Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN 

PELAYANAN

NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT


KABUPATEN TULUNGAGUNG
2022

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan banyaknya pelayanan Rumah sakit yang ada sekarang ini
dan berkembangnya pelayanan kesehatan saat ini serta semakin
banyaknya pelayanan kesehatan yang tersedia bagi masyarakat,
diperlukan suatu peningkatan pelayanan kesehatan agar dapat bersaing
dalam memberikan pelayanan Pedoman Pelayanan Keperawatan yang
bermutu. Oleh karena itu Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat
menyediakan Ruang NICU yang merupakan salah satu bagian pelayanan
kesehatan yang harus bisa memberikan tindakan medis yang aman,
efektif dengan memberdayakan Sumber Daya Manusia yang kompeten
dan profesional dalam menggunakan peralatan, obat-obatan yang sesuai
dengan standar therapy di Indonesia. Pelayanan di Ruang NICU meliputi :
Perawatan BBLR, Makrosomia, ikterus, bayi dengan masalah
minum/muntah, bayi yang lahir dengan infeksi intra uterin, bayi yang
lahir dengan tindakan vakum ekstraksi, forceps ekstraksi, Sectio
Caesarea dan bayi dengan kelahiran sungsang yang bermasalah/sulit
serta bayi dengan masalah yang belum memerlukan perawatan intensif.
Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut di atas,
maka disusunlah pedoman pelayanan Ruang NICU. Pedoman ini adalah
pedoman minimal dan dapat dikembangkan kapanpun seiring dengan
kemajuan teknologi di bidang kesehatan.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum
Tujuannya meningkatkan mutu pelayanan di Ruang NICU Rumah Sakit
Umum Daerah Campurdarat
Tujuan Khusus
a.Memiliki standar ketenagaan di Ruang NICU
b.Memiliki standar fasilitas di Ruang NICU
c.Memiliki tata laksana di Ruang NICU
d.Memiliki standar logistik di Ruang NICU
e.Memiliki standar keselamatan pasien di Ruang NICU
f.Memiliki standar keselamatan kerja di Ruang NICU
g.Memiliki standar pengendalian mutu di Ruang NICU
C. Ruang Lingkup Pelayanan 
Pelayanan dan asuhan diberikan pada bayi baru lahir dan bayi berusia 0-
28 hari dengan kegawatan di RSUD Campurdarat
D. Batasan Operasional
Batasan Operasional Pelayanan Neonatus yang diberikan di Ruang NICU
RSUD Campurdarat yaitu perawatan intensif neonatus yang memerlukan
pengawasan yang terus menerus dari Perawat, Dokter dan dukungan
fasilitas berteknologi tinggi dengan Kriteria:
a. Neonatus usia 0-28 hari yang memiliki kegawatan
b. Neonatus BB < 2500 yang memerlukan incubator
c. Nilai apgar 5/10 menit < 3
d. Gangguan napas sedang-berat
e. Infeksi berat
f. Meningitis
g. Kejang neonatus
h. Kelainan bawaan ringan dengan gawat darurat
i. Bayi baru lahir dengan komplikasi yang memerlukan ventilasi
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/93 tentang
berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis;
5. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Kemenkes RI
Nomor YM.02.03.3.5.2626 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
dan Sarana Kesehatan Lainnya;
6. Permenkes N0o. 12 tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 24 Tahun 2016
tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
836/Menkes/SK/VI/2005 tentang Pedoman Pengembangan
Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

NAMA JABATAN KUALIFIKASI KETERANGAN

Kepala Ruangan DIII Keperawatan Bersertifikat


BLS/BTCLS/PPGD
Kepala Tim DIII Keperawatan Bersertifikat
ACLS/ATLS
Penanggung Jawab DIII Keperawatan Bersertifikat
Shift Jaga BLS/BTCLS/PPGD
Perawat Pelaksana DIII Keperawatan BTCLS/PPGD

B. Distribusi Ketenagaan
Pola ketenagaan di Ruang NICU RSUD Campurdarat berdasarkan
beban kerja. Adapun Perawat yang dibutuhkan adalah sebanyak 8
orang. Saat ini tenaga Perawat di Ruang NICU RSUD Campurdarat
sudah tercukupi.
Cara Penghitungan :
Gillies (1989)
AXBXC/(C-D)XE=F/G=H
Keterangan:
A = Rata-rata jumlah perawatan/ pasien/ hari
B = Rata-rata jumlah pasien / hari
C = jumlah hari / tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing bidan
E = Jumlah jam kerja masing-masing bidan
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan
Jumlah Perawat :

(5.6 x 8 x 365)/((365-128)x 7 )=16352/1659=9.8=7


7 + (20% x 7) + 2 (kepala ruang+koordinator) = 8 perawat
Pola ketenagaan di Ruang NICU adalah sebagai berikut :
    Petugas yang berdinas  berjumlah 8 = 1 kepala ruangan + 1
kepala tim+ 6 perawat pelaksana .
a. Dinas pagi
Petugas yang berdinas sejumlah 3 orang dengan kategori :
 1 orang kepala ruangan
 2 orang perawat pelaksana
b. Dinas sore
Petugas yang berdinas sejumlah 2 orang dengan kategori :
 2 orang perawat pelaksana
c. Dinas malam
Petugas yang berdinas sejumlah 2 orang dengan kategori :
 2 orang perawat pelaksana
d. Libur dinas
 Petugas yang libur sebanyak 1 orang

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan tenaga kerja di RSUD Campurdarat ini berdasarkan shift
dan non shift.
1) Kepala Instalasi Intensif/ Kepala Ruang
Senin – Kamis : 07.00-14.00
Jum’at : 07.00-11.00
Sabtu : 07.00-12.00 
2) Kepala Tim/ Penanggung Jawab Shift Jaga/ Perawat Pelaksana
Shift Pagi : 07.00-14.00
Shift Siang : 14.00-21.00
Shift Malam : 21.00-07.00
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

No Nama Ruangan Fungsi Besar Ruangan/Luas Kebutuhan Fasilitas


1 Ruang NICU Ruangan untuk pasien Ukuran ruangan Inkubator, Infant
neonates (usia 0-28 hari) minimal 14 m x 14 m radiant warmer, meja
yang memerlukan asuhan tindakan, CPAP, Neo
dan pelayanan Puff, Bed side monitor,
keperawatan intensif serta Suction, Resusitasi kit,
pengobatan secara phototerapy
berkesinambungan lebih
dari 24 jam
2 Ruang NICU Ruang NICU khusus ukuran Inkubator, Infant
Isolasi untuk pasien dengan radiant warmer, meja
diagnose kasus yang tindakan, CPAP, Neo
memerlukan kohorting. Puff, Bed side monitor,
Suction, Resusitasi kit,
phototerapy

2 Ruang Stasi Ruang untuk melakukan 3-5 m2/ perawat Meja, Kursi, lemari
Perawat (Nurse perencanaan, (Ket:perhitungan 1 arsip, lemari obat,
Station) pengorganisasian asuhan stasi perawat untuk telepon/intercom alat
dan pelayanan melayani maksimum minitoring untuk
keperawatan (pre dan 25 tempat tidur) pemantauan terus
post-confrence, pengatur menerus fungsi-fungsi
jadwal), dokumentasi vital pasien
sampai dngan evaluasi
pasien
3 Ruang Ruang untuk melakukan Sesuai kebutuhan Meja, Kursi, lemari
Dokter/Konsultasi konsultasi oleh profesi arsip, telepon/intercom,
kesehatan kepada pasien peralatan kantor
dan keluarganya lainnya
8 Ruang Perawat Ruang istirahat perawat Sesuai kebutuhan Sofa, lemari,
meja/kursi, wastafel
11 Ruang Linen Tempat penyimpanan Min. 4 m2 Lemari
Bersih bahan-bahan linen
steril/bersih
12 Ruang Linen Kotor Ruangan untuk Min. 4 m2 Bak penampungan
menyimpan bahan-bahan linen kotor
linen kotor yang telah
digunakan di r. Perawatan
sebelum dibawa ke r.
Cuci (Laundry)
14 KM/WC (pasien, KM/WC @ KM/WC Kloset, wastafel, bak
petugas, Pria/wanita luas 2 m² air
pengunjung) - 3 m²

B. Standar Fasilitas
1. Ketentuan umum
Ketentuan umum ruang NICU yaitu :
a. Letak ruang perawatan intensif harus memiliki akses yang mudah
ke ruang operasi, ruang gawar darurat, dan ruang penunjang
medic lainnya
b. Luas lantai untuk setiap tempat tidur pasien pada ruang
perawatan intensif harus cukup untuk meletakkan peralatan dan
ruang gerak petugas yang berhubungan dengan pasien
c. Dalam hal ruang perawatan intensif menyatu dengan ruang lain
dalam satu bangunan, ruang perawatan intensif harus merupakan
satu kompartemen
d. Dalam hal ruang perawatan intensif memiliki ruang perawatan
isolasi untuk pasien dengan penyakit menular, desain tata ruang
dan alur sirkulasi petugas dan pasien harus dapat meminimalkan
risiko penyebaran infeksi.
2. Sarana Prasarana
No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Ket.
1. Ruang  Ukuran ruangan perawatan
Perawatan NICU tergantung dari jumlah tempat tidur
bayi.
 Jarak antara tempat tidur
bayi/incubator harus bisa
mengakomodir kebutuhan luasan
untuk penempatan peralatan. Jarak
antar incubator minimal 2,5m.

2. Ruang  Untuk ruangan perawatan


Perawatan NICU neonates infeksius (isolasi)
Isolasi disediakan ruangan antara.
 Bahan bangunan yang digunakan
tidak boleh memiliki tingkat
porositas yang tinggi.
 Tekanan ruangan posistif dan
harus dijamin terjadinya
pertukaran udara minimal
6x/jam.
 Untuk menjamin kualitas udara,
konsentrasi maksimum
mikroorganisme 200CFU/M3,
suhu 22-23c, kelembaban 35-
60%, dan tekanan positif.
 Ruangan harus mengoptimalkan
pencahayaan alami. Untuk
pencahayaaan buatan dengan
intensitas cahaya 250LUX untuk
penerangan.
 Jumlah kotak kontak di setiap
tempat tidur pasien minimal 6
untuk peralatan medic yang
membutuhkan daya listrik besar
(di luar ventilator, suction,
monitor) dan kotak kontak
dipasang minimal 1,2m di atas
permukaan lantai dan tidak boleh
menggunakan percabangan atau
sambungan langasung tanpa
pengamanan arus.
 Kotak kontak selain di tempat
tidur pasien disesuaikan dengan
kebutuhan.
 Disediakan outlet gas medis
(oksigen, vakum, udara tekan) di
setiap tempat tidur pasien.
 Proteksi kebakaran menggunakan
alat pemadam api ringan (APAR)
jenis watermist kelas A,B,C dan
Heat (smoke detector).

3. Nurse  Luas ruangan perawat minimal


station/sentral 8m2 atau 3-5m2 per perawat
monitoring disesuaikan dengan kebutuhan
 Luas ruangan harus dapat
mengakomodir lemari arsip dan
lemari obat
 Disediakan instalasi untuk alat
komunikasi
 Disediakan fasilitas desinfeksi
tangan/ handrub
 Ruangan harus mengoptimalkan
pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya 200LUX untuk
penerangan

4. Kamar mandi  Kamar mandi petugas dan


petugas pengunjung di bedakan
 Bahan penutup lanatai harus
tidak licin
 Luas kamar mandi minimal 2x2
meter

Peralatan Dasar Ruang NICU


1. Incubator
2. Incubator tansport
3. Infant warmer
4. Monitor pasien
5. Phototherapy
6. NCPAP (Neonatal Continuous Possitive Airways Pressure)
7. Ventilator
8. Infus Pump
9. Syringe Pump
10. Standart Infus
11. Examination Lamp
12. Meja tindakan
13. Suction
14. Ventilasi manual dan alat bantu pernafasan
15. Thermometer
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Kriteria masuk NICU


Neonatus usia 0-28 hari yang memiliki kegawatan
a. Neonatus BB < 2500 yang memerlukan incubator
b. Nilai apgar 5/10 menit < 3
c. Gangguan napas sedang-berat
d. Infeksi berat
e. Meningitis
f. Kejang neonatus
g. Kelainan bawaan ringan dengan gawat darurat
h. Bayi baru lahir dengan komplikasi yang memerlukan ventilasi

4.2 Kriteria Pasien Keluar NICU


a. Bayi telah menunjukan tanda vital stabil selama 24 -48 jam.
Normalnya, suhu tubuh bayi 36,50 C - 37,50C, frekuensi
peraanapasan <60 x/mt, nadi 120-160 x/mt, SpO2 98-100%.
b. Mampu bernafas spontan atau menggunakan O2 nasal canule.
c. Penambahan berat badan dengan pemberian asupan per oral telah
terlihat
d. Semua obat yang diperlukan dapat diberikan per oral
e. Nilai laboratorium telah normal
f. Tidak mendapat terapi melalui syringe/infus pump

4.3 Pendaftaran
1. Pasien internal
Pasien neonatus yang lahir di ruang bersalin atau di Instalasi
bedah sentral RSUD Campurdarat yang memiliki kegawatan
sehingga memerlukan perawatan di ruang NICU berdasarkan
advis dari DPJP Anak, perlu melakukan pendaftaran sebagai
persyaratan administrasi sebagai pasien NICU.
2. Pasien eksternal
Pasien rujukan dari luar RSUD Campurdarat yang memerlukan
perawatan di ruang intensif NICU perlu mengonfirmasi bagian
pendaftaran, yang selanjutnya bagian pendaftaran akan
mengonfirmasi ruang NICU. Petugas ruang NICU akan
menginformasikan kepada DPJP Anak mengenai hal tersebut dan
ketersediaan bed dan sarpras. Apabila telah mendapat
persetujuan dari DPJP Anak untuk menerima pasien rujukan
tersebut, maka pasien dapat diproses lebih lanjut untuk
pelayanan dan administrasi.

4.4 Jenis pelayanan di ruang NICU


a) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi oleh dokter spesialis
b) Pemeriksaan penunjang diagnostic
c) Tindakan medis yang bersifat diagnostic dan terapeutik
d) Perawatan intensif sesuai dengan standart asuhan keperawatan
secara berkala
4.5 Alur Pelayanan Ruang NICU

PASIEN MASUK PENDAFTARAN

POLI ANAK IGD PERINATOLOGI

UNIT PELAYANAN
PENUNJANG MEDIK DAN RUANG NICU
NON MEDIK

TINDAKAN

RAWAT RUJUK

STABIL MENINGGAL

PERINATOLOGI IPJ
BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan system pendukung kegiatan yang berkaitan dengan


penyiapan sarana dan prasarana demi kelancaran pelaksanaan tugas.
Logistik sebagaimana dimaksud di atas dibiayai dari sumber mata anggaran
APBD dan/ atau BLUD RSUD Campurdarat dalam tahun berjalan.
Logistik yang tersedia di Ruang Perinatologi dikelompokkan menjadi 5
bagian yaitu logistik farmasi, logistik umum, logistik teknis, dan logistik
bahan tenun.
1. Logistik farmasi
Dalam usaha memenuhi ketersediaan farmasi di ruang perinatology,
kepala Ruang berkoordinasi dengan instalasi farmasi, dengan system
distribusi yang telah ditetapkan oleh instalasi farmasi.
2. Logistik umum
Mencakup logistik alat administrasi ruangan, alat kebersihan pasien,
alat kebersihan ruangan.
3. Logistik teknis
Mencakup alat Kesehatan tidak habis pakai misalnya stetoskop,
thermometer dan lain-lain. Serta alat Kesehatan habis pakai misalnya
kapas, hand sanitizer.
4. Logistik bahan tenun
Mencakup sprei, selimut, dan lain-lain. Dalam usaha memenuhi
ketersediaan bahan tenun untuk pasien, kepala ruang berkoordinasi
dengan instalasi laundry, dengan system distribusi yang telah
ditetapkan oleh instalaasi laundry.
5. Logistik makanan untuk pasien 
Dalam usaha memenuhi ketersediaan makanan untuk pasien IGD,
kepala ruang berkoordinasi dengan instalasi gizi, dengan sistem
distribusi yang telah ditetapkan oleh instalasi gizi. 

Logistik Ruang NICU :


a. Logistik Medis
No. Jenis Keterangan
1. Alat Medis Stethoscope neonatal, incubator, incubator transport,
infant warmer, phototherapy, CPAP, Ventilator, monitor
pasien, infus pump, syringe pump, suction, nebulizer,
examination lamp, tourniquet, thermometer, baby scale
electric, bag mask neonates, troly emergency
2. BMHP Handskun, surgical mask, infus set, transfuse set,
inflo/surflo no. 26G, OGT No.3-8, spuit 1, 3, 5, 10, 20
cc, plester, kassa, O2 nasal canul neo, O2 mask Neo,
suction canule,
3. Obat-obatan Vit. K, Adrenalin, dopamine, sulfat atropine, ATS,
ampicillin, gentamicin, Nacl 0,9%, nacl 3%, kcl 3%,
natrium bicarbonate, dextrose 5%, dextrose 10%, KN4B,
KN3B, aminosteril, Lipid, alchogol 70%, betadine

b. Logistic Non Medis


No. Jenis Keterangan
1. ATK Bolpoint, pensil, hvs F4, Penggaris, Gunting, Klip,
perforator, staples, isi staples, tinta printer, kertas
karbon,
2. Linen Selimut bayi,kain bedong, Sarung bantal bayi, Sarung
guling, Baju kelurga pasien, Topi bayi, Kaos kaki bayi,
Popok bayi, Baju bayi,
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau idak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
upaya pelaksanaan keselamatan pasien di RSUD Campurdarat perlu
dilakukan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan RSUD
Campurdarat terutama di dalam melaksanakan keselamatan pasien sangat
diperlukan suatu pedoman yang jelas sehingga angka kejadian KTD dapat
dicegah sedini mungkin.
6.2 Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
6.3 Sasaran Keselamatan Pasien
1. Sasaran 1: Ketepatan Identitas pasien
a. Menggunakan nama dan tanggal lahir
b. Identifikasi pasien saat sebelum pemberian tindakan medis dan
keperawatan, obat, transfusi darah, pengambilan sampel lab dan
pemeriksaan radiologi
c. Gelang identitas pasien laki-laki berwarna biru, dan pasien
perempuan berwarna merah muda
d. Memasang stiker pasien resiko jatuh berwarna kuning, pasien
dengan alergi berwarna merah dan pasien DNR (do not resuscitate)
berwarna ungu
2. Sasaran 2: Peningkatan komunikasi yang efektif
a. Menggunakan teknik SBAR (situation – background - assessment –
recommendation) dalam melaporkan kondisi pasien
b. Melakukan TUBAKUSI (tulis, baca, konfirmasi ulang dan
verifikasi/TTD) terhadap perintah/advice yang diterima
3. Sasaran 3: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
a. Obat-obat high alert contoh elektrolit pekat: KCL
b. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)/LASA (Look aLike Sound
aLike)
c. Tempat penyimpanan obat high alert diberi striker berwarna
merah bertuliskan “HIGH ALERT”
4. Sasaran 4: Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien
5. Sasaran 5: 5 Momen Kebersihan tangan dengan 6 langkah cuci
tangan
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan asepsis
c. Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien
d. Sesudah kontak dengan pasien
e. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
6. Sasaran 6: Pengurangan resiko jatuh
a. Pengkajian pasien resiko jatuh 
1. Dewasa: scoring Morse : ≥ 25 beresiko jatuh, < 25 tidak
beresiko
2. Anak: scoring Humpty dumpty : ≥ 10 beresiko jatuh, < 10
tidak beresiko
b. Perawat memasang stiker kuning untuk pasien yang beresiko
jatuh
c. Perawat melakukan pengkajian ulang tiap 3 hari atau pada saat
terjadi perubahan kondisi pasien, serta saat pemberian tindakan
atau terapi yang membuat pasien beresiko jatuh.
6.4 Tata Laksana Keselamatan Pasien
Tata laksana Keselamatan Pasien pada Neonatal Intensive Care Unit,
meliputi: 
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang
terjadi pada pasien 
2. Melaporkan pada dokter spesialis anak atau dokter jaga 
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien 
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan
Insiden Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yangpada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak sajamenimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu semua
tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah
petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan
tenaga atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor
fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan
kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan
keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya
kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang dihadapi
petugas tenaga kesehatan semakin meningkat.
Setiap unit harus mampu mengidentifikasi masalah kesehatan dan
keselamatan kerja, termasuk unit dipelayanan. Karena sebagian besar
unit pelayanan ada hubunnganketerkaitan dengan tenaga keperawatan,
maka peawat di RSU harus mampu mengidentifikasi kesehatan dan
keselamatan kerja.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari
penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di
lingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal
Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
 
D. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan
dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5
(lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan
guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang
lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Upaya Peningkatan Mutu Keperawatan


Upaya untuk menjamin mutu pelayanan asuhan keperawatan dan
kebidanan di RSUD Campurdarat bidang keperawatan membuat Program
Pengendalian dan Peningkatan Mutu sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu tersebut.
Perumusan dan penyusunan kebijakan pengendalian dan peningkatan
mutu pelayanan keperawatan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi melalui
masukan dari seluruh jajaran dan staf keperawatan yang terlibat dan
berdasarkan hasil evaluasi kinerja bidang keperawatan secara periodik yang
kemudian ditindaklanjuti untuk dilaporkan kepada Direksi.
1. Kemampuan menangani BBLR 1500 gr-2500 gr

Judul Kemampuan menangani BBLR 1500 gr-2500 gr

Dimensi mutu Efektifitas dan keselamatan

Tujuan Tergambarnya kemampuan rumah sakit dalam menangani


BBLR

Definisi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1500 gr-2500
operasional gr

Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data

Periode analisis 3 bulan

Numerator Jumlah BBLR 1500 gr-2500 gr yang berhasil ditangani

Denominator Jumlah seluruh BBLR 1500 gr-2500 gr yang ditangani

Sumber data Rekam medis

Standar 100%

Penanggung Komite medik/Komite mutu


jawab
2. Pelaporan Hasil Kritis Laboratorium
No ASPEK DESKRIPSI
.
1. Judul  indikator Pelaporan hasil kritis laboratorium

2. Dasar  pemikiran/alasan 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang


pemilihan indikator Keselamatan Pasien.
2. Kecepatan dan ketepatan pelaporan hasil
laboratorium kritis sangat penting dalam
kelanjutan tata laksana pasien. Hasil kritis
menunjukkan kondisi pasien yang
membutuhkan keputusan klinis yang segera
untuk upaya pertolongan pasien dan
mencegah komplikasi akibat keterlambatan.

3. Dimensi Mutu Tepat waktu, keselamatan

4. Tujuan 1. Tergambarnya    kecepatan    pelayanan


laboratorium
2. Tergambarnya sistem yang menunjukan
bagaimana nilai kritis dilaporkan dan
didokumentasikan untuk menurunkan resiko
keselamatan pasien

5. Definisi  operasional 1. Hasil kritis adalah hasil pemeriksaan yang


termasuk  kategori  kritis  sesuai  kebijakan
rumah    sakit    dan memerlukan
penatalaksanaan segera.
2. Waktu lapor hasil kritis laboratorium adalah
waktu   yang   dibutuhkan   sejak   hasil
pemeriksaan  keluar  dan  telah  dibaca  oleh
dokter/analis yang diberi kewenangan hingga
dilaporkan  hasilnya  kepada  dokter  yang
meminta pemeriksaan.
3. Standar Waktu lapor hasil kritis laboratorium
adalah waktu pelaporan < 30 menit.

6. Jenis indikator Proses

7. Satuan pengukuran Persentase

8. Pembilang (Numerator) Jumlah hasil kritis laboratorium yang dilaporkan


< 30 menit
9. Penyebut (Denominator) Jumlah hasil kritis laboratorium yang diobservasi

10.Target pencapaian 100%

11.Kriteria inklusi dan Kriteria Inklusi :


eksklusi Semua  hasil  pemeriksaan  laboratorium  yang
memenuhi kategori kritis.

Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
12.Formula N/D x 100%

13.Desain pengumpulan Retrospektif


data
14.Sumber data Data sekunder dari :
Catatan data Laporan Hasil Tes kritis
Laboratorium
15.Instrumen pengambilan Formulir Pelaporan Hasil Kritis Laboratorium
data
16.Besar sampel  Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
 Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)

17.Cara pengambilan Probability Sampling – Simple Random Sampling /


sampel Systematic Random Sampling
18.Periode pengumpulan Bulanan
data
19.Penyajian data Tabel, run chart

20.Periode analisis dan Bulanan, Triwulanan, Tahunan


pelaporan data
21.Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan keperawatan merupakan salah satu pelayanan yang dapat memberikan kontribusi
terhadap upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Upaya tersebut
dilaksanakan dengan fungsi perawat secara mandiri maupun kolaborasi, untuk mencapai
tujuan bersama yaitu pencegahan penyakit dan kecacatan, perawatan pada gangguan
kesehatan, peningkatan ke arah kondisi kesehatan yang optimal bagi individu, kelompok dan
masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dan harapan
masyarakat yang semakin tinggi terhadap kualitas pelayanan, maka pelayanan keperawatan
harus senantiasa dinamis dan selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu, untuk
memberikan kualitas pelayanan bagi masyarakat pengguna jasa.
Untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas diperlukan perbaikan secara
terus menerus di area pelayanan keperawatan. Dengan adanya pedoman pelayanan akan
membantu perawat/bidan di RSUD Campurdarat dalam melakukan asuhan keperawatan
menjadi lebih baik. Masukan dan saran dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk
peningkatan kualitas yang lebih baik. Karena dengan masukan maka tim keperawatan akan
melakukan perbaikan dalam memberikan pelayanan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai