SKRIPSI
ARIF WIDIAMARA
NIM. 135061101111037
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
Lembar ini sengaja dikosongkan
LEMBAR PENGESAHAN
ARIF WIDIAMARA
NIM.135061101111037
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia
1. Dosen Penguji I
Nama : Ir. Bambang Poerwadi, MS.
NIP/NIK : 196001261986031001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan / Pangkat : IV a / Lektor Kepala
Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya
Alamat Rumah : Jalan Pelabuhan Tanjung Priuk Nomor 1015 Malang
Telp. : (0341) 803241 / 08125229840
Alamat e-mail : bpoerwadi@gmail.com
2. Dosen Penguji II
Nama : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS.
NIP/NIK : 195205041980022001
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan / Pangkat : IV d / Guru Besar
Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya
Alamat Rumah : Jalan Terusan Dieng Nomor 55 Malang
Telp. : (0341) 574948 / 08123301368
Alamat e-mail : ccahyani@yahoo.com
3. Dosen Penguji III
Nama : Juliananda, ST., MSc.
NIP/NIK : 2013048307182001
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan / Pangkat :-
Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya
Alamat Rumah : Jalan Nila Residence B-9 Blimbing Malang
Telp. : 08536039776
Alamat e-mail : nda.julia@gmail.com
PERNYATAAN ORISINALITAS NASKAH SKRIPSI
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur unsur jiplakan,
saya bersedia skripsi dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Arif Widiamara
NIM.135061101111037
PERNYATAAN ORISINALITAS NASKAH SKRIPSI
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur unsur jiplakan,
saya bersedia skripsi dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Kelvinsius Julio Fenik Gunawan, lahir di Malang pada tanggal 12 Juli 1996, merupakan
anak pertama dari pasangan Frans Gunawan dan Suningsih, alumni SDK Sang Timur Batu,
SMP Negeri 1 Batu, SMA Negeri 1 Batu, lulus Sarjana Strata 1 Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya pada tahun 2017. Pengalaman kerja sebagai Asisten
Praktikum Kimia Analisis di Laboratorium Sains Jurusan Teknik Kimia periode Semester
Genap 2016/2017. Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan
IV Cilacap pada semester genap tahun 2016. Pengalaman berorganisasi di Himpunan
Mahasiswa Teknik Kimia sebagai Staff Departemen Pengembangan Sumber Daya
Mahasiswa (PSDM) periode 2014/2015, sebagai Staff Departemen PSDM periode
2015/2016, sebagai Sekretaris Umum periode 2016/2017, dan di Badan Koordinasi Kegiatan
Mahasiswa Teknik Kimia Indonesia Regional IV (Jawa Timur) sebagai Staff Hubungan
Antar Lembaga periode 2015/2016. Beberapa penghargaan diperoleh, antara lain : menjadi
semifinalis (tim) pada lomba karya tulis ilmiah MIPA Untuk Negeri UI pada tahun 2014,
memperoleh penghargaan Best Race Team pada kompetisi internasional Chemical
Engineering Car (Chem-E-Car) ITS, Indonesia tahun 2015, menjadi Tim Semifinalis pada
kompetisi internasional Chem-E-Car Melbourne, Australia pada tahun 2015, menjadi Tim
Semifinalis pada kompetisi internasional Chem-E-Car Johor Bahru, Malaysia pada tahun
2016, dan menjadi juara 2 (tim) kompetisi nasional Plant Simulation Joint Convex Meeting
pada tahun 2017.
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Arif Widiamara, lahir di Bekasi pada tanggal 01 Juni 1995, merupakan anak pertama
dari pasangan Syamsul Arifin dan Endang Widuri Wulandari, alumni SD Tunas
Jakasampurna, SMP Negeri 1 Kota Bekasi, SMA Negeri 6 Kota Bekasi, lulus Sarjana Strata
1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya pada tahun 2017.
Pengalaman kerja dalam hal Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Pertamina (Persero) Unit
Pengolahan IV Cilacap pada semester genap tahun 2016. Pengalaman berorganisasi di
Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia sebagai Staff Departemen Pengembangan Sumber
Daya Mahasiswa (PSDM) periode 2014/2015, sebagai Anggota Komisi III Dewan
Perwakilan Mahasiswa Teknik Kimia periode 2015/2016, sebagai Koordinator Dewan
Perwakilan Mahasiswa Teknik Kimia periode 2016/2017. Beberapa penghargaan diperoleh,
antara lain : menjadi semifinalis (tim) pada lomba Plant Design Competition Indonesia
Chemical Engineering Challange 2016.
Penulis
RINGKASAN
Kelvinsius Julio Fenik Gunawan dan Arif Widiamara, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Brawijaya, Juli 2017, Efek Waktu Dan Suhu Operasi Proses Sililasi
Pada Pembuatan Aerogel Silika Pada Pengeringan Tekanan Atmosferik (Ambient-Pressure
Drying), Dosen Pembimbing: Ir. Bambang Poerwadi, M.S., dan Rama Oktavian, S.T., M.Sc.
Aerogel merupakan suatu bentuk gel dimana cairan yang terdapat didalamnya diganti
dengan udara atau gas lainnya tanpa merusak jaringan solid gel. Aerogel dapat dibentuk
dengan menggunakan berbagai jenis senyawa dasar meliputi karbon, silika, zirkonium,
alumina, dan berbagai jenis oksida lainnya, namun basis senyawa yang sering digunakan
dalam sintesis aerogel adalah silica (Aegerter et al, 2011). Aerogel silika konvensional
umumnya tidak memiliki sifat hidrofobik, sehingga karakteristik tersebut merupakan sifat
tambahan yang didapat dengan cara memodifikasi permukaan aerogel silika menggunakan
metode proses sililasi. Saat ini, penelitian tentang aerogel silika hidrofobik lebih terfokus
pada pengaruh jumlah agen sililasi dan konsentrasi bahan baku yang digunakan terhadap
karakter aerogel.
Pada penelitian ini aerogel silika hidrofobik dibuat menggunakan bahan baku
waterglass melalui metode pengeringan tekanan atmosferik menggunakan agen sililasi
berupa tetra ethyoxy silane (TEOS). Variabel yang ditinjau meliputi waktu operasi proses
sililasi dengan rentang waktu 10 jam, 11 jam, 12 jam, 13 jam, dan 14 jam; dan juga suhu
operasi proses sililasi dengan rentang suhu 30°C, 35°C, 40°C, 45°C, dan 50°C. Karakter
hidrofobisitas aerogel silika hidrofobik akan dihitung berdasarkan nilai sudut kontak air –
aerogel yang dihasilkan. Pada pengujian variabel waktu operasi proses sililasi, sudut kontak
aerogel meningkat dari waktu 10 jam hingga 12 jam lalu menurun pada waktu 13 jam dan
14 jam. Nilai sudut kontak tertinggi pada waktu 12 jam sebesar 145,21°. Pada pengujian
variabel suhu operasi proses sililasi didapatkan bahwa suhu operasi proses siliasi pada
rentang 30°C – 50°C tidak mempengaruhi nilai sudut kontak air-aerogel yang dihasilkan
dengan hasil nilai rata-rata sudut kontak sebesar 144,45°.
Kata kunci : Aerogel silika, Hidrofobik, Waktu, Suhu, dan Sudut kontak.
SUMMARY
Aerogel is a form of solid gel in which the liquid contained there is replaced by air
or other gases without damaging the solid gel bond structure. Aerogel can be formed by
using various types of basic compounds including carbon, silica, zirconium, alumina, and
various other oxide types, but the basis of the compounds often used in aerogel synthesis is
silica (Aegerter et al, 2011). Conventional silica aerogels generally do not have hydrophobic
properties, so they are additional properties obtained by modifying the silica aerogel surface
using the additional method which called silylation process. Currently, research on
hydrophobic silica aerogels is more focused on the effect of the amount of silylation agents
and the concentration of raw materials on aerogel characters.
In this research, hydrophobic silica aerogel made by waterglass through ambient-
pressure drying method with tetra ethoxy silane (TEOS) silylation agent. The research
variables is silylation operational duration with range of 10 hours, 11 hours, 12 hours, 13
hours, and 14 hours; and silylation operational working temperature with range of 30°C,
35°C, 40°C, 45°C, and 50°C. Hydrophobicity characteristic was calculated by using contact
angle methods from the aerogel. In silylation operational duration variable, the contact angle
raising from 10 hours to 12 hours, then decreasing on 13 hours and 14 hours. The highest
contact angle is 145,21°on 12 hours variable. Silylation operational working temperature in
the range of 30°C – 50°C do not give any significant difference of contact angle value with
the average value of contact angle was 144,45°.
1. Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ayah, ibu, kakak dan adik-adik kami tercinta serta segenap keluarga yang telah
memberikan doa, dorongan moral maupun material, serta kasih sayang.
3. Ir.Bambang Poerwadi, M.S., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya dan pembimbing utama kami.
4. Rama Oktavian, S.T., M.Sc., selaku pembimbing kedua kami.
5. A.S. Dwi Saptati N.H., S.T., M.T., selaku dosen pembimbing akademik kami.
6. Serta seluruh civitas akademika Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya dan seluruh rekan-rekan kami yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu, namun telah membantu kami dalam menyelesaikan naskah skripsi ini.
Tak lupa kami sebagai penulis juga mengutarakan permohonan maaf yang sebesar-
besarnya bila ada perkataan atau perbuatan yang kurang berkenan selama mengerjakan
naskah skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang
bersifat membangun akan kami terima dengan terbuka. Semoga naskah skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ 4
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... 5
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ......................................................................Error! Bookmark not defined.
1.2. Perumusan Masalah .............................................................Error! Bookmark not defined.
1.3. Batasan Masalah....................................................................Error! Bookmark not defined.
1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................Error! Bookmark not defined.
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
2.1 Aerogel .....................................................................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Aerogel Silika .........................................................................Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Karakteristik Aerogel Silika.....................................Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Bahan-bahan Penyusun Aerogel Silika ..................Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Sintesis Aerogel Silika ................................................Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Aplikasi Aerogel Silika...............................................Error! Bookmark not defined.
2.3 Karakterisasi Aerogel ...........................................................Error! Bookmark not defined.
2.4 Studi Terdahulu .....................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................ Error! Bookmark not defined.
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Bahan Penelitian ....................................................................Error! Bookmark not defined.
3.3 Alat Penelitian ........................................................................Error! Bookmark not defined.
3.4 Variabel Penelitian ................................................................Error! Bookmark not defined.
3.4.1 Variabel Tetap .............................................................Error! Bookmark not defined.
3.4.2 Variabel Bebas .............................................................Error! Bookmark not defined.
3.5 Metode Penelitian ..................................................................Error! Bookmark not defined.
3.5.1 Persiapan Kaca sebagai Media ................................Error! Bookmark not defined.
3.5.2 Pembuatan Larutan Sol Silika .................................Error! Bookmark not defined.
3.5.3 Pelapisan Sol Silika pada Kaca ................................Error! Bookmark not defined.
3.5.4 Proses Sililasi dan Pengeringan ...............................Error! Bookmark not defined.
3.5.5 Karakterisasi Aerogel ................................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................... Error! Bookmark not defined.
4.1. Pengaruh Waktu Operasi Proses Sililasi terhadap Sudut Kontak
Air–Aerogel ...........................................................................Error! Bookmark not defined.
4.2. Pengaruh Suhu Operasi Proses Sililasi terhadap Sudut Kontak
Air–Aerogel ...........................................................................Error! Bookmark not defined.
4.3. Analisis Uji SEM pada Aerogel .........................................Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................ Error! Bookmark not defined.
5.1. Kesimpulan .............................................................................Error! Bookmark not defined.
5.2. Saran ........................................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Pengaruh pH sol silika terhadap waktu gelasi dan sifat aerogel ......................... 10
Tabel 4.1 Data nilai sudut kontak variabel waktu operasi proses sililasi ............................ 21
Tabel 4.2 Data nilai sudut kontak variabel suhu operasi proses sililasi .............................. 25
Gambar 3.1 Diagram alir proses persiapan kaca sebagai media .........................................17
Gambar 3.3 Diagram alir proses pelapisan sol silika pada kaca .........................................19
Gambar 4.1Grafik pengaruh waktu operasi proses sililasi terhadap sudut kontak
air -aerogel ........................................................................................................21
Gambar 4.3 Gambar sudut kontak air – aerogel yang terbentuk untuk variabel waktu ......24
Gambar 4.4 Grafik pengaruh suhu operasi proses sililasi terhadap sudut kontak
air - aerogel .......................................................................................................26
Gambar 4.5 Gambar sudut kontak air – aerogel yang terbentuk untuk variabel suhu ........27
Gambar 4.6 Kenampakan Uji SEM pada permukaan aerogel silika ...................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dilakukan adalah proses hidrolis bahan baku menjadi sol silika, proses pembentukan sol
silika menjadi gel silika, proses modifikasi gel, dan proses pengeringan.
