Anda di halaman 1dari 8

1.

Judul Buku : Penelitian Hukum Normati Suatu Tinjauan Singkat


2. Penulis : Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A.
3. Penerbit : Rajawali Press
4. Tahun Terbit : 2019
5. Cetakan :1
6. Dimensi Buku : VI + 21 halaman

Buku Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto,
S.H., M.A. dan Sri Mamudji, S.H.,M.LL adalah buku yang menarik untuk direview, karena
cara pandangnya terhadap hukum dan metode/pendekatan penelitiannya diametral
terhadap pemahaman umum yang jamak berkembang di ruang akademik hukum. Selain itu,
tidak memakai Bahasa yang berbelit dan muter-muter terhadap ketidaksetujuan cara
pandang yang berbeda. Kelugasan adalah point tersendriri buku, tentu ini attitude
akademisi yang tepat. Sudah seharusnya.
Buku ini diawali dengan uraian mengenai dasar ilmiah penelitian hukum normative.
Selanjutnya, dibahas perihal prosedur mencari dan menemukan bahan-bahan hukum.
Pengolahan dan Analisa bahan menjadi telaah lanjutan. Penulispun menulis buku ini untuk
mengisi kekosongan yang ada dalam bahan bacaan mengenai penelitian hukum normative.
Gambaran ringkas isi buku yang diterbitkan oleh penerbit rajawali press ini berisi 5 Bab.
Bab Pertama, membahas pendahuluan atau pengantar mengenai metode penelitian
hukum. Uraiannya dimulai dengan menegaskan bahwa tujuan dari penelitian adalah untuk
mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Bahwa dalam
proses penelitian mesti melakukan Analisa dan konstruksi terhadap data yang telah
dikumpulkan dan olah.
Selanjutnya penulis memberikan pengertian dan karakteristik mengenai metode penelitian
hukum, sebab dalam suatu metode penelitian berkemungkinan terjadinya perbedaan-
perbedaan yang dikarenakan setiap disiplin ilmu pengetahuan mempunya identitasnya
masing-masing. Sehingga metodologi dalam disiplin ilmu tertentu tidak bisa dipaksakan
secara menyeluruh untuk diterapkan dalam disiplin ilmu lainnya, termasuk untuk metode
penelitian hukum.
Menurut penulis, apabila seseorang hendak melakukan penelitian hukum, seharusnya setiap
peneliti mampu untuk mengungkapkan ruang displin hukum. Dalam hal ini disiplin hukum
sebagai ilmu hukum terbagi atas ilmu tentang kaedah, ilmu tentang pengertian, dan ilmu
tentang kenyataan.
Atas hal yang diurai diatas, metode penelitian hukum mempunyai ciri-ciri tertentu yang
merupakan identitasnya. Hal itu karena ilmu hukum dapat dibedakan dari ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya. Bahkan ada kemungkinan para ilmuwan dari ilmu-ilmu pengetahuan
tertentu diluar ilmu hukum akan menganggap penelitian hukum bukan merupakan suatu
penelitian yang ilmiah sifatnya.
Dalam penelitian hukum, kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis
merupakan syarat yang sangat penting. Dalam kerangka konsepsional diungkapkan berbagai
konsepsi atau pengertian yang akan digunakan sebagai dasar penelitian hukum. Dalam
landasan/kerangka teoritis diuraikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai suatu
sistem aneka theorema atau ajaran. Paradigma kerangka konsepsional dalam suatu
penelitian hukum meliputi:
A. Masyarakat Hukum
B. Subjek Hukum
C. Hak dan Kewajiban
D. Peristiwa Hukum
E. Hubungan Hukum
F. Objek Hukum
Adapun landasan atau kerangka teoritis pada dasarnya mempergunakan beberapa
paradigma, diantaranya paradigma arti hukum, paradigma pembedaan hukum dan
paradigma pembidangan tata hukum.
Mengenai jenis-jenis penelitian hukum penulispun memisahkan berdasarkan cara atau
rujukan data dalam setiap penelitian yang akan digunakan. Data penelitian pada umumnya
dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan data yang
diperoleh dari bahan-bahan Pustaka. Yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan
data primer (atau data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustala lazimnya
dinamakan data sekunder. Selanjutnya berdasarkan penelitian hukum maka dapat
diidentifikasi atau disebut bahwa, penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan Pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normative
atau penelitian hukum kepustakaan.
Bab Kedua, menjelaskan mengenai penelitian hukum normatif secara khusus. Pada
penelitian hukum normatif, bahan Pustaka merupakan data dasar yang dalam ilmu
penelitian digolongkan dalam data sekunder. Adapun data sekunder tersebut memiliki ciri
ciri umum sebagai berikut:

1. Data sekunder pada umumnya ada dalam keadaan siap terbuat (ready made)
2. Bentuk maupun isi data sekunder telah dibentuk dan diisi oleh peneliti peneliti
terdahulu
3. Data sekunder dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh waktu dan tempat

Kemudian data sekunder sebagai bahan dasar penlitian hukum normatif dapat
dibedakan menjadi tiga golongan. Hal itu meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier. Pertama, bahan atau sumber primer yakni bahan Pustaka yang berisi
penegetahuan ilmiah atau mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta yang
diketahui maupun mengenai suatu gagasan. Kedua, bahan atau sumber sekunder yaitu
bahan Pustaka yang berisi informasi tentang bahan primer. Ketiga, bahan hukum tersier
yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan sekunder.
Bab Ketiga, Dalam bab ini penulis menggambarkan rangkaian kegiatan kepustakaan
sebagai metode untuk mengumpulkan atau mengolah bahkan mencari bahan dasar
penelitian. Dalam rangkaian pekerjaan itu, satu sama lainnya saling berkaitan dan
mempunyai urutan tertentu berdasarkan sistem maupun standar yang telah disepakati
bersama oleh kalangan pustakawan. Secara sederhana perpustakaan dapat dirumurskan
sebagai suatu usaha yang teratur dan sistematis menyelenggarakan pengumpulan,
perawatan, dan pengolahan bahan Pustaka untuk disajikan untuk layanan yang sifatnya
edukatif, informatif, dan rekreatif kepada masyarakat. Berdasarkan jenisnya
perpustakaan dapat dibedakan menjadi, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah,
perpustakaan perguruan tinggi atau perpustakaan khusus. Adapun upaya ataupun
Langkah langkah dalam melakukan penelitian kepustakaan pada umumnya langkahnya
sebagai berikut.

1. Langkah pertama
Peneliti perlu mempelajari ketentuan atau peraturan yang digunakan oleh
perpustakaan tempat penelitian dilakukan.
2. Langkah kedua
Peneliti harus mempunyai sistem pelayanan tersebut. Sistem pelayanan
perpustakaan dapat dibedakan paling sedikit dua pelayanan, yaitu sistem terbuka
dan sistem pelayanan tertutup.
3. Langkah ketiga
Peneliti perlu juga mengetahui bentuk dan jenis bahan pustaka yang dimiliki
perpustakaan yang bersangkutan. Jenis bahan pustaka biasanya ditentukan oleh
jenis perpustakaannya.
4. Langkah keempat
Peneliti harus memeriksa bahan Pustaka yang diperlukan atau diinginkan ada dalam
koreksi perpustakaan yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara suatu
alat penelusuran yang disebut katalog.
5. Langkah kelima
Peneliti harus mencari informasi yang diperlukan melalui katalog.
6. Langkah keenam
Berkaitan dengan pembuatan catatan catatan. Setelah bahan yang diperlukan
diperoleh seorang peneliti membuat catatan mengenai hal hal yang dianggap
penting dan berguna bagi penelitian yang dilakukannya.

