Anda di halaman 1dari 13

STRUKTUR ORGANISASI

Nama : Ismita Aprilia

Nim : S1A122145

Kelas : D

A. Latar Belakang
Sebuah struktur organisasi menjadi suatu alat strategik yang penting
dalam pencapaian visi misi organisasi, karena struktur organisasi dibuat
untuk mencapai sejumlah tujuan organisasi yaitu menunjang strategi
organisasi, mengorganisasikan sumber daya dengan cara paling efisien dan
efektif, mengadakan persiapan pembagian tugas dan pertanggungjawaban
yang efektif antara perorangan atau kelompok, memastikan koordinasi
kegiatan organisasi yang efektif dan menggambarkan proses pembuatan
keputusan, mengembangkan dan menggambarkan garis-garis komunikasi
ke atas, ke bawah, dan seluruh organisasi.

Alasan saya menulis makalah mengenai teori struktur organisasi


yaitu selain untuk memenuhi tugas akademik,juga memungkinkan saya
untuk mendalami pengetahuan tentang teori struktur organisasi.Di dalam
makalah tersebut banyak organisasi mengalami perubaham struktur yang
dimana struktur tersebut dapat membantu merencanakan,menerapkan,dan
mengevaluasi perubahan tersebut.
B. Tinjauan Teori
 Definisi dan sifat struktur organisasi
Struktur Organisasi didefinisikan sebagai sebuah proses yang
digunakan untuk menghubungkan tugas-tugas kepada orang-orang,
perusahaan lain, dan kelompok-kelompok yang berkepentingan lainnya
dalam rangka mencapai kinerja ekonomis dan tepat waktu. Pengertian
organisasi dapat ditinjau dari dua segi yaitu yang bersifat statis dan
bersifat dinamis (Soegeng D, 2004). Organisasi ditinjau dari segi yang
bersifat statis adalah sarana/alat untuk mencapai tujuan, atau dengan kata
lain organisasi ialah tempat/wadah/wahana kegiatan dari orang-orang yang
bekerjasama dalam usaha mencapai satu tujuan. Sedangkan Organisasi
ditinjau dari segi yang bersifat dinamis adalah organisasi yang dilihat dari
sudut dinamika, aktivitas/kegiatan dari tata hubungan kerja yang terjadi
dalam organisasi, baik bersifat formal maupun yang bersifat informal.
Hubungan yang bersifat formal di sini adalah hubungan tata kerja dan
segala tugas kewajiban dari organisasi, sedangkan hubungan informal di
sini adalah mengenai tingkah laku dan tindakan masing-masing dalam
hubungan pribadi.
Struktur organisasi mendefinisikan pekerjaan dan tanggung jawab,
aturan kerja dan hubungan serta jalur komunikasi (Mullins, 1993). Definisi
lain dari struktur organisasi adalah jaringan yang relatif stabil dari
hubungan antara personel dan tugas yang membentuk sebuah organisasi
(Wagner M dan Hollenbeck, 1995). Ringkasan dari berbagai definisi
tersebut adalah organisasi merupakan wadah yang dibentuk oleh
sekelompok orang (lebih dari satu) yang bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan atau sasaran bersama.
Sebuah organisasi merupakan kumpulan dari anggota-anggota
dimana memiliki fungsi dan pekerjaan masing-masing yang bekerja
menjadi satu dalam wadah organisasi tersebut untuk mencapai sebuah
tujuan bersama. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas
pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan
bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur
organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang dan alur
pertanggungjawaban yang jelas.
 Jenis jenis struktur organisasi secara umum
Secara umum ada beberapa jenis konsep pendekatan utama organisasi
yaitu (Barrie dan Paulson, 1992):
1. Organisasi Fungsional (Functional Organization)
Jenis organisasi ini banyak digunakan pada industri konstruksi dan
organisasi ini dibentuk berdasarkan pada keahlian dari masing-masing
personel serta fungsi-fungsi yang dibutuhkan dalam organisasi tersebut.
Pada umumnya tingkat spesialisasi dalam struktur organisasi ini umumnya
cukup tinggi. Kelebihan dari pendekatan ini adalah stabilitas yang tinggi,
standar profesional yang tinggi, mudah mengikuti teknologi terkini, dan
memiliki catatan yang kuat. Sedangkan kelemahan dari organisasi ini
adalah kemampuan adaptasi yang rendah, apresiasi yang minimum
terhadap keseluruhan tujuan proyek, dan kesulitan apabila adanya
perubahan pada proyek (Barrie dan Paulson, 1992).

Selain itu kebaikan dari sistem organisasi fungsional adalah


koordinasi pada masing-masing unit tidak terlalu sering dilakukan karena
koordinasi dilakukan oleh bagian yang memiliki tingkatan lebih tinggi.
Dan memiliki keburukan antara lain tidak adanya pertanggungjawaban
yang khusus mengenai penyelenggaraan proyek secara terpadu, kurangnya
penekanan pentingnya proyek karena manajer fungsional mengerjakan
yang terbaik untuk bidangnya. Koordinasi horizontal antar bidang
memerlukan waktu lama, lebih-lebih kepada pihak di luar perusahaan, dan
lambat dalam menangani masalah di luar rencana karena informasi perlu di
saring melewati beberapa jenjang lapisan fungsional.

Dalam pendekatan organisasi ini setiap individu mengetahui posisi


masing-masing dan mengerti tugas masing-masing secara jelas. Organisasi
fungsional ini akan bekerja dengan baik bila memiliki manajer
berpengalaman, anggota-anggota yang berorientasi dan dapat menghindari
adanya konflik internal dalam organisasi.

2. Organisasi Gugus Tugas (The Project Task Force)

Kekuatan dari organisasi gugus tugas ini adalah kepemimpinan


terletak pada satu tangan sehingga alur pertanggungjawaban cukup jelas
dan setiap bagian dalam struktur organisasi bertanggung jawab secara
langsung kepada pimpinan organisasi. Organisasi gugus tugas ini
menandakan hubungan personal yang dekat (Barrie dan Paulson, 1992).
Sedangkan kelemahan dari organisasi gugus tugas ini adalah adanya
ketergantungan terhadap pimpinan.

Selain itu struktur ini juga memiliki kebaikan antara lain pimpinan
proyek punya wewenang penuh dalam pengelolaan proyek dan hanya
memerlukan sedikit dukungan dari unit fungsional. Serta memiliki
keburukan antara lain pimpinan cenderung berperilaku/bertindak secara
otokratis karena seluruh kegiatan dilaksanakan oleh pimpinan.

Dalam organisasi gugus tugas ini memungkinkan adanya rangkap


jabatan dalam menjalankan organisasi tersebut. Penggunaan organisasi ini
akan maksimal bila semua anggota dapat ditempatkan pada area yang
sama untuk memelihara hubungan personal yang lebih dekat. Pada
umumnya jenis organisasi ini digunakan dalam sebuah organisasi yang
kecil dan lebih sederhana.

3. Line and Staff Organization

Struktur organisasi ini pada umumnya digunakan untuk organisasi


yang cukup besar. Dan pimpinan dibantu oleh staff ahli yang sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Garis pertanggungjawaban sering
digambarkan dengan garis lurus dalam bagan organisasi dan
pertanggungjawaban antar staff digambarkan dengan garis putus-putus.
Kelebihan dari organisasi ini adalah kombinasi kekuatan dari organisasi
fungsional dan keahlian dari tim yang berorientasi pada proyek, serta
pengambilan keputusan dapat diambil secara tepat dan cepat. Sedangkan
kelemahan dari struktur ini adalah terkadang adanya konflik antara
organisasi pelaksana dan staff fungsional (Barrie dan Paulson, 1992).

4. Organisasi Matriks (The Matrix Organization)

Struktur organisasi ini adalah persilangan/gabungan antara


organisasi gugus tugas (the task forces organization) dan organisasi
fungsional (functional organization), organisasi ini menampilkan kekuatan
dari masing-masing struktur organisasi tersebut.

Pada Organisasi ini terdapat dua arah alur pertanggungjawaban,


dimana tanggung jawab proyek (project responsibility) seperti scope,
biaya, dan jadwal merupakan tanggung jawab dari seorang manajer proyek
(project manager). Sedangkan tangung jawab fungsional (functional
responsibility) seperti jaminan kualitas, standar desain, dan kebijakan
internal perusahaan merupakan tanggung jawab dari seorang manajer
fungsional (functional manager). Sebuah konflik biasa terjadi antara
manajer proyek dan manajer fungsional pada organisasi ini.

Struktur Organisasi Pelaksana Proyek Konstruksi Penyusunan


sebuah organisasi pelaksana proyek dimulai dengan mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan fungsi dan kegiatan-kegiatan yang ada dalam sebuah
proyek, mengelompokkan kegiatan yang sejenis dalam suatu unit tertentu,
menyiapkan personalia yang akan menjalankan fungsi dan kegiatan
kegiatan tersebut sesuai dengan kelompok kegiatannya serta menyusun
mekanisme koordinasi dari masing-masing fungsi dan kegiatan tersebut.

