Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan yang berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan, tidak dapat dipisahkan sebagai sumber
kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Rusaknya hutan dapat memutus rantai kehidupan dan
sewaktu-waktu akan mendatangkan bencana serta kerugian. Kerusakan hutan dengan seluruh
komponen biofisiknya pun secara tidak langsung telah berkontribusi dalam peningkatan pemanasan
global. Salah satu isu lingkungan yang menjadi perhatian banyak pihak selama empat dekade terakhir
adalah deforestasi. Dampak negatif dari deforestasi mengundang sejumlah masalah lainnya, termasuk
perubahan iklim. Ancaman yang menakutkan memaksa manusia untuk berpikir menahan laju
deforestasi dan degradasi hutan serta pemanasan global .

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Degradasi atau Deforestasi hutan


2. Apa saja faktor penyebab Degradasi hutan atau Deforestasi hutan
3. Permasalahan apa saja yang timbul akibat Degradasi atau Deforestasi hutan
4. Bagaimana Langkah atau cara mencegah Degradasi atau Deforestasi hutan

1.3 Tujuan

1. Memahami dan mengetahui pengertian Degradasi atau Deforestasi hutan


2. Mengetahui penyebab dan dampak apa saja dari Degradasi hutan atau Deforestasi hutan
3. Menyadari penting nya menjaga dan melestarikan lingkungan hutan
4. Untuk mengetahui Langkah yang harus dilakukan guna mencegah terjadinya Degradasi atau
Deforestasi hutan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Degradasi hutan atau Deforestasi hutan
Degradasi Hutan

1
Degradasi hutan merupakan menurunnya kualitas dari fungsi hutan itu sendiri. Jika terjadi
dalam kurun waktu yang lama, bukan tidak mungkin hutan akan hilang dan musnah di masa depan.
Pengertian lain dari degradasi hutan yakni kondisi hutan yang mengalami penurunan tingkat
keanekaragaman flora dan fauna sebagai akibat dari penebangan liar terhadap pohon-pohon secara
terus menerus ataupun kondisi cuaca yang tidak menentu. Degradasi hutan menjadi masalah serius
bagi sebuah negara. Apabila tidak ditangani segera maka populasi organisme yang berada di dalam
hutan akan hilang bahkan punah. Ketika degradasi hutan terjadi, hutan masih tetap ada hanya saja
tidak berfungsi dengan baik. Misal hutan sebagai penyuplai oksigen sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan oksigen keseluruhan bagi manusia serta makhluk hidup lainnya.

Definisi degradasi agak


bersifat subjective (Lamb,
1994), memiliki arti yang
berbeda
tergantung pada suatu
kelompok masyarakat.
Rimbawan memiliki persepsi
yang bervariasi
terhadap arti degradasi. Sebagian
mengatakan bahwa hutan yang
terdegradasi adalah hutan yang
telah mengalami kerusakan
sampai pada suatu point/titik

2
dimana penebangan kayu maupun
non
kayu pada periode yang akan
datang menjadi tertunda atau
terhambat semuanya.
Sedangkan
sebagian lainnya
mendefinisikan hutan yang
terdegradasi sebagai suatu
keadaan dimana fungsi
ekologis, ekonomis dan sosial
hutan tidak terpenuhi.
Sedangkan menurut Oldeman
(1992)
mengatakan bahwa degradasi
adalah suatu proses dimana
terjadi penurunan kapasitas baik
saat ini
3
maupun masa mendatang dalam
memberikan hasil (product).
Penebangan hutan yang
semena-mena merupakan
degradasi lahan. Selain itu
tidak
terkendali dan tidak terencananya
penebangan hutan secara baik
merupakan bahaya ekologis yang
paling besar. Kerusakan lahan
atau tanah akan berpengaruh
terhadap habitat semua makhluk
hidup
yang ada di dalamnya dan
kerusakan habitat sangat
berpengaruh terhadap
kelangsungan makhluk
hidup yang disangganya.
4
Hutan hujan tropis Indonesia
merupakan salah satu hutan yang
paling terancam di muka
bumi. Menurut Butler (2007),
antara tahun 1990 – 2005, negara
ini telah kehilangan lebih dari 28
juta hektar hutan, termasuk 21,7
persen hutan perawan. Penurunan
hutan-hutan primer yang kaya
secara biologi ini adalah yang
kedua di bawah Brazil. Jumlah
hutan-hutan di Indonesia makin
menurun dan banyak dihancurkan
karena aktivitas manusia. Data
pada tahun 1960-an, sebanyak
82% luas negara Indonesia
ditutupi oleh hutan hujan, turun

