Anda di halaman 1dari 5

BADAN HISAB DAN RUKYAT

KOTA SUKABUMI
Jl Taman Bahagia No. 32 Benteng Kota Sukabumi 43132
Telp : (0266)222171 surel : bhrkotasukabumi@gmail.com

KHUTBAH GERHANA BULAN

KHUTBAH I

Allahu akbar.. Allahu akbar.. wa lillahil-hamd..

Mengawali khutbah ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib
pribadi untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Sang Pencipta manfaat dan
mudlarat. Jika kita memohon turunnya rahmat dan barokah, maka permohonan itu
haruslah kita iringi dengan takwa. Jika kita berdoa agar dijauhkan dari wabah dan
musibah, maka doa itu haruslah kita sertai dengan takwa. Karena barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya dan
menganugerahkan rezeki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka.
Allah ta’ala berfirman:

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT..


Untuk kesekian kalinya kita mengalami, memperhatikan, menyaksikan salah satu dari
sekian jumlah kekuasaan Allah SWT. Allah SWT memperlihatkan aayatun min ayaatii
(ayat-ayat kekuasaan-Nya) yang hanya sebagian kecil dari sejumlah banyak tanda-tanda
kekuasaan-Nya.
Hahikatnya merupakan peringatan kepada manusia yang maha kecil, yang hakikatnya
manusia tidak ada apa-apanya. Apabila makhluk-makhluk yang di langit secara fisik
begitu hebat, begitu besar serta taat dan tunduk kepada hukum alam, taat dan tunduk
kepada sunnatullah, sehingga pada suatu saat terjadilah kejadian yang disebut khusuf
(gerhana).
Maka hahikatnya, seperti itulah pada suatu saat tidak mustahil manusia pun akan
mengalami kegelapan, akan mengalami khusuf, seperti gelapnya matahari, gelapnya
bulan, seperti gelapnya bumi. Namun biarlah matahari dan bulan termasuk bumi yang
mengalami khusuf, asalkan, jangan hati-hati manusia yang mengalami gerhana, yang
mengalami kegelapan. Kenapa demikian? Dapat kita bayangkan, apabila hati-hati
manusia sudah gelap, apalah kiranya yang terjadi pada satu lingkungan yang di diami
oleh manusia? Oleh karenanya, pada satu kesempatan Jibril secara pribadi berdialog
dengan Rasulullah SAW, yang tentu pada hakikatnya hal ini adalah merupakan
peringatan kepada diri kita masing-masing.

Jibril berkata : “Yaa muhammad, isy maa syi’ta (Wahai Muhammad, silahkan
engkau hidup sekehendakmu, hidup bebas tanpa batas, hidup tanpa aturan dan
ketentuan), tetapi ingatlah hakikatnya tidak ada manusia yang abadi, tidak ada manusia
yang hidup kekal, fainnaka mayyitun.
Sungguh engkau akan mengalami proses kematian)”. Maka oleh karenanya sebagaimana
yang kita maklumi, bahwa beda antara manusia dengan hewan secara mutlak, sehingga
ada orang yang mengungkapkan, apabila hewan secara mutlak mengalami kematian
bakal bilatungan (akan belatungan), tetapi manusia kalau mengalami kematian bakal
nyanghareup balitungan (akan menghadapi hisab/perhitungan). Dalam arti, ingat
bahwa manusia diwujudkan tidak sia-sia, ada maksud dan tujuan tertentu.

Suatu saat, hasil dari pada perjalanan hidup yang relatif sebentar, justru inilah yang
sebentar itu yang akan menentukan kelanggengan hidup di sana, kelanggengan hidup di
yaumil akhir, apakah kenikmatan yang langgeng atau kebalikannya, kesengsaraan yang
langgeng.

Jibril berkata kemabali : “Wa ahbib maa syi’ta (silahkan kau cintai siapa dan apa
saja), tetapi ingat fainnaka mufaariquhu (sungguh akan berpisah)”.
Mau mencintai istri, suatu saat mufaariquhu, mencintai suami, suatu saat mufaariquhu,
mencintai anak, suatu saat mufaariquhu, akan berpisah antara yang mencintai dengan
yang dicintai.