Secara garis besar fungsi-fungsi yang ada dalam sebuah organisasi


pelaksana proyek konstruksi antara lain meliputi ( PT. Pembangunan
Perumahan, 2003) :
1. Fungsi Perencanaan Teknis dan Keuangan, dengan fungsi spesifik
meliputi kegiatan :
 Perencanaan rekayasa teknik (engineering), meliputi : pembuatam
jadwal pelaksanaan (master schedule), perencanaan sumber daya
(bahan, alat, dan subkontaktor), perencanaan metode pelaksanaan,
perencanaan mutu serta perencanaan K3 (Kesehatan Keselamatan
Kerja).
 Perencanaan administrasi dan keuangan, meliputi : pembuatan cash
flow, perencanaan termin atau penagihan, sistem akuntasi dan
perpajakan proyek serta pengelolahan SDM proyek.

2. Fungsi pelaksanaan atau operasional, yang meliputi kegiatan


pelaksanaan konstruksi di lapangan untuk mewujudkan bentuk fisik
bangunan sesuai dengan perencanaan teksnis dan keuangan.

3. Fungsi pengendalian, yang meliputi kegiatan membandingkan realisasi


operasional dengan perencanaan. Apabila terdapat deviasi terhadap
perencanaan maka dilakukan analisis penyebabnya dan diambil tindakan
solusinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Organisasi Pelaksana Proyek


Konstruksi Dalam bisnis jasa konstruksi, besar kecilnya organisasi proyek
sangat berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan proyek
itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk organisasi proyek,
antara lain :

 Faktor keuangan
 Faktor perencanaan
 Faktor penggunaan teknologi
 Faktor geografis
 Model Struktur Organisasi
Struktur organisasi menurut Dennis L. Dresang (2016) pada dasarnya
berasal dari tiga model organisasi yaitu:
 Model Birokasi
 Model Matriks
 Model Tim

Merancang Struktur Organisasi


Tidak ada satu aturan yang baku dan tepat dalam menentukan
struktur organisasi. Struktur organisasi sangat dinamis dan berubah sesuai
dengan tuntutan kebutuhan dan perubahan lingkungan, menetapkan
struktur adalah menetapkan berbagai perangkat untuk memudahkan dalam
melakukan kerja sama guna mencapai tujuan organisasi. Memilih struktur
organisasi adalah suatu pekerjaan yang sangat strategis karena struktur
mencerminkan bidang-bidang kegiatan dan pola pekerjaan yang akan
dilakukan oleh organisasi kedepan. Struktur yang tepat adalah struktur
yang dapat menterjemahkan rencana program organisasi dalam kegiatan
dan pencapaian tujuan. Struktur yang dipilih akan mempunyai efek yang
besar dan luas bagi organisasi dalam mengelola sumber daya maupun
mengantisipasi perubahan lingkungan yang dinamis.
Dalam menentukan struktur organisasi harus mampu menampung
berbagai hal sehingga perjalanan organisasi bisa baik dan kerja sama team
bisa bekerja sinergis. Struktur organisasi harus memenuhi persyaratan
utama yaitu :
1. Adanya pembagian kerja
Berorganisasi adalah melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Pembagian kerja penting agar tidak terjadi gesekan atau bentrok
sesama anggota organisasi. Fungsi pembagian kerja adalah untuk
memudahkan kegiatan pekerjaan sesuai bidangnya dan dapat dilakukan
evaluasi terkait tugas dan tanggung jawab pembagian kerja juga akan
mengurangi kerumitan karena ada pengelompokan pekerjaan. Selain itu
pembagian kerja juga akan dapat diukur siapa mengerjakan apa dan
bagaimana hasil yang dicapai. Dengan demikian penetapan struktur harus
dapat mencerminkan pembagian kerja yang jelas dalam organisasi.

2. Mampu mengkoordinasikan kegiatan


Struktur mencerminkan pembagian kerja yang sesuai dengan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Pembagian kerja yang dilakukan melalui
pengelompokan dan memisah-misahkan antara kegiatan yang satu dengan
yang lain adalah untuk mempermudah dalam mencapai tujuan dan sasaran
organisasi sehingga pembagian dan pengelompokan kegiatan harus saling
terkait dan berhubungan. Bagian-bagian dalam organisasi bekerja sesuai
dengan tugas dan kewenangan masing- masing tetapi tujuannya adalah
sama yaitu mencapai tujuan organisasi. Struktur harus dapat
mencerminkan koordinasi antar bagian-bagian dapat berjalan dengan baik.
Koordinasi dapat dilakukan dengan informal maupun formal komunikasi.