5
menjadi 68% di tahun 1982, 53%
di
tahun 1995, dan 49% pada saat
ini. Umumnya, hutan tersebut
bisa dikategorikan sebagai hutan
yang
telah terdegradasi.
Definisi degradasi agak
bersifat subjective (Lamb,
1994), memiliki arti yang
berbeda
tergantung pada suatu
kelompok masyarakat.
Rimbawan memiliki persepsi
yang bervariasi
terhadap arti degradasi. Sebagian
mengatakan bahwa hutan yang
terdegradasi adalah hutan yang
6
telah mengalami kerusakan
sampai pada suatu point/titik
dimana penebangan kayu maupun
non
kayu pada periode yang akan
datang menjadi tertunda atau
terhambat semuanya.
Sedangkan
sebagian lainnya
mendefinisikan hutan yang
terdegradasi sebagai suatu
keadaan dimana fungsi
ekologis, ekonomis dan sosial
hutan tidak terpenuhi.
Sedangkan menurut Oldeman
(1992)
mengatakan bahwa degradasi
adalah suatu proses dimana
7
terjadi penurunan kapasitas baik
saat ini
maupun masa mendatang dalam
memberikan hasil (product).
Penebangan hutan yang
semena-mena merupakan
degradasi lahan. Selain itu
tidak
terkendali dan tidak terencananya
penebangan hutan secara baik
merupakan bahaya ekologis yang
paling besar. Kerusakan lahan
atau tanah akan berpengaruh
terhadap habitat semua makhluk
hidup
yang ada di dalamnya dan
kerusakan habitat sangat

8
berpengaruh terhadap
kelangsungan makhluk
hidup yang disangganya.
Hutan hujan tropis Indonesia
merupakan salah satu hutan yang
paling terancam di muka
bumi. Menurut Butler (2007),
antara tahun 1990 – 2005, negara
ini telah kehilangan lebih dari 28
juta hektar hutan, termasuk 21,7
persen hutan perawan. Penurunan
hutan-hutan primer yang kaya
secara biologi ini adalah yang
kedua di bawah Brazil. Jumlah
hutan-hutan di Indonesia makin
menurun dan banyak dihancurkan
karena aktivitas manusia. Data
pada tahun 1960-an, sebanyak
9
82% luas negara Indonesia
ditutupi oleh hutan hujan, turun
menjadi 68% di tahun 1982, 53%
di
tahun 1995, dan 49% pada saat
ini. Umumnya, hutan tersebut
bisa dikategorikan sebagai hutan
yang
telah terdegradasi.
Definisi degradasi agak
bersifat subjective (Lamb,
1994), memiliki arti yang
berbeda
tergantung pada suatu
kelompok masyarakat.
Rimbawan memiliki persepsi
yang bervariasi

10
terhadap arti degradasi. Sebagian
mengatakan bahwa hutan yang
terdegradasi adalah hutan yang
telah mengalami kerusakan
sampai pada suatu point/titik
dimana penebangan kayu maupun
non
kayu pada periode yang akan
datang menjadi tertunda atau
terhambat semuanya.
Sedangkan
sebagian lainnya
mendefinisikan hutan yang
terdegradasi sebagai suatu
keadaan dimana fungsi
ekologis, ekonomis dan sosial
hutan tidak terpenuhi.

