Oleh :
MELLY MARISTA
RADIVAN MOHAMMAD KHATAMI
JEREMY CHRISTIAN SANTOSO
SURABAYA – JAWA TIMUR
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan
mengulang pelaksanaan PKL.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana semestinya.
Melly Marista
NIM. 141811133023
ii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan
mengulang pelaksanaan PKL.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana semestinya.
iii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan
mengulang pelaksanaan PKL.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana semestinya.
iv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Akuakultur Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
MELLY MARISTA NIM. 141811133023
RADIVAN MOHAMMAD KHATAMI NIM. 141811133027
JEREMY CHRISTIAN SANTOSO NIM. 141811133047
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Dosen Pembimbing
Universitas Airlangga
Prof. Ir. Moch. Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D. Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M.Sc.
NIP. 197001161995031002 NIP. 198804142018032001
v
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Oleh :
MELLY MARISTA NIM. 141811133023
RADIVAN MOHAMMAD KHATAMI NIM. 141811133027
JEREMY CHRISTIAN SANTOSO NIM. 141811133047
KOMISI PENGUJI
Ketua : Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M. Sc.
Anggota : Ir. Boedi Setya Rahardja M.P.
Wahyu Isroni, S.Pi., M.P.
vi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RINGKASAN
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini ialah untuk mempelajari, memahami
dan mempraktekkan teknik pembesaran udang vaname pada tambak intensif yang
terdiri dari aspek persiapan lahan, penebaran benih, manajemen pakan,
manajemen kualitas air, hama dan penyakit yang timbul, serta mengetahui masalah
yang dihadapi saat budidaya udang vaname secara intensif di Unit Pelaksana
Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur.
vii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SUMMARY
The purpose of Field Work Practice are aims to learn, understand, and
practice the enlargement technique of vaname shrimp on intensive farm, that
consist of many aspects, such as field preparation, seeds dispersal, feed
management, water quality management, pests and disease that could emerge, also
know the problems on cultivation of vaname shrimp’s intensive farm at Unit
Pelaksanaan Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Pasuruan
Regency, East Java.
ix
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Furthermore, seed dispersal activities were carried out through two stages,
namely temperature and salinity acclimatization. After dispersal of seeds, do the
feeding and feed management. Feed management includes: type and nutrition of
feed, supplementary feed, frequency of feeding, feeding program, feeding based
on anco check, siphoning, sampling, and storage of feed. Types and nutrition of
feed using artificial feed in the type of crumble and pellet. Feed additives in the
form of feed probiotics; vitamin; adhesive; and protein (amino liquid). The
frequency of feeding is done 4 times a day, with reference to the feeding program;
anco check; and shrimp condition. The average daily gain (ADG) of vaname
shrimp has a yield of 0.33 g/day, and the weight of each shrimp increases to 15.7gr.
In addition to the aspect of feed, vaname shrimp rearing activities also pay
attention to water quality management and pest and disease control. The results of
water quality measurements include: pH with an average of 7-8; temperature with
an average of 28-31.7 oC; DO 3.04-7.28 mg/l; salinity measurement in the range
of 10-12 ppt; nitrate with an average of 21.47 mg/l; nitrite 1.97 mg/l; ammonia
1.66 mg/l. Harvesting of vaname shrimp is done after reaching the specified age
and size. Vannamei shrimp were harvested at DOC 83 and yielded 193.5 kg, with
a size of 58. The harvested vaname shrimp were then sold to collectors using an
auction system.
x
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan Pratek Kerja Lapang
Intensif Di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau Dan Laut (UPT BAPL)
Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur selesai disusun. Laporan ini disusun
berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di Unit Pelaksana
Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Jawa Timur pada
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan
Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua
Penulis
xi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penulisan laporan Praktek Kerja Lapang ini tidak dapat terselesaikan tanpa
adanya bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
1. Prof. Ir. Mochammad Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D. selaku dekan Fakultas
2. Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang selalu
memberi arahan dan masukan selama penyusunan usulan dan laporan Praktek
Kerja Lapang.
5. Kedua orang tua, serta saudara yang telah memberikan doa serta dukungan
6. Miftakhul Munir, S.Pi., M.Si selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Budidaya
Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil Pasuruan yang telah menerima dan
7. Yudi Kurniawan, S. Pi selaku kepala seksi perikanan Budidaya Air Payau UPT
xii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penulis selama kegiatan PKL di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan
9. Mas Rudi, Mas Ghofur, Mas Ayung, Mas Aziz, Mas Aulady, Mas Ubaid, Mbak
Aisyah, Mbak Diza dan Mbak Rani yang telah membimbing dan memberikan
pengalaman serta ilmu yang bermanfaat selama kegiatan Praktek Kerja Lapang.
dan magang di UPT BAPL Bangil yang telah membantu dan mendukung
11. Pak Choirun sekeluarga, serta Bu Sita yang telah memberikan fasilitas,
12. Serta pihak-pihak lain yang turut serta membantu dalam kelancaran Praktek
Kerja Lapang.
Penulis
xiii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..................................................................................................... vii
SUMMARY ..........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR...........................................................................................xi
I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
xiv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xvi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Morfologi Udang Vaname ………………………………………. 5
xvii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xviii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xix
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
4.1. Struktur Organisasi UPT BAPL Bangil ………………………. 27
xx
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
xxi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I PENDAHULUAN
Indonesia. Lahan perikanan budidaya potensial yang luas, permintaan pasar yang
perikanan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok besar, antara lain perikanan
air laut, air payau, maupun air tawar. Komoditas perikanan air payau mulai
satu komoditas yang memiliki nilai ekonomis, nilai nutrisi yang tinggi, serta
permintaan yang sangat besar, baik dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri,
Indonesia yang berkembang pesat dewasa ini. Produksi udang vaname di Indonesia
menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2018) pada tahun 2017 mencapai
400.073 ton dengan total nilai skala nasional sebesar Rp 22.009.626.415. Udang
antara lain: laju pertumbuhan yang cepat; dapat dibudidayakan dengan padat tebar
tinggi; toleran dengan rentang salinitas yang tinggi; ukuran panen relatif seragam;
Usaha budidaya udang vaname intensif tak terlepas dari aspek kualitas air
dan potensi penyakit. Menurut Bhaskoro (2016) kualitas air pada budidaya udang
vaname meliputi DO, Bahan Organik (Nitrit, Nitrat, Amoniak), Salinitas, pH,
Kecerahan, serta Suhu. Bila kualitas air pada budidaya udang vaname tidak
dikontrol dengan baik, maka dapat menurunkan kekebalan tubuh udang dan serta
udang yang terkena parasit adalah mengontrol kualitas air pada tambak budidaya
UPT BAPL Bangil adalah salah satu balai yang mengembangkan teknik
pembesaran udang vaname. Berdasarkan hal tersebut maka perlu untuk melakukan
praktek kerja lapang di UPT BAPL Bangil. Penguasaan teknik pembesaran udang
vaname didapatkan melalui kegiatan praktek kerja lapang. Dengan adanya praktek
tentang teknik pembesaran udang vaname (L. vannamei) dalam sistem budidaya
intensif serta faktor-faktor yang berpengaruh di dalamnya. Hasil dari sistem yang
1.2 Tujuan
d) Mempelajari hambatan atau masalah yang terjadi pada teknik pembesaran udang
Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Kabupaten Pasuruan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)
II TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
dan aktivitas berganti kulit (eksoskeleton) secara periodik (moulting). Bagian tubuh
memiliki organ sensor, seperti pada antena dan antenula (Kawamura et al., 2018).
Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang kaki maxilliped dan
5 pasang kaki berjalan (periopod). Maxilliped merupakan bagian kaki yang telah
Ujung kaki jalan beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus). Dactylus terletak
pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen
terdapat 5 pasang kaki renang (pleopod) dan sepasang ekor (uropod) yang
tubuhnya putih kekuningan terdapat bintik-bintik coklat dan hijau pada ekor. Udang
betina dewasa tekstur punggungnya keras, ekor (telson) dan ekor kipas (uropod)
Habitat udang vaname (L. vannamei) pada stadia naupli sampai pada stadia
juvenile adalah perairan payau yang dangkal dan memiliki banyak vegetasi, seperti
muara sungai dan pantai. Udang vaname yang memasuki fase dewasa berpindah ke
perairan dengan salinitas tinggi yang bekisar antara 30-40 ppt seperti pada perairan
laut. Udang vaname dewasa berkelompok menuju tengah laut dengan kedalaman
yaitu: 1) bersifat nokturnal, yaitu udang aktif pada malam hari untuk beraktivitas
dan mencari makan, sedangkan pada siang hari mereka bersembunyi di dalam
kondisi tubuh lemah (moulting) apabila udang dalam keadaan minim pakan dan
hewan pemakan segala (omnivor) seperti detritus, krustasea kecil, amphipoda, dan
(benthic); dan 4) Moulting, yaitu keadaan udang vaname mengalami ganti kulit
secara berkala. Pada stadium larva, udang mengalami moulting setiap 30-40 jam
omnivor atau pemakan semua jenis makanan seperti, lumut, polychaeta, dan
beberapa krustasea kecil seperti amphipoda, copepod, dan larva kerang. Udang
vaname (L. vannamei) memiliki kebiasaan makan pada waktu-waktu tertentu dalam
sehari, hal tersebut dikarenakan nafsu makan udang sangat dipengaruhi oleh kondisi
udang itu sendiri serta kondisi lingkungan yang ditempatinya. Udang vaname
secara alami merupakan organisme yang aktif pada malam hari (nocturnal)
sedangkan pada siang hari lebih banyak beraktivitas pada dasar substrat atau lumpur
sinyal kimiawi, apabila terdapat sumber pakan yang mengandung senyawa organik,
maka udang akan mendekati sumber pakan dan langsung menjepit menggunakan
kaki jalan kemudian dimasukkan langsung ke dalam mulut dan udang akan berhenti
dan Kusnadi (2017), dibagi menjadi tiga yaitu sistem tradisional, sistem semi
A) Sistem Tradisional
Sistem budidaya udang secara tradisional atau biasa disebut dengan sistem
oleh beberapa spesies ikan laut dan udang. Namun ada kekurangan yang
ditimbulkan dalam sistem budidaya ini yaitu penebaran benih harus seragam
kanibalisme antar udang yang berdampak pada jumlah panen cukup rendah, yaitu
dilakukan secara polikultur (budidaya ikan atau udang dengan 2 atau lebih spesies
yang berbeda dengan padat tebar 25-40 ekor/m2. Apabila pengelolaan tambak
sistem semi-intensif dilakukan sangat baik, maka hasil panen dapat mencapai 2-3
ton/ha/ musim (Virgiandama, 2018). Ciri-ciri tambak udang semi intensif menurut
Hadie dkk. (2019) yaitu memiliki bentuk persegi panjang dengan luasan tambak
dalam satu petak antara 1-3 ha, setiap petakan dilengkapi dengan saluran inlet dan
C) Sistem Intensif
jumlah hasil produksi mencapai 10 ton/ha dengan padat tebar 62 ekor/m2, sintasan
93% dan nisbah konversi pakan (FCR) 1,3. Budidaya udang intensif optimalnya
memiliki padat tebar udang sebanyak 300.000 ekor / ha. Bila padat tebar benih
semakin tinggi, maka akan membutuhkan pakan yang lebih banyak yang dapat
pada lahan gumuk pasir serta tambak yang ditempatkan pada lereng yang
petakan antara 0,4-0,5 ha, dengan berbentuk bujur sangkar dan kedalaman air antara
150-180 cm. Persiapan tambak merupakan langkah awal dalam budidaya udang
vaname yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengeringan tambak, pembersihan
tambak, perbaikan konstruksi, pengisian air dan pengaturan kincir, serta sterilisasi
air. Tujuan adanya persiapan tambak yaitu sebagai penyedia media hidup udang
dalam perbaikan pematang, kamalir, dan pintu air. Pengeringan tambak yang
sedangkan pada tambak plastik HDPE dilakukan hingga plastik benar-benar kering
untuk membunuh teritip yang melekat pada dinding maupun dasar tambak.
konstruksi tambak dengan penambahan plastik pada daerah pakan yang bertujuan
dasar tambak telah selesai. Tinggi air yang baik pada petak pembesaran udang
kincir air sebagai penyuplai oksigen terbaik dalam tambak. Semakin banyak padat
tebar udang dan area kolam yang luas, maka jumlah kincir yang digunakan juga
semakin banyak. Sterilisasi air dilakukan dengan bahan tembaga sulfat, crustacid,
dan kaporit. Sterilisasi tersebut bertujuan untuk membunuh atau mematikan lumut,
Kegiatan penebaran benih udang vaname (L. vannamei) baik dilakukan pada
saat pagi atau sore hari. Hal tersebut bertujuan agar menghindari perubahan suhu
yang ekstrim sehingga benih tidak mudah stres. Benih udang vaname sebelum
meletakkan plastik yang berisi benur ke permukaan air tambak. Durasi lamanya
melakukan aklimatisasi salinitas dengan cara memasukkan air pada kolam budidaya
secara perlahan pada plastik yang berisi benih dan didiamkan selama 5-10 menit,
jika salinitas sudah sesuai bagi kehidupan udang, plastik tersebut dituangkan secara
ikan dan pelet hingga benur berumur mencapai 2 minggu sebanyak 2 kali sehari
untuk PL 1-15, 4 kali sehari untuk benur PL 16-70, dan 5 kali untuk PL 71-120 atau
udang yang sudah siap panen (Arsad dkk., 2017). Prinsip pemberian pakan pada
udang adalah 5% dari berat tubuhnya dan diberikan secara intensif setiap hari. Saat
pemberian pakan sebaiknya kincir air dimatikan untuk menghindari pakan hanyut
oleh arus air. Pakan yang baik untuk diberikan pada udang harus memiliki
kandungan protein 30% dan lemak 10%, hal tersebut digunakan sebagai aktivitas
pertumbuhan dan reproduksi pada udang. Selain memiliki kandungan lemak dan
protein, pakan udang juga harus mengandung vitamin dan mineral sebagai
keseluruhan dalam kolam serta menentukan jumlah pakan yang akan diberikan.