 Perspektif Struktur Organisasi


Negandhi (1975) menyatakan untuk membuat struktur organisasi
yang tepat, dimulai dari melihat karakteristik fenomena birokrasi,
dilakukan riset untuk mempelajari organisasi yang kompleks yang dapat
menjelaskan sebab-sebab adanya struktur khusus dan mencari
konsekwensi dari struktur-struktur khusus tersebut pada pola- pola
perilaku dan efektivitas dari sebuah organisasi. Sedangkan penekanan
yang harus dilakukan sekarang adalah untuk menetapkan alasan
empirismengapa terjadi perbedaan derajat variasi pada struktur hirarki
organisasi dan untuk menguji pengaruh pola struktur yang berbeda pada
perilaku dan efektivitas organisasi.
Chandler (1962) menyatakan bahwa struktur akan mengikuti
strategi, hal ini sama dengan yang dinyatakan oleh Christensen et.al
(1982). Menurut Chanler (1962), setelah merumuskan strategi perusahaan,
managemen harus membuat desain struktur organisasi sebagai suatu
prioritas utama hal ini karena perumusan strategi baru akan terjadi
resistensi dan berbagai masalah administrasi baru akan muncul yang tentu
saja berdampak pada kinerja organisasi, untuk mengatasi hal tersebut
supaya tidak berlarut-larut maka diperlukan suatu struktur organisasi yang
fit dengan strategi.
 Elemen-elemen Desain struktur Organisasi
Dalam konteks desain organisasi, Ivancevich (2008)
mendefinisikannya sebagai proses penentuan keputusan untuk memilih
alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan departemen.
Dengan demikian, keputusan atau tindakan-tindakan yang dipilih ini akan
menghasilkan suatu struktur organisasi.
elemen yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika akan
mendesain struktur organisasi. Unsur tersebut meliputi :
1. Spesialisasi pekerjaan

Menurut Stephen P. Robbins dan Timoth A. Judge dalam


buku Organizational Behaviour (2008), spesialisasi pekerjaan adalah
sejauh mana tugas atau kegiatan dalam organisasi dibagi ke dalam
beberapa pekerjaan tersendiri.

Elemen struktur organisasi ini menegaskan bahwa suatu pekerjaan


dapat dikerjakan lebih efektif, apabila karyawannya dibiarkan untuk
mengkhususkan diri dalam suatu pekerjaan.

2. Departementalisasi

Adalah dasar yang digunakan untuk mengelompokkan pekerjaan


secara bersama-sama. Departementalisasi dilakukan setelah sejumlah
pekerjaan dipecah lewat spesialisasi pekerjaan. Pada dasarnya,
departementalisasi berdasarkan fungsinya dapat digunakan di semua jenis
organisasi. Hanya saja fungsi tersebut bisa berubah sesuai tujuan serta
aktivitas organisasi. Contohnya departementalisasi di rumah sakit berbeda
dengan depertementalisasi perusahaan bisnis.

3. Rantai komando

Dikutip dari buku Perilaku Organisasi sebagai Suatu Konsep dan


Analisis (2021) karya Arip Rahman Sudrajat, rantai komando adalah
elemen struktur organisasi yang menunjukkan kepada siapa pelaporan
tugas harus dilakukan.

Rantai komando atau rantai perintah tiap organisasi berbeda.


Namun, intinya rantai komando merupakan garis wewenang tanpa putus
dari puncak organisasi ke eselon paling bawah.

4. Rentang kendali
Merupakan seberapa banyak karyawan atau bawahan yang bisa
diarahkan secara efektif dan efisien oleh manajer. Rentang kendali sangat
penting. Karena menentukan jumlah tingkatan dan manajer yang perlu
dimiliki sebuah organisasi. Jika rentangannya makin lebar atau besar,
berarti kian efisien pula organisasi tersebut.
5. Sentralisasi dan desentralisasi
Adalah elemen yang menentukan proses pengambilan keputusan di
tingkat pusat atau di berbagai tingkat oleh karyawan. Baca juga: Mengapa
Struktur Organisasi Sangat Diperlukan dalam Organisasi? Sederhananya,
sentralisasi merupakan kewenangan secara terpusat. Berarti proses
pengambilan keputusan berada di pusat. Sedangkan desentralisasi
merupakan pendelegasian wewenang dari manajemen puncak terhadap
bawahannya.
6. Formalisasi
Formalisasi mengacu pada sejauh mana pekerjaan dalam organisasi
dilakukan. Apabila pekerjaannya sangat formal, pemangku pekerjaan akan
memiliki kebebasan yang sedikit sekali untuk memilih apa yang harus
dikerjakan, kapan dan bagaimana harus dikerjakan. Elemen struktur
organisasi ini menegaskan bahwa organisasi dengan formalisasi tinggi
berarti punya deskripsi tugas yang jelas serta beragam prosedur yang
tegas. Sedangkan organisasi dengan formalisasi rendah, artinya perilaku
pekerjaannya tidak terprogram, dan karyawannya punya banyak kebebasan
untuk menjalankan diskresi dalam pekerjaannya.
 Peran struktur organisasi dalam pengambilan keputusan
Model organık dalam Struktur organisasi merupakan Struktur yang
datar, menggunakan tim hirarkis silang dan fungsional memunnyai
formalisasi rendah, memiliki suatu stoplesingan informasi yang
menyeluruh dan mengandalkan pengambilsebuah keputusan partisipatif.
Faktor- Faktor yang menentukan desain struktural adalah strategi, ukuran,
teknologi dan lingkungan.
Strategis Pengambilan Keputusan, yang merupakan proses
pengambilan keputusan sstrategi di suatu perusahaan Sebagai usaha agar-
agar perusahaan sesuai dan mampu beradaptasi dengan lingkungan
eksternal. Proses ini akan memiliki dampak yang sangat luas dan
mendasar terhadap aspek dan fungsi dari organisası, dan Mempengaruhi
arah pengembangan organisası, dan mempengaruhi arah pengembangan
organisasi Saya, administrasi, dan Struktur perusahaan. Sehingga tidaklah
mengherankan kalau inti dari prosesstrategi manajemen perusahaan adalah
proses pengambilan keputusan strategi.
Prespektif yang mempengaruhi pembentukan model pengambilan
keputusan strategis, yaitu teori pemengambil keputusan. Karena memang,
kebanyakan penelitian tentang proses pengambilan keputusan strategis
merupakan aplikasi teori pengambilan keputusan pada permasalahan
strategis perusahaan, Dan pembahasan berikutnya Tmelibatkan perspektif
yang berkembang dalam penelitian tentang proses pengambilan keputusan
strategi.
Teori pengambilan keputusan

Ada 4 (empat) paradigma dalamteori pengambilan keputusan, yaitu

1. Model Rasional
Perspektif ini seringkali digunakan dalam proses pengambilan keputusan
karena dua hal:
 Asumsi bahwa aktor pengambil keputusan adalah rasional
 bahwa setiapaktivitasyang akan diambil harus beralasan logis.
Tahapan proses pengambilan keputusan dalam perspektifini mengikuti
tahapan seperti: (1) merumuskan masalah, (2) menemukan semua
alternatif pemecahan masalah secara logistik, (3) berlaku Setiap
alternatif pemecahan berdasarkantujuan yang ingin mencapainya, dan
(4) pemilihan solusi yang paling optimal. Ternyata kognitif dari aktor
pengambil keputusan adalah terbatas dan karena batasan
proseskognitifini, biasanya aktor pengambil keputusan menggunakan
'heuristis' yalama memproses informasi yang

model rasional

(2)model organisasional, (3) modelpolitik dan poya, dan (4) model tempat
sampah. Teori pengambilan keputusantelah diperkaya dengankonsep-
konsepdi luarilmu manajemenmurni, disiplin ilmu lainseperti
psikologimembawa konsepnyake dalamteori pengambilankeputusan
misalnya konsep tentang Kognitif dan biaskognitif. Selainitu juga saya
akupolitik juga mengeong Arnai perkembangan dariteori pengambilan
keputusan, dimana model pengambilank keputusan dari kacamata politik
berkembang di zaman 1950-an, di mana pada saat Sayakamu sastratentang
politik khususnya sistem pengambilan keputusan pemerintah di legislatif
masuk ke dalam sistem pengambilan keputusan diperusahaan.
Danjugateoriekonomitelah memberikan sumbangan sangat signifikan
terhadap perkembangan model rasionalitas dalam pengambilan keputusan

Anda mungkin juga menyukai