Sop Lumbal Punksi
Sop Lumbal Punksi
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii
1. Pengertian…………………………………………………………… 1
2. Cairan sebrospinal…………………………………………………. 1
3. Patofisiologi cairan serebrospinal………………………………… 1
4. Cara Penilaian………………………………………………………. 3
5. Perawatan Post Lumbal pungsi……………………………………. 4
GAMBAR PEMERIKSAAN LUMBAL PUNGSI …………………................ 6
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga Modul Praktikum Laboratorium Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan
Lumbal puncture (lumbal fungsi) pada anak. Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan
Lumbal puncture (lumbal fungsi) pada anak untuk mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya.
Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
Laboratorium Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan Lumbal puncture (lumbal fungsi)
pada anak merupakan kegiatan pelengkap mata kuliah Keperawatan anak pada Program Studi
Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Modul praktikum ini
diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan
praktikum dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan
pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Praktikum Laboratorium
Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan Lumbal puncture (lumbal fungsi) pada anak
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusun
KONSEP PEMERIKSAAN LUMBAL PUNCTURE (LUMBAL FUNGSI)
1. Pengertian :
Lumbal puncture (lumbal fungsi) adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal
dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk
pemeriksaan cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan
serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk
mendeteksi adanya bloksubarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic
intrathekal ke dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s,
1999, p 1630)
2. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi
untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan
dari luar. Jaringan otak80% terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel.
Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari. Hal
Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi
Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-
penyakit neurologi.Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit,
serta menentukan prognosa penyakit.
Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang aman,tidak mahal dan
cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi organisme penyebab serta dapat
untuk melakukan test sensitivitas antibiotika
Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif
dari epitel dan hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi
Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dankonsentrasi Mg dan klorida
yang lebih tinggi. Ph Cairan serebrospinal lebih rendah dari darah.
3. Patofisiologi cairan serebrospinal
3.1 Warna
Normal cairan serebrospinal warnamya jernih
Patologis bila berwarna:
Kuning-santokhrom( seperti kaldu daging), purulenta atau keruh.
Warna kuning muncul dari protein.
3.2 Tekanan
Tekanan CSS diatur oleh hasil kali dari kecepatan pembentukan cairan dan tahanan
terhadap absorpsi melalui villi arakhnoid.
Bila salah satu dari keduanya naik, maka tekanan naik, bila salah satu dari keduanya
turun,maka tekanannya turun.
3.3 Pengukuran dengan manometer
Pada pengukuran dengan manometer, normal tekanan akan sedikit naik pada
perubahan nadi dan respirasi, juga akan berubah pada penekanan abdomen dan waktu
batuk.
Bila ada penyumbatan, tak terlihat atau sedikit sekali peninggian tekanan.
Keadaan rongga kranium kaku, tekanan intrakranial juga dapat meningkat,yang bisa
disebabkan oleh karena peningkatan volume dalam ruang kranial,peningkatan cairan
serebrospinal atau penurunan absorbsi, adanya masa intrakranial dan oedema serebri.
3.4 Kegagalan sirkulasi normal
Kegagalan sirkulasi normal cairan serebrospinal dapat menyebabkan pelebaran vena
dan hidrocephalus. Keadaan ini sering dibagi menjadi hidrosefalus komunikans dan
hidrosefalus obstruktif.
Pada hidrosefalus komunikans terjadi gangguan reabsorpsi cairan serebrospinal
dimana sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel ke ruang subarakhnoid tidak
terganggu. Kelainan ini bisa disebabkan oleh adanya infeksi, perdarahan
subarakhnoid, trombosis sinus sagitalis superior, keadaan-keadaan dimana viscositas
cairan serebrospinal meningkat dan produksi cairan serebrospinal yang meningkat.
4. Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin
dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol
dalam air.
Caranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi
kemudian teteskan 1 tetes cairan CSS, perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada
kekeruhan.
5. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien
dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
5. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet
jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.
5. Perawatan Post Lumbal pungsi
5.1 Pasien berbaring datar dengan hanya hanya 1 bantal untuk mengurangi post-
duralpuncture headache.
5.2.Anjurkan pasien tidur datar selama 6 – 12 jam setelah dilakukan prosedur.
5.3 Observasi tempat penusukan apakah ada kebocoran.
Observasi pasien mengenai orientasi, gelisah, perasaan mengantuk, mual,
irritabilitasserebral (fitting, twitching, spasticity atau kelemahan tungkai) dan
melaporkannyakepada dokter.
5.4 Anjurkan pasien melaporkan adanya nyeri kepala dan memberikan analgerik
sesuaiprogram. Melaporkan ke dokter bila ada hal yang tidak bisa diatasi.
intervensi keperawatan Tanggung jawab perawat adalah membantu pasien
mempertahankan posisi lateral rekumben dengan lutut fleksi.
5.5 Menjamin prinsip/ teknik aseptik secara ketat.
5.6 Memberi label specimen CSS. Menjaga posisi pasien dengan posisi flat beberapa
jam tergantung pada permintaan dokter.
5.7 Memonitor status cairan, neurologis dan tanda-tanda vital. Memberikan obat
analgetik sesuai kebutuhan. (Lewis,Heitkemper and Dirksen, 2000. p 1603).
GAMBAR PEMERIKSAAN LUMBAL PUNGSI .
10
S.ubcostal plan.e
Suprscristal line
m bi ticus
3. Kontra indikasi
3.1. Syock/renjatan
3.2. Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
3.3. Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying
lesion,hidrosefalus)
3.4. Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
3.5. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini
akan sulituntuk penusukan jarum ke ruang interspinal
3.6. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau
herniasi serebralbisa terjadi pada pasien ini.
4. Komplikasi
4.1. Infeksi
4.2. Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
4.3. Jarum pungsi patah
4.4. Herniasi
4.5. Tertusuknya saraf oleh jarum pungs
4.6. Nyeri kepala hebat akibat kebocoran CSS.
4.7. Meningitis akibat masuknya bakteri ke CSS.
4.8. Paresthesia/ nyeri bokong atau tungkai.
4.9. Injury pada medulla spinalis.
4.10. Injury pada aorta atau vena cava, menyebabkan perdarahan serius.
4.11. Herniasi otak. Pada pasien denga peningkatan tekanan, tiba-tiba terjadi
penurunan tekanan akibat lumbar puncture, bisa menyebabkan herniasi
kompressi otak terutama batang otak.
4.12. 10 – 30% pasien dalam 1 – 3 hari dan paling lama 2 – 7 hari mengalami
postlumbal puncture headache.
4.13 Sebagian kecil mengalami nyeri, tapi bisa dikurangi dengan berbaringdatar.
Penanganan meliputi bed rest dan cairan dengan analgetik ringan.
5 .Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
6. Alat atau Bahan
6.1 Alat atau Bahan steril ;
1. Bak Instrumen ukuran sedang
2. Sarung tangan 1 pasang
3. Duk lubang
4. Duk kllem 2 buah
5. Pinset Anatomy 1 buah
6. Kapas.Deppres,Kasa sesuai kebutuhan
7. Alcohol 70 %/ lauratan antiseptic : povidon iodine dan alcohol untuk
membersihkan kulit
8. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
9. Silet Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
10 Manometer spinal bila diperlukan
11 Glass Preparat / Tabung sesuai kebutuhan 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan
biokimia)
6.2 Alat atau Bahan bersih:
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Troleey
3. Baki
4. Perlak dan pengalas
5. Plester ,jenis sesuai kebutuhan
6. Bengkok
7. Tempat sampah.
8. Waskom/bengkok berisi larutan chlorine 0,5 %
9. Model boneka sebagai pasien
10. Form Inform Consent dan Form persetujuan.
7. Persiapan pasien
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke
abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas
kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
8. Instruksi Kerja
1. Lakukan cuci tangan.
2. Persiapkan dan dekatkan alat-alat ke pasien
3. Gunakan sarung tangan bersih
4. Jelaskan dan persetujuan tentang tidakan
5. Pasang perlak dan pengalas
6. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah
satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah
fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna
vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
7. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan
garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina
iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara
L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namuntidak boleh pada bayi dan diberikan tanda.
8. Dekatkan bengkok
9. Lepas sarung tangan bersih, gunakan sarung tangan steril
10. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % (Menggunakan pinset
chirugi yang langsung pada pasien dan anatomi yang tidak langsung ke pasien).
11. Tutup dengan duk steril dan pasang duk klem sesuai pada sisi yang dibutuhkan di
mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka Tentukan kembali daerah pungsi
dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril
12. Siapkan obat anestesi sesuai kebutuhan (Program dokter)
13. Lakukan Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan
14. Tusukkan jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan
– lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke
atas sampai menembus durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda
pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi
dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.(
Sssuai jarum LP)
15. Lepaskan stylet ( anak jarum ) perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk
mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum
mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan sesuai tujuan
16. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan kasa kemudian ditahan dan plester
17. Lepas Duk klem dan klem
18. Posisikan pasien dengan posisi terlentang dan Berikan penjelasan pada keluarga
tentang yang diperhatikan pada post tindakan
19. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
20. Rendam alat dari logam pada Waskom / bengkok berisi larutan chlorine 0,5 %
21. Lepas sarung tangan kemudian Cuci tangan
9.INDIKATOR
Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis, tanpa bantuan dan memberikan gambaran
yang akurat dari semua tindakan yang diberikan apabila dirawat dan digunakan secara benar.
REFERENSI
Brunner and Suddarth’s. 1999. Medical Surgical Nursing. 9th Edition. Lippincot :
Philadelphia
Lewis, Heitkemper and Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing : Assessment and
Management of Clinical Problems. Volume 2. Mosby : St. Louis Missouri
Luckmann and Sorensen’s. 1993. Medical Surgical Nursing : A Psychophysiologic
Appraoach. 4th Edition. WB Saunders : Philadelphia.
Reis CE. 2006. Lumbar Puncture. Diambil dari internet tanggal 20 Februasi 2006.
www.arrowheadhospital.com. 2006. Physician Employed Nurse Practioner.
Diambil dari internet tanggal 9 oktober 2012.
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pemeriksaan lumbal puncture (lumbal fungsi) pada anak
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
A. Alat atau Bahan steril ;
1. Bak Instrumen ukuran sedang.
2. Sarung tangan 1 pasang
3. Duk lubang
4. Duk kllem 2 buah
5. Pinset Anatomy: 1 buah ,Chirugi :1 buah
6. Kapas.Deppres,Kasa sesuai kebutuhan
Alcohol 70 %/ lauratan antiseptic : povidon iodine dan alcohol untuk
membersihkan kulit
7. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
8. Silet Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
9 Manometer spinal bila diperlukan
Glass Preparat / Tabung sesuai kebutuhan 3 (untuk bakteriologi, sitologi
10
dan biokimia)
B. Alat atau Bahan bersih ;
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Troleey
3. Baki
4. Perlak dan pengalas
5. Plester
6. Bengkok
7 Tempat sampah
8. Waskom/bengkok berisi larutan chlorine 0,5 %
Model boneka sebagai pasien
9.
Form Inform Consent dan Form persetujuan.
10
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
18 18
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP