7 TAHUN
2021 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENCEGAHAN DAN
PENAGGULANAGAN EKSTREMISME BERBASIS KEKERASAN YANG
MENGARAH PADA TERORISME OLEH BADAN NASIONAL
PENGANGGULANGAN TERORISME
(Jurnal)
Disusun Oleh:
MARENDI RIFANO, S.H.
20.12.45.083
ABSTRAK
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Yuridis
Normatif dan Empris dengan menggunakan data yang diperoleh dari studi
kepustakaan dan studi lapangan dengan cara observasi dan wawancara.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sistem hukum dari Lawrance
M. Friedman dan teori Hukum Sebagai alat rekayasa Sosial dari Roscoe Pound.
Berdasarkan hasil dalam penelitian dapat kita tarik kesimpulan bahwa RAN PE ini
telah terimplementasi akan tetapi masih ada beberapa hambatan yang menghalangi
hingga hasilnya kurang optimal, Adapun yang menjadi Faktor Penghambat
Implementasi RAN PE diantaranya: adanya refocusing anggaran oleh K/L
terkait,RAN PE Belum menjadi Prioritas kegiatan dalam Kementerian Dan
Lembaga itu sendiri, belum adanya Kebijakan Internal dan belum optimalnya
kordinasi antara kementerian dan lembaga. Saran dalam penelitian ini adalah agar
BNPT dapat meningkatkan kapasitas aparatur secara sistematis dan berkelanjutan,
untuk mendukung program-program pencegahan dan penanggulangan ekstremisme
berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme dengan cara melakukan
pelatihan-pelatihan.
1
Dosen Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Bandar Lampung
2
Dosen Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Bandar Lampung
3
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Bandar Lampung
Analysis of Implementation of Regulation of The President of Indonesia
Number 7 of 2021 on National Action Plan for Preventing and Countering
Violent Extremism That Leads to Terrorism by Indonesian National Counter
Terrorism Agency
By:
MARENDI RIFANO
20.12.45.083
ABSTRACT
Considering How Dangerous Violent Extremism That Leads to Terrorism are, the
President of Indonesia has issued the Presidential Regulation Number 7 of 2021 on
National Action Plan for Preventing dan Countering Violent Extremism that leads
to Terrorism (NAP on PCVE). Indonesian National Counter Terrorism Agency
(BNPT) is the one of some Institution that Involved on implementation of NAP on
PCVE. Problems in this research is How is the Implementation of Regulation of
The President of Indonesia Number 7 of 2021 on National Action Plan for
Preventing and Countering Violent Extremism That Leads to Terrorism by National
Counter Terrorism Agency? dan what are inhibiting factors of NAP on PCVT
Implementation.?
The research method that be used this study are normative judicial and empirical
Approaches method which using library research and field research by using
observation and interviews
Theories used in this research are legal system theory by Lawrance M. Friedman,
and law as a tool of social engineering by Roscoe Pound.
The results obtained from this reasearch are, the Implementation of NAP on PCVE
are has been done, but there are some inhibiting Factor that makes The
Implementation was not quite optimal, inhibiting factors of NAP on PCVT
Implementation are, Budget Refocusing, NAP on PCVE is not the Priority from the
ministries and Insititutions itself, The Absence of Internal Policy, and lack of
coordination between Ministries and Institutions. Suggestion on this research is
BNPT can Improve the capacity of human source sistematiclly and sustainable, to
support Preventing and Countering Violent Extremism That Leads to Terroris
programs, by doing workshops and trainings.
4
Jonathan R White, 2012, Terrorrism And Homeland Security, Belmond: Wadsworth,
hlm. 2
5
Poltak Dedy,2007. Kinerja Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Dalam Memberantas
Tindak Pidana Terorisme, Erlangga, Jakarta. hlm. 1
6
Moch Faisal Salam 2003, Motivasi Tindakan Terorisme,Mandar Maju.Jakarta, hlm. 1
1
2002 terjadi di Sari Club dan Peddy’s Club, peledakan bom di JW Marriot pada
Tahun 2003, bom di depan kantor kedutaan Besar Australia pada tahun 2004, bom
bali II pada tahun 2005, dan sekelompok pelatihan teroris di Nanggroe Aceh
Darussalam. Hingga kemudian Detasemen Khusus 88 anti teror Polri menembak
mati Noordin M. Top di Temanggung Tanggal 8 Agustus 2009.
