Anda di halaman 1dari 30

Perkara No. 27/Pdt.

Sus-PHI/2022/PN Jap

EKSEPSI DAN JAWABAN TERGUGAT


Dalam Perkara No. 27/Pdt.Sus-PHI/2022/PN Jap

Antara:

KUNDRAT RAMAR sebagai TERGUGAT

MELAWAN

PT. FREEPORT INDONESIA sebagai PENGGUGAT

DI PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PADA PENGADILAN NEGERI KELAS IA JAYAPURA

Page 1 of 30
KANTOR HUKUM
YULIYANTO & ASSOCIATES
ADVOKAT-KONSULTAN HUKUM-MEDIATOR
Alamat Kantor : Jalan Jeruk Nipis Depan IGD RS Bhayangkara Kota Jayapura PAPUA-INDONESIA
e-mail: yuliyanto45@gmail.com; Hp: 0811- 48-2345, 0811 488 998; Website :
yuliyantoassociates.com,

Jayapura, 12 Juli 2022

Kepada Yth.
Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial
Pada Pengadilan Negeri Kelas IA Jayapura
Yang Memeriksa Dan Mengadili
Perkara No. 27/Pdt.Sus-PHI/2022/PN Jap
Jl. Raya Abepura, Jayapura
Propinsi Papua

Dengan hormat,
Kami, Yuliyanto, S.H.,M.H.; Purwaningsih, S.H., Yosi Pangandaran, S.H., Verawati
Ngamel, S.H.,M.H., Edi Amoye, S.H., Dr. Yulianus P. Aituru, S.H.,M.Sc. Para Advokat
pada Kantor Hukum YULIYANTO & ASSOCIATES, beralamat di Jalan Jeruk Nipis
Depan IGD RS Bhayangkara, Furia, Kotaraja, Kota Jayapura, Papua, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus No. 082/SK-Y&A/VII/2022 Tertanggal 06-07-2022, bertindak untuk dan atas
nama Klien kami Kundrat Ramar, dengan ini mengajukan Eksepsi dan Jawaban terhadap
Gugatan yang diajukan oleh PT Freeport Indonesia selaku PENGGUGAT, sebagai berikut:

Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil PENGGUGAT sepanjang


tidak diakui secara tegas oleh TERGUGAT dalam jawabannya.

A. DALAM EKSEPSI

I. Gugatan Penggugat Dalam Perkara A quo yang menarik Tergugat Sebagai


Pihak merupakan Diskualifikasi On Person

Bahwa Tergugat bukanlah pihak yang seharusnya ditarik sebagai Tergugat

Page 2 of 30
Bahwa peristiwa tanggal 24 April 2020 sehubungan dengan aktivitas Tergugat
yang mengoperasikan peralatan/kendaraan jenis kubota milik Penggugat bukanlah
merupakan pelanggaran Keselamatan Kesehatan Kerja Dan Lindungan
Lingkungan Pertambangan (K3LLP).

Bahwa aktivitas Tergugat tanggal 24 April 2020 tersebut tidak menyalahi aturan
perusahaan karena pertanggal 22 April 2020 Tergugat telah menyelesaikan
training berbasis kelas (Off The Job) dan pengoperasian mínimum dilapangan (On
The Job), sebagaimana table jadwal pelaksanaan training dari tanggal 14 -18 April
2020 dan tanggal 22 April 2020, atas nama Kundrat Ramar (ID. 814575) dengan
Instruktur ID. 254824. (Vide Bukti T-1)

Bahwa peristiwa tanggal 24 April 2020 bukanlah merupakan pelanggaran


sebagaimana dalil Penggugat karena berdasarkan pernyataan Stevanus Ronggeari,
ID. 828873 (Penyelia Tergugat) yang pada intinya menyatakan “menyangkut
dengan lisensi tidak ada masalah karena ada persetujuan departemen terkait
proses lisensi tersebut” (VIDE BUKTI T-2), sebagaimana surat pernyataan
tertanggal 20 Agustus 2020. Berdasarkan Pasal 1 Nomor 46 Pedoman Hubungan
Industrial PT Freeport Indonesia Edisi XI Tahun 2020-2022 yang dimaksud
dengan Penyelia adalah “Pekerja/Buruh yang diberi tugas, tanggung jawab dan
kewenangan oleh Pengusaha untuk memimpin dan mengawasi pekerja/buruh
yang menjadi bawahannya”.
Dengan demikian sudah cukup terbukti dan terang bahwa aktivitas Tergugat
bukannlah merupakan suatu pelanggaran sebagaimana dalil Penggugat.

Bahwa jikalau Penggugat mendasari peristiwa tersebut merupakan suatu


pelanggaran yang berhubungan dengan lisensi Tergugat dalam mengoperasikan
peralatan/kendaraan jenis Kubota, maka Penggugat telah keliru menarik Tergugat
sebagai “Pihak Tergugat” dalam perkara Aquo.
Bahwa sebagaimana peraturan perusahaan yang mewajibkan pekerja/buruh
mengoperasikan peralatan/kendaraan harus memiliki lisensi yang sah (lisensi yang
sah diperoleh melalui prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan, yang langsung

Page 3 of 30
terupdate kedalam sistem perusahaan), maka dengan demikian Tergugat telah
memiliki kualifikasi tersebut.

Bahwa merujuk kepada aturan perusahaan sehubungan dengan kebijakan


Pengelompokan Dan Sertifikasi Lisensi Peralatan Bergerak, No Dokumen: PRO-
LOD-06, Tanggal Terbit: 5 September 2018, No. Revisi: 03, Hal. 3 Poin 4.6:
“Seluruh data hasil pelatihan dan penilaian lisensi harus diupayakan untuk
diupdate dalam sistem database PTFI paling lambat 2 hari setelah proses lisensi
selesai, kecuali terhambat oleh kendala-kendala yang sulit dikontrol seperti
kerusakan sistem atau hambatan dalam memperoleh persetujuan pihak terkait”
(VIDE BUKTI T-3), jika dikaitkan dengan dalil Penggugat yang menyatakan
Tergugat tidak memiliki lisensi yang sah maka Penggugat telah keliru.

Bahwa Tergugat berdasarkan bukti-bukti yang sah telah melakukan proses


pelatihan dan penilaian sebagaimana aturan perusahaan maka untuk penerbitan
lisensi yang sah berbasis sistem sebagaimana standar perusahaan telah selesai dan
tuntas dengan nilai kelulusan 90 % (VIDE BUKTI T-4) dilakukan oleh Tergugat.

Bahwa mengutip aturan perusahaan sebagaimana yang telah kami uraikan diatas
maka untuk selanjutnya beban penerbitan lisensi yang sah tersebut menjadi
tanggung jawab Penilai Divisi atau Penilai Divisi LO& D.

Bahwa berdasarkan aturan perusahaan sehubungan dengan kebijakan


Pengelompokan Dan Sertifikasi Lisensi Peralatan Bergerak, No Dokumen: PRO-
LOD-06, Tanggal Terbit: 5 September 2018, No. Revisi: 03, Hal. 3 Poin 4.6, hal
yang dikecualikan dalam aturan tersebut tidak pernah terkonfirmasi kepada
Tergugat:
a. Tergugat tidak pernah mendapat pemberitahuan atau terkonfirmasi
dalam kurun waktu 22 April 2020 sampai dengan 24 April 2020 baik
dalam bentuk lisan, tertulis, pemberitahuan secara elektronik, bahwa
sedang terjadi kerusakan sistem.
b. Tergugat tidak pernah mendapat pemberitahuan atau terkonfirmasi
dalam kurun waktu 22 April 2020 sampai dengan 24 April 2020 baik

Page 4 of 30
dalam bentuk lisan, tertulis, pemberitahuan secara elektronik, bahwa
terdapat hambatan dalam memperoleh persetujuan pihak terkait
sehubungan dengan penerbitan lisensi Tergugat.

