Anda di halaman 1dari 3

AKHLAK SETELAH RAMADHAN

Oleh : Akbar Maulana Yusuf, S.Pd

Setelah bulan Ramadhan berlalu, orang akan terbagi menjadi beberapa bagian, namun secara
garis besarnya mereka terbagi dua kelompok.

Kelompok yang pertama. Orang yang pada bulan Ramadhan tampak sungguh-sungguh dalam
ketaatan, sehinggga orang tersebut selalu dalam keadaan sujud, shalat, membaca Alquran atau
menangis, sehingga bisa-bisa anda lupa akan ahli ibadahnya orang-orang terdahulu (salaf). Anda
akan tertegun melihat kesungguhan dan giatnya dalam beribadah. Namun itu semua hanya
berlalu begitu saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi bermalas-
malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam
ketaatan kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan kelalaian. Kasihan sekali orang-orang
seperti ini.

Sesungguhnya kemaksiatan itu adalah sebab dari kehancuran karena dosa adalah ibarat luka-
luka, sedang orang yang terlalu banyak lukanya maka ia mendekati kebinasaan. Banyak sekali
kemaksiatan-kemaksiatan yang dapat menghalangi seorang hamba untuk mengucap “La ilaha
illallah” ketika sakaratul maut.

Setelah sebulan penuh ia hidup dengan iman, Alquran serta amalan-amalan yang mendekatkan
diri kepada Allah, tiba-tiba saja ia ulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu. Mereka
itulah hamba-hamba musiman mereka tidak mengenal Allah kecuali hanya pada satu musim saja
(yakni Ramadhan), atau hanya ketika di timpa kesusahan, jika musim atau kesusahan itu telah
berlalu maka ketaatannyapun ikut berlalu.

Ada sebuah kisah menarik yang patut kita renungkan, tentang kondisi seorang mukmin yang baik
dalam berhubungan kepada Allah, namun suka menyakiti sesama manusia. Suatu ketika
Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya,

‫ ِة‬.‫وْ َم ْالقِيَا َم‬..َ‫ْأتِي ي‬.َ‫س ِم ْن ُأ َّمتِي ي‬َ ِ‫ ِإ َّن ْال ُم ْفل‬:‫ال‬.


َ .َ‫ا َع فَق‬..َ‫هُ َواَل َمت‬.َ‫ا َم ْن اَل ِدرْ هَ َم ل‬..َ‫ ْال ُم ْفلِسُ فِين‬.‫َأتَ ْدرُونَ َما ْال ُم ْفلِسُ ؟ قَالُوا‬
‫ َذا ِم ْن‬.َ‫ َذا فَيُ ْعطَى ه‬.َ‫ب ه‬ َ ‫ َر‬.‫ض‬ َ ‫ َذا َو‬.َ‫ قَ ْد َشتَ َم هَ َذا َوقَ َذفَ هَ َذا َوَأ َك َل َما َل هَ َذا َو َسفَكَ َد َم ه‬.‫ام َوزَ َكا ٍة َويَْأتِي‬.ٍ َ‫صي‬ ِ ‫صاَل ٍة َو‬ َ ِ‫ب‬
ُ
‫ت َعلَ ْي ِه ثُ َّم ط ِر َح فِي‬ ُ ‫ُأ‬
.ْ ‫م فَط ِر َح‬.ُْ‫ضى َما َعلَ ْي ِه ِخ َذ ِم ْن خَ طَايَاه‬ ‫َأ‬
َ ‫ت َح َسنَاتُهُ قَب َْل ْن يُ ْق‬ ْ َ‫َح َسنَاتِ ِه َوهَ َذا ِم ْن َح َسنَاتِ ِه فَِإ ْن فَنِي‬
" ‫ار‬ِ َّ‫الن‬
Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami,
orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.'
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari
kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan
makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil
untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan
mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka
diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.'
(HR. Muslim: 4678).
Dalam kisah di atas, jelas bahwa berperilaku baik kepada sesama manusia merupakan hal yang
sangat penting. Karna pahala ibadah seseorang bisa habis lantaran ia menyakiti orang lain selama
di dunia. Bahkan, ia pun bisa menanggung dosa orang yang disakiti jika pahalanya tidak
mencukupi.
Habis pahala, dosa bertambah. Itulah gambaran orang yang suka menyakiti orang lain kelak di
hari kiamat.

Kelompok yang kedua. Orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan Ramadhan mereka
rasakan nikmatnya kasih dan penjagaan Allah, mereka lalui dengan penuh kesabaran, mereka
sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa hinanya mereka di hadapan Yang Maha
Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat dengan sungguh-sungguh.
Perpisahan dengan bulan Ramadhan membuat mereka sedih, bahkan tak jarang di antara mereka
yang meneteskan air mata.

Apakah keduanya itu sama? Segala puji hanya bagi Allah! Dua golongan ini tidaklah sama, akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Katakanlah; Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan masing-masing ..” (Q.s. Al-Isra’: 84).

Para ahli tafsir mengatakan, makna ayat ini adalah bahwa setiap orang berbuat sesuai dengan
keadaan akhlaq yang sudah biasa ia jalani.

Barang siapa berpuasa siang hari di bulan Ramadhan dan shalat di malam harinya, melakukan
kewajiban-kewajibannya, menahan pandangannya, menjaga anggota badan serta menjaga shalat
jum’at dan jama’ah dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatannya sesuai yang
ia mampu maka bolehlah ia berharap mendapat ridha Allah, kemenangan di Surga dan selamat
dari api Neraka. Orang yang tidak menjadikan ridha Allah sebagai tujuannya maka Allah tidak
akan melihatnya.Jangan seperti orang yang merusak tenunan yang kuat hingga bercerai berai

Hati-hatilah, jangan seperti seorang wanita yang memintal benang (menenun) dari kain tersebut
ia bikin sebuah gamis atau baju. Ketika semuanya telah usai dan nampak kelihatan indah, maka
tiba-tiba saja ia potong kain tersebut dan ia cerai beraikan, helai demi helai benang dengan tanpa
sebab.

Berhati-hati! jangan sampai seperti seorang yang diberi oleh Allah keimanan dan Alquran namun
ia berpaling dari keduanya, dan ia lepaskan keduanya sebagaimana seekor domba yang dikuliti,
akhirnya ia masuk keperngkap syetan sehingga jadi orang yang merugi, orang yang terjerumus di
dalam jurang yang dalam, menjadi pengikut hawa nafsunya, Naudzu billah mindzalik.

Allah SWT berfirman, artinya, “Dan bacakanlah kepada mereka berita kepada orang yang telah
kamu berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian mereka melepaskan diri dari ayat-ayat itu
lalu dia diikuti oleh syetan sampai ia tergoda, maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki sesunguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu.
Tetapi ia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu
membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpa-maan orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami maka ceritaklah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berfikir.” (QS. Al-A’raaf: 175-176).

Amal yang paling dicintai oleh Allah, Rasulullah SAW pernah ditanya, Amalan apa yang paling
di sukai Allah? Beliau menjawab, “Yakni yang terus-menerus walaupun sedikit”.

Aisyah ra ditanya, “Bagaimana Rasulullah mengerjakan sesuatu amalan, apakah ia pernah


mengkhusus-kan sesuatu sampai beberapa hari tertentu” Ia menjawab, “Tidak, namun beliau
mengerjakan secara terus-menerus, dan siapapun di antara kalian hendaknya ia jika mampu
mengerjakan sebagaimana yang di kerjakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.”

Hadits ini memberikan beberapa pelajaran, antara lain:

Hendaknya, seluruh kebajikan kita laksanakan secara keseluruhan tanpa pilih-pilih menurut
kemampuan kita dan dikerjakan secara rutin.

Tengah-tengah dalam beribadah (sedang-sedang), dan menjauhi segala bentuk berlebihan, agar
jiwa selalu bersemangat dan lapang, maka dengan ini akan tercapai segala tujuan ibadah, dan
sempurna dari berbagai segi.
Supaya rutin dalam beramal, suatu amalan meskipun sedikit jika dilakukan secara terus-menerus
lebih baik dari pada amalan yang banyak namun terputus.

Dengan demikian amalan yang sedikit namun rutin akan memberi buah dan nilai tambah yang
berlipat ganda dari pada amalan banyak yang terputus.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan di dalam menjalakan amal ibadah secara
terus menerus dan mendapatkan limpahan pahala yang berlipat ganda disisiNya, amin.

Anda mungkin juga menyukai