Sampling dilakukan setiap 10 hari, setelah udang mencapai Day of Culture (DOC)
30, dengan menggunakan ancho. Menurut Marini (2019), ada beberapa perhitungan
ABW (Average Body Weight) adalah berat rata-rata udang per ekor
c) Perhitungan Biomassa
antara jumlah pakan yang diberikan dengan bobot biomassa yang dihasilkan
(Marini, 2019). Nilai FCR dikatakan baik jika sesuai dengan FCR standar atau FCR
yang ditargetkan. Berdasarkan pendataan pada tambak intensif dalam kondisi panen
normal, FCR yang dicapai antara 1,5 – 2,0, tergantung dari media/kondisi lahan
Pakan kumulatif(kg)
FCR= Biomassa (kg)
air. Menurut Mahasri dkk. (2013) manajemen kualitas air merupakan upaya untuk
untuk memperbaiki kondisi kimia dan biologis dalam media budidaya, sehingga
Parameter fisika air yang diukur meliputi suhu. Menurut Qurnianto (2016)
Suhu air sangat dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu rendah, cuaca, dan
tambak. Apabila terjadi perubahan suhu secara ekstrem, maka dapat menyebabkan
udang mudah stress hingga kematian. Suhu yang ideal untuk pertumbuhan udang
Parameter kimia kualitas air menurut (Qurnianto, 2016) yaitu meliputi pH,
Salinitas, Oksigen terlarut (DO), amonia (NH3), nitrit (NO2), dan nitrat (NO3).
Derajat keasaman (pH) air merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen dan
mengindikasikan apakah air tersebut bersifat asam atau basa dalam reaksi. pH
sangat dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan zat asam pada suatu
perairan. Semakin tinggi nilai pH, maka semakin tinggi pula kandungan senyawa
amonia dalam air sehingga dapat bersifat toksik, sedangkan apabila pH air rendah
b) Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi total dari semua ion terlarut seperti sodium,
dalam suatu perairan yang dinyatakan dalam satuan milligram per liter (mg/l).
Salinitas atau kadar garam merupakan parameter penting dalam budidaya udang
dikarenakan berhubungan erat dengan tekanan osmotik dan ionik air, serta tingkat
pertumbuhan udang vaname yaitu sekitar 15-30 ppt. namun, secara umum udang
Dissolved Oxygen atau sering juga disebut oksigen terlarut atau kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas yang terkandung dalam air yang dinyatakan dalam satuan part per million
(ppm). Fungsi Oksigen terlarut dalam perairan adalah untuk proses respirasi dan
2007). Kadar oksigen dalam suatu perairan dipengaruhi oleh meningkatnya bahan
organik, kenaikan suhu, salinitas, respirasi, adanya lapisan di atas permukaan air,
senyawa yang mudah teroksidasi, dan tekanan atmosfir. Oksigen terlarut (DO) yang
optimum untuk pertumbuhan udang vaname yaitu berkisar 4-6 ppm, jika DO
berkisar 7-8 ppm, tambak mengalami titik jenuh yang berdampak pada kesehatan
udang (Naranjo et al., 2012). Bila kandungan DO pada kolam budidaya kurang dari
4 ppm dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti adanya parasit, jamur,
d) Amonia (NH3)
(Rohman, 2016). NH3 berasal dari sisa pakan pemeliharaan udang yang belum
memengaruhi kesehatan pada udang, yang disebabkan oleh bahan organik seperti
sisa pakan, feses, plankton, serta pembusukan bahan organik. Tingginya kandungan
amonia sangat dipengaruhi oleh suhu dan pH air. Semakin rendah pH dan tingginya
yang terkandung dalam air sebainya tidak melebihi 1,2 mg/l (Mas’ud, 2011).
e) Nitrit (NO2)
Nitrit merupakan salah satu senyawa kimia pencemar dalam air. Selain
disebabkan oleh kegiatan manusia, peningkatan nitrit dalam air juga dapat
disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan
Kandungan nitrit yang baik untuk tambak udang yaitu nitrit <0,1 mg/l (SNI 8118,
2015). Feses udang vaname diduga menjadi substrat bagi bakteri nitrifikasi,
f) Nitrat (NO3)
Nitrat (NO3) adalah hasil produksi dari nitrifikasi yang merupakan bentuk
oksidasi terbanyak dari nitrogen dalam air. Kandungan nitrit dan nitrat yang baik
pada tambak udang yaitu nitrit <0,1 mg/l dan nitrat <1 mg/l, apabila tidak sesuai
dengan SNI, maka akan menimbulkan racun yang berdampak buruk pada kesehatan
Menurut Herlina (2014) hama dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu hama
predator, hama kompetitor, dan hama perusak. Hama predator merupakan golongan
pemangsa yang dapat memakan langsung udang dalam jumlah yang banyak. Hama
vaname baik dalam hal makanan, tempat hidup, atau oksigen (O2). Hama perusak
yaitu hewan yang tidak memangsa dan tidak menyaingi kehidupan udang, namun
merusak lingkungan hidup udang yang dipelihara. Misalnya merusak dasar tambak,
Menurut Arief (2014) jenis penyakit yang menyerang pada udang dapat
penyakit karena faktor nutrisi. Penyakit viral pada udang tumbuh akibat
kondisi udang yang stres. Penyakit bakterial pada udang didominasi oleh golongan
Vibrio sp. Contoh kasus udang akibat bakterial antara lain penyakit berak putih atau
Selain itu pada budidaya udang vaname, sering ditemukan fouling organism
Vorticella. Penyakit ini juga disebabkan oleh faktor nutrisi seperti ransum atau
pengecekan terhadap udang yang akan dipanen dengan melihat dan melakukan
perhitungan beberapa persen udang yang mengalami proses pergantian kulit atau
moulting. Fase moulting merupakan fase yang rentan bagi udang vaname, karena
udang yang sehat akan menyerang udang yang lemah. Sifat kanibalisme akan
dilakukan 2-3 hari menjelang panen. Apabila udang vaname mengalami moulting
lebih dari 29%, maka pemanenan harus segera dilakukan. Sedangkan apabila udang
mengalami moulting lebih dari 5%, maka pada tambak sebaiknya diberikan kapur
pertanian (CaCO3) dengan dosis 2-3 ppm untuk mengeraskan kulit pada udang
Udang vaname dapat dipanen setelah memiliki umur sekitar 120 hari
dengan berat tubuh berkisar antara 16-20 gr/ ekor. Kegiatan panen udang dilakukan
pada malam hari yang bertujuan untuk menghindari terik matahari saat proses
pemanenan, mengurangi resiko udang ganti kulit akibat stress yang dapat
menurunkan nilai harga jual. Apabila pemanenan dilakukan pada siang hari, dapat
menyebabkan kerusakan tubuh pada udang akibat terjadinya kenaikan suhu secara
Manajemen pasca panen bertujuan untuk menjamin mutu udang agar tetap
baik dan tidak membahayakan konsumen. Adapun yang perlu diperhatikan saat
pasca panen yaitu mempertahankan kondisi udang dari panen hingga pasca panen
pengepakan dengan cara menyusun udang pada wadah styrofoam kedap udara,
dapat mencapai 10 cm. Setelah pengepakan udang selesai, maka dapat langsung
III PELAKSANAAN
Udang Vaname (L. vannamei) secara Intensif Di Unit Pelaksana Teknis Budidaya
Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif yaitu suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
sumbernya, data dapat digolongkan sebagai data primer dan data sekunder. Ada
tiga metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu metode
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden
Sugiharto, 2013). Data yang diambil saat melaksanakan teknik pembesaran udang
vaname (L. vannamei) secara intensif di UPT BAPL Bangil, Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur yaitu pengukuran panjang, lebar, dan tinggi kolam pembesaran; bentuk
umur benih; berat benih; panjang benih; jumlah pakan yang diberikan; sampling;
data pengukuran kualitas air; ukuran saat panen; umur udang saat panen; SR saat
panen; jumlah udang saat panen; serta berat udang saat panen.
mengumpulkan data sesuai dengan yang diinginkan karena data yang tidak relevan
dapat dieliminasi atau setidaknya dikurangi (Nazir, 2011). Kemudian, data yang
diperoleh lebih akurat, tetapi memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar
dibanding jika peneliti menggunakan data sekunder. Ada tiga metode yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu metode survei, metode observasi,
A. Observasi
kegiatan teknik pembesaran udang vaname secara intensif yang diterapkan di UPT
BAPL Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, yang meliputi sarana, prasarana,
B. Wawancara
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pegawai balai, pembimbing lapang, atau
teknik pembesaran udang vaname di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau
C. Partisipasi Aktif
berhubungan dengan pembesaran udang vaname dari aspek sarana dan prasarana
sampai pada aspek biologi udang vaname. Aspek-aspek tersebut meliputi persiapan
sarana dan prasarana, penebaran benih, manajemen pakan, manajemen kualitas air,
Menurut Kurniawan (2012) Data sekunder adalah data yang didapati dari
buku, literatur serta materi tertulis yang relevan dengan tujuan penelitian atau
praktek kerja lapang. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan maupun tidak
dipublikasikan. Data sekunder dikategorikan menjadi dua yaitu, data internal dan
data eksternal. Menurut Nazir (2011) data internal adalah data dokumen akuntansi
dan operasi yang dikumpulkan, dicatat dan disimpan dalam suatu organisasi,
sedangkan data eksternal adalah data sekunder yang pada umumnya disusun oleh
suatu instansi selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Data ini diperoleh
dari data studi literatur, pustaka yang menunjang, laporan dan pustaka yang
Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil
pertama kali berdiri pada tahun 1977 dengan nama Unit Pembinaan Budidaya Air
Payau (UPBAP) berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan. Setelah itu, UPBAP mengalami perubahan SK pada tahun 1987 menjadi
SK Gubernur Jawa Timur No.23 Tahun 1987 yang berisi tentang susunan
organisasi dan tata kerja. Pada tahun 2002, terjadi perubahan nama menjadi Unit
Provinsi Jawa Timur No. 36 Tahun 2002. Pada tahun 2005, mengalami perubahan
nama dan fungsi menjadi Balai Pengembangan Budidaya Air Payau (BPBAP)
berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 27 Tahun 2005. Kemudian pada
tahun 2009 mengalami perubahan fungsi dan kembali berganti nama menjadi Unit
Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (UPT PBAP) Bangil hingga
tahun 2018.
Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur pada bab
II pasal 2 mengenai nomenklatur UPT terdiri dari : 1) UPT Pengujian Mutu dan
Pengembangan Produk Kelautan dan Perikanan; 2) UPT Budidaya Air Payau dan
Pelabuhan Perikanan Pantai, sehingga pada tahun 2018 nama Unit Pelaksana
Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (UPT PBAP) berubah nama menjadi
Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) hingga
sekarang. Dokumentasi tentang UPT BAPL Bangil disajikan pada Gambar 4.1.
tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi, Serta Tata
Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur,
pada pasal 11 dan 12 terkait urairan tugas dan fungsi, Unit Pelaksana Teknis
Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil memiliki tugas dan fungsi
sebagai berikut :
a) Tugas
pendampingan teknis, produksi budidaya air payau dan laut, ketatausahaan dan
pelayanan masyarakat.
b) Fungsi
4). Pelaksanaan inovasi dan kaji terap teknologi perikanan budidaya air payau dan
laut;
5). Pelaksanaan dukungan teknis diseminasi teknologi budidaya air payau dan laut;
dan laut;
8). Pelaksanaan pengujian laboratoris lingkup perikanan budidaya air payau dan
laut;
Lokasi UPT BAPL Bangil beralamat di Jalan Perikanan No. 746 dan
atau lebih tepatnya berlokasi di sebelah utara Kota Bangil yang berjarak kurang
lebih 4 km dari pusat Kota Bangil dan berjarak 12 km dari Kota Pasuruan.
Lokasinya berdekatan dengan pasar ikan di Desa Kalianyar dengan akses jalan yang
mudah untuk dilalui oleh alat transportasi jenis apapun. Kantor dinas UPT BAPL
Bangil dekat dengan wilayah pemukiman penduduk dan lahan tambak baik milik
UPT BAPL Bangil maupun milik warga desa sekitar. Adapun batas-batas wilayah
UPT PBAP Bangil dengan daerah dan wilayah di sekitarnya adalah sebagai berikut:
Dilihat dari segi topografi, lokasi UPT BAPL Bangil memiliki ketinggian 9
meter diatas permukaan air laut. Tekstur tanah di kawasan UPT BAPL Bangil
adalah liat dan bergelombang. Wilayah yang ditempati UPT BAPL Bangil yakni
wilayah Desa Kalianyar Kecamatan Bangil yang memiliki luas kurang lebih
mencapai 11.806.150 m2, terbagi atas 15 Rukun Tetangga (RT) dan 6 Rukun Warga
(RW). Jarak bibir pantai dengan kantor UPT BAPL Bangil yakni 10 km, dimana air
payau berasal dari sungai-sungai yang melintasi wilayah UPT BAPL Bangil dan air
Secara geografis Desa Kalianyar terletak pada 70 15’ LS- 80 15’ LS dan
112° BT - 113° BT dengan ketinggian wilayah 4 m dari permukaan laut. Suhu udara
di wilayah UPT PBAP Bangil berkisar antara 28-32°C dengan suhu perairan yang
KEPALA UPT
BAPL
IBAP
IBL Prigi
Banjarkemuning
IBAP Probolinggo
Tabel 4.1. Struktur Organisasi UPT BAPL Bangil (Sumber: Peraturan Gubernur
Adapun susunan organisasi di UPT BAPL Bangil Pasuruan terdiri dari : Sub Bagian
Tata Usaha; Seksi Perikanan Budidaya Air Payau; Seksi Perikanan Budidaya Laut.
Sub Bagian dan Seksi, dipimpin oleh Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT. Sub Bagian
produksi perikanan budidaya air payau; menyediakan calon induk ikan air payau;
melaksanakan inovasi dan kaji terap teknologi perikanan budidaya air payau;
budidaya laut; menyediakan calon induk ikan air laut; melaksanakan inovasi dan
4.2.1 Sarana
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan (alat
a. Sarana Pokok
Sarana pokok merupakan sarana yang harus ada dalam suatu kegiatan
1) Tambak Pembesaran
Areal tambak di UPT BAPL Bangil memiliki luas 6,0 Ha. Sebagian
besarareal tambak di UPT BAPL Bangil ini sudah memakai konstruksi kolam
10 buah dengan luas kolam yang berbeda-beda. Tambak intensif yang digunakan
Polyethylene dengan ketebalan 0,75 mm. Tambak intensif memiliki kedalaman 100
cm dengan ketinggian pematang 2,2 m. Dalam hal pemasukan dan pengeluaran air
tambak intensif, harus menggunakan bantuan pompa air karena kolam ini tidak
mempunyai inlet atau outlet. Konstruksi tambak HDPE disajikan pada Gambar 4.2.
Pribadi, 2021)
vaname (L. vannamei) di UPT BAPL Bangil juga menggunakan kolam beton
berbentuk lingkaran yang berjumlah dua buah. Kolam beton bulat yang berukuran
kecil memiliki tinggi kolam sebesar 1,7 meter, diameter 7 meter, luas lahan 38,5 m2
dan volume air 57,7 m3. Kolam beton bulat yang berukuran besar memiliki tinggi
kolam sebesar 1,7 meter, diameter 15 meter, luas lahan 176,6 m2, volume air 264,9
m3. Kolam ini terletak di tambak unit 1 UPT BAPL Bangil Pasuruan yang
dilengkapi dengan 1 rumah jaga. sumber air yang digunakan untuk budidaya udang
vaname pada kolam bulat menggunakan air sumur bor dengan kisaran salinitas 10-
Air yang digunakan untuk budidaya pada UPT BAPL Bangil berasal dari
air sumur bor. Proses penyediaan air dengan menggunakan alat pompa air disel
menghasilkan debit air 1697 liter/menit untuk dialirkan ke petakan tambak yang
berjarak 4 meter dari lokasi sumur bor. Kondisi air sumur bor di UPT BAPL Bangil
cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari kondisi fisik air yang jernih, tidak berbau,
dan memiliki suhu sekitar 26-28℃, sedangkan kondisi kimia air tersebut tidak
Penggunaan air juga memiliki fungsi lain seperti untuk membersihkan bak
pada saat persiapan serta digunakan untuk mencuci peralatan yang akan atau setelah
digunakan pada saat pembesaran udang. Pompa pengeboran air untuk budidaya
penting dalam suatu usaha budidaya karena hampir sebagian besar peralatan yang
digunakan menggunakan tenaga listrik. Oleh karena itu, tenaga listrik harus siap
sedia dalam waktu 24 jam. UPT BAPL Bangil dalam melakukan proses budidaya
menggunakan 2 sumber listrik yaitu dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan
listrik sebesar 33.000 watt yang digunakan sebagai penerangan, sumber listrik
pompa air, dan sumber tenaga kincir air. saat kegiatan sehari-hari menggunakan
sumber listrik dari PLN dikarenakan harganya lebih murah, sedangkan sumber
listrik yang berasal dari generator digunakan saat terjadi pemadaman aliran listrik
agar kegiatan budidaya di UPT BAPL Bangil tetap berlangsung. Generator yang
daya sebesar 30 Kw dan kecepatan 1500 rpm. Gambar sumber listrik PLN dan
a b
Gambar 4.5. Sumber Listrik. (a). PLN (b). Generator (Sumber : Dokumentasi
Pribadi, 2021)
4) Sistem Aerasi
oksigen organisme dalam air. Mengingat padat tebar udang yang cukup tinggi pada
suatu kolam, sehingga kandungan oksigen yang tersedia sedikit, maka tambak
udang intensif di UPT BAPL Bangil menggunakan kincir air (mini padd) sebagai
sistem aerasi untuk menyuplai oksigen terlarut. Kincir yang digunakan memiliki
tenaga 1 HP (Horse Power) yang dipasang di tepi bagian tambak. Hal ini bertujuan
agar kincir air lebih efisien dalam mensirkulasi air dan transfer oksigen pada air
berputar dan menyebabkan terjadinya gerakan serta percikan air yang menjadikan
salah satu penyuplai oksigen di dalam perairan. Sistem aerasi yang terdapat pada
5) Anco
Anco merupakan alat yang terbuat dari kawat besi yang berbentuk persegi
dan diberikan jaring di sekeliling permukaannya. Adapun fungsi dari anco antara
lain yaitu untuk mengontrol pemberian pakan, mengontrol kesehatan udang dan
memudahkan saat sampling. Hal ini sesuai dengan pernyataan Malik (2014) bahwa
anco bermanfaat untuk memantau laju konsumsi pakan dan memprediksi jumlah
pakan yang akan ditebar selanjutnya. Anco juga berfungsi untuk mengontrol
4.2.2 Prasarana
Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) adalah sebagai berikut:
1) Transportasi
dalam menjalankan usaha kegiatan budidaya udang vaname. Alat transportasi yang
digunakan di UPT BAPL Bangil antara lain motor jenis tossa, truk tangka air, dan
mobil dinas. Adapun fungsi dari kendaraan sepeda motor jenis tossa yaitu sebagai
pembelian pakan dari suatu tempat, pengangkutan pakan dari gudang utama ke
gudang pakan yang ada di tambak, serta pengangkutan sampah ketika melakukan
kerja bakti. Alat transportasi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.8.
2) Kondisi Jalan
Kondisi jalan menuju kantor UPT BAPL Bangil dapat dikatakan baik
karena jalan sudah dipenuhi dengan paving sehingga sarana transportasi yang lewat
dapat terjangkau ke lokasi tersebut. Namun, jalan menuju lokasi tambak tergolong
buruk. Hal tersebut dikarenakan jalan disana belum mengalami perbaikan serta
kondisi tanah yang berlumpur dan tidak merata, banyak rerumputan di sepanjang
jalan sehingga pada saat musim penghujan jalanan menuju tambak unit 1 licin serta
sulit dilewati oleh kendaraan. Kondisi jalan dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Dokumentasi Pribadi,2021)
3) Komunikasi
telepon, surat menyurat, faximile, website, serta email. Fungsi dari prasarana ini
yaitu sebagai media komunikasi antara pihak dinas dengan dinas lain maupun untuk
4) Bangunan
yaitu bangunan yang terletak di daerah tambak dan daerah kantor dinas. Bangunan
yang berada di daerah tambak antara lain gudang pakan, gudang sarana dan
produksi ikan, gudang mesin, rumah jaga, serta pos jaga. Bangunan yang berada di
daerah kantor dinas antara lain ruang kantor UPT BAPL Bangil, musholla,
perpustakaan dan gedung asrama. Asrama terdiri dari asrama besar yang berfungsi
sebagai tempat tinggal bagi mahasiswa yang praktek kerja lapang dan magang
terdapat pada UPT BAPL Bangil, Pasuruan dapat dilihat pada lampiran 2.
merupakan media utama yang digunakan dalam kegiatan budidaya sehingga perlu
disiapkan dengan baik dan benar. Tujuan dilakukannya persiapan lahan yaitu untuk
berlebihan dan bersifat meracuni udang, menghasilkan udang yang lebih sehat, dan
memudahkan hama maupun agen penyakit lain seperti virus, bakteri, jamur maupun
parasit yang dapat menyebabkan kerugian cukup besar terhadap budidaya udang
vaname. Menurut Sari (2019) tujuan dilakukannya persiapan lahan yaitu sebagai
tempat atau media benur udang agar tumbuh dengan baik dan menghindari
vannamei) secara intensif di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan Laut
(UPT BAPL) Bangil, Pasuruan, Jawa Timur membutuhkan waktu selama kurang
air, pengukuran kadar logam dalam air dan pengaplikasian probiotik air.
Tahap awal persiapan lahan yaitu pembersihan lahan budidaya. Lahan yang
digunakan terbuat dari tambak beton yang memiliki bentuk tabung dengan diameter
7 m, tinggi kolam 1,7 m, luas kolam 38,5 m2, dan volume 57,7 m3. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Rahmawati (2018) bahwa budidaya udang vaname (L.
vannamei) menggunakan kolam beton dipercaya lebih aman dari berbagai serangan
Pembersihan lahan dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 1-2 hari yang
siklus sebelumnya seperti hasil moulting udang, pengendapan lumpur, feses, dan
pakan yang terdapat pada kolam beton kemudian melakukan pencucian kolam
dengan penyemprotan menggunakan air payau yang bersumber dari sumur bor serta
kolam dan dasar kolam. Hal tersebut dikarenakan penggosok panci (grenjeng)
dianggap memiliki kemampuan yang cukup baik untuk mengangkat kerak yang
menempel pada kolam. Alat pembersih lahan dapat dilihat pada Gambar 4.11.
kotoran-kotoran yang menempel pada dasar dan dinding tambak yang berpotensi
sebagai pembawa (carrier) hama dan penyakit selama proses budidaya. Setelah
lumut dan kerak menggunakan sikat nilon. Kegiatan pembersihan lahan dapat
Proses pengeringan lahan di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan
kegiatan menguras atau mengeluarkan seluruh air yang ada di dalam tambak hingga
tidak ada yang tersisa. Tambak dikeringkan menggunakan bantuan sinar matahari
tergantung dengan kondisi cuaca pada area budidaya. Saat musim kemarau, proses
pengeringan hanya membutuhkan waktu 1-3 hari, sedangkan pada musim hujan,
dinding kolam sudah kering tanpa ada air yang tersisa. Fungsi dilakukannya
pengeringan lahan yaitu untuk membunuh bakteri maupun sisa-sisa organisme serta
menguapkan bahan-bahan organik seperti kandungan nitrit dan amonia yang ada di
dasar tambak. Menurut Hartini (2019) proses pengeringan dapat dilakukan selama
bakteri, virus, protozoa yang dapat menimbulkan penyakit hingga kematian massal
pada budidaya udang vaname. Pengeringan lahan dapat dilihat pada Gambar 4.13.
pada udang. Adapun penyakit yang umum menginfeksi udang yakni disebabkan
pemeliharaan dan bersimbiosis dengan udang atau ikan air laut. Kondisi perairan
yang buruk dan kesehatan udang yang menurun, maka bakteri ini akan bersifat
tambak intensif Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL)
Bangil yaitu dengan cara pemberian larutan klorin (Cl) dosis 1 ppm atau 1
mg/Liter. Menurut SNI 8008 (2014) pemberian desinfektan pada media budidaya
dalam satu petakan pemeliharaan yang dinyatakan dalam miligram (mg) atau gram
(g). Luasan kolam bak bulat yaitu 38,5 m2, Sehingga didapatkan kebutuhan klorin
untuk sterilisasi lahan pada bak bulat sebanyak 38,5 ppm. Setelah tercampur merata
kemudian disebar merata pada dinding dan dasar kolam menggunakan timba dan
gayung. Kolam yang sudah disinfeksi didiamkan selama 1-3 hari hingga kolam
benar-benar kering. Kegiatan sterilisasi lahan dapat dilihat pada Gambar 4.14.
intensif UPT BAPL Bangil berbeda dengan pernyataan Susanto dkk. (2014) yaitu
untuk mencegah masuknya hama dan penyakit kedalam kolam budidaya sebaiknya
memberikan bahan krustasida seperti dyvon dosis 1 ppm atau saprovon dosis 0,8-1
ppm serta bahan desinfektan berupa calsium hypochloride (Ca(ClO)2) atau biasa
disebut dengan kaporit juga dapat menggunakan klorin (Cl) sebanyak 15-30 ppm.
Namun dosis terbaik pemberian klorin untuk tambak yang belum mengalami
pengapuran yaitu sebesar 20 ppm. Sehingga kebutuhan klorin yang sesuai dan baik
untuk budidaya udang vaname secara intensif pada bak bulat yaitu sebesar 770 ppm.
Bak yang telah disterilisasi menggunakan klorin didiamkan selama 24 jam dan
4.3.4 Pengapuran
menjaga kestabilan derajat keasaman (pH) air serta memberantas hama dan
penyakit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Jayanti dkk. (2012) bahwa
dalam tanah. Menurut pendapat Akbar (2016) jenis-jenis kapur yang digunakan
untuk kegiatan pengapuran pada budidaya ikan yaitu kalsium oksida (CaO) atau
kapur tohor, kalsium hidroksida Ca(OH)2 atau kapur mati, kalsium karbonat
(CaCO3) atau batu kapur pertanian (kaptan), kapur CaMg(CO3)2 atau kapur dolomit
Adapun perbedaan fungsi dari beberapa jenis kapur yang digunakan untuk
budidaya yaitu : a) kapur tohor (CaO) memiliki sifat dapat menaikkan pH yang
sangat drastis dan mengikat CO2 secara efektif sehingga penggunaan kapur ini
dilakukan saat pengapuran lahan atau media budidaya namun harus memperhatikan
yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan efek negatif terhadap udang; c)
(Ca) dan magnesium (Mg) yang tinggi sehingga dijadikan sebagai sumber mineral
pakan dengan rasio tertentu, dolomit digunakan saat alkalinitas air rendah dan
terjadinya peningkatan pH air yang tidak terlalu drastis; d) kapur pertanian (CaCO3)
atau biasa disebut dengan kaptan mengandung kalsium yang dapat mengikat ion H
pada air sehingga efektif menaikkan pH. Kapur ini apabila diaplikasikan pada air
media budidaya dengan jumlah yang banyak dapat berfungsi untuk menaikkan atau
intensif UPT BAPL Bangil, Pasuruan menggunakan kalsium oksida (CaO) atau
biasa disebut dengan kapur tohor. Menurut Yunus dkk. (2020) kapur tohor (CaO)
merupakan salah satu bahan baku kapur yang mudah ditemui dan memiliki
kandungan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai salah satu sumber kalsium dan magnesium yang dapat
ditambahkan pada pakan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Selain itu kapur
tohor juga memiliki peran untuk mengaktifkan berbagai jenis enzim, memenuhi
kebutuhan kalsium (Ca) , karbohidrat, dan berbagai nutrisi lainnya yang dibutukan
pada udang. Kapur tohor yang digunakan untuk proses pengapuran lahan dapat
tambak intensif UPT. BAPL Bangil membutuhkan kapur tohor (CaO) sebanyak 30
kg dengan luas permukaan lahan sebesar 75,84 m2, sehingga dosis yang digunakan
pada pengapuran lahan bak bulat yaitu sebanyak 395,6 gr/m2. Kegiatan pengapuran
lahan yaitu mula-mula merendam batu kapur tohor (CaO) sebanyak 30 kg dengan
air bersih, kemudian didiamkan selama 1 hari. Setelah 1 hari, kapur tersebut diaduk
hingga tidak terdapat gumpalan dan tercampur secara merata. Hasil adukan tersebut
selama 2-3 hari tergantung dengan kondisi cuaca pada lokasi budidaya. Kegiatan
pengapuran kolam beton di tambak intensif dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Kebutuhan kapur tohor yang digunakan pada budidaya udang vaname (L.
vannamei) di tambak intensif UPT BAPL Bangil berbeda dengan pendapat Akbar
(2016) yaitu dosis penggunaan kapur untuk pengapuran lahan budidaya udang
vaname tergantung pada pH dan alkalinitas tanah. Kebutuhan kapur tohor (CaO)
Menurut SNI 8008 (2014) Kebutuhan kapur dapat dihitung dengan dosis
pendapat Marie dkk. (2017) yaitu pengapuran dilakukan dengan cara melarutkan
kapur terlebih dahulu kedalam air kemudian disiramkan ke setiap sisi dan sudut
Penampakan kolam yang telah mengalami proses pengapuran dapat dilihat pada
Gambar 4.17.
oleh masuknya penyakit pada suatu kolam. Penyakit dapat muncul akibat aktifitas
manusia yang dapat menyebabkan udang stress dan dapat muncul dari hewan
pembawa penyakit seperti burung, kepiting, ular, serta hewan lainnya yang
berpotensi memangsa udang. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan akses
manusia dan hewan liar dengan pembuatan pagar pembatas yang terbuat dari jaring
pada sekeliling kolam budidaya atau bias disebut dengan biosecurity. Biosecurity
dkk., 2017).
tambak intensif UPT BAPL Bangil menggunakan jaring hitam atau biasa yang
disebut dengan waring. Jaring ini terbuat dari bahan PE (polyethylene) dengan
ukuran mesh size sebesar 0,52 cm yang dianggap kuat dan aman untuk melindungi
kolam dari berbagai hewan pengganggu. Masa penggunaan waring dapat mencapai
2 tahun tergantung pada kondisi di lapangan. Jaring waring yang digunakan sebagai
vaname di tambak intensif UPT BAPL Bangil yaitu menggunakan kolam bulat
25 meter pada sekeliling kolam kemudian direkatkan menggunakan cable ties. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Dzakiy dkk. (2017) bahwa penerapan biosecurity
pada lingkungan eksternal yaitu dengan pemasangan pagar yang terbuat dari
material besi, tembok, bambu, jaring, atau material lainnya yang kokoh dan rapat
predator darat yang masuk dari luar area tambak. Selain itu, waring juga dipasang
pada saluran inlet. Pemasangan waring ini dimaksudkan untuk menghalau predator
maupun hama yang masuk melalui jalur air. Kegiatan pemasangan biosecurity
Air memiliki peran yang sangat penting bagi keberhasilan budidaya ikan
dan udang baik sebagai media internal maupun eksternal. Fungsi air sebagai media
internal yaitu sebagai bahan baku reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan
dari dalam tubuh, sedangkan fungsi air sebagai media eksternal yaitu sebagai
habitat hidup ikan dan udang (Eshmat dan Manan, 2013). Oleh karena itu, peran air
sangat penting dalam budidaya udang vaname sehingga perlu menjaga kualitas dan
kuantitas air agar sesuai dengan kebutuhan dan kelangsungan hidup udang.
Proses pengisian air kolam budidaya udang vaname di tambak intensif UPT.
BAPL Bangil dilakukan setelah seluruh kegiatan persiapan sarana operasional dan
pengapuran lahan telah selesai. Kolam beton yang berbentuk tabung diisi dengan
air payau dengan salinitas 10-15 ppt yang bersumber dari air sumur bor. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Sahrijanna dan Sahabuddin (2014) bahwa udang
vaname dapat hidup pada kisaran salinitas 0,5-45 ppt dan udang vaname dapat
tumbuh dengan baik dan optimal pada kisaran garam 15-25 ppt. Air sebelum diisi
dalam kolam harus dipastikan memiliki kualitas air sesuai dengan standar baku
Media yang digunakan sebagai penyalur air dari tanah menuju ke kolam
budidaya yaitu menggunakan pompa sumur bor. Pompa ini memiliki kapasitas 18
HP dan memiliki daya listrik sebesar 13.423 watt. Harga satu buah pompa air
mencapai Rp 5.000.000 dan masa pemakaian pompa air selama 4 tahun. Pompa
sumur ini dilengkapi dengan selang spiral PVC (Poly Vinyl Chloride) berdiameter
6 inci sehingga mampu menghasilkan debit air sebesar 1697 liter/ menit. dapat
Air sumur bor yang telah dipastikan memiliki kualitas baik untuk habitat
spiral sedot pompa air secara perlahan, kolam dibilas terlebih dahulu mulai dari
persiapan lahan budidaya sebelumnya. Setelah kolam sudah dalam keadaan bersih
kemudian mengisi air setinggi 1,5 m dari kolam beton yang memiliki tinggi 1,7 m.
pengisian air dilakukan secara bertahap, pada awalnya pengisian air diupayakan
cukup sedalam 0,5 m dan didiamkan selama 2-3 hari, kemudian pengisian air
alami tumbuh dengan baik. Setelah 7 hari air dinaikkan menjadi 20 cm dan
dinaikkan terus secara bertahap hingga ketinggian yang diinginkan oleh udang,
yaitu sekitar 1-1,5m. Kegiatan pengisian air dapat dilihat pada Gambar 4.21.
tebar yang cukup tinggi yaitu hingga 1000 ekor/m2. Kepadatan udang yang cukup
penggunaan kincir air dan pergantian air (Tampangallo dkk., 2014). Pemasangan
kincir air pada budidaya udang vaname di tambak intensif UPT BAPL Bangil
Kincir yang digunakan yaitu menggunakan satu set mini padd dengan
kekuatan 1 HP dan memiliki daya listrik sebesar 745,7 watt. Harga dari satu set
mini padd dapat mencapai Rp 7.000.000 dengan masa guna selama 3 tahun. Kincir
pemasangan instalasi listrik dan penerangan. Instalasi listrik berupa kabel yang
terhubung dengan sumber listrik diletakkan pada bawah tanah untuk mengalirkan
listrik dari sumber listrik untuk keperluan penerangan dan sumber tenaga untuk
kincir air. Kincir air (mini padd) dapat dilihat pada Gambar 4.22.
Gambar 4.22. Kincir air (mini padd) (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2021)
intensif UPT. BAPL Bangil sesuai dengan pernyataan Putra dan Manan (2014)
bahwa tambak untuk pembesaran udang vaname (L. vannamei) harus dilengkapi
dengan kincir air agar menambah oksigen terlarut (DO) dalam air dengan cara
memperluas permukaan sentuhan air dengan udara serta menambah percikan air
ditempatkan pada saluran inlet atau outlet. Jenis kincir yang digunakan adalah
beracun, dan mengurangi amoniak yang ada di dalam kolam. Pemasangan kincir air
Air yang digunakan untuk budidaya udang vaname di tambak intensif UPT.
BAPL Bangil yaitu bersumber dari sumur bor dengan kisaran salinitas antara 10-
15 ppt. kondisi air sumur bor tentunya tidak lepas dengan kontaminasi atau
campuran zat lain yang berbahaya bagi kelangsungan hidup udang vaname.
sterilisasi air dengan menggunakan kaporit (Ca(ClO)2) 60% dosis 30 ppm. Menurut
SNI 8008 (2014) kebutuhan sterilisasi air pada budidaya udang menggunakan
bahan klorin (Cl) antara 60-90% dilakukan dengan menghitung dosis desinfektan
dikalikan dengan volume air dalam petakan pemeliharaan yang dinyatakan dalam
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suryono dkk, (2017) bahwa salah
satu permasalahan yang sering muncul yaitu manajemen kualitas air yang kurang
baik, sehingga upaya yang dilakukan agar kualitas air tetap terjaga yaitu
(Supito,2017). Kaporit yang digunakan untuk sterilisasi air dapat dilihat pada
Gambar 4.24.
Volume air pada budidaya udang vaname (L. vannamei) di tambak intensif
UPT. BAPL Bangil yaitu mencapai 57,7 m3, sehingga kebutuhan kaporit yang
digunakan untuk kegiatan treatment air yaitu sebesar 1.731.000 ppm atau apabila
dikonversikan pada satuan berat, kebutuhan bubuk kaporit menjadi 1,7 kg. Kegiatan
treatment air yang dilakukan pada budidaya udang vaname secara intensif di UPT
BAPL Bangil yaitu dengan cara melarutkan 2 kg bubuk kaporit dosis 30 ppm
larutan kaporit dituangkan pada kolam yang telah diisi air kemudian air di aerasi
menggunakan kincir mini pad selama 5-7 hari. Dari kegiatan tersebut diperoleh
bahwa kebutuhan kaporit 60% untuk treatment air cukup sesuai dengan ketentuan
(bahan chlorin 60-65%) atau TCCA dengan dosis 15 ppm (bahan aktif chlorin 90%)
dengan langkah mula-mula mengukur ketinggian dan volume pada air kolam,
kemudian menimbang kaporit atau TCCA sesuai dengan kebutuhan volume air.
dari karet untuk keamanan diri. Setelah menimbang kaporit, langkah selanjutnya
mencairkan kaporit dalam ember kemudian disebar merata pada air budidaya.
Penebaran ke tambak harus memperhatikan arah angin. Air yang telah dituangkan
Selanjutnya didiamkan sekitar 1-2 hari untuk menetralisir bahan aktif klorin.
Sumber air yang digunakan untuk budidaya udang vaname (L. vannnamei)
di tambak intensif UPT BAPL Bangil menggunakan sumur bor. Sumur bor
merupakan salah satu jenis sumur buatan yang dibuat dengan bantuan alat bor untuk
mencapai kedalaman tertentu hingga bertemu dengan sumber air tanah yang
melimpah (Misa dkk., 2019). Pada sumur bor tentunya tidak terlepas oleh
kandungan logam berat yang dapat berbahaya bagi organisme budidaya, hal
tersebut dikarenakan logam berat memiliki sifat yang sukar terurai, sehingga mudah
untuk dilebur. Logam berat dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni logam berat non
esensial dan logam berat esesnsial. Logam berat non esensial merupakan logam
yang keberadaannya belum diketahui pasti manfaatnya dan dapat bersifat racun
seperti logam timbal (Pb) sedangkan logam berat esensial sangat dibutuhkan oleh
organisme hidup dalam jumlah tertentu namun apabila pada jumlah yang berlebihan
dapat menimbulkan efek racun contohnya logam besi (Fe) (Ika dkk., 2012).
Air sumur diketahui memiliki kandungan besi (Fe) yang cukup tinggi yaitu
antara 1,69-3,12 mg/L. Logam besi (Fe) merupakan salah satu jenis metal yang
memiliki warna putih keperakan, liat dan mudah dibentuk. Besi (Fe) yang ada di
dalam air dapat bersifat terlarut, berbau amis, menyebabkan air berwarna merah
kekuning-kuningan, dan membentuk lapisan seperti minyak. Ion besi (Fe) dapat
dijumpai pada air alami dengan kadar oksigen yang rendah seperti pada air tanah
(sumur) dan pada daerah danau yang minim udara (Misa dkk., 2019). Pada pH
sekitar 7,5-7,7 ion ferri akan mengalami oksidasi dan berikatan dengan hidroksida
membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak dapat larut dan mengendap di dasar
perairan. Oleh karena itu, Fe hanya ditemukan pada perairan yang berkondisi
anaerob (tanpa udara) dan suasana asam, sehingga apabila air dengan kondisi pH
Air kolam budidaya udang vaname yang telah dikaporit harus dipastikan
memiliki kandungan logam besi (Fe) yang rendah. Pemeriksaan kadar logam yag
Ferrous Iron Reagent Powder sebanyak 3 mg/liter air. Kuvet tersebut tutup dengan
rapat dan didiamkan selama 30-60 menit. Selanjutnya yaitu menyalakan alat dengan
menekan tombol power, meletakkan kuvet yang telah berisi reagen pada
543 nm. Setelah itu menekan all programs dan memilih menu Iron (besi) untuk
mengetahui kandungan logam besi yang terdapat dalam air sampel. Reagen yang
kelemahan yaitu sulit untuk ditemui dan memiliki harga yang cukup mahal, karena
untuk 1 bungkus reagen dapat mencapai Rp 600.000 dengan isi 100 powder pillows
dan berat total 250 gram. Sehingga saat menguji kandungan logam besi pada sampel
air perlu kehati-hatian dan ketelitian agar ketersediaan reagen ini tidak cepat habis.
Pribadi, 2021)
Kandungan logam besi (Fe) pada budidaya udang vaname di kolam intensif
didapatkan hasil sebannyak 0,35 mg/L. Menurut Suriawan dkk. (2019) konsentrasi
logam (Fe) pada suatu perairan budidaya umumnya berkisar antara 0,05-0,2 mg/L
dan berada dalam bentuk senyawa feri hidroksida atau koloid senyawa kompleks
Fe-organik. Standar maksimum kandungan Fe untuk budidaya ikan air payau dan
laut yaitu 0,1 mg/L. Apabila pada suatu perairan yang mengandung logam cukup
tinggi yaitu antara 0,44-1,25 mg/L dapat menimbulkan permasalahan kondisi udang
disebabkan oleh tingginya konsentrasi dari limbah organik, sisa pakan dan feses
dan struktur komunitas benthos yang dapat memengaruhi kualitas air sebagai media
hidup udang (Aatanti dkk.,2014). Menurut Dewi dkk. (2019) kegagalan dalam
budidaya udang disebabkan oleh penyakit udang, pertumbuhan yang lambat, hingga
tingginya tingkat mortalitas akibat infeksi virus maupun bakteri pathogen, sehingga
perlu adanya teknologi yang murah, praktis dan tepat guna meningkatkan produksi
udang.
Salah satu teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan pada budidaya
udang yaitu dengan penggunaan probiotik air. Probiotik dapat didefinisikan sebagai
pencernaan hewan akuatik, air dan sedimen yang digunakan sebagai suplemen
pakan untuk meningkatkan kesehatan inang dan berperan sebagai biokontrol (Dewi
dkk., 2019). Selain sebagai suplemen pakan, probiotik juga berfungsi untuk
volume air 57,7 m3 membutuhkan 7 liter probiotik air yang terbuat dari campuran
susu skim, ragi tape, yakult, EM4, molase dan air. Bakteri yang digunakan pada
probiotik ini yaitu bakteri anaerob jenis Lactobacillus sp. Setelah probiotik
tercampur merata, probiotik didiamkan dalam drum dan ditutup rapat menggunakan
plastik, karet ban, dan penutup drum, kemudian didiamkan selama 7 hari. Probiotik
dipastikan mengandung logam yang cukup rendah yaitu dibawah 0,44 mg/L.
warna air kolam yang berubah menjadi warna coklat. Hal tersebut berbeda dengan
ditambahkan ke air budidaya pada pagi hari setiap satu minggu sekali supaya air
selalu sehat, tidak blooming atau penuh dengan plankton sebagai pakan alami
udang. Pengaplikasian probiotik air dan gambaran air yang telah siap untuk ditebar
Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT. BAPL) Bangil, Pasuruan, Jawa Timur
dilakukan setelah tahap persiapan lahan. Umumnya benih udang dinamakan dengan
(L. vannamei). Apabila kualitas benur yang digunakan tersebut baik dan unggul,
maka dapat menunjang jumlah hasil panen. Kegiatan yang dilakukan setelah
persiapan lahan yakni pengadaan benih, seleksi benih, dan penebaran benih.
Benih udang vaname yang akan ditebar di tambak intensif berasal dari CV.
Pacific Ami Anton (PAA) Kabupaten Situbondo dengan ukuran benih PL-10.
Benur yang digunakan yaitu dari indukan F1 yakni benur yang berasal dari indukan
asli atau indukan rekayasa yang memiliki keunggulan utama yaitu memiliki laju
pertumbuhan yang cepat serta adanya jaminan kualitas yang baik (Sa’adah dan
kantong plastik jenis polyethylene (PE) dan dimasukkan ke dalam wadah sterofoam.
Pengiriman dilakukan saat pukul 03.00-05.00 pagi hari. Menurut Sa’adah dan
Roziqin (2018) benih udang sensitif terhadap perubahan temperatur air. temperatur
air yang tidak sesuai saat pengangkutan menyebabkan benih udang mengalami
cekaman. Oleh karena itu, pengangkutan dilakukan pada saat temperatur rendah
seperti pada pagi hari atau sore hari. Pengiriman benih udang vaname dapat dilihat
pada Gambar 4.29 sedangkan packing benih dapat dilihat pada Gambar 4.30.
2021)
benih yang ditebar. Tersedianya benih udang yang tepat mutu, tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu dan tepat harga tidak hanya mampu menghasilkan produksi
yang maksimal, tetapi juga menjamin kontinyuitas produksi udang di tambak. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal dibutuhkan benih
unggul yang pertumbuhannya cepat serta bebas dari penyakit seperti virus, bakteri,
dilakukannya uji laboratorium untuk memastikan benih dalam kondisi yang sehat
vaname di tambak intensif UPT BAPL Bangil yaitu dengan cara menuangkan benur
secara perlahan pada bak yang berwarna cerah, kemudian diambil dengan saringan
dan diseleksi secara virtual terkait benih yang sehat dan tidak sehat. Kemudian
benih tersebut dipindahkan kedalam bak yang sudah terisi campuran air dari kolam
dengan air yang berasal dari plastik. Saat seleksi benih diselingi dengan perhitungan
jumlah benih untuk mengetahui jumlah benih yang akan ditebar. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Rulianty dkk. (2014) bahwa seleksi benih yang dilakukan
benih, gerakan dan daya tahan benih. Pengamatan visual dapat dilakukan dengan
dengan perbandingan 1:1. Kegiatan seleksi benih dapat dilihat pada Gambar 4.31.
Pathogen Free) yang lolos pada uji PCR dan mendapatkan rekomendasi dari
laboratorium UPT. BAPL Bangil. Penggunaan benih ber- SPF ditujukan agar benih
terbebas dari ancaman penyakit. Menurut Arsad dkk. (2017) benur yang sehat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) ukuran benih seragam; 2) panjang benih >6
mm; 3) aktif berenang secara menyebar dan melawan arus; 4) tubuh berwarna
bening transparan atau putih kecoklatan; 4) memiliki organ tubuh yang lengkap dan
tidak cacat; 5) bentuk tubuh yang ramping dan memanjang serta ekor mengembang;
6) fototaksis positif atau mendekati sumber cahaya; 7) sangat responsif, benur akan
melentik dengan adanya kejutan. Benih udang vaname yang telah di seleksi dapat
barunya. Menurut Arianto dkk. (2018) aklimatisasi merupakan proses adaptasi pada
dua kondisi lingkungan yang berbeda sehingga kondisi tersebut tidak menimbulkan
stress bagi benur. Pada tahap ini, benur akan merasakan adanya perbedaan suhu,
tekanan, pH, salinitas, serta jumlah oksigen yang didapatkan. Aklimatisasi dapat
pada tubuhnya sehingga mereka dapat menyatu dengan lingkungan hidup yang
tingkat kematian (mortalitas) benur pada saat dan setelah penebaran. Stres hingga
kematian benur dapat terjadi dikarenakan kondisi air seperti suhu dan salinitas yang
ada di dalam kantong plastik tidak sama dengan kondisi perairan di tambak
Benur yang akan ditebar pada kolam budidaya adalah benih PL-10 yakni
benih pada fase Post Larva yang berusia 10 hari sebanyak 25.000 ekor. Media yang
akan digunakan yaitu kkolam beton berbentuk bulat dengan luas sebesar 44,16 m2,
sehingga padat tebar per meternya yaitu 566 ekor/ m2. Hal tersebut terdapat
vaname (L. vannamei) dengan teknologi intensif memiliki padat tebar yang tinggi
yaitu bekisar 100-300 ekor/m2. Adanya padat penebaran yang tinggi dapat
memengaruhi proses fisiologis dan tingkah laku udang terhadap ruang gerak yang
pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis udang. Akibat
lanjut dari padat tebar yang tinggi yaitu terjadinya penurunan pemanfaatan
buangan metabolism tubuh, konsumsi oksigen, dan menurunkan kualitas air, serta
terjadinya kompetisi untuk mendapatkan pakan dan ruang gerak. Oleh karena itu,
perlu adanya perawatan secara intensif yaitu melakukan penyiponan setiap hari,
pemberian oksigen yang cukup, kontrol kualitas air, serta pemberian pakan secara
vaname (L. vannamei) di tambak intensif UPT BAPL Bangil dilakukan pada pukul
06.00- 07.00 pagi hari atau pukul 16.00- 16.30 sore hari. Menurut Purnamasari dkk.
(2017) kegiatan penebaran benur dapat dilakukan pada suhu air yang rendah seperti
pada malam hari hingga dini hari. Pada waktu tersebut juga dapat dikatakan
memiliki suhu yang stabil sehingga perbedaan suhu antara lingkungan yang lama
dengan lingkungan yang baru tidak terlalu jauh, kondisi inilah yang dapat
mempercepat proses aklimatisasi atau adaptasi suhu sehingga benur tidak mudah
stress. Sebelum dilakukan penebaran benur, perlu adanya pross aklimatisasi yang
terdiri dari dua tahap, yakni tahap aklimatisasi suhu dan salinitas.
plastik pada air kolam budidaya tanpa membuka kemasan plastik kemudian
didiamkan selama 20-30 menit hingga suhu antara didalam plastik mendekati atau
sama dengan kondisi suhu air di tambak. Suhu dapat dikatakan sama dapat ditandai
dengan adanya embun didalam kantong plastik. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Ghufron dkk. (2017) bahwa penebaran benur diawali dengan proses
aklimatisasi suhu yaitu dengan cara merendam kantong plastik yang telah berisi
benur ke perairan tambak dalam keadaan tertutup hingga muncul adanya uap di
dalam kantong plastik tersebut. Munculnya uap menandakan bahwa suhu di dalam
kantong plastik sudah sama dengan suhu air tambak. Kegiatan aklimatisasi suhu
memasukkannya kedalam bak sambil melakukan seleksi benih yang baik untuk
ditebar. Selanjutnya memasukkan air tambak sedikit demi sedikit ke dalam bak
secara perlahan selama 5-10 menit hingga salinitas di dalam bak sudah sama atau
mendekati sama dengan air tambak dan membiarkan benur keluar dengan
sendirinya dari dalam bak. Hal ini sesuai dengan pendapat Malik (2014) bahwa
salinitas dengan cara memasukkan air tambak ke dalam kantong plastik secara
bertahap hingga salinitas air dalam kantong plastik relative sama dengan salinitas
air di tambak. Pelepasan benur pada kolam budidaya dilakukan dengan cara
akan keluar dengan sendirinya ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar dari
2021)
budidaya udang (Hardianti, 2017). Menurut Kurniawan et al. (2016) biaya pakan
pada budidaya udang mencapai 50-60 persen dari total biaya produksi. Pakan juga
merupakan salah satu faktor pembatas produksi dalam suatu kegiatan budidaya
vaname secara intensif tak terlepas dari manajemen pakan. Manajemen pakan
merupakan salah satu cara dalam pemberian pakan dalam memenuhi kebutuhan
kualitas air, yang disebabkan oleh akumulasi sisa pakan di dasar tambak/kolam
(Marini, 2017). Kualitas air yang menurun dapat menyebabkan stress pada udang,
sehingga udang tidak dapat tumbuh secara optimal dan rentan terhadap penyakit.
