Anda di halaman 1dari 18

COVER REDESIGN BY ASHADI COVER REDESIGN BY ASHADI COVER REDESIGN BY ASHADI COVER REDESIGN BY ASHADI

MODUL PRAKTIKUM
MEMBACA KRITIS KREATIF DAN
SINTOPIS

OLEH
Al Ashadi Alimin, M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
IKIP – PGRI PONTIANAK
2015

0
COVER REDESIGN BY ASHADI COVER REDESIGN BY ASHADI COVER REDESIGN BY ASHADI COVER REDESIGN BY ASHADI

1
DAFTAR ISI
Halaman

A. Prosedur Praktikum................................................................................... 2

B. Laporan........................................................................................................ 2

C. Sampul.......................................................................................................... 3

D. Praktikum Membaca Kritis, Kreatif dan Sintopis.................................. 4

1. Tujuan...................................................................................................... 4

2. Alat-alat yang digunakan......................................................................... 4

3. Teori Dasar.............................................................................................. 4

4. Prosedur Praktikum................................................................................. 4

5. Penilaian.................................................................................................. 17

E. Daftar Pustaka............................................................................................. 18

2
A. Prosedur Praktikum Membaca Kritis Kreatif dan Sintopis
1. Modul praktikum dibuat dalam rangka praktikum mata kuliah Membaca
Kritis, Kreatif, dan Sintopis, oleh karena itu mahasiswa yang mengambil mata
kuliah ini diwajibkan untuk mengerjakan modul praktikum.
2. Sumber pustaka diperbolehkan dari berbagai sumber, sedangkan bahan
praktikum berasal dari sumber materi yang sudah dalam modul praktikum ini.
3. Praktikum dilaksanakan dalam lab audio visual, setelah praktikum mahasiswa
diberikan waktu satu minggu untuk menyusun laporan praktikum.
4. Laporan praktikum disusun berdasarkan format berikut ini.

B. Laporan
Format Laporan : (Menggunakan Kertas ukuran A4)
1. Tujuan Praktikum
2. Alat yang digunakan
3. Teori Dasar
4. Prosedur Praktikum
5. Data Praktikum
6. Pengolahan Data
7. Analisis dan Penilaian
8. Simpulan
9. Daftar Pustaka

3
C. Cover

LAPORAN PRAKTIKUM
MEMBACA KRITIS, KREATIF, DAN SINTOPIS

OLEH
NAMA
NIM

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

IKIP – PGRI PONTIANAK

2015

Catatan : Margin
Top : 4cm Bottom : 3cm
Left : 4cm Right : 3cm

4
PRAKTIKUM MEMBACA KRITIS, KREATIF DAN SINTOPIS
I. Tujuan

Melalui praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:


1. Menganalisis teknik membaca kritis, kreatif, dan sintopis.
2. Mengidentifikasi karakteristik membaca kritis, kreatif, dan sintopis.
3. Mempraktikan langkah-langkah membaca kritis, kreatif dan sintopis.

II. Alat-alat Yang Digunakan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:


1. Bahan bacaan berupa artikel untuk penerapan membaca kritis dan kreatif.
2. Buku bacaan.
3. Peralatan tulis

III. Teori Dasar

Henry Guntur Tarigan (2012:9) berpendapat, bahwa membaca adalah suatu


proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan
dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang
tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana
dengan baik.

Tujuan utama kegiatan membaca (Mulyati, 2002: 22) adalah menikmati


pembacaan itu dan menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan yang
menyenangkan. Selayaknya membaca tidak mengandung pengertian tugas atau
kewajiban. Membaca harus merupakan suka cita. Selain itu orang yang gemar
membaca dapat disebut sebagai orang yang arif. Mengapa demikian, karena pertama,
dengan membaca orang menjadi luas cakrawalanya. Kedua, dengan membaca buku
pembaca di bawa ke dalam dunia pikiran dan renungan. Ketiga, dengan membaca
orang menjadi mempesona dan terasa nikmat dalam tutur katanya.