Bab Keempat, dalam bab ini dibahas beberapa kerangka acuan yang dapat digunakan
untuk mengadakan analisa terhadap bahan bahan hukum. Selanjutnya, dibahas Analisa
terhadap bahan bahan non hukum yang mungkin mengandung peristiwa peristiwa hukum.
Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai pada komponen-
komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-masing komponen dengan
keseluruhan konteks dari berbagai sudut pandang. Penelaahan dilakukan sesuai dengan
tujuan dari suatu penelitian yang diterapkan. Penelitian hukum merupakan suatu bentuk
kegiatan ilmiah yang senantiasa harus dikaitkan dengan arti yang diberikan pada hukum
yang merupakan patokan atau pedoman mengenai perilaku manusia. Penelitian dan ilmu
hukum, merupakan suatu sarana untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya dan
disiplin hukum pada umumnya.
Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya berarti kegiatan untuk
mengadakan sistematisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum
tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi. Penelitian hukum
secara normatif dilakukan pada beberapa unsur yang disebutkan di atas, dengan kata lain
bentuk analisisnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian untuk menarik asas-asas hukum, dilakukan terhadap hukum positif tertulis
dan tidak tertulis. Permasalahan yang muncul berkisar pada dari manakah asas-asas
hukum tersebut berasal, atau hal-hal apa yang mempengaruhi adanya asas-asas
hukum tersebut. Dalam hal ini, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan:
2. Penelitian untuk menelaah sistematika peraturan perundang-undangan, dilakukan
dengan mengumpulkan peraturan di bidang tertentu atau beberapa bidang yang
saling berkaitan dan menjadi pusat perhatian penelitian. Analisis dilakukan dengan
menggunakan pengertian dasar berupa subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa
hukum, hubungan hukum, dan obyek hukum;
3. Penelitian taraf sinkronisasi peraturan perundang-undang, dianalisis dengan
menggunakan asas dalam peraturan perundang-undang, yaitu:
4. Penelitian perbandingan hukum, mula-mula dilakukan dengan identifikasi atas ciri-
ciri khas dari sistem hukum atau bidang hukum tertentu yang akan diperbandingkan.
Setelah ciri khas tersebut diidentifikasi kemudian dianalisis persamaan-persamaan
yang ada;
5. Penelitian tentang sejarah hukum, dianalisis dengan cara menelaah hubungan antara
hukum dan gejala sosial lainnya secara kronologis. Telaah meliputi hal-hal yang
terjadi di masa lampau dan akibatnya terjadi di masa kini.

Pencatatatan hasil pengumpulan data secara kuantitatif, melalui proses editing, merupakan
pemeriksaan kembali kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi
jawaban/informasi, relevansi bagi penelitian, dan keseragaman data yang diterima oleh
peneliti. Selain itu proses prakoding dilakukan dengan mengklasifikasi jawaban dengan
memberikan kode tertentu agar nantinya mempermudah kegiatan analisa, dan
pewawancara dalam memasukkan jawaban responden dalam kategori yang relatif tepat.
Dalam menganalisa data tentu terdapat beberapa cara untuk menganalisis yakni dilakukan
dengan cara penafsiran atau interpretasi hukum. Penafsiran atau interpretasi dapat
dilakukan dengan carea yang telah dikenal , yaitu dengan cara:
1. Penafsiran autentik;
2. Penafsiran menurut tata bahasa atau penafsiran gramatikal;
3. Penafsiran berdasarkan sejarah perundang-undangan (wetshistoris);
4. Penafsiran sistematis;
5. Penafsiran sosiologis;
6. Penafsiran teleologis;
7. Penafsiran fungsional;
8. Penafsiran futuristik.
Cara penafsiran atau kombinasi yang hendak digunakan oleh peneliti bergantung pada jenis,
tujuan, serta pandangan penelitiannya. Seorang yang bersikap dogmatis tentu hanya akan
menggunakan cara penafsiran autentik, gramatikal atau interpretasi sejarah perundang-
undangan. Akan tetapi apabila peneliti yang menganut paham sosiologis atau fungsional
akan juga menggunakan cara penafsiran sosiologis, teleologis, dan fungsional. Ketika
peneliti yang ingin menemukan suatu asas atau kaidah hukum untuk masa yang akan datang
akan menggunakan metode penelitian sosial dan futuristik untuk melengkapi cara-cara
penafsiran hukum sosiologis-teleologis dan fungsional. Dengan kata lain, ketajaman dari
analisis hukum bergantung pada pemahaman dan penguasaan metode-metode penafsiran
(interpretatie methoden) dan keahilian memadukannya dengan metode penelitian lainnya
dalam penelitian yang bersifat interdisipliner.
Bab Keenam, mengenai panduan singkat Bahasa laporan penelitian dan itupun ketentuan
yang bersifat normative tidak spesifik mengenai laporan penelitian hukum. Beberapa aspek
yang patut diperhatikan dalam penyusunan laporan penelitian, yaitu mengenai Ejaan dan
Tanda Baca, pilihan kata dan istilah, dan kalimat efektif.

Penutup
Buku ini memberikan penjelasan lumayan gamblang terkait hakikatilmu hukum dan
penelitiannya. Buku ini rasa-rasanya sedang melakukan pemberontakan atau
melayangkan gugatan terhadap alur berpikir atau pe-mahaman quoatas ilmu hukum
yang berkembang di Indonesia.Tidak dipungkiri, buku ini sangat berpengaruh. Bukti
bahwa buku ini memberi pengaruh dalam khasanah ilmu hukum dan penelitiannya di
ruang akademik di Indonesia adalah mudah di-jumpainya artikel-artikel dan tugas-tugas
akhir akademisi hukum yang mengutipnya.Namun begitu, sayangnya, ada saja yang
mengutipsecara serampangan, cerry picking, tanpa memahami alur berpikir dan
pendapatpenulis terhadap hukum. Ciri paling mudah dikenali itu adalah mencomot satu
pendapat hukum seorang ahli hukum (doctrine),baik yang disampaikan dalam medium
tulisan dan lainnya, sekaligus mengutip pendapat yang lain yang jika dipahami seksama
berbeda pendapat dan pemahaman dengan yang pertama disitasi.
Sebenarnya, masih banyak hal dalam penjelasan buku yang menyediakan kita “ruang
tembak” untuk mempertanyakan lebih jauh, misalnya, apakah pendekatan kesejarah-an
(historical approach) termasuk pendekatan absah dalam hukum yang notabene sui
generisnormatif, sebagaimana yang beliau sendiri amini. Atau, mempertanyakan lebih
jauh terkait nilai guna apa yang ingin dicapai—persis seperti tertulis di buku—“case
approach”, bukan “casesapproach”dengan mengingat format/sistem hukum Indonesia.
Pendekatan case[s] approcahpendekatan dijabarkan beliau adalah penelitian yang me-
nelaah putusan-putusan hakim yang sudah incrachtterhadap kasus hukum yang memiliki
keserupaan dengan kasus-kasus itu dengan mengingat format hukum Indonesia.
Namun, ulasan di sini memang sengaja tidak me-nyinggung hal tersebut.
Sebagai penutup, pendapat pribadi, kata penelitian (research) umumnya di kesadaran
kita dipahami sebagai sebuah kegiatan yang utamanya melibatkan kegiatan fisik yang
aktif (utamanya tampak dalam penelitian sosial): terjun ke lapangan dan mengumpulkan
data ke sana kemari. Atau, dalam ilmu-ilmu ekperimental terbersit di pikiran kita
tentang laboratorium, eksperimen, menetapkan dan bilamana diperlukan mengubah
variabel, mengukur, dan mencatat hasil eksperimen penelitian ke bentuk angka-angka.
Penelitian hukum sejatinya bukanresearch-sebenar-benarnya-research, melainkan suatu
usaha menyusun argumentasi hukum secara logis atas isu/objekpenelitian hukum berdasar
sumber hukumnya.
Hakikat penelitian hukum adalah rangkaian kegiatan yang menekankan proses berpikir
kritis dan analitis (inquiry method) guna menemukan jawaban atas permasalahan yang
dihadapi itu. Aktivitas peneliti lebih banyak tersita untuk merenung dan berpikir analitis. Itu
pulakenapa pe-nelitian hukum sejatinyaarmchair discipline, penelitian yangbisa
dikerjakan denganduduk-duduk di atas kursi. Oleh karenanya, istilah untuk “penelitian
hukum” sebaiknya diganti dengan istilah “kajian hukum” atau “telaah hukum”.Sekiranya
juga pemberian judul buku ini.

Anda mungkin juga menyukai