Sebagai ideologi bangsa, Pancasila terdiri dari seperangkat nilai dan norma yang seyogyanya
terinternalisasi dalam diri setiap rakyat Indonesia. Ya, Pancasila adalah ruh yang menggerakkan
aktivitas keseharian bangsa. Karena itulah pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
kita sehari-hari menjadi sebuah urgensi.
Mengapa demikian? Pancasila dirumuskan oleh para Founding Fathers negara Indonesia dengan
“memeras” sari pati nilai-nilai luhur yang telah sejak dulu membudaya di nusantara. Nilai-nilai
luhur tersebut telah tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat, bahkan jauh sebelum
Republik Indonesia berdiri.
Dalam konteks kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila sejatinya adalah identitas bangsa
Indonesia. Kehadirannya membuat bangsa ini utuh. Oleh karena itu, tanpa dasar negara, bangsa
Indonesia tidak memiliki identitas serta arah tujuan yang sama, sehingga ancaman perpecahan
akan lebih mudah terjadi. Jadi, pengamalan nilai-nilai Pancasila dapat berupa sikap yang
ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Isi
Sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa juga menjadi dasar
negara serta ideologi politik religius, yang menyatakan bahwa setiap kelompok agama tidak
memiliki alasan untuk membenturkan dasar negara nasional yang ada dengan keimanan
yang diyakini. Pada buku Islam, Pancasila dan Deradikalisasi oleh Syaiful Arif dijabarkan
mengenai wacana keislaman serta kebangsaan yang ditempatkan pada konteks
dreradikalisasi agama.
Nilai kemanusiaan menjamin kita untuk memperlakukan sesama manusia dengan adil
tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan agama. Selain itu, dengan nilai kemanusiaan,
maka HAM akan dijunjung tinggi. Dalam konteks negara, Indonesia juga menjamin seluruh
warga negaranya memiliki kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Jaminan
ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945.
Pasal tersebut berbunyi, “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum
dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”
Butir Pengamalan Sila Ke-2 dalam TAP MPR Nomor I/MPR/2003
Nilai kemanusiaan juga menjamin setiap manusia memiliki persamaan derajat. Hal ini
seperti tercantum dalam makna sila kedua menurut Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, yaitu menghargai dan menghormati antar sesama manusia serta memiliki
persamaan derajat. Secara lebih mendetail, pengamalan nilai-nilai pancasila sila kedua
dijabarkan dalam butir-butir sesuai TAP MPR Nomor I/MPR/2003, sebagai berikut:
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit, dan sebagainya
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa salira
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
6. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
8. Berani membela kebenaran serta keadilan
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia
10. Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Berikut ini adalah pengamalan nilai-nilai pancasila dalam sila kedua Pancasila pada
kehidupan sehari-hari:
Dalam penerapan nilai Pancasila yang ada, sangat penting untuk jika kita dapat
mengaplikasikannya ke kehidupan sehari-hari.
3. Pengamalan Nilai Pancasila Sila Ke-3 (Nilai Persatuan)
Sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia”, mengandung nilai persatuan ini. Maknanya
adalah bahwa seluruh warga negara Indonesia harus bersatu tanpa memandang perbedaan suku,
bahasa, agama, dan latar belakang budaya lainnya.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai persatuan salah satunya dapat
diwujudkan dengan cara memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Nasionalisme sendiri berarti
rasa cinta terhadap tanah air Indonesia.
Nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila juga harus diterapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapannya:
Namun, ditengah masyarakat saat ini sendiri, kita masih sering melihat banyaknya
ketimpangan antara status sosial yang dimiliki seseorang. Seperti contohnya ketimpangan
gender yang terjadi pada perempuan.
Nilai kerakyatan terkait erat dengan pemerintahan di Indonesia yang menerapkan sistem
demokrasi, yaitu, pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Selain nilai tersebut,
sila keempat juga bermakna pengambilan keputusan dari pendapat-pendapat yang berbeda
diutamakan melalui mekanisme musyawarah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun membedah makna sila keempat sebagai berikut:
1) Kata hikmat kebijaksanaan diartikan sebagai penggunaan akal sehat dalam melakukan
segala sesuatu
2) Permusyawaratan dimaknai sebagai musyawarah untuk mengambil keputusan dan
mencapai mufakat
3) Perwakilan mengacu kepada sistem yang dianut, yaitu perwakilan rakyat.
Nilai keadilan yang ada itu sendiri berbeda pada setiap pandangan seseorang dalam
memahami ide dasar dari keadilan, seperti fairness, imparsialitas, serta politik.
Sementara itu, mewujudkan kemakmuran rakyat juga merupakan amanah dari Undang-Undang
Dasar 1945. Hal tersebut tersurat dalam Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi:
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Nilai keadilan juga seharusnya dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut
adalah beberapa contoh penerapan nilai keadilan dalam berbagai lingkungan: