Anda di halaman 1dari 27

Manajemen

Konstruksi

Jurusan Teknik Sipil


Politeknik Negeri Bandung
2020

ORGANISASI
TATAKERJA PROYEK

1
CAPAIAN PEMBELAJARAN

 Mahasiswa mampu memilih organisasi tatakerja


proyek yang akan dibuat/digunakan di dalam
proyek konstruksi

KEMAMPUAN AKHIR YANG


DIHARAPKAN

 Mahasiswa dapat mendefinisikan organisasi


tatakerja proyek.
 Mahasiswa dapat mengelompokkan organisasi
tatakerja proyek.
 Mahasiswa dapat menyusun organisasi tatakerja
proyek.
 Mahasiswa dapat menyebutkan sistem hubungan
antar berbagai pihak di industri konstruksi
 Mahasiswa dapat menggambarkan secara
diagramatis hubungan antar berbagai pihak
penyelenggara konstruksi dalam sistem konstruksi

2
PROSES PENGORGANISASIAN(1)

 Setiap kegiatan perlu diorganisasikan :


 Harus dipilah menjadi sasaran-sasaran,

 Disusun tugas-tugas untuk mencapai tiap sasaran

 Dialokasikan sumber daya untuk menjalankan tugas-


tugas yang telah disusun, lengkap dengan hak dan
wewenang yang menjadi atributnya.
 Tugas dapat dilaksanakan oleh setiap unsur organisasi
yang telah diberi wewenang untuk menjalankan setiap
tugas, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara
efektif dan efisien.

PROSES PENGORGANISASIAN(2)

 Proses ini disebut “pengorganisasian”, meliputi:


 Perincian pekerjaan,

 Pembagian pekerjaan dan

 Koordinasi pekerjaan yang terjadi dalam suatu lingkup


dan struktur tertentu.

3
PIHAK UTAMA DI INDUSTRI KONSTRUKSI

 Pada dasarnya, industri konstruksi melibatkan tiga


pihak utama, yaitu :
1. Pemilik (pemberi tugas, owner),
2. Konsultan perencana (penyedia jasa perencanaan,
arsitek, perancang atau designer), dan
3. Kontraktor (penyedia jasa pelaksanaan konstruksi,
pembangun, general contractor).

KONTRAK SECARA TRADISIONAL

 Secara tradisional, ada dua jenis kontrak yang


melibatkan ketiga pihak-pihak ini dalam kegiatan
utama di proyek konstruksi, yaitu :
1. Kontrak antara pemilik dan konsultan perencana
yang terkait dengan pekerjaan perencanaan/desain
serta administrasi pekerjaan konstruksi.
2. Kontrak antara pemilik dan kontraktor, yang terkait
dengan pekerjaan konstruksi atau pembangunan.
Hubungan dengan pihak ketiga juga terjadi diantara
pemilik dan konsultan perencana atau pemilik dan
kontraktor tergantung pada kedua jenis kontrak ini.

4
DEFINISI STRUKTUR ORGANISASI(1)

 Bentuk atau struktur organisasi merupakan susunan


yang terdiri dari fungsi-fungsi dari hubungan-
hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan
untuk mencapai sasaran proyek konstruksi.
 Secara fisik bentuk organisasi dapat dinyatakan dalam
bentuk gambaran grafik (bagan) :
 Memperlihatkan hubungan unit-unit organisasi dari garis-garis
wewenang yang ada.
 Memperlihatkan karakteristik utama organisasi yang bersangkutan
gambaran pekerjaan dan hubungan-hubungan yang ada dalam
organisasi,
 Dapat merumuskan rencana kerja yang ideal sebagai pedoman
untuk dapat mengetahui bawahan atau atasan yang bertanggung
jawab terhadap tiap pekerjaan.

DEFINISI STRUKTUR ORGANISASI(2)

 Umumnya bagan berbentuk piramida, dan


memperlihatkan tingkatan-tingkatan yang ada
dalam organisasi.
 Pendelegasian wewenang digambarkan dengan
garis lurus, sedangkan koordinasi pekerjaan
digambarkan dengan garis putus-putus.

5
PERTIMBANGAN DLM MEMILIH
BENTUK ORGANISASI

Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk


organisasi dalam suatu proyek konstruksi. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
 Jenis proyek, misalnya: konstruksi rekayasa berat, konstruksi
industri, konstruksi bangunan gedung, konstruksi bangunan
pemukiman, dan lain-lain.
 Keadaan anggaran belanja (derajat ketepatan yang diijinkan
dan kecepatan pengembalian investasi)
 Keadaan dan kemampuan pemberi tugas (pemilik proyek)
yang berkaitan dengan teknis (knowledgeable/unknowledgeable
owner) dan administrasi (overloaded owner).
 Sifat proyek: tunggal, berulang sama, jangka panjang, dan lain-
lain.
 Faktor-faktor lain, misalnya peraturan dan sebagainya.

MAKSUD DIBENTUKNYA
STRUKTUR ORGANISASI

Agar proses pencapaian tujuan berjalan dengan baik,


dibutuhkan struktur organisasi yang umumnya
dimaksudkan untuk menunjukkan hal-hal berikut:
 Jenis-jenis kegiatan utama organisasi
 Pembagian kegiatan menjadi kelompok atau sub
sistem
 Ada hirarki, wewenang, dan tanggung jawab bagi
kelompok dan pimpinan
 Pengaturan kerjasama, jalur pelaporan, dan
komunikasi, baik vertikal maupun horizontal.

6
PENGELOMPOKKAN STRUKTUR ORGANISASI

Soekanto Reksohadiprodjo dalam bukunya Manajemen


Proyek, membagi struktur organisasi menjadi lima kelompok,
yaitu:
 Struktur organisasi fungsional,
 Struktur organisasi proyek,
 Struktur organisasi matriks,
 Struktur organisasi usaha (ventura) dan
 Struktur organisasi tim kerja (task force).
(Soekanto, 1983).

Selain kelima struktur organisasi ini, Wikipedia memberikan


struktur organisasi yang saat ini sedang berkembang, yaitu
Sistem Jaringan (network).

1. Struktur Organisasi Fungsional

 Merupakan organisasi yang mengelompokkan bagian-bagian


organisasi menjadi unit-unit berdasarkan fungsinya.
 Unit-unit ini mempunyai tugas untuk mengerjakan pekerjaan
sejenis, dan umumnya dinamakan bidang atau departemen.
 Bagian organisasi di bawah bidang, dapat dikelompokkan lagi
kedalam sub unit-sub unit yang lebih kecil untuk menangani
fungsi-fungsi di bawahnya, dan seterusnya sesuai keperluan.
 Struktur organisasi fungsional banyak dijumpai dan berhasil
baik di perusahaan atau lembaga yang melaksanakan kegiatan
operasional rutin dan relatif stabil (tidak sering menghadapi
perubahan).

7
 Umumnya bersifat piramidal, dengan otoritas, hirarki, arus
informasi dan pelaporan vertikal.
 Prinsip komando tunggal, yaitu masing-masing personil
hanya memiliki satu atasan.
 Setiap personil mempunyai wewenang dan tanggung jawab
yang jelas sesuai dengan fungsinya.
 Hubungan horizontal diatur dengan prosedur kerja, kebijakan
(policy), dan petunjuk pelaksanaan.

Gbr.1. Struktur Organisasi Fungsional yang tugas-tugas proyeknya


dirangkap oleh fungsionaris organisasi fungsional.
(Suharto, 1995)

8
2. Struktur Organisasi Proyek

 Pada struktur organisasi fungsional, bila seseorang diberi tugas


untuk mengelola proyek, seringkali mengabaikan tugasnya dalam
mengelola proyek, bila ada benturan kepentingan atau terpaksa
memilih, antara kepentingan proyek atau tugas-tugas rutinnya.
 Hal ini terjadi karena orang tersebut sudah terlanjur setia pada
bagian organisasi asal tempatnya bekerja. Oleh karena itu sebaiknya
proyek tersebut tidak memanfaatkan semua orang dari bagian
organisasi asalnya, tetapi juga memanfaatkan orang-orang yang
mampu pada bagian lain, sehingga pengalaman dan pengetahuan
dapat dinikmati bersama.
 Pengelola proyek dari suatu bagian meminta agar orang–orang
fungsional yang bekerja pada proyek benar–benar pindah untuk
bekerja sepenuhnya dibawah kekuasaannya.
 Organisasi ini disebut sebagai Organisasi Proyek

Organisasi
Proyek berstatus
mandiri, terpisah
dan sejajar
dengan divisi
atau departemen
lain dalam
perusahaan.