Proses modifikasi gel yang dilakukan beragam bergantung pada jenis karakter aerogel
silika yang diinginkan. Untuk mendapatkan karakter hidrofobisitas aerogel yang tinggi,
maka proses modifikasi gel yang harus dilakukan adalah menukar gugus fungsi Si – OH
(hidrofilik) pada aerogel silika dengan gugus Si – R (hidrofobik). Untuk mencapai keadaan
tersebut, terdapat tiga teknik yang dapat digunakan, meliputi teknik fase uap, teknik ko-
prekursor, dan teknik sililasi. Teknik yang biasa digunakan dalam metode pengeringan
tekanan atmosferik adalah teknik sililasi (Aegerter et al, 2011).
Aegerter (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh jumlah agen sililasi dan lama
waktu proses sililasi terhadap karakter aerogel, namun jenis agen sililasi yang digunakan
adalah Tri Methyl Chloro Silicate (TMCS) dan Hexa Methyl Disilazane (HMDS) dan
penjelasan mengenai pengaruh waktu sililasi hanya terbatas pada pengaruhnya terhadap
densitas dari aerogel yang dihasilkan. Selain itu Hamidah (2012) juga melakukan penelitian
mengenai pelapisan aerogel silika hidrofobik dengan mempelajari mengenai pengaruh
konsentrasi TMCS, lama modifikasi, dan konsentrasi bahan baku waterglass terhadap
hidrofobisitas.
Penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak menekankan pada penggunaan Tetra
Ethyl Ortho Silika (TEOS) sebagai bahan baku aerogel, pengaruh konsentrasi agen sililasi
terhadap karakter aerogel, dan penggunaan zat aditif lainnya sebagai penunjang karakter
aerogel, namun masih dibutuhkan penelitian mengenai pengaruh kondisi operasi proses
sililasi, terutama pada penggunaan TEOS sebagai agen sililasi. Oleh karena itu, pada
penelitian ini akan dikaji mengenai pengaruh kondisi operasi (berupa waktu dan suhu) proses
sililasi terhadap sudut kontak aerogel yang dapat dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Aerogel
Aerogel dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gel dimana cairan yang terdapat
didalamnya diganti dengan udara atau gas lainnya tanpa merusak jaringan solid gel. Aerogel
konvensional dapat dibuat dengan metode Kistler. Metode ini dilakukan menggunakan
teknik sol-gel dengan pengeringan superkritis, dimana metode ini membutuhkan pemanasan
yang tinggi dan pengeringan pada kondisi superkritis. Dalam praktiknya, pengeringan
superkritis dilakukan dengan pemanasan gel dalam autoklaf, sampai tekanan dan temperatur
melebihi titik kritis dari cairan yang terdapat dalam pori-pori gel (Aegerter et al, 2011)
Secara umum aerogel memiliki karakteristik yang meliputi densitas yang rendah (0,003
– 0,35 g/cm3), porositas yang tinggi (90 – 99%), konduktivitas termal yang rendah (0,005 –
0,1W/m.K), cenderung tidak berwarna akan tetapi pada beberapa basis aerogel seperti
karbon maupun silika akan cenderung menghasilkan aerogel yang berwarna keruh seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.1, tidak bereaksi dengan logam pada suhu <950˚C, serta
memiliki luas permukaan yang besar (10 – 2000 m2/g) (Ratke, 2011).
(a) (b)
Gambar 2.1 Penampakan aerogel hasil seintesis dimana (a) aerogel berbasis
silika, dan (b) aerogel berbasis karbon (Sarawade et al, 2010)
1.2 Aerogel Silika
Aerogel dapat dibentuk dengan menggunakan berbagai jenis senyawa dasar meliputi
karbon, silika, zirkonium, alumina, dan berbagai jenis oksida lainnya. Salah satu basis
senyawa yang sering digunakan dalam sintesis aerogel adalah silika (Aegerter et al, 2011).
5
6
Banyaknya jenis water glass yang ada dipasaran membuat material ini juga mempunyai
rentang penggunaan yang luas. Menurut Fairus (2009) water glass dapat digunakan mulai
dari pelindung kabel listrik, detergen, peroksida bleaching tekstil, aditif semen, pelarut
adhesive, pembuatan white carbon, dan gel silika.
Tabel 2.2 Komposisi berbagai jenis sodium silikat (Fairus, 2009)
Komposisi (% berat) Spesific
Grade
SiO2 Na2O Solid Gravity
A-60 37-38 18-19 55 1,711
A-58 35-36 17-18 54 1,672
A-50 31-32 11-13 46 1,530
A-42 23-25 15-17 37 1,420
B-58 37-38 16-17 53 1,672
B-45 28-29 12-13 40 1,453
C-42 28-30 9-10 36 1,410
Cullet 75,5 24 99,5 2,5
Sedangkan, bahan-bahan penunjang lain yang digunakan dalam sintesis aerogel silika
meliputi metanol, n-heksana, tetraethoxysilane (TEOS), asam asetat dan amonium
hidroksida.
Metanol (CH3OH) atau metil alkohol merupakan senyawa alkohol tidak berwarna
yang memiliki titik didih 64,5˚C. Metanol banyak diaplikasikan sebagai pelarut, bahan
bakar, campuran parfum, campuran bahan peledak, dan keperluan rumah tangga (Othmer,
1998).
Metanol termasuk dalam alkohol alifatik yang paling sederhana dimana senyawa ini
hanya memiliki satu atom karbon. Tidak seperti alkohol yang lebih tinggi, metanol tidak
dapat membentuk olefin melalui reaksi dehidrasi. Namun, metanol dapat mengalami reaksi
khas lainnya yang melibatkan pemutusan ikatan C – H atau ikatan O – H dan perpindahan
gugus – OH. Akan tetapi energi disosiasi homolitik dari ikatan C – H dan O – H dalam
metanol relatif tinggi, oleh sebab itu katalis sering digunakan untuk mengaktifkan ikatan dan
untuk meningkatkan selektivitas terhadap produk yang diinginkan (Kung, 1994).
N-heksana merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C6H14. N-heksana
memiliki titik didih 68°C. Senyawa ini dapat larut dalam alkohol, dietil eter, aseton,
chloroform, dan ether (Sciencelab, 2013). N-heksana biasa digunakan sebagai pelarut,
8
campuran pernis, agen pembersih, dan juga digunakan untuk cairan pada termometer suhu
rendah (Vazquez, 2011).
Tetraethoxysilane (TEOS) merupakan material dengan rumus molekul C8H20O4Si.
Senyawa ini merupakan senyawa beracun dan mudah terbakar. Dalam dokumen keamanan
dikatakan bahwa TEOS dapat menyebabkan masalah serius apabila terhirup dalam sistem
pernapasan. TEOS umumnya berbentuk cairan tak berwarna dengan kemurnian paling tinggi
sekitar 95% (Reagentworld, 2011). Tetraethoxysilane adalah senyawa trialkoksilan yang
memiliki berbagai kegunaan seperti produksi zat organosilikon, aditif senyawa pelapis
(coating) seperti pernis atau cat, preparasi senyawa non-polimer, produksi ban, reagen pada
laboratorium. Sebagian besar penggunaan TEOS terdapat di industri dengan kondisi yang
terkendali sehingga dapat menghasilkan berbagai macam produk (Reagentworld, 2011).
Asam asetat (CH3COOH) merupakan jenis asam tidak berwarna dan berbau seperti cuka
(vinegar) karena asam ini merupakan bahan aktif dalam cuka, dimana isinya berkisar antara
4 sampai 5% asam asetat. Asam asetat mudah mengeras dari bentuk cair ke bentuk padat
karena memiliki titik beku hanya 16,7°C. Asam asetat tersedia secara komersial dalam
beberapa konsentrasi: (1) asetat glasial (kemurnian 99,7%); (2) asetat kelas reagen
(kemurnian 36%); dan (3) larutan asetat (kemurnian 28% – 56%). Asam asetat merupakan
salah satu jenis asam lemah yang diklasifikasikan sebagai asam monobasat lemah (-CO2H),
hal ini disebabkan karena asam ini tidak sepenuhnya terdisosiasi menjadi ion-ion apabila
dilarutkan dalam air. Dewasa ini, asam asetat lebih banyak dimanfaatkan dalam pembuatan
asam tereftalat, yang merupakan monomer untuk sintesis polietilena tereftalat, poliester dari
industri tekstil. (Speight, 2002).
Amonium hidroksida merupakan material dengan rumus kimia NH4OH. Senyawa ini
umumnya berbentuk cairan tak berwarna yang memiliki bau mirip seperti amoniak. Senyawa
ini tidak mudah terbakar tapi berbahaya bagi tubuh karena bersifat karsiogenik. (Othmer,
1998). Amonium hidroksida dapat diklasifikasikan sebagai basa lemah. Senyawa ini akan
terionisasi hampir seluruhnya dalam air, berbeda dengan basa kuat seperti natrium
hidroksida. Hal ini tercermin dari pH yang biasanya ditemui dalam larutan amonia, dimana
biasanya pH larutan amonia akan berkisar antara 11 dan 12, sangat berbeda dengan pH
natrium hidroksida yang berkisar 14. Amonium hidroksida dapat bereaksi dengan beberapa
senyawa, dimana jika bereaksi dengan asam organik atau anorganik, maka dapat membentuk
garam dan senyawa ammonium; bereaksi dengan logam-logam tertentu dapat membentuk
garam komplekst; bereaksi dengan halogen dapat membentuk haloamina; dan apabila
bereaksi dengan perak dan merkuri pada kondisi ekstrem dapat membentuk senyawa azida
9
yang umum digunakan sebagai peledak. Amonium hidroksida memiliki aplikasi penggunaan
yang cukup luas, dimana senyawa ini dapat digunakan sebagai pendingin (refrigerant),
pupuk, bahan peledak, dan sebagai bahan pembersih atau pemutih (Patnaik, 2003).
pelapisan film berbasis silika (Schneller, 2013). Metode dip-coating dibagi menjadi tiga
tahap yang meliputi tahap Immersion & Dwell Time dimana media dicelupkan pada larutan
prekursor pada kecepatan konstan dan diikuti dengan pendiaman pada beberapa waktu untuk
membentuk dan memberikan interaksi antara media dengan larutan prekursor, selanjutnya
tahap Deposition & Drainage dimana larutan prekursor akan terdeposisi pada media dan
larutan yang berlebih akan turun dan terlepas dari media, dan tahap terakhir adalah tahap
Evaporation dimana pelarut pada larutan prekursor akan ter-evaporasi dan membentuk
lapisan tipis yang terdeposit (Schneller, 2013).
Pada bembentukan sol silika, pH sol yang harus dibentuk bervariasi bergantung
kebutuhan. Aegerter et al (2011) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh pH
terhadap lama waktu proses gelasi dan sifat dari aerogel sebagai berikut,
Tabel 2.3 Pengaruh pH sol silika terhadap waktu gelasi dan sifat aerogel
(Aegerter, 2011)
Dalam pembentukan aerogel silika hidrofobik, terdapat tiga jenis teknik untuk menukar
gugus hidrofilik pada permukaan aerogel menjadi gugus hidrofobik. Teknik pertama adalah
teknik Methoxylation dimana aerogel dipanaskan pada lingkungan metanol uap untuk
menukar gugus Si – OH menjadi gugus Si – OCH3, proses ini memakan waktu 10 hingga 40
jam. Teknik kedua adalah teknik Co-Precursor dimana prekursor akan direaksikan dengan
sejumlah bahan organosilikat dan selanjutnya dikeringkan. Teknik yang ketiga adalah teknik
Silylation dimana prekursor, pelarut air, dan katalis dicampurkan lalu didiamkan hingga
membentuk gel, lalu gel diangkat dan direndam dalam larutan sililasi, kemudian gel diangkat
dan dikeringkan pada tekanan atmosferik (Aegerter et al, 2011).
2.2.3.3 Pengeringan
Setelah terjadinya proses pertukaran pelarut, maka tahap akhir yang dilakukan adalah
pengeringan. Secara umum, proses pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa teknik seperti pengeringan beku, modifikasi permukaan dengan pengeringan pada
tekanan atmosferik, atau ekstraksi superkritis (Anderson dan Mary, 2011).
Metode pengeringan pada tekanan atmosferik merupakan teknik pengeringan gel basah
pada kondisi tekanan atmosfer. Metode ini akan melibatkan proses kimia dimana terjadi
pertukaran pelarut dalam waktu yang cukup panjang. Hal ini bertujuan baik untuk
mengurangi gaya kapiler yang bekerja pada struktur nano dalam gel, atau untuk
meningkatkan kemampuan struktur nano guna menahan kekuatan yang akan dihasilkan, atau
untuk membuat strukturnya menjadi lebih fleksibel (Anderson dan Mary, 2011).
pengembangan aerogel telah sampai pada ranah antariksa, dimana aerogel dilapisi pada kaca
pesawat luar angkasa (Aegerter et al, 2011). Sedlacek (2009), juga mengungkapkan bahwa
pengembangan aerogel telah memasuki tahap untuk teknologi eksplorasi luar angkasa,
dimana aerogel telah diteliti sebagai bahan untuk tangki penyimpanan bahan bakar, tangki
penyimpanan kriogenik, dan telah diimplementasikan untuk aplikasi pesawat luar angkasa
NASA.
1.3 Karakterisasi Aerogel
Karakterisasi aerogel dilakukan untuk mengetahui beberapa sifat aerogel seperti
hidrofobisitas aerogel, massa jenis aerogel, porositas, dan luas permukaan aerogel.
Karakterisasi sifat hidrofobik suatu aerogel dapat dilakukan dengan beberapa metode. Secara
umum metode tersebut dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu metode langsung dan metode
spektroskopis. Metode langsung dapat dilakukan dengan teknik pengukuran kadar air
aerogel. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos aerogel pada lingkungan lembab dan
memonitor kandungan air yang terserap. Jika derajat hidrofobisitasnya baik maka difiusi air
kedalam aerogel akan rendah (Aegerter et al, 2011). Teknik lainnya adalah dengan
mengukur sudut kontak yang terbentuk antara tetesan air dengan permukaan aerogel.
Gambar 2.2 Mekanisme pengukuran sudut kontak aerogel – air (Hamidah, 2012)
Permukaan hidrofobik akan membuat sudut kontak diatas 90˚, bahkan dapat mencapai
150˚ diukur dari permukaan aerogel. Sudut kontak air-aerogel diukur dengan menghitung
sudut yang terbentuk ketika terdapat tetesan air di permukaan aerogel. Sudut yang terbentuk
dihitung dengan menggunakan data ketinggian tetesan air dan panjang permukaan air yang
bersentuhan dengan air melalui persamaan berikut (Hamidah dkk, 2012),
2h
θ = 2tan−1 ( w ) (2-4)
mengidentifikasi suatu permukaan objek dalam bentuk 2 (dua) dimensi. Pada metode SEM,
pembentukan image merupakan proses fisika yang merupakan interaksi korpuskular antara
elektron sumber dengan atom pada bahan. Proses pengambilan gambar dengan metode SEM
sangatlah dipengaruhi oleh jenis sampel, berikut cara penanganannya dan teknik
preparasinya, disamping kemampuan operasional dari operator nya (Sujatno dkk, 2015).
Skema alat spekstroskopi Scanning Electron Microscope (SEM) secara sederhana dapat
ditunjukan pada Gambar 2.3.
Selain itu Zulfikar (2014) melakukan pengujian karakteristik aerogel silika melalui
pengaruh pH dan konsentrasi TMCS. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa dengan
konsentrasi TCMS kurang dari 6% akan menghasilkan aerogel silika yang bersifat hidrofilik,
sedangkan pada pH rendah akan menghasilkan gugus – OH yang lebih banyak sehingga
aerogel silika yang terbentuk akan semakin hidrofilik. Sudut kontak yang terbentuk paling
baik dihasilkan pada pH 6 dan TCMS 33% dengan nilai sebesar 145°..
15
16
Perendaman pada
Metanol 96%
Perendaman pada
Aseton
Pemanasan pada
Oven
T = 105°C
t = 1 jam
Pendinginan
Kaca yang
hingga
Siap digunakan
T = suhu ruang
2 ml Waterglass
PA
Pencampuran
pada magnetic
stirrer selama 5
menit
pH awal = 13
18 ml Air
De-ionized
Penetesan
menggunakan
Asam Asetat 1M buret sambil
diaduk hingga
pH 4
Penetesan
menggunakan
Amonium Hidroksida
buret sambil Sol Silika
1M
diaduk hingga
pH 6
Dip-Coating
Media Kaca yang
dengan kecepatan
siap digunakan
8 cm/menit
Pemeraman pada
oven pada
T = 50oC
t = 1 jam
Perendaman pada
metanol PA Lapisan Silika
T = suhu ruang pada Kaca
t = 1 jam
Gambar 3.3. Diagram Alir Proses Pelapisan Sol Silika pada Kaca
TEOS PA
Pencampuran
dengan rasio
volume TEOS : n-
heksana = 1 : 2
n-heksana PA
Pengangkatan
kaca dari larutan
TEOS –
n-heksana
Pengeringan pada
oven Lapisan Aerogel
T = 100oC Hidrofobik
t = 2 jam
4.1. Pengaruh Waktu Operasi Proses Sililasi terhadap Sudut Kontak Air–Aerogel
Pada penelitian ini proses sililasi dilakukan selama rentang waktu 10 jam sampai 14
jam. Variabel yang dikaji adalah pada lama proses sililasi 10 jam, 11 jam, 12 jam, 13 jam,
dan 14 jam. Dari masing-masing variabel tersebut dihitung sudut kontak yang dihasilkan.
Proses sililasi pada variabel tersebut bertujuan untuk mendapatkan waktu optimum proses
sililasi yang dapat menghasilkan nilai sudut kontak air–aerogel tertinggi. Waktu optimum
yang didapatkan akan digunakan untuk menjadi basis waktu pada pengujian pengaruh suhu
operasi proses sililasi terhadap sudut kontak air–aerogel.
Proses sililasi dengan variabel waktu menggunakan suhu operasi 30°C sebagai variabel
tetap. Didapatkan nilai sudut kontak untuk masing masing variabel waktu tertera pada tabel
4.1 dan gambar 4.1.
Tabel 4.1. Data Nilai Sudut Kontak Variabel Waktu Operasi Proses Sililasi
Waktu Sililasi (Jam) Sudut Kontak (°) Beda Nyata (°)
10 131.55 ± 0.878 -
11 139.39 ± 0.179 7.84
12 145.21 ± 0.580 5.82
13 143.50 ± 0.422 1.71
14 141.70 ± 0.432 1.80
Beda Nyata Terkecil (Untuk 13 Jam & 14 Jam) = 1.483°
150,00
145,00
140,00
Sudut Kontak, °
135,00
130,00
125,00
120,00
115,00
110,00
105,00
100,00
10 11 12 13 14
Waktu Sililasi, Jam
Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Waktu Operasi Proses Sililasi terhadap Sudut Kontak
Air-Aerogel
21
22
Selama proses pembentukan lapisan aerogel hidrofobik, lapisan hidrofobik pada aerogel
didapatkan dari pertukaran gugus hidroksil dengan gugus alkil yang terjadi pada saat proses
sililasi berlangsung. Penyedia gugus alkil pada saat proses sililasi berlangsung adalah TEOS.
TEOS merupakan senyawa berbasis silika yang memiliki 4 gugus alkil yang terikat pada
silika. Skema pertukaran gugus hidroksil dengan gugus alkil ditunjukkan pada gambar 4.2.
TEOS
Aerogel Silika
Etanol
Aerogel Silika
Hidrofobik
Pada proses sililasi, gugus alkil pada senyawa TEOS akan terus bertukar dengan gugus
hidroksil pada aerogel sampai semua lapisan pada permukaan aerogel tertukar dengan gugus
alkil. Gugus alkil yang bersifat non-polar menyebabkan gaya tolak pada air yang bersifat
polar sehingga terbentuklah lapisan yang hidrofobik. Dibutuhkan waktu tertentu untuk
menukar seluruh gugus hidroksil pada permukaan aerogel dengan gugus alkil. Dari hasil
penelitian ini, didapatkan waktu operasi yang dibutuhkan untuk pertukaran seluruh gugus
hidroksil pada permukaan aerogel adalah 12 jam. Waktu ini diidentifikasi melalui nilai sudut
kontak lapisan aerogel yang meningkat dari 131,55° hingga 145,21° pada waktu 10 jam
hingga 12 jam, namun selanjutnya nilai sudut kontak mengalami penurunan pada 13 jam
sampai 14 jam menjadi 143,50° dan 141,70°. Data sudut kontak untuk variabel waktu 13
jam dan 14 jam dinyatakan mengalami penurunan berdasarkan uji beda nyata terkecil dengan
nilai BNt sebesar 1,483°. Mulai pada jam ke-10, lapisan aerogel yang terbentuk telah
23
tergolong lapisan hidrofobik dan pada posisi tertinggi pada variabel waktu 12 jam lapisan
aerogel yang terbentuk masih tergolong hidrofobik, belum tergolong sebagai aerogel
superhidrofobik karena nilai sudut kontak masih berada dibawah nilai 150°.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil dari Hamidah (2012). Menurut Hamidah (2012),
nilai sudut kontak pada lama modifikasi 9 – 13 jam akan menunjukkan peningkatan, namun
pada lama modifikasi 14 – 17 jam akan mengalami penurunan. Penurunan nilai sudut kontak
ini diduga disebabkan oleh terbentuknya alkohol sebagai produk reaksi dari hasil pertukaran
gugus hidroksil dengan gugus alkil pada proses sililasi. Terbentuknya alkohol diduga akan
menyebabkan struktur hidrofobik aerogel yang melemah karena TEOS dapat larut dalam
alkohol (Matheson, 2009). Pelarutan TEOS dalam alkohol dapat melemahkan struktur dari
aerogel karena apabila pori-pori aerogel masih terisi alkohol pada saat proses pengeringan,
meskipun etanol dan n-heksana memiliki nilai tegangan permukaan yang hampir sama yaitu
22,4 dyne/cm untuk etanol dan 18,4 dyne/cm untuk n-heksana, namun secara fisika n-
heksana tidak saling melarutkan TEOS (Matheson, 2009) sehingga pada saat proses
pengeringan berlangsung, penguapan etanol akan merusak struktur silika pada aerogel
sedangkan n-heksana tidak. Dengan banyaknya kandungan etanol dalam sistem yang
dihasilkan dari produk reaksi pertukaran gugus hidroksil dengan gugus alkil, maka
kemungkinan terjadinya perusakan struktur silika pada aerogel akan semakin tinggi. Hal
inilah yang diduga dapat menurunkan nilai sudut kontak dari aerogel yang dihasilkan pada
variabel waktu 13 jam dan 14 jam karena semakin lama reaksi berlangsung maka semakin
banyak produk etanol yang dihasilkan sehingga pada titik tertentu nilai sudut kontak yang
dihasilkan akan mengalami penurunan.
Selain itu Shi (2014) juga menyatakan bahwa nilai sudut kontak yang terbentuk pada
aerogel berbanding terbalik dengan nilai densitas dari aerogel tersebut, semakin tinggi
densitas dari aerogel maka semakin rendah nilai sudut kontak yang dihasilkan. Berhubungan
dengan waktu proses sililasi, Aegerter (2014) menyatakan bahwa semakin lama proses
sililasi berlangsung, maka densitas dari aerogel akan semakin menurun, hingga waktu 30
jam, setelah 30 jam densitas dari aerogel akan kembali meningkat. Dari kedua pernyataan
ditarik hubungan bahwa semakin lama proses sililasi berlangsung, maka akan meningkatkan
sudut kontak dari aerogel, namun akan turun pada titik waktu tertentu. Fenomena ini
menunjukkan hal yang sama dengan yang terjadi pada penelitian ini dimana nilai sudut
kontak yang terbentuk memiliki titik balik pada waktu 12 jam. Perbedaan waktu sililasi
antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dari Aegerter et al dikarenakan
perbedaan luas permukaan aerogel yang digunakan. Pada dasarnya untuk membentuk
24
hirofobisitas pada aerogel diperlukan proses difusi dari agen sililasi ke dalam pori pori dari
aerogel. Semakin kecil luas permukaan dari aerogel maka akan semakin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan difusi agen sililasi secara sempurna.Gambar kenampakan
sudut kontak air-aerogel pada pengujian variabel waktu ditunjukkan pada gambar 4.3.
