek menunjukkan


kehadiran suami selama proses persalinan dapat mempengaruhi lamanya proses
persalinan. Pendampingan suami yang memberikan dukungan dengan memberikan
pijatan yang lembut ke punggung ibu, memberikan kata- kata motivasi ataupun
penyemangat pada ibu, menghilangkan keringat ibu dengan tissu, serta memberikan
minuman pada ibu guna menambah energi ibu. Hal tersebut menjadikan ibu menjai
tenang, tidak merasa cemas sehingga persalinan dapat berjalan dengan lancar dan
cepat. Akan tetapi apabila kurangnya support dan tidak adanya pendampingan suami
selama proses persalinan dapat mengakibatkan berbagai masalah.

Masalah yang paling umum terjadi pada ibu yang menghadapi proses
persalinan tanpa adanya pendampingan yaitu ibu cenderung merasa tidak berdaya,
rasa panik meningkat dan suami beresiko tidak dapat menempatkan support mereka,
meningkatkan adanya tindakan medis (Nilssonet al, 2012). Selain itu ibu merasa
takut, cemas dan peningkatan rasa nyeri saat proses persalinan mengakibatkan ibu
akan menjadi lelah dan kehilangan kekuatan sehingga mengganggu jalan persalinan
menjadi macet, seperti sungsang, distosia bahu, perpanjangan kala II, kontraksi lemah
(Wijaya dkk, 2014).

Oleh karena itu pendampingan suami selama proses persalinan sangat


dibutuhkan ibu, terlebih pada ibu yang melahirkan anak pertama
(Primipara).Primipara merupakan ibu yang baru pertama kali melahirkan dan belum
memiliki pengalaman dalam persalinan sehingga tingkat kecemasannya relative lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah melahirkan (Primasnia dkk,
2013).

Kecemasan ibu yang tinggi dapat berakibat pada bayi yaitu bayi prematur
bahkan keguguran (Pezani & Asnindari, 2017). Pada ibu yang hamil pertamakali
mayoritas tidak mengetahui bagaimana cara proses persalinan dengan lancar dan
mudah sehingga menimbulkan perasaan cemas yang berlebih, terlebih bila tidak
adanya dukungan dari suami maupun keluarga. Pemberian dukungan yang baik akan
berguna bagi ibu bersalin dan anak yang dilahirkan dikarenakan proses kelahiran
yang pendek (Shodiqoh & Syahrul, 2014).

Pemberi dukungan yang tepat adalah seorang suami dikarenakan mampu suami
mampu mengendalikan diri dan istrinya dalam mengikuti anjuran petugas kesehatan
sebagai pemimpin persalinan (Diponegoro & Hastuti, 2009).

B. Rumusan masalah
a. Apa itu persalinan prematur
b. Apa itu ketuban pecah dini
c. Apa itu persalinan lama
C. Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuuk memberikan edukasi pembelajaran kepada
kami pembuat makalah serta pembaca mengenai Asuhan kegawatdaruratan pada
masa persalinan kala I s.d.IV dan melaksanakan pendokumentasian dengan metode
SOAP
BAB II

PEMBAHASAN
1. kelahiran prematur
A. definisi
Kelahiran prematur adalah persalinan yang terjadi pada tiga minggu atau
lebih cepat dari perkiraan lahir (HPL). Dengan kata lain, kondisi ini muncul
sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu.Berdasarkan seberapa awal
bayi dilahirkan, kelahiran prematur dapat dikelompokkan menjadi:

a. Prematur terlambat (late preterm), dilahirkan di antara minggu 34-

b. 36

c. Prematur sedang (moderate preterm), dilahirkan di antara minggu ke 32-


34

d. Sangat prematur (very preterm), dilahirkan kurang dari 32 minggu

e. Prematur ekstrim (extreme preterm), dilahirkan saat atau sebelum minggu


ke 25

Bayi yang prematur, terutama yang dilahirkan sangat awal, sering


memiliki masalah kesehatan. Komplikasinya bisa berupa masalah
pernapasan, kesulitan saat menyusu, cerebral palsy, keterlambatan
perkembangan, masalah penglihatan, dan gangguan pendengaran.