Gbr. 2. Struktur Organisasi Proyek.


(Suharto, 1995)

9
 Pada organisasi proyek:
 Pimpinan Proyek berfungsi sebagai manajer lini yang
lain dan mempunyai wewenang penuh atas pengelolaan
proyek.
 Tenaga pelaksana dipindahkan ke dalam organisasi
proyek, dan khusus melaksanakan pekerjaan proyek
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dalam
organisasi tersebut.

3. Struktur Organisasi Matriks

 Pada struktur organisasi proyek, semakin banyak


proyek mengakibatkan semakin banyak pula
duplikasi fungsi. Selain itu para karyawan akan ragu
di mana dia akan ditempatkan bila pelaksanaan
proyek sudah selesai.
 Sebaliknya manajer bagian mungkin akan khawatir
bila personilnya ditarik ke proyek-proyek.
Pemanfaatan personil-personil yang fungsional akan
menjadi tidak efektif dan efisien.
 Oleh karena itu diciptakanlah apa yang disebut
struktur Organisasi Matriks. (Aswin, 2004)

10
 Organisasi matriks biasanya diciptakan berdasarkan
kebaikan-kebaikan organisasi fungsional dan
organisasi proyek.
 Para ahli/staf dihimpun berdasarkan fungsinya
untuk mengerjakan proyek tertentu.
 Dalam hal ini dibentuk bagian manajemen proyek
secara tersendiri.
 Masing-masing unsur organisasi matriks, secara
administratif tetap di bawah departemen fungsional
organisasi perusahaannya. Tetapi juga terikat pada
pimpro dalam menangani proyek.

Gbr. 3. Struktur Organisasi Matriks. (Soekanto, 1983)

11
4. Struktur Organisasi Usaha

 Jenis organisasi ini biasanya dipakai pada perusahaan-


perusahaan besar dimana sering muncul proyek
penelitian dan pengembangan produk.
 Biasanya dapat berkembang menjadi struktur organisasi
fungsional yang memungkinkan kegiatan dapat
ditangani secara mandiri dengan sumber daya manusia
dan dana tersendiri.
 Dalam organisasi ini, kerjasama antara teknisi, peneliti
dan para ahli pemasaran perlu terhubung dalam suatu
kesatuan struktur yang menyatu dengan tujuan agar
pekerjaan yang ada dapat terselesaikan dengan lebih
baik dibandingkan tanpa adanya pembagian kerja.

 Umumnya, pegawai dikelompokkan dalam suatu


unit, divisi, bagian ataupun departemen dengan
tugas pekerjan yang berkaitan.
 Pengelompokan bisa berdasarkan fungsi,
produk/pasar, matriks, atau gabungan diantara
ketiganya.

12
Gbr. 4. Contoh Struktur Organisasi Usaha.
(www.xa.yimg.com/kq/groups/23222107/.../name/PMSM+ORGANISASI.pdf)

5. Struktur Organisasi Tim Kerja

 Seringkali terjadi dalam perusahaan, timbul permasalahan,


yang membutuhkan tindakan atau pemecahan secara
kelompok.
 Untuk memudahkan pengambilan keputusan, pembentukan
kelompok (tim) dapat sangat bermanfaat untuk
berkoordinasi, mendapatkan dukungan sumber daya manusia
profesional yang berpengalaman, dan memperlancar
pertukaran informasi.
 Penanganan secara kelompok (tim) tidak diperlukan apabila
seseorang atau satu komponen organisasi dapat menangani
masalah tersebut secara mandiri dan memberikan hasil yang
memuaskan.

13
 Bentuk organisasi yang tepat untuk kondisi-kondisi semacam
ini adalah organisasi tim kerja, yang dapat digunakan
untuk menanggulangi proyek-proyek yang bukan merupakan
kegiatan rutin, belum terencana dan bersifat ad hoc
(sementara).
 Anggota organisasi umumnya merupakan personil-personil
senior dan tidak dibebaskan dari pekerjaan rutinnya. Namun
dengan bekal pengalaman yang ada, mereka mampu
menanggulangi persoalan yang timbul secara mendadak.
 Umumnya tim kerja terdiri atas beberapa orang anggota
organisasi pusat maupun daerah yang mempunyai keahlian
dibidangnya atau menguasai tahap-tahap proses pelaksanaan
kerja yang ditugaskan oleh organisasi kepada tim kerja tsb.

 Anggota tim kerja sebaiknya adalah personil yang tugas


rutinnya sesuai dengan lingkup tugas tim kerja.
 Tim Kerja berperan untuk menganalisa permasalahan,
memberi masukan tentang permasalahan yang berkembang
dalam bidangnya, memberi rekomendasi mengenai tindakan
logis yang harus dilaksanakan (action), dan menjadi
penghubung yang efisien antara tim kerja dengan pimpinan.
 Penyusunan dan manajemen tim adalah tanggung jawab
utama pemimpin perusahaan.

14
Gbr. 5. Contoh Organisasi Tim Kerja.
(Departemen Dalam Negeri & Lembaga Administrasi Negara, 2007)

6. Struktur Organisasi Jaringan (Network)

 Struktur organisasi modern yang saat ini berkembang pesat


adalah jaringan (network).
 Struktur organisasi ini muncul karena perusahaan
berkembang pesat dengan berbagai cabang yang beroperasi
global dengan berbagai resikonya, mengakibatkan
perusahaan besar menjadi sulit untuk menjalankan
usahanya dengan efisien (too clumsy to proact (such as),
act and react efficiently).
 Organisasi-organisasi baru di bawah jaringan dapat bekerja
sama dalam bentuk kontrak fungsi-fungsi usaha, sehingga
fungsi tersebut dapat ditangani dengan lebih baik atau
lebih murah.

15
 Pada dasarnya, manajer-manajer dalam struktur organisasi
jaringan ini memanfaatkan waktunya untuk melakukan
koordinasi dan pengendalian eksternal, dengan
menggunakan perangkat-perangkat elektronik dan sistem
informasi.
 Kesempatan-kesempatan manajemen potensial dapat
diperoleh dari jaringan kompleks yang menguntungkan,
termasuk pengembangan desain produk, inovasi dalam
mengatasi permasalahan yang terkait dengan pasar dan
promosi, serta keuntungan-keuntungan lainnya.

SISTEM HUBUNGAN ANTAR


PIHAK-PIHAK YANG TELIBAT
DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI

16
SISTEM HUBUNGAN DI INDUSTRI KONSTRUKSI

Sistem hubungan antar pihak-pihak yang terlibat


dalam industri konstruksi dan koordinasi berbagai
pihak tersebut, dapat berupa :
1. Kontraktor utama tunggal,
2. Kontraktor utama terpisah, atau
3. Desain dan bangun

1. Kontraktor Utama Tunggal

 Kontraktor utama yang sudah melakukan kontrak


dengan pemilik proyek, melakukan hubungan koordinasi
dan hubungan kontrak dengan hierarki organisasi di
bawahnya seperti berbagai subkontraktor spesialis
dan pemasok material.
 Pada sistem ini, hanya kontraktor utama yang
bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan
proyek kepada pemilik.
 Kontrak jenis ini cukup populer karena hal-hal berikut :
 harga kontrak bersaing karena adanya kompetisi/lelang penawaran,
 kontraknya fleksibel dengan klausul saling menguntungkan.

17
2. Kontraktor Utama Terpisah

 Proyek yang mempunyai skala pembangunan fisik


sangat besar membutuhkan banyak kontraktor
utama, masing-masing melakukan hubungan kontrak
dan hubungan koordinasi dengan hierarki organisasi di
bawahnya, seperti berbagai subkontraktor spesialis
dan pemasok material, selain hubungan kontrak
dengan pemilik proyek.
 Pada sistem ini masing-masing kontraktor utama
bertanggung jawab terhadap masing-masing
pekerjaannya kepada pemilik proyek, sehingga
kontraktor-kontraktor utama hanya melakukan
hubungan koordinasi yang berkaitan dengan
pekerjaannya tanpa terikat kontrak.

 Sistem kontrak jenis ini dilakukan bila volume


pekerjaan yang cukup banyak dan besar dibagi atas
beberapa paket pekerjaan yang dikerjakan oleh
masing-masing kontraktor utama yang berlainan
dengan keuntungan sebagai berikut :
 Kontraknya fleksibel dengan klausul yang saling
menguntungkan;
 Masing-masing kontraktor utama dipilih berdasarkan
kompetisi penawaran terendah;
 Durasi proyek yang objektif.

18
3. Desain dan Bangun

 Tim konsep-proyek dalam sistem ini adalah pemilik


dengan satu perusahaan yang terdiri atas :
perencana dan kontraktor.
 Perusahaan tersebut menyediakan dana,
merencanakan serta melaksanakan
pembangunan konstruksi.
 Setelah proyek berakhir, bangunan dialihkan
kepada pemilik proyek dengan sistem turn key.

SISTEM HUBUNGAN
MENURUT BARRIE & PAULSON (1984)

 Barrie dan Paulson (1984) membagi sistem


hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dalam
industri konstruksi atas empat kelompok, yaitu :
1. Sistem Tradisional,
2. Sistem Swakelola,
3. Sistem Serah Terima Jadi, dan
4. Sistem Manajemen Konstruksi Profesional .

19
1. Sistem Tradisional/Classical

 Dalam sistem ini pihak pemberi tugas (pemilik,


owner) mempekerjakan konsultan perencana
(penyedia jasa perencanaan/arsitektur/ designer)
untuk membuat rencana dan spesifikasi proyek.
 Konsultan perencana juga diberi tugas untuk
melakukan inspeksi sampai tingkat tertentu, yaitu:
 memonitor informasi dan
 mengawasi perkembangan pelaksanaan konstruksi.
 Pembangunan konstruksi merupakan
tanggungjawab kontraktor utama tunggal kepada
pemilik melalui kontrak/perjanjian.

 Sebagian pekerjaan dapat dikerjakan subkontraktor


di bawah perjanjian subkontrak dengan kontraktor
utama.
 Pada umumnya, subkontraktor mengajukan
penawaran untuk sebagian pekerjaan saja dari
rencana pemilik, namun hubungan kontak
formalnya adalah dengan kontraktor utama.
 Kontraktor utama bertanggung jawab kepada
pemilik mengenai semua pekerjaan, termasuk juga
pekerjaan-pekerjaan yang disubkontrakkan.

20
Gbr. 6. Sistem Tradisional. (Barrie & Poulson, 1984)

2. Sistem Swakelola
(Pemilik-Pembangun, Owner Builder)

 Banyak pemerintah dan lembaga negara, terutama pada


bagian/dinas pekerjaan umum, badan pemerintah pusat,
dan perusahaan-perusahaan swasta yang melaksanakan
pekerjaan dengan kemampuan sendiri, baik dalam
membuat desain maupun melaksanakan konstruksi.
 Beberapa lembaga lain, seperti dinas-dinas yang terkait
dengan pelestarian lingkungan hidup, bangunan dan
infrastruktur publik serta pelayanan umum (general
services administration) walaupun telah memanfaatkan
jasa-jasa konsultan untuk semua atau sebagian dari
desainnya dan jasa kontraktor untuk konstruksinya,
tetapi tetap mempertahankan pertanggungjawaban
manajemen dan desain keseluruhan oleh lembaga itu
sendiri.

21
Gbr. 7. Struktur organisasi swakelola.
(Barrie & Poulson, 1984)

3. Sistem Serah Terima Jadi


(Putar kunci, Turnkey, Design and Build)

 Dalam sistem ini, semua pekerjaan pengelolaan proyek :


 perencanaan,
 perancangan,
 pelaksanaan dan penyelesaian proyek, serta
 operasi dan pemeliharaan
dikerjakan oleh satu perusahaan.
 Pemilik proyek menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dan
gagasan-gagasannya (basic desain), kemudian memilih
satu penyedia jasa yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan pembangunan kontruksi dalam satu kontrak
sekaligus.
 Selama pelaksanan pekerjaan, pemilik proyek akan
memeriksa apakah perencanaan dan konstruksi telah
memenuhi kriteria yang telah disyaratkan.

22
Sistem ini dapat dibagi dua, yaitu :
1. Sistem Desain – Konstruksi (Design – Construct)
 Penyedia jasa adalah kontraktor insinyur
(kontraktor perancang-pembangun) yang
membawahi anak buah yang melaksanakan
pekerjaan perencanaan juga bertindak sebagai
kontraktor utama.
 Hubungan antara kontraktor insinyur (perancang-
pembangun) dengan pemilik dalam mengelola
proyek, umumnya berupa kontrak khusus yang
dinegosiasikan diantara keduanya.

Gbr. 8. Sistem Desain – Konstruksi (Design Construct).


(Barrie & Poulson, 1984)

23
2. Sistem Desain – Kelola (Design – Manage).
 Pelaksanaan konstruksi dikerjakan oleh sejumlah
kontraktor bebas menurut tata cara manajemen
konstruksi profesional.
 Pihak penyedia jasa, yaitu insinyur manajemen
konstruksi tidak berperan sebagai pembangun, tetapi
sebagai pengelola anak buahnya untuk melaksanakan
pekerjaan desain dan pelaksanaan konstruksi
sekaligus.
 Untuk pelaksanaan, insinyur manajemen konstruksi
mengangkat manajer konstruksi untuk
mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan kontraktor-
kontraktor bebas yang terlibat.

Gbr. 9. Sistem Desain – Kelola (Design Manage).


(Barrie & Poulson, 1984)

24
 Dengan menggunakan sistem serah terima jadi,
pelaksanaan konstruksi dapat dilaksanakan dengan
segera melalui program konstruksi bertahap yang
bertujuan mempersingkat waktu pelaksanaan
proyek.
 Cara untuk menyelesaikan proyek seperti ini telah
dipakai pada sebagian besar dari proyek-proyek
industri berat yang berorientasi pada proses.

4. Sistem Manajemen Konstruksi Profesional

 Dalam sistem ini, tim kerja terdiri dari tiga


kelompok utama yaitu :
 Pemilik, perancang, dan manajer konstruksi.
 Manajer konstruksi umumnya bertindak sebagai wakil
pemilik.
 Sistem manajemen konstruksi profesional dapat
dibagi dua :
1. Pihak yang berperan sebagai manajer konstruksi adalah
kontraktor utama.
2. Pihak yang berperan sebagai manajer konstruksi adalah
konsultan manajemen konstruksi.

25
Gbr. 10. Sistem Manajemen konstruksi profesional dimana
kontraktor utama bertindak sebagai manajer konstruksi.
(Barrie & Poulson, 1984)

Gbr. 11. Sistem Manajemen konstruksi profesional dimana konsultan


manajemen konstruksi bertindak sebagai manajer konstruksi.
(Barrie & Poulson, 1984)

26
 Dalam sistem ini, manajer konstruksi bertanggung jawab
pada pemilik, dan bertindak berdasarkan kepentingan
pemilik pada tiap tahap proyek.
 Manajer konstruksi memberi nasihat untuk hal-hal berikut:
 Penggunaan dana seoptimal mungkin
 Mengendalikan ruang lingkup kerja
 Penjadwalan proyek
 Pemanfaatan sumber daya untuk perancangan dan konstruksi
secara optimal
 Mencegah timbulnya hambatan, perubahan dan
penyimpangan
 Mencapai sasaran kualitas perancangan dan konstruksi
 Menciptakan kelenturan kontrak dan pengadaan
 Manajemen aliran dana

Terima Kasih

27

Anda mungkin juga menyukai