Anda di halaman 1dari 165

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei )


SECARA INTENSIF DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN LAUT (UPT BAPL) BANGIL, KABUPATEN PASURUAN,
JAWA TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG


PROGRAM STUDI S-1 AKUAKULTUR

Oleh :
MELLY MARISTA
RADIVAN MOHAMMAD KHATAMI
JEREMY CHRISTIAN SANTOSO
SURABAYA – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:


Nama : MELLY MARISTA
Nim : 141811133023
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan PKL yang berjudul :
TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SECARA
INTENSIF DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BUDIDAYA AIR PAYAU DAN
LAUT (UPT BAPL) BANGIL, KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR.
Adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam
laporan PKL tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan
mengulang pelaksanaan PKL.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana semestinya.

Surabaya, 10 Desember 2021


Yang membuat pernyataan,

Melly Marista
NIM. 141811133023

ii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:


Nama : RADIVAN MOHAMMAD KHATAMI
Nim : 141811133027
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan PKL yang berjudul :
TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SECARA
INTENSIF DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BUDIDAYA AIR PAYAU DAN
LAUT (UPT BAPL) BANGIL, KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR.
Adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam
laporan PKL tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan
mengulang pelaksanaan PKL.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana semestinya.

Surabaya, 10 Desember 2021


Yang membuat pernyataan,

Radivan Mohammad Khatami


NIM. 141811133027

iii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:


Nama : JEREMY CHRISTIAN SANTOSO
Nim : 141811133047
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan PKL yang berjudul :
TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SECARA
INTENSIF DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BUDIDAYA AIR PAYAU DAN
LAUT (UPT BAPL) BANGIL, KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR.
Adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam
laporan PKL tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan
mengulang pelaksanaan PKL.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana semestinya.

Surabaya, 10 Desember 2021


Yang membuat pernyataan,

Jeremy Christian Santoso


NIM. 141811133047

iv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei )


SECARA INTENSIF DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN LAUT (UPT BAPL) BANGIL, KABUPATEN PASURUAN,
JAWA TIMUR

Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Akuakultur Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :
MELLY MARISTA NIM. 141811133023
RADIVAN MOHAMMAD KHATAMI NIM. 141811133027
JEREMY CHRISTIAN SANTOSO NIM. 141811133047

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Dosen Pembimbing
Universitas Airlangga

Prof. Ir. Moch. Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D. Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M.Sc.
NIP. 197001161995031002 NIP. 198804142018032001

v
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei )


SECARA INTENSIF DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN LAUT (UPT BAPL) BANGIL, KABUPATEN PASURUAN,
JAWA TIMUR

Oleh :
MELLY MARISTA NIM. 141811133023
RADIVAN MOHAMMAD KHATAMI NIM. 141811133027
JEREMY CHRISTIAN SANTOSO NIM. 141811133047

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat


bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya
dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan

Telah diujikan pada


Tanggal : 22 November 2021

KOMISI PENGUJI
Ketua : Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M. Sc.
Anggota : Ir. Boedi Setya Rahardja M.P.
Wahyu Isroni, S.Pi., M.P.

Surabaya, 10 Desember 2021


Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,

Prof. Ir. Moch. Amin Alamsjah, M. Si., Ph.D.


NIP. 197001161995031002

vi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RINGKASAN

MELLY MARISTA. RADIVAN MOHAMMAD KHATAMI. JEREMY


CHRISTIAN SANTOSO. Teknik Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) Secara Intensif di Unit Pelaksanaan Teknis Budidaya Air Payau
dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Dosen
Pembimbing Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M. Sc.
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas
budidaya di Indonesia yang berkembang pesat dewasa ini. Jumlah produksi udang
vaname di Indonesia pada tahun 2018 berdasarkan data Kementrian Kelautan dan
Perikanan mencapai 716.430,69 ton. Udang vaname memiliki berbagai
keunggulan dibandingkan dengan spesies udang lainnya yaitu antara lain memiliki
laju pertumbuhan yang cepat; dapat dibudidayakan dengan padat tebar tinggi;
toleran dengan rentan salinitas tinggi; ukuran panen relatif seragam; serta relatif
mudah dibudidayakan.

Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini ialah untuk mempelajari, memahami
dan mempraktekkan teknik pembesaran udang vaname pada tambak intensif yang
terdiri dari aspek persiapan lahan, penebaran benih, manajemen pakan,
manajemen kualitas air, hama dan penyakit yang timbul, serta mengetahui masalah
yang dihadapi saat budidaya udang vaname secara intensif di Unit Pelaksana
Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur.

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Budidaya


Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Jawa Timur pada tanggal 12 Agustus
2021 - 12 Oktober 2021. Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja
Lapang ini adalah metode observasi secara langsung yang didapatkan sesuai
dengan fakta di lapangan dan sampling dengan mengumpulkan beberapa data dari
sampel yang diteliti meliputi data primer dan sekunder. Pengambilan data primer
dilakukan dengan cara pengamatan, pengukuran, partisipasi aktif dan wawancara.
Sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung data primer yang telah
diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian, buku dan lain sebagainya.

vii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kegiatan pembesaran udang vaname secara intensif dimulai dengan


persiapan lahan yang meliputi pembersihan lahan, pengeringan lahan, sterilisasi
lahan, pengapuran, pemasangan biosecurity, pengisian air, pemasangan kincir,
treatment air, pengukuran kadar logam dalam air, serta pengaplikasian probiotik
air. Kegiatan persiapan lahan memiliki beberapa pengukuran, antara lain:
sterilisasi lahan menggunakan klorin dengan dosis 38,5 ppm; proses pengapuran
menggunakan kapur tohor/CaO dengan dosis 395,6 gr/m2; treatment air
menggunakan kaporit 60% dengan dosis 30 mg/l; serta, pengukuran kadar logam
dalam air menggunakan spektrofotometer.

Selanjutnya dilakukan kegiatan penebaran benih yang melalui dua tahap


yakni aklimatisasi suhu dan salinitas. Setelah penebaran benih, dilakukan
pemberian pakan serta manajemen pakan. Manajemen pakan meliputi: jenis dan
nutrisi pakan, pakan tambahan, frekuensi pemberian pakan, program pakan,
pemberian pakan berdasarkan cek anco, kegiatan penyiponan, sampling, serta
penyimpanan pakan. Jenis dan nutrisi pakan menggunakan pakan buatan yang
berjenis crumble dan pellet. Pakan tambahan/feed additives berupa probiotik
pakan; vitamin; perekat; serta protein (amino liquid). Frekuensi pemberian pakan
dilakukan 4 kali dalam sehari, dengan mengacu pada program pakan; cek anco;
serta kondisi udang. Pertumbuhan bobot harian rata-rata/Average Daily Gain
udang vaname memiliki hasil sebesar 0,33 gr/hari, dan bobot udang tiap ekornya
meningkat hingga mencapai 15,7 gr/ekor.

Selain aspek pakan, kegiatan pembesaran udang vaname juga


memperhatikan manajemen kualitas air serta pengendalian hama dan penyakit.
Hasil pengukuran kualitas air, meliputi: pH dengan rata-rata 7-8; suhu dengan rata-
rata 28-31,7 oC; DO 3,04-7,28 mg/l; pengukuran salinitas dengan rentang 10-12
ppt; nitrat dengan rata-rata 21,47 mg/l; nitrit 1,97 mg/l; amonia 1,66 mg/l.
Pemanenan udang vaname dilakukan setelah mencapai umur dan ukuran yang
ditentukan. Udang vaname dipanen pada DOC 83 dan menghasilkan 193,5 kg,
dengan size 58. Udang vaname yang telah dipanen lalu dijual ke pengepul dengan
sistem lelang.

viii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SUMMARY

MELLY MARISTA. RADIVAN MOHAMMAD KHATAMI. JEREMY


CHRISTIAN SANTOSO. Enlargement Technique of Vaname Shrimp
(Litopenaeus vannamei) on Intensive Farm at Unit Pelaksanaan Teknis
Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Pasuruan Regency, East
Java. Academic Advisor Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M. Sc.
Vaname shrimp (Litopenaeus vannamei) is one of the most growing-
rapidly aquaculture commodities in Indonesia these days. Total amount of
Indonesia’s vaname shrimp production in the year of 2018, based on Ministry of
Marine Affairs and Fisheries, reach 716.430,69 tonne. Vaname shrimp have so
many advantages, compared to another shrimp species, such as: faster growing
rate; can be cultured on high density farm; can tolerate with high salinity range;
most of harvested shrimp have same size; and convenient to culture.

The purpose of Field Work Practice are aims to learn, understand, and
practice the enlargement technique of vaname shrimp on intensive farm, that
consist of many aspects, such as field preparation, seeds dispersal, feed
management, water quality management, pests and disease that could emerge, also
know the problems on cultivation of vaname shrimp’s intensive farm at Unit
Pelaksanaan Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Pasuruan
Regency, East Java.

This Field Work Practice is conducted at Unit Pelaksanaan Teknis


Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Pasuruan Regency, East Java
on August 12th – October 12th 2021. Working methods used in the Field Work
Practice at UPT PBAP Bangil, Pasuruan are live observation method that collect
from the field, and sampling in which covering primary data and secondary data.
Taking data is taken by observation, interview, active participation. and literature
study. While secondary data is used to support primary data that has been obtained,
namely from library materials, literature, research, books and so on.

Intensive vaname shrimp rearing activities begin with land preparation


which includes land clearing, land drying, land sterilization, liming, installation of
biosecurity, water filling, installation of windmills, water treatment, measurement

ix
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

of metal content in water, and application of water probiotics. Land preparation


activities have several measurements, including: land sterilization using chlorine
at a dose of 38,5 ppm; liming process using quicklime/CaO with a dose of 395,6
gr/m2; water treatment using 60% chlorine at a dose of 30 mg/l; and, measurement
of metal content in water using a spectrophotometer.

Furthermore, seed dispersal activities were carried out through two stages,
namely temperature and salinity acclimatization. After dispersal of seeds, do the
feeding and feed management. Feed management includes: type and nutrition of
feed, supplementary feed, frequency of feeding, feeding program, feeding based
on anco check, siphoning, sampling, and storage of feed. Types and nutrition of
feed using artificial feed in the type of crumble and pellet. Feed additives in the
form of feed probiotics; vitamin; adhesive; and protein (amino liquid). The
frequency of feeding is done 4 times a day, with reference to the feeding program;
anco check; and shrimp condition. The average daily gain (ADG) of vaname
shrimp has a yield of 0.33 g/day, and the weight of each shrimp increases to 15.7gr.

In addition to the aspect of feed, vaname shrimp rearing activities also pay
attention to water quality management and pest and disease control. The results of
water quality measurements include: pH with an average of 7-8; temperature with
an average of 28-31.7 oC; DO 3.04-7.28 mg/l; salinity measurement in the range
of 10-12 ppt; nitrate with an average of 21.47 mg/l; nitrite 1.97 mg/l; ammonia
1.66 mg/l. Harvesting of vaname shrimp is done after reaching the specified age
and size. Vannamei shrimp were harvested at DOC 83 and yielded 193.5 kg, with
a size of 58. The harvested vaname shrimp were then sold to collectors using an
auction system.

x
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan Pratek Kerja Lapang

tentang Teknik Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Secara

Intensif Di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau Dan Laut (UPT BAPL)

Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur selesai disusun. Laporan ini disusun

berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di Unit Pelaksana

Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Jawa Timur pada

tanggal 12 Agustus 2021 - 12 Oktober 2021.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,

sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan

kesempurnaan laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga laporan

Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua

pihak, terutama mahasiswa Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga, serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam bidang perikanan.

Surabaya, 21 Oktober 2021

Penulis

xi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan laporan Praktek Kerja Lapang ini tidak dapat terselesaikan tanpa

adanya bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Ir. Mochammad Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D. selaku dekan Fakultas

Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

2. Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang selalu

memberi arahan dan masukan selama penyusunan usulan dan laporan Praktek

Kerja Lapang.

3. Ir. Agustono, M.Kes. selaku koordinator Praktek Kerja Lapang Fakultas

Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

4. Seluruh sivitas akademika Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Airlangga yang telah membantu penulis dalam administrasi dan kelancaran

dalam pelaksanaan PKL.

5. Kedua orang tua, serta saudara yang telah memberikan doa serta dukungan

dalam menjalankan Praktek Kerja Lapang selama 2 bulan.

6. Miftakhul Munir, S.Pi., M.Si selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Budidaya

Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil Pasuruan yang telah menerima dan

memberikan tempat serta fasilitas untuk melakukan Praktek Kerja Lapang.

7. Yudi Kurniawan, S. Pi selaku kepala seksi perikanan Budidaya Air Payau UPT

BAPL Bangil Pasuruan yang telah membimbing serta memberi masukan

selama kegiatan Praktek Kerja Lapang berlangsung.

xii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8. M. Hayatul Fauzi selaku pembimbing lapang yang telah bersedia membimbing

penulis selama kegiatan PKL di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan

Laut (UPT BAPL) Bangil Pasuruan.

9. Mas Rudi, Mas Ghofur, Mas Ayung, Mas Aziz, Mas Aulady, Mas Ubaid, Mbak

Aisyah, Mbak Diza dan Mbak Rani yang telah membimbing dan memberikan

pengalaman serta ilmu yang bermanfaat selama kegiatan Praktek Kerja Lapang.

10. Zela Rahmawati, Rahmad Setyoargo, dan teman-teman seperjuangan PKL

dan magang di UPT BAPL Bangil yang telah membantu dan mendukung

kelancaran jalannya Praktek Kerja Lapang selama 2 bulan.

11. Pak Choirun sekeluarga, serta Bu Sita yang telah memberikan fasilitas,

dukungan serta membantu kelancaran kegiatan Praktek Kerja Lapang.

12. Serta pihak-pihak lain yang turut serta membantu dalam kelancaran Praktek

Kerja Lapang.

Surabaya, 21 Oktober 2021

Penulis

xiii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ..................................................................................................... vii

SUMMARY ..........................................................................................................ix

KATA PENGANTAR...........................................................................................xi

DAFTAR ISI .......................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xx

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xxi

I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................... 2

1.3 Manfaat .................................................................................................. 3

II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4

2.1 Klasifikasi Udang Vaname........................................................................... 4

2.2 Morfologi Udang Vaname ........................................................................... 4

2.3 Habitat dan Tingkah Laku Udang Vaname .................................................. 6

2.4 Makanan dan Kebiasaan Makan Udang Vaname ........................................ 6

2.5 Teknik Budidaya Udang Vaname ................................................................ 7


2.5.1 Sistem Budidaya .................................................................................... 7

2.6 Teknik Pembesaran Udang Vaname Sistem Intensif ............................. 9

xiv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.6.1 Persiapan Tambak ............................................................................ 9


2.6.2 Penebaran Benih............................................................................. 10
2.6.3 Manajemen Pemberian Pakan dan Sampling ................................. 10
2.6.4 Manajemen Kualitas Air ................................................................ 12
2.6.7 Monitoring Hama dan Penyakit ..................................................... 16
2.6.8 Panen dan Pasca Panen .................................................................. 17

III PELAKSANAAN ........................................................................................... 19

3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................... 19

3.2 Metode Kerja........................................................................................ 19

3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 19


3.3.1 Data Primer .................................................................................... 20
3.3.2 Data Sekunder ................................................................................ 22

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 23

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang .................................... 23


4.1.1 Sejarah UPT BAPL Bangil ............................................................ 23
4.1.2 Tugas dan Fungsi UPT BAPL Bangil ............................................ 24
4.1.3 Letak Geografis dan Keadaan Sekitar UPT BAPL Bangil ............ 26
4.1.4 Struktur Organisasi UPT BAPL Bangil ......................................... 27

4.2 Sarana dan Prasarana .................................................................................. 29


4.2.1 Sarana .................................................................................................. 29
4.2.2 Prasarana ............................................................................................. 35

4.3 Kegiatan Persiapan Lahan Budidaya.......................................................... 37


4.3.1 Pembersihan Lahan ............................................................................. 38
4.3.2 Pengeringan Lahan .............................................................................. 40
4.3.3 Sterilisasi Lahan .................................................................................. 41
4.3.4 Pengapuran .......................................................................................... 43
4.3.5 Pemasangan Biosecurity ...................................................................... 47
4.3.6 Pengisian Air ....................................................................................... 49
4.3.7 Pemasangan Kincir .............................................................................. 51
4.3.8 Treatment Air ...................................................................................... 53
4.3.9 Pengukuran Kadar Logam dalam Air.................................................. 55

xv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.3.10 Pengaplikasian Probiotik Air ............................................................ 58

4.4 Kegiatan Penebaran Benih ......................................................................... 60


4.4.1 Pengadaan Benih ................................................................................. 60
4.4.2 Seleksi Benih ....................................................................................... 62
4.4.3 Penebaran Benih .................................................................................. 64

4.5 Manajemen Pakan ...................................................................................... 68


4.5.1 Jenis dan Nutrisi Pakan ....................................................................... 69
4.5.2 Pakan Tambahan (Feed Additive) ....................................................... 70
4.5.3 Frekuensi Pemberian Pakan ................................................................ 74
4.5.4 Program Pakan .................................................................................... 75
4.5.5 Pemberian Pakan Berdasarkan Cek Anco ........................................... 77
4.5.6 Kegiatan Penyiponan........................................................................... 79
4.5.7 Sampling.............................................................................................. 80
4.5.8 Penyimpanan Pakan ............................................................................ 83

4.6 Manajemen Kualitas Air ............................................................................ 84


4.6.1 Parameter Uji....................................................................................... 85

4.7 Pengendalian Hama dan Penyakit .............................................................. 97

4.8 Pemanenan ................................................................................................. 99

4.9. Hambatan ................................................................................................ 102

V PENUTUP ...................................................................................................... 103

5.1 Kesimpulan............................................................................................... 103

5.2 Saran ......................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 106

LAMPIRAN ....................................................................................................... 112

xvi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN
2.1. Morfologi Udang Vaname ………………………………………. 5

4.1. UPT BAPL Bangil, Pasuruan, Jawa Timur ……………………... 24

4.2. Tambak HDPE Udang Vaname …………………………………. 30

4.3. Kolam Bulat Beton ……………………………………………… 30

4.4. Sumur Bor ………………………………………………………. 31

4.5. Sumber Listrik ………………………………………………….. 32

4.6. Kincir Air (mini padd) …………………………………………... 33

4.7. Anco ……………………………………………………………... 34

4.8. Alat transportasi …………………………………………………. 35

4.9. Kondisi jalan menuju UPT BAPL Bangil ……………………….. 36

4.10. Alat komunikasi …………………………………………………. 36

4.11. Alat pembersih lahan ……………………………………………. 39

4.12. Kegiatan pembersihan lahan …………………………………….. 40

4.13. Kegiatan pengeringan lahan ……..……………………………... 41

4.14. Kegiatan sterilisasi lahan ………………………………………... 42

4.15. Kapur tohor (CaO) ………………………………………………. 45

4.16. Kegiatan pengapuran ………………………………………………. 45

4.17. Kolam yang sudah dikapur ……………………………………… 46

4.18 Jaring waring …………………………………………………….. 48

4.19. Pemasangan biosecurity ………………………………………… 49

4.20. Pompa sumur bor ………………………………………………... 50

4.21. Kegiatan Pengisian Air …………………………………………….. 51

xvii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.22 Kincir air (mini padd) …………………………………………… 52

4.23. Pemasangan kincir air …………………………………………… 53

4.24. Kaporit 60% ……………………………………………………... 54

4.25. Kegiatan treatment air ……....…………………………………… 55

4.26. Pengukuran Kadar Logam Air …………………………………... 57

4.27. Probiotik air …………………………………………………....... 59

4.28. Pengaplikasian Probiotik air …………………………………….. 60

4.29. Pengiriman benih udang vaname ………………………………... 61

4.30. Packing benih ……………………………………………………. 61

4.31. Kegiatan seleksi benur …………………………………………... 63

4.32. Hasil seleksi benur ………………………………………………. 63

4.33. Kegiatan aklimatisasi suhu ……………………………………… 66

4.34. Kegiatan aklimatisasi salinitas…………………………………... 67

4.35. Kegiatan percampuran probiotik pakan …………………………. 71

4.36. Percampuran Vit. C dalam pakan ……………………………….. 72

4.37. Perekat pelet udang ……………………………………………… 73

4.38. Protein (Amino Liquid) ………………………………………….. 74

4.39. Kegiatan pemberian pakan pada anco …………………………… 79

4.40. Kegiatan penyiponan dengan menggunakan pipa ……………….. 80

4.41. Kegiatan sampling yang dilakukan di tambak bulat……………... 81

4.42. Grafik pertambahan berat dan ADG secara berkala …………….. 83

4.43. Gudang Pakan …………………………………………………… 84

4.44. Grafik Derajat Keasaman (pH) ………………………………….. 85

xviii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.45. Grafik Dissolve Oxygen (DO)…………………………………… 87

4.46. Grafik Suhu ………………………………………………………... 89

4.47. Grafik Salinitas …………………………………………..………... 91

4.48. Grafik Nitrat ……………………………………………………….. 92

4.49. Grafik Nitrit ……………………..………………………………… 93.

4.50. Grafik Amonia ……………………..……………………………… 94

4.51. Kepiting (Scylla sp.) ……………………………………………….. 97

4.52. Pemanenan secara parsial Tambak Bulat Udang Intensif ………... 99

4.53. Pemanenan Total Tambak Bulat Udang Intensif ………………... 100

xix
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN
4.1. Struktur Organisasi UPT BAPL Bangil ………………………. 27

4.2. Kebutuhan Kapur Tohor ……………………………………… 46

4.3. Kandungan gizi pakan buatan udang vaname ………………… 70

4.4. Waktu pengecekan serta kuantitas pakan di anco …………… 78

4.5. Skoring dan penambahan pakan berdasarkan sisa pakan di anco .. 78

xx
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang ……………………………… 109

2. Bangunan di UPT BAPL Bangil ………………………………. 110

3. Persiapan Lahan dan Penebaran Benih ………………………… 112

4. Manajemen Pakan ……………………………………………… 116

5. Tabel Blind Feeding …………………………………………… 119

6. Tabel Demand Feeding ………………………………………... 120

7. Prosedur pengukuran Kualitas Air ……………………………… 126

8. Tabel Data Kualitas Air ………………………………………... 134

9. Manajemen Kualitas Air ……………………………………….. 139

10. Pemanenan ……………………………………………………... 142

11. Data dalam satu siklus …………………………………………. 144

xxi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu komoditas ekonomi unggulan yang ada di

Indonesia. Lahan perikanan budidaya potensial yang luas, permintaan pasar yang

meningkat, organisme perikanan ekonomis yang dapat dibudidayakan, serta

teknologi budidaya yang semakin berkembang, menjadikan komoditas perikanan

sebagai salah satu komoditas perekonomian yang diperhitungkan. Komoditas

perikanan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok besar, antara lain perikanan

air laut, air payau, maupun air tawar. Komoditas perikanan air payau mulai

diperhitungkan sebagai salah satu penggerak produksi perikanan Indonesia. Salah

satu komoditas yang memiliki nilai ekonomis, nilai nutrisi yang tinggi, serta

permintaan yang sangat besar, baik dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri,

adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei).

Udang vaname (L. vannamei) merupakan salah satu komoditas budidaya di

Indonesia yang berkembang pesat dewasa ini. Produksi udang vaname di Indonesia

menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2018) pada tahun 2017 mencapai

400.073 ton dengan total nilai skala nasional sebesar Rp 22.009.626.415. Udang

vaname memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan spesies lainnya,

antara lain: laju pertumbuhan yang cepat; dapat dibudidayakan dengan padat tebar

tinggi; toleran dengan rentang salinitas yang tinggi; ukuran panen relatif seragam;

serta relatif mudah dibudidayakan (Suriawan dkk., 2019) .

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN.. MELLY DKK..


2
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Usaha budidaya udang vaname intensif tak terlepas dari aspek kualitas air

dan potensi penyakit. Menurut Bhaskoro (2016) kualitas air pada budidaya udang

vaname meliputi DO, Bahan Organik (Nitrit, Nitrat, Amoniak), Salinitas, pH,

Kecerahan, serta Suhu. Bila kualitas air pada budidaya udang vaname tidak

dikontrol dengan baik, maka dapat menurunkan kekebalan tubuh udang dan serta

menyebabkan kematian. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi

udang yang terkena parasit adalah mengontrol kualitas air pada tambak budidaya

intensif serta pengamatan komoditas udang vaname.

UPT BAPL Bangil adalah salah satu balai yang mengembangkan teknik

pembesaran udang vaname. Berdasarkan hal tersebut maka perlu untuk melakukan

praktek kerja lapang di UPT BAPL Bangil. Penguasaan teknik pembesaran udang

vaname didapatkan melalui kegiatan praktek kerja lapang. Dengan adanya praktek

kerja lapang, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

tentang teknik pembesaran udang vaname (L. vannamei) dalam sistem budidaya

intensif serta faktor-faktor yang berpengaruh di dalamnya. Hasil dari sistem yang

baik dan berkesinambungan dapat menghasilkan udang vaname yang tidak

terserang penyakit serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah a) Mengetahui

teknik persiapan lahan udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sistem

budidaya intensif di UPT BAPL Bangil. b) Mengetahui teknik manajemen pakan

pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei). c) Mengetahui teknik

manajemen kualitas air pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


3
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

d) Mempelajari hambatan atau masalah yang terjadi pada teknik pembesaran udang

vaname (Litopenaeus vannamei) pada sistem budidaya intensif di Unit Pelaksana

Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Kabupaten Pasuruan.

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)

ini adalah sebagai berikut a) Mendapatkan pengetahuan, keterampilan, serta

menambah wawasan dalam melakukan teknik persiapan lahan udang vaname

(Litopenaeus vannamei) pada sistem budidaya intensif. b) Mendapatkan

pengetahuan, keterampilan, serta menambah wawasan dalam manajemen pakan

pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei). c) Mendapatkan

pengetahuan, keterampilan, serta menambah wawasan dalam manajemen kualitas

air pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei). d) Mengetahui dan

mengatasi bentuk hambatan maupun kendala teknis dalam kegiatan pembesaran

udang vaname (Litopenaeus vannamei) secara intensif.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


4
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Udang Vaname

Klasifikasi udang vaname menurut Wyban, et al (2000) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

2.2 Morfologi Udang Vaname

Morfologi udang vaname (L. vannamei) memiliki tubuh yang berbuku-buku

dan aktivitas berganti kulit (eksoskeleton) secara periodik (moulting). Bagian tubuh

udang vaname sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk

keperluan makan, bergerak, membenamkan diri ke dalam lumpur (burrowing), dan

memiliki organ sensor, seperti pada antena dan antenula (Kawamura et al., 2018).

Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang kaki maxilliped dan

5 pasang kaki berjalan (periopod). Maxilliped merupakan bagian kaki yang telah

mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk mengambil makan.

Ujung kaki jalan beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus). Dactylus terletak

pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen

terdapat 5 pasang kaki renang (pleopod) dan sepasang ekor (uropod) yang

membentuk kipas bersama-sama telson (Kawamura et al., 2018).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


5
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Bentuk rostrum udang vaname memanjang, langsing, dan pangkalnya

hampir berbentuk segitiga. Uropod berwarna merah kecoklatan dengan ujungnya

kuning kemerah-merahan atau sedikit kebiruan, kulit tipis transparan. Warna

tubuhnya putih kekuningan terdapat bintik-bintik coklat dan hijau pada ekor. Udang

betina dewasa tekstur punggungnya keras, ekor (telson) dan ekor kipas (uropod)

berwarna kebiru-biruan, sedangkan pada udang jantan dewasa memiliki petasma

yang simetris. Spesies ini dapat tumbuh dengan panjang tubuh

mencapai 23 cm (Kawamura et al., 2018).

Adapun morfologi udang vaname (Litopenaeus vannamei) menurut Rais

(2018) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Morfologi Udang Vaname (Rais, 2018)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


6
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.3 Habitat dan Tingkah Laku Udang Vaname

Habitat udang vaname (L. vannamei) pada stadia naupli sampai pada stadia

juvenile adalah perairan payau yang dangkal dan memiliki banyak vegetasi, seperti

muara sungai dan pantai. Udang vaname yang memasuki fase dewasa berpindah ke

perairan dengan salinitas tinggi yang bekisar antara 30-40 ppt seperti pada perairan

laut. Udang vaname dewasa berkelompok menuju tengah laut dengan kedalaman

50 meter untuk melakukan perkawinan (Nadhif, 2016).

Tingkah laku udang vaname (L. vannamei) menurut Virgiandarma (2018),

yaitu: 1) bersifat nokturnal, yaitu udang aktif pada malam hari untuk beraktivitas

dan mencari makan, sedangkan pada siang hari mereka bersembunyi di dalam

substrat; 2) Kanibalisme, udang akan memakan sesama jenisnya yang memiliki

kondisi tubuh lemah (moulting) apabila udang dalam keadaan minim pakan dan

padat tebarnya tinggi; 3) Kebiasaan makan, udang vaname digolongkan dalam

hewan pemakan segala (omnivor) seperti detritus, krustasea kecil, amphipoda, dan

polychaeta. Udang vaname hidup dan mencari makanannya di dasar perairan

(benthic); dan 4) Moulting, yaitu keadaan udang vaname mengalami ganti kulit

secara berkala. Pada stadium larva, udang mengalami moulting setiap 30-40 jam

pada suhu 28º C.

2.4 Makanan dan Kebiasaan Makan Udang Vaname

Udang vaname merupakan hewan air yang tergolong dalam kelompok

omnivor atau pemakan semua jenis makanan seperti, lumut, polychaeta, dan

beberapa krustasea kecil seperti amphipoda, copepod, dan larva kerang. Udang

vaname (L. vannamei) memiliki kebiasaan makan pada waktu-waktu tertentu dalam

sehari, hal tersebut dikarenakan nafsu makan udang sangat dipengaruhi oleh kondisi

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


7
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

udang itu sendiri serta kondisi lingkungan yang ditempatinya. Udang vaname

secara alami merupakan organisme yang aktif pada malam hari (nocturnal)

sedangkan pada siang hari lebih banyak beraktivitas pada dasar substrat atau lumpur

yang terdapat pada kolam budidaya.

Kebiasaan udang mendapatkan makanannya yaitu dengan menggunakan

sinyal kimiawi, apabila terdapat sumber pakan yang mengandung senyawa organik,

maka udang akan mendekati sumber pakan dan langsung menjepit menggunakan

kaki jalan kemudian dimasukkan langsung ke dalam mulut dan udang akan berhenti

makan apabila ia merasa kenyang (Rais, 2018).

2.5 Teknik Budidaya Udang Vaname

2.5.1 Sistem Budidaya

Sistem budidaya pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) menurut Ula

dan Kusnadi (2017), dibagi menjadi tiga yaitu sistem tradisional, sistem semi

intensif, dan sistem intensif.

A) Sistem Tradisional

Sistem budidaya udang secara tradisional atau biasa disebut dengan sistem

ekstensif sering ditemui di tambak-tambak tradisional di seluruh Indonesia.

Tambak udang dengan sistem tradisional masih menggantungkan alam dalam

pengelolaannya, sehingga penanganannya pun tidak rumit. Pemeliharaan dapat diisi

oleh beberapa spesies ikan laut dan udang. Namun ada kekurangan yang

ditimbulkan dalam sistem budidaya ini yaitu penebaran benih harus seragam

dengan kepadatan 8-10 ekor/m2.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


8
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Keadaaan ukuran benih yang tidak seragam, akan menyebabkan

kanibalisme antar udang yang berdampak pada jumlah panen cukup rendah, yaitu

antara 50-500 kg/ha tiap musim tanam (Utami dkk., 2013).

B) Sistem Semi- Intensif

Sistem budidaya semi-intensif merupakan sistem budidaya yang dapat

dilakukan secara polikultur (budidaya ikan atau udang dengan 2 atau lebih spesies

yang berbeda dengan padat tebar 25-40 ekor/m2. Apabila pengelolaan tambak

sistem semi-intensif dilakukan sangat baik, maka hasil panen dapat mencapai 2-3

ton/ha/ musim (Virgiandama, 2018). Ciri-ciri tambak udang semi intensif menurut

Hadie dkk. (2019) yaitu memiliki bentuk persegi panjang dengan luasan tambak

dalam satu petak antara 1-3 ha, setiap petakan dilengkapi dengan saluran inlet dan

outlet, serta diharuskan melakukan persiapan kolam sebelum dilakukan penebaran

benih dan saat pemanenan.

C) Sistem Intensif

Budidaya tambak udang vaname menggunakan sistem intensif memiliki

jumlah hasil produksi mencapai 10 ton/ha dengan padat tebar 62 ekor/m2, sintasan

93% dan nisbah konversi pakan (FCR) 1,3. Budidaya udang intensif optimalnya

memiliki padat tebar udang sebanyak 300.000 ekor / ha. Bila padat tebar benih

semakin tinggi, maka akan membutuhkan pakan yang lebih banyak yang dapat

menimbulkan adanya pencemaran perairan, penyakit udang, dan rendahnya

kelangsungan hidup (Survival Rate). Penggunaan sistem ini dapat diaplikasikan

pada lahan gumuk pasir serta tambak yang ditempatkan pada lereng yang

menghadap ke laut (Triyatmo, 2012).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


9
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.6 Teknik Pembesaran Udang Vaname Sistem Intensif

2.6.1 Persiapan Tambak

Tambak intensif udang vaname berdasarkan Sari (2019) memiliki luas

petakan antara 0,4-0,5 ha, dengan berbentuk bujur sangkar dan kedalaman air antara

150-180 cm. Persiapan tambak merupakan langkah awal dalam budidaya udang

vaname yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengeringan tambak, pembersihan

tambak, perbaikan konstruksi, pengisian air dan pengaturan kincir, serta sterilisasi

air. Tujuan adanya persiapan tambak yaitu sebagai penyedia media hidup udang

agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Langkah awal persiapan tambak yaitu dengan pengeringan tambak dengan

bertujuan membunuh bibit penyakit, memberantas hama, serta mempermudah

dalam perbaikan pematang, kamalir, dan pintu air. Pengeringan tambak yang

menggunakan bahan dasar tanah dilakukan hingga tanah dasar retak-retak,

sedangkan pada tambak plastik HDPE dilakukan hingga plastik benar-benar kering

untuk membunuh teritip yang melekat pada dinding maupun dasar tambak.

Langkah selanjutnya yaitu melakukan pembersihan tambak, yaitu bertujuan

untuk membersihkan segala kotoran yang dapat menyebabkan terganggunya

kehidupan saat pembesaran udang. Setelah pembersihan, melakukan perbaikan

konstruksi tambak dengan penambahan plastik pada daerah pakan yang bertujuan

agar menjaga kebersihan daerah pakan maupun mengurangi padatan tersuspensi.

Pengisian air dan pengaturan kincir dilakukan setelah seluruh persiapan

dasar tambak telah selesai. Tinggi air yang baik pada petak pembesaran udang

diupayakan lebih dari 1,0 m. Setelah dilakukan pengisian air, mengoperasikan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


10
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kincir air sebagai penyuplai oksigen terbaik dalam tambak. Semakin banyak padat

tebar udang dan area kolam yang luas, maka jumlah kincir yang digunakan juga

semakin banyak. Sterilisasi air dilakukan dengan bahan tembaga sulfat, crustacid,

dan kaporit. Sterilisasi tersebut bertujuan untuk membunuh atau mematikan lumut,

membunuh hewan krustasea yang merugikan, membunuh bakteri, serta

mengendapkan residu dari bahan sterilisasi sebelumnya (Arsad dkk., 2017).

2.6.2 Penebaran Benih

Kegiatan penebaran benih udang vaname (L. vannamei) baik dilakukan pada

saat pagi atau sore hari. Hal tersebut bertujuan agar menghindari perubahan suhu

yang ekstrim sehingga benih tidak mudah stres. Benih udang vaname sebelum

dimasukkan ke dalam tambak, dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara

meletakkan plastik yang berisi benur ke permukaan air tambak. Durasi lamanya

proses aklimatisasi atau adaptasi benih berlangsung selama kurang lebih

15 menit (Arsad dkk., 2017). Setelah dilakukannya aklimatisasi suhu kemudian

melakukan aklimatisasi salinitas dengan cara memasukkan air pada kolam budidaya

secara perlahan pada plastik yang berisi benih dan didiamkan selama 5-10 menit,

jika salinitas sudah sesuai bagi kehidupan udang, plastik tersebut dituangkan secara

perlahan hingga benih keluar dengan sendirinya (Malik,2014).

2.6.3 Manajemen Pemberian Pakan dan Sampling

Tahapan setelah penebaran benih adalah pemberian pakan berupa tepung

ikan dan pelet hingga benur berumur mencapai 2 minggu sebanyak 2 kali sehari

untuk PL 1-15, 4 kali sehari untuk benur PL 16-70, dan 5 kali untuk PL 71-120 atau

udang yang sudah siap panen (Arsad dkk., 2017). Prinsip pemberian pakan pada

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


11
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

udang adalah 5% dari berat tubuhnya dan diberikan secara intensif setiap hari. Saat

pemberian pakan sebaiknya kincir air dimatikan untuk menghindari pakan hanyut

oleh arus air. Pakan yang baik untuk diberikan pada udang harus memiliki

kandungan protein 30% dan lemak 10%, hal tersebut digunakan sebagai aktivitas

pertumbuhan dan reproduksi pada udang. Selain memiliki kandungan lemak dan

protein, pakan udang juga harus mengandung vitamin dan mineral sebagai

memperlancar proses metabolisme tubuh, transportasi energi, dan menjaga

keseimbangan osmosis (Tacon et al., 2013).

Manajemen sampling dilakukan untuk mengetahui bobot udang secara

keseluruhan dalam kolam serta menentukan jumlah pakan yang akan diberikan.

Sampling dilakukan setiap 10 hari, setelah udang mencapai Day of Culture (DOC)

30, dengan menggunakan ancho. Menurut Marini (2019), ada beberapa perhitungan

yang harus diperhatikan saat sampling:

a) Perhitungan Average Body Weight (ABW)

ABW (Average Body Weight) adalah berat rata-rata udang per ekor

(Marini, 2019). Rumus yang digunakan adalah:

Berat bersih udang (gr)


ABW (gr/ekor )=
Jumlah udang (ekor)

b) Perhitungan Survival Rate (SR)

SR adalah tingkat kelulushidupan udang yang dinyatakan dalam persen (%)

(Marini, 2019). Rumus yang digunakan adalah :

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


12
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jumlah udang yang hidup (ekor)


%
SR ( )= Jumlah udang yang ditebar (ekor) / x 100%

c) Perhitungan Biomassa

Biomassa adalah berat keseluruhan udang yang ada di dalam tambak

(Marini, 2019). Rumus yang digunakan adalah:

Biomassa = Populasi x ABW

d) Perhitungan Feed Conversion Rate (FCR)

Feed Conversion Rate (FCR) adalah nilai yang menunjukkan perbandingan

antara jumlah pakan yang diberikan dengan bobot biomassa yang dihasilkan

(Marini, 2019). Nilai FCR dikatakan baik jika sesuai dengan FCR standar atau FCR

yang ditargetkan. Berdasarkan pendataan pada tambak intensif dalam kondisi panen

normal, FCR yang dicapai antara 1,5 – 2,0, tergantung dari media/kondisi lahan

tambak yang digunakan (Marini, 2019). Rumus yang digunakan adalah :

Pakan kumulatif(kg)
FCR= Biomassa (kg)

2.6.4 Manajemen Kualitas Air

Pengelolaan budidaya udang vaname tak terlepas dari manajemen kualitas

air. Menurut Mahasri dkk. (2013) manajemen kualitas air merupakan upaya untuk

menjaga atau mengusahakan perairan agar memperoleh keuntungan dengan

berwawasan kelestarian lingkungan tersebut. Manajemen kualitas air berfungsi

untuk memperbaiki kondisi kimia dan biologis dalam media budidaya, sehingga

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


13
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

secara langsung sangat berdampak terhadap tingkat kelangsungan hidup organisme

yang berada di dalamnya. Parameter kualitas air umumnya terbagi menjadi 3

pengukuran, yaitu secara fisika, kimia, dan biologi (Erlangga, 2012).

2.6.5 Parameter Fisika Air

Parameter fisika air yang diukur meliputi suhu. Menurut Qurnianto (2016)

Suhu air sangat dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu rendah, cuaca, dan

lokasi. Suhu sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan

tambak. Apabila terjadi perubahan suhu secara ekstrem, maka dapat menyebabkan

udang mudah stress hingga kematian. Suhu yang ideal untuk pertumbuhan udang

vaname yaitu berkisar antara 28-32ºC (Erlangga, 2012).

2.6.6 Parameter Kimia Air

Parameter kimia kualitas air menurut (Qurnianto, 2016) yaitu meliputi pH,

Salinitas, Oksigen terlarut (DO), amonia (NH3), nitrit (NO2), dan nitrat (NO3).

a) Derajat Keasaman (pH) Air

Derajat keasaman (pH) air merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen dan

mengindikasikan apakah air tersebut bersifat asam atau basa dalam reaksi. pH

sangat dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan zat asam pada suatu

perairan. Semakin tinggi nilai pH, maka semakin tinggi pula kandungan senyawa

amonia dalam air sehingga dapat bersifat toksik, sedangkan apabila pH air rendah

mengakibatkan udang menjadi mudah stres. Menurut Erlangga (2012) pH yang

ideal untuk pertumbuhan udang vaname yaitu berkisar antara 7,5-8,5.

b) Salinitas

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


14
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Salinitas merupakan konsentrasi total dari semua ion terlarut seperti sodium,

potasium, kalsium, magnesium, klorida, sulfat, dan bikarbonat yang terkandung

dalam suatu perairan yang dinyatakan dalam satuan milligram per liter (mg/l).

Salinitas atau kadar garam merupakan parameter penting dalam budidaya udang

dikarenakan berhubungan erat dengan tekanan osmotik dan ionik air, serta tingkat

osmoregulasi udang. Menurut Erlangga (2012) salinitas yang optimal dalam

pertumbuhan udang vaname yaitu sekitar 15-30 ppt. namun, secara umum udang

vaname memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas.

c) Oksigen terlarut / Dissolved Oxygen (DO)

Dissolved Oxygen atau sering juga disebut oksigen terlarut atau kebutuhan

oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis

kualitas yang terkandung dalam air yang dinyatakan dalam satuan part per million

(ppm). Fungsi Oksigen terlarut dalam perairan adalah untuk proses respirasi dan

menguraikan zat organik menjadi anorganik oleh mikroorganisme (Simanjuntak,

2007). Kadar oksigen dalam suatu perairan dipengaruhi oleh meningkatnya bahan

organik, kenaikan suhu, salinitas, respirasi, adanya lapisan di atas permukaan air,

senyawa yang mudah teroksidasi, dan tekanan atmosfir. Oksigen terlarut (DO) yang

optimum untuk pertumbuhan udang vaname yaitu berkisar 4-6 ppm, jika DO

berkisar 7-8 ppm, tambak mengalami titik jenuh yang berdampak pada kesehatan

udang (Naranjo et al., 2012). Bila kandungan DO pada kolam budidaya kurang dari

4 ppm dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti adanya parasit, jamur,

virus, serta bakteri.

d) Amonia (NH3)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


15
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen tidak terionisasi yang bersifat

racun bagi organisme budidaya, walaupun dengan konsentrasi sangat rendah

(Rohman, 2016). NH3 berasal dari sisa pakan pemeliharaan udang yang belum

mengalami proses amonifikasi secara sempurna. Kandungan amonia (NH3) juga

memengaruhi kesehatan pada udang, yang disebabkan oleh bahan organik seperti

sisa pakan, feses, plankton, serta pembusukan bahan organik. Tingginya kandungan

amonia sangat dipengaruhi oleh suhu dan pH air. Semakin rendah pH dan tingginya

suhu, maka kandungan amonia semakin meningkat. Optimalnya kandungan amonia

yang terkandung dalam air sebainya tidak melebihi 1,2 mg/l (Mas’ud, 2011).

e) Nitrit (NO2)

Nitrit merupakan salah satu senyawa kimia pencemar dalam air. Selain

disebabkan oleh kegiatan manusia, peningkatan nitrit dalam air juga dapat

disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan

mengoksidasi amonia menjadi nitrit oleh bakteri Nitrosomonas (Amri, Si sir.2009).

Kandungan nitrit yang baik untuk tambak udang yaitu nitrit <0,1 mg/l (SNI 8118,

2015). Feses udang vaname diduga menjadi substrat bagi bakteri nitrifikasi,

sehingga bakteri nitrifikasi banyak tumbuh yang menyebabkan proses nitrifikasi

berjalan baik dan akumulasi NO2 menjadi lebih sedikit.

f) Nitrat (NO3)

Nitrat (NO3) adalah hasil produksi dari nitrifikasi yang merupakan bentuk

oksidasi terbanyak dari nitrogen dalam air. Kandungan nitrit dan nitrat yang baik

pada tambak udang yaitu nitrit <0,1 mg/l dan nitrat <1 mg/l, apabila tidak sesuai

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


16
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dengan SNI, maka akan menimbulkan racun yang berdampak buruk pada kesehatan

ikan (Khun et al., 2011).

2.6.7 Monitoring Hama dan Penyakit

Menurut Herlina (2014) hama dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu hama

predator, hama kompetitor, dan hama perusak. Hama predator merupakan golongan

pemangsa yang dapat memakan langsung udang dalam jumlah yang banyak. Hama

kompetitor merupakan hewan-hewan yang hidupnya menyaingi hidup udang

vaname baik dalam hal makanan, tempat hidup, atau oksigen (O2). Hama perusak

yaitu hewan yang tidak memangsa dan tidak menyaingi kehidupan udang, namun

merusak lingkungan hidup udang yang dipelihara. Misalnya merusak dasar tambak,

saluran dan pintu air, maupun kebocoran tambak.

Menurut Arief (2014) jenis penyakit yang menyerang pada udang dapat

dikelompokkan menjadi penyakit viral, bakterial, kelompok fouling disease, dan

penyakit karena faktor nutrisi. Penyakit viral pada udang tumbuh akibat

pencemaran pestisida di perairan, perubahan kualitas air secara tiba-tiba, dan

kondisi udang yang stres. Penyakit bakterial pada udang didominasi oleh golongan

Vibrio sp. Contoh kasus udang akibat bakterial antara lain penyakit berak putih atau

White Feces Disease.

Selain itu pada budidaya udang vaname, sering ditemukan fouling organism

dari parasit protozoa. Fouling disease (penyakit penempel) merupakan penyakit

yang disebabkan oleh filum protozoa, diantaranya Zoothamnium, Epistylis,

Vorticella. Penyakit ini juga disebabkan oleh faktor nutrisi seperti ransum atau

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


17
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pakan yang memiliki kualitas rendah, kekurangan vitamin C, manajemen pakan

yang buruk, serta kualitas lingkungan yang kurang baik.

2.6.8 Panen dan Pasca Panen

Strategi yang dilakukan menjelang musim panen yaitu dengan melakukan

pengecekan terhadap udang yang akan dipanen dengan melihat dan melakukan

perhitungan beberapa persen udang yang mengalami proses pergantian kulit atau

moulting. Fase moulting merupakan fase yang rentan bagi udang vaname, karena

udang yang sehat akan menyerang udang yang lemah. Sifat kanibalisme akan

muncul pada udang tersebut. Perlakuan perhitungan udang yang moulting

dilakukan 2-3 hari menjelang panen. Apabila udang vaname mengalami moulting

lebih dari 29%, maka pemanenan harus segera dilakukan. Sedangkan apabila udang

mengalami moulting lebih dari 5%, maka pada tambak sebaiknya diberikan kapur

pertanian (CaCO3) dengan dosis 2-3 ppm untuk mengeraskan kulit pada udang

vaname tersebut (Erlangga, 2012).

Udang vaname dapat dipanen setelah memiliki umur sekitar 120 hari

dengan berat tubuh berkisar antara 16-20 gr/ ekor. Kegiatan panen udang dilakukan

pada malam hari yang bertujuan untuk menghindari terik matahari saat proses

pemanenan, mengurangi resiko udang ganti kulit akibat stress yang dapat

menurunkan nilai harga jual. Apabila pemanenan dilakukan pada siang hari, dapat

menyebabkan kerusakan tubuh pada udang akibat terjadinya kenaikan suhu secara

ekstrem (Virgiandama, 2018).

Manajemen pasca panen bertujuan untuk menjamin mutu udang agar tetap

baik dan tidak membahayakan konsumen. Adapun yang perlu diperhatikan saat

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


18
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pasca panen yaitu mempertahankan kondisi udang dari panen hingga pasca panen

dalam kondisi dingin, udang dicuci di tempat penampungan udang untuk

menghilangkan kotoran yang menempel pada udang, udang dikelompokkan

berdasarkan ukuran dan kualitasnya, kemudian dilakukan penimbangan untuk

mengetahui jumlah udang tersebut. Setelah ditimbang, kemudian dilakukan

pengepakan dengan cara menyusun udang pada wadah styrofoam kedap udara,

udang disusun berselang seling dengan pemberian es yang memiliki ketebalan

dapat mencapai 10 cm. Setelah pengepakan udang selesai, maka dapat langsung

dipasarkan (Erlangga, 2012).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


19
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

III PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan judul Teknik Pembesaran

Udang Vaname (L. vannamei) secara Intensif Di Unit Pelaksana Teknis Budidaya

Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan mulai tanggal 12 Agustus 2021

sampai dengan 12 Oktober 2021.