11
Sedangkan menurut Oldeman
(1992)
mengatakan bahwa degradasi
adalah suatu proses dimana
terjadi penurunan kapasitas baik
saat ini
maupun masa mendatang dalam
memberikan hasil (product).
Penebangan hutan yang
semena-mena merupakan
degradasi lahan. Selain itu
tidak
terkendali dan tidak terencananya
penebangan hutan secara baik
merupakan bahaya ekologis yang
paling besar. Kerusakan lahan
atau tanah akan berpengaruh

12
terhadap habitat semua makhluk
hidup
yang ada di dalamnya dan
kerusakan habitat sangat
berpengaruh terhadap
kelangsungan makhluk
hidup yang disangganya.
Hutan hujan tropis Indonesia
merupakan salah satu hutan yang
paling terancam di muka
bumi. Menurut Butler (2007),
antara tahun 1990 – 2005, negara
ini telah kehilangan lebih dari 28
juta hektar hutan, termasuk 21,7
persen hutan perawan. Penurunan
hutan-hutan primer yang kaya

13
secara biologi ini adalah yang
kedua di bawah Brazil. Jumlah
hutan-hutan di Indonesia makin
menurun dan banyak dihancurkan
karena aktivitas manusia. Data
pada tahun 1960-an, sebanyak
82% luas negara Indonesia
ditutupi oleh hutan hujan, turun
menjadi 68% di tahun 1982, 53%
di
tahun 1995, dan 49% pada saat
ini. Umumnya, hutan tersebut
bisa dikategorikan sebagai hutan
yang
telah terdegradasi.
Definisi degradasi agak
bersifat subjective (Lamb,

14
1994), memiliki arti yang
berbeda
tergantung pada suatu
kelompok masyarakat.
Rimbawan memiliki persepsi
yang bervariasi
terhadap arti degradasi. Sebagian
mengatakan bahwa hutan yang
terdegradasi adalah hutan yang
telah mengalami kerusakan
sampai pada suatu point/titik
dimana penebangan kayu maupun
non
kayu pada periode yang akan
datang menjadi tertunda atau
terhambat semuanya.
Sedangkan

15
sebagian lainnya
mendefinisikan hutan yang
terdegradasi sebagai suatu
keadaan dimana fungsi
ekologis, ekonomis dan sosial
hutan tidak terpenuhi.
Sedangkan menurut Oldeman
(1992)
mengatakan bahwa degradasi
adalah suatu proses dimana
terjadi penurunan kapasitas baik
saat ini
maupun masa mendatang dalam
memberikan hasil (product).
Penebangan hutan yang
semena-mena merupakan
degradasi lahan. Selain itu
tidak
16
terkendali dan tidak terencananya
penebangan hutan secara baik
merupakan bahaya ekologis yang
paling besar. Kerusakan lahan
atau tanah akan berpengaruh
terhadap habitat semua makhluk
hidup
yang ada di dalamnya dan
kerusakan habitat sangat
berpengaruh terhadap
kelangsungan makhluk
hidup yang disangganya.
Hutan hujan tropis Indonesia
merupakan salah satu hutan yang
paling terancam di muka
bumi. Menurut Butler (2007),
antara tahun 1990 – 2005, negara
ini telah kehilangan lebih dari 28
17
juta hektar hutan, termasuk 21,7
persen hutan perawan. Penurunan
hutan-hutan primer yang kaya
secara biologi ini adalah yang
kedua di bawah Brazil. Jumlah
hutan-hutan di Indonesia makin
menurun dan banyak dihancurkan
karena aktivitas manusia. Data
pada tahun 1960-an, sebanyak
82% luas negara Indonesia
ditutupi oleh hutan hujan, turun
menjadi 68% di tahun 1982, 53%
di
tahun 1995, dan 49% pada saat
ini. Umumnya, hutan tersebut
bisa dikategorikan sebagai hutan
yang
telah terdegradasi.
18
Berbeda dengan deforestasi hutan, pada degradasi hutan pengurangan bukanlan terjadi pada
luasan tetapi pada kualitas hutan sehingga fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan tersebut
berkurang. Salah satu penyebab terjadinya degradasi hutan yaitu pemanenan hutan secara tidak lestari
atau tidak menerapkan Reduce Impact Logging (RIL). Pemanenan yang salah dapat menyebabkan
tingginya tingkat kerusakan pada tegakan tinggal baik vegetasi pohon di tingkat semai, pancang dan
tiang.
Hutan merupakan suatu ekosistem yang memiliki mekanisme siklus hara tertutup. Hal ini
dapat diartikan bahwa pada hutan, terjadi suatu siklus hara dimana tanaman pohon menyerap unsur
hara dari tanah di areal hutan dan kemudian unsur hara tersebut dikembalikan ke tanah dalam bentuk
daun, batang maupun bagian lain dari pohon. Ketika pemanenan hutan dilaksanakan dengan tidak
menerapkan sistem penebangan RIL maka mekanisme siklus hara ini akan terganggu yang
selanjutnya akan mengurangi kemampuan hutan untuk kembali pada kondisi semula. Walaupun hutan
dikatakan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui namun ketika terjadi kerusakan yang
cukup besar maka waktu yang dibutuhkan untuk dapat kembali ke kondisi semula menjadi sangat
lama.