Makanya wajar apabila Rasulullah SAW pernah menyatakan, apabila manusia mengalami
al-mautu,
maka yatba’ul-mayyita tsalaatsatun, ada tiga perkara yang akan mengikuti mayyit
dengan kematiannya itu.
Yaitu, ahluhu (keluarganya) wa maaluhu (hartanya) wa ‘amaluhu (dan amalnya), yarji’u
minhu-tsnaani (namun yang dua tidak turut ikut, yang dua akan kembali lagi).
Yang mana yang tidak mau ikut itu? Maalhu wa ahluhu (harta dan keluarganya), yang
tetap setia adalah ‘amaluhu (amalnya), yatba’uhu amaluhu. Yang menjadi masalah,
amal yang mana? apakah yang termasuk pernyataan faman ya’mal mitsqaala dzarratin
khairan yarahu atau faman ya’mal mitsqaala dzarratin syarran yarahu?

Dalam kesempatan khutbah khusuf, Rasulullah SAW secara khusus meminta perhatian
kepada kaum perempuan, sehingga beliau secara khusus menyatakan :
Yaa ma’syaran-nisaa (wahai kaum perempuan),
ittaqinnal-laah (hendaklah kalian benar-benar bertaqwa kepada Allah),
fainni uriitukunna (karena sungguh diperlihatkan kalian kepadaku),
aktsara ahlin-naar (paling banyak pengisi neraka).
Waktu itu ada sahabat yang merasa heran : “Ya Rasulullah kenapa mereka itu termasuk
yang paling banyak masuk neraka?, Ayakfurna? (apakah mereka itu kufur?), Rasul
menjawab : “Benar”.
Para sahabat bertanya kembali, ayakfurna billahi? (apakah mereka kufur kepada
Allah?), Rasul menjawab : “Bukan”,
yakfurnal-‘asyiira wa yakfurnal-ihsaan (mereka mengkufuri suaminya dan mengkufuri
perbuatan baik).
Sahabat bertanya kembali : “Ya Rasulullah, bagaiman mereka mengkufuri kepada
suami, bagaimana gerangan mereka mengkufuri kepada perbuatan baik? Rasul
dengan tegas menyatakan, idzaa ahsanta (apabila kamu berbuat baik), ilaa ihdahunna
ad-dahra (selama masa yang lama, masa yang panjang kepada salah seorang di antara
mereka), tsumma ra-at syaian (kemudian dia melihat sesuatu dari dirimu yang tidak
berkenan di hatinya, yang tidak sejalan dengan kemauannya),
tiba-tiba timbul suatu pernyataan, maa ra-aitu minka khairan qaththu (aku tidak pernah
melihat kebaikan sedikitpun dari dirimu). Inilah yang dimaksud yakfurnal-‘asyiira wa
yakfurnal-ihsaan.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT..


Maka tentu hal itu bukan ditujukan kepada kaum perempuan, tetapi tentu termasuk
kepada kita kaum laki-laki. Hanya konotasinya adalah jangan sekali-kali menghapus
kebaikan orang.
Namun demikianlah kenyataannya dalam kehidupan di suatu lingkungan, sewaktu-waktu
timbul ungkapan-ungkapan yang seperti itu. Maka wajar apabila Rasulullah SAW
mengingatkan segerakan, wa atbi’is-sayyiatal-hasanata (ikutkan perbuatan yang buruk
itu dengan perbuatan yang baik), tanhuuhaa (agar perbuatan yang baik itu bisa menutupi
perbuatan-perbuatan yang tidak baik).

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT..

Maka mudah-mudahan peristiwa gerhana yang kesekian kali yang kita alami pada saat ini
akan menjadikan penggugah bagi diri kita masing-masing. Semoga Allah memberikan
limpahan maghfirah dan rahmat-Nya kepada diri kita masing-masing.

‫ َووَفَ َع ِىي َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم ْه آ َي ِة َو ِذ ْك ِز ْان َح ِكي ِْم‬،‫آن اْن َع ِظي ِْم‬ِ ‫ار َك هللا ِني َونَ ُك ْم ِفى اْنقُ ْز‬ َ ‫َب‬
َ‫ َوأَقُ ْو ُل قَ ْو ِني َهذَا فَأ ْست َ ْغ ِف ُز هللا‬،‫س ِم ْي ُع انعَ ِه ْي ُم‬ َّ ‫َوتَقَبَّ َم هللاُ ِمىَّا َو ِم ْى ُك ْم تِالَ َوتَهُ َوإِوَّهُ ُه َو ان‬
َّ ‫ان َع ِظي َْم ِإوَّهُ ُه َو انغَفُ ْو ُر‬
‫انز ِحيْم‬
Khutbah II

Ismatullah Muh Awaludin, S.PdI. Sekretaris BHR Kota Sukabumi, Penyuluh Agama
Islam Kemenag Kota Sukabumi, Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah PCNU Kota
Sukabumi.

Anda mungkin juga menyukai