3.2 Metode Kerja

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif yaitu suatu metode dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penggunaan metode kualitatif adalah untuk menemukan deskripsi, gambaran, pola

hubungan yang bersifat interaktif, menggambarkan realitas yang kompleks,

memperoleh pemahaman makna dan menemukan teori (Benyamin, 2013).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) data dikumpulkan baik lewat

instrumen pengumpulan dan observasi, maupun lewat data dokumentasi. Menurut

sumbernya, data dapat digolongkan sebagai data primer dan data sekunder. Ada

tiga metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu metode

survei, metode observasi, dan metode partisipasi.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


20
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.3.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden

melalui metode kuesioner, wawancara, survey atau observasi (Widharta dan

Sugiharto, 2013). Data yang diambil saat melaksanakan teknik pembesaran udang

vaname (L. vannamei) secara intensif di UPT BAPL Bangil, Kabupaten Pasuruan,

Jawa Timur yaitu pengukuran panjang, lebar, dan tinggi kolam pembesaran; bentuk

kolam pembesaran; komponen kolam pembesaran; jumlah benih; ukuran benih;

umur benih; berat benih; panjang benih; jumlah pakan yang diberikan; sampling;

data pengukuran kualitas air; ukuran saat panen; umur udang saat panen; SR saat

panen; jumlah udang saat panen; serta berat udang saat panen.

Kelebihan penggunaan sumber data primer adalah peneliti dapat

mengumpulkan data sesuai dengan yang diinginkan karena data yang tidak relevan

dapat dieliminasi atau setidaknya dikurangi (Nazir, 2011). Kemudian, data yang

diperoleh lebih akurat, tetapi memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar

dibanding jika peneliti menggunakan data sekunder. Ada tiga metode yang dapat

digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu metode survei, metode observasi,

dan metode partisipasi (Sangadji dan Sopiah, 2010).

A. Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan

sistematis mengenai fenomena sosial budaya, gejala-gejala psikis untuk kemudian

dilakukan pencatatan (Kurniawan, 2012). Observasi PKL ini dilakukan terhadap

kegiatan teknik pembesaran udang vaname secara intensif yang diterapkan di UPT

BAPL Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, yang meliputi sarana, prasarana,

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


21
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kondisi lingkungan, masyarakat dan kondisi cuaca saat melaksanakan kegiatan

pembesaran udang vaname di kolam pembesaran.

B. Wawancara

Menurut Nazir (2011) wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

penanya atau pewawancara dengan penjawab atau narasumber dengan

menggunakan panduan wawancara. Wawancara pada Praktek Kerja Lapang ini

dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pegawai balai, pembimbing lapang, atau

orang yang bersangkutan mengenai sejarah, struktur organisasi, sarana prasarana,

teknik pembesaran udang vaname di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau

dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

C. Partisipasi Aktif

Menurut Nazir (2011) partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu

kegiatan yang dilakukan secara langsung di lapangan. Partisipasi aktif dilakukan

dengan mengikuti secara langsung beberapa kegiatan yang dilakukan di lapangan

berhubungan dengan pembesaran udang vaname dari aspek sarana dan prasarana

sampai pada aspek biologi udang vaname. Aspek-aspek tersebut meliputi persiapan

sarana dan prasarana, penebaran benih, manajemen pakan, manajemen kualitas air,

penanganan hama dan penyakit, serta panen dan pasca panen.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


22
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.3.2 Data Sekunder

Menurut Kurniawan (2012) Data sekunder adalah data yang didapati dari

buku, literatur serta materi tertulis yang relevan dengan tujuan penelitian atau

praktek kerja lapang. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan maupun tidak

dipublikasikan. Data sekunder dikategorikan menjadi dua yaitu, data internal dan

data eksternal. Menurut Nazir (2011) data internal adalah data dokumen akuntansi

dan operasi yang dikumpulkan, dicatat dan disimpan dalam suatu organisasi,

sedangkan data eksternal adalah data sekunder yang pada umumnya disusun oleh

suatu instansi selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Data ini diperoleh

dari data studi literatur, pustaka yang menunjang, laporan dan pustaka yang

berhubungan dengan teknik pembesaran udang vaname secara intensif yang

diterapkan di UPT BAPL Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


23
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang

4.1.1 Sejarah UPT BAPL Bangil

Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil

pertama kali berdiri pada tahun 1977 dengan nama Unit Pembinaan Budidaya Air

Payau (UPBAP) berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan. Setelah itu, UPBAP mengalami perubahan SK pada tahun 1987 menjadi

SK Gubernur Jawa Timur No.23 Tahun 1987 yang berisi tentang susunan

organisasi dan tata kerja. Pada tahun 2002, terjadi perubahan nama menjadi Unit

Pengembangan Budidaya Air Payau (UPBAP) berdasarkan Peraturan Daerah

Provinsi Jawa Timur No. 36 Tahun 2002. Pada tahun 2005, mengalami perubahan

nama dan fungsi menjadi Balai Pengembangan Budidaya Air Payau (BPBAP)

berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 27 Tahun 2005. Kemudian pada

tahun 2009 mengalami perubahan fungsi dan kembali berganti nama menjadi Unit

Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (UPT PBAP) Bangil hingga

tahun 2018.

Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 74 tahun 2018 tentang

Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit

Pelaksanaan Teknis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur pada bab

II pasal 2 mengenai nomenklatur UPT terdiri dari : 1) UPT Pengujian Mutu dan

Pengembangan Produk Kelautan dan Perikanan; 2) UPT Budidaya Air Payau dan

Laut; 3) UPT Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan; 4) UPT Pelatihan

Teknis Kelautan, Perikanan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Probolinggo; 5) UPT

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


24
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pelabuhan Perikanan Pantai, sehingga pada tahun 2018 nama Unit Pelaksana

Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (UPT PBAP) berubah nama menjadi

Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) hingga

sekarang. Dokumentasi tentang UPT BAPL Bangil disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. UPT BAPL Bangil, Pasuruan, Jawa Timur (Sumber:

Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.1.2 Tugas dan Fungsi UPT BAPL Bangil

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 74 Tahun 2018

tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi, Serta Tata

Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur,

pada pasal 11 dan 12 terkait urairan tugas dan fungsi, Unit Pelaksana Teknis

Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil memiliki tugas dan fungsi

sebagai berikut :

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


25
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

a) Tugas

Tugas pokok UPT BAPL Bangil diantaranya yaitu melaksanakan sebagian

tugas teknis Dinas dibidang pengembangan teknologi, kaji terap, diseminasi,

pendampingan teknis, produksi budidaya air payau dan laut, ketatausahaan dan

pelayanan masyarakat.

b) Fungsi

Fungsi UPT BAPL Bangil diantarannya sebagai berikut :

1). Penyusunan perencanaan program dan Kegiatan UPT;

2). Pelaksanaan produksi budidaya air payau dan laut;

3). Penyediaan calon induk ikan air payau dan laut;

4). Pelaksanaan inovasi dan kaji terap teknologi perikanan budidaya air payau dan

laut;

5). Pelaksanaan dukungan teknis diseminasi teknologi budidaya air payau dan laut;

6). Pelaksanaan pengembangan teknologi budidaya air payau dan laut;

7). Pelaksanaan pendampingan teknis kepada kelompok pembudidaya air payau

dan laut;

8). Pelaksanaan pengujian laboratoris lingkup perikanan budidaya air payau dan

laut;

9). Pelaksanaan ketatausahaan dan pelayanan masyarakat;

10). Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan;

11). Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


26
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.1.3 Letak Geografis dan Keadaan Sekitar UPT BAPL Bangil

Lokasi UPT BAPL Bangil beralamat di Jalan Perikanan No. 746 dan

terletak di Desa Kalianyar, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

atau lebih tepatnya berlokasi di sebelah utara Kota Bangil yang berjarak kurang

lebih 4 km dari pusat Kota Bangil dan berjarak 12 km dari Kota Pasuruan.

Lokasinya berdekatan dengan pasar ikan di Desa Kalianyar dengan akses jalan yang

mudah untuk dilalui oleh alat transportasi jenis apapun. Kantor dinas UPT BAPL

Bangil dekat dengan wilayah pemukiman penduduk dan lahan tambak baik milik

UPT BAPL Bangil maupun milik warga desa sekitar. Adapun batas-batas wilayah

UPT PBAP Bangil dengan daerah dan wilayah di sekitarnya adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kabupaten Sidoarjo

 Sebelah Selatan : Kelurahan Kalirejo

 Sebelah Barat : Desa Masangan

 Sebelah Timur : Desa Tambakan

Dilihat dari segi topografi, lokasi UPT BAPL Bangil memiliki ketinggian 9

meter diatas permukaan air laut. Tekstur tanah di kawasan UPT BAPL Bangil

adalah liat dan bergelombang. Wilayah yang ditempati UPT BAPL Bangil yakni

wilayah Desa Kalianyar Kecamatan Bangil yang memiliki luas kurang lebih

mencapai 11.806.150 m2, terbagi atas 15 Rukun Tetangga (RT) dan 6 Rukun Warga

(RW). Jarak bibir pantai dengan kantor UPT BAPL Bangil yakni 10 km, dimana air

payau berasal dari sungai-sungai yang melintasi wilayah UPT BAPL Bangil dan air

laut yang berada tidak jauh dari UPT BAPL Bangil.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


27
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Secara geografis Desa Kalianyar terletak pada 70 15’ LS- 80 15’ LS dan

112° BT - 113° BT dengan ketinggian wilayah 4 m dari permukaan laut. Suhu udara

di wilayah UPT PBAP Bangil berkisar antara 28-32°C dengan suhu perairan yang

digunakan sebagai media budidaya berkisar antara 27-31°C.

4.1.4 Struktur Organisasi UPT BAPL Bangil

KEPALA UPT
BAPL

Kepala Seksi Kepala Seksi


Kepala Seksi Tata
Perikanan Budidaya Perikanan Budidaya
Usaha
Air Payau Air Laut

IBAP Lamongan IBL Boncong

IBAP
IBL Prigi
Banjarkemuning

IBAP Probolinggo

Tabel 4.1. Struktur Organisasi UPT BAPL Bangil (Sumber: Peraturan Gubernur

No. 74 Tahun 2018)

Susunan organisasi dan tata kerja UPT BAPL Bangil ditetapkan

berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 74 Tahun 2018.

Adapun susunan organisasi di UPT BAPL Bangil Pasuruan terdiri dari : Sub Bagian

Tata Usaha; Seksi Perikanan Budidaya Air Payau; Seksi Perikanan Budidaya Laut.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


28
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sub Bagian dan Seksi, dipimpin oleh Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT. Sub Bagian

Tata Usaha mempunyai tugas: melaksanakan pengelolaan dan pelayanan

administrasi umum; melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian;

melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan; melaksanakan pengelolaan

administrasi perlengkapan dan peralatan kantor; melaksanakan kegiatan hubungan

masyarakat; melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga; melaksanakan

pengelolaan penyusunan program, anggaran dan perundang-undangan;

melaksanakan pengelolaan kearsipan UPT; melaksanakan monitoring dan evaluasi

organisasi dan tatalaksana; dan melaksanakan tugas-tugas lain

yang diberikan oleh Kepala UPT.

Seksi Perikanan Budidaya Air Payau mempunyai tugas: menyusun

perencanaan kegiatan Seksi Perikanan Budidaya Air Payau; melaksanakan

produksi perikanan budidaya air payau; menyediakan calon induk ikan air payau;

melaksanakan inovasi dan kaji terap teknologi perikanan budidaya air payau;

melaksanakan dukungan teknis diseminasi teknologi budidaya air payau;

melaksanakan pendampingan teknis kepada kelompok pembudidaya air payau;

melaksanakan pengujian laboratoris lingkup perikanan budidaya air payau;

melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan melaksanakan tugas-tugas

lain yang diberikan oleh Kepala UPT.

Seksi Perikanan Budidaya Laut mempunyai tugas: menyusun perencanaan

kegiatan Seksi Perikanan Budidaya Laut; melaksanakan produksi perikanan

budidaya laut; menyediakan calon induk ikan air laut; melaksanakan inovasi dan

kaji terap teknologi perikanan budidaya laut; melaksanakan dukungan teknis

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


29
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

diseminasi teknologi perikanan budidaya laut; melaksanakan pendampingan teknis

kepada kelompok pembudidaya laut; melaksanakan pengujian laboratoris lingkup

perikanan budidaya laut; melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan

melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT.

4.2 Sarana dan Prasarana

4.2.1 Sarana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana merupakan segala

sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan (alat

dan media). Sarana pembesaran udang vaname meliputi :

a. Sarana Pokok

Sarana pokok merupakan sarana yang harus ada dalam suatu kegiatan

produksi. Sarana pokok juga merupakan komponen utama dalam mendukung

keberhasilan kegiatan budidaya (Kordi dan Tamsil, 2010).

1) Tambak Pembesaran

Areal tambak di UPT BAPL Bangil memiliki luas 6,0 Ha. Sebagian

besarareal tambak di UPT BAPL Bangil ini sudah memakai konstruksi kolam

terpal. Pembagian tambak memakai istilah RP (Rearing Pond). Petak RP berjumlah

10 buah dengan luas kolam yang berbeda-beda. Tambak intensif yang digunakan

untuk lokasi PKL memiliki luas 2000 m2.

Tambak intensif dilapisi plastik geomembran HDPE atau High Density

Polyethylene dengan ketebalan 0,75 mm. Tambak intensif memiliki kedalaman 100

cm dengan ketinggian pematang 2,2 m. Dalam hal pemasukan dan pengeluaran air

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


30
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tambak intensif, harus menggunakan bantuan pompa air karena kolam ini tidak

mempunyai inlet atau outlet. Konstruksi tambak HDPE disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Tambak HDPE Udang Vaname (Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2021)

Selain tambak HDPE atau High Density Polyethylene, budidaya udang

vaname (L. vannamei) di UPT BAPL Bangil juga menggunakan kolam beton

berbentuk lingkaran yang berjumlah dua buah. Kolam beton bulat yang berukuran

kecil memiliki tinggi kolam sebesar 1,7 meter, diameter 7 meter, luas lahan 38,5 m2

dan volume air 57,7 m3. Kolam beton bulat yang berukuran besar memiliki tinggi

kolam sebesar 1,7 meter, diameter 15 meter, luas lahan 176,6 m2, volume air 264,9

m3. Kolam ini terletak di tambak unit 1 UPT BAPL Bangil Pasuruan yang

dilengkapi dengan 1 rumah jaga. sumber air yang digunakan untuk budidaya udang

vaname pada kolam bulat menggunakan air sumur bor dengan kisaran salinitas 10-

11 ppt. Kolam bulat beton dapat dilihat pada Gambar 4.3.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


31
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.3. Kolam Bulat Beton (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

2) Persediaan Air Untuk Budidaya

Air yang digunakan untuk budidaya pada UPT BAPL Bangil berasal dari

air sumur bor. Proses penyediaan air dengan menggunakan alat pompa air disel

yang berkapasitas 18 HP yang diberi selang PVC berdiameter 6 inci sehingga

menghasilkan debit air 1697 liter/menit untuk dialirkan ke petakan tambak yang

berjarak 4 meter dari lokasi sumur bor. Kondisi air sumur bor di UPT BAPL Bangil

cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari kondisi fisik air yang jernih, tidak berbau,

dan memiliki suhu sekitar 26-28℃, sedangkan kondisi kimia air tersebut tidak

mengandung logam berat, pH antara 7,5-8,5 dan DO 1,5 ppm.

Penggunaan air juga memiliki fungsi lain seperti untuk membersihkan bak

pada saat persiapan serta digunakan untuk mencuci peralatan yang akan atau setelah

digunakan pada saat pembesaran udang. Pompa pengeboran air untuk budidaya

disajikan pada Gambar 4.4.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


32
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.4. Sumur Bor (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

3) Sistem Penyediaan Listrik

Adanya ketersediaan tenaga listrik merupakan sarana pokok yang sangat

penting dalam suatu usaha budidaya karena hampir sebagian besar peralatan yang

digunakan menggunakan tenaga listrik. Oleh karena itu, tenaga listrik harus siap

sedia dalam waktu 24 jam. UPT BAPL Bangil dalam melakukan proses budidaya

menggunakan 2 sumber listrik yaitu dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan

menggunakan generator. Listrik yang bersumber dari PLN menggunakan daya

listrik sebesar 33.000 watt yang digunakan sebagai penerangan, sumber listrik

pompa air, dan sumber tenaga kincir air. saat kegiatan sehari-hari menggunakan

sumber listrik dari PLN dikarenakan harganya lebih murah, sedangkan sumber

listrik yang berasal dari generator digunakan saat terjadi pemadaman aliran listrik

agar kegiatan budidaya di UPT BAPL Bangil tetap berlangsung. Generator yang

digunakan UPT BAPL Bangil bermodel AC GENERATOR GDP38FDS dengan

daya sebesar 30 Kw dan kecepatan 1500 rpm. Gambar sumber listrik PLN dan

generator dapat disajikan pada Gambar 4.5.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


33
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

a b

Gambar 4.5. Sumber Listrik. (a). PLN (b). Generator (Sumber : Dokumentasi

Pribadi, 2021)

4) Sistem Aerasi

Budidaya udang vaname (L. vannamei) secara intensif harus dilengkapi

dengan sistem aerasi dikarenakan memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan

oksigen organisme dalam air. Mengingat padat tebar udang yang cukup tinggi pada

suatu kolam, sehingga kandungan oksigen yang tersedia sedikit, maka tambak

udang intensif di UPT BAPL Bangil menggunakan kincir air (mini padd) sebagai

sistem aerasi untuk menyuplai oksigen terlarut. Kincir yang digunakan memiliki

tenaga 1 HP (Horse Power) yang dipasang di tepi bagian tambak. Hal ini bertujuan

agar kincir air lebih efisien dalam mensirkulasi air dan transfer oksigen pada air

tambak. Selanjutnya kincir dihubungkan dengan aliran listrik sehingga kincir

berputar dan menyebabkan terjadinya gerakan serta percikan air yang menjadikan

salah satu penyuplai oksigen di dalam perairan. Sistem aerasi yang terdapat pada

UPT BAPL Bangil dapat disajikan pada Gambar 4.6.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


34
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.6. Sistem aerasi (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2021)

5) Anco

Anco merupakan alat yang terbuat dari kawat besi yang berbentuk persegi

dan diberikan jaring di sekeliling permukaannya. Adapun fungsi dari anco antara

lain yaitu untuk mengontrol pemberian pakan, mengontrol kesehatan udang dan

memudahkan saat sampling. Hal ini sesuai dengan pernyataan Malik (2014) bahwa

anco bermanfaat untuk memantau laju konsumsi pakan dan memprediksi jumlah

pakan yang akan ditebar selanjutnya. Anco juga berfungsi untuk mengontrol

kesehatan serta pertumbuhan udang. Anco disajikan pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Anco (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2021)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


35
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.2.2 Prasarana

Prasarana merupakan segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya kegiatan. Prasarana yang tersedia di Unit Pelaksana Teknis

Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL) adalah sebagai berikut:

1) Transportasi

Alat transportasi merupakan salah satu sarana penunjang yang penting

dalam menjalankan usaha kegiatan budidaya udang vaname. Alat transportasi yang

digunakan di UPT BAPL Bangil antara lain motor jenis tossa, truk tangka air, dan

mobil dinas. Adapun fungsi dari kendaraan sepeda motor jenis tossa yaitu sebagai

alat transportasi yang berhubungan dengan kegiatan budidaya khususnya

pembelian pakan dari suatu tempat, pengangkutan pakan dari gudang utama ke

gudang pakan yang ada di tambak, serta pengangkutan sampah ketika melakukan

kerja bakti. Alat transportasi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Alat transportasi (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

2) Kondisi Jalan

Kondisi jalan menuju kantor UPT BAPL Bangil dapat dikatakan baik

karena jalan sudah dipenuhi dengan paving sehingga sarana transportasi yang lewat

dapat terjangkau ke lokasi tersebut. Namun, jalan menuju lokasi tambak tergolong

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


36
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

buruk. Hal tersebut dikarenakan jalan disana belum mengalami perbaikan serta

kondisi tanah yang berlumpur dan tidak merata, banyak rerumputan di sepanjang

jalan sehingga pada saat musim penghujan jalanan menuju tambak unit 1 licin serta

sulit dilewati oleh kendaraan. Kondisi jalan dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Kondisi jalan menuju UPT BAPL Bangil (Sumber :

Dokumentasi Pribadi,2021)

3) Komunikasi

Prasarana komunikasi yang terdapat di UPT BAPL Bangil antara lain

telepon, surat menyurat, faximile, website, serta email. Fungsi dari prasarana ini

yaitu sebagai media komunikasi antara pihak dinas dengan dinas lain maupun untuk

keperluan komunikasi dengan masyarakat yang berhubungan dengan kepentingan

budidaya udang. Alat komunikasi dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Alat komunikasi (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


37
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4) Bangunan

Bangunan- bangunan yang berada di UPT BAPL Bangil terbagi menjadi 2

yaitu bangunan yang terletak di daerah tambak dan daerah kantor dinas. Bangunan

yang berada di daerah tambak antara lain gudang pakan, gudang sarana dan

produksi ikan, gudang mesin, rumah jaga, serta pos jaga. Bangunan yang berada di

daerah kantor dinas antara lain ruang kantor UPT BAPL Bangil, musholla,

laboratorium basah, gudang pakan utama, rumah karyawan, bangsal pembenihan,

perpustakaan dan gedung asrama. Asrama terdiri dari asrama besar yang berfungsi

sebagai tempat tinggal bagi mahasiswa yang praktek kerja lapang dan magang

maupun karyawan yang bekerja di UPT BAPL Bangil. Bangunan-bangunan yang

terdapat pada UPT BAPL Bangil, Pasuruan dapat dilihat pada lampiran 2.

4.3 Kegiatan Persiapan Lahan Budidaya

Kegiatan persiapan lahan merupakan salah satu faktor penting terhadap

keberhasilan budidaya udang vaname (L. vannamei). Kolam atau tambak

merupakan media utama yang digunakan dalam kegiatan budidaya sehingga perlu

disiapkan dengan baik dan benar. Tujuan dilakukannya persiapan lahan yaitu untuk

menetralkan keasaman tanah, membersihkan sisa-sisa kotoran hasil kegiatan

budidaya sebelumnya, mengeliminasi adanya pengkayaan unsur hara yang

berlebihan dan bersifat meracuni udang, menghasilkan udang yang lebih sehat, dan

mengurangi penggunaan obat-obatan selama proses budidaya (Rochman,2016).

Kolam budidaya udang yang memiliki kondisi tidak bersih menyebabkan

lingkungan yang tidak nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan udang,

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


38
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

memudahkan hama maupun agen penyakit lain seperti virus, bakteri, jamur maupun

parasit yang dapat menyebabkan kerugian cukup besar terhadap budidaya udang

vaname. Menurut Sari (2019) tujuan dilakukannya persiapan lahan yaitu sebagai

tempat atau media benur udang agar tumbuh dengan baik dan menghindari

terjadinya peristiwa gagal panen. Teknik persiapan lahan meliputi pengeringan,

pembesihan tambak, perbaikan konstruksi, pengisian air, pengaturan kincir,

sterilisisasi air, dan pembentukan warna air.

Kegiatan persiapan lahan untuk pembesaran udang vaname (Litopenaeus

vannamei) secara intensif di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan Laut

(UPT BAPL) Bangil, Pasuruan, Jawa Timur membutuhkan waktu selama kurang

lebih 15 hari yang meliputi pembersihan lahan, pengeringan, sterilisasi lahan,

pengapuran, pengisian air, pemasangan biosecurity, pemasangan kincir, treatment

air, pengukuran kadar logam dalam air dan pengaplikasian probiotik air.

4.3.1 Pembersihan Lahan

Tahap awal persiapan lahan yaitu pembersihan lahan budidaya. Lahan yang

digunakan terbuat dari tambak beton yang memiliki bentuk tabung dengan diameter

7 m, tinggi kolam 1,7 m, luas kolam 38,5 m2, dan volume 57,7 m3. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Rahmawati (2018) bahwa budidaya udang vaname (L.

vannamei) menggunakan kolam beton dipercaya lebih aman dari berbagai serangan

penyakit dikarenakan kolam beton tidak terkontaminasi dengan tanah.