131.55° 139.39°
(a) (b)
145.21°
143.50°
(c) (d)
141.70°
(e)
Gambar 4.3. Gambar Sudut Kontak Air-Aerogel yang Terbentuk untuk Variabel
Waktu
(a) 10 Jam (b) 11 Jam (c) 12 Jam (d) 13 Jam (e) 14 Jam
25
4.2. Pengaruh Suhu Operasi Proses Sililasi terhadap Sudut Kontak Air–Aerogel
Pada pengujian pengaruh suhu operasi proses sililasi terhadap sudut kontak
air–aerogel, variabel yang digunakan adalah 30°C, 35°C, 40°C, 45°C, dan 50°C. Dari
masing-masing variabel tersebut, diuji sudut kontak air-aerogel yang terbentuk. Pada
pengujian variabel tersebut digunakan waktu 12 jam sebagai waktu optimum yang telah
ditentukan pada pengujian variabel sebelumnya. Didapatkan nilai sudut kontak untuk
masing-masing variabel suhu tertera pada tabel 4.2 dan gambar 4.4.
Tabel 4.2. Data Nilai Sudut Kontak Variabel Suhu Operasi Proses Sililasi
Suhu Sililasi (°C) Sudut Kontak (°) Beda Nyata (°)
30 145.21 ± 0.572 -
35 144.77 ± 0.234 0.44
40 144.31 ± 0.004 0.46
45 144.28 ± 0.028 0.03
50 143.66 ± 0.117 0.62
Beda Nyata Terkecil = 0.795°
Dari gambar 4.4 didapatkan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan pada sudut
kontak air-aerogel yang terbentuk seiring dengan meningkatnya suhu operasi proses sililasi,
hal ini dibuktikan secara statistika menggunakan uji beda nyata terkecil dan menghasilkan
nilai BNt sebesar 0,795 dengan nilai persen probabilitas 5%. Suhu operasi proses sililasi
diduga tidak berpengaruh secara langsung pada nilai sudut kontak yang dihasilkan antara
air-aerogel. Rata-rata nilai sudut kontak untuk variabel suhu adalah 144,45°. Diduga laju
reaksi pertukaran gugus dan laju difusi agen sililasi ke dalam pori-pori aerogel tidak berubah
secara signifikan pada rentang suhu 30°C – 50°C. Selain itu pada waktu operasi proses
sililasi yang sama dan pada suhu operasi yang berbeda, diduga proses yang berlangsung
tidak jauh berbeda dan karakter hidrofobik dari lapisan aerogel mencapai puncaknya pada
waktu yang sama yaitu 12 jam sehingga pada pengujian variabel suhu tidak didapatkan
perbedaan yang signifikan antar masing masing variabel suhu. Merujuk pada pernyataan
Aegerter et al (2011) bahwa lama laju difusi akan mempengaruhi lama waktu dari proses
sililasi berlangsung, maka dapat dikatakan bahwa pada pengujian pengaruh suhu operasi
proses sililasi tidak mempengaruhi nilai sudut kontak maksimum yang dapat dihasilkan pada
waktu operasi yang sama, namun suhu operasi proses sililasi dapat mempengaruhi lama
waktu proses sililasi yang dibutuhkan untuk mencapai proses difusi yang optimal.
26
150,00
145,00
140,00
135,00
Sudut Kontak
130,00
125,00
120,00
115,00
110,00
105,00
100,00
30 35 40 45 50
Suhu Sililasi, °C
Gambar 4.4. Grafik Pengaruh Suhu Operasi Proses Sililasi terhadap Sudut Kontak
Air-Aerogel
Gambar kenampakan sudut kontak air-aerogel yang terbentuk pada pengujian variabel
suhu ditunjukkan pada gambar 4.5.
145.22° 144.77°
(a) (b)
144.31°
144.28°
145.22°
144.31
°
(c) (d)
27
143.66°
145.22°
(e)
Gambar 4.5. Gambar Sudut Kontak Air-Aerogel yang Terbentuk untuk Variabel Suhu
(a) 30°C (b) 35°C (c) 40°C (d) 45°C (e) 50°C
(a) (b)
Gambar 4.6. Kenampakan Uji SEM pada Permukaan Aerogel Silika pada Perbesaran
(a) 2500x dan (b) 500x
Dari hasil uji SEM yang dilakukan pada permukaan aerogel, didapatkan banyak retakan
pada permukaan aerogel silika yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan TEOS
sebagai agen sililasi. Fungsi agen sililasi selain sebagai penyedia gugus hidrofobik, juga
seharusnya berperan sebagai pengisi pori-pori aerogel dengan gugus silika pada agen sililasi
yang akan memperkuat struktur dari aerogel tersebut. TEOS tidak dapat berperan dengan
28
optimal karena TEOS tergolong sebagai agen sililasi tetra-fungsional, dimana silika diikat
dengan 4 gugus alkil. Agen sililasi tetra-fungsional lebih stabil jika dibandingkan dengan
agen sililasi tri-fungsional seperti TMCS dimana silika diikat dengan 3 gugus alkil dan 1
gugus klorin dimana gugus klorin dapat dengan mudah menyebabkan ikatan silika menjadi
tidak stabil dan cenderung berikatan dengan gugus silika yang terdapat pada pori-pori
aerogel. Penggunaan TEOS disini tidak memberikan ikatan silika pada pori semakin
menguat sehingga akhirnya terbentuk retakan setelah proses pengeringan berlangsung.