Deforestasi Hutan

Hutan merupakan ekosistem kompleks yang mempunyai pengaruh terhadap hampir setiap spesies
yang ada di bumi. Hilangnya tutupan hutan akan menyebabkan bencana skala lokal maupun dunia.
Hilangnya tutupan hutan sering disebut dengan istilah deforestasi. Pengertian deforestasi masih
menjadi perbincangan karena hal ini akan dijadikan sebagai perhitungan dalam mencatat data luasan
hutan. Dalam perspektif ilmu kehutanan, deforestasi dimaknai sebagai situasi hilangnya tutupan hutan
beserta atributnya yang berimplikasi pada hilangnya struktur dan fungsi hutan itu sendiri.

Pemaknaan ini diperkuat oleh definisi deforestasi yang dituangkan dalam Peraturan Menteri
Kehutanan Republik Indonesia No. P.30/Menhut II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari
Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) yang dengan tegas menyebutkan bahwa deforestasi adalah
perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh
kegiatan manusia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), deforestasi diartikan sebagai penebangan
hutan. Deforestasi terjadi ketika areal hutan ditebang habis dan diganti dengan bentuk penggunaan
lahan lainnya. Istilah lain deforestasi adalah penggundulan hutan yang biasanya dilakukan untuk
mengubah fungsi lahan menjadi fungsi lain, seperti pertanian, peternakan, atau permukiman.
Deforestasi sendiri akan mengurangi tutupan tajuk hingga batas ambang minimum yaitu 10% dalam
waktu jangka panjang atau pendek.

2.2 Faktor penyebab Degradasi hutan

1. Perubahan Iklim

Adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim dapat menjadi penyebab timbulnya degradasi
hutan. Misal musim kemarau yang panjang dapat mengeringkan sumber mata air, sehingga banyak
tumbuhan tidak dapat bertahan hidup dan hewan-hewan melakukan migrasi ke tempat yang lebih baik
untuk dapat bertahan hidup.

2. Hama dan Penyakit

19
Seperti dalam pertanian, petani banyak yang kehilangan bibit tumbuhan maupun ketidakmampuan
hewan ternaknya menghasilkan sebuah produksi, seperti sapi yang menghasilkan susu, yang
diakibatkan oleh adanya hama dan penyakit yang menyerang hewan maupun tumbuhan. Kerusakan
yang paling umum terjadi yang mengakibatkan penurunan kualitas aspek-aspek spesifik hutan seperti
hubungan keanekaragaman hayati dan rantai makanan adalah dikarenakan kematian spesies tanaman
dan hewan tertentu.

Hutan tidak selamanya dalam kondisi sehat, ada kalanya hutan-hutan mengalami sakit terutama pada
tumbuhan atau pohon tertentu yang berada di dalam hutan. Penyakit yang menyerang sebuah pohon
ada kemungkinan dapat menyerang pohon lain di dekatnya.

Jika dibiarkan bukan tidak mungkin penyakit tersebut tersebar hingga membuat sebuah hutan rusak
hingga akhirnya hilang dari daratan.

3. Polusi Udara dan Tanah

Polusi udara adalah faktor penyebab terjadinya degradasi hutan. Polusi udara yang
diakibatkan oleh adanya gas berbahaya di atmosfer dan hujan asam yang dapat merusak flora dan
fauna yang terdapat dalam hutan tersebut. Hujan asam akan merusak daun dari pohon yang nantinya
akan mengurangi fungsi daun sebagai tempat berfotosintesis dan mengubah keasaman sistem air yang
terdapat di hutan. Salah satu efek yang paling berbahaya dari polusi tanah adalah menghilangkan
hutan bersama dengan semua ekosistem yang terdapat di dalam hutan tersebut. Pembuangan berbagai
macam bahan-bahan kimia secara sembarangan dapat mengganggu rantai makanan hewan yang
dikarenakan bahan kimia tersebut mencemari tanaman dan air yang dikonsumsi oleh hewan.

4. Perbuatan Manusia

Perbuatan manusia yang dapat menyebabkan degradasi hutan adalah penebangan liar,
pertambangan, pemanenan kayu bakar secara besar-besaran, konversi kawasan hutan secara permanen
yang digunakan untuk pemukiman, pertanian, perkebunan, dan untuk memenuhi kebutuhan
lainnya. Tata kelola hutan yang kurang baik juga merupakan salah satu penyebab terjadinya degradasi
hutan Bila hutan tidak terkelola dengan baik maka hutan tidak dapat memberikan hasil yang
maksimal.

2.3 Faktor Penyebab Deforestasi Hutan

Deforestasi terjadi karena desakan konversi lahan. Konversi lahan hutan bertujuan untuk
penyediaan lahan pemukiman, infrastruktur, atau bahkan lahan industri.

Selain itu, deforestasi juga bisa disebabkan oleh kepentingan pembukaan wilayah hutan untuk
perkebunan, pertanian, peternakan, hingga pertambangan tanpa melakukan upaya reboisasi atau
penanaman kembali

Berdasarkan catatan WWF atau World Wildlife Fund, faktor utama yang menyebabkan terjadinya
deforestasi, antara lain:

1. Konversi Pertanian

20
Populasi manusia yang terus bertambah mempengaruhi peningkatan kebutuhan dan pasokan
bahan pangan. Untuk memenuhi hal tersebut, banyak wilayah hutan yang dirubah fungsinya menjadi
lahan perkebunan. Selain itu, permintaan terhadap biofuel sebagai salah satu jenis energi alternatif
juga memaksa adanya perluasan wilayah perkebunan kepala sawit secara besar-besaran.

2. Kebakaran Hutan

Setiap tahun, jutaan hektar kawasan hutan lenyap akibat terjadinya kebakaran hutan. Hal ini
membuat deforestasi menjadi semakin parah dibandingkan deforestasi yang disebabkan oleh kegiatan
konversi pertanian dan lainnya. Kerugian akibat kebakaran hutan juga berpotensi menghilangkan
plasma nutfah. Selain itu, kebakaran hutan akan menimbulkan ancaman kesehatan bagi manusia,
risiko kehilangan materi, bahkan merenggut nyawa.

3. Illegal Loging

Sekitar 50% pemanenan kayu di hutan-hutan alam termasuk kegiatan Illegal Logging.


Pemerintahan di berbagai negara telah mencoba mengawasi praktik pelanggaran ini, mulai dari
kegiatan pemanenan hingga perdagangannya. Namun untuk saat ini, Illegal Logging belum bisa
diberantas secara efektif. Banyak hutan hujan tropis di wilayah Brazil, Indonesia, Kongo dan Rusia
masih menjadi ajang penebangan liar

4. Penggunaan Kayu Bakar

Sebagian penduduk dunia masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar sehari-hari. Hal ini
menjadi salah satu penyebab terjadinya deforestasi. Bahkan, setengah dari Illegal Logging didorong
oleh permintaan kayu bakar

5. Program Transmigrasi

Kawasan permukiman melalui program transmigrasi terus bertambah dan berkembang denagn
memanfaatkan area hutan. Jika tidak dikelola melalui kebijakan yang baik, akan terjadi perubahan
tutupan lahan hutan menjadi tutupan lahan non hutan, khususnya pada kawasan hutan yang dekat
dengan kawasan permukiman transmigrasi.

6. Pertambangan dan Pemanfaatan SDA

Pemanfaatan sumber daya alam melalui industri pertambangan dan pengeboran minyak akan
meninggalkan area bekas pertambangan di kawasan hutan yang kondisi tanahnya berlubang-lubang.
Jika tidak dilakukan penutupan, maka kawasan tersebut akan memberikan dampak buruk bagi kualitas
serta merubah fungsi lahan lingkungan sekitarnya.

2.4 Permasalahan yang timbul akibat terjadinya Degradasi dan Deforestasi hutan

Akibatnya, Degradasi dan Deforestasi hutan itu menjadi fokus perhatian utama pemerintah
sepanjang waktu. Kebakaran, perambahan, konversi lahan untuk berbagai keperluan adalah pemicu
utama deforestasi dan degradasi lahan.