Pembersihan lahan dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 1-2 hari yang

diawali dengan pengurasan air, mengeluarkan dan mengangkat sisa-sisa budidaya

siklus sebelumnya seperti hasil moulting udang, pengendapan lumpur, feses, dan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


39
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pakan yang terdapat pada kolam beton kemudian melakukan pencucian kolam

dengan penyemprotan menggunakan air payau yang bersumber dari sumur bor serta

membersihkannya menggunakan penggosok panci (grenjeng) pada bagian dinding

kolam dan dasar kolam. Hal tersebut dikarenakan penggosok panci (grenjeng)

dianggap memiliki kemampuan yang cukup baik untuk mengangkat kerak yang

menempel pada kolam. Alat pembersih lahan dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11. Alat pembersih lahan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Menurut Ghufron dkk. (2017) sebelum dilakukannya penebaran benih

udang vaname, tambak beton dicuci terlebih dahulu menggunakan penyemprotan

air tawar. Tujuan dilakukannya pencucian kolam yakni untuk membersihkan

kotoran-kotoran yang menempel pada dasar dan dinding tambak yang berpotensi

sebagai pembawa (carrier) hama dan penyakit selama proses budidaya. Setelah

dilakukannya penyemprotan, langkah selanjutnya yaitu melakukan penyikatan sisa

lumut dan kerak menggunakan sikat nilon. Kegiatan pembersihan lahan dapat

dilihat pada Gambar 4.12.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


40
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.12. Kegiatan pembersihan lahan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.3.2 Pengeringan Lahan

Proses pengeringan lahan di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan

Laut (UPT BAPL) dilakukan setelah pembersihan lahan. Pengeringan merupakan

kegiatan menguras atau mengeluarkan seluruh air yang ada di dalam tambak hingga

tidak ada yang tersisa. Tambak dikeringkan menggunakan bantuan sinar matahari

tergantung dengan kondisi cuaca pada area budidaya. Saat musim kemarau, proses

pengeringan hanya membutuhkan waktu 1-3 hari, sedangkan pada musim hujan,

membutuhkan waktu 1-2 minggu. Pengeringan dihentikan apabila dasar maupun

dinding kolam sudah kering tanpa ada air yang tersisa. Fungsi dilakukannya

pengeringan lahan yaitu untuk membunuh bakteri maupun sisa-sisa organisme serta

menguapkan bahan-bahan organik seperti kandungan nitrit dan amonia yang ada di

dasar tambak. Menurut Hartini (2019) proses pengeringan dapat dilakukan selama

3-30 hari. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan hewan-hewan yang

menempel pada dinding kolam seperti teritip, menetralkan keasaman tanah,

menghilangkan gas beracun dan membunuh organisme pathogen seperti jamur,

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


41
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

bakteri, virus, protozoa yang dapat menimbulkan penyakit hingga kematian massal

pada budidaya udang vaname. Pengeringan lahan dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Pengeringan lahan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.3.3 Sterilisasi Lahan

Produktivitas budidaya semakin menurun akibat penyakit yang menyerang

pada udang. Adapun penyakit yang umum menginfeksi udang yakni disebabkan

oleh bakteri Vibrio harveyi yang merupakan bakteri oportunistik di lingkungan

pemeliharaan dan bersimbiosis dengan udang atau ikan air laut. Kondisi perairan

yang buruk dan kesehatan udang yang menurun, maka bakteri ini akan bersifat

pathogen. Ketika wabah, populasi bakteri Vibrio dapat meningkat hingga

menyebabkan kematian udang mencapai 100%. Penyebaran penyakit pada udang

dapat dicegah dengan dilakukannya sterilisasi lahan budidaya menggunakan

disinfektan sebelum dilakukannya penebaran benih (Gusmawati dkk., 2018).

Proses sterilisasi lahan yang dilakukan pada budidaya udang vaname di

tambak intensif Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT BAPL)

Bangil yaitu dengan cara pemberian larutan klorin (Cl) dosis 1 ppm atau 1

mg/Liter. Menurut SNI 8008 (2014) pemberian desinfektan pada media budidaya

dilakukan dengan menghitung dosis desinfektan dikalikan dengan luas kolam

dalam satu petakan pemeliharaan yang dinyatakan dalam miligram (mg) atau gram

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


42
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(g). Luasan kolam bak bulat yaitu 38,5 m2, Sehingga didapatkan kebutuhan klorin

untuk sterilisasi lahan pada bak bulat sebanyak 38,5 ppm. Setelah tercampur merata

kemudian disebar merata pada dinding dan dasar kolam menggunakan timba dan

gayung. Kolam yang sudah disinfeksi didiamkan selama 1-3 hari hingga kolam

benar-benar kering. Kegiatan sterilisasi lahan dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Kegiatan sterilisasi lahan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Kegiatan sterilisasi yang dilakukan pada pembesaran udang di tambak

intensif UPT BAPL Bangil berbeda dengan pernyataan Susanto dkk. (2014) yaitu

untuk mencegah masuknya hama dan penyakit kedalam kolam budidaya sebaiknya

memberikan bahan krustasida seperti dyvon dosis 1 ppm atau saprovon dosis 0,8-1

ppm serta bahan desinfektan berupa calsium hypochloride (Ca(ClO)2) atau biasa

disebut dengan kaporit juga dapat menggunakan klorin (Cl) sebanyak 15-30 ppm.

Namun dosis terbaik pemberian klorin untuk tambak yang belum mengalami

pengapuran yaitu sebesar 20 ppm. Sehingga kebutuhan klorin yang sesuai dan baik

untuk budidaya udang vaname secara intensif pada bak bulat yaitu sebesar 770 ppm.

Bak yang telah disterilisasi menggunakan klorin didiamkan selama 24 jam dan

selanjutnya dibilas dengan air tawar (SNI 8008, 2014).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


43
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

`Adapun keunggulan penggunaan klorin (Cl) sebagai desinfektan yaitu : 1)

mampu mengeliminasi carrier (pembawa penyakit) tanpa mematikan organisme

pengurai; 2) tidak merusak lingkungan; 3) tidak mematikan fitoplankton; 4)

membasmi bakteri; 5) mampu melepaskan kotoran yang menempel di sekitar media

pemeliharaan (Susanto dkk., 2014).

4.3.4 Pengapuran

Kegiatan pengapuran merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk

menjaga kestabilan derajat keasaman (pH) air serta memberantas hama dan

penyakit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Jayanti dkk. (2012) bahwa

pengapuran lahan bertujuan untuk menaikkan dan mempertahankan pH, membantu

daya mengikat asam, dan dapat mengkatalis pembusukan bahan-bahan organik

dalam tanah. Menurut pendapat Akbar (2016) jenis-jenis kapur yang digunakan

untuk kegiatan pengapuran pada budidaya ikan yaitu kalsium oksida (CaO) atau

kapur tohor, kalsium hidroksida Ca(OH)2 atau kapur mati, kalsium karbonat

(CaCO3) atau batu kapur pertanian (kaptan), kapur CaMg(CO3)2 atau kapur dolomit

dan kapur (CaMg(CO3)2).

Adapun perbedaan fungsi dari beberapa jenis kapur yang digunakan untuk

budidaya yaitu : a) kapur tohor (CaO) memiliki sifat dapat menaikkan pH yang

sangat drastis dan mengikat CO2 secara efektif sehingga penggunaan kapur ini

dilakukan saat pengapuran lahan atau media budidaya namun harus memperhatikan

dosisnya; b) kapur hidroksida (Ca(OH)2 digunakan untuk menaikkan alkalinitas

sekaligus menaikkan pH saat kegiatan budidaya berlangsung, namun apabila tidak

memperhatikan dosis penggunaannya, makan akan menyebabkan kenaikan pH

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


44
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan efek negatif terhadap udang; c)

kapur dolomit (CaMg(CO3)2) merupakan kapur yang memiliki kandungan kalsium

(Ca) dan magnesium (Mg) yang tinggi sehingga dijadikan sebagai sumber mineral

bagi udang. Kapur dolomit dapat diaplikasikan dengan menambahkannya kedalam

pakan dengan rasio tertentu, dolomit digunakan saat alkalinitas air rendah dan

terjadinya peningkatan pH air yang tidak terlalu drastis; d) kapur pertanian (CaCO3)

atau biasa disebut dengan kaptan mengandung kalsium yang dapat mengikat ion H

pada air sehingga efektif menaikkan pH. Kapur ini apabila diaplikasikan pada air

media budidaya dengan jumlah yang banyak dapat berfungsi untuk menaikkan atau

menjaga stabilitas pH, hardness, dan alkalinitas (Jalasari, 2016).

Jenis kapur yang digunakan pada budidaya udang vaname di tambak

intensif UPT BAPL Bangil, Pasuruan menggunakan kalsium oksida (CaO) atau

biasa disebut dengan kapur tohor. Menurut Yunus dkk. (2020) kapur tohor (CaO)

merupakan salah satu bahan baku kapur yang mudah ditemui dan memiliki

kandungan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang tinggi sehingga dapat

digunakan sebagai salah satu sumber kalsium dan magnesium yang dapat

ditambahkan pada pakan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Selain itu kapur

tohor juga memiliki peran untuk mengaktifkan berbagai jenis enzim, memenuhi

kebutuhan kalsium (Ca) , karbohidrat, dan berbagai nutrisi lainnya yang dibutukan

pada udang. Kapur tohor yang digunakan untuk proses pengapuran lahan dapat

dilihat pada Gambar 4.15.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


45
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.15. Kapur tohor (CaO) (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Pengapuran yang dilakukan pada budidaya udang vaname (L. vannamei) di

tambak intensif UPT. BAPL Bangil membutuhkan kapur tohor (CaO) sebanyak 30

kg dengan luas permukaan lahan sebesar 75,84 m2, sehingga dosis yang digunakan

pada pengapuran lahan bak bulat yaitu sebanyak 395,6 gr/m2. Kegiatan pengapuran

lahan yaitu mula-mula merendam batu kapur tohor (CaO) sebanyak 30 kg dengan

air bersih, kemudian didiamkan selama 1 hari. Setelah 1 hari, kapur tersebut diaduk

hingga tidak terdapat gumpalan dan tercampur secara merata. Hasil adukan tersebut

diaplikasikan pada dinding-dinding kolam dan dasar kolam menggunakan kuas

hingga kolam tertutup kapur dengan sempurna, kemudian kolam dikeringkan

selama 2-3 hari tergantung dengan kondisi cuaca pada lokasi budidaya. Kegiatan

pengapuran kolam beton di tambak intensif dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Kegiatan pengapuran lahan (Sumber: Dokumentasi Pribadi,2021)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


46
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kebutuhan kapur tohor yang digunakan pada budidaya udang vaname (L.

vannamei) di tambak intensif UPT BAPL Bangil berbeda dengan pendapat Akbar

(2016) yaitu dosis penggunaan kapur untuk pengapuran lahan budidaya udang

vaname tergantung pada pH dan alkalinitas tanah. Kebutuhan kapur tohor (CaO)

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kebutuhan Kapur Tohor (Sumber: Akbar, 2016)


ALKALINITAS pH LAHAN KEBUTUHAN KAPUR
TOHOR (g/m2)
Dibawah 5 Dibawah 5 300 g/m2
5-10 5,0 – 5,4 250 g/m2
10-20 5,5 – 5,9 200 g/m2
20-30 6,0 – 6,4 150 g/m2
30-50 6,5 – 7 100 g/m2

Menurut SNI 8008 (2014) Kebutuhan kapur dapat dihitung dengan dosis

(g/m2) dikalikan luas lahan. Sedangkan kegiatan pengapuran sesuai dengan

pendapat Marie dkk. (2017) yaitu pengapuran dilakukan dengan cara melarutkan

kapur terlebih dahulu kedalam air kemudian disiramkan ke setiap sisi dan sudut

kolam. Kemudian dikeringkan selama ± 2-3 hari dibawah sinar matahari.

Penampakan kolam yang telah mengalami proses pengapuran dapat dilihat pada

Gambar 4.17.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


47
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.17. Kolam yang sudah dikapur (Sumber: Dokumentasi Pribadi,2021)

4.3.5 Pemasangan Biosecurity

Kegagalan dalam budidaya udang vaname salah satunya dapat disebabkan

oleh masuknya penyakit pada suatu kolam. Penyakit dapat muncul akibat aktifitas

manusia yang dapat menyebabkan udang stress dan dapat muncul dari hewan

pembawa penyakit seperti burung, kepiting, ular, serta hewan lainnya yang

berpotensi memangsa udang. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan akses

manusia dan hewan liar dengan pembuatan pagar pembatas yang terbuat dari jaring

pada sekeliling kolam budidaya atau bias disebut dengan biosecurity. Biosecurity

dapat diartikan sebagai serangkaian proses maupun tindakan untuk mencegah

masuknya penyakit dan kontaminasi ke dalam suatu tempat. Penerapan biosecurity

wajib dilakukan ketika melakukan budidaya udang di tambak intensif (Ghufron

dkk., 2017).

Pemasangan biosecurity yang dilakukan pada pembesaran udang vaname di

tambak intensif UPT BAPL Bangil menggunakan jaring hitam atau biasa yang

disebut dengan waring. Jaring ini terbuat dari bahan PE (polyethylene) dengan

ukuran mesh size sebesar 0,52 cm yang dianggap kuat dan aman untuk melindungi

kolam dari berbagai hewan pengganggu. Masa penggunaan waring dapat mencapai

2 tahun tergantung pada kondisi di lapangan. Jaring waring yang digunakan sebagai

biosecurity dapat dillihat pada Gambar 4.18.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


48
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.18. Jaring waring (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Kegiatan pemasangan biosecurity yang dilakukan pada pembesaran udang

vaname di tambak intensif UPT BAPL Bangil yaitu menggunakan kolam bulat

dengan diameter 7 meter dan keliling kolam 22 meter. Mula-mula memasangkan

pasak besi di sekeliling kolam. Kemudian, memasangkan jaring paranet sepanjang

25 meter pada sekeliling kolam kemudian direkatkan menggunakan cable ties. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Dzakiy dkk. (2017) bahwa penerapan biosecurity

pada lingkungan eksternal yaitu dengan pemasangan pagar yang terbuat dari

material besi, tembok, bambu, jaring, atau material lainnya yang kokoh dan rapat

di sekeliling kolam. Umumnya, penerapan biosecurity pada kolam budidaya udang

menggunakan jaring. Waring ini memiliki peranan penting untuk menghalau

predator darat yang masuk dari luar area tambak. Selain itu, waring juga dipasang

pada saluran inlet. Pemasangan waring ini dimaksudkan untuk menghalau predator

maupun hama yang masuk melalui jalur air. Kegiatan pemasangan biosecurity

dapat dilihat pada Gambar 4.19.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


49
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.19. Pemasangan biosecurity (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.3.6 Pengisian Air

Air memiliki peran yang sangat penting bagi keberhasilan budidaya ikan

dan udang baik sebagai media internal maupun eksternal. Fungsi air sebagai media

internal yaitu sebagai bahan baku reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan

makanan ke seluruh tubuh dan pengangkut sisa-sisa metabolism untuk dikeluarkan

dari dalam tubuh, sedangkan fungsi air sebagai media eksternal yaitu sebagai

habitat hidup ikan dan udang (Eshmat dan Manan, 2013). Oleh karena itu, peran air

sangat penting dalam budidaya udang vaname sehingga perlu menjaga kualitas dan

kuantitas air agar sesuai dengan kebutuhan dan kelangsungan hidup udang.

Proses pengisian air kolam budidaya udang vaname di tambak intensif UPT.

BAPL Bangil dilakukan setelah seluruh kegiatan persiapan sarana operasional dan

pengapuran lahan telah selesai. Kolam beton yang berbentuk tabung diisi dengan

air payau dengan salinitas 10-15 ppt yang bersumber dari air sumur bor. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Sahrijanna dan Sahabuddin (2014) bahwa udang

vaname dapat hidup pada kisaran salinitas 0,5-45 ppt dan udang vaname dapat

tumbuh dengan baik dan optimal pada kisaran garam 15-25 ppt. Air sebelum diisi

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


50
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dalam kolam harus dipastikan memiliki kualitas air sesuai dengan standar baku

mutu yang tepat kehidupan organisme.

Media yang digunakan sebagai penyalur air dari tanah menuju ke kolam

budidaya yaitu menggunakan pompa sumur bor. Pompa ini memiliki kapasitas 18

HP dan memiliki daya listrik sebesar 13.423 watt. Harga satu buah pompa air

mencapai Rp 5.000.000 dan masa pemakaian pompa air selama 4 tahun. Pompa

sumur ini dilengkapi dengan selang spiral PVC (Poly Vinyl Chloride) berdiameter

6 inci sehingga mampu menghasilkan debit air sebesar 1697 liter/ menit. dapat

dilihat pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20. Pompa sumur bor (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Air sumur bor yang telah dipastikan memiliki kualitas baik untuk habitat

udang vaname kemudian dimasukkan ke dalam kolam beton menggunakan selang

spiral sedot pompa air secara perlahan, kolam dibilas terlebih dahulu mulai dari

dinding-dinding kolam hingga dasar kolam agar membersihkan sisa-sisa proses

persiapan lahan budidaya sebelumnya. Setelah kolam sudah dalam keadaan bersih

kemudian mengisi air setinggi 1,5 m dari kolam beton yang memiliki tinggi 1,7 m.

Hal tersebut terdapat perbedaan dengan pendapat Rahmawati (2018) bahwa

pengisian air dilakukan secara bertahap, pada awalnya pengisian air diupayakan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


51
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

cukup sedalam 0,5 m dan didiamkan selama 2-3 hari, kemudian pengisian air

dilakukan setelah pemupukan selesai dengan ketinggian awal 10 cm agar pakan

alami tumbuh dengan baik. Setelah 7 hari air dinaikkan menjadi 20 cm dan

dinaikkan terus secara bertahap hingga ketinggian yang diinginkan oleh udang,

yaitu sekitar 1-1,5m. Kegiatan pengisian air dapat dilihat pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21. Kegiatan Pengisian Air (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.3.7 Pemasangan Kincir

Budidaya udang vaname (L. vannamei) di tambak intensif memiliki padat

tebar yang cukup tinggi yaitu hingga 1000 ekor/m2. Kepadatan udang yang cukup

tinggi harus diimbangi dengan ketersediaan oksigen yang memadai untuk

menunjang kelangsungan hidup udang. Sumber oksigen dapat bersumber dari

penggunaan kincir air dan pergantian air (Tampangallo dkk., 2014). Pemasangan

kincir air pada budidaya udang vaname di tambak intensif UPT BAPL Bangil

dilakukan setelah air sudah terisi pada media budidaya.

Kincir yang digunakan yaitu menggunakan satu set mini padd dengan

kekuatan 1 HP dan memiliki daya listrik sebesar 745,7 watt. Harga dari satu set

mini padd dapat mencapai Rp 7.000.000 dengan masa guna selama 3 tahun. Kincir

mini padd dengan kekuatan 1 HP mampu menyuplai oksigen untuk 250-350 kg

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


52
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

biomassa udang (Arditya, 2019). Setelah kincir terpasang, dilanjutkan dengan

pemasangan instalasi listrik dan penerangan. Instalasi listrik berupa kabel yang

terhubung dengan sumber listrik diletakkan pada bawah tanah untuk mengalirkan

listrik dari sumber listrik untuk keperluan penerangan dan sumber tenaga untuk

kincir air. Kincir air (mini padd) dapat dilihat pada Gambar 4.22.

Gambar 4.22. Kincir air (mini padd) (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2021)

Kegiatan pemasangan kincir pada budidaya udang vaname di tambak

intensif UPT. BAPL Bangil sesuai dengan pernyataan Putra dan Manan (2014)

bahwa tambak untuk pembesaran udang vaname (L. vannamei) harus dilengkapi

dengan kincir air agar menambah oksigen terlarut (DO) dalam air dengan cara

memperluas permukaan sentuhan air dengan udara serta menambah percikan air

yang membentuk gelombang transversal. Kincir yang baik digunakan yaitu

memiliki electromotor 1 HP dengan kekuatan 380 volt. Pemasangan kincir dapat

ditempatkan pada saluran inlet atau outlet. Jenis kincir yang digunakan adalah

kincir kupu-kupu yang berfungsi untuk mensuplai oksigen, menangkap gas-gas

beracun, dan mengurangi amoniak yang ada di dalam kolam. Pemasangan kincir air

pada kolam intensif dapat dilihat pada Gambar 4.23.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


53
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.23. Pemasangan kincir air (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.3.8 Treatment Air

Air yang digunakan untuk budidaya udang vaname di tambak intensif UPT.

BAPL Bangil yaitu bersumber dari sumur bor dengan kisaran salinitas antara 10-

15 ppt. kondisi air sumur bor tentunya tidak lepas dengan kontaminasi atau

campuran zat lain yang berbahaya bagi kelangsungan hidup udang vaname.

Pencegahan timbulnya kontaminasi pada air kolam budidaya maka dilakukan

sterilisasi air dengan menggunakan kaporit (Ca(ClO)2) 60% dosis 30 ppm. Menurut

SNI 8008 (2014) kebutuhan sterilisasi air pada budidaya udang menggunakan

bahan klorin (Cl) antara 60-90% dilakukan dengan menghitung dosis desinfektan

dikalikan dengan volume air dalam petakan pemeliharaan yang dinyatakan dalam

miligram (mg) atau gram (g).

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suryono dkk, (2017) bahwa salah

satu permasalahan yang sering muncul yaitu manajemen kualitas air yang kurang

baik, sehingga upaya yang dilakukan agar kualitas air tetap terjaga yaitu

penambahan desinfektan menggunakan kaporit. Sterilisasi air pada lahan budidaya

dapat menggunakan kaporit dengan dosis 30 ppm (kandungan aktif 60-65 %)

(Supito,2017). Kaporit yang digunakan untuk sterilisasi air dapat dilihat pada

Gambar 4.24.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


54
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.24. Kaporit 60% (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Volume air pada budidaya udang vaname (L. vannamei) di tambak intensif

UPT. BAPL Bangil yaitu mencapai 57,7 m3, sehingga kebutuhan kaporit yang

digunakan untuk kegiatan treatment air yaitu sebesar 1.731.000 ppm atau apabila

dikonversikan pada satuan berat, kebutuhan bubuk kaporit menjadi 1,7 kg. Kegiatan

treatment air yang dilakukan pada budidaya udang vaname secara intensif di UPT

BAPL Bangil yaitu dengan cara melarutkan 2 kg bubuk kaporit dosis 30 ppm

dengan air di dalam ember, jumlah kaporit ditambahkan dengan tujuan

memaksimalkan pensucihamaan dan kualitas air pada media budidaya. Selanjutnya,

larutan kaporit dituangkan pada kolam yang telah diisi air kemudian air di aerasi

menggunakan kincir mini pad selama 5-7 hari. Dari kegiatan tersebut diperoleh

bahwa kebutuhan kaporit 60% untuk treatment air cukup sesuai dengan ketentuan

budidaya udang vaname secara intensif (SNI 8008,2014).

Menurut Supito (2017) sterilisasi air menggunakan kaporit dosis 30 ppm

(bahan chlorin 60-65%) atau TCCA dengan dosis 15 ppm (bahan aktif chlorin 90%)

dengan langkah mula-mula mengukur ketinggian dan volume pada air kolam,

kemudian menimbang kaporit atau TCCA sesuai dengan kebutuhan volume air.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


55
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ketika menimbang kaporit hendaknnya menggunakan masker dan sarung tangan

dari karet untuk keamanan diri. Setelah menimbang kaporit, langkah selanjutnya

mencairkan kaporit dalam ember kemudian disebar merata pada air budidaya.

Penebaran ke tambak harus memperhatikan arah angin. Air yang telah dituangkan

kaporit kemudian dilakukan pengadukan dengan menyalakan kincir selama 2 jam.

Selanjutnya didiamkan sekitar 1-2 hari untuk menetralisir bahan aktif klorin.

Kegiatan treatment air dapat dilihat pada Gambar 4.25.

Gambar 4.25. Kegiatan treatment air (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.3.9 Pengukuran Kadar Logam dalam Air

Sumber air yang digunakan untuk budidaya udang vaname (L. vannnamei)

di tambak intensif UPT BAPL Bangil menggunakan sumur bor. Sumur bor

merupakan salah satu jenis sumur buatan yang dibuat dengan bantuan alat bor untuk

mencapai kedalaman tertentu hingga bertemu dengan sumber air tanah yang

melimpah (Misa dkk., 2019). Pada sumur bor tentunya tidak terlepas oleh

kandungan logam berat yang dapat berbahaya bagi organisme budidaya, hal

tersebut dikarenakan logam berat memiliki sifat yang sukar terurai, sehingga mudah

terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya dalam perairan sukar

untuk dilebur. Logam berat dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni logam berat non

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


56
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

esensial dan logam berat esesnsial. Logam berat non esensial merupakan logam

yang keberadaannya belum diketahui pasti manfaatnya dan dapat bersifat racun

seperti logam timbal (Pb) sedangkan logam berat esensial sangat dibutuhkan oleh

organisme hidup dalam jumlah tertentu namun apabila pada jumlah yang berlebihan

dapat menimbulkan efek racun contohnya logam besi (Fe) (Ika dkk., 2012).