Retakan yang terbentuk pada aerogel ini juga menyebabkan ketahanan hidrofobisitas
dari aerogel menjadi turun. Sifat hidrofobik pada aerogel yang terbentuk hanya bertahan
selama 4 hari. Pada hari ke-4 nilai sudut kontak dari aerogel turun hingga nilai 80,04°. Hal
ini diduga disebabkan oleh pembentukan struktur pori oleh TEOS yang kurang kuat sehingga
ikatan gugus alkil pada permukaan aerogel menjadi tidak kuat. Gugus alkil pada permukaan
aerogel yang tidak kuat akan menyebabkan gugus alkil mudah terputus akibat paparan
dengan lingkungan yang lembab sehingga hidrofobisitas dari aerogel juga ikut berkurang.
Data penurunan nilai sudut kontak pada uji ketahanan hidrofobisitas dari hari pertama hingga
hari keempat ditunjukkan pada tabel 4.3.
5.1. Kesimpulan
1. Waktu operasi optimum proses sililasi yang didapatkan untuk pembuatan lapisan
aerogel hidrofobik pada penelitian ini adalah 12 jam dengan nilai sudut kontak sebesar
145,21° dimana semakin tinggi waktu operasi maka semakin tinggi nilai sudut kontak
lapisan aerogel, namun akan menurun setelah waktu operasi optimumnya.
2. Suhu operasi proses sililasi pada rentang 30°C – 50°C tidak berpengaruh pada nilai
sudut kontak lapisan aerogel hidrofobik. Nilai rata-rata sudut kontak untuk variabel suhu
operasi adalah 144.45°.
5.2. Saran
1. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh suhu operasi proses sililasi
terhadap aspek-aspek lain selain sudut kontak dalam aerogel untuk mengkaji lebih lanjut
mengenai pengaruh suhu operasi proses sililasi terhadap aerogel hidrofobik secara lebih
mendalam.
2. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai metode peningkatan ketahanan
hidrofobisitas aerogel tanpa menurunkan nilai sudut kontak secara signifikan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Aegerter, Michel A., Michel Prassas, Nicholas Leventis, dan Mathias M. Koebel. 2011.
Aerogel Handbook. London: Springer Science Business Media
American Society for Testing and Materials. 1994. Compilation of ASTM Standard
Definitions 8th Edition. Philadelphia: American Society for Testing and Materials
Anderson, Ann M. & Marry K. Carroll. 2011. Hydrophobic Silica Aerogels: Review of
Synthesis, Properties and Application. New York: Union College.
Fairus, Sirin, Haryono, Mas H. Sugita & Agus Sudrajat. 2009. Proses Pembuatan
Waterglass dari Pasir Silica dengan Pelebur Natrium Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia
Indonesia. Vol. 8 No. 2 : 56-62
Hamidah, N., Meta Fitri R., Heru Setyawan & Samsudin Affandi. 2012. Pelapisan
Hidrofobik Pada Kaca Melalui Metode Sol-Gel Dengan Precursor Waterglass.
JURNAL TEKNIK POMITS. Vol. 1 No. 1 : 1-4.
Kung, Harold H. 1994. Methanol Production and Use Chemical Industries. New York:
Marcel Dekker, Inc.
Li, Ming, Hongyi Jiang, Dong Xu, Ou Hai & Wei Zheng. 2016. Low Density and
Hydrophobic Silica Aerogels Dried Under Ambient Pressure Using a New Co-
precursor Method. Journal Of Non-Crystalline Solids. Vol. 452 : 187-193.
Matheson. 2009. Material Safety Data Sheet : Tetra Ethyl Ortho Silicate. United State :
Matheson Tri Gas
Milea, C.A., C. Bogatu & A. Duta. 2011. The Influence of Parameters in Silica Sol-Gel
Process. Bulletin of the Transilvania University of Brasov. Vol. 4 : 53
Nafikah, Fifi, Tjahjanto, Rachmat T., Purwonugroho, Danar. 2013. Pengaruh Temperatur
Penggantian Pelarut terhadap Hidrofobisitas Aerogel Silika. Kimia Student Journal. I
(1) : 112-118
Othmer, Kirk. 1998. Encyclopedia Of Chemical Technology. USA : John Wiley & Sons.
Inc.
Oxychem. 2011. The OxyChem Sodium Silicates Handbook. Texas : Occidental Chemical
Corporation
31
Patnaik, Pradyot. 2003. Handbook of Inorganic Chemicals. New Jersey: The McGraw-Hill
Companies.
Ratke, Lorentz. 2011. Aerogels – Structure, Properties and Applications. Koln: Deutsches
Zentrum Luft und Raumfahrt (DLR) e.v
Reagentworld. 2011. Material Safety Data Sheet: Tetraethoxysilane. California: Reagent
World, Inc.Sarawade, Pradip B., Jong-Kil Kim, Askwar Hilonga & Hee Taik Kim.
2009. Production of Low-density Sodium Silicate-based Hydrophobic Silica Aerogel
Beads by a Novel Fast Gelation Process and Ambient Pressure Drying Process. Solids
State Science. Vol. 12 : 911-918
Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet: n-heptane. Texas: Sciencelab.com, Inc.
Schneller, T. 2013. Chemical Solution Deposition of Functional Oxide Thin Films. USA :
Springer-Verlag Wien.
Sedlacek, Daniel. 2009. Aerogel Synthesis and Application. Kutipan dari tesis. Claremont :
Departement of Physics Pomona College, Claremont, USA.
Speight, James G. 2002. Chemical And Process Design Handbook. New York: The
McGraw-Hill Companies
Sujatno, Agus., Rohmad, Salam., Bandriyana. & Dimyanti, Arbi. 2015. Studi Scanning
Electron Microscopy (Sem) Untuk Karakterisasi Proses Oxidasi Paduan Zirkonium.
Jurnal Forum Nuklir (JFN), Vol. 9 (2) : 44-50.
Vazquez, Laura O.A., Dominguez, Jose L.C.,Garcia, Enelio T. & Ibarra, Jose R.V. 2011.
Industrial Aplication of Catalytic Systems for n-Heptane Isomerization. Mexico :
Molecules, Inc.
Zulfikar, M. Abrianto, Rachmat T. Tjahjanto, dan Darjito. 2014. Pengaruh pH dan
konsentrasi TMCS pada sintesis aerogel silika dari waterglass. Kimia.Student Journal.
Vol. 1 (1) : 78-84,
32