Bahwa dengan demikian berdasarkan aturan perusahaan, pertanggal 24 April 2020


secara sistem Tergugat seyogianya telah terbit lisensi atas nama Tergugat.

Bahwa berdasarkan hal yang Tergugat dalilkan diatas jikalau Penggugat


menganggap Tergugat melakukan pelanggaran sehubungan dengan lisensi
Tergugat pada tanggal 24 April 2020 sudah harus terbit dan hal ini dikuatkan
dengan dukungan crew (27 Orang) tertanggal 28 Juni 2020 kepada Tergugat untuk
kembali bekerja di área kerja UG Doz Production yang menyatakan bahwa
Tergugat dalam posisi On Trainer dan sudah memiliki lisensi (VIDE BUKTI T-
5).

Bahwa dengan demikian jika mendalilkan pada kesalahan, justru beban tersebut
menjadi tanggung jawab atau kesalahan Penilai Divisi atau Penilai Divisi L &
OD. Dalam hal ini, kelalaian yang dapat dikualifikasikan sebagai pelanggaran
yang dilakukan oleh pihak Penilai Divisi atau Penilai Divisi L & OD secara jelas
dapat dilihat melalui korespondensi email antara pihak Divisi Tergugat dangan
Pihak Divisi L & OD sejak tanggal 25 April 2020 sampai dengan 27 April 2020
(Vide Bukti T-6).

Bahwa berdasarkan korespondensi email antara Warandore, Pilep


(pwarando@fmi.com) dengan Hanggoro (hanggoro@fmi.com) dalam hal ini
pihak Divisi L & OD, pada tanggal 27 April 2020 pukul 08:11 am, Hanggoro
(hanggoro@fmi.com) menjawab email Warandore, Pilep (pwarando@fmi.com):
“Subject: RE: REVISI: Jam Training Manual Kubota Tractors UG-an Ramar
Kundrat 814575
Pak Pilep,
Data sudah di upload
Terima kasih
Salam,

Page 5 of 30
Hanggoro”
Bahwa semakin jelas dan tak terbantahkan lagi jika dikaitkan dengan sistem yang
bekerja secara otomatis berdasarkan kebijakan Pengelompokan Dan Sertifikasi
Lisensi Peralatan Bergerak, No Dokumen: PRO-LOD-06, Tanggal Terbit: 5
September 2018, No. Revisi: 03, Hal. 3 Poin 4.6 dengan personal data training
Tergugat (VIDE BUKTI T-7) diketahui bahwa sebenarnya dalam jangka waktu 2
(dua) hari sejak di upload didalam sistem secara otomatis lisensi Tergugat sudah
aktif (completed), merupakan fakta hukum sejak konfirmasi dalam email dijawab
sudah di upload pada tanggal 27 April 2020 secara otomatis melalui sistem
terbukti muncul status completed pada tanggal 29 April 2020 (bandingkan bukti
TE-6 dengan bukti TE-7).

Bahwa demikian semakin tanpak jelas beban kesalahan bukannlah terletak pada
Tergugat karena berdasarkan fakta, Penilai Divisi atau Penilai Divisi L & OD
yang nyata-nyata telah melakukan kesalahan berulang yang historynya dapat kami
uraikan:
1. Seharusnya Penilai Divisi atau Penilai Divisi L & OD sudah meng-
upload hasil training berbasis kelas (Off The Job) dan
pengoperasian mínimum dilapangan (On The Job), pada tanggal 22
April 2020, namun tidak dilakukan
2. Bahwa kelalaian/pelanggaran selanjutnya tampak dari email
tertanggal 25 April 2020 dari Divisi Tergugat kepada Divisi L &
OD yang memohon bantuan untuk memasukkan jam training
Tergugat kedalam sistem
3. Bahwa kelalaian atau pelanggaran selanjutnya baru direspon baru
direspon oleh Divisi L & OD pada tanggal 27 April 2020 dengan
keterangan sudah di upload

Bahwa berdasarkan data tersebut Penilai Divisi atau Penilai Divisi L & OD yang
telah melakukan pelanggaran SOP sejak tanggal 22 April 2020 sampai dengan 27
April 2020 secara nyata telah mengakibatkan kerugian bagi Tergugat.

Page 6 of 30
Bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh Penilai Divisi atau Penilai Divisi L &
OD sejak tanggal 22 April 2020 sampai dengan 27 April 2020 dikuatkan oleh
pengakuan Sdr. Zaenal Supriyono dari Departement (dahulu) QMS sekarang L &
OD yang mengakui memang terjadi kesalahan prosedur (tidak sesuai SOP) dalam
pengajuan lisensi Kubota Tergugat. (VIDE BUKTI T-8)

Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut Penggugat telah keliru menarik Tergugat


sebagai pihak dalam perkara Aquo dan seharusnya pihak Penilai Divisi atau
Penilai Divisi L & OD yang seharusnya ditarik sebagai Tergugat dalam perkara
Aquo.

Bahwa berdasarkan seluruh dalil Tergugat, mohon kiranya Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini menolak seluruh gugatan atau setidak-
tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke
Verklaard)

II. Gugatan Penggugat Prematur dengan Tidak melakukan Peringatan 1,2,3


atau Peringatan Pertama dan Terakhir

Bahwa gugatan Penggugat bertentangan dengan UU Nomor 11 Tahun 2020


Tentang Cipta Kerja Jo PP Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, Dan Pemutusan
Hubungan Kerja.

Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat melakukan pelanggaran dalam


hal mengoperasikan peralatan/kendaraan jenis Kubota sebagaimana tertuang
dalam materi gugatannya tertanggal 25 Mei 2022 yang didaftarkan di Pengadilan
Hubungan Industrial pada tanggal 30 Mei 2022 yang teregister dalam perkara
Nomor: 27/Pdt.Sus-PHI/2022/PN Jap merupakan tindakan yang sangat
dipaksakan.

Page 7 of 30
Bahwa berangkat dari peristiwa 24 April 2020 yang menyatakan aktivitas
Tergugat dalam pengoperasian kendaraan jenis Kubota milik perusahaan di área
kerja tanpa memiliki SIM/Lisensi merupakan tuduhan yang sangat tidak mendasar
Bahwa jikalau Penggugat menganggap peristiwa tanggal 24 april 2020 tersebut
merupakan suatu pelanggaran kerja Quod Non, peristiwa tersebut telah selesai
berdasarkan justifikasi dari Penyelia Tergugat yakni Stevanus Ronggeari, ID.
828873 yang pada intinya menyatakan “menyangkut dengan lisensi tidak ada
masalah karena ada persetujuan departemen terkait proses lisensi tersebut”
(VIDE BUKTI T-2),

Bahwa jikalau Penggugat menyatakan Tergugat telah melakukan pelanggaran


dalam mengoperasikan kendaraan jenis Kubota tanpa memiliki SIM/Lisensi Quod
Non, Tergugat tidak bisa dikenakan pelanggaran dengan menggunakan prinsip
atau kebijakan “Zero Tolerance” (istilah yang dikemukan Pengusaha pada
saat Bipartit I,II, III yang berarti Pelanggaran Tanpa Toleransi )Prinsip yang
karena kebijakan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Bahwa kalaupun Penggugat melakukan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud


dalam gugatan Aquo Quod Non Penggugat seharusnya berdasarkan Undang-
undang harus terlebih dahulu diberi peringatan satu, dua, tiga atau bilamana ada
aturan perusahaan yang menetapkan peringatan pertama dan terakhir sehingga
prinsip “Zero Tolerance” yang dianut oleh perusahaan karena langsung
melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa melalui mekanisme yang
diperintahkan oleh undang-undang sebagaimana yang telah kami uraikan diatas
sungguh-sungguh sangat bertentangan.

Bahwa dalam hal ini Penggugat telah menganulir keputusannya sendiri melalui
Penyelia Tergugat dengan tetap memaksakan tuduhan bahwa Tergugat telah
melakukan pelanggaran atas prinsip atau kebijakan “Zero Tolerance” yang
diaplikasikan Penggugat terhadap Penggugat dengan cara menggiring aktivitas
Tergugat pada tanggal 24 April 2022 dengan memberikan konsekuensi pemutusan
hubungan kerja yang selanjutnya dikemas melalui proses Bipartit kemudian

Page 8 of 30
dilanjutkan dengan Mediasi sampai dengan perkara ini diajukan di Pengadilan
Hubungan Industrial hanya semata-mata memperoleh syarat formil diajukannya
gugatan untuk memutus hubungan kerja dengan Tergugat.

Bahwa Gugatan Penggugat dalam perkara Aquo haruslah dinyatakan Prematur


karena berdasarkan Pasal 154 A Ayat 1 huruf k Undang-undang Nomor 11 Tahun
2020 Tentang Cipta Kerja :
“Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama dan
sebelumnya telah diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara
berturut-turut masingmasing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan
kecuali ditetapkan lain dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama;”
Jo. Pasal 36 huruf k Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, Dan
Pemutusan Hubungan Kerja

Penjelasan Pasal 154 A Ayat 2 UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
“Ayat (2) Perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
atau mengatur lebih baik dari peraturan perundangan”
Penjelasan Pasal 52 PP 35 Tahun 2021 :
Pasal 52 Ayat (1) Surat peringatan diterbitkan secara berurutan yaitu:
a. surat peringatan pertama berlaku untuk jangka waktu 6 (enam) bulan.
b. Apabila Pekerja/Buruh melakukan kembali pelanggaran ketentuan dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama
masih dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan maka Pengusaha dapat
menerbitkan surat peringatan kedua, yang juga mempunyai jangka waktu
berlaku selama 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya peringatan kedua.
c. Apabila Pekerja/Buruh masih melakukan pelanggaran ketentuan dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama,
Pengusaha dapat menerbitkan peringatan ketiga (terakhir) yang berlaku
selama 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya peringatan ketiga.
Apabila dalam kurun waktu peringatan ketiga Pekerja/Buruh kembali
melakukan pelanggaran Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama maka Pengusaha dapat melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja. Dalam hal jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
diterbitkannya surat peringatan pertama sudah terlampaui, maka apabila
Pekerja/Buruh yang bersangkutan melakukan kembali pelanggaran
Page 9 of 30
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama,
maka surat peringatan yang diterbitkan oleh Pengusaha adalah kembali
sebagai peringatan pertama, demikian pula berlaku juga bagi peringatan
kedua dan ketiga.
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama
dapat memuat pelanggaran tertentu yang dapat diberi peringatan pertama
dan terakhir. Apabila Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama dalam
tenggang waktu masa berlakunya peringatan pertama dan terakhir
dimaksud, Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja.
Tenggang waktu 6 (enam) bulan dimaksudkan sebagai upaya mendidik
Pekerja/Buruh agar dapat memperbaiki kesalahannya dan di sisi lain waktu 6
(enam) bulan ini merupakan waktu yang cukup bagi Pengusaha untuk
melakukan penilaian terhadap kinerja Pekerja/Buruh yang bersangkutan.

Bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan, prinsip zero tolerence yang


diterapkan perusahaan sehubungan dengan tuduhan pelanggaran yang dilakukan
Tergugat tidak sama dengan prinsip zero tolerence yang dimaksud dalam pasal 54
(2) PP 35 Tahun 2021.

Bahwa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 54 (2) PP 35 Tahun 2021 :


“dalam hal ini Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran
bersifat mendesak yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
atau Perjanjian Kerja Bersama”

Bahwa berdasarkan hal tersebut, apabila Penggugat menyatakan Tergugat telah


melakukan pelanggaran yang sifatnya mendesak (zero tolerence) Quod-Non,
sehingga Penggugat langsung melakukan Pemutusan hubungan Kerja terhadap
tergugat merupakan suatu keputusan yang tidak bisa dibenarkan.
Bahwa jika menguraikan pelanggaran yang dituduhkan kepada tergugat
sehubungan dengan pengoperasian kendaraan jenis Kubota milik perusahaan di
area kerja tanpa memiliki SIM/Lisensi Quod-non, perbuatan tersebut bukanlah
perbuatan pelanggaran yang sifatnya mendesak dikarenakan menurut penjelasan
pasal 54 (2) PP 35 Tahun 2021:
Ayat (2)
Pelanggaran bersifat mendesak yang dapat diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama sehingga Pengusaha
dapat langsung memutuskan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh,
misalnya dalam hal:
a. melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang
milik Perusahaan;
Page 10 of 30
b. memberikan keterangan palsu atau dipalsukan sehingga merugikan
Perusahaan;
c. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan
kerja;
d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
e. menyerang, menganiaya, mengancam, ataumengintimidasi teman sekerja atau
Pengusaha di lingkungan kerja;
f. membujuk teman sekerja atau Pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik Perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi
Perusahaan;
h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau Pengusaha
dalam keadaan bahaya di tempat kerja;
i. membongkar atau membocorkan rahasia Perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; atau
j. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan Perusahaan yang diancam
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Bahwa dengan demikian apabila dalam hal ini penggugat terbukti melakukan
pelanggaran pengoperasian kendaraan jenis Kubota milik perusahaan di area kerja
tanpa memiliki SIM/Lisensi Quod-non, tidak dapat langsung dilakukan
pemutusan hubungan kerja karena pelanggaran tersebut tidak memiliki sifat
mendesak sebagaimana yang dimaksud undang-undang dalam perkara aquo.

Bahwa dengan demikian, jika pelanggaran yang dituduhkan kepada Tergugat


sehubungan pengoperasian kendaraan jenis Kubota milik perusahaan di area kerja
tanpa memiliki SIM/Lisensi Quod-non, Tergugat tidak dapat langsung dilakukan
Pemutusan hubungan kerja tetapi harus melewati mekanisme :
a. Surat Peringatan Pertama, Surat Peringatan Kedua, Surat Peringatan Ketiga,
atau
b. Memberi Surat Peringatan Pertama dan Terakhir
Bahwa maksud pembuat undang-undang, Apabila Pekerja/Buruh melakukan
pelanggaran, harus melewati mekanisme peringatan.

Bahwa dengan demikian gugatan Penggugat untuk melakukan pemutusan kerja


dengan Tergugat terbukti dipaksakan dikarenakan (jikalau terbukti) pelanggaran
yang dilakukan Penggugat mengoperasikan kendaraan jenis Kubota milik
perusahaan di area kerja tanpa memiliki SIM/Lisensi tidak pernah didahuli

Page 11 of 30
dengan mekanisme peringatan sebagaimana yang diatur undang-undang,
baik dengan opsi rangkaian peringatan 1,2,3 ataupun opsi peringatan
pertama dan terakhir.