B. Tanda-tanda persalinan prematur

Secara umum, gejala kelahiran prematur bisa berupa:

 Kontraksi (sensasi perut yang mengencang) secara intens atau sering

 Nyeri punggung bagian bawah yang konstan


 Sensasi tekanan di panggul atau perut bagian bawah

 Kram perut ringan

 Bercak dari vagina atau perdarahan ringan

 Ketuban pecah terlalu awal dalam bentuk semburan atau tetesan yang
terus-menerus setelah membran di sekitar bayi pecah atau robek

 Perubahan warna dan tekstur keputihan menjadi berair, seperti lendir atau
berdarah

Sementara itu, untuk bayi yang mengalami kelahiran prematur, tanda dan

gejalanya meliputi:

 Ukuran tubuh kecil, dengan ukuran kepala yang tidak proporsional

 Wajah terlihat lebih runcing, kurang bulat daripada bayi yang lahir tidak
prematur, karena kurangnya penyimpanan lemak

 Lanugo (rambut-rambut halus pada bayi) menutupi sebagian besar bagian


tubuh

 Suhu tubuh yang rendah, terutama setelah kelahiran, karena kurangnya


penyimpanan lemak

 Harus bekerja keras saat bernapas

 Kurangnya refleks dalam menghisap dan menelan, yang mengakibatkan


kesulitan saat sedang menyusu

C. Faktor risiko kelahiran prematur


Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kelahiran
prematur pada ibu hamil:

 Merokok

 Terlalu gemuk atau terlalu kurus sebelum hamil

 Tidak mendapatkan perawatan prenatal yang baik

 Minum alkohol atau menggunakan narkoba selama kehamilan

 Memiliki kondisi kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, preeklampsia,


diabetes, gangguan pembekuan darah, atau infeksi

 Hamil dengan bayi yang memiliki cacat lahir tertentu

 Mengandung bayi dari fertilisasi in vitro (bayi tabung)

 Mengandung anak kembar

 Memiliki keluarga dengan riwayat persalinan prematur

 Jarak hamil yang terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya

 Permasalahan dengan rahim atau plasenta

 Infeksi saluran kemih, kelamin, atau infeksi cairan amnion

 Mengalami stres, kehilangan seseorang yang dicintai atau kekerasan dalam


rumah tangga

 Beberapa kali mengalami keguguran atau aborsi

 Luka fisik atau trauma


D. Tata laksana menangani persalinan prematur

Penanganan terhadap bayi yang mengalami kelahiran prematur


bertujuan untuk melindungi bayi dari komplikasi yang berbahaya. Untuk
mencegah bayi kedinginan, bayi dirawat di dalam inkubator di rumah sakit

Selain inkubator, dapat pula menggunakan perawatan metode kangguru.


Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan bayi di dada ibu/ ayah dengan
kontak kulit langsung tanpa pakaian selama 24 jam penuh hingga berat badan
bayi naik dan kondisinya lebih stabil.

Bila bayi belum mampu mengisap dan menelan dengan baik, dokter
akan memasang infus dan feeding tube untuk dapat memberikan cairan dan
ASI agar bayi mendapat nutrisi yang cukup dan tidak mengalami dehidrasi.
Feeding tube merupakan selang kecil yang dimasukkan melalui hidung atau
mulut hingga ke lambung.

Bila bayi terlihat kuning dan kadar bilirubinnya terlalu tinggi, bayi
prematur perlu menjalani fototerapi. Tindakan ini dilakukan dengan cara
menyinari tubuh bayi dengan sinar biru selama beberapa jam untuk untuk
menurunkan kadar bilirubin. Kadar bilirubin terlalu tinggi dapat berbahaya
untuk otak.

Bila diduga ada infeksi, bayi juga diberikan antibiotik yang diberikan
dengan cara disuntik atau diinfus.

2. Ketuban pecah dini


A. Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan


cairan dari kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian
KPD dapat terjadi sebelum atau sesudah masa kehamilan 40 minggu.11
Berdasarkan waktunya, KPD dapat terjadi pada kehamilan preterm atau
kehamilan kurang bulan terjadi sebelum minggu ke-37 usia kehamilan,
sedangkan pada kehamilan aterm atau kehamilan cukup bulan terjadi
setelah minggu ke-37 dari usia kehamilan.

Pada KPD kehamilan preterm dan KPD kehamilan aterm kemudian


dibagi menjadi KPD awal yaitu kurang dari dua belas jam setelah pecah
ketuban dan KPD berkepanjangan yang terjadi dua belas jam atau lebih
setelah pecah ketuban

B. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya air ketuban melalui


vagina. Air yang keluar ini dapat mengalir secara perlahan atau deras.
Berbeda dengan urine, bocornya air ketuban tidak dapat ditahan sehingga
akan tetap mengalir keluar.

