Anda di halaman 1dari 25

MODUL PRAKTIKUM

LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN LUMBAL FUNGSI PADA ANAK

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2022
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii

KONSEP PEMERIKSAAN LUMBAL PUNCTURE (LUMBAL FUNGSI) 1

1. Pengertian…………………………………………………………… 1
2. Cairan sebrospinal…………………………………………………. 1
3. Patofisiologi cairan serebrospinal………………………………… 1
4. Cara Penilaian………………………………………………………. 3
5. Perawatan Post Lumbal pungsi……………………………………. 4
GAMBAR PEMERIKSAAN LUMBAL PUNGSI …………………................ 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PADA PEMERIKSAAN


LUMBAL PUNCTURE (LUMBAL FUNGSI) PADA ANAK………………... 14
1. Tujuan………………………………………………………………… 14
2. Indikasi……………………………………………………………….. 14
3. Kontra Indikasi……………………………………………………… 14
4. Komplikasi …………………………………………………………… 14
5. Uraian Umum………………………………………………………… 15
6. Petugas………………………………………………………………… 15
7. Alat atau Bahan……………………………………………………… 15
8. Persiapan pasien…………………………………………………….... 16
INTRUKSI KERJA…………………………………………………………....... 16
REFERENSI………………………………………………………………........... 18
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM……………………….. 19
1. Alat dan Bahan……………………………………………………….. 19
2. Kegiatan Instruksi Kerja…………………………………………….. 19
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga Modul Praktikum Laboratorium Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan
Lumbal puncture (lumbal fungsi) pada anak. Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan
Lumbal puncture (lumbal fungsi) pada anak untuk mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya.
Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
Laboratorium Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan Lumbal puncture (lumbal fungsi)
pada anak merupakan kegiatan pelengkap mata kuliah Keperawatan anak pada Program Studi
Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Modul praktikum ini
diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan
praktikum dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan
pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Praktikum Laboratorium
Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan Lumbal puncture (lumbal fungsi) pada anak
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Surabaya, Agustus 2021

Penyusun
KONSEP PEMERIKSAAN LUMBAL PUNCTURE (LUMBAL FUNGSI)
1. Pengertian :
Lumbal puncture (lumbal fungsi) adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal
dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk
pemeriksaan cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan
serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk
mendeteksi adanya bloksubarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic
intrathekal ke dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s,
1999, p 1630)
2. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi
untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan
dari luar. Jaringan otak80% terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel.
Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari. Hal
Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi
Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-
penyakit neurologi.Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit,
serta menentukan prognosa penyakit.
Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang aman,tidak mahal dan
cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi organisme penyebab serta dapat
untuk melakukan test sensitivitas antibiotika
Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif
dari epitel dan hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi
Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dankonsentrasi Mg dan klorida
yang lebih tinggi. Ph Cairan serebrospinal lebih rendah dari darah.
3. Patofisiologi cairan serebrospinal
3.1 Warna
Normal cairan serebrospinal warnamya jernih
Patologis bila berwarna:
Kuning-santokhrom( seperti kaldu daging), purulenta atau keruh.
Warna kuning muncul dari protein.
3.2 Tekanan
Tekanan CSS diatur oleh hasil kali dari kecepatan pembentukan cairan dan tahanan
terhadap absorpsi melalui villi arakhnoid.
Bila salah satu dari keduanya naik, maka tekanan naik, bila salah satu dari keduanya
turun,maka tekanannya turun.
3.3 Pengukuran dengan manometer
Pada pengukuran dengan manometer, normal tekanan akan sedikit naik pada
perubahan nadi dan respirasi, juga akan berubah pada penekanan abdomen dan waktu
batuk.
Bila ada penyumbatan, tak terlihat atau sedikit sekali peninggian tekanan.
Keadaan rongga kranium kaku, tekanan intrakranial juga dapat meningkat,yang bisa
disebabkan oleh karena peningkatan volume dalam ruang kranial,peningkatan cairan
serebrospinal atau penurunan absorbsi, adanya masa intrakranial dan oedema serebri.
3.4 Kegagalan sirkulasi normal
Kegagalan sirkulasi normal cairan serebrospinal dapat menyebabkan pelebaran vena
dan hidrocephalus. Keadaan ini sering dibagi menjadi hidrosefalus komunikans dan
hidrosefalus obstruktif.
Pada hidrosefalus komunikans terjadi gangguan reabsorpsi cairan serebrospinal
dimana sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel ke ruang subarakhnoid tidak
terganggu. Kelainan ini bisa disebabkan oleh adanya infeksi, perdarahan
subarakhnoid, trombosis sinus sagitalis superior, keadaan-keadaan dimana viscositas
cairan serebrospinal meningkat dan produksi cairan serebrospinal yang meningkat.

Hidrosefalus obstruktif terjadi akibat adanya ganguan aliran cairan serebrospinal


dalam sistim ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang subarakhnoid. Kelainan ini
dapat disebabkan stenosis aquaduktus serebri, atau penekanan suatu msa terhadap
foramen Luschka for Magendi ventrikel IV, aq. Sylvi dan for. Monroe. Kelainan
tersebut bisaberupa kelainan bawaan atau didapat
3.5 Jumlah sel
Jumlah sel leukosit normal tertinggi 4-5 sel/mm3, dan mungkin hanya terdapat 1 sel
polymorphonuklear saja, Sel leukosit jumlahnya akan meningkat pada proses
inflamasi
3.6 Glukosa
Normal kadar glukosa berkisar 45-80 mg%.
Kadar glukosa cairan serebrospinal sangat bervariasi di dalam susunan saraf pusat,
kadarnya makin menurun dari mulai tempat pembuatannya di ventrikel, sisterna dan
ruang subarakhnoid lumb
Hypoglicorrhacia menunjukkan penurunan rasio kadar glukosa cairan serebrospinal,
glukosa serum, keadaan ini ditemukan pada derjat yang bervariasi, dan paling umum
pada proses inflamasi bakteri akut, tuberkulosis, jamur dan meningitis oleh
carcinoma.
Penurunan kadar glukosa ringan sering juga ditemukan pada meningitis sarcoidosis,
infeksi parasit misalnya, cysticercosis dan trichinosis atau meningitis zat khemikal
Inflamasi pembuluh darah semacam lupus serebral atau meningitis rhematoid
mungkin juga ditemukan kadar glukosa cairan serebrospinal yang rendah. Meningitis
viral, mump, limphostic khoriomeningitis atau herpes simplek dapat menurunkan
kadar glukosa ringan sampai sedang.
3.7 Protein
Kadar protein normal cairan serebrospinal pada ventrikel adalah 5-15 mg%.
Pada sisterna 10-25 mg% dan pada daerah lumbal adalah 15-45 ,g%.
Kadar gamma globulin normal 5-15 mg% dari total protein
Kadar protein cairan serebrospinal akan meningkat oleh karena hilangnya sawar darah
otak (blood barin barrier), Reabsorbsi yang lambat.
Peningkatan sintesis immunoglobulin loka. Sawar darah otak hilang biasanya terjadi
pada keadaan peradangan,iskemia baktrial trauma atau neovaskularisasi tumor,
reabsorsi yang lambat dapat terjadi pada situasi yang berhubungan dengan tingginya
kadar protein cairan serebrospinal,
Misalnya pada meningitis atau perdarahan subarakhnoid.
3.8 Elektrolit
Kadar elektrolit normal cairan serebrospinal adalah Na 141-150 mEq/L, K 2,2-3,3
mRq, Cl 120-130 mEq/L, Mg 2,7 mEq/L.
Kadar elektrolit ini dalam cairan serebrospinal tidak menunjukkan perubahan pada
kelainan neurologis, hanya terdapat penurunan kadar Cl pada meningitis tapi tidak
spesifik
3.9 Osmolaritas
Terdapat osmolaritas yang sama antara cairan serebrospinal dan darah (299
mosmol/L0).
Bila terdapat perubahan osmolaritas darah akan diikuti perubahan osmolaritas cairan
serebrospinal .
3.10 PH
Keseimbangan asam basa harus dipertimbangkan pada metabolik asidosis dan
metabolik alkalosis. PH cairan serebrospinal lebih rendah dari PH darah,
sedangkan PCO2 lebih tinggi pada cairan serebrospinal. Kadar HCO3 adalah sama
(23 mEg/L). PH cairan serebrospinal relatif tidak berubah bila metabolik asidosis
terjadi secara subakut atau kronik, dan akan berubah bila metabolik asidosis atau
alkalosis terjadi secara cepat
4. Cara Penilaian ;
1. Tampung cairan CSS untuk pemeriksaan.
2. Untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel, biakan dan pewarnaan gram,
protein dan glukosa ,Masukkan cairan tesbut dalam 3 tabung steril dan yang sudah
berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan CSS.
3. Untuk pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah globulin mengendap dalam
waktu 0,5 jam pada larutan asam sulfat.
Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi masukkan reagen 0,7 ml
dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan cairan CSS 0,5 . diamkan
selama 2 – 3 menit perhatikan apakah terbentuk endapan putih.
Cara penilainnya adalah sebagai berikut:
( -) Cincin putih tidak dijumpai
(+) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila dikocok
tetap putih
( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi opolecement
(berkabut)
( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh

4. Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin
dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol
dalam air.
Caranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi
kemudian teteskan 1 tetes cairan CSS, perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada
kekeruhan.
5. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien
dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
5. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet
jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.
5. Perawatan Post Lumbal pungsi
5.1 Pasien berbaring datar dengan hanya hanya 1 bantal untuk mengurangi post-
duralpuncture headache.
5.2.Anjurkan pasien tidur datar selama 6 – 12 jam setelah dilakukan prosedur.
5.3 Observasi tempat penusukan apakah ada kebocoran.
Observasi pasien mengenai orientasi, gelisah, perasaan mengantuk, mual,
irritabilitasserebral (fitting, twitching, spasticity atau kelemahan tungkai) dan
melaporkannyakepada dokter.
5.4 Anjurkan pasien melaporkan adanya nyeri kepala dan memberikan analgerik
sesuaiprogram. Melaporkan ke dokter bila ada hal yang tidak bisa diatasi.
intervensi keperawatan Tanggung jawab perawat adalah membantu pasien
mempertahankan posisi lateral rekumben dengan lutut fleksi.
5.5 Menjamin prinsip/ teknik aseptik secara ketat.
5.6 Memberi label specimen CSS. Menjaga posisi pasien dengan posisi flat beberapa
jam tergantung pada permintaan dokter.
5.7 Memonitor status cairan, neurologis dan tanda-tanda vital. Memberikan obat
analgetik sesuai kebutuhan. (Lewis,Heitkemper and Dirksen, 2000. p 1603).
GAMBAR PEMERIKSAAN LUMBAL PUNGSI .
10
S.ubcostal plan.e
Suprscristal line
m bi ticus

LUHBAR PUNCTURE PR0cE0URE


Pos is i anak untuk LP dalam
posisi clucluk
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN LUMBAL PUNCTURE (LUMBAL FUNGSI) PADA ANAK
1. Tujuan
Pemeriksaan cairan serebrospinal
1. Mengukur & mengurangi tekanan cairanserebrospinal
2.Menentukan ada tidaknya darah pd cairanserebrospinal
3.Mendeteksi adanya blok subarakhnoidspinal
4. Memberikan antibiotic intrathekal ke dlmkanalis spinal terutama kasus infeksi
5. .Mengambil cauran cerebrospinal untuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik
maupun kepentingan therapi
2. Indikasi
2.1. Meningitis bacterial / TBC.
2.2 Perdarahan subarahnoid.
2.3. Febris (Kaku kuduk) dengan kesadaran menurun (sebab tak jelas).
2.4. encepahilitis atau tumor malignan.
2.5. Tumor mielum : sebelum dan sesudah mielografi / caudiografi.
2.6. Sindroma GuillainBarre (bila perlu diulang-ulang + satu minggu).
2.7. Kelumpuhan yang tidak jelas penyebabnya.
2.8. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSS akibat trauma ataudicurigai
adanya perdarahan subarachnoid.
2.9. Kejang
2.10. Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
2.11. Ubun – ubun besar menonjolRuang Lingkup

3. Kontra indikasi
3.1. Syock/renjatan
3.2. Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
3.3. Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying
lesion,hidrosefalus)
3.4. Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
3.5. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini
akan sulituntuk penusukan jarum ke ruang interspinal
3.6. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau
herniasi serebralbisa terjadi pada pasien ini.
4. Komplikasi
4.1. Infeksi
4.2. Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
4.3. Jarum pungsi patah
4.4. Herniasi
4.5. Tertusuknya saraf oleh jarum pungs
4.6. Nyeri kepala hebat akibat kebocoran CSS.
4.7. Meningitis akibat masuknya bakteri ke CSS.
4.8. Paresthesia/ nyeri bokong atau tungkai.
4.9. Injury pada medulla spinalis.
4.10. Injury pada aorta atau vena cava, menyebabkan perdarahan serius.
4.11. Herniasi otak. Pada pasien denga peningkatan tekanan, tiba-tiba terjadi
penurunan tekanan akibat lumbar puncture, bisa menyebabkan herniasi
kompressi otak terutama batang otak.
4.12. 10 – 30% pasien dalam 1 – 3 hari dan paling lama 2 – 7 hari mengalami
postlumbal puncture headache.
4.13 Sebagian kecil mengalami nyeri, tapi bisa dikurangi dengan berbaringdatar.
Penanganan meliputi bed rest dan cairan dengan analgetik ringan.
5 .Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
6. Alat atau Bahan
6.1 Alat atau Bahan steril ;
1. Bak Instrumen ukuran sedang
2. Sarung tangan 1 pasang
3. Duk lubang
4. Duk kllem 2 buah
5. Pinset Anatomy 1 buah
6. Kapas.Deppres,Kasa sesuai kebutuhan
7. Alcohol 70 %/ lauratan antiseptic : povidon iodine dan alcohol untuk
membersihkan kulit
8. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
9. Silet Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
10 Manometer spinal bila diperlukan
11 Glass Preparat / Tabung sesuai kebutuhan 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan
biokimia)
6.2 Alat atau Bahan bersih:
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Troleey
3. Baki
4. Perlak dan pengalas
5. Plester ,jenis sesuai kebutuhan
6. Bengkok
7. Tempat sampah.
8. Waskom/bengkok berisi larutan chlorine 0,5 %
9. Model boneka sebagai pasien
10. Form Inform Consent dan Form persetujuan.

7. Persiapan pasien
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke
abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas
kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
8. Instruksi Kerja
1. Lakukan cuci tangan.
2. Persiapkan dan dekatkan alat-alat ke pasien
3. Gunakan sarung tangan bersih
4. Jelaskan dan persetujuan tentang tidakan
5. Pasang perlak dan pengalas
6. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah
satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah
fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna
vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
7. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan
garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina
iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara
L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namuntidak boleh pada bayi dan diberikan tanda.
8. Dekatkan bengkok
9. Lepas sarung tangan bersih, gunakan sarung tangan steril
10. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % (Menggunakan pinset
chirugi yang langsung pada pasien dan anatomi yang tidak langsung ke pasien).
11. Tutup dengan duk steril dan pasang duk klem sesuai pada sisi yang dibutuhkan di
mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka Tentukan kembali daerah pungsi
dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril
12. Siapkan obat anestesi sesuai kebutuhan (Program dokter)
13. Lakukan Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan
14. Tusukkan jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan
– lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke
atas sampai menembus durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda
pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi
dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.(
Sssuai jarum LP)
15. Lepaskan stylet ( anak jarum ) perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk
mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum
mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan sesuai tujuan
16. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan kasa kemudian ditahan dan plester
17. Lepas Duk klem dan klem
18. Posisikan pasien dengan posisi terlentang dan Berikan penjelasan pada keluarga
tentang yang diperhatikan pada post tindakan
19. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
20. Rendam alat dari logam pada Waskom / bengkok berisi larutan chlorine 0,5 %
21. Lepas sarung tangan kemudian Cuci tangan

9.INDIKATOR
Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis, tanpa bantuan dan memberikan gambaran
yang akurat dari semua tindakan yang diberikan apabila dirawat dan digunakan secara benar.
REFERENSI

Brunner and Suddarth’s. 1999. Medical Surgical Nursing. 9th Edition. Lippincot :
Philadelphia
Lewis, Heitkemper and Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing : Assessment and
Management of Clinical Problems. Volume 2. Mosby : St. Louis Missouri
Luckmann and Sorensen’s. 1993. Medical Surgical Nursing : A Psychophysiologic
Appraoach. 4th Edition. WB Saunders : Philadelphia.
Reis CE. 2006. Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 20 Februasi 2006.
www.arrowheadhospital.com. 2006. Physician Employed Nurse Practioner.
Diambil dari internet tanggal 9 oktober 2012.

www.ngt.org.uk. 206. Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 9 oktober


2012.

www.mtio.com. 206. Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 9 oktober


2012,.
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pemeriksaan lumbal puncture (lumbal fungsi) pada anak

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
A. Alat atau Bahan steril ;
1. Bak Instrumen ukuran sedang.
2. Sarung tangan 1 pasang
3. Duk lubang
4. Duk kllem 2 buah
5. Pinset Anatomy: 1 buah ,Chirugi :1 buah
6. Kapas.Deppres,Kasa sesuai kebutuhan
Alcohol 70 %/ lauratan antiseptic : povidon iodine dan alcohol untuk
membersihkan kulit
7. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
8. Silet Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
9 Manometer spinal bila diperlukan
Glass Preparat / Tabung sesuai kebutuhan 3 (untuk bakteriologi, sitologi
10
dan biokimia)
B. Alat atau Bahan bersih ;
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Troleey
3. Baki
4. Perlak dan pengalas
5. Plester
6. Bengkok
7 Tempat sampah
8. Waskom/bengkok berisi larutan chlorine 0,5 %
Model boneka sebagai pasien
9.
Form Inform Consent dan Form persetujuan.
10

II KEGIATAN INSTRUKSI KERJA


1. Mekukan cuci tangan
2. Mersiapkan dan dekatkan alat-alat ke pasien
3. Menggunakan sarung tangan bersih
4. Menjelaskan dan persetujuan tentang tidakan

5. Memasang perlak dan pengalas

Membantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu :


Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh.
6. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah
fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal
(kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
Mentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu :
Menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan
6. garis antara kedua spina iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan
kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4 dan L5 atau antara L2 dan
L3 namuntidak boleh pada bayi dan diberikan tanda.
7 Dekatkan bengkok
Melepas sarung tangan bersih, dan menggunakan gunakan sarung tangan
8.
steril
Melakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius
10 cm dengan larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70
9
% (Menggunakan pinset chirugi yang langsung pada pasien dan anatomi
yang tidak langsung ke pasien)
Menutup dengan duk steril dan pasang duk klem sesuai pada sisi yang
10
dibutuhkan di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka
Menentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan
11
yang telah memakai sarung tangan steril
12 Menyiapkan obat anestesi sesuai kebutuhan (Program dokter)
13 Melakukan Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan
Menusukkan jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan.
Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang vertebra sebelah
proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus
14 durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap
anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada
bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja
jaraknya 6-8 cm.
Melepaskan stylet ( anak jarum ) perlahan – lahan dan cairan keluar.
15 Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga
mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan
Mencabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan kasa kemudian
16
ditahan dan plester
17 Melepas Duk klem dan klem
Memposisikan pasien dengan posisi terlentang dan Berikan penjelasan
18
pada keluarga tentang yang diperhatikan pada pot tindakan
Merapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah
19
sakit
Merendam alat dari logam pada Waskom / bengkok berisi larutan
20
chlorine 0,5 %
21 Melepas sarung tangan kemudian Cuci tangan
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
18 18
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP

Anda mungkin juga menyukai