Hilangnya Keanekaragaman Hayati

Hutan memiliki lebih dari 80% Keanekaragaman hayati Oleh sebab itu, hutan disebut sebagai
gudang dari keanekaragaman hayati. Apabila hutan hilang, maka kita juga akan kehilangan
keanekaragaman tersebut.

21
Erosi

Tanah yang tidak tertutup oleh vegetasi hutan  akan lebih mudah mengalami pengikisan.
Akibatnya, Tingkat kesuburan tanah akan berkurang dan dapat menyebabkan bencana banjir hingga
tanah longsor.

Siklus Air Terganggu

Hutan yang hilang akan mengakibatkan berkurangnya penguapan air tanah oleh pohon.
Kondisi ini berakibat pada iklim dan cuaca yang berubah menjadi lebih kering, karena curah hujan
akan berkurang.

Hilangnya Mata Pencaharian Masyarakat

Jutaan orang di dunia menggantungkan hidupnya pada hutan. Hutan bermanfaat untuk
kegiatan bertani, perikanan, berburu dan lain-lain. Apabila hutan hilang, maka akan hilang pula mata
pencaharian mereka.

2.5 Langkah Mencegah Terjadinya Degradasi atau Deforestasi

1. Melakukan Reboisasi

Reboisasi adalah salah satu alternatif untuk melestarikan hutan. Reboisasi itu sendiri adalah
menanam kembali hutan-hutan yang sudah rusak yang merupakan cara mencegah hutan gundul, yang
di kira tidak layak lagi untuk di tempati dan digunakan oleh makhluk hidup, sehingga hutan akan tetap
terjaga keberadaannya dan tetap bisa di gunakan oleh manusia dalamruang publik kehidupan. Dengan
adanya reboisasi tersebut, hutan akan semakin tetap hidup. Selain itu, dengan adnaya reboisasi, hutan
akan kembali menghijau dan terus menghijau dan akan menjadi lestari dan bersih.

2. Menerapkan system tebang pilih

Seperti yang sudah di jelaskan, bahwasanya salah satu manfaat hutan bagi manusia adalah sumber
ekonomi yakni dari pohon-pohon hutan tersebut. namun, meskipun begitu, banyak manusia yang
sembarangan menebang demi faktor ekonomi mereka, sehingga tidak adanya sistem tebang pilih.
Dengan adanya sistem tebang pilih ini, akan dapat mengurangi dampak penebangan hutan secara
liar dan dalam jumlah besar-besaran. Selain itu system ini juga berguna untuk masyarakat agar tidak
sembarang dalam melakukan penebangan hutan.

3. Menerapkan system tebang tanam

Sistem ini sangatlah berguna bagi pelestarian hutan yang harus dijalankan. Sistem penebangan
hutan yang kemudian diganti dengan menanam hutan yang telah ditebang agar hutan tetap terjaga
keberadaannya. Seperti halnya sebuah tanggungjawab di mana setelah dilakukannya penebangan
hutan, di tanamnya lagi pohon-pohon agar ada ganti dari proses penebangan tersebut. dengan
menanam kembali pula atas apa yang sudah di tebang, maka hutan akan tidak menjadi gundul dan
hutan akan tetap terjaga kelestariannya dan akan terhindar dari penyebab pemanasan global.

4. Melakukan Penebangan secara konservatif

Melakukan Penebangan secara konservatif adalah penebangan dengan cara menebang pohon yang
sudah tidak berproduktif lagi di hutan tersebut, sehingga tidak terjadinya kesalahan penebangan di
mana ada pohon yang masih muda atau pohon yang masih bias berproduktif dan di gunakan di potong
secara sembarangan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia itu sendiri. Menebang pohon

22
yang suda tidak berproduktif lagi juga akan memberikan lahan untuk menanam kembali pohon-pohon
dalam proses penghijauan serta dapat melestarikan hutan tersebut.

5. Memberikan sanksi bagi penebang yang melakukan penebangan sembarangan

Memberikan sanksi di sini dengan maksud agar penebang yang melakukan penebangan secara
sembarangan jera terhadap apa yang sudah dilakukannya. Selain masyarakat yang harus menjaga
kelestarian hutan, pemerintah juga harus ikut terlibat dalam pelestarian hutan. Pemerintah harus ikut
turun tangan dalam pelestarian hutan. Sebaiknya, pemerintah juga memberikan sanksi yang berat bagi
para pelakunya, yang bisa membuat mereka jera dan tidak melakukan kesalahan mereka lagi.

6. Tidak membuang sampah sembarangan

Contoh kecil dan nyata yang seringkali manusia lakukan adalah dengan tanpa atau dengan sengaja
membuang sampah sembaranagn di hutan. Bahkan putung rokok pun di buang sembarangan. Hal ini
sangat rawan sekali terjadinya bencana yang tidak dinginkan. Seperti kebakaran hutan yang seringkali
di alami oleh negara Indonesia saat ini. Dengan adanya kebakaran hutan, akan sangat berdampak
pada fungsi lingkungan hidup bagi manusia itu sendiri seperti halnya kabut asap yang dapat
menggangu aktivitas sehari hari.

7. Melindungi Habitat yang ada di hutan

Keberadaan mahkluk hidup di hutan sangatlah di pentingkan dan perlu juga untuk dilindungi. Hal
ini di perlukan karena keberadaan mahluk hidup ini perlu di jaga agar tidak mengalami kepunahan
yang di sebabkan kebakaran hutan maupun penebangan hutan secara sembarangan yang telah banyak
di lakukan oleh manusia demi kepentingan pribadi mereka. Kepedulian harus di terapkan oleh
manusia saat ini, karena sudah banyak flora dan dauna di dunia ini yang semakin punah dan terganggu
lingkungan dan keberadaanya akibat dari ulah manusia sehingga kita haru memiliki cara melestarikan
flora dan fauna.

8. Pemulihan Lahan Terdegradasi

Pembukaan hutan primer dan lahan gambut untuk keperluan pertanian adalah salah satu penyebab
hilangnya hutan di Indonesia. Hasil analisis yang dilakukan oleh WRI (World Resources
Institut). menemukan, bahwa terdapat peluang besar untuk memindahkan pengembangan agrobisnis
ke beberapa lahan yang telah terdegradasi yang telah terbuka dan memiliki keanekaragaman hayati
serta cadangan karbondioksida yang rendah.

Konsep ini cukup menarik perhatian. Namun, pertanyaan demi pertanyaan tetap saja muncul
mengenai bagaimana cara mengidentifikasi lahan yang telah terdegradasi, bahkan ada pula tantangan
dan peluang dalam pengembangan lahan tersebut.

Hasil yang diperoleh dari riset tersebut, yakni terdapat potensi 14 juta hektar lahan
terdegradasi di Kalimantan yang cocok untuk pengembangan usaha kelapa sawit. Ini menjadi
kesempatan luar biasa untuk memenuhi target produksi komoditas sekaligus sesuai dengan
komitmen Consumer Goods Forum dalam mengatasi deforestasi.

WRI dan mitra kerjanya telah bekerja keras untuk mengidentifikasi lahan terdegradasi yang
cocok digunakan untuk produksi kelapa sawit. Identifikasi tersebut dilakukan dengan menggunakan
beberapa kriteria seperti biofisika, ekonomi, hukum dan sosial.

Pada tahun 2010, Susilo Bambang Yudhoyono selaku Presiden RI telah menyatakan
komitmen untuk memanfaatkan lahan yang telah terdegradasi untuk pengembangan komoditas kelapa
sawit.

9. Pengawasan Hutan

23
Para produsen pengguna hasil hutan juga memiliki komitmen dalam mengatasi deforestasi dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi terbaru dan turut dalam mengawasi hutan melalui teknologi
satelit.

Teknologi satelit ini dapat meningkatkan transparansi pada rantai pasokan perusahaan, melalui
program Forest Cover Analyzer, Eyes On The Forest dan Global Forest Watch 2.0 

Teknologi ini memungkinkan setiap orang dapat melihat kapan dan dimana perubahan wilayah
hutan melalui internet. Pemerintah di Indonesia juga berinisiatif melakukan pengawasan hutan di
berbagai badan-badan pemerintahan.

