Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Koordinasi

Menurut Pearce II dan Robinson yang dimaksud dengan koordinasi adalah

integrasi dari kegiatan-kegiatan individual dan unit-unit ke dalam satu usaha

bersama yaitu bekerja ke arah tujuan bersama (Silalahi, 2013). Sedangkan

menurut Stoner (dalam Sugandha, 2011:212), koordinasi adalah proses penyatupaduan sasaran-sasaran
dan kegiatan-kegiatan dari unit-unit yang terpisah (bagian

atau bidang fungsional) dari sesuatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi

secara efisien.

tujuan

Koordinasi merupakan kerja sinergis antar pihak, sehingga ia bukanlah sebuah sistem individu. Oleh
karena itu, koordinasi bertujuan untuk membentuk ketergantungan atau kesinambungan antar pihak
demi memenuhi capaian fungsi, struktur, dan sumber daya dalam konteks organisasi.

prnsip

Menurut Sugandha (2011), beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam

menciptakan koordinasi antara lain adanya kesepakatan dan keastuan pengertian

mengenai sasaran yang harus dicapai sebagai arah kegiatan bersama, adanya

kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan oleh masing masing pihak,
termasuk target dan jadwalnya, setelah itu adanya kataatan atau

loyalitas dari setiap pihak terhadap bagian tugas masing-masing serta jadwal yang

telah diterapkan.

Jenis-Jenis Koordinasi

Menurut Sugandha (2011), beberapa jenis koordinasi sesuai dengan

lingkup dan arah jalurnya yaitu menurut lingkupnya, terdapat koordinasi intern,

yaitu koordinasi antar pejabat antar unit di dalam suatu organisasi dan koordinasi

ekstern, yaitu koordinasi antar pejabat dari berbagai organisasi atau antar

organisasi.
Menurut praktiknya, koordinasi terdiri dari beberapa jenis utama yang meliputi koordinasi internal dan
eksternal. Untuk koordinasi internal, dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Koordinasi vertikal

Secara umum, koordinasi internal merupakan koordinasi yang terjadi di dalam relasi suatu organisasi
seperti manajer, eksekutif, departemen, divisi, dan karyawan. Sedangkan, koordinasi vertikal berarti
bersifat dari atas ke bawah atau sebaliknya dengan mematuhi rambu hierarki dalam suatu organisasi
tersebut. Salah satu contoh koordinasi vertikal ini adalah keberadaan supervisors dalam tim penjualan.

2. Koordinasi horizontal

Berkebalikan dengan koordinasi vertikal, koordinasi horizontal bersifat sejajar berdasarkan kesamaan
status atau jabatan. Relasi yang terjadi adalah koordinasi setara seperti koordinasi antar kepala
departemen atau antara para eksekutif dalam suatu organisasi. Di beberapa komunitas tanpa struktur,
koordinasi horizontal juga dilakukan secara sejajar dan terbuka.

Selain koordinasi internal, terdapat pula koordinasi eksternal yang dilakukan suatu organisasi dengan
pihak luar. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun relasi dengan klien, atau perusahaan lain dengan
kepentingan tertentu. Koordinasi eksternal juga bisa dilakukan terkait kebijakan atau pejabat
pemerintah hingga institusi finansial, seperti konsultan pajak hingga konsultan hukum.
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………
1.1 Latar Belakang……………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….
2.1. Pengertian Pengarahan dan Pengkoordinasian…………..
2.2 Jenis Pengarahan dan koordinasi………………………
2.3 Prinsip Pengaran dan koordinasi………………………..
2.4 Tujuan pengarahan dan koordinasi……………………..
2.5 Manfaat Pengarahan dan koordinasi……………………….
BAB III PENUTUP…………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………...
3.2 Saran………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKAN

Anda mungkin juga menyukai