Supaya kita lebih mudah dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila, maka kita perlu
mengetahui contoh pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini
adalah cara melakukan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari:
Nilai ini terkandung pada sila pertama Pancasila yang berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Nilai ketuhanan pada sila pertama tersebut mengandung dua nilai turunan, yaitu nilai
kepercayaan dan nilai ketakwaan. Nilai kepercayaan diwujudkan dalam bentuk keyakinan
dan pengakuan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam konteks kenegaraan, keyakinan tersebut diwujudkan dengan adanya enam agama yang
secara resmi diakui oleh pemerintah, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan
Konghucu. Sementara nilai ketakwaan bermakna kebebasan bagi setiap warga negara untuk
beribadah sesuai agama yang diyakininya tersebut. Hal ini sesuai amanah UUD 1945,
terutama Pasal 28E Ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara bebas memeluk agama dan
beribadah sesuai agamanya.”
Sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa juga menjadi dasar negara
serta ideologi politik religius, yang menyatakan bahwa setiap kelompok agama tidak
memiliki alasan untuk membenturkan dasar negara nasional yang ada dengan keimanan yang
diyakini. Pada buku Islam, Pancasila dan Deradikalisasi oleh Syaiful Arif dijabarkan
mengenai wacana keislaman serta kebangsaan yang ditempatkan pada konteks dreradikalisasi
agama.
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab
3. Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Dengan tuntunan butir-butir tersebut, masyarakat diharapkan makin mudah untuk melakukan
pengamalan nilai-nilai pancasila sila pertama dimanapun mereka berada. Berikut adalah
beberapa contoh praktik pengamalan nilai ketuhanan tersebut:
Nilai ini termaktub dalam sila kedua Pancasila, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.”
Adanya nilai tersebut mengandung makna bahwa kemanusiaan haruslah diutamakan dalam
aktivitas keseharian masyarakat Indonesia. Terlebih lagi negeri ini berdiri di atas berbagai
macam perbedaan, seperti yang tersurat dalam semboyan negara Indonesia, “Bhinneka
Tunggal Ika”.
Nilai kemanusiaan menjamin kita untuk memperlakukan sesama manusia dengan adil tanpa
membedakan suku, ras, golongan, dan agama. Selain itu, dengan nilai kemanusiaan, maka
HAM akan dijunjung tinggi. Dalam konteks negara, Indonesia juga menjamin seluruh warga
negaranya memiliki kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Jaminan ini
sebagaimana tercantum dalam Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945.
Pasal tersebut berbunyi, “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”
Nilai kemanusiaan juga menjamin setiap manusia memiliki persamaan derajat. Hal ini seperti
tercantum dalam makna sila kedua menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu
menghargai dan menghormati antar sesama manusia serta memiliki persamaan derajat.
Secara lebih mendetail, pengamalan nilai-nilai pancasila sila kedua dijabarkan dalam butir-
butir sesuai TAP MPR Nomor I/MPR/2003, sebagai berikut:
Berikut ini adalah pengamalan nilai-nilai pancasila dalam sila kedua Pancasila pada
kehidupan sehari-hari:
a. Memperlakukan sesama teman dengan baik tanpa membedakan suku, ras, agama, dan
golongan
b. Menghormati guru
c. Menghargai teman
d. Membantu guru dan teman yang mengalami kesulitan.
Dalam penerapan nilai Pancasila yang ada, sangat penting untuk jika kita dapat
mengaplikasikannya ke kehidupan sehari-hari. Pada buku Komik Pancasila yang ditulis oleh
ImmaLevav dan W.B. Atmoko, penerapan nilai Pancasila yang ada akan digambarkan
melalui gambar yang ada sehingga Grameds dapat memahaminya dengan lebih mudah.
Sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia”, mengandung nilai persatuan ini. Maknanya
adalah bahwa seluruh warga negara Indonesia harus bersatu tanpa memandang perbedaan
suku, bahasa, agama, dan latar belakang budaya lainnya.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai persatuan salah satunya dapat
diwujudkan dengan cara memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Nasionalisme sendiri
berarti rasa cinta terhadap tanah air Indonesia.
Langkah-langkah yang dapat diambil dalam meningkatkan jiwa nasionalisme pada bangsa
Indonesia dapat Grameds pahami pada buku berjudul Mengobarkan Kembali Api Pancasila
oleh Sayidiman Suryohadiprojo yang menyatakan dengan adanya persatuan tersebut,
Pancasila bukan hanya dijadikan sebagai slogan, semboyan, maupun wacana, tetapi menjadi
nilai yang tertanam dalam diri.
Nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila juga harus diterapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapannya:
a. Menanamkan jiwa dan semangat patriotisme serta cinta tanah air bagi seluruh anggota
keluarga. Misalnya dengan membiasakan mengonsumsi produk-produk lokal buatan
Indonesia
b. Mengajarkan kepada anggota keluarga untuk menjaga nama baik Indonesia
c. Menumbuhkan sikap saling menghormati, menyayangi, dan menghargai di antara anggota
keluarga.
a. Saling bekerja sama dan menghormati antar tetangga tanpa membedakan suku, agama, ras,
dan golongan
b. Mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau keluarga
c. Tidak memaksakan keinginan kita kepada orang lain
d. Menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat
e. Di tengah lingkungan yang majemuk dengan berbagai latar belakang budaya, bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa pergaulan.
a. Berteman tanpa memandang status sosial ekonomi, agama, suku, ras, dan golongan
b. Menjaga kerukunan dan toleransi di antara teman dan guru
c. Membantu teman yang kesusahan dengan tulus ikhlas
d. Mengutamakan persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah.
Namun, ditengah masyarakat saat ini sendiri, kita masih sering melihat banyaknya
ketimpangan antara status sosial yang dimiliki seseorang. Seperti contohnya ketimpangan
gender yang terjadi pada perempuan. Hal ini dibahas pada buku berjudul Melintas Perbedaan:
Suara Perempuan, Agensi, dan Politik Solidaritas yang dibuat oleh Rachmi Diyah Larasati &
Ratna Noviani. Jika Grameds tertarik, klik “beli buku” yang ada di bawah ini.
Nilai kerakyatan terkandung pada sila keempat Pancasila, “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.” Nilai tersebut bermakna
kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat.
Nilai kerakyatan terkait erat dengan pemerintahan di Indonesia yang menerapkan sistem
demokrasi, yaitu, pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Selain nilai
tersebut, sila keempat juga bermakna pengambilan keputusan dari pendapat-pendapat yang
berbeda diutamakan melalui mekanisme musyawarah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun membedah makna sila keempat sebagai
berikut:
· Kata hikmat kebijaksanaan diartikan sebagai penggunaan akal sehat dalam melakukan
segala sesuatu
· Permusyawaratan dimaknai sebagai musyawarah untuk mengambil keputusan dan mencapai
mufakat
· Perwakilan mengacu kepada sistem yang dianut, yaitu perwakilan rakyat.
Pengamalan nilai-nilai pancasila sila keempat dijabarkan dalam butir-butir sesuai TAP MPR
Nomor I/MPR/2003, sebagai berikut:
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia memiliki
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan
5. Menghormati serta menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah
6. Dengan itikad baik serta rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah
7. Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi serta golongan di
dalam musyawarah
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai
kebenaran dan keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bangsa
10. Memberi kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercaya untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Pengamalan nilai-nilai pancasila Nilai kerakyatan ini hendaknya dapat tertanam dalam diri
setiap rakyat Indonesia, serta dapat diterapkan di mana pun. Berikut contoh penerapan nilai
kerakyatan dalam sila keempat tersebut:
a. Mengikuti pemilihan kepala daerah, baik dari tingkat provinsi, kabupaten, hingga RT dan
RW
b. Aktif mengikuti kegiatan musyawarah warga dan memberikan pendapat
c. Melaksanakan keputusan hasil musyawarah.
Nilai keadilan tercermin dalam sila kelima Pancasila, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.” Makna nilai tersebut adalah setiap masyarakat Indonesia memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan kesejahteraan.
Mewujudkan rakyat yang sejahtera tanpa kesenjangan ekonomi, sosial, budaya, juga politik,
merupakan tujuan dari bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai keadilan dapat diwujudkan.
Nilai keadilan yang ada itu sendiri berbeda pada setiap pandangan seseorang. Dalam buku
berjudul Perihal Keadilan Pencarian Makna Fairness Imparialitas Dan Dasar Hidup Bersama
yang dibuat oleh Sunaryo ini mengajak Grameds untuk lebih memahami ide dasar dari
keadilan, seperti fairness, imparsialitas, serta politik.
Sementara itu, mewujudkan kemakmuran rakyat juga merupakan amanah dari Undang-
Undang Dasar 1945. Hal tersebut tersurat dalam Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi:
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa untuk mencapai keadilan sosial
maka seluruh masyarakat haruslah mendapatkan hak serta melaksanakan kewajibannya.
Untuk memandu pengamalan nilai-nilai pancasila sila keadilan, butir-butir sila kelima
Pancasila pun dirumuskan melalui TAP MPR Nomor I/MPR/2003 sebagai berikut: