Anda di halaman 1dari 39

Penerapan Teknik Editing Continuity Cutting pada Film Fiksi

“MALAPETAKA”

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat memperoleh gelar Ahli Madya

Oleh :

Muhammad Naufal Viandi

193140214111026

PROGRAM STUDI D-III FILM DAN TELEVISI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INFORMASI

PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2022
Penerapan Teknik Editing Continuity Cutting pada Film Fiksi
“MALAPETAKA”

TUGAS AKHIR

Oleh :

Muhammad Naufal Viandi

193140214111026

PROGRAM STUDI D-III FILM DAN TELEVISI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INFORMASI

PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : PENERAPAN TEKNIK EDITING CONTINUITY


CUTTING PADA FILM FIKSI “MALAPETAKA”
Nama : Muhammad Naufal Viandi
NIM : 193140214111026
Fakultas : VOKASI
Program Studi : Teknologi Informasi

Malang, Juli 2022


Dosen Pembimbing

Ir. I Dewa Made Widia, MT.


NIP/NIK. 2016096802091001

i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Penerapan Teknik Editing Continuity Cutting Pada Film Fiksi


“MALAPETAKA”

Oleh :
MUHAMMAD NAUFAL VIANDI
193140214111026

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji


Pada Tanggal 13 Juli 2022 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Program Diploma III Teknologi
Informasi

Pembimbing

Ir. I Dewa Made Widia, MT.


NIK. 2016096802091001

Ketua Departemen Ketua Program Studi

Ir. I Dewa Made Widia, MT. Novita Rosyida, S.Si., M.Si.


NIK. 2016096802091001 NIK. 2014058711232002

ii
LEMBAR PERNYATAAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Muhammad Naufal Viandi
NIM : 193140214111026
Fakultas : Vokasi
Judul : Penerapan Teknik Editing Continuity Cutting pada Film
Fiksi Malapetaka

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Isi Tugas Akhir yang saya buat adalah sebenar-benar karya sendiri
dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang
tercantum di isi dan tertulis didaftar pustaka dalam Tugas Akhir ini.
2. Apabila ditemukan hasil jiplakan, maka saya akan bersedia
menanggung segala risiko yang akan saya terima.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

Yang Menyatakan,

Muhammad Naufal Viandi


193140214111026

iii
RINGKASAN

Film sering digunakan untuk media penyampaian pesan secara luas


yang dapat mempengaruhi para penonton. Didalam film tidak lepas dari
editing yang mempengaruhi hasil dari film itu sendiri. Dengan
menggabungkan berbagai shot menjadi satu akan tercipta sebuah cerita,
didalamnya yang mengandung sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh
editor. Salah satu penggabungan shot dengan menggunakan teknik
continuity cutting pada film untuk mendapatkan gambar dengan
kontinuitas yang tepat. Film mudah dimengerti ketika mudah dinikmati,
membenahi kontinuitas pada film menjadi salah satu cara supaya mudah
ditangkap oleh para penonton.

Kata Kunci : editing, continuity cutting

iv
SUMMARY

Films are often used as a medium to convey messages that can influence
the audience. Film can’t be separated from editing which affect the result
of the film itself. By combining various of shots into one, a story will be
created, in which it contains a message that editor wants to convey. One
of combination of shots is using continuity cutting techniques on film to
get an image with the right continuity. Films are easy to understand when
they are easy to enjoy it, fixing continuity in films is one way to make it
easy for audience to catch.

Keywords : editing, continuity cutting

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur dihaturkan kepada Allah SWT yang mana telah


memberikan kesehatan lahir dan batin sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul ‘Peran dan Strategi
Produser dalam Manajemen Produksi Film Pendek “Malapetaka”’
dengan baik. Penyusunan Tugas Akhir ini dipergunakan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh galar Ahli Madya
Program Studi D3 Teknologi Informasi bidang minat Pertelevisian dan
Film.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
berperan selama proses pengerjaan hingga selesainya laporan Tugas
Akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada :

1. Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak selaku Dekan Fakultas


Vokasi
2. Novita Rosyida, S.Si., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Teknologi Informasi.
3. Myro Boyke Persijn, S.Sos, MM. selaku Kepala Bidang Minat D3
Pertelevisian dan Film Vokasi Universitas Brawijaya.
4. Ir. I Dewa Made Widia, MT. selaku dosen pembimbing yang
telah membantu penulis dengan memberikan arahan dalam
pengerjaan Tugas Akhir.
5. Dosen Penguji pada sidang Tugas Akhir yang telah memberikan
kritik dan saran.
6. Orang tua yang selalu memberikan dukungan penuh saat
pengerjaan Tugas Akhir hingga pembuatan laporan.
7. Bayu S. yang selalu mendongkrak semangat dan membantu
dalam memberikan arahan dalam pembuatan laporan.
8. Rico yang membantu dalam memberikan arahan dalam
pembuatan laporan.
9. Teman-teman yang selalu mendukung dalam proses
pengerjaan laporan.
10. Tim Enjoy Production yang telah berkonstribusi dalam
produksi film pendek “Malapetaka”.
11. Diri saya sendiri yang telah semangat dalam mengerjakan
laporan ini sampai selesai.

vi
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap kepada berbagai pihak berupa kritik dan
saran guna untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap laporan ini
dapat bermanfaat bagi dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Malang, …………………….