Akibatnya angka kematian pada tambak udang tersebut meningkat dan dapat
Kegiatan pemberian pakan udang secara mendasar harus mengacu pada sifat
dan behaviour udang dalam kaitannya dengan feeding habits (kebiasaan pola
perlu memperhatikan hal-hal berikut, seperti jenis dan nutrisi pakan; feed additives;
penyimpanan pakan.
Pakan memiliki peran sebagai sumber nutrisi utama bagi udang dan
menjaga agar tidak under feeding. Marini (2019) menyatakan bahwa pakan buatan
dapat menjadi alternatif sebagai pengganti pakan hidup dan penyediaannya harus
UPT BAPL Bangil menggunakan pakan buatan berjenis crumble dan pellet; serta
Tabel 4.3. Kandungan gizi pakan buatan yang digunakan pada pembesaran udang
vaname di UPT BAPL (Sumber: UPT BAPL, 2021).
probiotik dapat dilakukan melalui pakan dan lingkungan. Probiotik pakan berguna
Pada pembuatan probiotik oral atau biasa disebut probiotik pakan untuk
takaran pembuatan 20 liter dibutuhkan komposisi bahan 1kg daging ikan rucah,
250gr bawang putih, 250gr kunyit, 1 botol EM4, 3 liter molase, 3 butir ragi tape,
195ml susu fermentasi, 1kg susu skim dan air secukupnya. Probiotik tersebut
pembuatan selama 3-4 hari dan proses fermentasi dengan pakan 3 hari. Proses
4.5.2.2 Vitamin
rusak, ketahanan terhadap stress, dan juga menyebabkan molting tidak lengkap.
(Ferraz et al., 2012). Percampuran vitamin C dalam pakan udang vaname dapat
2021)
4.5.2.3 Perekat
Stabilitas pelet dalam air merupakan salah satu indikator dari pakan udang
yang berkualitas. Pakan udang mengandung berbagai jenis pengikat dan umumnya
diolah dalam berbagai jenis pabrik pellet di bawah kelembaban dan suhu yang
melarutkannya pada 500ml air sebanyak 5gr binder/kg pakan. Bahan perekat pellet
menggunakan amino liquid dengan dosis 20-60 ml/kg pakan. Pencampuran amino
liquid pada pakan dilakukan secara langsung pada pakan, tidak boleh dilakukan
dibawah sinar matahari langsung, dan dianginkan selama 10-15 menit sebelum
Pemberian amino liquid pada pagi hari bertujuan untuk perangsang napsu
perangsang nafsu makan (Senthamil and Kumaresan, 2015). Protein (amino liquid)
2021).
Frekuensi pemberian pakan di UPT BAPL Bangil yaitu 3-4 kali sehari.
Setelah program blind feeding selesai maka frekuensi pemberian pakan sebanyak 4
kali sehari karena udang sudah mulai tergantung pada pakan buatan. Selain itu, pada
waktu demand feeding juga semakin banyak sehingga frekuensi pemberian pakan
yang dibutuhkan juga lebih banyak. Waktu pemberian pakan yakni pada pukul
07.00, 12.00, 16.00, dan 21.00. Menurut Fakhriah (2016) frekuensi pemberiaan
pakan pada udang 4-6 kali sehari dengan interval waktu 4 jam sekali. Persentase
pakan yang diberikan terhadap bobot badan udang akan semakin kecil seiring
budidaya udang secara intensif yang ditandai dengan padat tebar benur tinggi dan
lengkap dari luar tambak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pakan
ukuran udang, kualitas air, kondisi dasar tambak, dan ada atau tidaknya penyakit.
Blind feeding merupakan program pakan udang yang diberi pakan sesuai
program yang telah dibuat sebelum kegiatan budidaya berlangsung, tanpa melihat
kondisi udang yang ada di kolam budidaya. Program blind feeding bertujuan untuk
memberikan pakan optimal terhadap benur untuk menjaga Survival Rate (SR) dan
pakan saat blind feeding sesuai dengan Ulum (2016) dengan menghitung total
jumlah penebaran benur dikalikan rata – rata berat badan udang, sedangkan untuk
udang umur 30 hari keatas berdasarkan hasil cek anco serta sipon.
(DOC) ke-1 hingga DOC-30 yakni sebesar 4,5% dari berat awal udang. Karena
pada saat tersebut belum dapat dilakukan sampling, maka populasi dan kebutuhan
pakannya belum dapat ditentukan secara tepat. Jumlah pakan perhari selama blind
Dosis pemberian pakan awal yang diberikan sesuai dengan feeding program
yang telah ditentukan untuk 25.000 ekor benur, dengan penambahan pakan yang
bervariasi pada udang berusia kurang dari 30 hari. Sedangkan setelah udang
berumur lebih dari 30 hari atau setelah dilakukan sampling udang maka
penambahan pakan berdasarkan berat udang dan kontrol anco tetapi tetap
penyesuaian di dalam anco, diberikan setelah umur kultur sebulan hingga panen
pakan pada program demand feeding perlu diperhatikan karena dapat menekan
konsumsi udang sangat dipengaruhi oleh faktor internal (kesehatan udang) dan
faktor ekternal (lingkungan). Tabel program demand feeding dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Jumlah pakan per hari selama demand feeding sangat fluktuatif mengikuti
nafsu makan udang tersebut. Nafsu makan bisa dipengaruhi oleh faktor internal
maupun eksternal. Cara terbaik dalam pemberian pakan secara demand feeding
yaitu dengan pengecekan anco. Pengecekan anco dibutuhkan untuk memantau naik
turunnya nafsu makan udang dan mengetahui tingkat pemberian pakan, sehingga
kebutuhan pakan pada saat itu bisa diestimasikan agar tidak terjadi under feeding
yang dilakukan pada hari itu dan sebelumnya. Estimasi jumlah udang yang masih
hidup dan berada di dalam tambak dapat dihitung dengan kontrol anco dan
persentase pakan. Pengontrolan pakan dengan cek anco dilakukan setelah udang
berumur diatas 30 hari. Hasil dari pengecekan anco akan mempengaruhi dari
penambahan dan pengurangan jumlah pakan yang akan diberikan atau ditebar ke
tambak.
Tambak bulat udang vaname UPT BAPL memiliki 1 buah anco yang
dipasang pada bagian yang sekiranya memiliki arus tidak terlalu deras. Anco yang
digunakan berbentuk persegi dengan panjang sisi 80-100 cm. Kegiatan pemberian
pakan di anco diawali dengan memberi 1% pakan dari jumlah pakan yang
udang untuk makan di anco. Pengontrolan anco dilakukan 1-2 jam setelah
pemberian pakan, bergantung dari nilai tengah berat dari udang serta sisa pakan
yang ada di anco (Tabel 4.4). Jika pakan di anco habis, maka dosis pakan dapat
ditambah secara bertahap dari total pemberian sebelumnya (Tim Perikanan WWF-
Indonesia, 2014). Penambahan dosis pakan berpatokan pada tabel skor anco yang
Tabel 4.4. Tabel waktu pengecekan serta kuantitas pakan di anco, berpatokan
MBW % DI JAM
(gr) ANCO CEK
(jam)
3,0-5,0 0,5 2,0
5,0-8,0 0,8 2,0
8,0-12,0 1 1,5
>12 1,5 1,0
Tabel 4.5. Tabel skoring dan penambahan pakan berdasarkan sisa pakan di anco
Menurut Wayan dkk. (2010) menjelaskan bahwa dari cek anco banyak hal
yang bisa diketahui, antara lain: mengetahui populasi udang atau Survival Rate
protozoa, bakteri atau virus; tingkat konsumsi pakan dan nafsu makan udang;
kondisi udang yang moulting, serta kondisi dasar tambak dengan memperhatikan
warna feses. Pemberian pakan pada cek anco dapat dilihat pada Gambar 4.39.
mengeluarkan endapan bahan organik dari sisa pakan, kotoran dan sisa molting
udang secara rutin. Kegiatan ini dilakukan setelah mencapai Day of Culture (DOC)
30. Hal tersebut dikarenakan pada kolam sudah mulai terdapat endapan bahan
Kegiatan ini dilakukan secara berkala, satu kali dalam satu hari, dengan
durasi waktu satu sampai dua jam. Ulum (2016) menambahkan bahwa frekuensi
sipon dipengaruhi oleh jumlah pakan per hari yang diberikan ke dalam kolam
dengan mengalirkan melalui pipa sebesar 3 inch pada luar kolam yang terhubung
dengan saluran pembuangan. Kegiatan penyiponan air pada kolam budidaya udang
4.5.7 Sampling
menetapkan jumlah pakan harian yang akan diberikan pada program demand
feeding (Husni, 2015). Sampling yang dilakukan di UPT BAPL yakni setiap 10 hari
sekali. Pengambilan sample udang dilakukan secara acak pada tambak dengan cara
menjaring udang. Udang yang masuk ke dalam jaring dimasukkan ke dalam ember
kemudian ditimbang seberat satu kilogram dan dihitung jumlahnya serta berat rata-
rata per ekor udang. Hal tersebut kurang sesuai dengan metode sampling menurut
kincir setengah jam sebelum dilakukan sampling. Penundaan pemberian pakan juga
kondisi kesehatan udang. Pengambilan sample biasanya dilakukan saat pagi hari
pengambilan sample udang yang tepat adalah pagi dan atau sore hari. Hal tersebut
bertujuan agar udang tidak mengalami stres. Kegiatan sampling pada kolam
budidaya udang vaname di tambak intensif dapat dilihat pada Gambar 4.41.
Hasil sampling udang dihitung dan ditimbang berat udangnya. Dari hasil
pertumbuhan atau Avarage Daily Growth (ADG), Specific Growth Rate (SGR),
Food Conversion Rate (FCR), Survival Rate (SR) dan total biomass udang yang
terdapat di kolam budidaya (Suciyono dkk., 2013). Persentase Survival Rate (SR)
udang pada siklus kali ini sebesar 70%. Arsad, dkk. (2017) menyatakan, SR
dikategorikan baik apabila nilai SR> 70%, untuk SR kategori sedang 50-60%, dan
disebabkan oleh ketersediaan nutrisi, yang meliputi protein, karbohidrat dan lemak,
yang sesuai dengan kebutuhan udang vaname. Selain itu, faktor lingkungan yang
1-2 gr/minggu. Average Daily Gain (ADG) pada kolam bulat mengalami fluktuasi
kenaikan dan sedikit penurunan. Pada DOC ke-61 terjadi lonjakan kenaikan berat.
Hal tersebut disebabkan oleh penambahan dosis pakan yang diberikan tiap harinya,
pada rentang DOC 51 hingga DOC 61. Selain itu juga, udang vaname memiliki
Pakan yang dikonsumsi selama satu siklus sebesar 425 kg, dengan biomassa
total sebesar 323,5 kg. Feed Consumption Rate (FCR) pada siklus kali ini memiliki
hasil sebesar 1,3 sehingga dapat dikatakan efisiensi pakan pada tambak baik. Nilai
FCR dikatakan baik jika sesuai dengan FCR standar atau FCR yang ditargetkan.
dalam kondisi panen normal, FCR yang dicapai antara 1,5–2,0 (tergantung dari
media/kondisi lahan tambak yang digunakan). Grafik pertambahan berat dan ADG
0,4 18
0,35 0,35 15,7 16
0,3 0,31 0,31 14
12,6 12
ADG (g/hari)
0,25
Berat (g)
10
0,2 9,48
0,18 0,17 8 ADG (g/hari)
0,15
6 6 Berat (g)
0,1 4,3 4
0,05 2,5 2
0 0
DOC 31 DOC 41 DOC 51 DOC 61 DOC 71 DOC 81
DOC (hari)
Gambar 4.42. Grafik pertambahan berat dan ADG secara berkala (Sumber:
Penyimpanan pakan dengan benar merupakan satu dari berbagai cara untuk
pakan dari segala hal yang dapat menurunkan nilai dan kualitas pakan. Gudang
pakan UPT BAPL Bangil memiliki ventilasi yang cukup, terhindar dari sinar
matahari secara langsung dan dilengkapi dengan palet kayu sebagai dasar peletakan
pakan.
Selama periode budidaya gudang pakan ini tidak pernah dalam keadaan
kosong. Pengambilan pakan diatur sehingga pakan yang masuk pertama kali akan
Bangil sejalan dengan pernyataan Ulum (2016) yang menjelaskan bahwa beberapa
hal yang perlu diperhatikan selama penyimpanan pakan diantaranya pakan harus
diatur dengan sistem First In First Out (FIFO), disimpan di tempat yang kering,
dingin dan berventilasi; pakan disimpan di atas palet kayu dan menghindari
penyimpanan di atas lantai secara langsung; serta pakan harus terhindar dari sinar
matahari secara langsung. Tempat penyimpanan pakan di UPT BAPL Bangil dapat
untuk mengontrol kualitas air dan mengetahui parameter fisika dan kimia yang
sesuai untuk pertumbuhan udang vaname (L. vannamei). Parameter kualitas air
yang diukur meliputi parameter fisika yaitu suhu dan parameter kimia yaitu pH,
salinitas, oksigen terlarut (DO), nitrat (NO3), nitrit (NO2) dan amonia (NH3).
Metode pengukuran dilakukan dengan pengamatan pH, suhu, oksigen terlarut (DO)
dan salinitas dilakukan setiap hari dengan waktu pengamatan pada pagi hari
(07.00), siang hari (12.00) dan sore hari (16.00). Pengukuran nitrat, nitrit dan
Parameter uji kualitas air dalam penelitian ini adalah Amonia (NH3), Nitrit
(NO2) dan Nitrat (NO3) dalam air. Pengukuran parameter ini dilakukan setiap
gelombang antara 380-543 nm. Sedangkan untuk parameter kualitas air seperti pH,
suhu, salinitas dan DO (oksigen terlarut) diamati setiap pagi pukul 07.00, siang hari
pukul 12.00 dan sore hari pada pukul 16.00. Parameter utama pengukuran kualitas
refraktometer dan pH meter. Untuk pengukuran mingguan berupa amonia, nitrit dan
8,1
8
7,9
7,8
7,7
pH
7,6
7,5
7,4
7,3
7,2
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Pagi 7,7 7,47 7,84 7,65
Siang 7,88 7,67 7,99 7,79
Sore 7,83 7,67 8,01 7,69
Pribadi,2021)
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter penting dalam suatu
suatu perairan. Kondisi perairan dikatakan netral apabila nilai pH sama dengan 7
dan kondisi perairan asam bila pH kurang dari 7 sedangkan kondisi perairan basa
bila pH lebih dari 7 (Irianto, 2011). Tingginya nilai pH dipengaruhi oleh kandungan
perairan. Nilai pH juga dipengaruhi oleh proses dekomposisi bahan organik seperti
sebesar 8,98 dan nilai terendah sebesar 7,23. Berdasarkan data pengukuran
didapatkan rata-rata sebesar pada pagi hari sebesar 7,66, siang hari sebesar 7,83 dan
sore hari sebesar 7,8. Kenaikan pH terjadi akibat cuaca yang cerah sehingga cahaya
dan tumbuhan air memanfaatkan CO2 pada siang hari sehingga pH meningkat
sedangkan pada malam hari CO2 dihasilkan oleh organisme melalui respirasi
sehingga pH turun dan bersifat asam. Semakin tinggi CO2 maka pH akan semakin
rendah. pH yang optimum bagi udang berkisar antara 7,5 – 8,5 (Erlangga, 2012).
sehingga bila ketersediaan didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya,
maka segala aktivitas biota akan terhambat (Kordi dan Andi, 2007). Oksigen
diperlukan ikan untuk respirasi dan metabolisme dalam tubuh ikan untuk aktivitas
dalam kegiatan sangat penting karena kondisi yang kurang optimal untuk
utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil
fotosintesis organisme yang hidup di perairan tesebut (Salmin, 2000 dalam Salmin
musiman, tergantung dari tingkat pencemaran dan pegerakan massa air, aktivitas
fotosintesis, respirasi dan air limbah yang masuk kedalam badan air (Effendi,
2003). Grafik Dissolved Oxygen (DO) dapat dilihat pada Gambar 4.45.
7
6
5
DO (mg/l)
4
3
2
1
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pagi 4,37 4,08 4,36 5,01
siang 5,1 6,06 5,82 6,06
sore 3,3 3,8 4,41 3,8
Pribadi,2021)
pengukuran pada pagi hari sebesar 4,45 mg/l, siang hari 5,76 mg/l dan sore hari
3,82 mg/l. Nilai oksigen terlarut tertinggi sebesar 7,28 mg/l pada pagi hari dan nilai
oksigen terlarut terendah sebesar 3,04 mg/l pada sore hari. Pengukuran nilai oksigen
terlarut pada pagi lebih tinggi di bandingkan sore hari disebabkan oleh pengurangan
fitoplankton selama proses penggantian air tambak dengan air masuk dari sumur
bor, sehingga pada sore hari proses fotosintesis oleh fitoplankton tidak sebanyak
pengukuran sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan juga lebih
tinggi sehingga proses fotosintesis oleh fitoplankton meningkat, selain itu angin
yang bertiup kencang sehingga dapat dilihat secara visual pada permukaan air
et al. (2013) mengatakan bahwa pada siang hari oksigen dihasilkan melalui proses
fotosintesis, sedangkan pada malam hari oksigen yang terbentuk akan digunakan
kembali oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Fegen
pemeliharaan udang vanname berkisar antara 4-8 ppm. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa kandungan oksigen yang terdapat pada media pemeliharaan masih optimal
dibudidayakan.
4.6.1.3 Suhu
pertumbuhan dan pola kehidupan udang. Pengaruh suhu pada pertumbuhan udang
vannamei adalah pada spesifitas tahap dan ukuran. Udang muda dapat tumbuh
dengan baik dalam air dengan temperatur hangat, tapi semakin besar udang
tersebut, maka temperatur optimum air akan menurun (Wyban et al. (1991) dalam
tawar. Menurut Suherman dkk. (2002) Pengukuran suhu sangat diperlukan untuk
32
31
30
Suhu (Celsius)
29
28
27
26
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
pagi 28,01 28,54 28,65 28,32
siang 31,38 31,05 30,57 30,43
sore 29,29 29,57 29,67 30,37
Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada tambak udang vaname diperoleh rata-rata
dalam pengukuran selama 2 bulan yaitu pada pagi hari sebesar 28,38 °C siang hari
30,85 °C sore hari 29,72 °C. Suhu tertinggi mencapai 31,7 °C pada saat siang hari,
dan suhu terendah terjadi saat pagi hari yaitu 25,9 C. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa suhu yang terdapat pada media pemeliharaan berada pada kisaran optimal
Utojo dan Tangko (2008) menyatakan bahwa persyaratan suhu air tambak
untuk budidaya udang vanname yang optimal adalah antara 26 °C - 32 °C. Budidaya
ikan membutuhkan ketersediaan air yang cukup dengan kualitas yang baik.
Perubahan suhu yang mendadak berpengaruh buruk pada kehidupan biota yang
dibudidayakan. Pada suhu dibawah 15,5 °C – 12 °C umunya ikan tidak dapat hidup
4.6.1.4 Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi total dari semua ion terlarut seperti sodium,
dalam suatu perairan yang dinyatakan dalam satuan milligram per liter (mg/l).
Salinitas atau kadar garam merupakan parameter penting dalam budidaya udang
dikarenakan berhubungan erat dengan tekanan osmotik dan ionik air, serta tingkat
osmoregulasi udang. Hasil pengukuran salinitas pada tambak udang vaname dapat
12
11,5
11
Salinitas (ppt)
10,5
10
9,5
9
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pagi 10 10 11 11,75
siang 10 10 11,14 11,5
sore 10 10 11,14 11,25
diperoleh rata-rata dalam pengukuran selama 2 bulan yaitu pada pagi hari sebesar
10,68 ppt siang hari 10.66 ppt sore hari 10,59 ppt. Salinitas tertinggi terjadi saat
pagi hari yaitu 12 ppt, dan salinitas terendah sebesar 10 ppt. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa salinitas yang terdapat pada media pemeliharaan berada pada
dibudidayakan.
Kenaikan dan penurunan salinitas dapat dipengaruhi oleh nilai suhu yang
(Badruddin, 2014), Umumnya kisaran salinitas untuk budidaya udang antara 0-35
ppt dan optimal 10-30 ppt. Sedangkan menurut Hendrawati dan Rohmah (2008),
udang dewasa dan induk memerlukan salinitas lebih tinggi > 28 ppt sedangkan pada
4.6.1.5 Nitrat
30
25
20
Nitrat (mg/l)
15
10
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Data 12,9 24,3 23,2 25,5
Nitrat (NO3) adalah hasil produksi dari nitrifikasi yang merupakan bentuk
oksidasi terbanyak dari nitrogen dalam air. Hasil akhir proses nitrifikasi adalah
terbentuknya nitrat. Kandungan nitrit dan nitrat yang baik pada tambak udang yaitu
nitrit <0,1 mg/l dan nitrat <1 mg/l, apabila tidak sesuai, maka akan menimbulkan
diperoleh rata-rata pengukuran sebesar 21,47 mg/l dengan nilai tertinggi sebesar
25,5 mg/l dan nilai terendah sebesar 12,9 mg/l, meskipun konsentrasi NO3 berada
pada kisaran yang tinggi pada pengamatan, nitrat merupakan suatu bentuk yang
Senyawa N-anorganik relatif tidak bersifat racun bagi kehidupan udang dibanding
4.6.1.6 Nitrit
3,5
2,5
Nitrit (mg/l)
1,5
0,5
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Data 0,71 1,96 2,07 3,16
Nitrit merupakan salah satu senyawa kimia pencemar dalam air. Selain
disebabkan oleh kegiatan manusia, peningkatan nitrit dalam air juga dapat
disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan
anorganik yang dapat membahayakan kehidupan udang bila terdapat dalam jumlah
tinggi.
yang tinggi tidak baik untuk budidaya udang karena nitrit mampu menimbulkan
memiliki sel darah merah tapi terlihat ada efek pada udang bila nitrit tinggi (Budi,
2009).
diperoleh rata-rata pengukuran sebesar 1,97 mg/l dengan nilai tertinggi sebesar 3,16
mg/l dan nilai terendah sebesar 0,71 mg/l, nilai ini tergolong membahayakan
perairan. Kandungan nitrit yang baik untuk tambak udang yaitu nitrit <0,1 mg/l
(SNI 8118, 2015). Feses udang vaname diduga menjadi substrat bagi bakteri
4.6.1.7 Amonia
3,5
2,5
Amonia (mg/l)
1,5
0,5
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Data 0,16 2,2 3,3 1
Amonia (NH3) dan garam-garam lainnnya bersifat mudah larut dalam air.
Amonia di perairan berasal dari pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan
nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air yang berasal dari
dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh
mikroba dan jamur (Effendi, 2003). Data penelitian amonia fluktuasi konsentrasi
terendah yaitu 0,021 mg/l dan nilai tertinggi yaitu 3,3 mg/l, nilai ini tergolong
membahayakan perairan. Kandungan NH3 yang baik untuk tambak udang yaitu <
pakan dalam air. Menurut Kordi dan Andi (2007), sebagian besar pakan yang
dimakan oleh ikan dan udang akan dirombak menjadi daging atau jaringan tubuh,
sedangkan sisanya dibuang berupa kotoran padat (feses) dan terlarut (amonia).
Tingginya kandungan NH3 berasal dari akumulasi sisa pakan pada pemeliharaan
senyawa N-organik terus meningkat akibat adanya degradasi sisa pakan yang
perairan hanya cukup untuk pembentukan amonia maka proses oksidasi amonia,
nitrit dan nitrat (nitrifikasi) tidak berjalan sempurna. Selain itu kepadatan mikroba
UPT BAPL Bangil, seperti hama kepiting dan penyakit berak putih (White Feces
Disease). Menurut Herlina (2014) hama dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu
hama predator, hama kompetitor, dan hama perusak. Hama predator merupakan
golongan pemangsa yang dapat memakan langsung udang dalam jumlah yang
hidup udang vaname baik dalam hal makanan, tempat hidup, atau oksigen (O2).
Hama perusak yaitu hewan yang tidak memangsa dan tidak menyaingi kehidupan
udang, namun merusak lingkungan hidup udang yang dipelihara. Misalnya merusak
Salah satu faktor riskan dalam program budidaya adalah hama dan penyakit
meliputi inang yang terinfeksi (benih, induk, dan inang perantara), karier inang
biologis lainnya seperti (burung, serangga dan manusia), serta perantara lain seperti
(air, mobil, ember, sepatu, jaring, pakaian). Penyakit pada suatu organisme
fisiologik normal (Irianto, 2005). Karier-karier tersebut masuk ke dalam sistem air
yang terkontaminasi alami dari inang perairan. Penularan udara dapat melalui
burung yang bermigrasi, serangga maupun angin. Penularan juga dapat melalui
udang. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan datangnya penyakit dan
antibiotik, pestisida, atau senyawa kimia buatan yang lain untuk penanggulangan
penyakit dianggap lebih praktis, efektif, dan murah tetapi penggunaan obat-obatan
hama juga sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu produksi. Hama
ditemukan adanya hama dari jenis crustacean seperti kepiting (Scylla sp.), golongan
sehingga dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu, diperlukan proses
intensif di UPT. BAPL Bangil yaitu White Feces Disease yang disebabkan oleh
bakteri Vibrio. Selain itu pada budidaya udang vaname, sering ditemukan fouling
hitam di seluruh tubuhnya. Penyakit ini juga disebabkan oleh faktor nutrisi seperti
kurang baik.