Berangkat dari serangkaian kejadian tindakan Terorisme di Indonesia tersebut maka
Pemerintah Republik Indonesia mengesahkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No 1 Tahun 2002 tentang pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003
yang kemudian di Amandemen lagi menjadi Undang-undang nomor 5 tahun 2018.
Undang-Undang tersebut menjadi acuan aparat penegak hukum yang ada di
Indonesia dalam Upaya penanggulangan Aksi terorisme yang ada di Indonesia.
Menyadari seberapa besar bahaya dari Ekstremisme yang berbasis kekerasan yang
menjurus pada terorisme ini maka, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
Mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Rencana Aksi
Nasional Pencegahan Dan penanggulangan Ekstremisme Berbasis kekerasan yang
mengarah pada terorisme (RAN PE).
2
dengan judul : Analisis Implementasi Peraturan Presiden No. 7 tahun 2021
Tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan Dan Penanggulangan
Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah Pada Terorisme oleh Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka permasalahan dalam
penelitian ini akan berkaitan tentang
1. Bagaimanakah Implementasi Peraturan presiden No 7 Tahun 2021 tentang
Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme
berbasis Kekerasan yang Mengarah Pada Terorisme Oleh Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme?
2. Apakah Yang Menjadi Faktor penghambat Implementasi Perpres No 7
Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan Ekstremisme berbasis Kekerasan yang Mengarah Pada
Terorisme Oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang
di harapkan menjadi hasil dari melakukan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui, memahami dan Menganalisis Implementasi Peraturan
presiden No 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan
dan Penanggulangan Ekstremisme berbasis Kekerasan yang Mengarah
Pada Terorisme Oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme,
2. Untuk mengetahui, memahami dan Menganalisis apakah yang menjadi
faktor Penghambat Implementasi Peraturan presiden No 7 Tahun 2021
tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
Ekstremisme berbasis Kekerasan yang Mengarah Pada Terorisme Oleh
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
D. Manfaat Penelitian
Penulisan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna
dimasa yang akan datang, baik itu secara teoristis maupun praktis:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini disumbangkan bagi pengembangan ilmu hukum
khususnya ilmu Hukum Tata Negara dalam hal mengenai Implementasi
Peraturan presiden No 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme berbasis Kekerasan yang
Mengarah Pada Terorisme Oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
3
2. Secara Praktis.
a. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi Masyarakat dan aparat penegak hukum khususnya Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme dalam pencegahan dan penanggulangan tindak
pidana terorisme. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu bahan dan gambaran kendala di dalam praktek penanganan tindak
pidana terorisme.
b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Hukum pada
Program Pasca Sarjana Universitas Bandar Lampung.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
Pendekatan Masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan
Yuridis Normatif dan Empris yaitu pendekatan yang dilakukan secara langsung
di lapangan untuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya terjadi, kemudian
akan dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
teori hukum yang ada.7
7
Bambang Sunggono, 2006, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta hlm.75
4
4) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme.
5) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik
Indonesia NOMORPER-04/K.BNPT/11/2013 tentang Kerjasama Aparat
Penegak Hukum dalam Penanganan Perkara Tindak Pidana Terorisme.
6) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengesahan ASEAN
Convention on Counter Terrorism (Konvensi ASEAN Mengenai
Pemberantasan Terorisme).
b.Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan
bahan hukum primer dalam hal ini teori-teori yang dikemukakan para ahli
hukum literatur-literatur, makalah-makalah, artikel ilmiah, surat kabar dan
sebagainya.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari: Kamus
Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum (Law Dictionary),
Rangkuman Istilah dan Penegertian Dalam Hukum, Website dan lain-lain.
b. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui
wawancara guna mendapatkan keterangan dan data mengenai Implementasi
Peraturan Presiden No 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme berbasis Kekerasan Terhadap
Orang yang diduga Teroris oleh Badan Nasional Penanggulangan Teroris
(BNPT).
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenar-benarnya merupakan
abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka dan acuan yang pada dasarnya
bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi. Setiap penelitian
selalu disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, hal ini karena adanya hubungan
timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan kontruksi data. untuk memberikan landasan yang mantap pada
umumnya setiap penelitian haruslah selalu disertai pemikiran-pemikiran teoritis8.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori sistem Hukum dari
8
Ronny Hanitijo Soemitro.1990 Metedologi Penelitian Hukum dan Yurimetri. Ghalia
Indonesia. Jakarta, hlm. 37.
5
Lawrance M Friedman dan teori hukum sebagai alat rekayasa sosial dari Roscou
Pound.
6
c. Fokus 3 Meningkatkan efektivas kampanye pencegahan ekstremisme berbasis
kekerasan yang mengarah pada terorisme di kalangan kelompok rentan (kontra
radikalisasi), dengan Rencana Aksi sebagai berikut:
1. Melakukan kegiatan Webinar Pencegahan Penyebaran Paham Radikal
Terorisme di Kalangan SMA/Sederajat se-Indonesia, dan Penggalangan
YouTube Jeda Nulis Melalui Pembuatan Konten Kreatif Dalam Rangka
Konten Kontra Propaganda.
7
h. Fokus 8 Peningkatan Program deradikalisasi di luar lembaga pemasyarakatan,
dengan Recana Aksi diantaranya:
1. Melakukan kegiatan Penyusunan Rapermen Bela Negara dengan
Kementerian Pertahanan.
8
d. Fokus 4 Penyelarasan kerangka hukum nasional dengan kerangka hukum
internasional dalam pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis
kekerasan yang mengarah pada terorisme, dengan capaian aksi diantaranya:
1. Tersusunnya draft awal Standar Minimum Rules penanganan anak yang terlibat
dengan terorisme (konsultasi dengan Kemlu, Kementerian/Lembaga terkait,
Para Ahli).
9
yang membuat implementasi peraturan tersebut menjadi kurang maksimal dalam
pelaksaanaanya.
Berdasarkan uraian diatas maka, Peraturan Presiden No. 7 tahun 2021 tentang
Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme berbasis
Kekerasan yang Mengarah Pada Terorisme ini merupakan bentuk dari Hukum
sebagai alat yang digunakan oleh pemerintah untuk merekayasa masyarakat, hal ini
dikarenakan Peraturan Presiden tersebut diterbitkan demi merubah pandangan
masyarakat dan kebiasaan masyarakat, serta menimbulkan kesadaran masyarakat
akan bahaya dari Ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.
10
Akan tetapi terdapat beberapa hambatan-hambatan yang menimbulkan kurang
efektifnya hasil yang ditimbulkan dalam upaya rekayasa masyarakat tersebut antara
lain, Refocusing anggaran, RAN PE sendiri belum menjadi prioritas kegiatan
didalam kementerian/Lembaga yang terlibat, belum adanya kebijakan Internal, dan
belum Optimalnya Kordinasi antara Kementerian/Lembatga yang terlibat
B. SARAN
1. Kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Meningkatkan kapasitas
aparatur dan infrastruktur secara sistematis dan berkelanjutan, untuk
mendukung program-program pencegahan dan penanggulangan ekstremisme
berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme dengan cara melakukan
Workshop dan Pelatihan-pelatihan
2. Kepada Kementerian/Lembaga yang terkait dalam Pelaksanaan RAN PE,
Untuk dapat Meningkatkan kordinasi antar Lembaga, agar dapat
mengoptimalkan hasil dari implementasi tersebut, sehingga target capaiaan
yang diinginkan dalam RAN PE Tersebut dapat terwujud.
11
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UU Nomor 5 Tahun 2018 tanggal 21 Juni 2018, tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Menjadi Undang-Undang
Peraturan Presiden No.7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
Tahun 2020-2024
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme
Peraturan BNPT (Perban) Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Koordinasi,
Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Pelaksanaan RAN PE
Surat Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Nomor 256 tahun
2021 mengenai Kelompok Kerja RAN PE
Echols, John M dan Hasan sadili.1988. Kamus Bahasa Inggris, Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Universitas Bandar Lampung. 2020. Pedoman Penulisan Tesis Magister Hukum. Pasca
Sarjana Universitas Bandar Lampung, Bandar Lampung.