Anda di halaman 1dari 24

Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan

Perhutanan Sosial Berkelanjutan


di Provinsi Bali
(Studi Kasus di Hutan Desa Wanagiri)
Kelompok 1
Anggota Kelompok

Rio Danny Mahendra (21/473055/SV/18802)


Atalya Veranu Rufikasari (21/474256/SV/18885)
Amirul Mustofa (21/474278/SV/18891)
Esha Fadilla Ramadhan (21/474298/SV/18896)
Alif Maulana Risnadi (21/474402/SV/18909)
Mufidatul QoyriahN (21/474447/SV/18926)

Pengertian Hutan Desa


Hutan desa merupakan salah satu wujud kebijakan untuk pemberdayaan masyarakat di
dalam dan sekitar kawasan hutan serta mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan
lestari.

Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan desa

pasal 1 ayat 2 PermenLHK Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 Tentang Perhutanan Sosial


Lokasi penelitian berada di Hutan Desa Wanagiri yang terletak di Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Hutan desa tersebut merupakan
kawasan hutan lindung dengan luasan kurang lebih 250 ha.
Analisis Sosial Ekonomi

Aspek sosial-ekonomi pengelolaan hutan desa dilihat dari tiga


kriteria yaitu :

modal sumber modal finansial modal sarana


daya manusia fisik
Analisis Sosial Ekonomi

Modal Sosial Ekonomi


Modal sumber daya manusia:
Tingkat pendidikan formal
Tingkat pendidikan nonformal Modal finansial:
Peran wanita dalam kegiatan pengelolaan hutan desa Pendapatan rumah tangga
Hak akses penggarapan lahan
Modal sarana fisik: Pendapatan dari HHBK
Situs budaya dan sarana ibadah terjaga Pendapatan dari wisata alam
Kontribusi terhadap peningkatan sarana dan prasarana Ketersediaan dan ragam sumber modal
umum
Analisis Kelembagaan
Kepengurusan dalam kelembagaan hutan desa dapat dinilai dari dua segi yaitu struktur
organisasi lembaga pengelola dan kelengkapan administrasi pengelolaan hutan desa.
Hutan Desa Wanagiri dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Eka Giri Karya
Utama. HD Wanagiri dikelola Unit Pengelola HD yang terdiri dari 3 kelompok tani yaitu,
Kelompok Wana Merta, Merta Sari, dan Jagrawana, serta 3 kelompok pengelola wisata
alam yaitu, Kelompok Wana Tirta Amerta, Prabawa Giri Wisata, dan Buana Sari.

fyi: Kelengkapan
administrasi BUMDes
memiliki AD/ART sesuai
dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 39 tahun
2010.
Analisis
Kelembagaan

Struktur Kepengurusan BUMDes Eka Giri Karya Utama


BUMDES EKA GIRI KARYA
UTAMA

Analisis Unit Pengelola Hutan


Desa

Kelembagaan
(Lembaga Pengelola) Wana Merta Wana Tirta Amerta

Kelompok Tani Prabawa Giri Wisata

Jagrawana Buana Sari


Analisis pengelolalaan Hutan Desa Wanagiri
dari berbagai aspek

Aspek ini digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil kinerja pengelolaan hutan desa.
Berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P.83 tahun 2016, terdapat tiga prinsip pengelolaan
hutan desa, yaitu lingkungan berkelanjutan (aspek lingkungan), kesejahteraan masyarakat
(aspek sosial-ekonomi), dan perbaikan tata kelola hutan (aspek kelembagaan). Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan, tingkat keberlanjutan pengelolaan Hutan Desa Wanagiri
digolongkan dalam kategori "cukup berkelanjutan". Dari ketiga aspek itu diketahui aspek
lingkungan memiliki tingkat keberhasilan paling rendah dan aspek sosial ekonomi, memiliki
tingkat keberhasilan paling tinggi. Menandakan aspek lingkungan pada Hutan Desa Wanagiri
belum dikelola secara baik.
Aspek lingkungan
Aspek lingkungan pengelolaan hutan desa meliputi modal keanekaragaman sumber daya hayati,
konservasi fungsi ekosistem kritis, dan ekosistem hutan lestari. Aspek lingkungan masih rendah,
dikarenakan modal keanekaragaman sumber daya hayati yang kurang dan tidak adanya upaya
konservasi fungsi ekosistem kritis.
1. Rendahnya modal keanekaragaman sumber daya hayati karena rendahnya potensi HHBK di
Hutan Desa Wanagiri.
2. Hutan Desa Wanagiri juga belum melakukan upaya konservasi fungsi ekosistem kritis,
seperti sungai dan daerah berlereng. Sehingga sebagai hutan desa yang berada di kawasan
lindung, Hutan Desa Wanagiri diharuskan untuk melakukan upaya perlindungan kawasan,
seperti penetapan blok perlindungan dan rehabilitasi daerah dengan kelerengan tinggi.
3. Pada Hutan Desa Wanagiri memiliki kondisi ekosistem yang cukup baik. Dapat diamati dari
struktur vegetasi hutan desa yang mana memiliki struktur vegetasi dengan strata yang
berlapis dakelas ketinggian pohon yang sangat bervariasi. Sehingga struktur vegetasi hutan
desa cukup baik sebagai hutan lindung dikarenakan masih menyerupai struktur vegetasi
hutan alam.
Aspek Sosial-Ekonomi

Adapun ditinjau dari finansial, berdasarkan standar World Bank (2017),


petani hutan desa tergolong berada di atas garis kemiskinan karena memiliki
pendapatan lebih dari USD1,9/Rp 27.543/hari.
Aspek Sosial-Ekonomi

Tingkat pendidikan Petani Hutan Desa Wanagiri


Aspek Sosial-Ekonomi

Peran Hutan Desa


Hutan desa menjadi sumber pendapatan sampingan bagi petani pengelola hutan
desa karena sebagian besar pengelola memiliki pekerjaan utama, seperti pedagang,
pekerja swasta. Hutan desa berkontribusi terhadap pendapatan petani melalui
pengelolaan hasil hutan bukan kayu dan wisata alam. Pengelola hutan desa
umumnya mendapat penghasilan dari hasil pemanenan bunga dan buah-buahan
dari hutan desa, serta dari hasil penjualan tiket objek wisata alam di kawasan
hutan desa, antara lain Objek Wisata Air Terjun Banyumala, Air Terjun Puncak
Manik, dan Air Terjun Buana Sari.
Aspek Tahapan Pemberdayaan

Dalam 3 aspek tahapan pemberdayaan yaitu pemungkinan, penguatan, dan


perlindungan. Dalam kasus ini proses pemberdayaan baru sampai pada tahapan
penguatan karena masih pada tahap proses penyatuan tujuan antara masyarakat
dengan kelembagaan desa. Perlu adannya model pemberdayaan yang
Analisis Permasalahan di
Lingkup Kelembagaan
Adanya kelompok tani di bawah kepengurusan BUMDes berimbas pada pengelolaan
hutan yang tumpang tindih. Sebab, dalam kepengurusannya tidak terdapat pembagian
kewenangan dan kewajiban antara kelompok tani dan BUMDes.
Penegakan hukum tergolong lemah dan tidak tegas mengakibatkan terjadinya
pelanggaran dan penyalahgunaan lahan di kawasan perhutanan sosial
Kelompok tani juga memiliki struktur kepengurusan dan AD/ART tersendiri.
Solusi
Permasalahan
Berdasarkan hasil analisis, Hutan Desa Wanagiri perlu

melakukan pembenahan kelembagaan seperti, memperjelas tugas dan


fungsi pokok BUMDes dan kelompok tani
membuat peraturan yang mengatur mengenai apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan di hutan desa beserta sanksi yang tegas dan
mengikat.
perlu melakukan intensifikasi kegiatan pengelolaan wisata dan
menggali potensi hasil hutan bukan kayu lainnya untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
Aspek sosial-ekonomi diketahui perlu ada upaya peningkatan kapasitas
SDM pengelola Hutan Desa Wanagiri. Peningkatan kapasitas ini dapat
dilakukan melalui program pendidikan informal yang reguler dan
terarah karena telihat dari tingkat pendidikan formal yang tergolong
rendah.
HASIL TELAAH
KASUS

Analisis 1

Pengelolaan Hutan Desa Wanagiri tergolong


cukup berkelanjutan dengan persentase
1 keberhasilan sebesar 54,4%, dengan kontribusi
tingkat keberhasilan tertinggi pada aspek
sosial ekonomi (62,7%), diikuti aspek
kelembagaan (51%), dan terendah adalah aspek
lingkungan (49,9%)
Analisis Solusi
ekonomi
1
peningkatan pemanfaatan HHBK oleh masyarakat
setempat

lingkungan
untuk pemanfaatan potensi HHBK, maka perlu
2 adanya peningkatan modal keanekaragaman
hayati yang diselaraskan dengan upaya
konservasi pada ekosistem kritis di Hutan Desa
Wanagiri
Analisis 2

kegiatan pembinaan hanya berupa fasilitas


pendampingan oleh KPH Bali Utara, Dinas
1 Kehutanan Kabupaten Buleleng, dan universitas
setempat. Namun, frekuensi pembinaannya
tergolong rendah. Sehingga, melalui analisis
kasus tersebut diketahui bahwa peran fasilitator
baru mencapai tahap Informing. Sementara itu,
masyarakat dan BUMDes belum melaksanakan
kegiatan secara selaras.
Analisis Tahap Pemberdayaan
dan Solusi
Tahapan pemberdayaan dalam kasus ini masih sampai di tahap
penguatan. karena belum adanya kesamaan persepsi yang kuat
antara lembaga BUMDes dengan masyarakat. Meskipun dari
aspek keberhasilan telah dinilai baik.

sehingga, solusi yang sesuai untuk diterapkan metode partisipatif


FGD atau diskusi kelompok terarah. diskusi untuk menyamakan
persepsi atas pengelolaan hutan desa antara stakeholder
dengan masyarakat.
Lakse REFER
Berke m i e E
t al. 2 NSI JURN
Jurna lan ju t 0 19. P A L
a e
l Sylv n di Prov rhutanan
a Lest insi B Sosial
ari. V ali.
ol. 7 (
2) : 15
0-163
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai