Daya hidup planlet karet asal in vitro microcutting pada berbagai periode
penutupan sungkup plastik dan komposisi media tumbuh
Survival rate of in vitro microcutting-derived rubber plantlets on various plastic
cover closed periods and medium compositions
*) Penulis korespondensi:osumaryono@yahoo.com
25
Daya hidup planlet karet asal in vitro microcutting pada berbagai periode ……….(Sumaryono et al.)
batang bawah adalah adanya keragaman batang bawah media tumbuh terhadap daya hidup planlet karet hasil
dan kekurang-mampuan kombinasi batang atas dan in vitro microcutting selama aklimatisasi ke kondisi
batang bawah menampilkan potensi produksi dan ex vitro di lingkungan luar.
karakter unggul lain secara maksimal karena per-
bedaan tingkat juvenilitas (Abbas & Ginting, 1981). Bahan dan Metode
Perbanyakan batang bawah tanaman karet secara
klonal melalui teknologi in vitro microcutting telah Sumber planlet dan prosedur aklimatisasi
berhasil dilakukan (Carron et al., 2000; Carron et al.,
2003). Bibit karet yang dihasilkan melalui teknik ini Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki perakaran yang kuat dan kokoh. Pengamatan adalah beberapa genotipe planlet karet hasil per-
di lapang pada pertanaman muda menunjukkan per- banyakan in vitro microcutting dari Laboratorium
tumbuhan yang seragam dan memiliki bentuk konikal Biokimia dan Biologi Molekuler, Balai Penelitian
pada batang bagian bawah (Carron et al., 2000; Carron Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Planlet
et al., 2003). Teknologi in vitro microcutting karet ini telah mengalami proses conditioning dan induksi akar
kemudian berhasil diaplikasikan dan diadaptasi pada in vitro selama satu minggu, sehingga siap untuk
lingkungan tropik di Indonesia, walaupun dijumpai aklimatisasi (Gambar 2a). Tinggi rata-rata planlet karet
beberapa masalah yaitu tingginya kontaminasi saat yang digunakan dalam penelitian ini 13 mm. Planlet
kultur awal (Nurhaimi-Haris et al., 2009), rendahnya dicuci hingga bersih dari agar dan direndam dalam
laju multiplikasi (Nurhaimi-Haris et al., 2008), dan Dithane 0,2% selama satu menit untuk mencegah
rendahnya daya hidup planlet saat aklimatisasi kontaminasi saat proses aklimatisasi. Pemotongan
(Sumaryono et al., 2008). ujung daun dilakukan untuk mencegah terjadinya
Periode aklimatisasi bahan tanaman (planlet) dari transpirasi berlebihan dan sebagai penanda muncul-
lingkungan in vitro dalam tabung kultur di labora- nya daun baru. Pencatatan data dilakukan untuk
torium ke kondisi ex vitro di lingkungan luar merupa- mengetahui kondisi awal planlet antara lain: kelas akar
kan salah satu periode paling kritis dalam kultur in (kelas 0 = tanpa akar; 1 =panjang akar <0,5 cm; 2=
vitro berbagai tanaman (Hazarika, 2003). Planlet panjang akar 0,5-1,4 cm; 3=panjang akar>1,4 cm),
tumbuh dalam wadah tertutup yang aseptik dengan jumlah akar, dan tinggi planlet. Planlet ditanam dalam
kelembaban udara tinggi, intensitas cahaya rendah, pot plastik transparan berukuran diameter 7 cm dan
suhu konstan, dan kadar CO2 rendah (Hazarika, 2003). tinggi 10 cm berisi campuran media (Gambar 2b).
Di sisi lain, lingkungan ex vitro tidak aseptik, Planlet kemudian dimasukkan ke dalam sungkup
kelembaban udara rendah, intensitas cahaya tinggi, plastik transparan yang kemudian ditutup rapat. Suhu
serta suhu tinggi dan fluktuatif. Sebagian bibit asal di dalam sungkup plastik berkisar antara 23 sampai
kultur jaringan menjadi layu dan tidak bertahan hidup 32°C dan kelembaban nisbi lebih dari 70%. Pada
karena laju transpirasi lebih besar dibandingkan siang hari yang terik, dilakukan penyemprotan air
dengan laju penyerapan air oleh akar. Pemindahan menggunakan water sprinkler untuk menurunkan suhu
planlet dari kultur in vitro ke ex vitro memerlukan dan menjaga kelembaban udara.
tahap adaptasi agar planlet tetap hidup dan
berkembang (Pospisilova et al., 2007). Pengaruh lama penutupan sungkup dan komposisi
Pengurangan cekaman dan manipulasi kondisi media
aklimatisasi perlu dilakukan sehingga tercipta kondisi Penanaman planlet dilakukan pada tiga campuran
optimum untuk ketahanan hidup dan pertumbuhan media yaitu media satu terdiri dari tanah + cocopeat +
planlet. Fase awal aklimatisasi dilakukan dalam pupuk kandang + pasir (6:2:1:1 v/v), media dua berupa
sungkup tertutup rapat sehingga kelembaban nisbi tanah + cocopeat + pupuk kandang + zeolit (6:2:1:1),
udara mendekati jenuh (RH hampir 100%). Dengan dan media tiga berupa campuran tanah + cocopeat +
menanam planlet karet asal microcutting pada media pupuk kandang + zeolit (4:2:1:1). Pot berisi planlet
campuran dan diletakkan di dalam sungkup plastik diletakkan dalam sungkup plastik rangka bambu
diperoleh daya hidup sekitar 60% pada umur 1,5 bulan (1,5 m x 1 m x 1 m), dengan perlakuan lama penyung-
(Sumaryono et al., 2008). Persentase hidup planlet ini kupan 2, 3, 4, dan 6 minggu. Pembukaan sungkup
masih dianggap terlalu rendah sehingga beberapa dilakukan secara bertahap. Total planlet yang
modifikasi kondisi lingkungan dan komposisi media digunakan dalam penelitian ini sebanyak 216 planlet
dilakukan untuk meningkatkan daya hidup planlet dari tiga kali ulangan waktu dengan masing-masing
karet asal in vitro microcutting. perlakuan terdiri dari rata-rata enam planlet. Sebanyak
Tujuan penelitian ini adalah menentukan 75% planlet telah berakar dan tiap planlet rata-rata
pengaruh periode penutupan sungkup dan komposisi me-miliki dua akar dengan panjang 0,5-1,4 cm.
26
Menara Perkebunan 2012 80(1), 25-31
Pengaruh penggunaan cocopeat, pasir dan zeolit menjadi 17-25%. Hasil ini memperlihatkan bahwa
dalam media penyungkupan planlet karet dalam sungkup plastik
tertutup memerlukan periode yang cukup lama sampai
Penelitian kedua ini menentukan komposisi dengan enam minggu. Lama penyungkupan enam
media terbaik yakni penggunaan cocopeat dan pasir minggu juga digunakan oleh Sumaryono et al. (2008).
atau zeolit. Media yang digunakan adalah media satu Periode penyungkupan lebih dari enam minggu
berupa campuran tanah:cocopeat:pasir:pupuk kandang kemungkinan sudah tidak diperlukan lagi mengingat
dengan perbandingan 6:2:1:1(v/v), media dua adalah telah terbentuknya daun baru yang menunjukkan
tanah:pasir:pupuk kandang (6:1:1), media tiga adalah bahwa akar planlet karet telah mampu menyerap air
tanah: cocopeat:zeolit:pupuk kandang (6:2:1:1), dan dan hara dari media tumbuh.
media empat yaitu tanah:zeolit:pupuk kandang (6:1:1). Dalam sungkup plastik yang tertutup rapat,
Planlet yang telah ditanam diletakkan di dalam kelembaban nisbi udara sangat tinggi mencapai lebih
sungkup plastik tertutup dengan kerangka PVC (3 m dari 90%. Pada keadaan kelembaban yang hampir
x1m x1 m) selama enam minggu (Gambar 2c). Total jenuh ini laju transpirasi sangat rendah sehingga
planlet yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak kehilangan air lewat daun karena transpirasi dapat
263 planlet dari empat kali ulangan waktu dengan ditekan sebelum akar planlet mampu menyerap air dari
masing-masing perlakuan terdiri dari rata-rata 16 media. Laju transpirasi yang lebih tinggi dari laju
planlet. Pada awal penelitian, sebanyak 62% planlet penyerapan air oleh akar merupakan faktor utama
telah berakar, rata-rata memiliki dua akar dengan penyebab bibit asal kultur jaringan tidak mampu
panjang 0,5-1,4 cm. bertahan hidup. Planlet memerlukan periode adaptasi
ke kondisi ex vitro agar tetap bertahan hidup
Sifat fisik dan kimia media (Pospisilova et al., 2007), pada planlet karet asal
microcutting diperlukan periode selama enam minggu
Sifat fisik dan kimia dari lima media aklimatisasi sebelum sungkup plastik dibuka secara bertahap.
yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis yakni Dari tiga komposisi media tumbuh yang diguna-
berat jenis, kapasitas menahan air, ruang pori, pH, kan, media dua yaitu campuran tanah, cocopeat, pupuk
kapasitas tukar kation (KTK) dan kandungan C- kandang dan zeolit dengan perbandingan 6:2:1:1 (v/v)
organik. Analisis sifat fisik media dilakukan di Lab merupakan media terbaik dalam hal persentase hidup
Fisika Tanah, Balai Besar Penelitian Tanah, sedangkan planlet karet. Secara konsisten daya hidup planlet pada
sifat kimia dilakukan di Lab Kimia Analitik, Balai media dua tersebut lebih baik dibandingkan dengan
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Setiap komposisi media lainnya pada semua perlakuan lama
analisis diulang dua atau tiga kali. penyungkupan (Gambar 1). Pada lama penyungkupan
enam minggu, daya hidup planlet pada media dua
Pengamatan dan analisis statistik mencapai 73,3%. Hal ini menunjukkan bahwa peng-
Pengamatan terhadap daya hidup planlet, tinggi gunaan zeolit lebih baik dibandingkan dengan pasir
planlet, dan frekuensi adanya akar dilakukan 1,5 bulan dan penggunaan tanah 60% lebih baik dibandingkan
setelah aklimatisasi. Penelitian ini dilakukan meng- dengan tanah 50%. Zeolit mampu meningkatkan
gunakan rancangan acak lengkap (RAL). Aklimatisasi kapasitas menahan air, KTK tanah, dan kandungan C-
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan waktu pada organik dibandingkan dengan pasir (Tabel 2). Porsi
penelitian pertama dan empat kali ulangan waktu pada tanah lebih banyak akan meningkatkan daya hidup
penelitian kedua. Data semua parameter pengamatan planlet karet asal microcutting memperlihatkan bahwa
dan hasil analisis sifat tanah diuji statistik mengguna- perakaran planlet karet memerlukan media yang cukup
kan analisis keragaman (ANOVA). Perbedaan antar- padat sehingga dapat menopang akar dengan kuat.
perlakuan ditentukan dengan uji jarak berganda Pada awal aklimatisasi sekitar 20,4% planlet
Duncan pada taraf α = 0,05. belum berakar. Adanya akar saat planlet karet diakli-
matisasi mempengaruhi daya hidup planlet karet. Dari
Hasil dan Pembahasan planlet yang tidak mempunyai akar, daya hidup planlet
rata-rata sebesar 18,8%, sedangkan dari planlet yang
Lama penyungkupan dan media telah berakar daya hidup planlet sebesar 43,7% pada
umur 1,5 bulan. Angka rata-rata ini berasal dari semua
Daya hidup planlet karet 1,5 bulan setelah perlakuan penyungkupan dan media tumbuh. Hasil
aklimatisasi pada lama penyungkupan enam minggu serupa juga diperoleh Sumaryono et al. (2008) yang
secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan lama melaporkan bahwa kondisi awal planlet yang lebih
penyungkupan 2, 3 dan 4 minggu (Gambar 1). Pada vigor akan meningkatkan daya hidup vitro plant. Pada
lama penyungkupan enam minggu, daya hidup planlet umur 1,5 bulan sebagian planlet telah mulai mem-
karet rata-rata mencapai 58%, sedangkan pada lama bentuk daun baru (Gambar 2d) dan terjadi penambahan
penyungkupan 2, 3, dan 4 minggu menurun drastis tinggi planlet rata-rata sebesar 1,6 mm.
27
Daya hidup planlet karet asal in vitro microcutting pada berbagai periode ……….(Sumaryono et al.)
Komposisi media satu bahan yang mampu menyerap dan menahan air
dalam media sehingga ketersediaan air selalu men-
Komposisi media tumbuh pada saat aklimatisasi cukupi untuk pertumbuhan planlet karet. Hasil peng-
berpengaruh terhadap daya hidup planlet karet asal ukuran menunjukkan cocopeat mampu meningkatkan
microcutting. Dari hasil penelitian dengan mem- kapasitas menahan air sebesar 2,2 – 5,1% (Tabel 2). Di
bandingkan empat komposisi media, terlihat bahwa samping itu, cocopeat 20% pada media dua juga
penggunaan zeolit lebih baik daripada pasir (Tabel 1). meningkatkan kandungan bahan organik di dalam
Hasil ini menegaskan kembali hasil yang telah diper- media menjadi 2,95%. Cocopeat merupakan campuran
oleh pada percobaan pertama (Gambar 1). Media yang media yang banyak digunakan dalam aklimatisasi bibit
mengandung zeolit mempunyai nilai kapasitas tukar asal kultur jaringan dan terbukti meningkatkan daya
kation (KTK) dan kapasitas menahan air yang lebih hidup misalnya pada planlet Garcinia indica
baik dibandingkan dengan media yang mengandung (Chabukswar & Deodhar, 2005) dan apel (Modgil
pasir (Tabel 2). Zeolit merupakan kristal tetrahedral et al., 2009).
alami aluminosilikat berstruktur jaring rigid yang Sifat fisik dan kimia dari lima campuran media
terdiri dari AlO4 dan SiO4 (Bernardi et al., 2010). yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Kandungan
Zeolit dikenal memiliki nilai KTK yang tinggi tanah yang lebih banyak meningkatkan berat jenis
(Ghazvini et al., 2007) sehingga banyak digunakan media, misalnya pada perlakuan lima dengan kom-
dalam pertanian karena meningkatkan efisiensi pemu- posisi tanah 66,7% mempunyai berat jenis 0,81 g/cm3,
pukan (Bernadri et al., 2010) dan kelembaban tanah sedangkan pada perlakuan empat dengan komposisi
(Ippolito et al., 2011) sehingga meningkatkan daya tanah 50% mempunyai berat jenis 0,68 g/cm3.
hidup dan vigor tanaman (Sonmez et al., 2010). Komposisi campuran dalam media tidak berpengaruh
Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa terhadap ruang pori total,yang nilainya cukup tinggi
penggunaan cocopeat berpengaruh positif terhadap yakni 67 – 73%, hal ini mungkin karena campuran
daya hidup planlet karet. Tanpa pemakaian cocopeat, media masih cukup longgar dan tidak padat. Penam-
daya hidup planlet rata-rata menurun 20 – 30% (Tabel bahan cocopeat meningkatkan secara nyata kapasitas
1). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan cocopeat menahan air campuran media. Kapasitas menahan air
sebesar 20% dari total media mutlak diperlukan dalam pada campuran media dengan zeolit selalu lebih tinggi
aklimatisasi planlet karet. Cocopeat merupakan salah dibandingkan dengan pasir (Tabel 2).
80
Daya hidup/survival rate (%)
70
60
50
40 media 1
30 media 2
20 media 3
10
0
2 3 4 6
Lama penyungkupan (minggu)/Cover closed period (week)
Gambar 1. Pengaruh lama penyungkupan dan komposisi media terhadap daya hidup planlet karet asal
microcutting setelah aklimatisasi selama 1,5 bulan. Media 1= tanah: cocopeat: pupuk kandang:
pasir (6:2:1:1); media 2 = tanah: cocopeat: pupuk kandang: zeolit (6:2:1:1); media 3 =tanah:
cocopeat: pupuk kandang: zeolit (4:2:1:1).
Figure 1. Effect of cover closed period and medium composition on the survival rate of rubber plantlets after
1,5 month of acclimatization. Medium 1= soil: cocopeat:dung manure: sand (6:2:1:1); medium
2= soil:cocopeat:dung manure: zeolite (6:2:1:1); medium 3=soil: cocopeat: dung manure:
zeolite(4:2:1:1).
28
Menara Perkebunan 2012 80(1), 25-31 C
A B
D
C
Gambar 2. (A) Planlet karet berakar asal microcutting yang siap diaklimatisasi, (B) Planlet ditanam di pot
berisi campuran media, (C) Sungkup plastik tertutup, dan (D) Planlet telah membentuk daun
baru pada 1,5 bulan setelah aklimatisasi.
Figure 2. (A) A rooted rubber plantlet from microcutting ready for acclimatization, (B) Plantlets were
planted in plastic pot containing media mixture, (C) Closed plastic cover,and (D) Plantlet
has formed new leaves at 1.5 month after acclimatization.
Tabel 1. Pengaruh komposisi media tumbuh terhadap daya hidup planlet karet asal microcutting.
Table 1. Effect of growing medium composition on the survival rate of rubber plantlets derived
from microcutting.
Daya hidup planlet
Komposisi media
Plantlet survival rate
Medium composition
(%)
Tanah : cocopeat : pupuk kandang : pasir 62,6 ab*)
Soil : cocopeat : dung manure : sand (6:2:1:1)
Tanah : pupuk kandang : pasir 40,9 b
Soil : dung manure : sand (6:1:1)
Tanah : cocopeat : pupuk kandang : zeolit 75,3 a
Soil : cocopeat : dung manure : zeolite (6:2:1:1)
Tanah : pupuk kandang : zeolit
40,2 b
Soil : dung manure : zeolite (6:1:1)
*) Angka dalam kolom diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji
jarak berganda Duncan padaα = 0,05.
*) Means in the column followed by the same letters are not significantly different according
to Duncan’s multiple range test atα = 0.05.
Komposisi media berpengaruh terhadap pH tanah, sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan
yang berkisar antara 5,6 sampai 6,0 (Tabel 2). Penam- C-organik tanah. Penambahan cocopeat 20% menye-
bahan cocopeat menurunkan pH media secara nyata, babkan kandungan C-organik media menjadi 2,95%,
adanya zeolit menyebabkan penurunan pH media yang sedangkan pada penambahan cocopeat 25% (karena
mengandung cocopeat menjadi lebih kecil. Penambah- komposisi tanah menjadi 50%) kandungan C-organik
an zeolit meningkatkan secara nyata kapasitas tukar mencapai 4,52%. Komposisi media terbaik untuk daya
kation (KTK) tanah dan kandungan C-organik tanah hidup dan pertumbuhan bibit karet asal microcutting
dibandingkan dengan penambahan pasir. Penambahan yakni campuran tanah, cocopeat, pupuk kandang dan
cocopeat tidak berpengaruh terhadap KTK tanah tetapi zeolit (6:2:1:1). Media ini mempunyai kapasitas
29
Daya hidup planlet karet asal in vitro microcutting pada berbagai periode ……….(Sumaryono et al.)
Tabel 2. Sifat dari komposisi media yang digunakan dalam aklimatisasi planlet karet.
Table 2. Characteristics of the medium composition used for rubber plantlets acclimatization.
30
9
Menara Perkebunan 2012 80(1), 25-31
Modgil M, T Sharma & M Thakur (2009). Commercially Pospisilova J, H Synkova, D Haisel & S Semoradova
feasible protocol for rooting and acclimatization of (2007). Acclimation of plantlets to ex vitro
micropropagated apple rootstocks.Acta Hort 839, conditions: effects of air humidity, irradiance,
209-214. CO2concentration and abscisic acid (a review). Acta
Montoro P, MP Carron, L Lardet, A Clement-Demange & Hort 748, 29-38.
J Leclercq (2010). Biotechnologies of rubber tree
(Hevea brasiliensis). Aus Pac J Mol Biol Biotechnol Sonmez I, M Kaplan, H Demir & E Yilmaz (2010). Effect
18(1), 81-83. of zeolite on seedling quality and nutrient content of
tomato plant (Solanum lycopersicon cv. Malike F1)
Nayanakantha NMC & P Seneviratne (2007). Tissue culture grown in different mixtures of growing media. J Food
of rubber: past, present and future prospects. Ceylon J Agric Environ8(2), 1162-1165
Sci 36(2), 116-125.
Sumaryono, PD Kasi, Nurhaimi-Haris & MP Carron (2008).
Nurhaimi-Haris, Sumaryono & MP Carron (2009). Aklimatisasi planlet karet yang diperbanyak melalui
Pengaruh bahan pra-sterilan, tutup tabung kultur, dan teknologi microcutting. Dalam: Pros Lokakarya
musim terhadap tingkat kontaminasi eksplan pada Nasional Agribisnis Karet, Yogyakarta, 20-21
kultur microcutting karet. Menara Perkebunan 77(2), Agustus 2008, p.323-329.
89-99.
31