Anda di halaman 1dari 105

TUGAS AKHIR

PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI

PENERAPAN VARIASI SHOT DALAM PRODUKSI PROGRAM MUSIK


TELEVISI “MUSESSION” EPISODE DELUSI

Oleh:

Daniel Tuahtaras Sinukaban


017161441089
Manajemen Teknik Studio Produksi Siaran

SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA ‘’MMTC”

YOGYAKARTA

2022
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI

PENERAPAN VARIASI SHOT DALAM PRODUKSI PROGRAM MUSIK


TELEVISI “MUSESSION” EPISODE DELUSI

Oleh:

Daniel Tuahtaras Sinukaban


NIM: 017161441089
Program Studi Manajemen Teknk Studio Produksi Siaran

Telah disetujui oleh:


Dewan Pembimbing Tugas Akhir Penciptaan Karya Produksi
Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta
Pada: Desember 2022

Pembimbing Utama : Susilawati, S.Sos, S.PT. M.Sn. …………….

Pembimbing Pendamping : Ade Wahyudin , M.T …………….

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Manajemen Teknik Studio Produksi Siaran

Sunarsa, S.PT.,M.Sn.
NIP. 19610518198303 1 001

i
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI

PENERAPAN VARIASI SHOT DALAM PRODUKSI PROGRAM MUSIK


TELEVISI “MUSESSION” EPISODE DELUSI

Oleh:

Daniel Tuahtaras Sinukaban


NIM: 017161441089
Program Studi Manajemen Teknk Studio Produksi Siaran

Telah disetujui oleh:


Dewan Penguji Tugas Akhir Penciptaan Karya Produksi
Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta
Pada Desember 2022

Penguji I ..........................

Penguji II ..........................

Mengetahui,
Pembantu Ketua I Bidang Akademik

Dr. Sudono, M.Si.


NIP. 19620309 199010 1 001

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Daniel Tuahtaras Sinukaban

NIM : 017161441089

Program Studi : Matekstosi

Jurusan : Penyiaran

Judul Tugas Akhir : Penerapan Variasi Shot Dalam Produksi Program Musik

Televisi “Musession” Episode Delusi

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir penciptaan karya produksi ini

adalah asli dan tidak meniru karya orang lain kecuali bagian yang jadikan sebagai

referensi. Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima

sanksi apabila di kemudian hari diketahui tidak benar.

Yogyakarta, 2022

Penulis,

Daniel Tuahtaras Sinukaban


NIM. 017161441089

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

A. Tuhan Yang Maha Esa, pemberi berkat, pelindung dan penolong saya:
B. Sekolah Tinggi Multi Media, khususnya Program Studi Manajemen Teknik
Studio Produksi Siaran Jurusan Penyiaran sebagai tempat saya menempuh
pendidikan dan memperoleh ilmu pengetahuan;
C. Orang tua yang saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat
dalam menempuh pendidikan selama di Sekolah Tinggi MultI Media
Yogyakarta.

iv
MOTTO

“Jangan Lakukan Terhadap Orang Lain Apa yang Kau Tak Ingin Orang Lain
Lakukan Terhadapmu”

-Confucius-

v
ABSTRAK

PENERAPAN VARIASI SHOT DALAM PRODUKSI PROGRAM MUSIK


TELEVISI “MUSESSION” EPISODE DELUSI

Oleh :
Daniel Tuahtaras Sinukaban

Yogyakarta adalah salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan seni. Salah satu
bentuk seni yang banyak digemari adalah seni musik. Program musik dapat
dikemas dalam berbagai bentuk. Di masa pandemi Covid seperti sekarang ini,
Pertunjukan karya musik dapat dinikmati secara online untuk meminimalisir
penyebaran virus Covid-19. Program musik “Musession” Episode Delusi
mengusung tema intimate concert secara online dengan adanya dialog interaktif
bersama penggemar sang pengisi acara. Penulis menerapkan tiga unsur teknis
dalam memproduksi karya music show “Musession” Episode Delusi. Yang
pertama, Penulis menciptakan gambar yang memiliki pesan dan bervariasi dengan
menerapkan teknik Simple Shot. Selanjutnya Penulis menerapkan teknik Complex
Shot untuk menciptakan gambar yang memiliki nilai casual dan ringan. Terakhir,
Penulis menerapkan teknik Development Shot untuk menciptakan gambar yang
tidak monoton. Oleh karena itu, penulis memproduksi Program musik televisi
“Musession” episode Delusi, dengan kualitas gambar program yang tidak monoton,
memiliki pesan, casual dan mudah diterima oleh khalayak dengan cara menerapkan
teknik pengambilan gambar simple shot, complex shot dan development shot pada
setiap segmen.

Kata Kunci: Music Show, Variasi Shot, Penata Kamera

vi
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat - Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Penerapan

Variasi Shot Dalam Produksi Program Musik Televisi “Musession”

Episode Delusi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma IV

Manajemen Teknik Studio Produksi di Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC”

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selesainya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, baik berupa bimbingan, sarana maupun dorongan kepada

penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Ir. Noor Iza, M.Sc. Ketua Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC”

Yogyakarta.

2. Drs. Sudono, M.Si. Pembantu Ketua I Bidang Akademik Sekolah Tinggi

Multi Media “MMTC” Yogyakarta.

3. Ari Mintarti, SPT., M.Sn. Ketua Jurusan Penyiaran Sekolah Tinggi Multi

Media “MMTC” Yogyakarta.

4. Karna, S.PT., M.Sn. Sekretaris Jurusan Penyiaran Sekolah Tinggi Multi

Media “MMTC” Yogyakarta.

5. Sunarsa, S.PT., M.Sn. Ketua Program Studi Manajemen Teknik Studio

Produksi Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta.

vii
6. Marwiyati, S.PT., M.IKom. Sekretaris Program Studi Manajemen Teknik

Studio Produksi Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta.

7. Seluruh tim pengajar dan pembimbing di Sekolah Tinggi Multi Media

“MMTC” Yogyakarta.

Demikian skripsi penciptaan karya yang berjudul Penerapan Variasi

Shot Dalam Produksi Program Musik Televisi “Musession” Episode Delusi.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan agar

skripsi ini dapat dijadikan pedoman, serta bisa menambah wawasan dalam

profesi sebagai penata kamera.

Yogyakarta, Desember 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ iv
MOTTO .................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... i
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penciptaan ........................................................................... 1
B. Rumusan Ide Penciptaan .............................................................................. 5
1. Ide Penciptaan .......................................................................................... 6
2. Konsep Karya ........................................................................................... 6
C. Orisinilitas Karya ......................................................................................... 9
D. Tujuan dan Manfaat ................................................................................... 14
1. Tujuan Penciptaan .................................................................................. 14
2. Manfaat Penciptaan ................................................................................ 14
BAB II LANDASAN TEORI PENCIPTAAN ..................................................... 16
A. Latar Belakang Penciptaan ......................................................................... 16
1. Kajian Audio Visual ............................................................................... 16
2. Kajian Pustaka ........................................................................................ 19
B. Landasan Teori Penciptaan ........................................................................ 21
1. Pertunjukan Karya Musik ....................................................................... 21
2. Kamera DSLR ........................................................................................ 22
3. Tugas dan Tanggungjawab Penata Kamera ........................................... 22
4. Type Shot ............................................................................................... 23
5. Element of Shot ....................................................................................... 24
6. Shot Angle............................................................................................... 29
7. Size of Shot ............................................................................................. 30
8. Segitiga Exposure ................................................................................... 34
9. Lensa ...................................................................................................... 36
10. Camera Movement .............................................................................. 39
11. Peralatan Pendukung Kamera ............................................................. 41
BAB III PROSES PENCIPTAAN ........................................................................ 44
A. Ide Penciptaan ............................................................................................ 44
B. Sinopsis ...................................................................................................... 45
C. Threatment ................................................................................................. 46

ix
D. Media, Peralatan, dan Teknik Produksi ..................................................... 46
1. Media ...................................................................................................... 46
2. Peralatan ................................................................................................. 47
3. Teknik Produksi ..................................................................................... 51
E. Tahapan Produksi ....................................................................................... 54
1. Pra Produksi ........................................................................................... 54
2. Produksi .................................................................................................. 56
3. Pasca Produksi ........................................................................................ 57
F. Rincian Anggaran....................................................................................... 57
G. Jadwal Pelaksanaan Produksi..................................................................... 57
H. Konsep Penayangan ................................................................................... 57
BAB IV PEMBAHASAN KARYA .................................................................... 58
A. Deskripsi Karya .......................................................................................... 58
B. Analisis Karya ............................................................................................ 64
1. Teknik Simple Shot ................................................................................ 65
2. Teknik Complex Shot ............................................................................. 68
3. Teknik Development Shot ...................................................................... 72
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 80
A. Kesimpulan ................................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
LAMPIRAN .......................................................................................................... 84

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. Live Session Krans ................................................................................ 3


Gambar 3 Live Session Dendi Nata......................................................................... 4
Gambar 4. Melting Minds Live ............................................................................... 4
Gambar 5. Live Session Runtuh Feby Putri & Fiersa Besari ................................ 10
Gambar 6. Full Shot .............................................................................................. 10
Gambar 7. Medium Close Up ................................................................................ 11
Gambar 8. Music Experience Pilu Membiru -Kunto Aji ...................................... 12
Gambar 9. Live Session Runtuh Feby Putri & Fiersa Besari ................................ 16
Gambar 10. Live Session Runtuh Feby Putri & Fiersa Besari .............................. 17
Gambar 11. Live Session Honne – Location Unknown ......................................... 17
Gambar 12. Live Session Honne – Location Unknown ........................................ 18
Gambar 13. Tulus at Brightspot Virtual City Music Hall ..................................... 18
Gambar 14. Tulus at Brightspot Virtual City Music Hall ..................................... 19
Gambar 15. Buku “Teknik Dasar Videografi” ...................................................... 20
Gambar 16. Buku “Bikin Video Dengan Kamera DSLR” .................................... 20
Gambar 17. Buku “Grammar of The Shot” .......................................................... 21
Gambar 18. Rule of third ....................................................................................... 26
Gambar 19. Head room ......................................................................................... 27
Gambar 20. Looking Room ................................................................................... 27
Gambar 21. Walking Room ................................................................................... 28
Gambar 22. High Angle......................................................................................... 29
Gambar 23. Eye Level ........................................................................................... 30
Gambar 24. Low Angle .......................................................................................... 30
Gambar 25. ELS (Extreme Long Shot) ................................................................. 31
Gambar 26. LS (Long Shot) .................................................................................. 31
Gambar 27. FS (Full Shot) .................................................................................... 31
Gambar 28. KS (Knee Shot) .................................................................................. 32
Gambar 29. MS (Medium Shot) ........................................................................... 32
Gambar 30. MCU (Medium Close Up)................................................................. 33

i
Gambar 31. CU (Close Up)................................................................................... 33
Gambar 32. BCU (Big Close Up) ......................................................................... 34
Gambar 33. ECU (Extreme Close Up) .................................................................. 34
Gambar 34. Lensa Standart .................................................................................. 37
Gambar 35. Lensa Fix/prime................................................................................. 37
Gambar 36. Lensa Wide ........................................................................................ 38
Gambar 37. Lensa Tele ......................................................................................... 39
Gambar 38. Lensa Zoom ....................................................................................... 39
Gambar 39. Secure Digital Memory ..................................................................... 41
Gambar 40. Compact Flash Memory .................................................................... 42
Gambar 41. Tripod ................................................................................................ 42
Gambar 42. Gimbal ............................................................................................... 43
Gambar 43. Kamera Sony a7 mark ii Sumber : www.sony.co.id ........................ 48
Gambar 44. Lensa Sony 16-35mm f4 Sumber : www.sony.co.id ........................ 49
Gambar 45. Lensa Sony 24-70mm f2.8 Sumber : www.sony.co.id ..................... 49
Gambar 46. Lensa Sony 35mm f1.8 ..................................................................... 50
Gambar 47. Tripod ................................................................................................ 51
Gambar 48. Gimbal ............................................................................................... 51
Gambar 49. Floorplan ........................................................................................... 55
Gambar 50. Floorplan ........................................................................................... 55
Gambar 51. Potongan Gambar Opening ............................................................... 58
Gambar 52. Potongan Gambar Performance Segmen 1 ....................................... 59
Gambar 53. Potongan Gambar Dialog Interaktif .................................................. 60
Gambar 54. Potongan Gambar Performance Segmen 2 ....................................... 62
Gambar 55. Potongan Gambar Performance Segmen 3........................................ 63
Gambar 56. Potongan Gambar Closing ................................................................ 64
Gambar 57. Floorplan dan Gambar Kamera 1 Performance Segmen 1............... 65
Gambar 58. Floorplan dan Kamera 1 Dialog Interaktif ....................................... 66
Gambar 59. Floorplan dan Gambar Kamera 1 Performance Segmen 1............... 67
Gambar 60. Floorplan dan Gambar Kamera 2 Performance Segmen 1............... 68
Gambar 61. Floorplan dan Gambar Kamera 2, 3 Dialog Interaktif...................... 70

ii
Gambar 62. Floorplan dan Gambar Kamera 2 Performance Segmen 2............... 71
Gambar 63. Floorplan Opening............................................................................. 72
Gambar 64. Potongan Gambar Opening ............................................................... 74
Gambar 65. Floorplan Performance Segmen 1 ................................................... 74
Gambar 66. Potongan Gambar Kamera 3 Performance Segmen 1 ...................... 75
Gambar 67. Floorplan Performance Segmen 2 ..................................................... 76
Gambar 68. Potongan Gambar Kamera 3 Performance Segmen 2 ...................... 76
Gambar 69. Floorplan Performance Segmen 3 .................................................... 77
Gambar 70. Potongan Gambar Performance Segmen 3........................................ 78
Gambar 71. Potongan Gambar Closing ................................................................ 79

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. Daftar Peralatan Produksi ....................................................................... 47


Tabel 3. Setting kamera Simple Shot segmen 1 .................................................... 66
Tabel 4. Setting kamera Simple Shot segmen 2 .................................................... 68
Tabel 5. Setting kamera Complex Shot segmen 1 ................................................ 69
Tabel 6. Setting kamera Complex Shot segmen 2 ................................................ 71
Tabel 7. Setting kamera Complex Shot segmen 2 ................................................ 71
Tabel 8. Setting kamera Development Shot segmen 1 .......................................... 73
Tabel 9. Setting kamera Development Shot segmen 1 .......................................... 75
Tabel 10. Setting kamera Development Shot segmen 2 ........................................ 77
Tabel 11. Setting kamera Development Shot segmen 2 ........................................ 78

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol manajemen, dan

inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti

kekuatan atau sumber daya lainnya. Berbagai media dan teknologi komunikasi

saat ini telah menjadi salah satu keutamaan bagi kehidupan manusia sebagai

pelengkap kebutuhan manusia itu sendiri. Menurut Fatria

(2017:136) media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan

semangat, perhatian sehingga dapat mendorong terjadinya proses edukasi.

Media penyiaran yaitu radio dan televisi adalah bentuk media yang efisien

dalam mencapai audien dengan jumlah yang sangat banyak. Kemudahan

masyarakat dalam menjangkau tayangan televisi ini juga menjadi keunggulan

televisi yang masih kuat bertahan di tengah masyarakat. Televisi sebagai

bagian dari kebudayaan audio visual merupakan medium yang paling

berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas.

Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi

yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terkecil..

Salah Satu program hiburan yang banyak digemari oleh khalayak adalah

pertunjukan karya musik atau music show. Kategori program musik

ditampilkan dalam dua format, yakni video klip (kumpulan video) dan

pertunjukan musik (konser). Pertujukan musik (konser) biasanya dapat

1
dilakukan di luar ruangan atau di dalam ruangan tergantung dengan konsep

yang dibawa. Visual dan audio yang baik adalah salah satu aspek pendukung

sehingga menghasilkan kesan menghibur untuk audien. Program musik juga

bermanfaat bagi kebutuhan informasi audien, dengan itu program musik dapat

membuka peluang profesi masyarakat dalam berbagai bidang musik seperti

penyanyi, pemain musik, arranger, musisi dan lain – lain.

Dalam menciptakan sebuah pertunjukan karya musik yang memiliki

pesan kepada khalayak, harus diimbangi dengan pengambilan gambar yang

memiliki maksud dan tujuannya. Dalam memproduksi suatu program televisi

harus menerapkan Teknik pengambilan gambar simple shot, compex shot dan

developing shot agar program yang dibuat memiliki kualitas gambar yang lebih

variative dan lebih menarik. Biasanya, sebuah pertunjukan karya musik hanya

menitik beratkan pada penampilan sang musisi atau setting artistik dalam

sebuah set dan tidak memperhatikan teori pengambilan gambar. Oleh karena

itu, penulis ingin menerapkan variasi shot dalam memproduksi program musik

televisi “Musession” episode Delusi.

Penulis melakukan analisis terhadap beberapa karya program music show

indoor, agar karya yang diproduksi sesuai dengan standar. Beberapa program

yang dijadikan kajian antara lain program musik Live Session lagu Sampai

Nanti band Krans dari Yogyakarta.

2
Gambar 1. Live Session Krans
(sumber: https://youtu.be/kTL-YKln67Y)
Program ini ditayangkan di youtube channel Krans.id. Pada program

tersebut menampilkan sebuah pertunjukan musik band lokal asal Jogja dengan

dua orang penyanyi. Program ini ditayangkan pada youtube channel

(https://youtu.be/kTL-YKln67Y) Krans.id. Penulis menganalisa karya tersebut

pada 14 Juni 2022. Pada karya tersebut terlihat konser yang diadakan pada

ruangan yang luas dan kosong sehingga menghasilkan gambar yang megah dan

estetik. Akan tetapi penulis melihat adanya beberapa gambar yang kurang

variatif dimulai pada menit 02:15 saat pengambilan gambar medium close up

pada penyanyi, dimuali dari menit tersebut kamera terlalu lama mengambil

gambar pada penyanyi, sehingga kurang adanya variasi shot.

Selain karya tersebut, penulis juga mengamati karya lain yaitu, “Waiting

– Dendi Nata” yang ditayangkan pada youtube channel

(https://youtu.be/LNo0ZvL6Jm8) Dendi Nata dan dianalisa pada 12 Juni 2022.

Pada karya tersebut menampilkan performance seorang solois asal Semarang

Dendi Nata membawakan lagu Waiting.

3
Gambar 2 Live Session Dendi Nata
(sumber: https://youtu.be/LNo0ZvL6Jm8)

Pada karya tersebut mempunyai latar tempat rumah yang mewah

sehingga gambar yang dihasilkan juga terlihat bersih dan baik. Akan tetapi

dengan latar tempat yang mendukung tidak diikuti dengan pengambilan

gambar yang mumpuni, seperti banyak gambar yang shaking dan kurangnya

variasi shot seperti pada detik menit 01.24.

Gambar 3. Melting Minds Live


(sumber: https://youtu.be/EADNe_qklVo)

Selanjutnya, penulis mengamati karya lain yaitu, “Melting Mind live

Session” yang ditayangkan di youtube channel

(https://youtu.be/EADNe_qklVo) ikonser dan dianalisis pada 13 Juni 2022.

Dalam kerya tersebut, gambar yang diambil sudah sangat variative dan

dinamis. Pengarah kamera dapat mengarahkan kameramen untuk mengambil

objek yang menarik untuk diambil. Akan tetapi. penulis melihat banyaknya

4
gambar-gambar yang masih mencari focus pada obyeknya pada menit 05.19,

07.20 sehingga terjadi miss focus / blur.

Dalam sebuah program musik banyak aspek teknik yang dapat di

eksplorasi secara mendalam, seperti pemilihan lensa, komposisi gambar dan

pergerakan kamera yang sangat menarik, penataan cahaya yang tepat dan audio

yang sesuai serta editing yang baik. Dalam pertunjukan program musik

dibutuhkan pengambilan gambar yang baik, sehingga dapat menimbulkan

ketertarikan lebih kepada para-audience. Penulis menggunakan lensa fix, Wide

dan lensa zoom. Hal ini agar dapat memberikan suguhan gambar-gambar

melalui pergerakan kamera dengan menonjolkan point of interest dari gambar,

namun tetap memperhatikan komposisi, kedalaman ruang, dan ketajaman

gambar serta menerapkan teknik variasi shot .

Dari permasalahan berdasarkan pengamatan beberapa karya diatas,

dalam skripsi tugas akhir ini penulis membuat sebuah program musik televisi

“Delusi” yang sesuai dengan estetika dan pertimbangan teknis secara matang.

Dengan tidak mengurangi aspek – aspek yang lain, penulis dalam hal ini

bertindak sebagai penata kamera, memiliki judul “Penerapan Variasi Shot

Dalam Program Music Show: MUSSESION DELUSI” dalam skripsi tugas

akhir ini.

B. Rumusan Ide Penciptaan

Ide merupakan akumulasi pengalaman, pengamatan sebagai landasan

menciptakan suatu program acara. Berikut mengenai perumusan ide tersebut:

5
1. Ide Penciptaan
Dalam karya ini, penulis memiliki rumusan ide penciptaan yang

merupakan rancangan skema produksi untuk membuat karya pertunjukan

musik, berikut beberapa rumusan ide penciptaannya:

a. Bagaimana penerapan variasi shot dengan teknik simple shot dalam

program music show “MUSSESION DELUSI” untuk menciptakan

gambar yang memiliki pesan.

b. Bagaimana penerapan variasi shot dengan teknik complex shot dalam

program music show “MUSSESION DELUSI” untuk menciptakan

gambar yang memiliki nilai casual dan ringan.

c. Bagaimana penerapan variasi shot dengan teknik development shot

dalam program music show “MUSSESION DELUSI” untuk

menciptakan gambar yang memiliki kesan tidak monoton.

2. Konsep Karya

a. Format Karya

Dalam produksi karya “MUSSESION DELUSI” menggunakan

format music show, dengan kualitas gambar FHD (Full High

Definition), resolusi 1920 x 1080-pixel, frame rate 25fps dan aspect

ratio 16:9. Untuk format audio menggunakan wave/wav dengan sample

rate 48000Hz dan bit rate 24bit.

6
b. Judul Karya

Nama dari penayangan program musik televisi yang akan penulis

sajikan yakni berjudul “Musession”, yang dapat diartikan Musisi

Session atau Sesi untuk Musisi. Sesuai dengan judulnya, maka

diharapkan program ini dapat menjadi wadah bagi para musisi untuk

memperkenalkan karyanya kepada khalayak di waktu yang spesial.

Pelafalan “Musession” cukup mudah diingat dan diucapkan, sehingga

program ini dapat mudah pula diingat oleh maasyarakat.

c. Durasi Karya

Penayangan program “Musession” ini akan berdurasi kurang

lebih 20 menit. Berdasarkan durasi tersebut, akan dihadirkan sebanyak

tiga segment. Segment pertama berdurasi 6 menit, berisi perkenalan dan

penampilan bintang tamu. Segment kedua berdurasi 8 menit, berisi

penampilan bintang tamu dan sesi interaksi. Segment ketiga berdurasi 5

menit, berisikan gimmick dan penampilan terakhir dari bintang tamu.

Durasi terakhir sebanyak 1 menit 30 detik akan digunakan untuk Logo,

Bumper, dan Credit title. Dengan durasi tersebut, diharapkan agar pesan

yang ingin disampaikan oleh musisi lewat karyanya dapat tercapai dan

dipahami oleh penonton.

d. Sasaran Program

Sasaran penonton atau target audiens pada program musik

“Musession” ini disegmentasikan untuk gender pria maupun wanita

dengan kelas sosial A, B, hingga C. Dengan pengelompokkan

7
masyarakat sesuai SES yang telah menegerucut, maka akan

memudahkan proses perancangan program, gaya bahasa yang

ditampilkan akan menyesuaikan dengan status ekonomi A, B dan C.

Spesifikasi penonton berusia 16 tahun – 35 tahun yang ditargetkan

untuk remaja dan dewasa.

e. Karakteristik Program

1) Menggunakan Single Camera

Penciptaan karya tugas akhir ini menggunakan karakteristik

Tapping. Proses pengambilan gambar menggunakan sistem

produksi rekaman single camera yang menggunakan 3 kamera

jenis Mirrorless. Sedangkan untuk format audio menggunakan

wave/wav dengan sample rate 48000Hz dan bit rate 24bit.

2) Indoor
Lokasi pengambilan gambar di dalam studio

(Indoor/Interior).

3) Recording

Perekaman suara input dari masing – masing instrument

langsung ke mixer midas M32. Sistem perekaman dilakukan

dengan metode multi track dan dry recording. Kemudian hasil

rekaman tersebut akan di mixing terlebih dahulu pada tahapan

pasca produksi.

8
f. Kerabat Kerja

Kerabat kerja adalah sebagai berikut:

1) Eksekutif Produser : Wisesa Endian P

2) Produser : Salsa Bella Ramadhena

3) Penulis Naskah : Abdurasyid wibowo

4) Sutradara : Nadia Irma Putri

5) Penata Artistik : Tiyas Arum

6) Penata Rias & Busana : Yolla Putri Andriana

7) Koordinator Talent : Kania Arta Mevia

8) Pembantu Umum : Andika Syafitri P

9) DOP/Kameramen : Daniel Tuahtaras Sinukaban

10) Ass. Kamera : M. Fauzi

11) Penata Cahaya : Ilham Akbar

12) Penata suara : Rolando A

C. Orisinilitas Karya

Produksi program musik televisi Musession episode “Delusi” merupakan

murni hasil pemikiran penulis beserta tim produksi. Dalam pembuatan karya

ini, penata kamera mengadaptasi program acara pertunjukan musik yang sudah

ada sebagai referensi kebutuhan gambar yang diinginkan. Adapun program

acara yang menarik secara visual sebagai referensi adalah:

9
a. Live Session – Runtuh karya Feby Putri dan Fiersa Besari

Gambar 4. Live Session Runtuh Feby Putri & Fiersa Besari


(Sumber: www.youtube.com/watch?v=FXfqLUuVBis)

Acara ini merupakan acara musik yang memiliki format Live

session, dengan konsep yang sederhana namun dramatis, sehingga

memunculkan perasaan yang mendalam bagi siapapun yang

menikmatinya. Live session ini ditampilkan di YouTube pada tanggal 23

Oktober 2021 di kanal YouTube Feby Putri NC.

Penulis mengamati Program Live Session Runtuh Feby Putri &

Fiersa Besari dan menjadikan karya tersebut menjadi acuan dan

dikembangkan menjadi program musik Mussesion. Di bawah ini adalah

contoh hasil gambar dari program Live Session Runtuh Feby Putri & Fiersa

Besari:

Gambar 5. Full Shot


(Sumber: www.youtube.com/watch?v=FXfqLUuVBis)

10
Gambar 6. Medium Close Up
(Sumber: www.youtube.com/watch?v=FXfqLUuVBis)

Live Session tersebut menampilkan penampilan kolaborasi antara 2

musisi dan menyanyikan lagu dengan judul Runtuh. Pengambilan gambar

one take one shot dan pergerakan kamera yang smooth pada program dapat

menghasilkan nuansa yang lembut dan intim. Movement yang dilakukan

dibantu dengan peralatan yang bernama Gimbal, sehingga gambar yang

dihasilkan dapat menangkap seluruh objek yang ada dengan sangat

smooth.

Penggunaan set artistik dan lighting yang minimalis membuat

penulis ingin menerapkan teknik mengambilan gambar seperti pada karya

acuan diatas. Yang membedakan karya tersebut dengan karya penulis

adalah penggunaan teknik pengambilan one take one shot akan diubah

dengan menggunakan metode single camera dengan menggunakan 3 buah

kamera yang memiliki tugas untuk mengambil type shot yang berbeda agar

pesan yang ingin disampaikan dari gambar dapat tersampaikan dengan

baik.

11
b. Music Experience Pilu Membiru karya - Kunto Aji

Gambar 7. Music Experience Pilu Membiru -Kunto Aji


(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=1JskEYFuUpA)

Musik video dengan format reality music karya Kunto Aji menjadi

salah satu acuan karya bagi penulis. Music Experience ini ditampilkan pula

di kanal Youtube Kunto Aji pada 13 November 2019. Pada video tersebut,

diawali dengan black screen dan diiringi monolog lalu diakhiri sebuah

pertanyaan keresahan musisi tersebut, lalu dihadirkan beberapa audience

untuk diwawancara, pertanyaan – pertanyaan yang diberikan merupakan

perihal yang berkaitan dengan musik tersebut. Setelah itu, ditampilkan

Kunto sebagai musisi dan membawakan lagu Pilu Membiru sembari

diiringi video visual melalui LCD proyektor. Hal ini membuat para

audience tersebut larut dalam suasana lagu tersebut.

Penulis menggunakan karya tersebut sebagai acuan karena adanya

dialog interaktif secara daring pada program musik Mussesion. Penulis

mengamati variasi shot yang digunakan dalam mengambil gambar sesi

interview, music show, dan establish menjadikan program Music

Experience Pilu Membiru karya Kunto Aji tersebut mendapatkan nuansa

yang sangat haru dan sangat mengena bagi penonton. Yang membedakan

12
karya tersebut dengan karya penulis adalah system pengambilan gambar

pada dialog interaktif yang akan diambil dengan menggunakan kamera dan

screen record pada platform online yang akan digunakan dialog. Pada

produksi karya tersebut, penggunaan lensa wide dan zoom sangat

berpengaruh untuk mengambil nuansa luas dan detail pada setiap unsur

yang ada didalam set artistic ataupun seluruh subjek pada program

tersebut.

Dari kedua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa gambar yang

bervariasi serta pemakaian lensa yang tepat mampu menyajikan sebuah visual

yang menarik dan artistic. Penerapan simple shot, complex shot, serta developing

shot pada program musik Musession akan di dukung dengan penggunaan lensa

fix dan lensa zoom yang tepat serta alat bantu kamera seperti gimbal. Pada

gambar long shot penata kamera akan menggunakan lensa zoom 24-70mm agar

dapat mencakup keseluruhan personil. Pada gambar medium shot atau close up

penata kamera menggunakan lensa fix 35mm serta dibantu dengan menggunakan

gimbal agar menghasilkan gambar yang dinamis. Dan pada gambar-gambar

detail, penata kamera akan menggunakan lensa zoom 70-200mm agar

mendapatkan depth of field dari objek yang akan diambil.

Dari uraian diatas penata kamera menggunakan lensa fix dan 2 lensa zoom

agar dapat menghasilkan sebuah gambar dan pastinya akan didukung dengan

teknik simple shot, complex shot dan developing shot yang dilakukan secara

halus dan sesuai dengan irama lagu pada program “Musession”, sehingga dapat

13
membawa audience merasakan suasana dan emosi yang telah dibangun oleh

Performer.

D. Tujuan dan Manfaat

Tugas akhir penciptaan karya produksi ini mempunyai:

1. Tujuan Penciptaan

Menciptakan program musik Musession dengan gambar yang

variatif melalui teknik pengambilan gambar simple shot, complex shot dan

developing shot.

2. Manfaat Penciptaan
a. Bagi Penulis

1) Mengaplikasikan pembelajaran teori selama masa perkuliahan di

Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta dari Semester 1 hingga

Semester 7.

2) Menambah wawasan dan pengalaman mengenai proses produksi

program musik televisi.

3) Mengimplementasikan teknik simple shot, complex shot,

developing shot secara optimal, dan Mampu memanfaatkan lensa

zoom dan fix dalam pengambilan gambar.

b. Bagi Sekolah Tinggi Multimedia “MMTC” Yogyakarta

1) Menambah arsip karya audio visual Sekolah Tinggi Multi

Media“MMTC” Yogyakarta sehingga dapat dimanfaatkan oleh

pihak lain sebagai referensi dan apresiasi kedepannya.

2) Sebagai bahan evaluasi untuk membuat karya penciptaan.

14
c. Bagi Masyarakat

1) Memberikan alternative hiburan bagi masyarakat melalui

tayangan televisi maupun youtube.

15
BAB II
LANDASAN TEORI PENCIPTAAN

A. Latar Belakang Penciptaan


Kajian ide penciptaan karya produksi berawal dari pengalaman penulis,

kesukaan penulis akan video mengenai musik dan kualitas teknis yang

merefleksikan kualitas produksi. Sumber-sumber karya produksi yang

diperoleh dan diamati sebagai dasar pembentukan, gagasan dan konsep

penciptaan adalah sebagai berikut:

1. Kajian Audio Visual


a. Live Session – Runtuh karya Feby Putri dan Fiersa Besari

Gambar 8. Live Session Runtuh Feby Putri & Fiersa Besari


(Sumber: www.youtube.com/watch?v=FXfqLUuVBis)

Acara ini merupakan acara musik yang memiliki format Live

session, dengan konsep yang sederhana namun dramatis, sehingga

memunculkan perasaan yang mendalam bagi siapapun yang

menikmatinya. Live session ini ditampilkan di YouTube pada tanggal

23 Oktober 2021 di kanal YouTube Feby Putri NC.

Penulis mengamati Program Live Session Runtuh Feby Putri &

Fiersa Besari dan menjadikan karya tersebut menjadi acuan dan

16
dikembangkan menjadi program musik Mussesion. Di bawah ini adalah

contoh hasil gambar dari program Live Session Runtuh Feby Putri &

Fiersa Besari:

Gambar 9. Live Session Runtuh Feby Putri & Fiersa Besari


(Sumber: www.youtube.com/watch?v=FXfqLUuVBis)

Live Session tersebut menampilkan penampilan kolaborasi antara

2 musisi dan menyanyikan lagu dengan judul Runtuh. Pengambilan

gambar one take one shot dan pergerakan kamera yang smooth pada

program dapat menghasilkan nuansa yang lembut dan intim. Movement

yang dilakukan dibantu dengan peralatan yang bernama Gimbal,

sehingga gambar yang dihasilkan dapat menangkap seluruh objek yang

ada dengan sangat smooth.

b. HONNE – Location Unknown ft. Beka Live Session

Gambar 10. Live Session Honne – Location Unknown


(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=btIQvYcLNoI)

17
Program ini adalah sebuah dari band luar bernama Honne. Live

session ini ditampilkan di YouTube pada tanggal 14 November 2018 di

kanal YouTube HONNE. Program ini merupakan salah satu

pertunjukan karya musik dengan set yang sederhana, di sebuah ruangan

tua yang luas. Namun, DOP dapat mengambil gambar dan

memanfaatkan aspek yang ada di lokasi tersebut seperti cahaya dari

luar, luas ruangan dan menerapkan berbagai komposisi dan angle

sehingga gambar yang dihasilkan dapat variatif dan nyaman untuk

dilihat.

Gambar 11. Live Session Honne – Location Unknown


(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=btIQvYcLNoI)

c. Tulus at Brightspot Virtual City Music Hall

Gambar 12. Tulus at Brightspot Virtual City Music Hall


(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=8AIEom4t1I4)

18
Program live session Tulus at Brightspot Virtual City Music Hall

adalah sebuah pertunjukan karya musik yang disiarkan secara daring

ketika pandemi berlangsung. Program ini ditayangkan pada 2 Januari

2021 di Channel youtube Pencinta Musik. Penulis menggunakan karya

ini sebagai acuan karena gambar yang dihasilkan sangat baik. Secara

keseluruhan, gambar didominasi oleh kamera master yang diambil

menggunakan alat bantu gimbal. Selain itu penata kamera merespon

setiap detail dengan memanfaatkan depth of field, sehingga informasi

dan keindahan gambar dapat dikemas dengan baik.

Selain itu, penata kamera dapat menangkap dan merespon lokasi

yang berada di sebuah basement yang luas, dibantu dengan lighting dan

set artistic yang dapat menambah kesan mewah.

Gambar 13. Tulus at Brightspot Virtual City Music Hall


(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=8AIEom4t1I4)
2. Kajian Pustaka
a. Buku “Teknik Dasar Videografi” Karya Sarwo Nugroho

Buku yang membahas tentang persoalan kamera, Teknik

pengambilan gambar, garis imaginer, kontinuitas dalam sebuah

pengambilan gambar produski.

19
Gambar 14. Buku “Teknik Dasar Videografi”
(Sumber: Ebook)

b. Buku “Bikin Video dengan Kamera DSLR” Karya Ensandi J Santoso

Gambar 15. Buku “Bikin Video Dengan Kamera DSLR”


(Sumber: Ebook)

Buku yang membahas tentang penciptaan karya audio visual

dengan mengguakan kamera DSLR beserta dengan teknik dasar sebuah

videografi dan dasar kinerja kamera.

20
c. Buku “Grammar of The Shot” Karya Roy Thompson

Buku “Grammar of The Shot” karangan Roy Thompson menjadi

salah satu referensi sebagai seorang penata kamera. Pada buku ini

membahas tentang aspek – aspek dasar sebuah penataan kamera pada

produksi film dan produksi televisi.

Gambar 16. Buku “Grammar of The Shot”


(Sumber: Ebook)

B. Landasan Teori Penciptaan


1. Pertunjukan Karya Musik

Music show atau pertunjukan karya musik adalah sebuah representasi

kecil dari sebuah konser. Khalayak disuguhkan dengan penampilan band

namun melalui suatu media seperti televisi, youtube, atau yang lainnya.

Menurut Ari Welianto (2019:16) Music Show atau yang biasa disebut

pertunjukan karya musik merupakan suatu penyajian bunyi yang disajikan

dalam bentuk musik yang dimana digelar untuk dapat didengar, dilihat serta

dinikmati oleh manusia.

21
2. Kamera DSLR

Menurut buku “Bikin Video Dengan Kamera DSLR” karya penulis

Ensadi J Santoso, DSLR adalah kamera yang menggunakan cermin untuk

membelokan cahaya menuju viewfender, sehingga kita bisa melihat objek

13 yang ditangkap lensa secara akurat. Ketika tombol shutter ditekan,

cermin akan naik lalu shutter akan terbuka dan menangkap gambar.

3. Tugas dan Tanggungjawab Penata Kamera

Menurut Sarwo Nugroho, S.Kom, M.Kom, 2014:105 dalam produksi

sebuah program acara televisi seorang penata kamera harus memiliki

kepekaan dalam rasa seni khususnya dalam komposisi gambar. Dalam

tahapan proses produksi, seorang penata kamera memiliki tugas dan

tanggung jawab sebagai berikut:

a. Pra Produksi

1) Membicarakan dengan pengarah acara tentang konsep rencana

produksi.

2) Mempersiapkan peralatan kamera.

3) Membuat sebuah perencanaan penataan kamera.

4) Menentukan blocking talent.

5) Instalasi dan Percobaan

6) Melakukan pemeriksaan kelengkapan peralatan kamera.

7) Melakukan instalasi peralatan kamera sesuai perencaan.

8) Melakukan simulasi produksi.

22
b. Produksi

1) Melakukan pengambilan gambar sesuai shooting script.

2) Mengawasi tata letak peralatan kamera dan kelengkapannya

c. Pasca Produksi

1) Melakukan pengecekan kelengkapan peralatan untuk pengembalian

alat.

2) Mengisi dan memeriksa catatan shot list untuk penyuntingan

gambar oleh editor.

4. Type Shot

Menurut Diki Umbara dan Wahyu Wary Pintoko dalam bukunya yang

berjudul “How to Become a Cameraman” antara lain:

a. Complex Shot

Complex Shot adalah teknik pengambilan gambar dengan

berbagai objek yang bergerak baik individu maupun kelompok. Ciri –

ciri Complex Shot adalah:

1) Ada pergerakan lensa

2) Tidak ada pergerakan badan kamera

3) Ada pergerakan objek

23
b. Simple Shot

Simple shot ialah teknik pengambilan gambar dengan berbagai

objek yang di shot. Adapun objek yang di shot boleh bergerak (move)

atau diam (statis). Ciri-ciri simple shot:

1) Tidak ada pergerakan kamera.

2) Tidak ada pergerakan lensa.

3) Ada pergerakan sederhana pada objek yang diambil

4) Kamera menjadi subjek, artinya materi yang berbicara tentang

pergerakan kamera.

c. Developing Shot

Adalah teknik pengambilan gambar dengan berbagai objek yang

bergerak baik individu maupun kelompok. Ciri – ciri developing shot

adalah:

1) Ada pergerakan lensa

2) Ada pergerakan badan kamera

3) Ada pergerakan objek

5. Element of Shot

Dalam buku “Grammar of the Shot oleh Roy Thompson” tertulis

metode pengambilan gambar harus mempunyai enam unsur pokok yang

telah menjadi satu kesatuan guna mendukung sebuah shot. Terdapat enam

elemen dasar yang dapat menggambarkan arti dan makna pada sebuah shot,

antara lain:

24
a. Motivasi

Sebuah shot harus mempunyai motivasi yang akan memberikan

alasan bagi editor untuk memotong dan menyambung ke shot

berikutnya. Motivasi juga dapat berupa gambar atau suara atau

kombinasi dari keduanya. Didalam pengambilan gambar drama, dalam

membangun motivasi menemukan sebagian sebuah cerita tetapi

didalam pengambilan gambar dokumenter motivasi lebih sering sulit

untuk dilihat.

b. Informasi

Shot harus menggambarkan informasi yang ingin disampaikan

kepada pemirsa. Penonton sangat memerlukan informasi baik dengan

gambar maupun kualitas dari suara yang bagus jika cerita ini dikatakan

untuk membangun jika untuk mengetahui rasa keingintahuan tersebut

didalam drama gambar informasi baru harus sering ditambahkan secara

rinci atau hal yang lain dalam penglihatan yang sama.

c. Komposisi

Komposisi yang baik adalah aransemen dari unsur unsur gambar

untuk membentuk satu kesatuan, yang serasi (harmonis) secara

keseluruhan. Keseimbangan gambar dalam komposisi film bisa

menjadi rumit atau meningkatkan mutu adegannya melalui gerakan dari

pemain dan atau kamera. Roy Thompson menyatakan beberapa aturan

yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengkomposisikan

gambar, antara lain:

25
1) Framing

Merupakan penempatan objek dalam bingkai layar.

Framing sangat penting karena untuk mendapatkan gambar yang

seimbang dan menarik untuk dilihat. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam framing yaitu:

a) Rule of Third

Rule of Third atau aturan 1/3 bagian adalah semacam

konsep dasar bagaimana memposisikan suatu objek pada

1/3 bagian dalam frame agar lebih baik untuk dilihat.

Aturan pembagian frame menjadi tiga bagian yang akan

menghasilkan titik-titik yang kuat pada pertemuan garis

vertikal dan horizontal. Beberapa view finder terkadang

dilengkapi dengan grid-grid untuk membantu dalam

komposisi gambar.

Gambar 17. Rule of third


(sumber: e-Book Grammar of the Shot)

26
b) Head Room

Dari pengaturan komposisi menggunakan rule of

third dan golden mean menghasilkan jarak antara ujung

rambut ke tepi atas frame yang disebut head room.

Gambar 18. Head room


(sumber: e-Book Grammar of the Shot)
c) Looking Room

Pengambilan gambar objek yang menunjukan jarak

pandang suatu objek, harus memberikan ruang lebih luas di

depan dari pada belakang.

Gambar 19. Looking Room


(sumber: e-Book Grammar of the Shot)
d) Walking Room

Pengambilan gambar objek yang sedang bergerak ke

depan harus memberikan ruang di depan objek untuk

menunjukkan arah lebih luas dibanding bagian belakang.

27
Gambar 20. Walking Room
(sumber: e-Book Grammar of the Shot)
2) Subject or Object

Penempatan dan gerakan subjek dan objek dalam bingkai

juga didasarkan pada konvensi. Datang dari sejarah lukisan dan

sejarah standarisasi industri film, terutama Hollywood. Penonton

telah belajar untuk membaca konvensi ini maka perlu untuk

menyadari dan menerapkannya jika penonton ditujukan untuk

memahami gambaran pesan atau cerita yang dimaksudkan.

3) Illution of Depth

Illution of Depth adalah sebuah manipulasi pada layer dua

dimensi, kedalaman jelas sebuah ilusi itu terdiri dari konvensi,

konvergensi, ukuran relatif, kepadatan, kesejajaran, warna.

d. Kamera Angle

Sudut pengambilan gambar akan memberikan kekuatan sebuah

shot. Point of View ini akan menempatkan arah pandangan mata

penonton sehingga apabila arah ini salah maka penonton akan

mempunyai pandangan yang salah dari sebuah shot.

28
e. Suara
Faktor suara sangat mempengaruhi makna gambar, misal sebuah

shot alat musik drum. Jika alat musik drum yang berbunyi maka

seorang penata kamera harus mengambil gambar drum, tujuannya

mempertegas suasana.

6. Shot Angle
Dalam buku Bikin Video Dengan Kamera DSLR oleh Ensaldi J Santoso

(2013:47) tertulis bahwa shot angle menjelaskan tentang posisi kamera yang

dapat digunakan untuk merekam objek, antara lain:

a. High Angle

Kamera diletakkan di posisi yang lebih tinggi daei objek yang

direkam, tetapi tidak ekstrem seperti bird eye angle.

Gambar 21. High Angle


(sumber: e-Book Grammar of the Shot)

b. Eye Level

Pengambilan gambar dengan sudut pandang yang normal atau

sejajar dengan mata manusia

29
Gambar 22. Eye Level
(sumber: e-Book Grammar of the Shot)
c. Low Angle

Posisi kamera lebih rendah atau bahkan sangat rendah dibanding

objek yang direkam. Sudut pengambilan ini merupakan kebalikan dari

high angle. Dengan sudut pengambilan gambar ini, objek terlihat lebih

anggun, perkasa dan dominan.

Gambar 23. Low Angle


(sumber : e-Book Grammar of the Shot)

7. Size of Shot
Menurut Roy Thompson dalam bukunya Grammar of the Shot,

membagi ukuran framing gambar menjadi 9 jenis, antara lain:

a. ELS (Extreme Long Shot)

Teknik pengambilan gambar yang akan menampilkan panjang,

lebar, dan dimensi yang sangat luas menghasilkan objek yang terlihat

sangat kecil dibanding dengan lingkungan disekitarnya.

30
Gambar 24. ELS (Extreme Long Shot)
(sumber: e-Book Roy Thompson)

b. LS (Long Shot)

Proses pengambilan gambar dilakukan dari jarak jauh. Namun

lebih sempit dari ELS. Objek terlihat lebih lebar.

Gambar 25. LS (Long Shot)


(sumber: e-Book Roy Thompson)
c. FS (Full Shot)

Teknik pengambilan gambar keseluruhan bidikan obyek manusia

atau binatang maupun kendaraan, misalnya dari ujung kepala hingga

ujung kaki.

Gambar 26. FS (Full Shot)


(sumber: e-Book Roy Thompson)

31
d. KS (Knee Shot)

Teknik ini dengan ukuran gambar tiga perempat (¾) dari

keseluruhan bidikan obyek manusia misalnya dari ujung kepala sampai

lutut obyek atau seseorang.

Gambar 27. KS (Knee Shot)


(sumber: e-Book Roy Thompson)

e. MS (Medium Shot)

Pengambilan gambar Medium Shot biasanya digunakan untuk

menampilkan gambar karakter kira-kira dari kepala sampai pinggang.

Penggunaan shot ini fleksibel, dapat untuk menunjukkan kegiatan

seseorang, benda dan lain-lain.

Gambar 28. MS (Medium Shot)


(sumber: e-Book Roy Thompson)

32
f. MCU (Medium Close Up)
Shot dengan ukuran setengah badan dari bagian dada hingga

ujung kepala, sehingga dapat mendeskripsikan profil dari tokoh.

Gambar 29. MCU (Medium Close Up)


(sumber: e-Book Roy Thompson)

g. CU (Close Up)
Shot yang diambil dekat objek, memperlihatkan bagian leher

objek hingga ujung kepala.

Gambar 30. CU (Close Up)


(sumber: e-Book Roy Thompson)

h. BCU (Big Close Up)

Big Close Up merukapan sebuah pengambilan gambar yang

diambil dari jarak yang sangat dekat atau lebih sempit. Dapat

memperlihatkan perubahan ekspresi.

33
Gambar 31. BCU (Big Close Up)
(sumber: e-Book Roy Thompson)
i. ECU (Extreme Close Up)

Gambar 32. ECU (Extreme Close Up)


(sumber: e-Book Roy Thompson)

Extreme Close Up merukapan sebuah Shot yang paling sempit

sehingga hanya membatasi ukuran gambar dari salah satu indera

manusia atau sesuatu benda yang menunjukkan detail misal (mata,

telinga, hidung, kerutan kulit)

8. Segitiga Exposure
Segitiga Exposure adalah jumlah cahaya yang terekam sensor ini

ditentukan oleh pengaturan tiga komponen utama yang berperan sangat

penting yaitu kecepatan rana (shutter speed), bukaan lensa (aperture), dan

ISO. Ketiga elemen ini saling terkait satu sama lain dan hal ini lebih sering

kita kenal sebagai “segitiga exposure”.

34
Seperti namanya, segitiga exposure terdiri dari tiga elemen yang

saling terkait satu sama lain. Fungsi ketiganya sama yaitu mengatur

banyaknya cahaya yang masuk ke sensor kamera. Namun yang harus di

perhatikan adalah efek dari masing-masing elemen terhadap hasil gambar

saat kita mengatur segitiga exposure ini.

a. Iso

ISO kamera menunjukan tingkat sensitivitas sensor kamera kita

terhadap cahaya. Biasanya parameter ISO dinyatakan dalam angka

(100, 200, 400, dst), angka yang lebih rendah menunjukkan sensitivitas

yang lebih rendah terhadap cahaya. Apa yang terjadi jika ISO terlalu

tinggi?

Angka yang lebih tinggi berarti lebih sensitive namun dengan

kompensasi berupa grain / noise, yaitu berupa bintik-bintik yang ada di

gambar. Semakin tinggi angka ISO maka akan menyebabkan grain /

noise pada gambar akan tinggi juga.

b. Aperture

Aperture adalah diafragma yang berupa lubang yang terdapat di

dalam lensa, tempat cahaya masuk ke dalam bodi kamera (sensor).

Semakin besar lubang aperture, semakin banyak cahaya yang masuk

ke sensor kamera.

Bukaan diafragma Aperture juga di gunakan untuk mengontrol

kedalaman bidang dari subyek atau di kenal dengan istilah Dept of

Field (dof), yang merupakan area yang tampak fokus dari sebuah foto.

35
Jika bukaan aperture sangat kecil, kedalaman area fokus akan besar

atau luas.

Sedangkan jika bukaan aperture besar, kedalaman area focus akan

kecil atau sempit. Dalam fotografi, aperture biasanya

direpresentasikan dalam huruf “F” atau juga dikenal sebagai “rasio

fokus”.

c. Shutter Speed

Shutter speed adalah waktu yang dibutuhkan shutter kamera

terbuka untuk mengekspos cahaya masuk ke sensor kamera. Nilai

parameter kecepatan shutter speed (kecepatan rana) biasanya

dinyatakan dalam detik. Shutter speed adalah bagian dari triangle

exposure yang perannya tidak dapat di pisahkan dari elemen lainnya.

Kecepatan Shutter speed yang lambat memungkinkan lebih

banyak cahaya masuk ke sensor kamera, biasanya shutter speed yang

lambat ini digunakan saat kondisi cahaya redup atau fotografi malam

hari.

9. Lensa

a. Lensa Standard

Lensa standard atau biasa disebut lensa normal merupakan lensa

yang paling banyak dipakai. Berukuran 18-55mm dan memberikan

karakter bidikan natural sebab gambar yang dihasilkan tidak akan

berbeda jauh dengan apa yang dilihat oleh mata.

36
Gambar 33. Lensa Standart
(Sumber: https://foto.co.id/mengenal-jenis-jenis- lensa - kamera-dan
kelebihannya/)
b. Lensa Fix

Lensa fix prime adalah lensa yang memiliki satu focal length saja

(atau biasaya juga disebut sebagai lensa prime). Ini artinya lensa 16

jenis ini hanya memiliki satu field of view (100° ya 100° saja, 80° ya

80° saja), dan tidak bisa diubah-ubah. Ketika menggunakan lensa ini,

selama kameramen tidak berpindah tempat maju ataupun mundur,

maka tidak bisa membuat objek foto tampak lebih besar atau lebih kecil

di dalam frame.

Gambar 34. Lensa Fix/prime


(Sumber: https://foto.co.id/mengenal-jenis-jenis-lensa-kamera-dan-
kelebihannya/)

37
c. Lensa Wide

Lensa wide memiliki karakteristik dapat menangkap objek yang

luas dalam ruang relatif sempit. Dengan lensa ini, Objek terlihat lebih

kecil daripada ukuran sebenarnya. Ukuran lensa wide beragam mulai

dari 17mm, 24mm, 28mm, dan 35mm. Prinsipnya semakin pendek

focal lenghtnya, maka semakin lebar pandangannya.

Gambar 35. Lensa Wide


(Sumber: https://foto.co.id/mengenal-jenis-jenis-lensa-kamera-dan-
kelebihannya/)

d. Lensa Tele

Lensa tele berfungsi untuk mendekatkan objek, sehingga objek

yang berada di kejauhan menjadi lebih besar. Lensa yang termasuk jenis

ini adalah lensa berukuran 70mm ke atas. Lensa tele biasa digunakan

untuk fotografi olahraga, satwa liar, pemandangan serta memotret objek

yang tidak dapat kita dekati.

38
Gambar 36. Lensa Tele
(Sumber: https://www.tek.id/tek/lensa-tele-baru-sony-dihargai-rp185-
juta-b1XhE9eBG)
e. Lensa Zoom

Lensa jenis ini memiliki ukuran yang fixed, sebut saja 70-

200mm. Jika lensa lainnya memiliki satu focal length, tetapi lensa zoom

dapat berubah-ubah. Cukup dengan memutar gelang zoom, focal length

akan berubah. Lensa zoom memiliki kelebihan praktis digunakan, sebab

bisa menggunakan zoom sehingga tidak perlu mendekati objek yang

berada jauh dari penata kamera.

Gambar 37. Lensa Zoom


(Sumber:https://tekno.kompas.com/read/2013/04/21/14325745/inilah.l
ensa.zoom.quotbukanquot.terbesar)
10. Camera Movement

Pada buku yang berudul “Video Editing dan Video Production” oleh

Wahana Komputer (2018) dijabarkan bahwa pergerakan kamera baik dengan

39
alat bantu atau tidak, akan memiliki konsekuensi yakni kamera yang berubah

posisi dan objek tetap/tidak berubah posisi, atau sebaliknya yakni kamera

tidak berubah posisi dan objek yang berubah posisi. Atau dapat juga

kombinasi dari keduanya, kamera dan objek sama-sama berubah posisi.

a. Tracking

Gerakan kamera mendatar dengan arah maju-mundur, kedepan

atau kebelakang, mendekati atau menjauhi objek. Jika kamera

digerakkan ke depan dinamakan track in. Sedangkan jika kamera

digerakkan ke belakang disebut track out.

b. Crabbing

Gerakan kamera mendatar menyamping kekanan atau kekiri

terhadap objek diam. Jika kamera bergerak ke arah kanan dinamakan

crab right, sementara jika kamera bergerak ke arah kiri disebut crab

left.

c. Panning

Gerakan kamera secara horizontal, menyapu objek dari kiri ke

kanan atau sebaliknya dengan posisi kamera tetap di tempat/diam.

Panning menghasilkan objek yang berubah tanpa perlu mengubah

posisi kamera. Panning dibagi menjadi dua, pan right adalah kamera

yang digerakkan mendatar dari kiri ke kanan, sedangkan pan left adalah

gerakan kamera mendatar dari kanan ke kiri.

40
d. Travelling

Gerakan kamera pada jarak gerakan yang dikehendaki. Misalnya

berjalan bersama objek, mengikuti atau mendahului. Gerakan travelling

dapat dilakukan dengan berjalan kaki, atau naik suatu benda yang

bergerak.

11. Peralatan Pendukung Kamera


a. Memori Card

Saat ini terdapat dua format kartu memori yang bisa digunakan

dalam kamera DSLR/Mirrorles yaitu Compact Flash (CF) dan Secure

Digital (SD):

1) Secure Digital

Adalah tipe kartu memori yang telah menjadi standar bagi

media perekaman digital, baik itu kamera saku, sound recorder,

hingga DSLR. Kehadiran format baru SD Card yaitu SDHC yang

memiliki kecepatan akses lebih cepat dan kapasitas yang lebih

besar (2Gb-32Gb) membuat sebagian besar DSLR kelas entry

level dan menengah menggunakan format SDHC untuk

perekamannya.

Gambar 38. Secure Digital Memory


(sumber: Google Image)

41
2) Compact Flash

Gambar 39. Compact Flash Memory


(sumber: Google Image)

Adalah tipe kartu memori yang paling awal dan masih

bertahan hingga saat ini. Saat ini sebagian besar CF yang dijual

di pasaran memiliki kapasitas antara 8-64 GB dengan kecepatan

akses hingga 300Mbps. Sedangkan kelemahan CF adalah

ukurannya yang relatif besar dan mempunyai harga yang relatif

lebih mahal.

b. Tripod

Tripod digunakam untuk menjaga kestabilan kamera, sehingga

dapat menghasilkan gambar video yang lebih baik dan tidak goncang.

Gambar 40. Tripod


(sumbe: Google Image)

42
c. Gimbal

Alat ini sangat berguna untuk merekam adegan dengan lokasi

yang sempit. Steady Cam digunakan untuk menjaga posisi kamera

tetap seimbang

Gambar 41. Gimbal


(sumber: Google Image)

43
BAB III
PROSES PENCIPTAAN

A. Ide Penciptaan

Penggalian ide bisa diperoleh dari berbagai macam pengalaman dan

kegiatan. Bahkan seringkali ide dapat muncul tiba – tiba hanya melalui

khayalan semata. Kali ini kaitannya dengan ide dari penciptaan karya program

musik “Musession” yang berawal dari khayalan dan keresahan pribadi penulis.

Banyak program musik dengan ragam bentuk juga setting yang ditawarkan,

namun sedikit program musik yang hadir dengan kesan dekat dengan audiens.

Penulis berandai – andai apabila ada program musik yang tidak hanya

menampilkan perspektif pencipta musik saja, namun juga menghadirkan kesan

pesan pendengar setia solois atau band tersebut. Seringkali dalam sebuah lirik

musik, menciptakan multi-perspektif, sehingga apa yang ingin disampaikan

oleh musisi tersebut tidak sampai atau tidak sesuai dengan pandangan yang

dirasakan oleh pendengar. Maka dari itu, untuk meminimalisir

kesalahpahaman, dihadirkan pula pada program msuik Musession ini tentang

kesan serta pesan audiens. Selain itu, hal ini dapat menciptakan jarak yang

dekat atau intim, antara audiens dan musisi saling mengenal melalui tulisan dan

karya yang diciptakan.

Lagu – lagu barat telah menguasai hasrat dan daya tarik remaja – dewasa

di Indonesia, penulis berharap dengan hadirnya program ini, dapat menarik

kembali minat musik lokal terhadap remaja dan dewasa di Indonesia. Para

musisi lokal butuh wadah untuk menyalurkan karya – karyanya yang tidak

44
kalah menarik. Lagu lokal pastilah kaya dengan lirik juga genre yang

ditawarkan. Dengan penciptaan program musik televisi “Musession” inilah,

penulis memberikan ruang apresiasi seluas – luasnya untuk musisi lokal.

B. Sinopsis

Musession merupakan ruang ekspresif bagi musisi untuk berbagi

perspektif melalui musik kepada khalayak secara intens (intim). Berdasarkan

keresahan yang tertulis pada Ide Penciptaan, program musik Musession yang

berdurasi 20 menit dan terdiri dari 3 segment ini memiliki konsep berbeda dari

program musik televisi pada umumnya. Dikemas dengan menampilkan 80%

musik yang akan dibawakan oleh musisi yang menjadi bintang tamu sekaligus

pemandu acara, dan 20% adalah berupa cerita, kesan dan pesan yang

disampaikan oleh audiens kepada musisi. Segment pertama merupakan ruang

bagi bintang tamu untuk melakukan perkenalan dan menampilkan lagu

terbaiknya. Segment kedua merupakan sesi interaksi dengan pendengar melalui

Video Call yang akan ditampilkan secara gamblang di LCD proyektor.

Segment ketiga merupakan acara penutup, didalamnya akan dihadirkan

beberapa gimmick, hal ini berguna untuk tetap mendapat perhatian penonton

hingga akhir acara. Berdasarkan segmentasi – segementasi yang ditawarkan,

merupakan tujuan pendekatan antara musisi dan pendengarnya berdasarkan

pikiran, perasaan dan komunikasi kedua belah pihak. Dengan menggunakan

setting latar dan nuansa yang sesuai dengan gaya serta warna musik dari

masing-masing musisi, sehingga menciptakan kesan berbeda pada setiap

episode.

45
C. Threatment

(terlampir)

D. Media, Peralatan, dan Teknik Produksi

1. Media
Pada program musik televisi “Musession” akan menggunakan

media televisi. Televisi memiliki daya jangkau yang luas sehingga

target audiens yang dicapai pun juga akan lebih luas. Terlebih televisi

disampaikan melalui gambar dan suara, yang mendasari bahwa suatu

informasi yang hendak disiarkan sekilas dengar dan sekilas pandang.

Maka, penulis menayangkan karya ini dengan sajian yang lebih jelas

dan mudah dipahami khalayak.

Media yang penulis gunakan adalah resolusi video Full HD (High

Definition) 1920 x 1080 pixel dengan aspect ratio 16:9. Bitrate yang

digunakan adalah 50 Mbps yang bertujuan agar saat diunggah

kualitasnya tidak menurun secara drastis dan video masih dapat

dinikmati oleh penonton. Frame per second yang penulis gunakan

adalah 25 dengan sample rate audio 48.0kHz dan bitrate audio 24bit.

Hal tersebut dimaksudkan agar visual dan audio yang dihasilkan lebih

jernih dan bagus.

46
2. Peralatan

Tabel 1. Daftar Peralatan Produksi


No. Alat Tipe Jumlah Keterangan

1. Kamera Sony a7II 3 unit Sewa dan Pribadi

2. Baterai Kamera 6 unit Pribadi

3. Memori 64 GB 4 unit sewa


Sony 70-200
4. Lensa 2 unit Sewa
mm
5. Lensa Sony 16-35 mm 1 unit Sewa

6. Lensa Sony 24-70 mm 1 unit Sewa

7. Tripod E-Image 1 unit Sewa

8. Monopod/stabilizer Zhiyun Webbil 2 unit Pribadi

10. Mixer Midas MR-13 1 unit Sewa

11. Mic Shure SM-58 2 unit Sewa

12. Laptop Macbook pro 1 unit Pribadi

13. Stand Keyboard 1 unit Pribadi


Kabel XLR M-FM
14. 6 unit Sewa
15meter
15. Kabel TS 10meter 6 unit Sewa
Sennheiser EW-
16. Clipon 2 unit Sewa
100 g3
17. Proyektor 1 unit Pribadi

47
Penjelasan dari peralatan tersebut antara lain :

1. Kamera Sony a7ii

Gambar 42. Kamera Sony a7 mark ii


Sumber : www.sony.co.id

Kamera mirrorless Sony A7ii yaitu kamera foto dan video yang

telah dilengkapi fitur merekam video dengan format perekaman Full

High Definition (FHD 1980x1080 pixel) mampu merekam gambar

60fps, 30fps, 25fps. Ukuran sensor pada Sony A7ii adalah full frame

dengan kelebihan yakni lebih sedikit noise. Kamera Sony A7ii

menggunakan sensor CMOS Esmor yang beresolusi 24MP Full Frame

dapat menghasilkan gambar video yang bisa merekam 1080/60p.

Ukuran kamera lebih kecil yang bisa berganti lensa, cocok untuk video

dan harga cukup wajar, menjadi sisi positif dari kamera mirrorless.

48
2. Lensa Sony 16-35mm f4 zeiss

Gambar 43. Lensa Sony 16-35mm f4


Sumber : www.sony.co.id

Lensa ini memberikan sudut pandang yang luas sehingga mampu

untuk memberikan informasi suasana disekitar objek maupun subjek.

Keuntungan dari menggunakan lensa ini gambar yang dihasilkan akan

lebih lebar walau jarak saat mengambil gambar terbatas.

3. Lensa Sony 24-70mm f2.8 GM

Gambar 44. Lensa Sony 24-70mm f2.8


Sumber : www.sony.co.id

Lensa yang memberikan sudut pandang yang cukup lumayan luas

dan mampu juga untuk zoom untuk mendapatkan detail dari suatu

gambar. Lensa 24-70mm sudah dilengkapi Image Stabilizer (IS) untuk

meminimalisir shaking.

49
4. Lensa Sony 35mm f1.8

Gambar 45. Lensa Sony 35mm f1.8


Sumber : www.sony.co.id

Lensa dengan focal legth 35mm ini memiliki ukuran yang relatif

kecil sehingga meningkatkan kebebasan dalam pengambilan gambar.

Optik tercanggih menghasilkan resolusi tinggi yang konsisten hingga

ke tepian gambar. Penempatan tiga elemen asferis yang optimal

memperbaiki lengkung medan, memastikan resolusi tinggi selalu

terjaga di seluruh area gambar, bahkan pada apertur

maksimum. Apertur besar maksimum F1.8 memberi bokeh ekspresif

yang sangat halus pada gambar yang impresif dan dalam. Fokus

minimum 0,12 m (0,4 kaki) dan pembesaran maksimum

0,2x2 memungkinkan pengambilan gambar close-up dengan latar

belakang defocus. Apertur melingkar yang dikontrol secara presisi dan

apertur melingkar 7 bilah turut berkontribusi pada bokeh indah yang

dihasilkan lensa ini.

5. Tripod

Tripod digunakam untuk menjaga kestabilan kamera, sehingga

dapat menghasilkan gambar video yang lebih baik dan tidak goncang.

50
Gambar 46. Tripod
(sumbe: Google Image)

6. Gimbal

Alat ini sangat berguna untuk merekam adegan dengan lokasi

yang sempit. Steady Cam digunakan untuk menjaga posisi kamera

tetap seimbang

Gambar 47. Gimbal


(sumber: Google Image)

3. Teknik Produksi
Untuk Teknik produksi, Penulis membagi proses produksi

menjadi dua bagian, yaitu proses perekaman dan proses editing yang

akan dilakukan oleh editor. Penjelasannya antara lain :

51
a. Proses perekaman

Pada produksi karya musik televisi ini menggunakan teknik

single camera menggunakan 3 buah kamera Mirrorless Sony a7II

dengan 4 memory card extreme 64gb. Penulis menggunakan kamera

tersebut karena dapat menangkap gambar pada situasai lowlight dengan

hasil gambar yang optimal. Sedangkan sistem perekaman audio

menggunakan mixer digital Midas MR-13. MR-13 adalah sebuah mixer

digital yang dapat digunakan sebagai audio interface dan akan

berintergrasi dengan Digital Audio Work Station (DAW) pada Laptop

Macbook Pro.

Penulis menggunakan system pengambilan gambar single

camera dengan tujuan agar gambar yang sudah diambil dapat diedit

pada pasca produksi dengan lebih fleksibel dan sesuai dengan keinginan

tim produksi. Selain itu penulis mengambil gambar dengan

menggunakan beberapa lensa diantaranya 35mm, 24-70mm, dan 70-

200mm agar gambar yang diambil lebih variatif dan dapat diambil

dengan jarak yang bervariasi baik dekat ataupun jauh.

Agar pengambilan gambar lebih optimal, penulis juga

menggunakan beberapa peralatan pendukung seperti tripod, gimbal,

monopod, dengan tujuan agar gambar dapat diambil dengan pergerakan

kamera yang lebih variative juga. Gambar yang sudah diambil akan

dibackup dalam 1 hardisk external oleh DIT, dan nantinnya akan diedit

52
pada pasca produksi oleh editor sesuai dengan treatment yang sudah

ada.

Konsep penggambaran penggunaan ketiga teknik pengambilan

gambar dalam karya produksi program music televisi “Delusi” adalah

sebagai berikut :

a. Simple shot

Teknik simple shot pada program program music televisi

“Delusi”digunakan untuk pengambilan gambar still atau diam

terhadap suatu objek, diaplikasikan ke dalam semua sequence yang

didukung dengan menggunakan lensa zoom dan lensa fix sehingga

size of shot yang dihasilkan bervariasi. Penggunaan tripod akan

menjaga kestabilan gambar. Penerapan teknik ini efektif untuk

memperhatikan secara detail eskpresi dan pergerakan yang

dilakukan talent.

b. Complex shot

Pada program program music televisi “Delusi” teknik

developing shot menerapkan pergerakan kamera tracking, arching

dan crabbing yang bertujuan untuk menghasilkan pergerakan

gambar yang dinamis dan menjelaskan suasana panggung serta

follow objek. Teknik ini dapat menghasilkan variasi size of shot.

Pemanfaatan tripod akan mempermudah dan menjaga kestabilan

pergerakan kepala kamera.

53
c. Developing shot

Pada program program musik televisi “Delusi” teknik

developing shot menerapkan pergerakan kamera tracking, arching

dan crabbing yang bertujuan untuk menghasilkan pergerakan

gambar yang dinamis dan menjelaskan suasana panggung serta

follow objek. Teknik ini dapat menghasilkan variasi pada aspek

camera angle. Menggunakan lensa wide dan alat pendukung

seperti handheld stabilizer. Dengan handheld stabilizer,

pergerakan kamera seperti tracking dan arching akan lebih mudah

dan tetap stabil.

b. Proses Editing

Pada proses editing akan dilakukan menggunakan software

editing Adobe Premiere Pro 2022 dan Adobe After Effect 2022.

E. Tahapan Produksi

1. Pra Produksi

Pada masa pra produksi, penata kamera bersama tim Melakukan

riset dan survey lokasi, menentukan blocking talent dan menentukan

angle kamera, menentukan seluruh peralatan yang dibutuhkan pada saat

produksi.

54
Berikut floorplan perencanaan penata kamera dalam penciptaan

karya produksi program musik televisi “Delusi” :

Gambar 48. Floorplan


(sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar diatas merupakan floorplan Ketika bintang tamu dan band

mulai memainkan lagu yang dibawakan. Peletakan kamera berada di

bagian depan tengah objek sebagai master, sebelah kiri objek sebagai

kamera 2 dan sebelah kanan objek sebagai kamera 3. Kamera 2 dan

kamera 3 ditujukan untuk mengambil detail musisi yang sedang

membawakan lagu.

Gambar 49. Floorplan


(sumber: Dokumen Pribadi)

55
Gambar diatas adalah floorplan dialog interaktif. Musisi sebagai

bintang tamu melakukan dialog bersama penggemarnya dengan sistem

online menggunakan platform online dan ditayangkan menggunakan

LCD Proyektor. Terdapat kamera 1 yang digunakan sebagai master di

belakang musisi untuk mengambil gambar LCD proyektor, lalu kamera

2 dan kamera 3 berada di sebelah kiri depan dan sebelah kanan untuk

mengambil detail gambar muka musisi yang sedang berinteraksi

dengan penggemarnya.

2. Produksi
Tahap produksi merupakan tahap puncak dimana suatu proses

penciptaan berlangsung. Dalam tahap ini yang penulis lakukan adalah

mengumpulkan crew penata kamera dan melakukan briefing. Lalu jika

breafing sudah selesai maka dilanjutkan dengan instalasi alat dan proses

kalibrasi dari segi warna dan cahaya agar kamera yang dipakai memiliki

hasil yang sama. Jika tahapan diatas selesai maka penulis melanjutkan

dengan proses shooting. Disaat gambar sudah diambil, penata kamera

dan tim DIT melakukan proses pemindahan atau loader sekaligus

mengecek hasil gambar yang sudah diambil, jika dirasa ada yang

kurang maka akan dilakukan proses retake atau jika tidak maka tahap

produksi sudah selesai.

56
3. Pasca Produksi
Tahapan terakhir yang penulis lakukan adalah menemani editor

dan pengarah acara melakukan tahapan postproduction atau tahap pasca

produksi

F. Rincian Anggaran

(terlampir)

G. Jadwal Pelaksanaan Produksi

(terlampir)

H. Konsep Penayangan

Program musik televisi “Musession” akan tayang setiap hari Sabtu pukul

16.00 WIB Pada youtube channel Wedharpj. Berdasarkan survey, program

musik merupakan program unggulan dan selalu dinantikan, maka program ini

bersifat mingguan (weekly basis) untuk mempertahankan rasa penasaran

penonton terhadap episode – episode selanjutnya, ini merupakan salah satu

strategi yang penulis gunakan dalam sistem manajemen. Tayangan saat hari

libur dan berdurasi 20 menit ini dirasa cukup untuk menghibur serta

memberikan informasi kepada masyarakat secara optimal.

57
BAB IV
PEMBAHASAN KARYA

A. Deskripsi Karya
Program musik Televisi Musession merupakan ruang ekspresif bagi

musisi untuk berbagi perspektif melalui musik kepada khalayak secara intens

(intim). Pada episode “Delusi” ini, program musik telivisi dibuat menjadi lebih

interaktif dengan menambahkan sebuah dialog interaktif bersama penggemar

dari bintang tamu pengisi acara yaitu Wedhar PJ. Program musik televisi ini

berdurasi 20 menit dan ditayangkan dengan kualitas HD dan audio stereo.

Program musik televisi Musession episode “Delusi” dibagi dalam 3

Segment. Pada segment pertama terdapat opening yang mengambil gambar

musisi Wedhar PJ berjalan memasuki area stage dan melakukan koordinasi

dengan tim produksi.

Gambar 50. Potongan Gambar Opening


(sumber: Dokumen Pribadi)

Pada gambar 50, penata gambar kamera memberikan pengambilan gambar

follow track in, track out, dan panning mengikuti subject musisi dengan

kombinasi size shot yaitu knee shot, medium shot, dan close up. Angle yang

digunakan adalah eye level dan high angle. Tujuan dari pengambilan gambar

58
opening ini adalah untuk membawa khalayak penonton masuk kedalam suasana

yang dibangun. Selain itu, penata kamera juga memasukkan teknik menataan

kamera yang diambil dari rumusan masalah yang dibuat, yaitu Developing shot

yang diaplikasikan dengan menggunakan teknik pengambilan gambar one take

one shoot. Penata kamera menerapkan teknik tersbut dengan peralatan

pendukung yaitu camera stabilizer agar gambar yang dihasilkan tidak shaking

meskipun terjadi perpindahan kamera dan angle yang cukup rumit.

Setelah opening, terdapat pertunjukan musisi Wedhar PJ membawakan

lagu pertama. Pada lagu ini penata kamera menggunakan teknik single kamera

dengan menggunakan 3 buah kamera Sony a7ii. Berikut adalah hasil

pengambilan gambar dari performance musisi pada segment 1.

Gambar 51. Potongan Gambar Performance Segmen 1


(sumber: Dokumen Pribadi)

59
Penata kamera melakukan pengambilan gambar dengan beberapa

kombinasi size shot yang berbeda pada setiap kamera. Yang pertama full shot

diambil oleh kamera 1, close up diambil oleh kamera 2, dan dan medium close

up detail akan diambil oleh kamera 3. Teknik penataan kamera yang diambil dari

rumusan masalah adalah pengambilan gambar simple shot dan complex shot.

Peralatan pendukung yang digunakan untuk mengambil pada sesi performance

ini adalah camera stabilizer, tripod dan monopod agar gambar yang digunakan

stabil dan kameraman tetap bisa mendapatkan kebebasan dalam mengambil

gambar.

Pada segment kedua, masuk kedalam sesi dialog interaktif yang dilakukan

oleh Wedhar PJ dan penggemarnya. Dialog interaktif ini dilakukan

menggunakan platform virtual meeting zoom. Penata kamera mengambil hasil

rekaman dari platform virtual meeting tersebut dan mengambil gambar subject

musisi Wedhar Pj yang melakukan dialog menggunakan 3 kamera dengan angle

yang berbeda. Berikut adalah hasil dari pengambilan gambar dialog interaktif.

Gambar 52. Potongan Gambar Dialog Interaktif


(sumber: Dokumen Pribadi)

60
Berdasarkan pada gambar 52, penata kamera mengambil gambar master

dengan objek utama gambar lcd proyektor dan musisi Wedhar PJ sebagai

foreground pada kamera 1. Size shot yang digunakan adalah medium shot tanpa

adanya pergerakan kamera dan pergerkan lensa. Pada kamera 2, penata kamera

memanfaatkan penggunaan lensa zoom untuk mengambil detail video dialog

online pada tablet dan mengambil close up Wedhar PJ yang sedang berdialog

dengan penggemar. Penata kamera melakukan kombinasi pergerakan kamera

dan pergerakan lensa, menyesuakan sesuai gerak musisi yang sedang berdialog

dan objek utama yang diambil.

Pada kamera 3, penata kamera memfokuskan pengambilan gambar untuk

mendapatkan ekspresi Wedhar PJ Ketika berdialog. Gambar yang diambil

menggunakan angle sedikit low angle, tanpa adanya pergerakan kamera dan

pergerakan lensa. Untuk angle yang digunakan adalah medium close up. Selain

itu, penata kamera mengambil gambar 2 orang narasumber yang diajak berdialog

dengan merekam menggunakan fitur record pada platform virtual meeting zoom,

dan disatukan dengan hasil gambar kamera pada proses editing. Berikut adalah

hasil dari perekaman proses virtual meeting.

Setelah dialog interaktif, terdapat pertunjukan musisi Wedhar PJ

membawakan lagu kedua. Pada lagu ini penata kamera menggunakan teknik

single kamera dengan menggunakan 3 buah kamera Sony a7ii. Berikut adalah

floorplan dan hasil gambar dari performance musisi pada segmen 2.

61
Gambar 53. Potongan Gambar Performance Segmen 2
(sumber: Dokumen Pribadi)

Penata kamera melakukan pengambilan gambar dengan beberapa

kombinasi size shot yang berbeda pada setiap kamera. Sama seperti pada segmen

yang pertama, full shot diambil oleh kamera 1, medium close up diambil oleh

kamera 2, dan close up detail akan diambil oleh kamera 3. Teknik penataan

kamera yang diambil dari rumusan masalah adalah pengambilan gambar simple

shot dan complex shot. Peralatan pendukung yang digunakan untuk mengambil

pada sesi performance ini adalah camera stabilizer, tripod dan monopod agar

gambar yang digunakan stabil dan kameraman tetap bisa mendapatkan

kebebasan dalam mengambil gambar.

62
Pada segment ketiga, terdapat penampilan musisi membawakan lagu

terakhir dengan judul “Delusi”. Dibawah ini adalah hasil dari pengambilan

gambar pada segmen ketiga.

Gambar 54. Potongan Gambar Performance Segmen 3


(sumber: Dokumen Pribadi)

Pada penampilan segmen ketiga ini, penata kamera mengambil gambar

dengan menggunakan 1 buah kamera Sony a7sii dan lensa 16-35mm. peralatan

pendukung yang digunakan adalah camera stabilizer. Penata kamera

menggunakan alat tersebut karena gambar diambil secara one take one shot.

Teknik penataan kamera yang diambil dari rumusan masalah adalah

development shot. Teknik penataan kamera tersebut digunakan karena adanya

pergerakan badan kamera, pergerakan lensa dan pergerakan objek yang diambil.

Penata kamera mengoptimalkan kebebasan dalam menggunakan camera

stabilizer dan mengkombinasikan dengan beberapa type shot diantaranya

medium shot, close up, extreme close up, full shot, knee shot, long shot dan

diambil dalam 1 kamera secara continuous.

63
Gambar 55. Potongan Gambar Closing
(sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar diatas merupakan shot terakhir dari program musik televisi

“Delusi”. Penata kamera menggunakan teknik developing shot yang

memperlihatkan seluruh pengisi acara dengan visual yang bergerak perlahan

mundur (track out) dan terjadi perubahan fokus kamera untuk memasukkan

credit title dan dijadikan penutup pada program musik televisi ini.

B. Analisis Karya
Dalam memproduksi program musik televisi Mussesion episode “Delusi”,

penata kamera memiliki tujuan untuk memberikan shot yang bervariasi pada

setiap bagian dari pertunjukan karya musik ini dengan menerapkan seluruh

aspek pengambilan gambar sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat.

Penata kamera menggunakan 3 buah kamera Mirrorless Sony a7sii dan

dikombinasikan menggunakan beberapa lensa diantaranya 35mm, 16-35mm,

dan 24-70mm. selain itu penata kamera menggunakan beberapa peralatan

pendukung seperti camera stabilizer, monopod, dan tripod dengan tujuan agar

gambar yang dihasilkan stabil dan lebih flexible. Seluruh peralatan yang

digunakan telah dirancang sesuai dengan floorplan dan menyesuakan ketika

produksi berlangsung.

64
Penata kamera melakukan pendekatan terhadap beberapa karya yang telah

dijadikan acuan. Oleh karena itu, penulis sebagai penata kamera akan

menjabarkan 3 segmen yang sudah mewakilkan rumusan masalah terkait

penataan kamera.

1. Teknik Simple Shot

Teknik pengambilan gambar simple shot merupakan teknik pengambilan

secara statis, yaitu tidak ada pergerakan kamera, lensa ataupun objek yang

diambil. Teknik ini bertujuan agar informasi yang akan disampaikan melalui

gambar, dapat tersampaikan dengan baik karena penonton akan terfokus

kepada gambar yang diambil.

a. Segmen 1

Gambar 56. Floorplan dan Gambar Kamera 1 Performance Segmen 1


(sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar merupakan floorplan dari performance pengisi acara yaitu

Wedharpj. Kamera berada di sisi depan menghadap keaarah Wedharpj dan

memiliki tujuan untuk memperlihatkan seluruh set dan Wedharpj yang

sedang mengisi acara. Tampak pada gambar floorplan, terdapat 3 kamera

yang memiliki tugas yang berbeda. Kamera 1 merupakan master yang

diatur untuk mengambil gambar full shot untuk memperlihatkan keadaan

65
keseluruhan dari pertunjukan karya musik. Kamera 1 menggunakan Sony

a7Sii dengan lensa 35mm dan dibantu dengan tripod agar gambar yang

dihasilkan stabil. Tidak ada pergerakan kamera dan lensa pada kamera 1.

Setting pencahayaan pada studio sudah diatur dan tidak diubah pada saat

pengambilan gambar, oleh karena itu pengaturan segitiga exposure pada

kamera juga tidak berubah pada keseluruhan segmen. Dibawah ini adalah

setting kamera pada segmen 1.

Tabel 2. Setting kamera Simple Shot segmen 1


Segmen Teknik Iso Shutter Speed FPS

1 Simple Shot 100 1/120 60

Dengan settingan kamera seperti pada tabel diatas, gambar yang

dihasilkan tidak flicker, dan exposure yang dihasilkan tidak under dan

tidak terlalu tinggi.

b. Segmen 2

Gambar 57. Floorplan dan Kamera 1 Dialog Interaktif


(sumber: Dokumen Pribadi)

Pada segmen 2, pengambilan gambar menggunakan kamera Sony

a7Sii. Pada gambar 57, terdapat floorplan dialog interaktif dan terdapat 3

66
kamera yang memiliki tugas yang berbeda. Pada kamera 1 merupakan

master yang memiliki tujuan untuk mengambil gambar hasil pancaran lcd

proyektor dan musisi yang sedang melakukan dialog sebagai foreground.

Pada kamera 1, penata kamera menggunakan kamera Sony a7Sii dan lensa

35mm. peralatan pendukung yang digunakan adalah tripod, untuk menjaga

gambar tidak goyang dan framing yang sudah diatur tidak berubah pada

seluruh sesi dialog.

Gambar 58. Floorplan dan Gambar Kamera 1 Performance Segmen 1


(sumber: Dokumen Pribadi)

Pada gambar 58, merupakan floorplan dan potongan gambar dari

performance pengisi acara yaitu Wedharpj membawakan lagu yang kedua.

Tampak pada gambar terdapat 3 kamera yang memiliki tugas yang

berbeda. Teknik pengambilan gambar Simple Shot terdapat pada kamera 1

yang merupakan master dan diatur untuk mengambil gambar full shot. Hal

tersebut bertujuan untuk memperlihatkan keadaan keseluruhan dari

pertunjukan karya musik, baik pemain band pendukung, dan isi

keseluruhan dari set. Kamera 1 menggunakan Sony a7Sii dengan lensa

35mm dan dibantu dengan tripod agar gambar yang dihasilkan stabil.

Tidak ada pergerakan kamera dan lensa pada kamera 1.

67
Tabel 3. Setting kamera Simple Shot segmen 2
Segmen Teknik Iso Shutter Speed FPS

2 Simple Shot 100 1/120 60

Dengan settingan kamera seperti pada tabel diatas, gambar yang

dihasilkan tidak flicker, dan exposure yang dihasilkan tidak under dan

tidak terlalu tinggi.

2. Teknik Complex Shot

Teknik pengambilan gambar Complex Shot hampir mirip dengan simple

shot, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan yaitu kamera bergerak secara

panning atau tilting, atau lensa yang melakukan zooming sehingga gambar

yang dihasilkan akan lebih variatif.

a. Segmen 1

Gambar 59. Floorplan dan Gambar Kamera 2 Performance Segmen 1


(sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 59 merupakan floorplan dan potongan gambar pada

segmen 1. Tampak pada gambar 59, kamera 2 merupakan kamera yang

digunakan untuk mengambil detail pada pertunjukan program musik

televisi Mussesion episode “Delusi”. Kamera 2 menggunakan Sony a7Sii

68
dan dengan lensa 24-70 mm, dengan tujuan untuk mengambil gambar

yang jauh, agar dapat mengambil gambar detail seperti pada gambar 59.

Peralatan pendukung yang digunakan pada kamera 2 adalah monopod.

Penata kamera menggunakan monopod agar gambar yang dihasilkan

stabil, namun kameraman dapat dengan leluasa melakukan perpindahan

arah framing, zooming, atau panning sesuai objek yang diambil dengan

flexible. Berikut adalah setting kamera pada segmen 1.

Tabel 4. Setting kamera Complex Shot segmen 1


Segmen Teknik Iso Shutter Speed FPS

1 Complex Shot 100 1/120 60

Dengan settingan kamera seperti pada tabel diatas, gambar yang

dihasilkan tidak flicker, dan exposure yang dihasilkan tidak under dan

tidak terlalu tinggi.

b. Segmen 2

Pada segmen 2, penggunaan teknik complex shot juga ditujukan

untuk mengambil detail pada dialog interaktif dan performance

Wedharpj menyanyikan lagu

69
Gambar 60. Floorplan dan Gambar Kamera 2, 3 Dialog Interaktif
(sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 60 merupakan floorplan dan potongan gambar dari dialog

interaktif. Pada kamera 2 dan kamera 3, penata kamera menempatkan

kamera Sony a7Sii dengan menggunakan lensa 24-70mm dan 35mm

untuk mengambil detail Wedharpj yang sedang berdialog dengan

penggemarnya. Gambar 60 merupakan hasil dari kamera 3 kamera 2

sesuai dengan penempatan pada floorplan. Penata kamera menggunakan

alat tambahan monopod dan tripod agar kameraman dapat menyesuaikan

framing, panning dan zooming sesuai dengan kondisi pada saat

melakukan pengambilan gambar. Selain itu penggunaan monopod

ditujukan agar kamera tidak bergoyang dan bergetar Ketika kameraman

melakukan perpindahan zooming ataupun panning. Berikut setting

kamera pada pertunjukan dialog interaktif segmen 2.

70
Tabel 5. Setting kamera Complex Shot segmen 2
Segmen Teknik Iso Shutter Speed FPS

2 Complex Shot 100 1/120 60

Gambar 61. Floorplan dan Gambar Kamera 2 Performance Segmen 2


(sumber: Dokumen Pribadi)

Selanjutnya, penata kamera menggunakan teknik complex shot

untuk mengambil detail performance Wedharpj menyanyikan lagu yang

kedua. Penata kamera menggunakan kamera Sony a7Sii dan lensa 24-

70mm, sesuai blocking kamera 2 pada floorplan seperti bada gambar 61.

Berikut ini adalah setting kamera pada pertunjukan musik segmen 2.

Tabel 6. Setting kamera Complex Shot segmen 2


Segmen Teknik Iso Shutter Speed FPS

2 Complex Shot 100 1/120 60

penata kamera menggunakan lensa dengan focal length 24-70mm

dengan tujuan untuk mengambil gambar yang jauh, agar dapat

mengambil gambar detail. Peralatan pendukung yang digunakan pada

kamera 2 adalah monopod. Penata kamera menggunakan monopod agar

71
gambar yang dihasilkan stabil, namun kameraman dapat dengan leluasa

melakukan perpindahan arah framing, zooming, atau panning sesuai

objek yang diambil dengan flexible. Tidak ada perubahan setting segitiga

exposure karena tidak ada perbedaan intensitas cahaya pada studio.

3. Teknik Development Shot

Pada teknik pengambilan gambar ini, hasil gambar akan sangat berbeda

dengan teknik yang lain. Pada teknik Development Shot, terdapat pergerakan

badan kamera dan lensa kamera. Teknik yang digunakan untuk melakukan

pergerakan kamera pada Development Shot ada beberapa, seperti crabbing,

tracking, arching, dan masih banyak lagi. Tujuan dari pengambilan gambar

ini adalah untuk menampilkan perspektif baru pada pengambilan gambar.

a. Segmen 1

Gambar 62. Floorplan Opening


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 62 merupakan floorplan dari opening. Penata kamera

menggunakan kamera Sony a7Sii dan lensa 35mm. penata kamera

menggunakan aperture 1.8 agar gambar yang dikasilkan terang dan

memiliki blur pada bagian belakang. Pada sesi opening, kamera bergerak

mengikuti musisi yang berjalan memasuki area stage dan melakukan

72
beberapa gimmick. Penata kamera menggunakan peralatan pendukung

gimbal/camera stabilizer agar gambar yang dihasilkan stabil karena

kamera bergerak dengan jarak yang jauh. Teknis pengambilan gambar ini

cukup rumit karena kameraman harus menjaga posisi objek yang diambil

selalu berada pada rule of third yang sudah diatur, karena hal tersebut akan

mempengaruhi auto focus yang ada pada kamera. Penata kamera

memanfaatkan lowlight pada set studio untuk menghasilkan gambar yang

sinematik dengan dikombinasikan dengan beberapa type shot dan shot

angle yang berbeda. Dibawah ini adalah setting kamera pada sesi opening.

Tabel 7. Setting kamera Development Shot segmen 1


Segmen Teknik Iso Shutter Speed FPS

Development 60
1 100 1/120
Shot

Dengan pengambilan gambar Development Shot, sangat

memudahkan kameraman untuk mengambil gambar yang lebih variative

dan tidak membosankan. Dibawah ini adalah gambar yang dihasilkan pada

sesi opening.

73
Gambar 63. Potongan Gambar Opening
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Dibawah ini merupakan floorplan dari penampilan Wedharpj

menyanyikan lagu pertama.

Gambar 64. Floorplan Performance Segmen 1


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Pada gambar 64, penata kamera menempatkan kamera 3

menggunakan kamera Sony a7Sii dan lensa 35mm untuk mengambil

gambar multicam dari kamera master (kamera 1). Pada kamera 3

74
menggunakan alat pendukung gimbal/camera stabilizer karena kamera ini

menangkap gambar dengan adanya pergerakan badan dan lensa kamera

agar gambar yang dihasilkan lebih variative. Penata kamera

memanfaatkan ruang yang ada di sisi kiri panggung untuk meletakkan

kamera 3. Berikut adalah Settingan kamera dan hasil gambar dari kamera

3 pada segmen pertama.

Tabel 8. Setting kamera Development Shot segmen 1


Segmen Teknik Iso Shutter Speed FPS

Development 60
1 100 1/120
Shot

Dengan settingan kamera seperti pada table diatas, gambar yang

dihasilkan tidak flicker, dan exposure yang dihasilkan tidak under dan

tidak terlalu tinggi.

Gambar 65. Potongan Gambar Kamera 3 Performance Segmen 1


(Sumber : Dokumen Pribadi)

b. Segmen 2

Gambar 66 merupakan floorplan performance pada segmen 2.

Pengisi acara Wedharpj menyanyikan lagu kedua dengan penampilan

bersama seluruh player pendukung. Pada segmen ini membutuhkan

pengambilan gambar yang leluasa, oleh karena itu penata kamera

75
menggunakan kamera Sony a7Sii dengan lensa 35mm dan menggunakan

peralatan pendukung berupa gimbal.

Gambar 66. Floorplan Performance Segmen 2


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Penata kamera menggunakan peralatan tersebut karena pada gambar

66, kamera 3 bertugas untuk mengambil gambar secara moving, artinya

terdapat pergerakan badan kamera dan lensa kamera untuk mengambil

gambar yang bergerak untuk mendapatkan variasi shot. Tujuan dari

pengambilan gambar tersebut agar gambar yang dihasilkan tidak

membosankan. Dibawah ini adalah hasil gambar dan settingan kamera

pada performance musisi kamera 3 pada segmen kedua.

Gambar 67. Potongan Gambar Kamera 3 Performance Segmen 2


(Sumber : Dokumen Pribadi)

76
Tabel 9. Setting kamera Development Shot segmen 2
Segmen Teknik Iso Shutter Speed FPS

Development 60
2 100 1/120
Shot

Dengan settingan kamera seperti pada table diatas, gambar yang

dihasilkan tidak flicker, dan exposure yang dihasilkan tidak under dan

tidak terlalu tinggi.

c. Segmen 3

Gambar 68. Floorplan Performance Segmen 3


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 69 merupakan floorplan dari performance musisi pada

segmen ketiga. Pada segmen 3, penata kamera menggunakan kamera Sony

a7Sii dengan lensa 35mm. segmen 3 berisi performance musisi Wedharpj

membawakan lagu terakhir, dan diambil menggunakan teknis one take one

shot. Artinya, pengambilan gambar dilakukan secara moving dengan

menerapkan beberapa pergerakan kamera seperti crabbing, tracking, dan

arching. Berikut adalah gambar dari segmen 3.

77
Gambar 69. Potongan Gambar Performance Segmen 3
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Atas dasar hal diatas, panata kamera menggunakan alat pendukung

tambahan berupa gimbal/camera stabilizer agar hasil gambar yang

dihasilkan bisa stabil. Pada segmen 3 ini diakhiri dengan gambar trackout

dan terjadi perpindahan dari fokus menjadi blur untuk penempatan credit

title seperti pada gambar 70. Seluruh segmen sudah menggunakan set

lighting yang pasti, oleh karena itu, kamera tidak memerlukan perpindahan

aperture dan shutterpeed karena perbedaan cahaya yang masuk ke kamera.

Berikuy merupakan settingan kamera pada sesi closing.

Tabel 10. Setting kamera Development Shot segmen 2


Segmen Teknik Iso Shutter Speed FPS

Development 60
2 100 1/120
Shot

Dengan alasan itulah, penata kamera menerapkan teknik one take

one shot untuk memperlihatkan keindahan dan seni dalam pengambilan

gambar.

78
Gambar 70. Potongan Gambar Closing
(sumber: Dokumen Pribadi)

79
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Karya Program Music Show Musession Episode “Delusi” telah diproduksi

sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan rumusan masalah, dapat disimpukkan

bahwa penata kamera bertanggung jawab penuh dalam menciptakan hasil

gambar yang variatif dalam menyampaikan nilai informasi dengan menerapkan

tata kamera yang sesuai teknik type of shot. Dalam mendukung terciptanya

gambar yang bervariasi, teknik yang yaiut Simple shot, Complex shot dan

Development shot. Berdasarkan pembahasan dalam rumusan masalah, maka

sebagai penata kamera menyimpulkan beberapa metode yang diterapkan sebagai

berikut :

1. Penerapan pengambilan gambar dengan teknik Simple Shot harus didukukung

dengan kamera lensa dan alat bantu sehingga dapat menghasilkan gambar

dengan nilai informasi yang tepat. Pada produksi Karya Program Music Show

Musession Episode “Delusi”, pengambilan gambar dengan teknik Simple

Shot dibantu dengan beberapa peralatan seperti tripod dan monopod.

2. Penerapan pengambilan gambar dengan teknik Complex Shot pada produksi

Karya Program Music Show Musession Episode “Delusi” menghasilkan

gambar yang lebih bervariatif dengan beberapa pergerakan tanpa mengubah

posisi badan kamera seperti tilting, panning dan zooming. Tentunya

pengambilan ini dapat terwujud dengan alat bantu kamera seperti tripod,

80
monopod dan peralatan lainnya sehingga dapat menghasilkan runtutan

gambar yang tidak monoton.

3. Penerapan pengambilan gambar dengan teknik Development Shot pada

produksi Karya Program Music Show Musession Episode “Delusi” dapat

membantu menghasilkan gambar yang lebih bervariatif lagi dengan adanya

pergerakan dari seluruh badan kamera. Penulis alat bantu kamera yaitu

gimbal, sehingga dapat menghasilkan gambar yang dinamis dan variative.

B. Saran

Berikut saran sebagai penata kamera berdasarkan pengalaman selama

melakukan produksi program music show Musession Episode “Delusi” :

1. Dalam menciptakan shot, penata kamera harus memperhatikan segi

persepktif berdasarkan konsep terlebih dahulu sehingga seorang penata

kamera harus benar-benar memahami makna yang ingin disampaikan pada

sebuah gambar agar terciptanya dimensi ruang dan kontinuitas pada

keseluruhan variasi shot.

2. Penata kamera harus mengoptimalkan teknik element of shot apabila ingin

memproduksi suatu program menggunakan teknik type of shot.

3. Memperhatikan kontinuitas exposure dan selalu berkomunikasi dengan

penata cahaya, agar tidak terjadi jumping ketika karya sudah memasuki

proses editing.

4. Mengkomunikasikan dan mengamati setiap kebutuhan peralatan untuk

mengaplikasikan seluruh teknik yang akan digunakan, guna untuk menunjang

kualitas karya.

81
DAFTAR PUSTAKA

Bowen, Christoper dan Thomson, Roy. 2013. Grammar of the Shot.

Oxford : Focal Press.

Komputer, Wahana. 2008. Video editing dan Video Production.

Jakarta : Gramedia.

Nugroho, Sarwo. 2014. Teknik Dasar Videografi

Yogyakarta : Andi Offset.

Permana, Erik dan Parapaga, E. 2017. Amazing DSLR dan Mirorless.

Yogyakarta : Cemerlang Publishing.

Santoso, Ensadi J. 2013. Bikin Video dengan Kamera DSLR.

Jakarta : Mediakita.

Umbara, Diki dan Pintoko, Wahyu Wary. 2010. How to Become A Cameraman.

Yogyakarta : Interprebook.

Welianto, Ari. 2012. Sejarah Musik dan Apresiasi di Asia.

Yogyakarta : Gramedia

Webtografi :

Sony Indonesia | Macam-Macam Lensa Sony

https://www.sony.co.id/id/electronics/lensa-kamera/sel11f18

Diakses pada tanggal 27 Agustus 2022 pukul 12.00

Admin belajar komputer mu | Pengertian Software (perangkat lunak) Komputer

82
https://www.belajar-komputer-mu.com/2013/02/pengertian-software-perangkat-lunak-
komputer.html

Diakses pada tanggal 27 Agustus 2022 pukul 12.00

Mishra, J. (n.d.). Beginner Photography, How to Understand Depth of Field in


Photography.

https://expertphotography.com/understanding-depth-of-field-photography/ Diakses pada


tanggal 5 Agustus 2022

Ryan, M. (2013). ISO, Shutter Speed, Aperture. Three little wishes photography.
https://www.threelittlewishes.co.nz/site/threelittlewishes/files/ISO_Shutter%20Speed_%2
0Aperture_.pdf

Diakses pada tanggal 7 Agustus 2022

83
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Produksi

I. No. Juni Juli Agustus Mei


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pra Produksi
1. Penentuan
Konsep
2. Pengembangan
Konsep
3. Pembentukan
crew, lock
talent & cek
lokasi

4. Pre Production
Meeting

Juni Juli Agustus September


No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
5. Penyusunan
Desain
Produksi (List
alat, anggaran)

6. Lock Lokasi

84
7. MoU dan
Briefing talent
8. Bedah
Treatment I

9. Bedah
Treatment II

10. Final Check


Produksi
11. Shoting

Pasca Produksi
12. Editing
13. Preview dan
Revisi

14. Final Preview

85
Lampiran 2. Rencana Anggaran Biaya
No. Keperluan Keterangan Anggaran (Rp)
1. Arsip Print, Fotocopy, materai, dan 100.000
lain – lain
2. Teknik AUDIO + KAMERA 3. 500.000
3. Talent - Fee Talent 1.000.000
3. Art Department - Beli & Sewa Artistik 1.700 000
- Make Up Talent
- Wardrobe Talent
4. Lokasi Sewa lokasi 700.000
5. Logistik - Bensin 600.000
- Konsumsi crew dan Talent
- Snack
6. Biaya Tak Terduga 2.000.000

TOTAL 9.600.000

86
Lampiran 3. Treatment

FORMAT Music Televisi

JUDUL Musession Eps. Delusi

TREATMENT DURASI 20 Menit

PRODUSER Salsa Bella Ramadhena

SUTRADARA Nadia Irma Putri

No. DESKRIPSI VIDEO AUDIO DUR

1. - Colour Bar Tune 1 kHz 5”

2. - Clapper - 10”

3. - Countdown - 5”

4. - Fade to black - 3”

No. DESKRIPSI VIDEO AUDIO DUR

SEGMENT I

5. ID’s PROGRAM ID’s PROGRAM ID’s PROGRAM 5”

6. Live Music Gimmick Talent dan Ambience 4’


Teknik Install Alat
Live Performance
Performance Talent “Tepat di
Belakangmu”

87
7. Bridging Talent Wedhar PJ dan Dua Audio masing – 2’
Personil di tengah masing mic
Vokalis
panggung
memperkenalkan diri
dan personil

Refresh lagu “Tepat


di Belakangmu”

Bridging lagu
selanjutnya

SEGMENT II

8. BUMPER IN BUMPER IN BUMPER IN 5”

9. - Sesi Interaktif 1. Talent duduk di sofa Audio masing – 5’


tengah panggung masing mic talent
Vokalis menjawab
pertanyaan - Video Call dari
pertanyaan audiens audiens di rumah
2. Screen Video Call
dari Instagram.
melalui LCD
- Sesi Video Call dari Proyektor ditembak ke
audiens tentang kesan layar dinding
lagu Wedhar

- Bridging lagu
“Jalani Denganku”

10. Lights Off, Light on Talent di tengah Live Performance 3’


intro lagu masuk panggung, nyanyi “Jalani denganku”

No. DESKRIPSI VIDEO AUDIO DUR

SEGMENT III

88
11. BUMPER IN BUMPER IN BUMPER IN 5”

12. - Black Screen Black Screen Audio Wedhar 30”


(sembari diisi
Intro “Delusi”
monolog Wedhar
tentang keresahan
yang menuju lagu
“Delusi”)

13. - Kamera Track in ke Talent berada di Audio Live 4’


Talent tengah panggung, Performance
menyanyikan lagu
- Live Performance
terakhir
Lagu “Delusi”

- Kamera Track Out

89
90

Anda mungkin juga menyukai