Untuk lebih memastikan apakah cairan tersebut urine atau air


ketuban, maka dapat digunakan pembalut untuk menyerap cairan yang
keluar. Selanjutnya, lihat dan cium bau pembalut tersebut. Air ketuban
memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan tidak berbau pesing seperti urine.

Jika disertai dengan infeksi, ketuban pecah dini dapat menimbulkan


beberapa gejala lain, yaitu:

 Demam

 Nyeri perut

 Keputihan yang terjadi terus-menerus dan berbau tidak sedap atau


menyengat

 Detak jantung janin cepat


C. Faktor penyebab ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan prematur,


yaitu kondisi ketika bayi terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Kondisi
ini umumnya lebih berisiko terjadi pada kondisi berikut:

 Infeksi di rahim, kantung ketuban, leher rahim, atau vagina

 Kehamilan kembar atau volume cairan ketuban terlalu banyak

 Kebiasaan merokok atau menggunakan narkoba saat hamil

 Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya

 Perdarahan vagina selama hamil

 Indeks massa tubuh ibu hamil yang rendah

 Tekanan darah tinggi maupun kadar gula darah yang tidak terkontrol

 Jarak antarpersalinan yang terlalu dekat atau terlalu jauh

D. Tata pelaksanaan penanganan ketuban pecah dini

Penanganan ketuban pecah tergantung dari usia kehamilan dan


kontraksi.

Kondisi ini tidak terlalu mengkhawatirkan saat terjadi di usia


kehamilan yang cukup minggu (lebih dari 37 minggu) karena persalinan
bisa segera dilakukan dalam waktu 24 jam.

Apa yang harus dilakukan jika air ketuban pecah? Ini yang bisa Anda
lakukan:

 Tetap tenang
 Pastikan ibu hamil berada pada posisi duduk

 Pakai pembalut

 Bersihkan air ketuban yang merembes

 Hubungi dokter kandungan untuk dilakukan pemeriksaan. Dokter


akan memutuskan apa tindakan selanjutnya yang sebaiknya
dilakukan.

Beberapa kondisi berikut ini akan memerlukan perhatian khusus saat


ketuban pecah.

a. Apabila ketuban pecah di usia kandungan cukup, tapi Anda belum


juga mengalami kontraksi, dokter mungkin akan memberikan induksi
persalinan karena volume air ketuban terus berkurang dan bayi harus
segera dilahirkan.

b. Jika pecah ketuban saat usia kehamilan masih kurang dari 37 minggu,
maka dokter akan memastikan terlebih dahulu kondisi dan
keselamatan bayi jika dilahirkan lebih cepat.

c. Jika ketuban pecah saat kehamilan belum cukup minggu (di bawah 37
minggu), kondisi ini memerlukan penanganan khusus.

d. Dokter mungkin akan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi


dan kemungkinan besar Anda harus menjalani rawat inap.

e. Dokter juga dapat memberikan obat steroid untuk mempercepat


kematangan paru-paru bayi sehingga dapat dilahirkan lebih cepat.

f. Bayi yang terlahir prematur kemungkinan besar harus dirawat di


ruang NICU atau neonatal intensive care unit, yakni ruangan khusus
bagi bayi yang baru lahir dan mengalami masalah kesehatan.
3. Persalinan lama
A. Definisi

Partus lama ( partus tak maju )yaitu persalinan yang ditandai tidak
adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin
dalam 1 jam. Partus lama ( partus tak maju ) berarti meskipun kontraksi uterus
kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis.

Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi


dapat juga terjadi pada rongga panggul atau pintu bawah panggul. Biasanya
tidak ada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi sebelum 2 jam
terakhir.

B. Tanda dan gejala persalinan lama

a. Dehidrasi.

b. Tanda infeksi: suhu tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus.

c. Pemeriksaan abdomen: meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri


segmen bawah rahim.

d. Pemeriksaan lokal vulva vagina: edema vulva, cairan ketuban berbau,


cairan ketuban bercampur mekonium.

e. Pemeriksaan dalam: edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke


atas, terdapat kaput pada bagian terendah.

f. Keadaan janin dalam rahim: asfiksia sampai terjadi kematian.

g. Akhir dari persalinan lama: ruptura uteri imminens sampai ruptur uteri,
kematian karena perdarahan atau infeksi
C. Faktor predisposisi persalinan lama

a. Bayi: kepala janin besar, hidrosefalus, presentasi wajah-bahu-alis,


malposisi persisten, kembar yang terkunci, kembar siam.

b. Jalan lahir: panggul kecil karena malnutrisi; deformitas panggul karena


trauma atau polio; tumor daerah panggul; infeksi virus di perut atau
uterus; jaringan parut.

c. Faktor yang berhubungan dengan persalinan lama: aktifitas fisik rumah


tangga; aktifitas fisik olahraga; kekuatan ibu (power); passanger; posisi
janin; psikologi (dominan); pendidikan ibu; umur ibu; paritas ibu

D. Tata laksanan penanganan persalinan lama

Dalam menghadapi persalinan lama dengan penyebab apapun,


keadaan ibu yang bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan
darah diukur setiap empat jam, bahkan pemeriksaan perlu dilakukan lebih
sering apabila ada gejala preeklampsia. Denyut jantung janin dicatat setiap
setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II. Kemungkinan
dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. Karena
persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan narcosis.
Ibu hendaknya tidak diberi makanan biasa namun diberikan dalam bentuk
cairan.

Sebaiknya diberikan infuse larutan glukosa 5% dan larutas NaCl


isotonik secara intravena berganti – ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat
ddiberikan petidin 50 mg yang dapat di ulangi, pada permulaan kala I dapat
diberikan 10 mg morfin. Pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi.
Apabila persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan berarti maka perlu
diadakan penilaian seksama tentang keadaan. Apabila ketuban sudah pecah
maka, keputusan untuk menyelesaikan persalinan tidak boleh ditunda terlalu
lama berhubung mengantisipasi bahaya infeksi. Sebaiknya dalam 24 jam
setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan apakah perlu dilakukan
seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan
berlangsung terus.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mencermati bagaimana Asuhan kegawatdaruratan pada masa
persalinan kala I s.d.IV dapat ditarik kesimpulan Kelahiran prematur
adalah persalinan yang terjadi pada tiga minggu atau lebih cepat dari
perkiraan lahir (HPL). Dengan kata lain, kondisi ini muncul sebelum usia
kandungan mencapai 37 minggu.
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan
cairan dari kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian
KPD dapat terjadi sebelum atau sesudah masa kehamilan 40 minggu.11
Berdasarkan waktunya, KPD dapat terjadi pada kehamilan preterm atau
kehamilan kurang bulan terjadi sebelum minggu ke-37 usia kehamilan,
sedangkan pada kehamilan aterm atau kehamilan cukup bulan terjadi
setelah minggu ke-37 dari usia kehamilan.

Partus lama ( partus tak maju )yaitu persalinan yang ditandai tidak
adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan
janin dalam 1 jam. Partus lama ( partus tak maju ) berarti meskipun
kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis.

Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul,


tetapi dapat juga terjadi pada rongga panggul atau pintu bawah panggul.
Biasanya tidak ada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi
sebelum 2 jam terakhir.
B. Saran
Kami menyadari makalah dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan untuk itu kami berharap pembaca dapat memberi masukan dan
mendapatkan manfaat dari makalah ini
DAfTAR PUSTAKA

Axelson, K., et al. (2021) Longest Survival of Expectantly Managed Twin Gestation
Complicated by Previable Preterm Premature Rupture of Membranes at 13 Weeks’
Gestation. Cureus, 13(7), pp. 1–4.

Tiruye, G., et al. (2021). Prevalence of Premature Rupture of Membrane and its
Associated Factors among Pregnant Women in Ethiopia: A Systematic Review and
Meta-analysis. SAGE Open Medicine, 9, pp. 1–9.

Assefa, N., et al. (2018). Risk Factors of Premature Rupture of Membranes in Public
Hospitals at Mekele City, Tigray, a Case Control Study. BMC Pregnancy Childbirth,
18(386), pp. 1–7.

National Institutes of Health (2020). MedlinePlus. Premature Rupture of Membranes.

University of Rochester Medical Center (2022). Health Encyclopedia. Preterm


Premature Rupture of Membranes (PPROM).

Mayo Clinic (2021). Healthy Lifestyle. Water Breaking: Understand This Sign of
Labor.

Jazayeri, A. Medscape (2018). Premature Rupture of Membranes.

Levine, H. WebMD (2020). What to Expect When Your Water Breaks.

Moldenhauer, J. MSD Manual (2021). Prelabor Rupture of Membranes (PROM).

Anda mungkin juga menyukai