3.1 Membaca Kritis

5
3.1.1 Pengertian Membaca Kritis
Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh
tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan
penulis. Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam
membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.
Membaca kritis adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta
yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu.
Pembaca tidak hanya sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi ia bersama-sama
penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca kritis berarti harus membaca
secara analisis dan dengan penilaian.
Dalam membaca kritis pembca harus terbuka terhadap gagasan orang lain.
Pembaca harus mengikuti pikiran penulis secara tepat, akurat, dan kritis. Akurat
artinya dalam hubungan relevansi, membedakan yang relevan dan yang tidak relevan
atau tidak benar. Kritis berarti menerima pikiran penulis dengan dasar yang baik,
logis, benar, atau menurut realitas. Karena adalam membaca kritis membaca akan
menganalisis, membandingkan, dan menilai.
Soedarsono (2010:22) mengatakan bahwa membaca kritis (critical reading)
adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak
sekadar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama- sama penulis berpikir tentang
masalah yang dibahas. Kita membaca dengan nuansa dan arti. Membaca secara kritis
berarti kita harus membaca secara analisis dan dengan penilaian. Membaca harus
merupakan interaksi antara penulis dan pembaca, kedua belah pihak “saling
mempengaruhi” hingga terbentuk pengertian baru.
Selain itu, dikemukakan pula bahwa membaca kritis merupakan suatu strategi
membaca yang bertujuan untuk mendalami isi bacaan berdasarkan penilaian yang
rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis yang
merupakan analisis yang dapat diandalkan. Dengan membaca kritis, pembaca dapat
pula mencamkan lebih dalam apa yang dibacanya dan dia pun akan mempunyai
kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir
secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan
membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-baiknya.
Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam, upaya untuk
menemukan bukan hanya mengenai keseluruahan kebenaran mengenai apa yang
ditulis, tetapi juga (dan inilah yang lebih penting pada masa-masa selanjutnya)
6
menemukan alas an-alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang dilakukannya.
Apabila seorang pembaca menemukan bukan hanya apayang dikatakan, tetapi juga
mengapa hal itu dikatakan maka dia sudah melakukan membaca kritis yang merujuk
pada keterpahaman.
A. Langkah-lanagkah Membaca Kritis
1. Mengingat dan mengenali isi bacaan
2. Menginterpretasi makna tersirat
3. Mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan
4. Menganalisis isi bacaan
5. Menilai isi bacaan
B. Metode/Teknik Membaca SQ3R
Berikut ini penjelasan tentang metode membaca treks yang dikenal dengan
sebutan SQ3R yaitu singkatan dari Survey, Question, Read, Recite, Review. Model ini
dapat di modifikasi menjadi SQW3R ataupun SQ4R, dengan menambahkan W untuk
Writing, atau R yang keempat adalah Reflect atau bahkan ahli lain menyebut Relate.
Model SQ3R diperkenalkan pada tahun 1946 oleh Francis P. Robinson dalam
bukunya yang berjudul “Effective study”.
Pada Prinsipnya inti dari model ini adalah melatrih pelajar/pembaca untuk
dapat mengambil sebanyak mungkin manfaat atau pemahaman dari sebuah teks/buku.
Model SQ3R yang sebenarnya merupakan suatu proses membaca. Menerapkan juga
teknik skiming, scanning, dan taking notes (mencatan).
Mahasiswa dapat menerapkan metode membaca model SQ3R sebagai langkah awal
yang kemudian harus dilanjutkan dengan mengasah kemampuan membaca dan olah
piker secara kritis. Berikut ini lima tahap/langkah membaca menurut model SQ3R:

No Tahap / Langkah Kegiatan

1 SURVEY, langkah ini Pada tahap survey, lakukan hal berikut:


dilakukan sebelum
a. Lihat dan periksalah bagian: judul, abstrak,
membaca utuh. Lakukan
daftar isi, daftar istilah, daftar perundang-
langkah ini dalam waktu
undangan, daftar keputusan hakim, bab /
2 - 5 menit.
bagian tentang pendahuluan dan simpulan.

7
b. Baca judul dan subjudul dari bab / bagian.

c. Periksa dan perhatikan bagan, diagram, peta,


dsbnya.

d. Periksa dan perhatikan tanda-tanda khusus


seperti cetak tebal, cetak miring

2 QUESTION, lakukan Pada tahap question, anda hanya perlu mencoba


langkah ini bersamaan membuat berbagai pertanyaan untuk setiap
dengan langkah pertama. bab/bagian dari teks setelah anda membaca judulnya.
Hanya membutuhkan Misal:
waktu kurang dari 1
a. apa yang kira-kira akan dijelaskan dalam
menit.
tiap bab / bagian dari teks oleh penulisnya
bila judulnya seperti itu?

b. apakah teks itu akan berisi tentang sesuatu


yang anda ingin tanyakan.

Anda dapat menggunakan contoh daftar pertanyaan


untuk menjadi pembaca kritis yang telah dijelaskan
sebelumnya untuk memunculkan pertanyaan pada
tahap question ini.

3 READ, mulailah Pada tahap read, anda silahkan membaca teks secara
membaca secara normal normal dan utuh (misal setiap bab/bagian). Ketika
teks itu. membaca itu anda harus berusaha pula untuk
mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang telah
anda ajukan pada tahap question.

4 RECITE / RECALL, Pada tahap recite / recall, anda perlu menuturkan


lakukan langkah ini (lisan) dan/atau mencatat (tulisan) tentang:
setiap kali selesai
a. Jawaban yang anda temukan dari tahap Read
membaca satu
atas pertanyaan yang anda buat pada tahap

8
bab/bagian dari teks. question.

b. Apa yang menjadi ide / isu / pokok pikiran/


argumen penulis teks dari setiap
alinea/bab/bagian itu.

Penuturan dan/atau catatan anda itu harus


menggunakan kata dan kalimat anda sendiri, bukan
mengutip utuh dari teks.

5 REVIEW, lakukan Pada tahap review, anda ulangi proses dari tahap
langkah ini sebagai question hingga recite beberapa kali untuk seluruh
penutup proses bab/bagian dari teks. Dari pengulangan itu anda akan
membaca. menemukan serangkaian ide/argumen/pokok
pikiran/istilah kunci yang ditulis penulis teks tersebut
yang telah berhasil anda olah dan tuturkan/catat
menurut kalimat dan gaya bahasa anda sendiri.
Ujilah diri sendiri dengan meninjau ulang dan utuh
hasil recite/recall anda atas seluruh bab/bagian dari
teks tersebut. Pengujian ini sekaligus menguji sejauh
mana daya ingat anda mampu menyerap
informasi/ide /argumen dalam teks tersebut. Cara
yang cukup ampuh untuk mengujinya adalah
misalnya dengan mendiskusikan hasil bacaan dan
catatan anda itu dengan teman.

3.2 Membaca Kreatif


3.2.1 Hakikat Membaca Kreatif

Tarigan (dalam Pratiwi, 2007: 73) dalam pembahasan tentang maksud


kegiatan membaca, menyatakan ada dua tujuan membaca, yakni tujuan behavioral,
dan tujuan ekspresif. Tujuan behavioral diarahkan pada kegiatan membaca untuk
memahami makna kata, keterampilan studi, dan pemahaman.
Tujuan ekspresif terkandung dalam kegiatan membaca pengarahan diri, interpretative,

9
dan membaca kreatif. Harras dan Sulistianingsih (dalam Pratiwi, 2007: 73), dengan
mengutip dari Dictionary of Reading, menuliskan bahwa membaca kreatif merupakan
proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru, yang
terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau
mengombinasikan pengetahuan sebelumnya yang pernah didapatkan pembaca. 
Dengan membaca kreatif, pembaca dituntut mencermati ide-ide lalu membanding-
bandingkannya dengan ide sejenis yang terdapat dalam bahan bacaan lain.

Dalam membaca kreatif (Widyamartaya, 2005:30-31) pembaca dituntut


mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis, kemudian membandingkannya. 
Proses lebih penting darikegiatan membaca kreatif itu tidak sekedar menangkap
makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga menerapkan ide-ide atau informasi yang
tertuang dalam bacaan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya.
Pembaca juga diharapkan dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi
peningkatan kualitas hidupnya berdasarkan informasi dari bacaannya. Dengan
menerapkan informasi yang diharapkan, kualitas hidup pembaca akan lebih terarah
dan meningkat.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca


kreatif adalah suatu kegiatan di mana terjadi sebuah proses untuk mendapatkan nilai
tambah dari pengertahuan baru yang terdapat dalam bacaan. Caranya, dengan
mengidentifikasikan ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan dengan
pengetahuan yang pernah diperoleh sebelumnya.

3.2.2 Karakteristik Membaca Kreatif

Karakteristik membaca kreatif yang dikemukakan oleh Nurhadi (dalam


Pratiwi, 2007: 74) adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan membaca kreatif tidak berhenti sampai pada saat pembaca menutup buku.
b. Mampu menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.
c. Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca.
d. Hasil membacanya berlaku sepanjang masa.
e. Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan.
f. Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacanya.

10
g. Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan
kebutuhan atau minatnya.
h. Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
i. Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
j. Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana
terhadap suatu persoalan.
k. Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
l. Semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
m. Semakin kaya ide baik dalam meningkatan mutu maupun membuat terobosan baru
dalam memecahkan persoalan.
n. Semakin kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru.
o. Semakin enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya
wawasan.

Selanjutnya, Nurhadi (dalam Pratiwi, 2007: 75)  menuliskan bahwa


kemampuan membaca kreatif meliputi:

a. Kemampuan membuat ringkasan;


b. Kemampuan membuat kerangka bacaan;
c. Kemampuan menyusun resensi;
d. Kemampuan menerapkan isi bacaan dalam konteks kehidupan sehari-hari;
e. Kemampuan membuat easi balikan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pembaca kreatif mampu


menarik simpulan dari fakta yang dibacanya.  Hal ini terwujud dalam kemampuan
membuat ringkasan dan membuat kerangka bacaan.  Selain itu, pembaca kreatif juga
mampu melanjutkan pemikiran penulis dalam bentuk menyusun resensi, menerapkan
hasil bacanya dalam kehidupan sehari-hari, dan mampu menulis esai balikan atas
bacaan yang telah dibacanya.

3.2.3 Penerapan Metode Membaca Kreatif

3.2.3.1 Menarik Simpulan dari Fakta yang Dibaca

11
Dalam dictionary of reading, dikatakan bahwa membaca kreatif merupakan

proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru, yang

terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol.  Frasa

“dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol” bermakna bahwa pembaca

kreatif harus mampu menemukan ide-ide penting dalam bacaan, yang berupa fakta. 

Setelah menemukan fakta-fakta tersebut, tindak lanjut pengungkapannya adalah

mampu membuat ringkasan atau membuat kerangka bacaan. 

Contoh:

Tentang Kebangkitan Indonesia


Kebangkitan Nasional, Apakah Hanya Tinggal Sejarah?
Pada tanggal 20 Mei lalu kita telah memperingati hari kebangkitan nasional. Akan
tetapi, mungkin tidak sedikit dari kita yang melewati hari kebangkitan nasional tanpa
tahu makna dibalik diperingatinya hari tersebut.  Sebenarnya, apa sih makna hari
kebangkitan nasional?

Pada abad ke-20, di Indonesia tampil dokter-dokter yang ingin menggerakkan


bangsanya. Mereka adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr.Sutomo, Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Dr. Gunawan Mangunkusumo. Para dokter ini bangkit karena
dihadapkan pada penderitaan masyarakat baik dari segi ekonomi, fisik maupun
kemanusiaan.

Dokter Wahidin Sudirohusodo dengan giat menyebarkan cita-citanya di Pulau Jawa


agar dapat dibentuk suatu perkumpulan yang bertujuan memajukan pendidikan serta
membiayai anak-anak yang tidak dapat bersekolah namun memiliki kepandaian. Cita-
citanya itu mendapat sambutan dari siswa Sekolah Dokter Jawa di Jakarta seperti
Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo, dan teman-teman lainnya.
Akhirnya  pada tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan suatu
perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo di Jakarta. Untuk mendorong semangat
para anggotanya, Budi Utomo mencanangkan pedoman yaitu pemuda menjadi
motornya dan orang tua menjadi supirnya, supaya kapal tidak terdampar di laut
karang dan selamat sampai di pelabuhan. Tujuan dari pergerakan Budi Utomo sendiri
adalah menjamin dan mempertahankan kehidupan sebagai sebuah bangsa yang
terhormat. Perkumpulan ini bergerak dalam bidang social, pendidikan, pengejaran,
dan budaya. (I Wayan Badrika,2006)
Bermula dari Budi Utomo inilah maka mulai bangkit organisasi-organisasi yang
bergerak demi kepentingan nasional. Sehingga dapat dikatakan kebangkitan Indonesia
waktu itu dicetuskan oleh berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Oleh
sebab itulah hari Kebangkitan Nasional diperingati tiap tanggal 20 Mei.

Kenapa Hari Kebangkitan Nasional harus diperingati?

12
Sebuah bangsa yang besar tidak akan melupakan jasa pahlawannya. Selain itu, dengan
bercermin pada sejarah, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijak sebab kita
belajar dari pendahulu kita.  Kalau kita mau belajar dari sejarah hari Kebangkitan
Nasional ini maka banyak yang akan kita dapat:

 Sebuah Perubahan Besar Dimulai dari Satu Orang.


Kita dapat melihat bahwa kebangkitan nasional tersebut dimulai oleh sebuah inisiatif
luhur dari seorang putra bangsa, Dr.Wahidin Sudirohusodo. Kebangkitan dimulai dari
satu orang yang merasa tergerak oleh penderitaan bangsanya, yang tidak ingin
berdiam diri melainkan rindu akan perubahan bagi bangsanya. Dari Dr. Wahidin
Sudirohusodo, cita-cita ini menyebar kepada mahasiswa kedokteran pada jaman itu
sehingga muncullah Budi Utomo. Ingin bangkit bagi Indonesia? Jangan menunggu
orang lain bergerak lebih dulu, mulailah dari diri kita sendiri. Satu orang akan
menentukan perubahan bagi bangsa Indonesia.

 Dorongan untuk Bangkit Dibentuk oleh Rasa Cinta.


Karena seringnya diperhadapkan pada penderitaan masyarakat, mata hati Dr. Wahidin
Sudirohusodo terbuka. Rasa cintanya kepada masyarakat Indonesia yang menderita
ini membuatnya ingin bangkit melakukan sesuatu bagi mereka. Sehingga akhirnya
beliau membentuk suatu perkumpulan bagi anak-anak yang tidak dapat bersekolah
namun memiliki kepandaian, karena beliau sadar bahwa pendidikan itu penting bagi
kemajuan Indonesia. Sering kali ketika kita menonton berita tentang keadaan
Indonesia yang sedang susah kita hanya berdiam diri karena kita tidak memberi rasa
cinta pada saudara-saudara kita yang kesusahan. Coba bayangkan bila hal tersebut
terjadi pada kita, tentu kita ga mau kan? Pandanglah keadaan Indonesia yang sedang
susah ini sebagai kesempatan bagi kita untuk membagikan cinta pada saudara-saudara
kita yang memerlukan. Bangkitlah,tunjukkan bahwa kita peduli.

 Cita-Cita Luhur Harus Disebarkan.


Dokter Wahidin Sudirohusodo dengan giat menyebarkan cita-citanya yang luhur itu,
yang kemudian mendapat sambutan dari siswa Sekolah Dokter Jawa di Jakarta seperti
Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo, dan teman-teman lainnya.
Sebuah cita-cita yang luhur tidak boleh dipendam sendiri. Bila ingin memberi dampak
yang besar, kita harus menyebarkan cita-cita tersebut kepada teman-teman kita.
Mulailah dari diri sendiri, kemudian ajak teman-teman untuk turut bangkit bagi
Indonesia.

 Mahasiswa Memberikan  Dampak yang Besar.


Seringkali kita berdalih dengan mengatakan “Kita kan masih mahasiswa? Ntar dulu
deh, kalau sudah kerja baru aku mau menyumbangkan sesuatu untuk Indonesia”.
Benarkah begitu? Atau sebenarnya ini hanyalah dalih kita untuk menutupi kemalasan
kita? Kalau kita mau bercermin lagi pada sejarah, kita dapat melihat bahwa ketika itu
Sutomo dan kawan-kawannya belum menjadi dokter, mereka masih berstatus
mahasiswa. Apakah dengan status mahasiswa ini menghalangi Sutomo dan kawan-
kawannya dalam melakukan sesuatu untuk Indonesia? Tentu tidak bukan? Malah
mereka berhasil mempelopori Kebangkitan Nasional dengan mendirikan Budi Utomo.

13
Jadi, jangan jadikan status mahasiswa kita sebagai alasan untuk tidak memberikan
yang terbaik bagi bangsa kita.

Ayo kita renungkan, apa sih yang sudah kita lakukan untuk Indonesia? Kalau belum
ada, maukah kita memulainya dari sekarang? Semoga tulisanku ini dapat menggugah
teman-teman mau bangkit bagi bangsa kita, Indonesia tercinta. Selamat hari
Kebangkitan Nasional 2009 y Teman-teman..

Fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hari Kebangkitan Nasional diperingati tiap tanggal 20 Mei.


2. Pada abad ke-20, di Indonesia tampil dokter-dokter yang ingin
menggerakkan bangsanya. Mereka adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Dr.Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo dan Dr. Gunawan
Mangunkusumo.
3. Pada tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan
suatu perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo di Jakarta.
4. Tujuan dari pergerakan Budi Utomo sendiri adalah menjamin dan
mempertahankan kehidupan sebagai sebuah bangsa yang terhormat.
5. Dapat dikatakan kebangkitan Indonesia waktu itu dicetuskan oleh
berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.

Dari fakta-fakta tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Hari Kebangkitan Nasional diperingati tiap tanggal 20 Mei. Pada abad ke-20,
di Indonesia tampil dokter-dokter yang ingin menggerakkan bangsanya. Mereka
adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr.Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo dan Dr.
Gunawan Mangunkusumo Akhirnya  pada tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dan kawan-
kawannya mendirikan suatu perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo di Jakarta.
Tujuan dari pergerakan Budi Utomo sendiri adalah menjamin dan mempertahankan
kehidupan sebagai sebuah bangsa yang terhormat. Sehingga dapat dikatakan
kebangkitan Indonesia waktu itu dicetuskan oleh berdirinya Budi Utomo pada tanggal
20 Mei 1908.

3.3 Membaca Sintopis

Sebuah topik yang menarik pasti akan diminati banyak orang. Forum-forum
diskusi diselenggarakan untuk mendiskusikan topik tersebut. Banyak orang menulis
artikel atau esai tentang topik tersebut. Tentu saja secara otomatis ada banyak bahan
bacaan yang membicarakan topik yang menarik tersebut atau yang menarik perhatian
banyak orang. Konsekuensi lanjut dari situasi ini adalah adanya beberapa sudut
pandang dari beberapa penulis tentang topik tersebut karena penulis punya kebebasan
untuk mengekspresikan ide atau gagasannya.

14
Membaca sintopis atau syntopical reading (Susilo, 2010:80) merupakan jenis
membaca dengan membanding-bandingkan ide mengenai topik yang sama pada
beberapa teks atau bahan bacaan. Menurut Adler dalam bukunya How to Read a Book
menerangkan bahwa membaca banding-banding adalah jenis membaca yang
bertujuan untuk membaca beberapa materi bacaan dengan topik yang sama atau yang
berkaitan sekaligus untuk menyusun suatu pemecahan masalah yang dihadapi
pembaca.

3.3.1 Langkah-langkah Membaca Sintopis

Ada dua tahap pokok membaca sintopis (Djoko, 2005:50) Tahap pertama
adalah tahap persiapan membaca dan tahap kedua adalah tahap kegiatan membaca.
Berikut uraian langkah-langkah dari masing-masing tahap membaca sintopis.

3.3.1.1 Tahap persiapan


1) Membuat bibliografi untuk sumber pustaka atau literatur yang akan dipakai
yang tentu saja memiliki topik pokok yang sama (dari katalog perpustakaan,
buku, internet, dll).
2) Membaca secara inspeksional bahan bacaan yang telah terkumpul untuk
memperoleh ide yang lebih jelas tentang materi yang akan dipakai.
3.3.1.2 Tahap membaca
1) Membaca secara inspeksional bahan bacaan yang digunakan seperti tahap a.ii
untuk menemukan bagian yang paling penting dan relevan.
2) Membawa penulis menuju masalah dengan mengkonstruksi terminologi netral
dari subjek.
3) Membangun serangkaian proporsi netral untuk semua penulis dengan membuat
kerangka pertanyaan untuk masing-masing ide.
4) Mendefinisikan isu atau ide baik besar maupun kecil dengan membuat jarak
antara jawaban penulis dengan beberapa pertanyaan untuk masing-masing ide.
Kadang-kadang isu atau ide ini tidak secara eksplisit dinyatakan dalam teks.
5) Menganalisis topik dengan memberi pertanyaan dan ide dengan beberapa cara
untuk mendapat keterangan yang lebih jelas dari materi. Ide pokok atau umum
harus didahulukan dan relasi antar ide harus jelas.
6) Dalam kegiatan membaca sintopis, studi atau kajian terhadap bahan bacaan
harus dilakukan secara hati-hati, teliti, mendalam, dan menyeluruh. Pembaca

15
dituntut untuk melakukan studi komparasi yang detil dan dapat
dipertanggungjawabkan. Masing-masing sumber atau bahan bacaan semestinya
dicari persamaan dan perbedaannya yang terangkum dalam sintesis dari
pembaca itu sendiri.

IV. Prosedur Praktikum

1. Mahasiswa memahami teori membaca kritis, kreatif dan sintopis.


2. Mahasiswa menganalisis teknik membaca kritis, kreatif, dan sintopis.
3. Mahasiswa mengidentifikasi karakteristik membaca kritis, kreatif, dan sintopis.
4. Mahasiswa mempraktikan langkah-langkah dalam membaca kritis, kreatif dan
sintopis.
5. Mahasiswa menyusun laporan hasil praktikum secara individual.

V. Penilaian Hasil Praktikum

No. ASPEK PENILAIAN URAIAN BOBOT

1. Pemahaman Teori Mahasiswa mampu memahami teori membaca 25%


kritis, kreatif dan sintopis dengan baik

2. Penerapan Membaca Mahasiswa mampu menerapkan kegiatan 45%


membaca kritis, kreatif dan sintopis sesuai
dengan langkah-langkah yang tlah ditentukan.

3. Tuturan/Penulisan Laporan ditulis dengan gaya bahasa yang 20%


komunikatif, relatif mudah dipahami. Cara
bertuturnya menunjukkan pemahaman penulis
yang mendalam terhadap pokok bahasan.

4. Argumentasi Alur berpikir penulisnya tertib dan jelas 10%


(mudah dirunut).

16
V. Daftar Pustaka

Djoko, Prihatin. 2005. Modul: Kiat-kiat Membaca bagi Pemula. Yogyakarta: Sanatha
Dharma
Mulyati, Y. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta:
Universitas Terbuka. 
Soedarsono, Briharjo. 2010. Keterampilan Membaca. Solo: Black Out Publisher
Susilo, Adijaya. 2010. Makalah: Meningkatkan keterampilan membaca melalui teknik
SQ3R. Disajikan pada Seminar Nasional 24 April 2010.
Tarigan, Henry Guntur. 2012. Membaca Sebuah Keterampilan. Bandung: Angkasa
Pratiwi, Yuni, dkk.  2007.  Modul Bahasa Indonesia.  Jakarta: Universitas Terbuka
Widyamartaya, Aloys dan Vero Sudiati. 2005. Kiat Menulis Deskripsi dan Narasi,
Lukisan dan Cerita. Yogyakarta: Pusataka Widyatama

17

Anda mungkin juga menyukai