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR .....................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN TUGAS AKHIR .................................................... iii
RINGKASAN ......................................................................................... iv
SUMMARY ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Deskripsi Editing ...................................................................... 3
2.2 Teknik Editing .......................................................................... 5
2.2.1 CUT ......................................................................................... 7
2.2.2 DISSOLVE ................................................................................ 7
2.2.3 FADE ....................................................................................... 7
2.2.4 WIPE ....................................................................................... 7
2.3 Kajian Komparasi ........................................................................ 8
BAB III Metode Penyelesaian Tugas Akhir .............................................. 9
3.1 Metode Penelitian ..................................................................... 9
3.2 Objek dan Subjek Penelitian.................................................... 10
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 10
3.4 Alat dan Bahan yang digunakan .............................................. 10
3.5 Analisis Data .......................................................................... 10
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 11
4.1 Deskripsi Hasil Karya .............................................................. 11

viii
4.2 Sinopsis Film .......................................................................... 12
4.3 Tujuan ................................................................................... 12
4.4 Peran Editor ........................................................................... 12
4.5 Proses Pasca Produksi ............................................................ 14
BAB V PENUTUP ................................................................................. 26
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 26
5.2 Saran .................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 27

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Poster Film “Malapetaka” ................................................. 11


Gambar 4. 2 penyimpanan file rekaman hasil syuting ........................... 14
Gambar 4. 3 Menentukan sequence untuk film Malapetaka ................... 15
Gambar 4. 4 Memasukkan file video dan audio sekaligus disinkronkan ... 15
Gambar 4. 5 Gambar setiap scene digabung ........................................ 16
Gambar 4. 6 Proses cutting mulai diperhalus di sequence ..................... 16
Gambar 4. 7 shot mematikan lampi ..................................................... 17
Gambar 4. 8 shot menuju ranjang ....................................................... 17
Gambar 4. 9 shot akan membuka dompet ............................................ 17
Gambar 4. 10 shot membuka dompet .................................................. 17
Gambar 4. 11 shot menutup dompet ................................................... 17
Gambar 4. 12 shot merapikan kasur .................................................... 18
Gambar 4. 13 shot ruang tamu ........................................................... 18
Gambar 4. 14 shot Mala menjawab panggilan dari karin ....................... 19
Gambar 4. 15 shot Karin di depan pintu ............................................... 19
Gambar 4. 16 timeline Mala melihat Karin di pintu ................................ 19
Gambar 4. 17 shot Karin Membuka tas ................................................ 20
Gambar 4. 18 shot close up Mala......................................................... 20
Gambar 4. 19 timeline shot close up Mala ............................................ 20
Gambar 4. 20 timeline penambahan transisi pada bagian akhir dari film 21
Gambar 4. 21 timeline penambahan transisi pada bagian antar shot ...... 22
Gambar 4. 22 timeline penambahan transisi pada bagian antar shot ...... 23
Gambar 4. 23 produser mengirimkan list nama untuk credit title ........... 23
Gambar 4. 24 pemilihan output rendering film...................................... 24
Gambar 4. 25 pengarsipan film kedalam GoogleDrive ........................... 25

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film adalah gambar bergerak dengan adanya suara yang


dikategorikan sebagai bentuk seni dengan fungsinya sebagai
komunikasi media massa. Selain sebagai penghibur, film juga dapat
memiliki nilai dan cara pandang terhadap segala sesuatu. Film juga
dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang
menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, film mampu
bercerita banyak dalam waktu singkat. Saat ini film bisa berupa
gambaran atas realitas sosial yang terjadi sehari-hari. Pembuatan
filmnya pun harus melalui sentuhan- sentuhan unsur-unsur seni
sehingga bisa menjadi sebuah film yang memiliki pesan moral kepada
masyarakat. Oleh karena itu dengan adanya film maka bisa merupakan
deskripsi akan budaya masyarakat. Dari banyaknya film pendek yang
sudah beredar kita bisa mengambil pelajaran, seperti penggunaan film
pendek dengan tujuan edukasi yang nantinya akan dipublikasikan
melalui media digital. Perkembangan multimedia dan banyaknya
penggunaan media sosial terutama Youtube, dapat dimanfaatkan
sebagai sarana pendidikan, dalam hal ini adalah pembuatan film
pendek. (Harit, 2018)

Editing memiliki peran penting dalam produksi pembuatan film,


karena editing merupakan proses dimana pemilihan, pemotongan dan
penggabungan antar gambar hingga menghasilkan sebuah film yang
memiliki cerita. Dalam proses editing ada beberapa hal yang harus kita
pahami agar pesan dari video tersebut bisa tersampaikan dengan baik,
salah satunya adalah teknik pada style editing atau gaya
penyambungan antara satu shot dengan shot yang lainnya. Dengan
memahami teknik gaya editing kita akan bisa mengatur timing sehingga
makna atau pesan dari video akan tersampaikan dengan baik. Dari
bermacam-macam teknik editing, editing kontinuitas atau continuity
cutting banyak dipakai diberbagai film. Continuity cutting sendiri
merupakan teknik editing yang menjaga konsistensi urutan dari shot ke
shot, dan juga menjaga konsistensi dalam cerita. Kontinuitas dalam
merangkai shot sangat penting agar penonton tidak dibingungkan
dengan adegan yang tidak jelas urutannya. Pengertian dari continuity
cutting sendiri sangat sederhana, yaitu pemotongan yang memiliki

1
patokan kontinuitas. Bagaimana sambungan antar shot hingga sebuah
cerita dapat terlihat alurnya merupakan peran penting dalam
penggunaan continuity cutting. (FRANS, 2020)

Dalam proses editing terdapat jobdesk editor yang bertanggung


jawab dalam mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang
dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan hingga menjadi
cerita yang utuh. Seorang editor memiliki keleluasaan dalam
bereksplorasi dalam proses editing, hal ini penting agar pesan dan
gagasan yang dimaksud dari film yang ingin disampaikan bisa tercapai
pada para penonton. Peran dari seorang editor baru terlihat ketika
memasuki proses pasca produksi, pada proses ini editor fokus dalam
pengerjaan editing, yang terdapat tahapan-tahapan sendiri dan memiliki
dasarnya agar memudahkan proses dalam melakukan editing.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini bagaimana proses


penerapan continuity cutting pada film ‘Malapetaka’ dapat terwujudkan
didalam film.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu lebih mengetahui akan


penggunaan teknik continuity cutting yang digunakan dalam proses
editing pada film ‘Malapetaka’ serta memenuhi syarat kelulusan
program Film dan Televisi

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penulisan laporan ini dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian tentang
konsep continuity editing dalam karya film di Indonesia
2. Manfaat Praktis
Membantu dalam proses editing film ‘Malapetaka’ agar penyampaian
pesan dapat tersampaikan dengan baik.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Editing

Editing merupakan proses pemilihan, pemotongan, dan


penggabungan gambar-gambar sehingga menghasilkan sebuah film
(Zoebazary. 2010:92). Konsep editing yang digunakan untuk proses
pengerjakan film ‘Malapetaka’ ini adalah continuity editing. Berdasarkan
buku Film Art: An Introduction karya David Bordwell dan. Kristin Thompson,
continuity editing (kesinambungan editing) merupakan konsep yang paling
umum digunakan oleh editor-editor karena tujuan dari konsep ini adalah
menciptakan alur yang halus dari perpindahan antara shot-shot-nya
(2006:231). Continuity editing sangat cocok untuk menyampaikan informasi
dan emosi dari film yang pengkarya buat. Penonton dibuat senyaman
mungkin dengan flow yang diciptakan oleh editor dan tidak terinterupsi
dengan potongan dari shot ke shot dalam film ini. Selain menerapkan
konsep continuity editing dalam film MALAPETAKA, editor juga
menggunakan pendekatan spatial continuity (keseinambungangan ruang)
dan temporal continuity (kesinambungan waktu).

Editing berfungsi tidak hanya untuk mengontrol grafik dan ritme


tetapi juga untuk membangun ruang didalam sebuah film. Pendekatan
spatial continuity (kesinambungan ruang) menjadi sangat penting agar
proses identifikasi penonton tidak terganggu, penonton menjadi terganggu
jika logika-logika ruang di dalam penceritaan tidak jelas atau dengan kata
lain penonton akan mengalami disorientasi dengan ruang yang ada di dalam
film. Demi mencapai spatial continuity (kesinambungan ruang) ada hal-hal
yang harus diperhatikan, diantaranya adalah kaidah 180 derajat yang
termasuk di dalamnya, eyeline match dan screen direction pemain. "Sistem
180 derajat membanggakan diri pada penggambaran ruang jelas;
Penampilan harus selalu tahu di mana karakter dalam kaitannya satu sama
lain dan pengaturan; Lebih penting lagi, penonton selalu tahu di mana dia
berada sehubung dengan aksi cerita; Ruang adegan, dengan jelas dan jelas
membuka, tidak mengacaukan atau disorientasi, karena disorientasi seperti
itu, dirasakan, akan mengalihkan perhatian penonton dari pusat. perhatian:
rantai naratif sebab dan akibat" (Brodwell dan Thompson, 2006:234).
Dalam membangun ruang didalam film, editor bekerja sama dengan DOP
ketika proses produksi film untuk mempermudah ketika masuk proses

3
editing. Penggunaan naskah editing juga berperan penting dalam proses
editing, didalam naskah editing terdapat berbagai uraian narasi, timecode,
hingga bagian-bagian yang perlu di isi dengan music. (Mediarta, 2020)

Editor tidak bertanggung jawab atas kualitas rekaman yang mereka


berikan, tetapi bertanggung jawab untuk merangkai materi itu menjadi film
terbaik. Editor merupakan pekerjaan merangkai shot-shot yang berantakan
menjadi film utuh. Dalam editing shot adalah media editor dalam
menyampaikan cerita. Kekuatan editing dapat dilihat dari shot ke shot-nya,
banyak pertimbangan yang dilakukan oleh editor ketika menyambung
sebuah shot dengan shot lainnya. Pembuatan film fiksi, skrip dan storyboard
membantu perencanaan penyuntingan. Editing adalah suatu proses
mengatur dan menyusun rangkaian shot menjadi sebuah scene, rangkaian
scene menjadi sebuah sequence, rangkaian sequence menjadi satu cerita
yang utuh. Tujuan dasar dari proses editing sendiri adalah menyajikan suatu
cerita pada karya dengan jelas kepada para penonton.

Editing video merupakan proses pemilihan, merangkai hingga


menyusun ulang shot yang sudah tersedia menjadi satu video hingga
menjadi sebuah cerita utuh sebagaimana sesuai dengan konsep yang telah
ditentukan. Tugas utama seorang editor yaitu :

1. Menyunting video
Video-video hasil produksi yang masih belum diolah atau
masih sesuai dengan bentuk aslinya harus dikumpulkan di dalam
sebuah penyimpanan untuk memudahkan kinerja seorang editor.
2. Menyusun ulang
Dalam menyusun ulang video, seorang editor harus
memotong bagian yang tidak termasuk dalam skenario. Biasanya
seorang editor menyusun ulang video berpatokan pada
clapperboard atau papan yang biasanya dishoting di awal adegan.
Dan kemudian editor akan menyusun sesuai urutan yang ada
pada skenario.
3. Memfilter video
Pada proses ini, seorang editor harus mengatur transisi atau
perpindahan dari satu adegan ke adegan yang lain dengan halus.
Pada proses ini juga editor harus memilih kualitas yang terbaik
dan paling sempurna sesuai dengan naskah, sebab beberapa
adegan ada yang harus mengalami berapa kali take.
4. Olah suara

4
Pada proses inilah editor akan mengolah suara baik suara asli
yang muncul pada saat pengambilan gambar atau suara
tambahan yang perlu ditambahkan untuk memperkuat nuansa
video dan sesuai dengan konsep skenario di awal.
5. Membuat title
Setelah semua gambar tersusun, selanjutnya membuat titel
pada video tersebut yang dapat berupa informasi teks atau
keterangan yang berkaitan dengan video.
6. Finishing
Pada proses finishing ini, seluruh kru dalam pembuatan film
tersebut akan menyaksikan bersama video yang sudah diedit
untuk memastikan bahwa film sudah terangkai dengan sempurna.
(Rara, 2022)

2.2 Teknik Editing

Dalam editing terdapat berbagai Teknik yang digunakan untuk


menggabungan shot satu dengan shot selanjutnya agar tercipta kontinuitas
antara shot yang berbeda, yaitu :

a. Cutting
Cutting adalah proses pemotongan gambar secara langsung tanpa
memanipulasi gambar sedikitpun.
b. Transisi
Transisi adalah proses pemotongan gambar dengan menggunakan
efek transisi pada perpindahan gambar.

Jenis-jenis cutting dibagi menjadi :

a. Straight Cut
Straight cut atau pemotongan biasa, contohnya shot A berakhir dan
langsung muncul shot B tanpa adanya interupsi maupun transisi.

b. Match Cut
Penggabungan antara dua shot dengan frame yang sama atau mirip
bentuknya atau berkesinambungan, contohnya shot bola yang bulat
langsung berpindah ke shot jam dinding yang bentuk dan besarnya
disamakan agar dapar menyembunyikan transisi dari penonton.
c. Jump Cut
Suatu pergantian shot yang kesinambungan waktunya terputus
karena lompatan shot yang berbeda waktunya. Perbedaan waktunya

5
beragam, bisa antara pagi dan sore, atau tahun sekarang dan
beberapa tahun kedepan.
d. Contras Cut
Pemotongan gambar yang digunakan untuk memperlihatkan
kontradiksi antara dua adegan
e. L Cut
Teknik editing yang menghasilkan potongan yang berbeda antara
audio dan videonya, contohnya ketika kita sudah mendengarkan
suara tokoh pada adegan yang belum berganti shotnya.
f. Form Cut
Perpindahan objek didalam satu frame yang sama, dengan posisi
kamera yang tetap tanpa berpindah.
g. Parallel Cut
Pemotongan gambar yang memperlihatkan dua adegan yang
memiliki persamaan dalam waktu yang dirangkai bergantian.

Jenis-jenis transisi dibagi menjadi :

a. Fade In-Out
Pergantian antar shot yang satu dengan shot yang lainnya melalui
blank. Fade in adalah suatu shot yang bermula dari keadaan gelap
kemudian secara perlahan muncul gambar (visual) hingga normal.
Sedangkan fade out adalah dari gambar (visual) berangsur secara
perlahan menjadi gelap.
b. Dissolve
Perpindahan antara shot dengan menggunakan tansisi memudar
yang menyebabkan gambar terlihat menumpuk secara halus
dibagian tengah transisi.

c. Wipe
Efek perpindahan shot dimana satu frame dari shot awal disapu oleh
frame berikutnya sehingga tampak terdorong keluar dari layar dan
digantikan oleh shot berikutnya.
d. Morph
Efek khusus dalam film yang menunjukkan perubahan dari satu shot
menjadi shot yang berbeda tapi hampir mirip secara halus. (Rizka
Febry I, 2015)

6
Editing erat kaitannya dengan hasil pengambilan gambar dari seorang
kameraman. Dengan hasil gambar yang baik maka akan lebih mudah bagi
editor untuk merangkai gambar atau shot.

Jenis-jenis perpindahan shot :

2.2.1 CUT

Adalah perpindahan langsung dari gambar ke gambar


berikutnya secara tajam. Macam-macam jenis cutting :
a. Insert / cut in Adalah sebuah shot yang diselipkan di shot utama
yang berfungsi untuk memperlihatkan detail dari shot utama.
b. Intercut / cut away / reaction shot Shot action yang diambil pada
saat yang bersamaan dengan shot utama sebagai reaksi terhadap
shot utama.

2.2.2 DISSOLVE

Adalah perpindahan shot secara berangsur-angsur; akhir dari


shot pertama lama –lama hilang dan berganti dengan awal dari shot
ke dua. Dissolve hanya bisa dilakukan dengan dua sumber gambar.
Pada umumnya digunakan sebagai jembatan penghubung atau
transisi dari shot action, pergantian tempat dan waktu.

2.2.3 FADE

Biasanya digunakan pada awal atau akhir adegan.

a. Fade from black Gambar muncul dari layar hitam, menunjukkan


awal dari adegan.
b. Fade to black Gambar menghilang ke layar hitam, menunjukkan
akhir adegan.

2.2.4 WIPE

Efek dimana sebuah shot disapu oleh shot yang lain, hingga
shot pertama nampak keluar dari layar. (Hardhianto, 2010)

7
2.3 Kajian Komparasi

1. Malang-Malang Putung

Gambar 2. 1 Poster Film Malang-Malang Putung

( Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=O9B4lVa6AK4 )

Film Malang-Malang Putung adalah karya dari Ravacana Films


bekerja sama dengan Siberkreasi dan Kemkominfo RI yang
bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya
menjaga keamanan di dunia maya. Di film ini editor dalam film
Malapetaka mendapat beberapa referensi teknik cutting yang
berkesinambungan, seperti penggunaan straight cut ketika antar
tokoh bercakapan secara bergantian.

2. Ubag-Ubeg

Gambar 2. 2 Poster Film Ubag-Ubeg

( sumber : https://www.youtube.com/watch?v=nTGaJQLHRSw )

Film Ubag-Ubeg adalah karya dari Ravacana Films. Didalam


film ini editor mengambil referensi teknik editing cutting yang
memperlihatkan lompatan adegan tetapi tidak merusak cerita.
Teknik Jump Cut dan Cut In yang digunakan pada film Ubag-Ubeg
menarik editor dalam penggunakan teknik diatas untuk
dipraktekkan pada film Malapetaka

8
BAB III
Metode Penyelesaian Tugas Akhir

Pada bab ini menjelaskan apa saja metode yang digunakan dalam
pembuatan, pengolahan, dan perancangan karya dalam pembuatan karya
film pendek bergenre fiksi tentang continuity cutting.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini


menggunakan gabungan dari metode yang sudah ada pada ilmu seni
lainnya. Menurut jenis data dan analisis nya, metode penelitian dalam tugas
akhir ini yang dipilih adalah berupa penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan
data-data yang diperoleh dan diolah hanyalah berupa paparan data
deskriptif yang berbentuk kata, kalimat, skema atau gambar dan tidak
berupa angkaangka. Menurut Bungin (2011:49), masalah dalam penelitian
kualitatif berwilayah ruang sempit dengan tingkat variasi yang rendah
namun memiliki kedalaman bahasan yang luas. Metode penelitian kualitatif
dipilih karena dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh gambaran
yang lebih mendalam, memandang hasil penelitian sebagai spekulatif, serta
dalam tahap pengumpulan data lebih detail guna menghasilkan karya yang
berkualitas.

Penelitian ini memiliki 2 bentuk permasalahan yaitu testing out


research dan problem solving research. Yang mana testing out research ini
adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji-coba sesuatu dan problem
solving yaitu pencarian cara untuk memecahkan masalah dalam film yang
sudah diproduksi berjudul 'Malapetaka'. Dan metode yang digunakan
bersifat campuran antara naturalistik dan evaluasi. Naturalistik berarti
penelitian ini meneliti kondisi objek alaminya dan penulis menjadi instrumen
kunci. Sedangkan penelitian evaluasi berarti penelitian ini upaya untuk
membandingkan suatu kegiatan, kejadian dan produk tertentu.

9
3.2 Objek dan Subjek Penelitian

Objek dalam pembahasan utama adalah penggunaan teknik editing


continuity dengan tujuan memperbaiki tampilan visual. Untuk subjek
peneliatian ini berpusat pada

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh


penulis untuk mendapatkan data-data dari masyarakat agar bisa dijelaskan
permasalahan dalam penelitiannya. Terdapat 2 teknik yang digunakan
dalam penelitian ini. Yang pertama adalah observasi, observasi 13
merupakan suatu pengamatan secara langsung pada suatu kegiatan.
Observasi diarahkan untuk memperhatikan kegiatan secara langsung,
akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek fenomena tersebut. Penulis mengikuti semua
observasi, mulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Yang
kedua ada dokumentasi, dokumentasi merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik yang tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumentasi
menjadi pendukung dari penggunaan metode observasi dalam penelitian
kualitatif. Dokumen yang dikumpulkan berupa referensi cerita film dan
tempat yang akan digunakan untuk produksi film.

3.4 Alat dan Bahan yang digunakan

Dalam mengerjakan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa


alat seperti Laptop dan Hardisk yang berfungsi sebagai penunjang
penelitian.

3.5 Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data kedalam


bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Analisis data
dalam penelitian dilakukan sejak pengumpulan semua data, setelah data
terkumpul dan data sudah sesuai dengan permasalahan yang dibahas,
maka penulis mulai untuk melakukan proses analisis data. Penulis berperan
menjadi Editor mendapatkan data dari semua kru yang mendukung proses
pekerjaan dari seorang Editor dan melakukan analisis dari semua data yang
ada.

10
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Karya

“Malapetaka” merupakan karya film dari sutradara Della


Kustiawati yang diproduksi oleh Enjoy Production pada tahun 2022. Film
dengan durasi 7 menit 4 detik ini melibatkan 18 kru dan 3 talent aktor
dalam produksinya. Enjoy Production adalah rumah produksi kecil yang
memiliki 5 orang inti dalam produksi film Malapetaka yaitu Mega Kumala
sebagai produser, Della Kustiawati sebagai sutradara, Wahyu
Wiecaksono sebagai DOP, Mansur Aziz sebagai penata artistik dan M.
Naufal Viandi sebagai editor.
Film ini memiliki latar watu tahun 2020 yang dimana pada waktu
tersebut banyaknya berita tentang pinjaman online yang beredar ketika
pandemik Covid-19. Film ini menggunakan resolusi 1080p dengan output
H.264 dan aspek rasio 16:9 video HD. Film bergenre drama ini
menceritakan seorang mahasiswa ditengah pandemi yang berpikiran
bahwa hedonisme merupakan hal yang wajar.

Gambar 4. 1 Poster Film “Malapetaka”

11
4.2 Sinopsis Film

Film “Malapetaka” mengisahkan seorang mahasiswa 20 tahun


yang tinggal dikos mewah waktu kuliah. Disaat temannya bernama Karin
20 tahun memiliki tas mewah yang membuat si Mala iri. Suatu malam
dikos ia menelfon meminta uang saku ke orang tuanya, namun respon
orang tidak bisa menyanggupi uang yang ia minta. Dari sudut pandang
kamar kos Mala barang – barang yang ada disana ternyata mahal dan
mewah. Saat bersamaan notifikasi handphone mala berbunyi lalu ada
ajakan untuk melakukan transaksi yang saling menguntungkan semua
pihak.

Angga bertanya-tanya, dari mana Mala membeli barang – barang


branded tersebut. Usut punya usut, disaat Mala sedang down, dan
berbagai masalah yang menimpanya ada telfon masuk. Beberapa hari
yang lalu, saat kondisi psikis mala tidak stabil dan berfikir bahwa
melakukan sesuatu tindakan tersebut adalah hal yang wajar membuat
teman – temannya merasa aneh, pada suatu malam Mala melakukan hal
yang tidak terduga. Mala melakukan transaksi pinjaman online hanya
untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan gaya semata.

4.3 Tujuan

Film “Malapetaka” ini mentargetkan kalangan remaja hingga


dewasa karena cerita ini mengandung pesaan informatif agar penonton
mengerti tentang dampak pinjaman online yang tidak jelas asal usulnya.

4.4 Peran Editor

Dalam pembuatan karya tugas akhir ini, penulis yang juga


berperan sebagai editor melakukan beberapa kegiatan. Namun perlu
dijelaskan kembali bahwa seorang editor itu lebih banyak bekerja pada
tahap pasca produksi. Peranan penting seorang editor pada tugas akhir
ini yaitu sebagai berikut :

12
a. Backup File
Setelah melakukan perekaman dalam produksi, terdapat peran
penting ketika selesai merekam yang bertanggung jawab atas file
mentah atas segala alat perekaman yang biasa disebut dengan
DIT (Digital Imaginary Technician). Namun tidak semua produksi
film terdapat peran DIT, biasanya dirangkap oleh seorang editor
yang juga berperan untuk mengamankan file rekaman tersebut
agar tidak hilang dan rusak.

b. Offline Editing
Pada Offline Editing diawali dengan memasukkan file mentah
dari hasil Backup File saat syuting kedalam aplikasi editing.
Dibagian ini juga menentukan kualitas akhir film yaitu kualitas
resolusi output. Kali ini editor memilih resolusi output HD 1080p
untuk hasil rendering yang terbaik. Alasan mengambil HD 1080p
karena resolusi yang digunakan dalam perekaman pada file
mentah memiliki resolusi 1920x1080px atau HD 1080p.

Selanjutnya adalah pemotongan adegan yang sesuai dengan


shotlist yang merupakan tugas utama seorang editor. Dibagian ini
editor bisa mempengaruhi dan menguatkan nuansa dengan
potongan adegan yang sesuai. Pada tahap ini ada istilah potongan
kasar atau biasa disebut roughcut. Yang dimaksud roughcut
adalah potongan adegan yang masih kasar yang mana potongan
kasar tersebut sudah sesuai dengan harapan dari seorang
sutradara, maka bisa langsung dikunci potongan kasar tersebut
agar tidak diubah lagi, penguncian potongan kasar ini biasa
disebut juga dengan picture lock.

Seorang editor memiliki patokan dalam proses pengeditan


yaitu kumpulan catatan yang berisi hasil rekaman yang bagus,
pilihan dan tidak bagus dalam produksi, biasanya menggunakan
kata good, choice dan bad yang biasa disebut script continity
(untuk visual) dan sound report (untuk audio). Penataan audio
dilakukan pada tahapan offline editing untuk selanjutnya
disinkronkan dengan visual yang sudah dipotong per adegan.
Dalam penataan roughcut perlu memperhatikan kontinuitas pada
frame antar potongan, supaya tidak terjadi jumping antar shot
karena tidak adanya kontunitas sama sekali yang menyebabkan
penonton tidak fokus dalam menonton film.

13
c. Online Editing
Online editing merupakan proses lanjutan dari offline editing
yang memperhalus dan memberi beberapa efek yang menunjang
hasil dari offline editing.

d. Finishing
Hasil dari online editing direview bersama dan dicari masukan
yang ada untuk memperbaiki film.

4.5 Proses Pasca Produksi

Pada proses pasca produksi lebih difokuskan dengan kegiatan


editing film yang memiliki tahapan-tahapan agar tidak membingungkan
ketika perlu melakukan perbaikan pada tahapan yang masih perlu
dibenahi. Proses tahapannya diawali dengan :

a. Pemindahan file rekaman hasil syuting

Gambar 4. 2 penyimpanan file rekaman hasil syuting

File mentah yang dipakai untuk merekam memilki format


MP4 dengan resolusi 1920x1080p. Dalam menyimpan file harus
dipastikan tersimpan di folder yang mudah ditemukan dan
dipahami agar mudah jika dibutuhkan. Disini editor menamakan
folder dengan “Video” untuk menyimpan file mentah video dan
folder “Audio” untuk menyimpan file mentah audio. Dan di folder
sebelumnya dinamakan “File Raw” untuk memisahkan file mentah
yang digunakan untuk mengedit dan file mentah yang tidak boleh
dirubah.

14
b. Melakukan roughtcut file video dan sikronisasi dengan file audio

Gambar 4. 3 Menentukan sequence untuk film Malapetaka

sebelum melakukan editing di Adobe Premiere CC 2020


pasti ditampilkan untuk membuat projek editing baru dan
sequence yang merupakan lembar kerja editing. Dalam editing
film Malapetaka menggunakan setingan resolusi AVCHD 1080p
25fps. Pemilihan resolusi tersebut disesuaikan dengan file mentah
agar kualitas video yang dihasilkan dapat maksimal.

Gambar 4. 4 Memasukkan file video dan audio sekaligus disinkronkan

Editor dalam menentukan file yang akan digunakan selalu


menggunakan acuan dari script continity untuk video dan sound
report untuk audionya. Pada acuan tersebut telah terpilih mana
file mentah yang bagus (good) menurut sutradara ketika syuting,
tetapi tidak memungkiri kalau file yang tidak bagus (bad) tidak
akan dipakai, justru file yang tidak bagus (bad) itu bisa digunakan
untuk beberapa scene yang memiliki beberapa kesalahan ketika
proses editing.

15
c. Picture Lock

Gambar 4. 5 Gambar setiap scene digabung

Setelah file yang akan digunakan sudah dipilih, selanjutnya


mengunci file yang digunakan dalam editing. Pada gambar diatas
merupakan roughtcut yang masih perlu disesuaikan lagi karena
potongannya masih kasar, sehingga perlu diproses lagi agar tidak
terlihat aneh dalam lompatan visual antar gambar

d. Proses penghalusan cutting antar adegan

Gambar 4. 6 Proses cutting mulai diperhalus di sequence

Proses editing kali ini menggunakan teknik editing


continuity cutting yaitu suatu metode editing film yang
penyambungannya dari dua buah adegan dipadukan sedemikian
rupa agar terlihat kontinuitasnya. Untuk kali ini editor memakai
beberapa teknik agar terlihat kontinuitasnya.

16
Gambar 4. 7 shot mematikan Gambar 4. 8 shot menuju ranjang
lampi

Straight Cut digunakan pada perpindahan gambar diatas,


yaitu perpindahan shot dari mematikan lampu langsung ke shot
menuju ranjang tanpa adanya efek tambahan apapun. Bertujuan
agar perpindahan objek tidak terlihat jumping dan untuk
memangkas waktu agar lebih ringkas.

Gambar 4. 9 shot akan membuka Gambar 4. 10 shot membuka


dompet dompet

Gambar 4. 11 shot menutup


dompet

Gambar diatas masuk kedalam teknik Match Cut yang


memiliki istilah penggabungan 2 shot yang berkesinambungan, shot
pertama yang akan membuka dompet, dilanjut ke shot kedua yang
terlihat close up dompet yang dibuka, lalu kembali lagi ke shot yang

17
menampilkan menutup dompet. Bertujuan untuk memperjelas
keadaan yang dialami oleh tokoh, yaitu sedang kehabisan uang
saku dengan memperlihatkan close up pada dompetnya.

Gambar 4. 12 shot merapikan kasur Gambar 4. 13 shot ruang tamu

Untuk cutting diatas editor menggunakan Jum Cut. Terlihat


lompatan waktu dari shot merapikan tempat tidur menjadi shot
ruang tamu yang berbeda tempat. Penggunaan jump cut
dimaksudkan untuk memangkas waktu dalam pergantian tempat
agar penonton tidak bosan, penyebab kebosanan penonton sendiri
ketika terdapat shot yang memperlihatkan detail adegan yang tidak
diperlukan dalam film.

18
Gambar 4. 14 shot Mala menjawab Gambar 4. 15 shot Karin di depan pintu
panggilan dari karin

Gambar 4. 16 timeline Mala melihat


Karin di pintu

Pada gambar diatas editor menggunakan teknik L Cut, yaitu


suara dari Karin sudah muncul sebelum shot Karin ditampilkan.
Penggunaaan L Cut pada bagian cutting ini bertujuan untuk
memperlihatkan kesinambungan waktu ketika Mala dipanggil oleh
Karin, jika tidak menggunakan L Cut terkadang perpindahan
gambar terlihat jumping karena antara shot bisa jadi berbeda
tempat. Jadi untuk mengatasinya digunakan L Cut agar terlihat
masih dalam satu tempat yang sama.

19
Gambar 4. 17 shot Karin Membuka tas Gambar 4. 18 shot close up Mala

Gambar diatas menunjukkan cutting jenis Straight cut, jenis


cutting ini digunakan karena editor ingin memperlihatkan ekspresi
dari karakter Mala ketika Karin membuka tasnya yang baru,
sehingga terlihat kalau karakter Mala terdorong menginginkan
sesuatu yang baru juga.

Gambar 4. 19 timeline shot close up Mala

Pada timeline shot diatas terlihat ada dua visual yang


ditumpuk, jadi shot yang ditumpuk tersebut memiliki fungsi yang
mendukung visual yang memiliki kekurangan. Salah satu
kekurangannya adalah pengambilan gambar yang jumping, untuk
mengatasi pengambilan gambar yang tidak sama antar shotnya,
editor memutuskan mencari shot visual diantara file mentah yang
tidak digunakan dan bisa juga mengambil visual dari yang sudah
digunakan dengan tujuan memperbaiki loncatan frame yang tidak
tersambung. Shot yang ditumpuk juga bisa disebut dengan insert

20
cut. Selain digunakan untuk memperbaiki visual yang jumping,
insert cut juga digunakan untuk memperlihatkan detail reaksi dari
seorang karakter.

e. Penambahan transisi video

Gambar 4. 20 timeline penambahan transisi pada bagian akhir dari film

Gambar diatas menunjukkan timeline penggunaan transisi


Dip to Black di akhir shot. Transisi Dip to Black bisa digunakan
diawal, antar shot maupun akhir shot sehingga bisa digunakan
disaat seorang editor membutuhkan transisi yang harus
menghitamkan layar ketika berganti shot. Kali ini editor
menggunakan Dip to Black pada akhir sebagai penutup dari film
“Malapetaka”. Selain menggunakan transisi Dip to Black ada cara
lain untuk membuka bagian awal film maupun mengakhiri film
yaitu menggunakan transisi Dissolve.

21
Gambar 4. 21 timeline penambahan transisi pada bagian antar shot

Penggunaan transisi Dip to Black diatas berada diantara


dua shot yang berbeda, editor menggunakan efek transisi disini
dengan tujuan untuk memberikan tanda waktu antar shot awal
dan shot selanjutnya sudah berbeda, penggunaan transis Dip to
Black cocok untuk menandakan pergantian waktu. Karena shot
awal dan selanjutnya berbeda, jika tanpa transisi tidak akan
terlihat perpindahan waktunya dan malah membuat tampilan
visualnya tidak bagus karena terlalu berbeda gambar antar
visualnya. Penggunaan efek transisi Dissolve juga tidak cocok
karena transisi ini menggunakan prinsip memudarkan gambar
pada shot awal dan menampilkan shot berikutnya secara perlahan.

22
Gambar 4. 22 timeline penambahan transisi pada bagian antar shot

Transisi yang editor gunakan kali ini adalah Dip to White,


sesuai namanya transisi ini akan menampilkan warna putih
diantara dua shot, atau bisa juga memulai atau mengakhiri shot
menggunakan transisi ini. Tujuan editor dalam penggunaan Dip to
White diatas adalah sebagai transisi untuk flashback (mengenang),
sebagai transisi agar alur waktunya terlihat kembali ke masa lalu
dan setelah selesai alur flashback nya penggunaan Dip to White
digunakan lagi agar terlihat waktu kembali ke keadaan semula

f. Membuat credit title

Gambar 4. 23 produser mengirimkan list nama untuk credit title

Credit title pada film berada pada bagian akhir, dan berisi
seluruh nama kru, pemain, ucapan terima kasih kepada siapa saja
dan logo sponsor yang ada. Editor meminta data-data yang akan
dimasukkan kedalam credit title, seperti nama-nama yang

23
berpartisipasi dalam pembuatan film dan data beberapa support
jika ada. Untuk pergerakan credit title editor menggunakan key
frame dari bawah (Bottom) ke atas (Top) sehingga bergerak dari
bawah, untuk kecepatan geraknya dapat diatur pada jarak key
frame nya.

g. Rendering

Gambar 4. 24 pemilihan output rendering film

Rendering dapat dikatakan juga sebagai akhir dari sebuah


editing. Pada tahap ini editor memilih dan menentukan jenis
output dan jenis file nya, serta sekaligus mengubah nama file
output dan perkiraan ukuran file tersebut akan seberapa besar
nantinya. Dalam film “Malapetaka” ini editor menggunakan output
dengan format H.264 dengan preset yang sudah ada, yaitu
menggunakan high bitrate dengan jenis file output .mp4 agar lebih
mudah pada pemutaran disemua perangkat seperti HP, Laptop
dan PC karena file berjenis .mp4 ini lebih umum digunakan dalam
pemutaran video.

24
h. Pengarsipan data

Gambar 4. 25 pengarsipan film kedalam GoogleDrive

File film “Malapetaka” yang sudah jadi diarsipkan kedalam


GoogleDrive. Pengarsipan ini bertujuan untuk memudahkan dalam
pengaksesan film. Link GoogleDrive ini disebarkan ke beberapa
orang dengan pengaturan pada GoogleDrive nya yang hanya
pemilik link yang dapat mengaksesnya, serta pemilik link hanya
bisa melihat saja tanpa bisa mendownloadnya, hal ini bertujuan
agar film yang diarsipkan tidak terbajak oleh orang lain.

25
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Film “Malapetaka” yang diproduksi oleh Enjoy Production ini


berisikan 6 Scene dan pada seluruh scene tersebut, editor menerapkan
teknik continuity cutting. Penerapan teknik continuity cutting pada film
bertujuan untuk memperbaiki transisi antar shot serta membangun nuasa
atau mood. Setelah penulis melakukan penelitian dan menulis laporan
yang berjudul “Penerapan Teknik Editing Continuity Cutting pada Film Fiksi
‘Malapetaka’” ini, penulis menyimpulkan :

1. Penulis selaku editor telah menerapkan teknik editing continuity


cutting dengan sebaik mungkin, dikarenakan banyaknya
pengambilan gambar yang tidak memiliki kontinuitas sehingga
editor dalam pengeditan film melakukan pencarian hingga ke setiap
frame yang dapat terhubung kontinuitasnya.
2. Teknik editing continuity cutting penting dalam penerapan pada film.
Penggunaan continuity cutting pada film “Malapetaka” sangat
membantu editor dalam proses pembuatan film ini.

5.2 Saran

Dalam melakukan editing, perhatikan terlebih dahulu spesifikasi


peralatan yang akan digunakan untuk melakukan editing, dimulai dari
kemampuan peralatan yang digunakan, penyimpanan data dan hal-hal
eksternal yang mempengaruhi editing. Naskah editing bagi editor
sangatlah penting untuk membantu dalam mengedit karya dan membantu
dalam proses kinerja saat editing.

26
DAFTAR PUSTAKA

FRANS, O. (2020, Desember 10). STYLE OF EDITING (VIDEO). Retrieved


from ca.binus.ac.id: https://ca.binus.ac.id/2020/12/10/style-of-
editing-video/
Hardhianto, A. (2010, November 18). DASAR-DASAR EDITING FILM.
Retrieved from http://arishardhianto.blogspot.com/:
http://arishardhianto.blogspot.com/2010/11/dasar-dasar-editing-
film.html
Harit, D. (2018, Januari 21). jiptummpp-gdl-dimasharit-49653-3-babii.pdf.
Retrieved from eprints.umm.ac.id:
https://eprints.umm.ac.id/35411/3/jiptummpp-gdl-dimasharit-
49653-3-babii.pdf
Mediarta, A. (2020, Maret 3). Perkembangan Film Indonesia 2019: Bukan
sekadar jumlah penonton. Retrieved from filmindonesia.or.id:
http://filmindonesia.or.id/article/perkembangan-film-indonesia-
2019-bukan-sekadar-jumlah-penonton#.Yr1sOXZBxhF
Rara, A. (2022, Januari 20). Berikut Tugas Utama dari Seorang Editor Video.
Retrieved from www.siker.id:
https://www.siker.id/detail/news/787/artikel/berikut-tugas-utama-
dari-seorang-editor-video
Rizka Febry I, D. N. (2015). MENGIDENTIFIKASI CUTTING DAN
TRANSITION. SURAKARTA: FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA.
Syah, F. (2018, Juni 26). Sejarah Teori Editing Film. Retrieved from
firmanimmanksyah.xyz: https://firmanimmanksyah.xyz/sejarah-
teori-editing-film/

27

Anda mungkin juga menyukai