4.8 Pemanenan
di UPT BAPL Bangil dilakukan secara parsial dan panen total. Panen parsial
merupakan panen sebagian populasi udang yang dilakukan setelah DOC udang >60,
kilogram (Budi, 2019). Bila semakin kecil size udang, maka udang per ekornya
memiliki massa yang lebih besar. Pemanenan secara parisal bertujuan untuk
mengurangi padat tebar dalam kolam agar udang yang tersisa dapat mengalami
Panen parsial dilakukan pada pagi hari untuk menghindari udang molting
dan DO rendah. Udang yang dapat dipanen secara parsial jika telah mencapai
ukuran 80-60 individu/kg (dipanen sebanyak 20-30% total biomassa udang). Panen
parsial dilakukan menggunakan jala lempar sehingga udang yang tertangkap tidak
mudah terlepas.
Panen parsial tambak bulat udang vaname intensif UPT BAPL dilaksanakan
pada DOC-73. Panen parsial menghasilkan sebanyak 130 kg udang, dengan size 79
ekor/kg. Kegiatan panen parsial pada tambak bulat dapat dilihat pada Gambar 4.56.
Panen total yang dilakukan pada tambak bulat udang vaname intensif UPT
biasanya ketika udang telah mencapai size 40 individu/kg. Namun, panen total yang
dilakukan pada siklus ini diakibatkan oleh adanya molting massal pada DOC 82.
Molting massal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan kualitas air karena
hujan pada malam hari. Molting massal mengakibatkan banyak udang stres dan
mati, sehingga perlu dilakukan panen total agar tidak menimbulkan kerugian yang
lebih besar. Panen total dilakukan dengan menggunakan jaring kantong. Udang
yang masih tersisa dapat diambil menggunakan tangan. Pengeringan air untuk
panen total dilakukan dengan cepat untuk menghindari udang molting kembali.
Waktu pemanenan maksimal 3 jam, lebih dari itu udang akan stress (Malik, 2014).
Kegiatan panen total pada bak bulat dapat dilihat pada Gambar 4.57.
Dokumentasi Pribadi,2021).
ditimbang dengan asumsi bobot total udang dalam keranjang dikurangi bobot
keranjang (3 kg). Lalu, menghitung size udang dengan cara jumlah udang yang
dipanen dalam 1 keranjang, dengan massa tertentu, dibagi dengan massa tersebut.
Udang yang dipanen pada tambak bulat intensif udang vaname UPT BAPL
ditimbang, udang vaname diletakkan pada kontainer yang telah diisi oleh es batu
4.9. Hambatan
Hambatan yang didapat selama melakukan Praktek Kerja Lapang antara
lain: proses sterilisasi lahan dilakukan pada malam hari, yang mana menyebabkan
pengeringan lahan menjadi tidak maksimal; adanya hujan pada malam hari
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilakukan, dapat
bulat UPT BAPL Bangil terdiri dari beberapa aspek, antara lain: persiapan lahan;
penebaran benih; manajemen pakan; manajemen kualitas air; hama penyakit; serta
panen.
treatment air, pengukuran kadar logam dalam air, serta pengaplikasian probiotik air.
kapur tohor/CaO dengan dosis 288,5 gr/m2; treatment air menggunakan kaporit
60% dengan dosis 30 mg/l; serta, pengukuran kadar logam dalam air menggunakan
menggunakan bahan utama bakteri Lactobacillus dari hasil fermentasi ragi tape,
Kegiatan penebaran benih yang melalui dua tahap yakni aklimatisasi suhu
manajemen pakan. Manajemen pakan meliputi: jenis dan nutrisi pakan, pakan
Jenis dan nutrisi pakan menggunakan pakan buatan yang berjenis crumble dan
serta protein (amino liquid). Frekuensi pemberian pakan dilakukan 4 kali dalam
sehari, dengan mengacu pada program pakan; cek anco; serta kondisi udang.
hasil sebesar 0,33 gr/hari, dan bobot udang tiap ekornya meningkat hingga
mencapai 15,7gr/ekor.
Hasil pengukuran kualitas air, meliputi: pH dengan rata-rata 7-8; suhu dengan rata-
rata 28-31,7 oC; DO 3,04-7,28 mg/l; pengukuran salinitas dengan rentang 10-12
ppt; nitrat dengan rata-rata 21,47 mg/l; nitrit 1,97 mg/l; amonia 1,66 mg/l.
Pemanenan udang vaname dilakukan setelah mencapai umur dan ukuran yang
ditentukan. Udang vaname dipanen pada DOC 83 dan menghasilkan 193,5 kg,
dengan size 58. Udang vaname yang telah dipanen lalu dijual ke pengepul dengan
sistem lelang.
lain: proses sterilisasi lahan dilakukan pada malam hari, yang mana menyebabkan
pengeringan lahan menjadi tidak maksimal; adanya hujan pada malam hari
5.2 Saran
Berdasarkan kendala yang ditemui dalam kegiatan pembesaran pada
UPT BAPL, disarankan untuk lebih memperbaiki sarana dan prasarana, khususnya
kelistrikan. Agar lebih siap dalam menghadapi kendala seperti pemadaman listrik.
24 jam dan terpapar sinar matahari) agar lahan dapat kering menyeluruh, sehingga
proses sterilisasi dapat berjalan dengan baik. Pemantauan anco dan hasil sipon
sangat diperlukan agar dapat mencegah terjadinya overfeeding. Selain itu perlunya
pemantauan kualitas air secara berkala dan terukur agar dapat mengetahui kondisi
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, J. 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budi Daya Perairan).
Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin. hal 2-6.
Amri, C., D. Siswanta, dan Mudasir. 2009. Determination of Trace Nitrtit As 4-(4-
Nitrobenzenado)-1-Aminonaphthalene Complex by Extraction-
Spectrophotometry. Yogyakarta. 254-260.
Arditya, I. 2019. Efektifitas Penggunaan Kincir Air (Paddle Wheel) pada Tambak
Udang Vannamei di UPT BAPL Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
Praktek Kerja Lapang. Politeknik Kelautan dan Perikanan. Sidoarjo.
Arianto, R.M., A.D.P. Fitri, dan B.B Jayanto. 2018. Pengaruh Aklimatisasi Kadar
Garam Terhadap Nilai Kematian dan Respon Pergerakan Ikan Wader
(Rasbora argyrotaenia) Untuk Umpan Hidup Ikan Cakalang. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 7(2) : 43-
51.
Arsad, S., A, Afandy., A.P. Purwadhi., D.K. Saputra dan N.R. Buwono. 2017. Studi
Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan, 9(1): 1-14.
Biju V. N dan B. Gunalan. 2016. Prevalence of white faeces syndrome in
Litopenaeus vannamei farms in Nagapattinam district. International
Journal of Current Science Research, 2: 1019-1025.
Budi, N.A.R.S. 2019. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Tambak Udang di Kabupaten Kulon Progo. Tesis. STIE YKPN.
Yogyakarta.
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta. 37-42 Hal.
Dewi, N.N., Kismiyati., Rozi., G. Mahasri dan W.H, Setyantini. 2019. Aplikasi
Probiotik, Imunostimulan, dan Manajemen Kualitas Air dalam Upaya
Peningkatan Produksi Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) di Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik. Journal of
Aquaculture and Fish Health, 8(3) : 178-183.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkunan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal.
Sa’adah, W. dan A.F. Roziqin. 2018. Upaya Peningkatan Pemasaran Benur Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Artha Maulana Agung (AMA)
Desa Pecaron, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo. Jurnal
Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 4(1) : 84-97.
Sahrijanna, A. dan Sahabuddin. 2014. Kajian Kualitas Air pada Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Sistem Pergiliran Pakan di
Tambak Intensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. hal 1-8.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana
Volume XXX Nomor 3. 21-26. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.
Sari, H. 2019. Teknik Persiapan Tambak pada Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif Mitra CP. Prima Pasuruan Jawa
Timur. Tugas Akhir. Budidaya Perikanan. Politeknik Pertanian Negeri
Pangkajene Kepulauan. Makassar. 34 hal.
Senthamil, L and Kumaresan, R. 2015. Extraction and Identification of Astaxanthin
from Shrimp Waste. Indian Journal of Research in Pharmacy and
Biotechnology, 3(3): 192-195.
SNI, 2014. Udang Vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) Bagian 1 :
Produksi Induk Model Indor. Standar Nasional Indonesia (SNI). 11 hal.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2015. Produksi Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei, Boone1931) Super Intensif di Tambak Lining. Badan
Standarisasi Nasional. SNI8118 :2015.
Suciyono., Andayani, S and M. Mahmudi.2013. Optimalization of Whiteleg
Shrimp Intensive Ponds Productions with Dynamics System Approach of
Lemah Kembar Village Probolinggo East Java. Online Journal of Animal
and Feed Research. 8pp.
Suherman, R. 2011. Uji Kadar Logam Pb, Cd, dan Fe pada Air Situ Cileduk
Pamulang. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta. 77 hal.
Supito. 2017. Teknik Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Hlm : 1-7.
Suriawan, A., S. Efendi., S. Asmoro dan J. Wiyana. 2019. Sistem Budidaya Udang
(Litopenaeus vannamei) pada Tambak HDPE dengan Sumber Air Bawah
Tanah Salinitas Tinggi di Kabupaten Pasuruan. Jurnal Perekayasaan
Budidaya Air Payau dan Laut, No.14. Hlm : 6-14.
Suryono., E. Wibowo., R. Azizah., R. Ario dan G. Handoyo. 2017. Pengaruh
Penggunaan Kaporit Sebagai Desinfektan Terhadap Daya Aroma Pakan
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang di Unit Pelaksana Teknis Budidaya
Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Perpustakaan Laboratorium
Aklimatisasi salinitas
Perekat (Binder)
Karung Pakan 25 Kg
Amino Liquid
Pakan berbentuk Pellet
Pemberian pakan
a. Suhu
sebagai berikut:
pada layar
- Hasil pengukuran DO (mg/L) dan suhu (oC) akan muncul ikon kunci
pada layar
b. pH
sebagai berikut:
c. Salinitas
- Siapkan refraktometer.
- Lihat nilai salinitasnya dari air yang diukur melalui kaca pengintai.
d. DO (Dissolved Oxygen)
Alat untuk mengukur oksigen terlarut / Dissolved Oxygen dapat dilihat pada
Gambar.
sebagai berikut :
pada layar
- Hasil pengukuran DO (mg/L) dan suhu (C) akan muncul pada layar
e. Nitrat
Alat untuk mengukur kandungan nitrat, nitrit dan amonia dalam air dapat dilihat
pada Gambar.
- Siapkan 4 botol sampel; dan 2 botol ditandai sebagai blanko (B1 dan
B2) dan 2 botol lain sebagai sampel (gunakan kertas label untuk
- Isi botol B1 dan 82 dengan 10 ml air sampel sebagai blanko dan botol 1
- Atur waktu pada spektro. Sampel dikocok selama satu menit, sampel
spektrofotometer,
- Tekan ikon Zero, layar akan menunjukkan 0,0 mg/L NO3- -N;
pembacaan;
- Lakukan hal yang sama pada sampel berikutnya (B2 lalu botol 2 atau
botol ke-2).
f. Nitrit
- Siapkan 4 botol sampel; dan 2 botol ditandai sebagai blanko (B1 dan
B2) dan 2 botol lain sebagai sampel (gunakan kertas label untuk
- Isi botol B1 dan 82 dengan 10 ml air sampel sebagai blanko dan botol 1
- Atur waktu pada spektro. Sampel dikocok selama satu menit, sampel
spektrofotometer,
- Tekan ikon Zero, layar akan menunjukkan 0,0 mg/L NO3- -N;
pembacaan;
- Lakukan hal yang sama pada sampel berikutnya (B2 lalu botol 2 atau
botol ke-2).
g. Amonia
- Siapkan 4 botol sampel; dan 2 botol ditandai sebagai blanko (B1 dan
B2) dan 2 botol lain sebagai sampel (gunakan kertas label untuk
- Isi botol B1 dan 82 dengan 10 ml air sampel sebagai blanko dan botol 1
- Atur waktu pada spektro. Sampel dikocok selama satu menit, sampel
- Atur waktu pada spektro. Sampel dikocok selama satu menit, sampel
- Tekan ikon Zero, layar akan menunjukkan 0,0 mg/L NO3- -N;
pembacaan;
- Lakukan hal yang sama pada sampel berikutnya (B2 lalu botol 2 atau botol
ke-2).
Lampiran 8. Tabel Data Kualitas Air Pembesaran Udang Vaname di UPT BAPL BANGIL
Minggu ke- 1
Minggu ke- 2
Minggu ke- 3
Minggu ke- 4
Refraktometer
Pengukuran pH air
Lampiran 9. Pemanenan