Air sumur diketahui memiliki kandungan besi (Fe) yang cukup tinggi yaitu

antara 1,69-3,12 mg/L. Logam besi (Fe) merupakan salah satu jenis metal yang

memiliki warna putih keperakan, liat dan mudah dibentuk. Besi (Fe) yang ada di

dalam air dapat bersifat terlarut, berbau amis, menyebabkan air berwarna merah

kekuning-kuningan, dan membentuk lapisan seperti minyak. Ion besi (Fe) dapat

dijumpai pada air alami dengan kadar oksigen yang rendah seperti pada air tanah

(sumur) dan pada daerah danau yang minim udara (Misa dkk., 2019). Pada pH

sekitar 7,5-7,7 ion ferri akan mengalami oksidasi dan berikatan dengan hidroksida

membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak dapat larut dan mengendap di dasar

perairan. Oleh karena itu, Fe hanya ditemukan pada perairan yang berkondisi

anaerob (tanpa udara) dan suasana asam, sehingga apabila air dengan kondisi pH

turun maka kelarutan besi akan meningkat (Suherman, 2011).

Air kolam budidaya udang vaname yang telah dikaporit harus dipastikan

memiliki kandungan logam besi (Fe) yang rendah. Pemeriksaan kadar logam yag

terkandung pada air dapat dilakukan di laboratorium menggunakan alat

spektrofotometer. Cara pemeriksaan kandungan besi (Fe) pada spektrofotometer

yaitu mula-mula memasukkan sampel air pada kuvet, kemudian menambahkan

Ferrous Iron Reagent Powder sebanyak 3 mg/liter air. Kuvet tersebut tutup dengan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


57
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

rapat dan didiamkan selama 30-60 menit. Selanjutnya yaitu menyalakan alat dengan

menekan tombol power, meletakkan kuvet yang telah berisi reagen pada

spektrofotometer, kemudian memilih absorban (panjang gelombang) sebesar 380-

543 nm. Setelah itu menekan all programs dan memilih menu Iron (besi) untuk

mengetahui kandungan logam besi yang terdapat dalam air sampel. Reagen yang

digunakan adalah Ferrous Iron Reagent Powder yang memiliki beberapa

kelemahan yaitu sulit untuk ditemui dan memiliki harga yang cukup mahal, karena

untuk 1 bungkus reagen dapat mencapai Rp 600.000 dengan isi 100 powder pillows

dan berat total 250 gram. Sehingga saat menguji kandungan logam besi pada sampel

air perlu kehati-hatian dan ketelitian agar ketersediaan reagen ini tidak cepat habis.

Pengukuran kadar logam air dapat dilihat pada Gambar 4.26.

Gambar 4.26. Pengukuran Kadar Logam Air (Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2021)

Kandungan logam besi (Fe) pada budidaya udang vaname di kolam intensif

didapatkan hasil sebannyak 0,35 mg/L. Menurut Suriawan dkk. (2019) konsentrasi

logam (Fe) pada suatu perairan budidaya umumnya berkisar antara 0,05-0,2 mg/L

dan berada dalam bentuk senyawa feri hidroksida atau koloid senyawa kompleks

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


58
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Fe-organik. Standar maksimum kandungan Fe untuk budidaya ikan air payau dan

laut yaitu 0,1 mg/L. Apabila pada suatu perairan yang mengandung logam cukup

tinggi yaitu antara 0,44-1,25 mg/L dapat menimbulkan permasalahan kondisi udang

yang mudah terserang penyakit hingga kematian massal.

4.3.10 Pengaplikasian Probiotik Air

Terjadinya penurunan kualitas perairan tambak selama proses budidaya

disebabkan oleh tingginya konsentrasi dari limbah organik, sisa pakan dan feses

yang terlarut ke dalam air. beberapa peristiwa tersebut menyebabkan eutrofikasi

atau pengkayaan nutrient pada perairan, perubahan ekologi fitoplankton,

peningkatan sedimentasi, siltasi (terjadinya pengendapan), perubahan produktivitas

dan struktur komunitas benthos yang dapat memengaruhi kualitas air sebagai media

hidup udang (Aatanti dkk.,2014). Menurut Dewi dkk. (2019) kegagalan dalam

budidaya udang disebabkan oleh penyakit udang, pertumbuhan yang lambat, hingga

tingginya tingkat mortalitas akibat infeksi virus maupun bakteri pathogen, sehingga

perlu adanya teknologi yang murah, praktis dan tepat guna meningkatkan produksi

udang.

Salah satu teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan pada budidaya

udang yaitu dengan penggunaan probiotik air. Probiotik dapat didefinisikan sebagai

satu atau beberapa jenis mikroorganisme hasil produk fermentasi mikrobiologi

yang memiliki kemampuan untuk memodifikasi komposisi bakteri pada saluran

pencernaan hewan akuatik, air dan sedimen yang digunakan sebagai suplemen

pakan untuk meningkatkan kesehatan inang dan berperan sebagai biokontrol (Dewi

dkk., 2019). Selain sebagai suplemen pakan, probiotik juga berfungsi untuk

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


59
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

memperbaiki kualitas air, meningkatkan respons imun dan nutrisi, dan

menyingkirkan bakteri yang bersifat pathogen (Mayangsari, 2013).

Budidaya udang vaname di tambak intensif UPT. BAPL Bangil dengan

volume air 57,7 m3 membutuhkan 7 liter probiotik air yang terbuat dari campuran

susu skim, ragi tape, yakult, EM4, molase dan air. Bakteri yang digunakan pada

probiotik ini yaitu bakteri anaerob jenis Lactobacillus sp. Setelah probiotik

tercampur merata, probiotik didiamkan dalam drum dan ditutup rapat menggunakan

plastik, karet ban, dan penutup drum, kemudian didiamkan selama 7 hari. Probiotik

air yang siap digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.27.

Gambar 4.27. Probiotik air (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Pengaplikasian probiotik air dapat dilakukan setelah air budidaya telah

dipastikan mengandung logam yang cukup rendah yaitu dibawah 0,44 mg/L.

pemberian probiotik dilakukan 2 hari sekali selama 2 minggu hingga ditandai

dengan adanya busa dikarenakan tumbuhnya bakteri, kecerahan rendah, serta

warna air kolam yang berubah menjadi warna coklat. Hal tersebut berbeda dengan

pernyataan Juliyanti dkk. (2016) bahwa pemberian probiotik air cukup

ditambahkan ke air budidaya pada pagi hari setiap satu minggu sekali supaya air

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


60
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

selalu sehat, tidak blooming atau penuh dengan plankton sebagai pakan alami

udang. Pengaplikasian probiotik air dan gambaran air yang telah siap untuk ditebar

benih dapat dilihat pada Gambar 4.28.

Gambar 4.28. Pengaplikasian Probiotik air (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.4 Kegiatan Penebaran Benih

Kegiatan penebaran benih udang vaname (L. vannamei) di Unit Pelaksanaan

Teknis Budidaya Air Payau dan Laut (UPT. BAPL) Bangil, Pasuruan, Jawa Timur

dilakukan setelah tahap persiapan lahan. Umumnya benih udang dinamakan dengan

benur. Kualitas benur memengaruhi keberhasilan dalam budidaya udang vaname

(L. vannamei). Apabila kualitas benur yang digunakan tersebut baik dan unggul,

maka dapat menunjang jumlah hasil panen. Kegiatan yang dilakukan setelah

persiapan lahan yakni pengadaan benih, seleksi benih, dan penebaran benih.

4.4.1 Pengadaan Benih

Benih udang vaname yang akan ditebar di tambak intensif berasal dari CV.

Pacific Ami Anton (PAA) Kabupaten Situbondo dengan ukuran benih PL-10.

Benur yang digunakan yaitu dari indukan F1 yakni benur yang berasal dari indukan

asli atau indukan rekayasa yang memiliki keunggulan utama yaitu memiliki laju

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


61
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pertumbuhan yang cepat serta adanya jaminan kualitas yang baik (Sa’adah dan

Roziqin, 2018). Benih udang vaname (L. vannamei) di packing menggunakan

kantong plastik jenis polyethylene (PE) dan dimasukkan ke dalam wadah sterofoam.

Pengiriman dilakukan saat pukul 03.00-05.00 pagi hari. Menurut Sa’adah dan

Roziqin (2018) benih udang sensitif terhadap perubahan temperatur air. temperatur

air yang tidak sesuai saat pengangkutan menyebabkan benih udang mengalami

cekaman. Oleh karena itu, pengangkutan dilakukan pada saat temperatur rendah

seperti pada pagi hari atau sore hari. Pengiriman benih udang vaname dapat dilihat

pada Gambar 4.29 sedangkan packing benih dapat dilihat pada Gambar 4.30.

Gambar 4.29. Pengiriman benih udang vaname (Sumber: Dokumentasi Pribadi,

2021)

Gambar 4.30. Packing benih (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


62
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.4.2 Seleksi Benih

Keberhasilan dalam kegiatan budidaya tambak tidak terlepas dari kualitas

benih yang ditebar. Tersedianya benih udang yang tepat mutu, tepat jenis, tepat

jumlah, tepat waktu dan tepat harga tidak hanya mampu menghasilkan produksi

yang maksimal, tetapi juga menjamin kontinyuitas produksi udang di tambak. Oleh

karena itu, untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal dibutuhkan benih

unggul yang pertumbuhannya cepat serta bebas dari penyakit seperti virus, bakteri,

jamur, dan parasit sehingga sebelum dilakukannya penebaran benih, perlu

dilakukannya uji laboratorium untuk memastikan benih dalam kondisi yang sehat

dan layak untuk dibudidayakan.

Kegiatan seleksi benih yang dilakukan pada kolam bembesaran udang

vaname di tambak intensif UPT BAPL Bangil yaitu dengan cara menuangkan benur

secara perlahan pada bak yang berwarna cerah, kemudian diambil dengan saringan

dan diseleksi secara virtual terkait benih yang sehat dan tidak sehat. Kemudian

benih tersebut dipindahkan kedalam bak yang sudah terisi campuran air dari kolam

dengan air yang berasal dari plastik. Saat seleksi benih diselingi dengan perhitungan

jumlah benih untuk mengetahui jumlah benih yang akan ditebar. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Rulianty dkk. (2014) bahwa seleksi benih yang dilakukan

menggunakan metode pengamatan visual yaitu penilaian yang dilakukan secara

pandangan mata terhadap parameter yang mencakup pengamatan polulasi, bentuk

benih, gerakan dan daya tahan benih. Pengamatan visual dapat dilakukan dengan

meletakkan benih di wadah baskom berwarna cerah kemudian diseleksi dan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


63
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ditempatkan di baskom dengan perbandingan air media pemeliharaan : air asal

dengan perbandingan 1:1. Kegiatan seleksi benih dapat dilihat pada Gambar 4.31.

Gambar 4.31. Kegiatan seleksi benur (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Benih yang digunakan adalah benih yang dinyatakan SPF (Specific

Pathogen Free) yang lolos pada uji PCR dan mendapatkan rekomendasi dari

laboratorium UPT. BAPL Bangil. Penggunaan benih ber- SPF ditujukan agar benih

terbebas dari ancaman penyakit. Menurut Arsad dkk. (2017) benur yang sehat

memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) ukuran benih seragam; 2) panjang benih >6

mm; 3) aktif berenang secara menyebar dan melawan arus; 4) tubuh berwarna

bening transparan atau putih kecoklatan; 4) memiliki organ tubuh yang lengkap dan

tidak cacat; 5) bentuk tubuh yang ramping dan memanjang serta ekor mengembang;

6) fototaksis positif atau mendekati sumber cahaya; 7) sangat responsif, benur akan

melentik dengan adanya kejutan. Benih udang vaname yang telah di seleksi dapat

dilihat pada Gambar 4.32.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


64
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.32. Hasil seleksi benur (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.4.3 Penebaran Benih

Proses aklimatisasi perlu dilakukan sebelum dilakukannya penebaran benur.

Hal tersebut dikarenakan benur memerlukan penyesuaian terhadap lingkungan

barunya. Menurut Arianto dkk. (2018) aklimatisasi merupakan proses adaptasi pada

dua kondisi lingkungan yang berbeda sehingga kondisi tersebut tidak menimbulkan

stress bagi benur. Pada tahap ini, benur akan merasakan adanya perbedaan suhu,

tekanan, pH, salinitas, serta jumlah oksigen yang didapatkan. Aklimatisasi dapat

dilakukan karena pada setiap organisme memiliki kemampuan mengatur morfologi

pada tubuhnya sehingga mereka dapat menyatu dengan lingkungan hidup yang

baru. Tujuan dilakukannya aklimatisasi benur yaitu untuk mencegah tingginya

tingkat kematian (mortalitas) benur pada saat dan setelah penebaran. Stres hingga

kematian benur dapat terjadi dikarenakan kondisi air seperti suhu dan salinitas yang

ada di dalam kantong plastik tidak sama dengan kondisi perairan di tambak

(Ghufron dkk., 2017).

Benur yang akan ditebar pada kolam budidaya adalah benih PL-10 yakni

benih pada fase Post Larva yang berusia 10 hari sebanyak 25.000 ekor. Media yang

akan digunakan yaitu kkolam beton berbentuk bulat dengan luas sebesar 44,16 m2,

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


65
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sehingga padat tebar per meternya yaitu 566 ekor/ m2. Hal tersebut terdapat

perbedaan dengan pernyataan Purnamasari dkk. (2017) bahwa budidaya udang

vaname (L. vannamei) dengan teknologi intensif memiliki padat tebar yang tinggi

yaitu bekisar 100-300 ekor/m2. Adanya padat penebaran yang tinggi dapat

memengaruhi proses fisiologis dan tingkah laku udang terhadap ruang gerak yang

pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis udang. Akibat

lanjut dari padat tebar yang tinggi yaitu terjadinya penurunan pemanfaatan

makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup udang. Menurut Zalukhu dkk.

(2016) peningkatan padat tebar juga memengaruhi penambahan jumlah pakan,

buangan metabolism tubuh, konsumsi oksigen, dan menurunkan kualitas air, serta

terjadinya kompetisi untuk mendapatkan pakan dan ruang gerak. Oleh karena itu,

perlu adanya perawatan secara intensif yaitu melakukan penyiponan setiap hari,

pemberian oksigen yang cukup, kontrol kualitas air, serta pemberian pakan secara

terkontrol untuk mencegah terjadinya over feeding.

Kegiatan penebaran benur yang dilakukan pada unit pembesaran udang

vaname (L. vannamei) di tambak intensif UPT BAPL Bangil dilakukan pada pukul

06.00- 07.00 pagi hari atau pukul 16.00- 16.30 sore hari. Menurut Purnamasari dkk.

(2017) kegiatan penebaran benur dapat dilakukan pada suhu air yang rendah seperti

pada malam hari hingga dini hari. Pada waktu tersebut juga dapat dikatakan

memiliki suhu yang stabil sehingga perbedaan suhu antara lingkungan yang lama

dengan lingkungan yang baru tidak terlalu jauh, kondisi inilah yang dapat

mempercepat proses aklimatisasi atau adaptasi suhu sehingga benur tidak mudah

stress. Sebelum dilakukan penebaran benur, perlu adanya pross aklimatisasi yang

terdiri dari dua tahap, yakni tahap aklimatisasi suhu dan salinitas.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


66
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Aklimatisasi suhu dapat dilakukan dengan cara mengapungkan kantong

plastik pada air kolam budidaya tanpa membuka kemasan plastik kemudian

didiamkan selama 20-30 menit hingga suhu antara didalam plastik mendekati atau

sama dengan kondisi suhu air di tambak. Suhu dapat dikatakan sama dapat ditandai

dengan adanya embun didalam kantong plastik. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Ghufron dkk. (2017) bahwa penebaran benur diawali dengan proses

aklimatisasi suhu yaitu dengan cara merendam kantong plastik yang telah berisi

benur ke perairan tambak dalam keadaan tertutup hingga muncul adanya uap di

dalam kantong plastik tersebut. Munculnya uap menandakan bahwa suhu di dalam

kantong plastik sudah sama dengan suhu air tambak. Kegiatan aklimatisasi suhu

dapat dilihat pada Gambar 4.33.

Gambar 4.33. Kegiatan aklimatisasi suhu (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Setelah melakukan aklimatisasi suhu, langkah selanjutnya yaitu melakukan

aklimatisasi salinitas dengan cara membuka kantong plastik kemudian

memasukkannya kedalam bak sambil melakukan seleksi benih yang baik untuk

ditebar. Selanjutnya memasukkan air tambak sedikit demi sedikit ke dalam bak

secara perlahan selama 5-10 menit hingga salinitas di dalam bak sudah sama atau

mendekati sama dengan air tambak dan membiarkan benur keluar dengan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


67
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sendirinya dari dalam bak. Hal ini sesuai dengan pendapat Malik (2014) bahwa

penebaran benih setelah dilakukan aklimatisasi suhu yaitu melakukan aklimatisasi

salinitas dengan cara memasukkan air tambak ke dalam kantong plastik secara

bertahap hingga salinitas air dalam kantong plastik relative sama dengan salinitas

air di tambak. Pelepasan benur pada kolam budidaya dilakukan dengan cara

menenggelamkan kantong plastik ke air tambak secara perlahan kemudian benur

akan keluar dengan sendirinya ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar dari

kantong plastik, dibantu pengeluarannya secara hati-hati. Kegiatan aklimatisasi

salinitas dapat dilihat pada Gambar 4.34.

Gambar 4.34. Kegiatan aklimatisasi salinitas (Sumber: Dokumentasi Pribadi,

2021)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


68
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.5 Manajemen Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pada

budidaya udang (Hardianti, 2017). Menurut Kurniawan et al. (2016) biaya pakan

pada budidaya udang mencapai 50-60 persen dari total biaya produksi. Pakan juga

merupakan salah satu faktor pembatas produksi dalam suatu kegiatan budidaya

udang, terutama pada sistem budidaya intensif. Pengelolaan budidaya udang

vaname secara intensif tak terlepas dari manajemen pakan. Manajemen pakan

merupakan salah satu cara dalam pemberian pakan dalam memenuhi kebutuhan

udang untuk tumbuh secara optimal.

Pemberian pakan harus seimbang agar tidak terjadi underfeeding maupun

overfeeding. Underfeeding atau pemberian pakan yang kurang dengan kebutuhan,

dapat menyebabkan pertumbuhan udang menjadi melambat. Sedangkan

overfeeding atau pemberian pakan berlebih berpotensi menyebabkan menurunnya

kualitas air, yang disebabkan oleh akumulasi sisa pakan di dasar tambak/kolam

(Marini, 2017). Kualitas air yang menurun dapat menyebabkan stress pada udang,

sehingga udang tidak dapat tumbuh secara optimal dan rentan terhadap penyakit.

Akibatnya angka kematian pada tambak udang tersebut meningkat dan dapat

menyebabkan panen dini.

Kegiatan pemberian pakan udang secara mendasar harus mengacu pada sifat

dan behaviour udang dalam kaitannya dengan feeding habits (kebiasaan pola

makan) dan food habits (kebiasaan makan berdasarkan jenis makanan).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


69
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Manajemen pemberian pakan pada budidaya pembesaran udang vaname

perlu memperhatikan hal-hal berikut, seperti jenis dan nutrisi pakan; feed additives;

manajemen pemberian pakan; program pakan; manajemen sampling; dan

penyimpanan pakan.

4.5.1 Jenis dan Nutrisi Pakan

Pakan memiliki peran sebagai sumber nutrisi utama bagi udang dan

menjaga agar tidak under feeding. Marini (2019) menyatakan bahwa pakan buatan

dapat menjadi alternatif sebagai pengganti pakan hidup dan penyediaannya harus

berkelanjutan. Pakan buatan yang digunakan dalam budidaya udang vaname di

UPT BAPL Bangil menggunakan pakan buatan berjenis crumble dan pellet; serta

menambahkan beberapa suplemen pakan (Amino Liquid; Perekat Progol; dan

Vitamin). Hal tersebut dikarenakan ukuran pakan yang diberikan menyesuaikan

dengan ukuran mulut serta umur udang.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


70
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 4.3. Kandungan gizi pakan buatan yang digunakan pada pembesaran udang
vaname di UPT BAPL (Sumber: UPT BAPL, 2021).

Tipe Protein Air Lemak Serat kasar Abu


(%min) (%min) (%max) (%max) (%max)

9220 35 12 6.0 4.0 14


9221 35 12 6.0 4.0 14
9222 35 12 6.0 4.0 14
9223S 33 12 6.0 4.0 14

Tipe Bentuk Ukuran Berat Dosis Pemberian (% Frekuensi


Pelet Udang Bobot Tubuh) (Waktu/Hari)
(%min) (gram)
0.42- PL12-
9220 Crumble - 3
0.71 0.1
9221 Crumble 0.71-1.0 0.1-1 10.0-8.0 4
9222 Pellet 1.0x2.3 1-4 8.0-5.0 4
9223S Pellet 1.2x1.8 4-8 5.0-3.0 4

4.5.2 Pakan Tambahan (Feed Additive)

4.5.2.1 Probiotik Pakan

Penggunaan probiotik ditambahkan untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan pakan (Fakhriah, 2016). Marini (2019) menyatakan bahwa aplikasi

probiotik dapat dilakukan melalui pakan dan lingkungan. Probiotik pakan berguna

untuk memperbaiki nafsu makan udang, melancarkan pencernaan udang,

mempercepat pertumbuhan, dan meningkatkan daya tahan tubuh udang.

Pada pembuatan probiotik oral atau biasa disebut probiotik pakan untuk

takaran pembuatan 20 liter dibutuhkan komposisi bahan 1kg daging ikan rucah,

250gr bawang putih, 250gr kunyit, 1 botol EM4, 3 liter molase, 3 butir ragi tape,

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


71
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

195ml susu fermentasi, 1kg susu skim dan air secukupnya. Probiotik tersebut

mengandung bakteri menguntungkan seperti Lactobacillus casei, dan kapang

Saccharomyces. Probiotik pakan diaplikasikan pada tambak bulat, dengan proses

pembuatan selama 3-4 hari dan proses fermentasi dengan pakan 3 hari. Proses

percampuran probiotik pakan dapat dilihat pada Gambar 4.35.

Gambar 4.35. Kegiatan percampuran probiotik pada pakan (Sumber:

Dokumentasi Pribadi, 2021).

Probiotik pakan diaplikasikan dengan mencampur 5 kg pakan dengan 1 liter

probiotik. Menurut Fakhriah (2016) penggunaan probiotik telah umum digunakan

dalam budidaya, dan memiliki beberapa manfaat seperti meningkatkan imunitas

komoditas budidaya, menambah nilai gizi pakan, membantu enzim pencernaan

organisme, sebagai sarana pencegahan penyakit, serta mengoptimalkan kualitas air.

4.5.2.2 Vitamin

UPT BAPL Bangil menambahkan suplemen pada campuran pakan berupa

vitamin C. Menurut Fakhriah (2016) penambahan vitamin C pada pakan memiliki

manfaat sebagai pendukung proses pertumbuhan serta meningkatkan imun udang

vaname. Pemberian vitamin dilakukan dengan dicampur pada pakan sebanyak

5gr/kg pakan, setiap kali pemberian pakan.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


72
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kekurangan vitamin C dalam pakan untuk juvenile udang dapat mengurangi

tingkat pertumbuhan, nafsu makan, kemampuan untuk memperbaiki jaringan yang

rusak, ketahanan terhadap stress, dan juga menyebabkan molting tidak lengkap.

(Ferraz et al., 2012). Percampuran vitamin C dalam pakan udang vaname dapat

dilihat pada Gambar 4.36.

Gambar 4.36. Percampuran Vit. C dalam pakan (Sumber: Dokumentasi Pribadi,

2021)

4.5.2.3 Perekat

Stabilitas pelet dalam air merupakan salah satu indikator dari pakan udang

yang berkualitas. Pakan udang mengandung berbagai jenis pengikat dan umumnya

diolah dalam berbagai jenis pabrik pellet di bawah kelembaban dan suhu yang

bervariasi. Pengikat tambahan yang digunakan dalam formulasi pakan udang

berfungsi untuk mencapai stabilitas yang diinginkan di bawah kondisi pengolahan

tertentu (Marini, 2019). Pencampuran binder pada pakan dengan cara

melarutkannya pada 500ml air sebanyak 5gr binder/kg pakan. Bahan perekat pellet

udang dapat dilihat pada Gambar 4.37.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


73
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.37. Perekat pelet udang (Sumber: Dokumentasi Pribadi,2021)

4.5.2.4 Protein (Amino Liquid)

Pada budidaya udang vannamei di UPT BAPL Bangil, Pasuruan

menggunakan amino liquid dengan dosis 20-60 ml/kg pakan. Pencampuran amino

liquid pada pakan dilakukan secara langsung pada pakan, tidak boleh dilakukan

dibawah sinar matahari langsung, dan dianginkan selama 10-15 menit sebelum

pakan ditebar pada kolam pemeliharaan.

Pemberian amino liquid pada pagi hari bertujuan untuk perangsang napsu

makan. Amino liquid yang diberikan mengandung astaxanthin dan atraktan.

Astaxanthin merupakan antioksidan yang kuat; dapat mencegah mampu oksidasi

lipoprotein dengan menetralisir radikal bebas. Sedangkan atraktan sebagai

perangsang nafsu makan (Senthamil and Kumaresan, 2015). Protein (amino liquid)

yang dicampurkan pada pakan dapat dilihat pada Gambar 4.38.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


74
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.38. Protein (Amino Liquid) (Sumber: Dokumentasi Pribadi,

2021).