10. Sertifikasi Hukum dan Sukarela

Selain itu, usaha lain untuk mencapai tingkat deforestasi 0% adalah memanfaatkan berbagai
mekanisme sertifikasi dan persyaratan hukum. Berbagai standar, meliputi kriteria dan prinsip-prinsip
yang disusun secara seksama sebagai pedoman dalam pengolahan dan produksi komoditas, antara lain
melarang pembakaran hutan dan deforestasi di hutan primer dan lahan gambut.

Dengan mematuhi persyaratan dan peraturan yang ada, diharapkan seluruh produk yang berasal
dari hutan dibuat secara bertanggungjawab.

Dari sisi produksi komoditas juga terdapat beberapa standar seperti sertifikasi RSPO yang
dilakukan secara sukarela yang diwajibkan secara hukum. Untuk kertas dan pulp, Sistem Verifikasi
legalitas Kayu di Indonesia menjadi sistem verifikasi hukum kayu nasional. Namun dalam taraf
internasional, standar sertifikasi secara sukarela dan menjadi pedoman ialah legalitas dari Forest
Stewardship Council dan Programme For The Endorsement Of Forest Certification.

11. Pembentukan REDD

REDD atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation adalah sebuah


pendekatan kepada konservasi lahan hutan. Metode ini menggunakan skema keuangan dalam upaya
melakukan konservasi hutan sehingga memberikan keuntungan dibandingkan penebangan hutan
melalui pembayaran.

Tujuan dari REDD adanya penghitungan terhadap nilai karbon yang tersimpan di hutan. Upaya
yang dilakukan meliputi penawaran kepada negara berkembang agar mengurangi emisi dalam rangka
investasi program rendah karbon. Harapannya, negara-negara maju dapat bekerjasama untuk
membayar negara berkembang agar melakukan pengurangan angka kehilangan hutan, pembakaran
lahan gambut dan degradasi hutan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari Paper tugas Mata kuliah PIK (Pengantar Ilmu Kehutanan)

24
 Degradasi atau Deforestasi itu definisi nya sama namun sifat kedua pengertian hutan tersebut
bersifat kualitatif ,keduanya juga mengacu pada pegrusakan hutan jadi bisa di simpulkan
bahwa Deforestasi dan degradasi adalah masalah yang saling terkait antara satu dengan
lainnya. Hal ini menjadi sangat penting bahwa akar masalah diantara keduanya harus segera
dipotong. Namun beberapa tindakan deforestasi memang tidak meninggalkan banyak
kerusakan dan tanda di Bumi.
 Aktivitas manusia yang merusak antara lain yaitu penebangan kayu , penambangan di wilayah
hutan , agrikultur, kontruksi jalan raya perkampungan dan peternakan.
 Dampak perubahan lingkungan hutan dapat berakibat pada degradasi sehingga terjadinya
penurunan suplai air, makanan,terjadinya erosi,pemadatan tanah dan pencucian hara
kerusakan vegetasi dan emisi rumah kaca.
 Langkah mencegah terjadinya degradasi atau deforestasi yaitu dengan cara melakukan
penanaman ulang tanaman, reboisasi , dan banyak hal lainnya.

3.2 saran

Saran mengenai Degradasi atau Deforestasi Hutan yakni :

 Proses mencegah serta pemulihan harus dilakukan dengan Langkah kecil secara sistematis
maupun strategis.
 Melakukan Pengawasan hutan lindung/Kawasan konservasi
 Melakukan penghijauan dengan berbagai organisasi atau pun masyarakat
 Mengurangi penggunaan produk hewani atau mengurangi produk yang berasal dari hutan

Daftar Pustaka

A.Aji Prakoso Deforestasi - Pengertian, Penyebab, Akibat & Cara Mencegah Penebangan
Hutan (rimbakita.com)

Mahmuddin.2009 Degradasi hutan Tropis di Indonesia


http://mahmuddin.wordpress.com/2009/09/09/degradasi-hutan-hujan-tropis-di-indonesia/

Degradasi Hutan: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya - IlmuGeografi.com

Deforestasi: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Pencegahan (foresteract.com)

25
Sofian Hadi P. DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ~ Sofian Hadi P.

Degradasi hutan - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

26

Anda mungkin juga menyukai