4.5.3 Frekuensi Pemberian Pakan

Frekuensi pemberian pakan di UPT BAPL Bangil yaitu 3-4 kali sehari.

Setelah program blind feeding selesai maka frekuensi pemberian pakan sebanyak 4

kali sehari karena udang sudah mulai tergantung pada pakan buatan. Selain itu, pada

waktu demand feeding juga semakin banyak sehingga frekuensi pemberian pakan

yang dibutuhkan juga lebih banyak. Waktu pemberian pakan yakni pada pukul

07.00, 12.00, 16.00, dan 21.00. Menurut Fakhriah (2016) frekuensi pemberiaan

pakan pada udang 4-6 kali sehari dengan interval waktu 4 jam sekali. Persentase

pakan yang diberikan terhadap bobot badan udang akan semakin kecil seiring

bertambahnya besarnya ukuran udang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pakan udang di tambak

budidaya udang secara intensif yang ditandai dengan padat tebar benur tinggi dan

mempunyai ketergantungan besar terhadap pemberian pakan dengan nutrisi

lengkap dari luar tambak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pakan

udang yang dibudidayakan diantaranya adalah kelengkapan program blind feeding,

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


75
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ukuran udang, kualitas air, kondisi dasar tambak, dan ada atau tidaknya penyakit.

4.5.4 Program Pakan

4.5.4.1 Blind Feeding

Blind feeding merupakan program pakan udang yang diberi pakan sesuai

program yang telah dibuat sebelum kegiatan budidaya berlangsung, tanpa melihat

kondisi udang yang ada di kolam budidaya. Program blind feeding bertujuan untuk

memberikan pakan optimal terhadap benur untuk menjaga Survival Rate (SR) dan

mengurangi keragaman pertumbuhan di bulan pertama budidaya. Penghitungan

pakan saat blind feeding sesuai dengan Ulum (2016) dengan menghitung total

jumlah penebaran benur dikalikan rata – rata berat badan udang, sedangkan untuk

udang umur 30 hari keatas berdasarkan hasil cek anco serta sipon.

Program pemberian pakan blind feeding dilakukan pada Day of Culture

(DOC) ke-1 hingga DOC-30 yakni sebesar 4,5% dari berat awal udang. Karena

pada saat tersebut belum dapat dilakukan sampling, maka populasi dan kebutuhan

pakannya belum dapat ditentukan secara tepat. Jumlah pakan perhari selama blind

feeding disajikan pada lampiran 5.

Dosis pemberian pakan awal yang diberikan sesuai dengan feeding program

yang telah ditentukan untuk 25.000 ekor benur, dengan penambahan pakan yang

bervariasi pada udang berusia kurang dari 30 hari. Sedangkan setelah udang

berumur lebih dari 30 hari atau setelah dilakukan sampling udang maka

penambahan pakan berdasarkan berat udang dan kontrol anco tetapi tetap

berpedoman pada feeding program yang telah dibuat sebelumnya.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


76
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ulum (2016) menambahkan program blind feeding bertujuan untuk

mempertahankan Survival Rate (SR), mencegah variasi ukuran yg besar,

perkembangan sel-sel somatis dan membantu penumbuhan pakan alami di bulan

pertama budidaya. Penggunaan persentase Feeding Rate (FR) disesuaikan dengan

ketersediaan pakan alami pada tambak budidaya.

4.5.4.2 Demand Feeding

Program demand feeding yaitu program pemberian pakan berdasarkan

penyesuaian di dalam anco, diberikan setelah umur kultur sebulan hingga panen

(DOC 31-panen). Menurut Fakhriah (2016), ketepatan dalam perhitungan jumlah

pakan pada program demand feeding perlu diperhatikan karena dapat menekan

biaya pakan. Pemberian pakan yang diberikan menyesuaikan dengan tingkat

konsumsi udang sangat dipengaruhi oleh faktor internal (kesehatan udang) dan

faktor ekternal (lingkungan). Tabel program demand feeding dapat dilihat pada

Lampiran 6.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


77
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.5.5 Pemberian Pakan Berdasarkan Cek Anco

Jumlah pakan per hari selama demand feeding sangat fluktuatif mengikuti

nafsu makan udang tersebut. Nafsu makan bisa dipengaruhi oleh faktor internal

maupun eksternal. Cara terbaik dalam pemberian pakan secara demand feeding

yaitu dengan pengecekan anco. Pengecekan anco dibutuhkan untuk memantau naik

turunnya nafsu makan udang dan mengetahui tingkat pemberian pakan, sehingga

kebutuhan pakan pada saat itu bisa diestimasikan agar tidak terjadi under feeding

atau over feeding (Fakhriah, 2016).

Penambahan dan pengurangan pakan bergantung pada hasil kontrol anco

yang dilakukan pada hari itu dan sebelumnya. Estimasi jumlah udang yang masih

hidup dan berada di dalam tambak dapat dihitung dengan kontrol anco dan

persentase pakan. Pengontrolan pakan dengan cek anco dilakukan setelah udang

berumur diatas 30 hari. Hasil dari pengecekan anco akan mempengaruhi dari

penambahan dan pengurangan jumlah pakan yang akan diberikan atau ditebar ke

tambak.

Tambak bulat udang vaname UPT BAPL memiliki 1 buah anco yang

dipasang pada bagian yang sekiranya memiliki arus tidak terlalu deras. Anco yang

digunakan berbentuk persegi dengan panjang sisi 80-100 cm. Kegiatan pemberian

pakan di anco diawali dengan memberi 1% pakan dari jumlah pakan yang

diberikan, tujuan pemberian sedikit pakan di anco tersebut untuk membiasakan

udang untuk makan di anco. Pengontrolan anco dilakukan 1-2 jam setelah

pemberian pakan, bergantung dari nilai tengah berat dari udang serta sisa pakan

yang ada di anco (Tabel 4.4). Jika pakan di anco habis, maka dosis pakan dapat

ditambah secara bertahap dari total pemberian sebelumnya (Tim Perikanan WWF-

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


78
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Indonesia, 2014). Penambahan dosis pakan berpatokan pada tabel skor anco yang

telah disusun sebelumnya pada program pakan (Tabel 4.4).

Tabel 4.4. Tabel waktu pengecekan serta kuantitas pakan di anco, berpatokan

pada bobot tengah udang (Mean Body Weight).

MBW % DI JAM
(gr) ANCO CEK
(jam)
3,0-5,0 0,5 2,0
5,0-8,0 0,8 2,0
8,0-12,0 1 1,5
>12 1,5 1,0

Tabel 4.5. Tabel skoring dan penambahan pakan berdasarkan sisa pakan di anco

Sisa Skor Skor Naik/Turun


Habis 0 +5%
<10% 1 Tetap
10-25% 2 -10%
25-50% 3 -20%
>50% 4 -50%

Menurut Wayan dkk. (2010) menjelaskan bahwa dari cek anco banyak hal

yang bisa diketahui, antara lain: mengetahui populasi udang atau Survival Rate

didalam tambak pada awal budidaya; mengetahui pertumbuhan dan perkembangan

keseragaman udang; memantau kesehatan udang, seperti adanya gangguan

protozoa, bakteri atau virus; tingkat konsumsi pakan dan nafsu makan udang;

kondisi udang yang moulting, serta kondisi dasar tambak dengan memperhatikan

warna feses. Pemberian pakan pada cek anco dapat dilihat pada Gambar 4.39.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


79
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.39. Kegiatan pemberian pakan pada anco (Sumber:

Dokumentasi Pribadi, 2021).

4.5.6 Kegiatan Penyiponan

Sipon merupakan kegiatan untuk menjaga kualitas air dengan cara

mengeluarkan endapan bahan organik dari sisa pakan, kotoran dan sisa molting

udang secara rutin. Kegiatan ini dilakukan setelah mencapai Day of Culture (DOC)

30. Hal tersebut dikarenakan pada kolam sudah mulai terdapat endapan bahan

organik dari sisa pakan dan kotoran udang.

Kegiatan ini dilakukan secara berkala, satu kali dalam satu hari, dengan

durasi waktu satu sampai dua jam. Ulum (2016) menambahkan bahwa frekuensi

sipon dipengaruhi oleh jumlah pakan per hari yang diberikan ke dalam kolam

budidaya. Kegiatan ini dilakukan dengan mengeluarkan endapan bahan organik

dengan mengalirkan melalui pipa sebesar 3 inch pada luar kolam yang terhubung

dengan saluran pembuangan. Kegiatan penyiponan air pada kolam budidaya udang

secara intensif dapat dilihat pada Gambar 4.40.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


80
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.40. Kegiatan penyiponan dengan menggunakan pipa (Sumber:

Dokumentasi Pribadi, 2021).

4.5.7 Sampling

Sampling bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan udang vaname dan

menetapkan jumlah pakan harian yang akan diberikan pada program demand

feeding (Husni, 2015). Sampling yang dilakukan di UPT BAPL yakni setiap 10 hari

sekali. Pengambilan sample udang dilakukan secara acak pada tambak dengan cara

menjaring udang. Udang yang masuk ke dalam jaring dimasukkan ke dalam ember

kemudian ditimbang seberat satu kilogram dan dihitung jumlahnya serta berat rata-

rata per ekor udang. Hal tersebut kurang sesuai dengan metode sampling menurut

BBAP Jepara (2007) pengambilan sample udang dilakukan setelah mematikan

kincir setengah jam sebelum dilakukan sampling. Penundaan pemberian pakan juga

dilakukan hingga proses sampling selesai.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


81
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kegiatan sampling rutin dilakukan mulai pada DOC-30 hingga menjelang

panen, untuk mempermudah pengamatan pertumbuhan udang serta pengamatan

kondisi kesehatan udang. Pengambilan sample biasanya dilakukan saat pagi hari

yakni pukul 07.00-08.00. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2013),

pengambilan sample udang yang tepat adalah pagi dan atau sore hari. Hal tersebut

bertujuan agar udang tidak mengalami stres. Kegiatan sampling pada kolam

budidaya udang vaname di tambak intensif dapat dilihat pada Gambar 4.41.

Gambar 4.41. Kegiatan sampling yang dilakukan di tambak bulat

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021).

Hasil sampling udang dihitung dan ditimbang berat udangnya. Dari hasil

penghitungan sampling dapat diketahui Average Body Weight (ABW),

pertumbuhan atau Avarage Daily Growth (ADG), Specific Growth Rate (SGR),

Food Conversion Rate (FCR), Survival Rate (SR) dan total biomass udang yang

terdapat di kolam budidaya (Suciyono dkk., 2013). Persentase Survival Rate (SR)

udang pada siklus kali ini sebesar 70%. Arsad, dkk. (2017) menyatakan, SR

dikategorikan baik apabila nilai SR> 70%, untuk SR kategori sedang 50-60%, dan

pada kategori rendah nilai SR <50%. Tingginya SR udang vaname diduga

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


82
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

disebabkan oleh ketersediaan nutrisi, yang meliputi protein, karbohidrat dan lemak,

yang sesuai dengan kebutuhan udang vaname. Selain itu, faktor lingkungan yang

optimal merupakan faktor penting karena berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

proses fisiologis udang vaname (Zainudin dkk., 2014).

Average Body Weight (ABW) meningkat setiap minggunya, dengan selisih

1-2 gr/minggu. Average Daily Gain (ADG) pada kolam bulat mengalami fluktuasi

kenaikan dan sedikit penurunan. Pada DOC ke-61 terjadi lonjakan kenaikan berat.

Hal tersebut disebabkan oleh penambahan dosis pakan yang diberikan tiap harinya,

pada rentang DOC 51 hingga DOC 61. Selain itu juga, udang vaname memiliki

nafsu makan yang baik, dilihat dari pengecekan pada anco.

Pakan yang dikonsumsi selama satu siklus sebesar 425 kg, dengan biomassa

total sebesar 323,5 kg. Feed Consumption Rate (FCR) pada siklus kali ini memiliki

hasil sebesar 1,3 sehingga dapat dikatakan efisiensi pakan pada tambak baik. Nilai

FCR dikatakan baik jika sesuai dengan FCR standar atau FCR yang ditargetkan.

Marini (2019) menjelaskan bahwa berdasarkan pendataan pada tambak intensif

dalam kondisi panen normal, FCR yang dicapai antara 1,5–2,0 (tergantung dari

media/kondisi lahan tambak yang digunakan). Grafik pertambahan berat dan ADG

secara berkala dapat dilihat pada Gambar 4.42.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


83
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

0,4 18
0,35 0,35 15,7 16
0,3 0,31 0,31 14
12,6 12
ADG (g/hari)

0,25

Berat (g)
10
0,2 9,48
0,18 0,17 8 ADG (g/hari)
0,15
6 6 Berat (g)
0,1 4,3 4
0,05 2,5 2
0 0
DOC 31 DOC 41 DOC 51 DOC 61 DOC 71 DOC 81
DOC (hari)

Gambar 4.42. Grafik pertambahan berat dan ADG secara berkala (Sumber:

Dokumentasi Pribadi, 2021).

4.5.8 Penyimpanan Pakan

Pakan merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan budidaya.

Penyimpanan pakan dengan benar merupakan satu dari berbagai cara untuk

mempertahankan kondisi pakan. Penyimpanan pakan bertujuan untuk menjaga

pakan dari segala hal yang dapat menurunkan nilai dan kualitas pakan. Gudang

pakan UPT BAPL Bangil memiliki ventilasi yang cukup, terhindar dari sinar

matahari secara langsung dan dilengkapi dengan palet kayu sebagai dasar peletakan

pakan.

Selama periode budidaya gudang pakan ini tidak pernah dalam keadaan

kosong. Pengambilan pakan diatur sehingga pakan yang masuk pertama kali akan

dikeluarkan terlebih dahulu. Penyimpanan pakan di tambak udang UPT BAPL

Bangil sejalan dengan pernyataan Ulum (2016) yang menjelaskan bahwa beberapa

hal yang perlu diperhatikan selama penyimpanan pakan diantaranya pakan harus

diatur dengan sistem First In First Out (FIFO), disimpan di tempat yang kering,

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


84
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dingin dan berventilasi; pakan disimpan di atas palet kayu dan menghindari

penyimpanan di atas lantai secara langsung; serta pakan harus terhindar dari sinar

matahari secara langsung. Tempat penyimpanan pakan di UPT BAPL Bangil dapat

dilihat pada Gambar 4.43.

Gambar 4.43. Gudang Pakan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021).

4.6 Manajemen Kualitas Air

Manajemen kualitas air yang dilakukan di UPT BAPL Bangil bertujuan

untuk mengontrol kualitas air dan mengetahui parameter fisika dan kimia yang

sesuai untuk pertumbuhan udang vaname (L. vannamei). Parameter kualitas air

yang diukur meliputi parameter fisika yaitu suhu dan parameter kimia yaitu pH,

salinitas, oksigen terlarut (DO), nitrat (NO3), nitrit (NO2) dan amonia (NH3).

Metode pengukuran dilakukan dengan pengamatan pH, suhu, oksigen terlarut (DO)

dan salinitas dilakukan setiap hari dengan waktu pengamatan pada pagi hari

(07.00), siang hari (12.00) dan sore hari (16.00). Pengukuran nitrat, nitrit dan

amonia dilaksanakan seminggu sekali di laboratorium UPT BAPL Bangil.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


85
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.6.1 Parameter Uji

Parameter uji kualitas air dalam penelitian ini adalah Amonia (NH3), Nitrit

(NO2) dan Nitrat (NO3) dalam air. Pengukuran parameter ini dilakukan setiap

seminggu sekali dengan menggunakan alat spektofotometer dengan panjang

gelombang antara 380-543 nm. Sedangkan untuk parameter kualitas air seperti pH,

suhu, salinitas dan DO (oksigen terlarut) diamati setiap pagi pukul 07.00, siang hari

pukul 12.00 dan sore hari pada pukul 16.00. Parameter utama pengukuran kualitas

air harian dilakukan dengan menggunakan alat digital berupa DO meter,

refraktometer dan pH meter. Untuk pengukuran mingguan berupa amonia, nitrit dan

nitrat dilakukan dengan menggunakan alat spektofotometer.

4.6.1.1 Derajat Keasaman (pH)

8,1
8
7,9
7,8
7,7
pH

7,6
7,5
7,4
7,3
7,2
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Pagi 7,7 7,47 7,84 7,65
Siang 7,88 7,67 7,99 7,79
Sore 7,83 7,67 8,01 7,69

Gambar 4.44. Grafik Derajat Keasaman (pH) (Sumber : Dokumentasi

Pribadi,2021)

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter penting dalam suatu

perairan yang menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasahan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


86
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

suatu perairan. Kondisi perairan dikatakan netral apabila nilai pH sama dengan 7

dan kondisi perairan asam bila pH kurang dari 7 sedangkan kondisi perairan basa

bila pH lebih dari 7 (Irianto, 2011). Tingginya nilai pH dipengaruhi oleh kandungan

oksigen yang berasal dari proses fotosintesis sehingga mempengaruhi nilai pH di

perairan. Nilai pH juga dipengaruhi oleh proses dekomposisi bahan organik seperti

fitoplankton yang banyak menghasilkan CO2 sehingga terjadi penurunan pH

(Parawita et al, 2009)

Hasil pengukuran pH di tambak udang vaname didapatkan nilai tertinggi

sebesar 8,98 dan nilai terendah sebesar 7,23. Berdasarkan data pengukuran

didapatkan rata-rata sebesar pada pagi hari sebesar 7,66, siang hari sebesar 7,83 dan

sore hari sebesar 7,8. Kenaikan pH terjadi akibat cuaca yang cerah sehingga cahaya

matahari yang diperlukan tumbuhan dan fitoplankton cukup untuk melakukan

fotosintesis. Proses fotosintesis yang terjadi menghasilkan oksigen di perairan

sehingga konsentrasi pH juga akan meningkat. Menurut Suherman dan Sriastuti

(2002), pH di tambak dapat berubah sepanjang hari akibat fotosintesis. Fitoplankton

dan tumbuhan air memanfaatkan CO2 pada siang hari sehingga pH meningkat

sedangkan pada malam hari CO2 dihasilkan oleh organisme melalui respirasi

sehingga pH turun dan bersifat asam. Semakin tinggi CO2 maka pH akan semakin

rendah. pH yang optimum bagi udang berkisar antara 7,5 – 8,5 (Erlangga, 2012).

4.6.1.2 DO (Dissolved Oxygen)

Oksigen merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya

sehingga bila ketersediaan didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya,

maka segala aktivitas biota akan terhambat (Kordi dan Andi, 2007). Oksigen

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


87
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

diperlukan ikan untuk respirasi dan metabolisme dalam tubuh ikan untuk aktivitas

berenang, tumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Disamping itu, oksigen juga

dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Nilai oksigen di

dalam kegiatan sangat penting karena kondisi yang kurang optimal untuk

pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan stres (Jaya, 2011). Sumber

utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil

fotosintesis organisme yang hidup di perairan tesebut (Salmin, 2000 dalam Salmin

2005). Kandungan oksigen terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh kehadiran

organisme, fotosintesis, suhu, tingkat penetrasi cahaya, tingkat kederasan alir

jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air (Nabilah, 2012).

Kadar oksigen terlarut perairan mengalami fluktuasi secara harian dan

musiman, tergantung dari tingkat pencemaran dan pegerakan massa air, aktivitas

fotosintesis, respirasi dan air limbah yang masuk kedalam badan air (Effendi,

2003). Grafik Dissolved Oxygen (DO) dapat dilihat pada Gambar 4.45.

7
6
5
DO (mg/l)

4
3
2
1
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pagi 4,37 4,08 4,36 5,01
siang 5,1 6,06 5,82 6,06
sore 3,3 3,8 4,41 3,8

Gambar 4.45. Grafik Dissolved Oxygen (DO) (Sumber : Dokumentasi

Pribadi,2021)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


88
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


89
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Berdasarkan hasil pengukuran oksigen terlarut diatas diperoleh rata-rata

pengukuran pada pagi hari sebesar 4,45 mg/l, siang hari 5,76 mg/l dan sore hari

3,82 mg/l. Nilai oksigen terlarut tertinggi sebesar 7,28 mg/l pada pagi hari dan nilai

oksigen terlarut terendah sebesar 3,04 mg/l pada sore hari. Pengukuran nilai oksigen

terlarut pada pagi lebih tinggi di bandingkan sore hari disebabkan oleh pengurangan

fitoplankton selama proses penggantian air tambak dengan air masuk dari sumur

bor, sehingga pada sore hari proses fotosintesis oleh fitoplankton tidak sebanyak

pada pagi dan siang hari.

Kenaikan oksigen terlarut di perairan disebabkan oleh cuaca saat

pengukuran sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan juga lebih

tinggi sehingga proses fotosintesis oleh fitoplankton meningkat, selain itu angin

yang bertiup kencang sehingga dapat dilihat secara visual pada permukaan air

terdapat gelombang yang sangat kecil.

Kenaikan oksigen terlarut juga dipengaruhi oleh proses pemupukan yaitu

dilakukan sehingga fitoplankton berfotosintesis dan menghasilkan O2. Tatangdatu

et al. (2013) mengatakan bahwa pada siang hari oksigen dihasilkan melalui proses

fotosintesis, sedangkan pada malam hari oksigen yang terbentuk akan digunakan

kembali oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Fegen

(2003) menyatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut yang optimal dalam

pemeliharaan udang vanname berkisar antara 4-8 ppm. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa kandungan oksigen yang terdapat pada media pemeliharaan masih optimal

dan cukup baik dalam mendukung pertumbuhan udang vanname yang

dibudidayakan.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


90
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.6.1.3 Suhu

Suhu perairan merupakan parameter fisika yang berpengaruh besar terhadap

pertumbuhan dan pola kehidupan udang. Pengaruh suhu pada pertumbuhan udang

vannamei adalah pada spesifitas tahap dan ukuran. Udang muda dapat tumbuh

dengan baik dalam air dengan temperatur hangat, tapi semakin besar udang

tersebut, maka temperatur optimum air akan menurun (Wyban et al. (1991) dalam

Enwinda 2008). Suhu juga sangat mempengaruhi aktivitas organisme seperti

metabolisme dan penyebaran organisme di laut maupun organisme di perairan

tawar. Menurut Suherman dkk. (2002) Pengukuran suhu sangat diperlukan untuk

mengetahui karakteristik perairan, suhu air merupakan faktor abiotik yang

memegang peranan penting bagi kehidupan organisme di perairan. Grafik suhu

dapat dilihat pada Gambar 4.46.

32

31

30
Suhu (Celsius)

29

28

27

26
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
pagi 28,01 28,54 28,65 28,32
siang 31,38 31,05 30,57 30,43
sore 29,29 29,57 29,67 30,37

Gambar 4.46. Grafik Suhu (Sumber : Dokumentasi Pribadi,2021)

Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada tambak udang vaname diperoleh rata-rata

dalam pengukuran selama 2 bulan yaitu pada pagi hari sebesar 28,38 °C siang hari

30,85 °C sore hari 29,72 °C. Suhu tertinggi mencapai 31,7 °C pada saat siang hari,

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


91
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dan suhu terendah terjadi saat pagi hari yaitu 25,9 C. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa suhu yang terdapat pada media pemeliharaan berada pada kisaran optimal

dalam mendukung pertumbuhan udang vanname yang dibudidayakan.

Utojo dan Tangko (2008) menyatakan bahwa persyaratan suhu air tambak

untuk budidaya udang vanname yang optimal adalah antara 26 °C - 32 °C. Budidaya

ikan membutuhkan ketersediaan air yang cukup dengan kualitas yang baik.

Perubahan suhu yang mendadak berpengaruh buruk pada kehidupan biota yang

dibudidayakan. Pada suhu dibawah 15,5 °C – 12 °C umunya ikan tidak dapat hidup

dengan baik (Cahyono, 2000).

4.6.1.4 Salinitas

Salinitas merupakan konsentrasi total dari semua ion terlarut seperti sodium,

potasium, kalsium, magnesium, klorida, sulfat, dan bikarbonat yang terkandung

dalam suatu perairan yang dinyatakan dalam satuan milligram per liter (mg/l).

Salinitas atau kadar garam merupakan parameter penting dalam budidaya udang

dikarenakan berhubungan erat dengan tekanan osmotik dan ionik air, serta tingkat

osmoregulasi udang. Hasil pengukuran salinitas pada tambak udang vaname dapat

dilihat pada Gambar 4.47.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


92
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12

11,5

11
Salinitas (ppt)

10,5

10

9,5

9
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pagi 10 10 11 11,75
siang 10 10 11,14 11,5
sore 10 10 11,14 11,25

Gambar 4.47. Grafik Salinitas (Sumber : Dokumentasi Pribadi,2021)

Berdasarkan hasil pengukuran salinitas pada tambak udang vaname

diperoleh rata-rata dalam pengukuran selama 2 bulan yaitu pada pagi hari sebesar

10,68 ppt siang hari 10.66 ppt sore hari 10,59 ppt. Salinitas tertinggi terjadi saat

pagi hari yaitu 12 ppt, dan salinitas terendah sebesar 10 ppt. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa salinitas yang terdapat pada media pemeliharaan berada pada

kisaran optimal dalam mendukung pertumbuhan udang vanname yang

dibudidayakan.

Kenaikan dan penurunan salinitas dapat dipengaruhi oleh nilai suhu yang

mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di perairan tambak. Menurut

(Badruddin, 2014), Umumnya kisaran salinitas untuk budidaya udang antara 0-35

ppt dan optimal 10-30 ppt. Sedangkan menurut Hendrawati dan Rohmah (2008),

udang dewasa dan induk memerlukan salinitas lebih tinggi > 28 ppt sedangkan pada

fase larva sampai post larva memerlukan salinitas < 28 ppt.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


93
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.6.1.5 Nitrat

30

25

20
Nitrat (mg/l)

15

10

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Data 12,9 24,3 23,2 25,5

Gambar 4.48. Grafik Nitrat (Sumber : Dokumentasi Pribadi,2021)

Nitrat (NO3) adalah hasil produksi dari nitrifikasi yang merupakan bentuk

oksidasi terbanyak dari nitrogen dalam air. Hasil akhir proses nitrifikasi adalah

terbentuknya nitrat. Kandungan nitrit dan nitrat yang baik pada tambak udang yaitu

nitrit <0,1 mg/l dan nitrat <1 mg/l, apabila tidak sesuai, maka akan menimbulkan

racun yang berdampak pada kesehatan ikan (Khun et al., 2011).

Berdasarkan hasil uji kandungan nitrat pada tambak udang vaname

diperoleh rata-rata pengukuran sebesar 21,47 mg/l dengan nilai tertinggi sebesar

25,5 mg/l dan nilai terendah sebesar 12,9 mg/l, meskipun konsentrasi NO3 berada

pada kisaran yang tinggi pada pengamatan, nitrat merupakan suatu bentuk yang

tidak berbahaya, sehingga keberadaannya tidak menganggu biota yang dipelihara.

Senyawa N-anorganik relatif tidak bersifat racun bagi kehidupan udang dibanding

dengan nitrit dan amonia (Komarawidjaja, 2006).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


94
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.6.1.6 Nitrit

3,5

2,5
Nitrit (mg/l)

1,5

0,5

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Data 0,71 1,96 2,07 3,16

Gambar 4.49. Grafik Nitrit (Sumber : Dokumentasi Pribadi,2021)

Nitrit merupakan salah satu senyawa kimia pencemar dalam air. Selain

disebabkan oleh kegiatan manusia, peningkatan nitrit dalam air juga dapat

disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan

mengoksidasi amonia menjadi nitrit oleh bakteri Nitrosomonas (Amri, Si sir.2009).

Menurut Komarawidjaja (2006), nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate)

antara amonia dan nitrat (Nitrifikasi), juga merupakan senyawaan nitrogen

anorganik yang dapat membahayakan kehidupan udang bila terdapat dalam jumlah

tinggi.

Nitrit beracun karena kemampuannya mengikat haemoglobin sehingga

mengganggu absorbsi oksigen dalam darah. Kandungan nitrit dalam perairan

dipengaruhi oleh kandungan DO di perairan. Konsentrasi DO yang tinggi

menyebabkan pembentukan nitrit akan berlangsung lebih cepat. Konsentrasi nitrit

yang tinggi tidak baik untuk budidaya udang karena nitrit mampu menimbulkan

methemoglobin (proses oksidasi Fe2+ pada haemoglobin atau Cu pada haemosianin)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


95
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pada ikan sehingga proses pengikatan O2 terhambat. Meskipun udang tidak

memiliki sel darah merah tapi terlihat ada efek pada udang bila nitrit tinggi (Budi,

2009).

Berdasarkan hasil uji kandungan nitrit pada tambak udang vaname

diperoleh rata-rata pengukuran sebesar 1,97 mg/l dengan nilai tertinggi sebesar 3,16

mg/l dan nilai terendah sebesar 0,71 mg/l, nilai ini tergolong membahayakan

perairan. Kandungan nitrit yang baik untuk tambak udang yaitu nitrit <0,1 mg/l

(SNI 8118, 2015). Feses udang vaname diduga menjadi substrat bagi bakteri

nitrifikasi, sehingga bakteri nitrifikasi banyak tumbuh yang menyebabkan proses

nitrifikasi berjalan baik dan akumulasi NO2 menjadi lebih sedikit.

4.6.1.7 Amonia

3,5

2,5
Amonia (mg/l)

1,5

0,5

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Data 0,16 2,2 3,3 1

Gambar 4.50 Grafik Amonia (Sumber : Dokumentasi Pribadi,2021)

Amonia (NH3) dan garam-garam lainnnya bersifat mudah larut dalam air.

Amonia di perairan berasal dari pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan

nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air yang berasal dari

dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


96
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mikroba dan jamur (Effendi, 2003). Data penelitian amonia fluktuasi konsentrasi

NH3 yang berbeda-beda. Berdasarkan data penelitian di dapatkan nilai NH3

terendah yaitu 0,021 mg/l dan nilai tertinggi yaitu 3,3 mg/l, nilai ini tergolong

membahayakan perairan. Kandungan NH3 yang baik untuk tambak udang yaitu <

0,05 mg/l (SNI 8118, 2015).

Tingginya kandungan NH3 dipengaruhi oleh sisa metabolisme dan sisa

pakan dalam air. Menurut Kordi dan Andi (2007), sebagian besar pakan yang

dimakan oleh ikan dan udang akan dirombak menjadi daging atau jaringan tubuh,

sedangkan sisanya dibuang berupa kotoran padat (feses) dan terlarut (amonia).

Tingginya kandungan NH3 berasal dari akumulasi sisa pakan pada pemeliharaan

udang vanname yang kemungkinan belum mengalami proses amonifikasi secara

sempurna, peningkatan konsentrasi amonia dapat terjadi karena penguraian

senyawa N-organik terus meningkat akibat adanya degradasi sisa pakan yang

terakumulasi. Sedangkan beberapa hal yang diduga berpengaruh terhadap

akumulasi amonia adalah kandungan oksigen terlarut yang rendah.

Menurut Komarawidjaja (2006), apabila oksigen terlarut yang tersedia di

perairan hanya cukup untuk pembentukan amonia maka proses oksidasi amonia,

nitrit dan nitrat (nitrifikasi) tidak berjalan sempurna. Selain itu kepadatan mikroba

pengguna amonia dan adanya senyawa penghambat proses nitrifikasi menyebabkan

tingginya kadar amonia.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


97
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.7 Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama dan penyakit yang ditemui selama kegiatan praktek kerja lapang di

UPT BAPL Bangil, seperti hama kepiting dan penyakit berak putih (White Feces

Disease). Menurut Herlina (2014) hama dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu

hama predator, hama kompetitor, dan hama perusak. Hama predator merupakan

golongan pemangsa yang dapat memakan langsung udang dalam jumlah yang

banyak. Hama kompetitor merupakan hewan-hewan yang hidupnya menyaingi

hidup udang vaname baik dalam hal makanan, tempat hidup, atau oksigen (O2).

Hama perusak yaitu hewan yang tidak memangsa dan tidak menyaingi kehidupan

udang, namun merusak lingkungan hidup udang yang dipelihara. Misalnya merusak

dasar tambak, saluran dan pintu air, maupun kebocoran tambak

Salah satu faktor riskan dalam program budidaya adalah hama dan penyakit

yang penyebarannya dapat melalui berbagai cara. Karier pembawa pathogen

meliputi inang yang terinfeksi (benih, induk, dan inang perantara), karier inang

biologis lainnya seperti (burung, serangga dan manusia), serta perantara lain seperti

(air, mobil, ember, sepatu, jaring, pakaian). Penyakit pada suatu organisme

didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal yang ditandai penurunan

kemampuan suatu spesies secara gradual dalam mempertahankan fungsi-fungsi

fisiologik normal (Irianto, 2005). Karier-karier tersebut masuk ke dalam sistem air

yang terkontaminasi alami dari inang perairan. Penularan udara dapat melalui

burung yang bermigrasi, serangga maupun angin. Penularan juga dapat melalui

aktivitas manusia, hewan, peralatan lapangan.

Kesehatan udang merupakan bagian penting dalam kegiatan budidaya

udang. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan datangnya penyakit dan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


98
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pengendalian penyakit yang menyerang serta pemberantasan hama yang dilakukan

karena mampu menghambat siklus produksi. Penggunaan obat-obatan seperti

antibiotik, pestisida, atau senyawa kimia buatan yang lain untuk penanggulangan

penyakit dianggap lebih praktis, efektif, dan murah tetapi penggunaan obat-obatan

belum menjamin keberhasilan 100% (Amri, 2008). Selain pencegahan penyakit,

hama juga sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu produksi. Hama

merupakan organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh,

mempengaruhi produktivitas udang yang dipelihara.

Gambar 4.51. Kepiting (Scylla sp.) (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021).

Pada tambak pembesaran udang vaname di UPT. BAPL Bangil, sering

ditemukan adanya hama dari jenis crustacean seperti kepiting (Scylla sp.), golongan

moluska dan ikan-ikan liar lainnya. Adanya organisme-organisme ini dapat

menyebabkan terganggunya kehidupan udang vaname yang dibudiayakan,

sehingga dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu, diperlukan proses

sterilisasi dan pemasangan biosecurity pada tahap persiapan tambak untuk

mencegah hama dan penyakit masuk ke petakan tambak.

Penyakit yang sering ditemukan pada budidaya udang vaname secara

intensif di UPT. BAPL Bangil yaitu White Feces Disease yang disebabkan oleh

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


99
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

bakteri Vibrio. Selain itu pada budidaya udang vaname, sering ditemukan fouling

organism dari parasit protozoa. Fouling disease (penyakit penempel) merupakan

penyakit yang disebabkan oleh filum protozoa, diantaranya Zoothamnium,

Epistylis, Vorticella. Contohnya yaitu Zoothamniosis yang memiliki ciri berwarna

hitam di seluruh tubuhnya. Penyakit ini juga disebabkan oleh faktor nutrisi seperti

ransum kekurangan vitamin C, manajemen pakan dan kualitas lingkungan yang

kurang baik.

4.8 Pemanenan

Pemanenan yang dilakukan di tambak pembesaran udang vaname intensif

di UPT BAPL Bangil dilakukan secara parsial dan panen total. Panen parsial

merupakan panen sebagian populasi udang yang dilakukan setelah DOC udang >60,

dengan ukuran/size tertentu. Size adalah pengukuran banyaknya udang dalam 1

kilogram (Budi, 2019). Bila semakin kecil size udang, maka udang per ekornya

memiliki massa yang lebih besar. Pemanenan secara parisal bertujuan untuk

mengurangi padat tebar dalam kolam agar udang yang tersisa dapat mengalami

peningkatan pertumbuhan, serta mengurangi kebutuhan pakan (Ghufron, 2017).

Panen parsial dilakukan pada pagi hari untuk menghindari udang molting

dan DO rendah. Udang yang dapat dipanen secara parsial jika telah mencapai

ukuran 80-60 individu/kg (dipanen sebanyak 20-30% total biomassa udang). Panen

parsial dilakukan menggunakan jala lempar sehingga udang yang tertangkap tidak

mudah terlepas.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


100
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Panen parsial tambak bulat udang vaname intensif UPT BAPL dilaksanakan

pada DOC-73. Panen parsial menghasilkan sebanyak 130 kg udang, dengan size 79

ekor/kg. Kegiatan panen parsial pada tambak bulat dapat dilihat pada Gambar 4.56.

Gambar 4.52. Pemanenan secara parsial Tambak Bulat Udang Intensif

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021).

Panen total yang dilakukan pada tambak bulat udang vaname intensif UPT

BAPL menghasilkan sebanyak 193,5 kg dengan size 58 ekor/kg. Panen total

biasanya ketika udang telah mencapai size 40 individu/kg. Namun, panen total yang

dilakukan pada siklus ini diakibatkan oleh adanya molting massal pada DOC 82.

Molting massal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan kualitas air karena

hujan pada malam hari. Molting massal mengakibatkan banyak udang stres dan

mati, sehingga perlu dilakukan panen total agar tidak menimbulkan kerugian yang

lebih besar. Panen total dilakukan dengan menggunakan jaring kantong. Udang

yang masih tersisa dapat diambil menggunakan tangan. Pengeringan air untuk

panen total dilakukan dengan cepat untuk menghindari udang molting kembali.

Waktu pemanenan maksimal 3 jam, lebih dari itu udang akan stress (Malik, 2014).

Kegiatan panen total pada bak bulat dapat dilihat pada Gambar 4.57.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


101
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.53. Pemanenan Total Tambak Bulat Udang Intensif (Sumber :

Dokumentasi Pribadi,2021).

Penjualan udang diawali dengan lelang ke pengepul yang memiliki tawaran

harga tertinggi, sebelum panen dilakukan. Setelah melakukan kesepakatan,

pengepul datang ke tambak dengan membawa kontainer, keranjang, serta

timbangan besar. Udang yang dipanen, diletakkan pada keranjang, kemudian

ditimbang dengan asumsi bobot total udang dalam keranjang dikurangi bobot

keranjang (3 kg). Lalu, menghitung size udang dengan cara jumlah udang yang

dipanen dalam 1 keranjang, dengan massa tertentu, dibagi dengan massa tersebut.

Udang yang dipanen pada tambak bulat intensif udang vaname UPT BAPL

memiliki size 58, dengan harga per-kilogram-nya sebesar Rp 63.000/kg. Setelah

ditimbang, udang vaname diletakkan pada kontainer yang telah diisi oleh es batu

untuk mencegah terjadinya pembusukan.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


102
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.9. Hambatan
Hambatan yang didapat selama melakukan Praktek Kerja Lapang antara

lain: proses sterilisasi lahan dilakukan pada malam hari, yang mana menyebabkan

pengeringan lahan menjadi tidak maksimal; adanya hujan pada malam hari

sehingga menyebabkan perubahan kualitas air yang fluktuatif dan udang

mengalami moulting massal. Udang yang moulting mengalami kematian karena

kondisinya yang rentan; Kincir aerasi mengalami korsleting; Overfeeding; serta

keterbatasan alat dan bahan pengukuran kualitas air.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


103
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa Kegiatan pembesaran udang vaname secara intensif di tambak

bulat UPT BAPL Bangil terdiri dari beberapa aspek, antara lain: persiapan lahan;

penebaran benih; manajemen pakan; manajemen kualitas air; hama penyakit; serta

panen.

Kegiatan pembesaran udang vaname secara intensif dimulai dengan

persiapan lahan yang meliputi pembersihan lahan, pengeringan lahan, sterilisasi

lahan, pengapuran, pemasangan biosecurity, pengisian air, pemasangan kincir,

treatment air, pengukuran kadar logam dalam air, serta pengaplikasian probiotik air.

Kegiatan persiapan lahan memiliki beberapa pengukuran, antara lain: sterilisasi

lahan menggunakan klorin dengan dosis 1 ppm; proses pengapuran menggunakan

kapur tohor/CaO dengan dosis 288,5 gr/m2; treatment air menggunakan kaporit

60% dengan dosis 30 mg/l; serta, pengukuran kadar logam dalam air menggunakan

spektrofotometer. Pengaplikasian probiotik air pada tambak udang dengan

menggunakan bahan utama bakteri Lactobacillus dari hasil fermentasi ragi tape,

susu skim, susu fermentasi, serta molase tebu.

Kegiatan penebaran benih yang melalui dua tahap yakni aklimatisasi suhu

dan salinitas. Setelah penebaran benih, dilakukan pemberian pakan serta

manajemen pakan. Manajemen pakan meliputi: jenis dan nutrisi pakan, pakan

tambahan, frekuensi pemberian pakan, program pakan, pemberian pakan

berdasarkan cek anco, kegiatan penyiponan, sampling, serta penyimpanan pakan.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


104
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jenis dan nutrisi pakan menggunakan pakan buatan yang berjenis crumble dan

pellet. Pakan tambahan/feed additives berupa probiotik pakan; vitamin; perekat;

serta protein (amino liquid). Frekuensi pemberian pakan dilakukan 4 kali dalam

sehari, dengan mengacu pada program pakan; cek anco; serta kondisi udang.

Pertumbuhan bobot harian rata-rata/Average Daily Gain udang vaname memiliki

hasil sebesar 0,33 gr/hari, dan bobot udang tiap ekornya meningkat hingga

mencapai 15,7gr/ekor.

Selain aspek pakan, kegiatan pembesaran udang vaname juga

memperhatikan manajemen kualitas air serta pengendalian hama dan penyakit.

Hasil pengukuran kualitas air, meliputi: pH dengan rata-rata 7-8; suhu dengan rata-

rata 28-31,7 oC; DO 3,04-7,28 mg/l; pengukuran salinitas dengan rentang 10-12

ppt; nitrat dengan rata-rata 21,47 mg/l; nitrit 1,97 mg/l; amonia 1,66 mg/l.

Pemanenan udang vaname dilakukan setelah mencapai umur dan ukuran yang

ditentukan. Udang vaname dipanen pada DOC 83 dan menghasilkan 193,5 kg,

dengan size 58. Udang vaname yang telah dipanen lalu dijual ke pengepul dengan

sistem lelang.

Hambatan yang didapat selama melakukan Praktek Kerja Lapang antara

lain: proses sterilisasi lahan dilakukan pada malam hari, yang mana menyebabkan

pengeringan lahan menjadi tidak maksimal; adanya hujan pada malam hari

sehingga menyebabkan perubahan kualitas air yang fluktuatif dan udang

mengalami moulting massal.; Kincir aerasi mengalami korsleting; Overfeeding;

serta keterbatasan alat dan bahan pengukuran kualitas air.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


105
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.2 Saran
Berdasarkan kendala yang ditemui dalam kegiatan pembesaran pada

budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) secara intensif di tambak udang

UPT BAPL, disarankan untuk lebih memperbaiki sarana dan prasarana, khususnya

kelistrikan. Agar lebih siap dalam menghadapi kendala seperti pemadaman listrik.

Kemudian perlunya pengeringan lahan yang optimal (seperti dikeringkan selama

24 jam dan terpapar sinar matahari) agar lahan dapat kering menyeluruh, sehingga

proses sterilisasi dapat berjalan dengan baik. Pemantauan anco dan hasil sipon

sangat diperlukan agar dapat mencegah terjadinya overfeeding. Selain itu perlunya

pemantauan kualitas air secara berkala dan terukur agar dapat mengetahui kondisi

perairan dan mencegah terjadinya moulting massal.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


106
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Aatanti, R.R.,S. Khotimah dan I. Apriani. 2014. Pengaruh Penambahan Probiotik


Terhadap Kualitas Air Buangan Budidaya Udang Milik PT. Pulau Mas
Khatulistiwa (Studi Kasus: Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah. Jurnal
Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 2(1) : 1-10.

Akbar, J. 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budi Daya Perairan).
Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin. hal 2-6.
Amri, C., D. Siswanta, dan Mudasir. 2009. Determination of Trace Nitrtit As 4-(4-
Nitrobenzenado)-1-Aminonaphthalene Complex by Extraction-
Spectrophotometry. Yogyakarta. 254-260.
Arditya, I. 2019. Efektifitas Penggunaan Kincir Air (Paddle Wheel) pada Tambak
Udang Vannamei di UPT BAPL Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
Praktek Kerja Lapang. Politeknik Kelautan dan Perikanan. Sidoarjo.
Arianto, R.M., A.D.P. Fitri, dan B.B Jayanto. 2018. Pengaruh Aklimatisasi Kadar
Garam Terhadap Nilai Kematian dan Respon Pergerakan Ikan Wader
(Rasbora argyrotaenia) Untuk Umpan Hidup Ikan Cakalang. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 7(2) : 43-
51.
Arsad, S., A, Afandy., A.P. Purwadhi., D.K. Saputra dan N.R. Buwono. 2017. Studi
Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan, 9(1): 1-14.
Biju V. N dan B. Gunalan. 2016. Prevalence of white faeces syndrome in
Litopenaeus vannamei farms in Nagapattinam district. International
Journal of Current Science Research, 2: 1019-1025.
Budi, N.A.R.S. 2019. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Tambak Udang di Kabupaten Kulon Progo. Tesis. STIE YKPN.
Yogyakarta.
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta. 37-42 Hal.
Dewi, N.N., Kismiyati., Rozi., G. Mahasri dan W.H, Setyantini. 2019. Aplikasi
Probiotik, Imunostimulan, dan Manajemen Kualitas Air dalam Upaya
Peningkatan Produksi Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) di Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik. Journal of
Aquaculture and Fish Health, 8(3) : 178-183.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkunan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


107
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Erlangga, E. 2012. Budidaya Udang Vannamei Secara Intensif. Pustaka Agro


Mandiri. Tangerang Selatan.
Eshmat, M.E. dan A. Manan. 2013. Analisis Kondisi Kualitas Air pada Budidaya
Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di Situbondo. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 5(1) : 1-4.
Fakhriah, Y. 2016. Manajemen Pemberian Pakan Pada Pembesaran Udang
Vannamei Di Instalasi Budidaya Air Payau Probolinggo. Praktek Kerja
Lapang. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Ferraz, N.R., Rafael V.A., Wanessa Q.C., Marcelo, Cordeiro P., And Luís G.T.B.
2012. Vitamin C Sources And Levels For Shrimp Litopenaeus vannamei In
The Growing Phase. Ci. Anim. Bras., Goiânia 13(3): 323-329.
Fegen, D. F. 2003. Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) di Asia
Gold Coin Indonesia Specialities : Jakarta.
Ghufron, M., M. Lamid., P.D.W. Sari dan H. Suprapto. 2017. Teknik Pembesaran
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada Tambak Pendampingan PT
Central Proteina Prima Tbk di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton,
Probolinggo, Jawa Timur. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7 (2) :
70-77.
Gusmawati, N.F., D. Soembogo., A.A. Lubis dan E. Supriyono. 2018. Disain
Sistem Iradiasi dengan Cobalt-60 untuk Disinfeksi Air Dalam Budidaya
Udang. Prosiding Seminar Nasional APISORA. Hlm : 132-141.
Hadie, W., L.E. Hadie dan A. Supangat. 2019. Sistem Budidaya Ikan. Universitas
Terbuka. Tangerang Selatan. 596 hal.
Hardianti, M., Sulistiyanto B. dan Sumarsih S. 2017. Pengaruh Penambahan
Bentonit pada Proses Pelleting Limbah Penetasan terhadap Kandungan
Nutrisi Produk Pelet Pasca-Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. 664-670.
Hartini, I.S. 2019. Profitabilitas Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) Teknik Intensif pada PT Segara Indah Kecamatan Besuki
Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur. Laporan Penelitian.
Agrobisnis Perikanan. Universitas Dr. Soetomo. Surabaya. 40 hal.
Hendrawati., T. H. Prihadi, dan N. N. Rohmah. 2007. Analisis Kadar Phospat dan
N-Nitrogrn (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau Akibat
Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur. Badan Riset Kelautan
dan Perikanan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 133-139 hal.
Herlina, N. 2014. Pengendalian Hama dan Penyakit pada Pembesaran Udang.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


108
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Husni, J. 2015. Teknik Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)


Dengan Penggunaan Imunostimulan Dan Probiotik Di Balai Budidaya Air
Payau Situbondo – Jawa Timur. Praktek Kerja Lapang. Fakultas Perikanan
dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Ika., Tahril dan I. Said. 2012. Analisis Logam Timbal (Pb) dan Besi (Fe) dalam Air
Laut di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara.
Jurnal Akademika Kimia, 1(4) : 181-186.
Irianto, Triweka. 2011. Eutrofikasi Waduk dan Danau, Permasalahan dan Upaya
Pengendalian. Litbang Sumberdaya Air dan Pekerjaan Umum. Bandung.
Jalasari, S.B. 2016. Pengaruh Pemberian Jenis Kapur yang Berbeda Terhadap
Kandungan Protein Bioflok. Tesis. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. Surabaya
Jayadi, M., A. Prajitno and Maftuch.2016. The identification of Vibriospp. Bacteria
from Litopenaeus vannamei infected by White Feces Syndrome.
International Journal of ChemTech Research, 9:448-452.
Jayanti, S., M. Ilza., Desmelati.2012. Pengaruh Penggunaan Minuman
Berkarbonasi Untuk Menghambat Kemunduran Mutu Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) pada Suhu Kamar. Jurnal Perikanan dan Kelautan,
17 (2).
Khun, D.D., A.S. Stephen., D.B. Gregory., W.A. Matthew., M. Lori., and J.F.
George. Jr. 2010. Chronic Toxicity of Nitrate of Pacific White Shrimp
(Litopenaeus vannamei) : Impacts on Survival, Growth, Antennae length,
and Pathology. Aquaculture, 309 : 109-114.
Komarawidjaja, W. 2006. Pengaruh Perbedaan Dosis Okesigen Terlarut (DO) Pada
Degradasi Amonium Kolam Kajian Budidaya Udang. Jakarta. 23-37 hal.
Kordi, K. M. Ghuffran H., dan Andi B.T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. 36-59 hal.
Kurniawan, L. A., Muhammad A., Abdul M. dan Daruti D N. 2016. Pengaruh
Pemberian Probiotik Berbeda pada Pakan terhadap Retensi Protein dan
Retensi Lemak Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Journal of
Aquaculture and Fish Health. 6 (1).
Malik, I. 2014. Budidaya Udang Vannamei Tambak Semi Intensif dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). WWF- Indonesia. 38 hlm.
Marie, R., M.A. Syukron dan S.S.P. Rahardjo. 2017. Teknik Pembesaran Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dengan Pemberian Pakan Limbah Roti. Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan : 1-6.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


109
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Marini, A. 2019. Manajemen Pemberian Pakan Pada Budidaya Udang Vannamei


(Litopenaeus vannamei) Dengan Sistem Budidaya Semi Intensif Di Unit
Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (Uptpbap) Bangil,
Pasuruan Jawa Timur. Praktek Kerja Lapang. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Mayasari, E. 2013. Pengaruh pemberian bakteri asam laktat terhadap kelangsungan
hidup ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Skripsi. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Misa, A., R.S. Duka., S. Layuk dan Y.T. Kawatu. 2019. Hubungan Kedalaman
Sumur Bor dengan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) di Kelurahan
Malendeng Kecamatan PAAL 2 Kota Manado. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 9(1) : 75-80.
Nabilah. 2012. Struktur Komunitas Hidrofita di Sity Agathis Kampus Universitas
Indonesia (UI). Depok Jawa Barat. Skripsi. Departemen Biologi : Depok.
Panjaitan, A.S. 2012. Pemeliharaan Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei,
Bonne 1931) dengan Pemberian Jenis Fitoplankton yang Berbeda.Skripsi.
Universitas Terbuka
Parawita, D., W. A. Insanfitri, Nugraha. 2009. Analisa Konsentrasi Logam Berat
Timbal (Pb) di Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan 2(2) : 34-42.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/IX/1990. Tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.
Purnamasari, I., D. Purnama dan M.A.F. Utami. 2017. Pertumbuhan Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif. Jurnal Enggano, 2(1)
: 58-67.
Rahmawati, I. D. 2018. Teknik Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) dengan Sistem Intensif di UD. Ksatria Mas Jenu, Tuban Jawa
Timur. Praktek Kerja Lapang. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. 90 hal.
Rochman, A.N. 2016. Penerapan Teknologi Busmetik (Budidaya Udang Skala Mini
Empang Plastik) pada Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) di UPT PBAP Bangil, Pasuruan. Praktek Kerja Lapang.
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Airlangga. Surabaya. 89 hal.
Ruliaty, L., J. Sumarwan., R. Handayani dan A. Susanto. 2014. Metode Scoring:
Satu Cara Terukur Mendapatkan Benih Udang Berkualitas. Kementrian
Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Payau. Jepara. 26 hal.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


110
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sa’adah, W. dan A.F. Roziqin. 2018. Upaya Peningkatan Pemasaran Benur Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Artha Maulana Agung (AMA)
Desa Pecaron, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo. Jurnal
Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 4(1) : 84-97.
Sahrijanna, A. dan Sahabuddin. 2014. Kajian Kualitas Air pada Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Sistem Pergiliran Pakan di
Tambak Intensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. hal 1-8.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana
Volume XXX Nomor 3. 21-26. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.
Sari, H. 2019. Teknik Persiapan Tambak pada Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif Mitra CP. Prima Pasuruan Jawa
Timur. Tugas Akhir. Budidaya Perikanan. Politeknik Pertanian Negeri
Pangkajene Kepulauan. Makassar. 34 hal.
Senthamil, L and Kumaresan, R. 2015. Extraction and Identification of Astaxanthin
from Shrimp Waste. Indian Journal of Research in Pharmacy and
Biotechnology, 3(3): 192-195.
SNI, 2014. Udang Vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) Bagian 1 :
Produksi Induk Model Indor. Standar Nasional Indonesia (SNI). 11 hal.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2015. Produksi Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei, Boone1931) Super Intensif di Tambak Lining. Badan
Standarisasi Nasional. SNI8118 :2015.
Suciyono., Andayani, S and M. Mahmudi.2013. Optimalization of Whiteleg
Shrimp Intensive Ponds Productions with Dynamics System Approach of
Lemah Kembar Village Probolinggo East Java. Online Journal of Animal
and Feed Research. 8pp.
Suherman, R. 2011. Uji Kadar Logam Pb, Cd, dan Fe pada Air Situ Cileduk
Pamulang. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta. 77 hal.
Supito. 2017. Teknik Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Hlm : 1-7.
Suriawan, A., S. Efendi., S. Asmoro dan J. Wiyana. 2019. Sistem Budidaya Udang
(Litopenaeus vannamei) pada Tambak HDPE dengan Sumber Air Bawah
Tanah Salinitas Tinggi di Kabupaten Pasuruan. Jurnal Perekayasaan
Budidaya Air Payau dan Laut, No.14. Hlm : 6-14.
Suryono., E. Wibowo., R. Azizah., R. Ario dan G. Handoyo. 2017. Pengaruh
Penggunaan Kaporit Sebagai Desinfektan Terhadap Daya Aroma Pakan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


111
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon Fabricus). Jurnal


Kelautan Tropis, 20(2) : 140-144.
Tampangallo, B. R. H.S. Suwoyo dan E. Septiningsih. 2014. Pengaruh Penggunaan
Kincir Sebagai Sumber Air Terhadap Performansi Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) pada Budidaya Sistem Super Intensif. Prosiding
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. hal 1-8.
Tatangdatu, F., O, Kalesaran, R. Rompas. 2013. Study Parameter Fisika Kimia Air
pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondanu. Desa Paleloan, Kabupaten
Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan, 1 (2) : 8-19.
Ula, M. dan N. Kusnadi. 2017. Analisis Usaha Budidaya Tambak Bandeng pada
Teknologi Tradisional dan Semi Intensif di Kabupaten Karawang. Forum
Agribisnis, 7(1) : 49-66.
Ulum, M.M. 2016. Manajemen Pakan Pada Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Di Cv. Sinar Abadi Makmur (Sam) Kecamatan
Jenu Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur. Praktek Kerja Lapang.
Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Ummari, Z., Marsi dan D. Jubaedah. 2017. Penggunaan Kapur Dolomit
(CAMG(CO3)2) pada Dasar Kolam Tanah Sulfat Masam Terhadap
Perbaikan Kualitas Air pada pada Pemeliharaan Benih Ikan Patin
(Pangasius sp.). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 5(2) : 195-208.
Wayan, A. E., K. Azhary, J. Pribadi, dan M. K. Chaerudin. 2010. Budidaya Udang
Putih (Litopenaeus vannamei. Boone,1931). CV.Mulia Indah. Jakarta.
WWF-Indonesia. 2014. Seri Panduan Perikanan Skala Kecil Budidaya Udang
Vannamei Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah
( IPAL ). WWF-Indonesia. Jakarta 1.
Zainuddin, Haryati, Siti Aslamyah, dan Surianti. 2014. Pengaruh Level Karbohidrat
Dan Frekuensi Pakan Terhadap Rasio Konversi Pakan Dan Sintasan Juvenil
Litopenaeus vannamei. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin. XVI (1): 29-34.
Zalukhu, J. M. Fitrani dan A.D. Susanti. 2016. Pemeliharaan Ikan Nila dengan
Padat Tebar Berbeda pada Budidaya Sistem Akuaponik. Jurnal Akuakultur
Rawa Indonesia, 4(1) : 80-90.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


112
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang di Unit Pelaksana Teknis Budidaya
Air Payau dan Laut (UPT BAPL) Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.

Sumber: www.google.com/earth/ [diakses pada 17/04/2021]

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


113
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 2. Bangunan di UPT BAPL Bangil

Kantor UPT BAPL Bangil Parkiran sepeda motor

Kolam bangsal Ruang pembenihan

Rumah karyawan Pos jaga

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


114
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perpustakaan Laboratorium

Rumah jaga Musholla

Gedung asrama Gudang pakan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


115
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 3. Persiapan Lahan dan Penebaran Benih

Kolam setelah panen Pengeringan Lahan

Pembersihan lahan Lahan yang telah dibersihkan

Pembersihan lahan Pengapuran lahan

Lahan yang telah dikapur Kapur tohor (CaO)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


116
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sterilisasi lahan menggunakan klorin Lahan yang telah di sterilisasi

Klorin yang digunakan untuk sterilisasi Pemasangan biosecurity


lahan

Pengisian air Reagen pengukuran logam besi

Kincir air (mini padd) 1 HP Pemasangan kincir di tepi kolam

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


117
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kaporit 30 ppm Air yang telah disterilisasi

Pengukuran kadar logam Air yang telah diberi probiotik

Probiotik air Pengadaan benih

Aklimatisasi suhu Aklimatisasi suhu

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


118
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Seleksi benih Aklimatisasi salinitas

Aklimatisasi salinitas

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


119
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 4. Manajemen Pakan

Perekat (Binder)

Karung Pakan 25 Kg

Amino Liquid
Pakan berbentuk Pellet

Proses percampuran vitamin C


sebelum dimasukkan ke dalam pakan
Proses percampuran perekat (binder)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


120
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kunyit sebagai antibiotik alami

Probiotik yang akan dicampur pada


pakan

Proses percampuran probiotik


Proses penuangan probiotik dengan dengan pakan
pakan

Penutupan sak pakan dalam rangka


fermentasi

Pemberian pakan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


121
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sampling pada kolam


Hasil sampling

Penimbangan hasil sampling

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


122
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 5. Tabel Blind Feeding

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


123
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 6. Tabel Demand Feeding

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


124
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


125
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


126
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 7. Prosedur Pengukuran Kualitas Air


Adapun proses pengukuran kualitas air adalah sebagai berikut:

a. Suhu

Alat pengukur suhu dapat dilihat pada Gambar.

Gambar. Pengukur suhu pada DO Meter (Sumber : Dokumentasi Pribadi,2021)

Prosedur pengukuran suhu dengan menggunakan DO meter tipe HQ30d

sebagai berikut:

- Menghubungkan “probe” dengan alat HQ30d

- Tekan “POWER ON”

- Sebelum digunakan DO meter dikalibrasi dengan cara memasukkan

“probe” ke dalam wadah berisi aquades kemudian tekan tombol biru

“CALIBRATE” lalu tekan tombol “READ”

- Layar menampilkan “Stabilizing” dan menunjukkan angka 00,00

- Setelah dikalibrasi, masukkan “Probe” ke dalam bak kurang lebih

sedalam 30 cm lalu tekan “READ”

- Layar menampilkan “Stabilizing” tunggu sampai muncul ikon kunci

pada layar

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


127
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

- Hasil pengukuran DO (mg/L) dan suhu (oC) akan muncul ikon kunci

pada layar

- Cuci alat menggunakan aquades

b. pH

Prosedur pengukuran pH menggunakan pH pen tipe HANNA HI 98107 adalah

sebagai berikut:

- Lepaskan penutup pH pen

- Geser panel "ON/OFF" di bagian atas alat

- Kalibrasi pH pen dengan cara memasukkan pH pen ke dalam larutan

penyangga hingga menunjukkan angka 7,0 Jika tidak menunjukkan

angka 7,0 maka gunakan obeng untuk memutar alat hingga

menampilkan angka 7,0

- Masukkan pH pen ke dalam air sampel selama kurang lebih 1 menit

- Baca nilai yang tertera pada pH pen

- Cuci alat menggunakan aquades

c. Salinitas

Alat pengukur salinitas dapat dilihat pada Gambar.

Gambar. Refraktometer (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


128
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Menurut Hariyadi et al, (1992), pengukuran salinitas dengan menggunakan

alat yaitu refraktometer. Pengukuran salinitas dilakukan dengan cara :

- Siapkan refraktometer.

- Buka penutup kaca prisma dan mengkalibrasi dengan aqudes

- Bersihkan dengan tissue secara searah.

- Teteskan 1-2 tetes air yang akan diukur salinitasnya.

- Tutup kembali dengan hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara

dipermukaan kaca prisma.

- Arahkan ke sumber cahaya.

- Lihat nilai salinitasnya dari air yang diukur melalui kaca pengintai.

d. DO (Dissolved Oxygen)

Alat untuk mengukur oksigen terlarut / Dissolved Oxygen dapat dilihat pada

Gambar.

Gambar. DO Meter (Sumber: Dokumentasi Pribadi,2021)

Prosedur pengukuran DO dengan menggunakan DO meter tipe HQ30d adalah

sebagai berikut :

- Hubungkan "probe" dengan alat HQ30d

- Tekan "POWER ON"

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


129
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

- Kalibrasi "probe" dengan cara memasukkan "probe" ke dalam wadah

berisi aquades kemudian tekan tombol warna biru "CALIBRATE" lalu

tekan tombol hijau "READ"

- Layar menampilkan "Stabilizing" dan menunjukkan angka 00,00

- Setelah dikalibrasi, masukkan "probe" ke dalam bak kurang lebih

sedalam 30 cm lalu tekan "READ"

- Layar menampilkan "Stabilizing" tunggu sampai muncul ikon kunci

pada layar

- Hasil pengukuran DO (mg/L) dan suhu (C) akan muncul pada layar

- Cuci alat menggunakan aquades

e. Nitrat

Alat untuk mengukur kandungan nitrat, nitrit dan amonia dalam air dapat dilihat

pada Gambar.

Gambar. Spektrofotometer hach (Sumber: Dokumentasi Pribadi,2021)

Analisa kandungan nitrat menggunakan metode Hach Programme. Metode

pengukuran nitrat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Siapkan sampel air tambak sebanyak 10 ml;

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


130
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

- Siapkan spektrofotometer Hach pada 355 N, kemudian pilih start;

- Siapkan 4 botol sampel; dan 2 botol ditandai sebagai blanko (B1 dan

B2) dan 2 botol lain sebagai sampel (gunakan kertas label untuk

pelabelan pada botol sampel);

- Isi botol B1 dan 82 dengan 10 ml air sampel sebagai blanko dan botol 1

dan 2 lainnya sebagai sampel yang akan ditambah reagen;

- Tambahkan reagen Nitrat Ver5 Nitrate ke dalam botol 1 dan 2.

- Atur waktu pada spektro. Sampel dikocok selama satu menit, sampel

dikocok dengan kuat sampai waktu berbunyi;

- Ketika waktu berbunyi, dipilih ikon waktu dan tekan OK;

- Sampel didiamkan selama 5 menit (atur waktu pada Hach spektro)

sambil menunggu keempat botol sampel.

- Setelah 5 menit, disiapkan botol B1 dan B2 lalu masukkan B1 kedalam

spektrofotometer,

- Tekan ikon Zero, layar akan menunjukkan 0,0 mg/L NO3- -N;

- Masukkan botol 1 (botol ke-1) kedalam spektro dan lakukan

pembacaan;

- Hasil akan muncul dalam mg/L.

- Lakukan hal yang sama pada sampel berikutnya (B2 lalu botol 2 atau

botol ke-2).

f. Nitrit

Analisa kandungan nitrit menggunakan metode Hach Programme. Metode

pengukuran nitrit dilakukan dengan cara sebagai berikut :

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


131
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

- Siapkan sampel air tambak sebanyak 10 ml;

- Siapkan spektrofotometer Hach pada 355 N, kemudian pilih start;

- Siapkan 4 botol sampel; dan 2 botol ditandai sebagai blanko (B1 dan

B2) dan 2 botol lain sebagai sampel (gunakan kertas label untuk

pelabelan pada botol sampel);

- Isi botol B1 dan 82 dengan 10 ml air sampel sebagai blanko dan botol 1

dan 2 lainnya sebagai sampel yang akan ditambah reagen;

- Tambahkan reagen Nitrit Ver3 ke dalam botol 1 dan 2.

- Atur waktu pada spektro. Sampel dikocok selama satu menit, sampel

dikocok dengan kuat sampai waktu berbunyi;

- Ketika waktu berbunyi, dipilih ikon waktu dan tekan OK;

- Sampel didiamkan selama 20 menit (atur waktu pada Hach spektro)

sambil menunggu keempat botol sampel.

- Setelah 5 menit, disiapkan botol B1 dan B2 lalu masukkan B1 kedalam

spektrofotometer,

- Tekan ikon Zero, layar akan menunjukkan 0,0 mg/L NO3- -N;

- Masukkan botol 1 (botol ke-1) kedalam spektro dan lakukan

pembacaan;

- Hasil akan muncul dalam mg/L.

- Lakukan hal yang sama pada sampel berikutnya (B2 lalu botol 2 atau

botol ke-2).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


132
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

g. Amonia

Analisa kandungan amonia menggunakan metode Hach Programme.

Metode pengukuran amonia dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Siapkan sampel air tambak sebanyak 10 ml;

- Siapkan spektrofotometer Hach pada 355 N, kemudian pilih start;

- Siapkan 4 botol sampel; dan 2 botol ditandai sebagai blanko (B1 dan

B2) dan 2 botol lain sebagai sampel (gunakan kertas label untuk

pelabelan pada botol sampel);

- Isi botol B1 dan 82 dengan 10 ml air sampel sebagai blanko dan botol 1

dan 2 lainnya sebagai sampel yang akan ditambah reagen;

- Tambahkan reagen Amonia Salisilat ke dalam botol 1 dan 2.

- Atur waktu pada spektro. Sampel dikocok selama satu menit, sampel

dikocok dengan kuat sampai waktu berbunyi;

- Ketika waktu berbunyi, dipilih ikon waktu dan tekan OK;

- Sampel didiamkan selama 3 menit (atur waktu pada Hach spektro)

sambil menunggu keempat botol sampel.

- Tambahkan reagen Amonia Cyanurate ke dalam botol 1 dan 2.

- Atur waktu pada spektro. Sampel dikocok selama satu menit, sampel

dikocok dengan kuat sampai waktu berbunyi;

- Ketika waktu berbunyi, dipilih ikon waktu dan tekan OK;

- Sampel didiamkan selama 15 menit (atur waktu pada Hach spektro)

sambil menunggu keempat botol sampel.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


133
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

- Setelah 15 menit, masukkan B1 kedalam spektrofotometer,

- Tekan ikon Zero, layar akan menunjukkan 0,0 mg/L NO3- -N;

- Masukkan botol 1 (botol ke-1) kedalam spektro dan lakukan

pembacaan;

- Hasil akan muncul dalam mg/L.

- Lakukan hal yang sama pada sampel berikutnya (B2 lalu botol 2 atau botol

ke-2).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


134
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 8. Tabel Data Kualitas Air Pembesaran Udang Vaname di UPT BAPL BANGIL

Minggu ke- 1

Tgl Suhu DO Nitrat Nitrit Amonia Salinitas


Waktu pH (mg/l)
(°C) (mg/l) (mg/l( (mg/l) (ppt)

06/09/ 07.00 28,1 7,60 4,06 10


21
12.00 31,8 7,68 6,08 10

16.00 29,0 8,1 3,74 10

07/09/ 07.00 28,3 7,72 4,09 10


21
12.00 31,09 7,98 4,56 10

16.00 30,2 7,85 3,73 10

08/09/ 07.00 28,1 7,86 3,68 10


21
12.00 32,9 7,90 5,57 10

16.00 30,4 7,89 3,81 10

09/09/ 07.00 27,9 8,0 3,93 10


21
12.00 31,7 8,2 5,89 10

16.00 27,9 8,0 3,93 10

10/09/ 07.00 27,5 7,6 5,26 10


21
12.00 31,7 7,77 6,39 10

16.00 30,6 7,7 3,83 10

11/09/ 07.00 28,1 7,80 4,79 10


21
12.00 30,4 7,98 6,39 10

16.00 28,9 7,6 4,15 10

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


135
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12/09/ 07.00 28,1 7,80 4,79 10


21
12.00 30,95 7,78 6,41 10

16.00 28,09 7,68 3,97 10

Minggu ke- 2

Tgl Suhu DO Nitrat Nitrit Amonia Salinitas


Waktu pH
(°C) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (ppt)

13/09/ 07.00 28,8 7,72 4,07 10


21 23,2 2,07 3,3
12.00 31,2 7,62 6,59 10

16.00 28,9 7,6 4,15 10

14/09/ 07.00 28,7 7,58 4,33 10


21
12.00 30,9 7,8 6,67 11

16.00 28,3 7,6 4,27 10

15/09/ 07.00 28,2 7,33 3,87 10


21
12.00 31,2 7,6 5,98 10

16.00 30,8 7,85 3,39 10

16/09/ 07.00 29,1 7,23 4,08 11


21
12.00 30,8 7,47 6,03 10

16.00 28,3 7,68 4,15 10

17/09/ 07.00 28,9 7,39 4,3 10


21
12.00 30,5 7,4 6,41 10

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


136
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

16.00 31,3 7,64 3,39 10

18/09/ 07.00 28,8 7, 41 4.11 10


21
12.00 31,6 7,96 5,47 10

16.00 30,8 7,83 3,27 10

19/09/ 07.00 27,9 7,64 3,81 10


21
12.00 31,2 7,88 5,33 10

16.00 28,6 7,74 4,15 10

Minggu ke- 3

Tgl Suhu DO Nitrat Nitrit Amonia Salinitas


Waktu pH
(°C) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (ppt)

20/09/ 07.00 28,1 7,31 4,07 10


21
12.00 29,98 7,52 6,49 10

16.00 28,7 7,51 4,25 10

21/09/ 07.00 28,2 7,48 4,12 10


21
12.00 30,4 7,50 6,78 11

16.00 29,8 7,51 3,81 11

22/09/ 07.00 27,8 8,3 5,07 11


21
12.00 30,6 8,44 6,23 11

16.00 30,2 8,53 4,98 11

23/09/ 07.00 28, 8,45 4,96 11


21
12.00 31,2 8,4 5,79 11

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


137
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

16.00 29,8 8,51 4,59 11

24/09/ 07.00 30,07 7.9 4,82 12


21
12.00 31,25 8,13 5,41 12

16.00 29,84 7,81 4,66 12

25/09/ 07.00 29,04 7,84 3,68 12


21
12.00 30,44 8,03 4,81 12

16.00 29,76 8,11 4,25 12

26/09/ 07.00 28,7 7,61 3,86 11


21
12.00 30,18 7,93 5,26 11

16.00 29,62 8,14 4,39 11

Minggu ke- 4

Tgl Suhu DO Nitrat Nitrit Amonia Salinitas


Waktu pH
(°C) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (ppt)

27/09/ 07.00 28,29 7,52 3,03 25,5 3,16 1 12


21
12.00 29,82 7,51 4,49 12

16.00 30,4 7,49 4,2 12

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


138
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

28/09/ 07.00 28,3°C 8,11 4,38 mg/l 12 ppt


21
12.00 30,8°C 8,09 6,85 mg/l 12 ppt

16.00 30,2°C 8,07 3,79 mg/l 11 ppt

29/09/ 07.00 28,2°C 7,54 5,22 mg/l 11 ppt


21
12.00 31,3°C 8,01 7,02 mg/l 11 ppt

16.00 30,2°C 7,70 3,12 mg/l 11 ppt

30/09/ 07.00 28,5°C 7,43 4,40 mg/l 12 ppt


21
12.00 29,8°C 7,57 5,88 mg/l 11 ppt

16.00 30,7°C 7,53 4,14 mg/l 11 ppt

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


139
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 9 Manajemen Kualitas Air

Spektrofotometer Dissolved Oxygen Meter

Refraktometer

Pengukuran oksigen terlarut

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


140
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengukuran salinitas air

Pengukuran pH air

Reagen pengujian nitrit


Pengukuran nitrat, nitrit dan amonia

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


141
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Reagen pengujian amonia


Reagen pengujian amonia

Reagen pengujian nitrat Deionized water

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


142
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 9. Pemanenan

Hasil Panen Parsial

Proses penjalaan udang

Proses pemindahan udang


untuk diukur sizenya
Proses penjalaan udang

Proses penghitungan ukuran/size Proses penghitungan


ukuran/size

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


143
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Proses pemindahan udang


Udang yang telah diukur sizenya

Proses penyerokan udang yang tersisa di dasar


tambak Kolam bulat setelah panen
total

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..


144
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 10. Data dalam satu siklus


Data Jumlah
Jumlah Tebar 25000 ekor
Kelangsungan Hidup 70 %
Populasi Akhir 21493 ekor
Berat rata-rata per ekor 17,2 gram
Biomassa 323,5 kg
Size udang 58 ekor/kg
Harga jual udang Rp 63.000/kg
Pendapatan Total (Produksi x Harga) Rp 12.190.500

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN... MELLY DKK..

Anda mungkin juga menyukai