Bahwa dengan demikian tindakan Penggugat yang melakukan prinsip Zero


Tolerence (sanksi PHK), dilanjutkan dengan Bipartit, kemudian Mediasi sehingga
gugatan ini didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial Jayapura merupakan
kamuflase agar syarat formil pengajuan gugatan dapat terpenuhi, padahal secara
hukum semua rangkaian peristiwa itu tanpa didahului dengan memberikan
peringatan 1,2,3 ataupun peringatan pertama dan terakhir. Dengan demikian
gugatan tersebut dapat dikategorikan Gugatan Prematur.

Bahwa berdasarkan tindakan Penggugat yang langsung melakukan PHK terhadap


Tergugat selain bertentangan dengan Undang-undang, tindakan tersebut juga
bertentangan dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 32 (Jenis
Pemutusan Hubungan Kerja) ayat 1, BAB IV Tentang Pemutusan Hubungan
Kerja, Pedoman Hubungan Industrial PT. Freeport Indonesia Edisi XI
Tahun 2020-2022, yang menyatakan bahwa :
1) PHK karena Pelanggaran Disiplin dilakukan karena pekerja/ Buruh
melakukan pelanggaran ketentuan perusahaan seperti diatur dalam PHI ini.
Perusahaan dapat melakukan PHK setelah pekerja/ Buruh yang
bersangkutan diberikan peringatan tertulis pertama, kedua dan ketiga
secara akumulatif dan/ atau berturut-turut.
Merujuk kepada penekanan “pelanggaran Disiplin”, maka kemudian Tergugat
mengutip Pasal 24 BAB V Tentang Kepatuhan Atas Disiplin Kerja Pedoman
Hubungan Industrial PT. Freeport Indonesia Edisi XI Tahun 2020-2022 :
1) Disiplin kerja pada PTFI dibedakan dalam 3 area, yaitu :
a. Tata Tertib Kerja
b. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
Pertambangan (K3LLP), serta
c. Keamanan dan ketertiban
Bahwa dengan demikian, dapat terlihat dengan jelas dan tak terbantahkan lagi,
Tindakan Penggugat yang telahn melakukan Pemutusan hubungan Kerja

Page 12 of 30
sehubungan dengan tuduhan terhadap aktivitas Tergugat pada tanggal 24 April
2020 sehubungan dengan disiplin K3LLP dengan Tergugat secara sepihak telah
melanggar Pedoman Hubungan Industrial PT. Freeport Indonesia.
Bahwa oleh karena PHK telah dijatuhkan tanpa melalui mekanisme sebagaimana
yang telah kami utarakan diatas, untuk memenuhi syarat formil proses
Penyelesaian Perselisihan PHK maka dilanjutkan dengan Bipartit dan mediasi
(Anjuran adalah agar Tergugat dipekerjakan kembali) sehingga dapatlah diajukan
gugatan di Pengadilan hubungan Industrial.

Bahwa berdasarkan seluruh dalil Tergugat yang dapat membuktikan tindakan


Penggugat yang mendaftarkan gugatannya tanpa memberikan peringatan terlebih
dahulu karena dalil gugatan penggugat bukan merupakan pelanggaran mendesak
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal pasal 54 (2) PP 35 Tahun 2021 sehingga
gugatan tersebut haruslah dinyatakan prematur, oleh karena hal tersebut mohon
kiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini menolak
seluruh gugatan atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard)

B. DALAM POKOK PERKARA

I. Bahwa apa yang didalilkan dalam eksepsi dan jawaban dalam pokok perkara ini,
haruslah dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

II. Bahwa benar Tergugat adalah pekerja yang bekerja pada Penggugat sejak tahun
10 Maret 2000 Dengan jabatan terakhir sebagai foreman grade 1 di Departemen
Operations Mine Underground, dan menerima upah pokok setiap bulannya
sebesar Rp.20.340.000 sebelum potong pajak

III. Bahwa Tergugat Tidak Pernah Melakukan Pelanggaran Sebagaimana Yang


Didalilkan Oleh Penggugat.

Page 13 of 30
Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil Penggugat dalam gugatannya pada
halaman 2, nomor 4 sampai dengan nomor 5 yang pada intinya menyatakan
bahwa penggugat melakukan pelanggaran keselamatan kerja dan Lindungan
Lingkungan Pertambangan (K3LLP) yang diatur dalam Pedoman PHI PTFI yakni,
pada tanggal 24 April 2020 mengoperasikan peralatan/ kendaraan jenis kubota
milik perusahaan di area kerja tanpa memiliki SIM/Lisensi yang sah sesuai
ketentuan perusahan dan disamping itu Tergugat juga membiarkan pekerja lain
bergantung disamping peralatan/ kendaraan pada saat peralatan/kendaraan
tersebut dioperasikan.

Bahwa berdasarkan fakta sehubungan dengan dalil Penggugat tersebut, perlu


kiranya kami uraikan peristiwa yang melatarbelakangi Tergugat mengoperasikan
peralatan/ kendaraan jenis kubota milik perusahaan :

1. Tergugat telah selesai melakukan proses pelatihan dan penilaian pertanggal 22


April 2020. Tergugat telah menyelesaikan training berbasis kelas (Off The
Job) dan pengoperasian mínimum dilapangan (On The Job), sebagaimana
table jadwal pelaksanaan training dari tanggal 14 -18 April 2020 dan tanggal
22 April 2020, atas nama Kundrat Ramar (ID. 814575) dengan Instruktur ID.
254824sebagaimana aturan perusahaan dengan nilai kelulusan 90 %
2. Berdasarkan aturan perusahaan sehubungan dengan kebijakan Pengelompokan
Dan Sertifikasi Lisensi Peralatan Bergerak, No Dokumen: PRO-LOD-06,
Tanggal Terbit: 5 September 2018, No. Revisi: 03, Hal. 3 Poin 4.6:
“Seluruh data hasil pelatihan dan penilaian lisensi harus diupayakan untuk
diupdate dalam sistem database PTFI paling lambat 2 hari setelah proses
lisensi selesai, kecuali terhambat oleh kendala-kendala yang sulit dikontrol
seperti kerusakan sistem atau hambatan dalam memperoleh persetujuan
pihak terkait”
Dengan demikian berdasarkan standar mutu perusahaan, secara sistem, Lisensi
Tergugat harus terbit pada tanggal 24 April 2020 (2 hari setelah selesainya
rangkaian training Tergugat)
3. Bahwa dikemudian hari menurut Penggugat kalau Tergugat melakukan
pelanggaran dengan mengendarai kendaraan tanpa lisensi bukanlah kesalahan

Page 14 of 30
tergugat.hal tersebut didasarkan kepada, lisensi yang dimaksud tidak memiliki
bentuk fisik seperti Surat Izin Mengemudi (SIM) konvensional pada umumnya
yang dengan cara menunjukkan bentuk fisiknya berarti baru dianggap
seseorang itu telah memiliki izin mengemudi. Sehingga mengikuti standar
perusahaan, lisensi di lingkungan Perusahaan Penggugat semua tercatat dalam
sistem tanpa perlu ditunjukkan bentuk fisik Lisensinya oleh orang yang
mengoperasikan peralatan/ kendaraan milik perusahaan.
4. Bahwa dikemudian hari setelah tanggal 24 April 2020 tersebut, lisensi
Penggugat baru terupdate dalam sistem, bukan menjadi ranah atau
kewenangan dari Tergugat. Melainkan menjadi kewenangan dan tanggung
jawab divisi L & OD, Terlebih dalam rentang waktu 22 April 2020 (jadwal
training terakhir) sampai dengan 24 April 2020, Tergugat tidak pernah
terkonfirmasi atau mengetahui atau diberitahu bahwa telah terjadi kerusakan
sistem dan Tergugat tidak pernah terkonfirmasi atau mengetahui atau
diberitahu bahwa telah terjadi hambatan dalam memperoleh persetujuan
pihak terkait sehubungan dengan penerbitan lisensi Tergugat. Dengan
demikian secara sistem pada tanggal 24 April 2020, Lisensi Tergugat harus
sudah terupdate dalam sistem dan sudah bisa digunakan.
5. Bahwa dalam hal terjadi pelanggaran sebagaimana yang didalilkan dalam
perkara aquo, bukanlah pelanggaran yang dilakukan oleh Tergugat karena
semua proses disyaratkan untuk penerbitan lisensi pekerja, telah diselesaikan
secara tuntas oleh Tergugat.
6. Jika melihat rentetan peristiwa yang dimaksud, jikalau ingin menilai telah
terjadi sebuah pelanggaran maka sessungguhnya yang dapat dikatakan pihak
yang melakukan pelanggaran adalah Pihak L & OD dikarenakan berdasarkan
bukti korespondensi email, update lisensi Tergugat baru dilakukan pada
tanggal 27 April 2020 dan sistem menyatakan complete lisensi Tergugat pada
tanggal 29 April 2020 (butuh waktu 2 hari).
7. Bahwa berdasarkan pelanggaran yang dilakukan pihak L & OD juga dapat
dilihat setelah upload tanggal 27 April 2020 secara otomatis lisensi complete
apada tanggal 29 April 2020. Jika dihubungkan dengan aturan perusahan
sebagaimana yang telah kami uraikan diatas, secara sistem terbukti hanya
butuh 2 hari untuk terbitnya lisensi. Sehingga bila divisi L & OD tidak

Page 15 of 30
melakukan kelalaian/ pelanggarn dalam berkerja, pada tanggal 22 April
seharusnya hasil training diupdate maka secara sistem selambat-lambatnya
pada tanggal 24 April 2020, Lisensi Tergugat telah terupdate complete.
8. Bahwa berdasarkan fakta hukum, Pengakuan sdr. Zaenal Supriyono
(Departemen QMS PTFI) : bahwa benar terjadi kesalahan prosedur (tidak
sesuai SOP) dalam pengajuan Lisensi Kubota dari Tergugat. Bahwa tidak
ada konfirmasi dari supervisor pekerja untuk pengajuan penjadwalan proses
pengambilan lisensi.
Bahwa dengan demikian, jikalau dianggap merupakan pelanggaran, maka
PELANGGARAN YANG DIMAKSUD BUKAN DILAKUKAN OLEH
TERGUGAT
9. Bahwa fakta berikutnya adalah TERGUGAT TIDAK TERBUKTI
melakukan pelanggaran adalah berdasarkan pernyataan Stevanus Ronggeari,
ID. 828873 (Penyelia Tergugat) yang pada intinya menyatakan :
“menyangkut dengan lisensi, tidak ada masalah karena ada persetujuan
departemen terkait proses lisensi tersebut”
Dalam hal ini seorang penyelia kami berasumsi bahwa pernyataan tersebut
didasarkan pada tugas dan tanggung jawabnya untuk melakukan Observasi
Pekerjaan Terencana (PJO) dalam 30 hari setelah operator dianggap kompeten
dan mendapatkan lisensi atas alat tersebut (PJO) yang merujuk kepada aturan
perusahaan sehubungan dengan kebijakan Pengelompokan Dan Sertifikasi
Lisensi Peralatan Bergerak, No Dokumen: PRO-LOD-06, Tanggal Terbit: 5
September 2018, No. Revisi: 03, Hal. 9 Poin 4.13 h.

IV. Bahwa peristiwa tanggal 24 April 2020 apabila dianggap sebagai sebuah
pelanggaran Quod-Non, sebagaimana yang diatur dalam Pedoman
Hubungan Industrial (PHI) PTFI edisi X tahun 2017-2019 pasal 28.17
bukanlah pelanggaran yang dimaksud dalam Pelanggaran Sifat Mendesak
berdasarkan undang-undang yang bisa dilakukan Pemutusan Hubungan
Kerja secara Langsung tanpa peringatan Terlebih dahulu.

Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil yang disampaikan Penggugat dalam
gugatannya pada halaman 2 s/d halaman 3 dalam poin nomor 6,7,8.

Page 16 of 30
Bahwa dalam dalil gugatannya yang mendalilkan Pemutusan Hubungan Kerja
antara Penggugat dan Tergugat berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang
Cipta Kerja Pasal 154 A Ayat 1 huruf k Jo. Pasal 36 huruf k dan Pasal 52
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, adalah cara atau alasan
Pemutusan Hubungan Kerja yang bertentangan dengan maksud dan tujuan
Undang-undang itu sendiri.
Bahwa merupakan fakta hukum berdasarkan peristiwa/ aktivitas Tergugat tanggal
24 April 2020, Tergugat langsung diputuskan hubungan kerjanya dengan
Penggugat tanpa melawati rangkaian :
a. Surat Peringatan Pertama, Surat Peringatan Kedua, Surat Peringatan
Ketiga, atau
b. Memberi Surat Peringatan Pertama dan Terakhir

Bahwa bila mengacu pada Pasal 36 huruf k dan Pasal 52 Peraturan Pemerintah
No. 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu
Kerja dan Waktu Istirahat yang dijadikan Penggugat sebagai dasar dalam
Pemutusan Hubungan Kerja antara Penggugat dan Tergugat atas dasar
Pelanggaran bersifat mendesak yang dapat diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama; tidak dapat dijadikan
sebagai alasan Penggugat untuk melakukan Pemutusan hubungan kerja yang
dimaksud dalam perkara aquo dikarenakan rangkaian peristiwa yang terjadi
dalam rentang waktu tanggal 14 April 2020 sampai dengan 29 April 2020 jika
dihubungkan dengan aktivitas tergugat pada tanggal 24 April 2020, Perbuatan
Penggugat telah bertentangan dengan Perundang-undangan sebagaimana yang
telah didalilkannya dalam gugatannya dalam perkara aquo.
Bahwa Tidak terbukti sifat mendesak yang dijadikan alasan Penggugat untuk
memutus hubungan kerja dengan Tergugat karena :
a. Jika Penggugat mempermasalahkan lisensi Tergugat, tergugat
berdasarkan fakta tidak pernah terbukti melakukan pelanggaran karena
seluruh rangkaian proses untuk mendapatkan lisensi telah selesai dan
telah dilakukan dengan baik. Justru berdasarkan fakta, pelanggaran
dilakukan oleh divisi L & OD sehubungan dengan kewenangannya

Page 17 of 30
dalam sistem, berdasarkan aturan perusahaan yang mengatur tentang
kualitas serta standar mutu perusahaan.
b. Kalaupun aktivitas Tergugat pada tanggal 24 April 2020 dianggap
merupakan suatu pelanggaran, Penggugat setidaknya harus melalui
proses peringatan 1,2,3 atau peringatan pertama dan terakhir
sebagaimana amanat undang-undang yang didalilkan Penggugat dalam
gugatannya.
Bahwa untuk mendapatkan arti kata mendesak, perlu kiranya kami menguraikan
arti kata “mendesak” berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang
diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/ :
1. mendorong dengan tubuh: ia ~ orang yang berdiri di depannya
2. menyesak hingga pihak lawan dan sebagainya mundur: dalam
pertarungan itu, ia terus ~ lawannya
3. meminta (menganjurkan dan sebagainya) dengan sangat: para buruh ~
atasannya melalui serikat buruh agar gajinya dinaikkan
4. memaksa untuk segera dilakukan (dipenuhi, diselesaikan karena
ada dalam keadaan darurat, genting, dan sebagainya): dalam
keadaan ~, orang harus lekas mengambil putusan
5. hampir habis waktunya:  waktunya sudah ~ tinggal beberapa menit lagi

Bahwa berdasarkan pengertian tersebut, jika dihubungkan dengan defenisi


“mendesak”, peristiwa yang terjadi / aktivitas Tergugat pada tanggal 24 april 2020
yang mengoperasikan kendaraan perusahaan tidak pernah terbukti bahwa aktivitas
tergugat tersebut tidak menimbulkan bahaya bagi Tergugat dan penumpang yang
ada di kendaraan tersebut (tidak pernah terbukti penumpang dalam posisi
bergelantungan di kendaraan), tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain, tidak
merusak kendaraan yang dimaksud dan tidak membiarkan kendaraan tersebut
(yang merupakan barang perusahaan) dalam keadaan bahaya yang sampai
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Bahwa dengan demikian alasan Penggugat dalam Pemutusan hubungan kerja
dalam perkara aquo haruslah dikesampingkan dan harus ditolak.

Page 18 of 30
Bahwa sehubungan dengan investigasi yang dilakukan oleh Penggugat, ditemukan
fakta bahwa berdasarkan keterangan pernyataan Stevanus Ronggeari, ID. 828873
(Penyelia Tergugat) yang pada intinya menyatakan :
a. “menyangkut dengan lisensi tidak ada masalah karena ada persetujuan
departemen terkait proses lisensi tersebut”dan pernyataan tersebut
disetujui oleh Sukriyadi (manager), Albertus Huluk (Gensup).
b. Bahwa salah satu petugas IRO (industrial Relation Officer) Memberikan
formulir verifikasi yang mana dalam kolom pelanggaran disiplin kerja
dan pasal pelanggaran kerja masih kosong dan belum diisi untuk saya
tanda tangani selaku atasan langsung Kundrat Ramar dan hal tersebut
bertentangan dengan syarat-syarat verifikasi.
Bahwa dengan demikian pelanggaran yang didalilkan Penggugat kepada Tergugat
dalam perkara aquo, sarat dengan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi. Sehingga
berdasarkan hal-hal yang telah kami uraikan tersebut dibagian-bagian sebelumnya
dalam jawaban ini rekomendasi dari Tim investegasi yang telah dilakukan
penggugat haruslah dikesampingkan karena bertentangan dengan syarat-syarat
verifikasi dan bertentangan dengan undang-undang.

V. Bahwa Tergugat Mendapatkan Dukungan Penuh Dari Lingkungan Tempat


Tergugat Bekerja.

Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil yang disampaikan Penggugat dalam
gugatannya pada halaman 3 dalam poin nomor 9 dan 10.

Bahwa Tergugat masih mendapatkan dukungan penuh dari rekan kerja, crew
Tergugat yang berjumlah 27 orang di lingkungan kerja Tergugat dan mendapatkan
dukungan penuh dari Tongoi Papua (berdasarkan pasal 1 angka 61 PHI XI PT FI;
Tongoi Papua adalah Organisasi informal mitra perusahaan yang beranggotakan
pekerja/ buruh yang berasal dari Papua) sebagaimana tertuang dalam dukungan
dan Rekomendasi Crew Tertanggal 28 Juni 2020 yang pada intinya mengatakan :
a. Tuduhan pengoperasian alat tanpa lisensi tidak sesuai dengan fakta.
Bahwa pak Kundrat Ramar Id.814575 dalam posisi on trainer dan sudah
memiliki lisence

Page 19 of 30
b. mendukung kembali bekerja pekerja a.n Kundrat Ramar F/814575

Bahwa disamping itu atasan langsung Tergugat (penyelia) Stevanus Ronggeari,


ID. 828873, telah memberikan pernyataan dan pernyataannya tersebut disetujui
oleh Sukriyadi (manager), Albertus Huluk (Gensup) yang pada intinya
menyatakan :
menyangkut dengan lisensi tidak ada masalah karena ada persetujuan
departemen terkait proses lisensi tersebut”dan pernyataan tersebut disetujui oleh
Sukriyadi (manager), Albertus Huluk (Gensup)
bahwa dengan demikian dalil tergugat yang menyatakan “hubungan yang tidak
harmonis” dalam gugatannya sungguh tidak beralasan dan sudah semestinya harus
dikesampingkan.

Bahwa atas dalil Tergugat yang menyatakan jika Penggugat tidak memberikan
sanksi yang tegas kepada Tergugat akan menjadi preseden buruk dan menjadi
contoh yang tidak baik bagi pekerja di lingkungan Perusahaan merupakan dalil
yang terlalu berlebihan.

Bahwa justru, berdasarkan dalil Penggugat tersebut, justru Penggugatlah yang


telah memberikan preseden buruk dalam harmonisasi hubungan industrial. Hal ini
dikarenakan apa yang dilakukan Penggugat dengan langsung menghentikan
hubungan kerja dengannya dapat diartikan tidak membuka ruang sama sekali atau
tidak memberikan kesempatan kepada buruh untuk mengevaluasi dan
memperbaiki dirinya sebagaimana semangat yang ada dalam prinsip umum
hubungan antara Pemberi kerja dan pekerjanya.

VI. Bahwa Tindakan Pemutusan Hubungan Kerja sepihak yang dilakukan oleh
Penggugat berikut proses Bipartit, Mediasi sampai dengan pengajuan
gugatan perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja di Pengadilan hubungan
industrial pada Pengadilan Negeri Jayapura, sangat dipaksakan.

Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil yang disampaikan Penggugat dalam
gugatannya pada halaman 3 s/d halaman 4 dalam poin nomor 11,12,13,14,15.

Page 20 of 30
Bahwa keputusan yang dilakukan oleh Penggugat dengan memberikan sanksi
PHK tanpa peringatan atas perbuatan yang dituduhkan dalam gugatan aquo
merupakan suatu tindakan yang tidak dibenarkan menurut undang-undang.
Bahwa seharusnya, berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama XXI PT. Freeport
Indonesia Tahun 2020-2022 BAB VIII Tentang Pemutusan hubungan Kerja
pasal 45 tersebut sebenarnya merupakah suatu semangat yang sangat bijak
dimana :
“Pengusaha dan Serikat Pekerja/ Serikat Buruh sepakat bahwa Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) sedapat mungkin harus dicegah”.

Bahwa dengan mempedomani PKB tersebut, tindakan Penggugat menunjukkan


inkonsistensi terhadap aturan yang telah disepakati. Ditambah lagi Tanpa basa-
basi Penggugat langsung menjatuhkan Pemutusan Hubungan Kerja tanpa terlebih
dahulu menempuh mekanisme surat Peringatan 1,2,3 berikut jangka waktunya
atau menempuh mekanisme peringatan pertama dan terakhir. Terlebih lagi
Penggugat tidak mempertimbangkan bahwa Tergugat telah lebih dari 20 (dua
puluh) Tahun Mengabdi pada Penggugat.
Bahwa pasal 37 PP 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, Dan Pemutusan
Hubungan Kerja menyatakan :
(1) Pengusaha, Pekerja/Buruh, Serikat Pekerja/ Serikat buruh, dan pemerintah
harus mengupayakan agar tidak terjadi Pemutusan hubungan Kerja

Bahwa semangat undang-undang dan semangat yang dianut dalam PKB ini
sebenarnya ingin memberi kesempatan kepada para pekerja untuk mengevaluasi
dan memperbaiki dirinya bilamana terjadi suatu pelanggaran.
Bahwa berdasarkan tindakan Penggugat yang langsung melakukan PHK terhadap
Tergugat selain bertentangan dengan Undang-undang, tindakan tersebut juga
bertentangan dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 32 (Jenis
Pemutusan Hubungan Kerja) ayat 1, BAB IV Tentang Pemutusan Hubungan
Kerja, Pedoman Hubungan Industrial PT. Freeport Indonesia Edisi XI
Tahun 2020-2022, yang menyatakan bahwa :

Page 21 of 30
2) PHK karena Pelanggaran Disiplin dilakukan karena pekerja/ Buruh
melakukan pelanggaran ketentuan perusahaan seperti diatur dalam PHI ini.
Perusahaan dapat melakukan PHK setelah pekerja/ Buruh yang
bersangkutan diberikan peringatan tertulis pertama, kedua dan ketiga
secara akumulatif dan/ atau berturut-turut.
Merujuk kepada penekanan “pelanggaran Disiplin”, maka kemudian Tergugat
mengutip Pasal 24 BAB V Tentang Kepatuhan Atas Disiplin Kerja Pedoman
Hubungan Industrial PT. Freeport Indonesia Edisi XI Tahun 2020-2022 :
2) Disiplin kerja pada PTFI dibedakan dalam 3 area, yaitu :
a. Tata Tertib Kerja
b. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
Pertambangan (K3LLP), serta
c. Keamanan dan ketertiban

Bahwa dengan demikian, dapat terlihat dengan jelas dan tak terbantahkan lagi,
Tindakan Penggugat yang telahn melakukan Pemutusan hubungan Kerja
sehubungan dengan tuduhan terhadap aktivitas Tergugat pada tanggal 24 April
2020 sehubungan dengan disiplin K3LLP dengan Tergugat secara sepihak telah
melanggar Pedoman Hubungan Industrial PT. Freeport Indonesia.

Bahwa oleh karena PHK telah dijatuhkan tanpa melalui mekanisme sebagaimana
yang telah kami utarakan diatas, untuk memenuhi syarat formil proses
Penyelesaian Perselisihan PHK maka dilanjutkan dengan Bipartit dan mediasi
(Anjuran adalah agar Tergugat dipekerjakan kembali) sehingga dapatlah diajukan
gugatan di Pengadilan hubungan Industrial.
Bahwa atas apa yang tergugat telah bantah dalam jawaban ini sehubungan dengan
dalil-dalil penggugat sehingga patutlah rasanya dalil tersebut untuk
dikesampingkan.

VII. Bahwa Penggugat Telah Mengaburkan Peristiwa Hukum Dengan


Menyajikan Tabel Pelanggaran Yang Pernah Dilakukan Penggugat Untuk
Menarik Perhatian Sehingga Tergugat Layak Untuk Diputuskan Hubungan
Kerjanya

Page 22 of 30
Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil yang disampaikan Penggugat dalam
gugatannya pada halaman 4 s/d halaman 5 dalam poin nomor 16 dan 17.
Bahwa atas dalil penggugat tersebut menimbulkan kesan bahwa Tergugat telah
berulangkali melakukan pelanggaran sehingga layaklah untuk memutuskan
hubungan kerja antara penggugat dengan tergugat .

Bahwa perlu kiranya kami uraikan sehubungan dengan tindakan disiplin yang
diatur dalam pasal 13 Perjanjian Kerja Bersama XXI PT. Freeport Indonesia
Tahun 2020-2022 BAB III Tentang Tindakan Disiplin, dapat disimpulkan bahwa :
1. Terhadap masa berlaku peringatan lisan adalah 30 hari kalender terhitung
mulai tanggal saat terjadinya pelanggaran disiplin Kerja
2. Peringatan tertulis I; masa berlaku peringatan tertulis I adalah 3 bulan
terhitung mulai tanggal saat disiplin kerja.
3. Peringatan tertulis II; masa berlaku peringatan tertulis II adalah 5 bulan
terhitung mulai tanggal saat disiplin kerja.
4. Peringatan tertulis I; masa berlaku peringatan tertulis I adalah 6 bulan
terhitung mulai tanggal saat disiplin kerja.

Bahwa berdasarkan Pasal 24 BAB V Tentang Kepatuhan Atas Disiplin Kerja


Pedoman Hubungan Industrial PT. Freeport Indonesia Edisi XI Tahun 2020-
2022 :
3) Tindakan disiplin dimaksudkan untuk :
a. Melakukan Pembinaan
b. Melaksanakan tertib hukum dan tertib kerja
c. Menyelamatkan perusahaan dari kerugian
d. Mendorong pekerja/ buruh untuk memperbaiki prestasi kerjanya

Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, dalil penggugat yang mencoba menggiring
Tergugat telah melakukan pelanggaran yang berulang-ulang dengan menyajikan
data sebagaimana yang tertuang dalam dalil gugatannya (padahal sudah tidak
berlaku lagi, terakhir sekali pada tanggal 7 Oktober tahun 2015 ), yang dalam hal
ini sejak 5 terakhir terdapat perbaikan dan perubahan disiplin menuju arah yang

Page 23 of 30
lebih baik sampai dengan April 2020, sampai dengan Tergugat dianggap telah
melakukan pelanggaran K3LLP.

VIII. Bahwa Tergugat Dirugikan Hak-Nya Sejak Juni 2020 Sampai Dengan Saat
Ini Atas Perlakuan Penggugat.

Bahwa benar sebagaimana dalilnya dalam gugatan pada halaman 5 Nomor 18,
Penggugat masih menerima upah pokok setiap bulannya berikut tunjangan
tetapnya.

Bahwa meskipun demikian, atas tindakan tersebut secara perhitungan matematis


sehubungan dengan hak Tergugat, bilamana Tergugat masih aktif bekerja dengan
asumsi penambahan pendapatan Rp. 10.000.000 per bulan. Maka setidaknya,
Tergugat Telah kehilangan ± Rp. 240.000.000.- selama skorsing yang sedang
dijalani.
Bahwa atas tindakan Penggugat yang telah menskorsing Tergugat lebih kurang 2
Tahun berjalan, nyata-nyata sangat merugikan Tergugat

IX. Bahwa Perhitungan Atas Hak-Hak Tergugat Sehubungan Dengan Dalil


Penggugat Karena Alasan (Kalaupun) Tergugat Melakukan Pelanggaran
Quod Non, Sangat Merugikan Tergugat

Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil yang disampaikan Penggugat dalam
gugatannya pada halaman 5 s/d halaman 6 dalam poin nomor 21 dan 24.
Bahwa dalam perkara aquo, kalaupun Hubungan Pekerjaan antara Penggugat
dengan Tergugat putus dalam perkara aquo tanpa adanya kesalahan dari Tergugat,
maka sudah seharusnya merujuk kepada pasal 156 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4
UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, dengan komposisi sebagai
berikut :

Uang pesangon : Rp. 183.060.000


Uang Penghargaan Masa Kerja : Rp. 162.720.000
Uang Penggantian Hak Berupa :

Page 24 of 30
Kompensasi Sisa Cuti : Rp. 5.593.500
Relokasi Perdiem : Rp. 500.000
Unit Penggantian Saham : Rp. 16.430.329
Jumlah : Rp. 368.303.829

Bahwa sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan SEMA No. 03 tahun 2015 maka
sudah seharusnya tergugat berhak atas uang proses, yakni :
6 bulan X Rp. 20.0340.000.- : Rp. 122.040.000.-

Hak Tergugat Lainnya Yang Harus Dibayarkan Penggugat sebagai akibat


Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak karena Tergugat Tidak melakukan
Pelanggaran Kerja:

1) Hak Tergugat Selama masa Skorsing yang harus dibayarkan :

1. Bahwa bilamana Tergugat masih aktif bekerja dengan asumsi penambahan


pendapatan Rp. 12.000.000.- per bulan dari upah pokok Tergugat terima
setiap bulannya sampai dengan saat ini lebih kurang 2 Tahun, Maka
setidaknya, Tergugat berhak atas :
24 Bulan X Rp. 12.000.000.- : Rp. 288.000.000.-

2. Tunjangan Perumahan
Dibayarkan setiap Tahun senilai Rp. 30.000.000/ tahun
Rp.30.000.000.- X 2 Tahun : Rp. 60.000.000
3. Tunjangan bekerja dibawah tanah (underground)
Diterima setiap bulan senilai : 10% X Basic
(Rp. 10% X Rp. 20.340.000) X 24 Bulan : Rp. 56.160.000
4. Tunjangan Papua Rewards
Dibayarkan setiap 1,5 tahun senilai Rp. 12.000.000
1 X Rp. 12.000.000 : Rp. 12.000.000
5. Tunjangan uang Target Kerja
Dibayarkan setiap bulan senilai 10% X Basic
(Rp. 10% X Rp. 20.340.000) X 24 Bulan : Rp. 56.160.000

Page 25 of 30
6. Tunjangan uang shift
Dibayarkan setiap bulan senilai 10% X Basic
(Rp. 10% X Rp. 20.340.000) X 24 Bulan : Rp. 56.160.000
7. Tunjangan uang Perdim
Dibayarkan pertahun senilai Rp.20.000.000
Rp. 20.000.000 X 2 Tahun : Rp. 40.000.000
8. Tunjangan Uang Perjalanan dan Cuti Staf
Dibayarkan pertahun senilai 12% X Basic
(Rp. 12% X Rp. 20.340.000) X 2 Tahun : Rp. 4.881.600
Total : Rp. 573.361.600,

Bahwa dengan demikian jika hubungan kerja Penggugat dan Tergugat putus
maka Tergugat berhak atas :
Upah kerja minimal sehari hari selama bekerja (jikalau tidak ada skorsing) +
Tunjangan Perumahan + Tunjangan bekerja Dibawah Tanah + Tunjangan
Papua Rewards + Tunjangan Uang Target Kerja + Tunjangan uang shift +
Tunjangan uang Perdim + Tunjangan uang perjalanan dan cuti staff sejumlah :
Rp. 573.361.600, yang merupakan hak Tergugat yang harus dibayarkan oleh
Penggugat.

2) Hak Tergugat Atas Sisa Masa Kerja Hingga Pensiun Akibat Pemutusan
Hubungan Kerja Sepihak :

1. Upah Pokok selama 7 Tahun (84 bulan) yang merupakan sisa masa kerja
hingga pensiun
84 Bulan X Rp. 20.340.000.- (basic) : Rp. 1.708.560.000.-
2. Bahwa bilamana Tergugat masih aktif bekerja dengan asumsi penambahan
pendapatan Rp. 12.000.000.- per bulan dari upah pokok Tergugat terima
setiap bulannya Hingga masa Pensiun, Maka setidaknya, Tergugat berhak
atas :
84 Bulan X Rp. 12.000.000.- : Rp. 1.008.000.000.-
3. Tunjangan Perumahan
Dibayarkan setiap Tahun senilai Rp. 30.000.000/ tahun

Page 26 of 30
Rp.30.000.000.- X 7 Tahun : Rp. 210.000.000
4. Tunjangan bekerja dibawah tanah (underground)
Diterima setiap bulan senilai : 10% X Basic
(Rp. 10% X Rp. 20.340.000) X 84 Bulan : Rp. 196.560.000
5. Tunjangan Papua Rewards
Dibayarkan setiap 1,5 tahun senilai Rp. 12.000.000
4 X Rp. 12.000.000 : Rp. 48.000.000
6. Tunjangan Uang Target Kerja
Dibayarkan setiap bulan senilai 10% X Basic
(Rp. 10% X Rp. 20.340.000) X 84 Bulan : Rp. 196.560.000
7. Tunjangan uang shift
Dibayarkan setiap bulan senilai 10% X Basic
(Rp. 10% X Rp. 20.340.000) X 84 Bulan : Rp. 196.560.000
8. Tunjangan uang Perdim
Dibayarkan pertahun senilai Rp.20.000.000
Rp. 20.000.000 X 7 Tahun : Rp. 140.000.000
9. Tunjangan Uang Perjalanan dan Cuti Staf
Dibayarkan pertahun senilai 12% X Basic
(Rp. 12% X Rp. 20.340.000) X 7 Tahun : Rp. 17.085.600
Total : Rp. 3.721.325.600.-

Bahwa dengan demikian jika hubungan kerja Penggugat dan Tergugat putus
maka Tergugat berhak atas :
Upah basic hingga pensiun + Upah kerja minimal sehari hari hingga pensiun
per bulannya + Tunjangan Perumahan + Tunjangan bekerja Dibawah Tanah +
Tunjangan Papua Rewards + Tunjangan Uang Target Kerja + Tunjangan uang
shift + Tunjangan uang Perdim + Tunjangan uang perjalanan dan cuti staff
sejumlah : Rp. 3.721.325.600.-, yang merupakan hak Tergugat yang harus
dibayarkan oleh Penggugat.

3) Hak Tergugat untuk mendapatkan dana Pensiun : Rp.605.571.769

Page 27 of 30
Bahwa berdasarkan uraian sebagaimana kami uraikan diatas, jika Penggugat
memutus hubungan kerja dengan Tergugat tanpa adanya pelanggaran maka
Tergugat berhak atas :

Uang pesangon : Rp. 183.060.000.-


Uang Penghargaan Masa Kerja : Rp. 162.720.000.-
Uang Penggantian Hak : Rp. 22.523.829.-
Uang Proses : Rp. 122.040.000.-
Hak Tergugat Selama Skorsing : Rp. 573.361.600.-
Hak Tergugat Atas Sisa Masa Kerja : Rp. 3.721.325.600.-
Uang Dana Pensiun : Rp. 605.571.769.-
Grand Total Rp. 5.390.602.798.-

Bahwa bilamana Penggugat Tetap melakukan Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap


Tergugat secara Sepihak, maka Tergugat berhak atas seluruh komponen biaya diatas
yakni senilai Rp. 5.390.602.798.- (Lima Milyar Tiga Ratus Sembilan Puluh Juta
Enam Ratus Dua Ribu Tujuh Ratus Sembilan Puluh Delapan Rupiah) yang
dibayarkan secara langsung dan seketika.

PERMOHONAN :
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas 1A Jayapura melalui Majelis Hakim
Yang memeriksa perkara ini untuk berkenan memberikan putusan sebagai berikut :

Dalam Eksepsi :

 Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima

Dalam Pokok Perkara :

Page 28 of 30
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Tergugat tidak terbukti melakukan pelanggaran Keselamatan Kesehatan


Kerja dan Lindungan Lingkungan Pertambangan (K3LLP) yang diatur dalam
Pedoman Hubungan Industrial PT Freeport Indonesia pasal 28 ayat (17) tahun 2017-
2019 dan pasal 28 ayat (17) tahun 2020-2022, yakni mengoperasikan peralatan/
kendaraan jenis Kubota milik perusahaan di area kerja tanpa memiliki SIM/ Lisensi
yang sah sesuai ketentuan perusahaan;

3. Menyatakan bahwa Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan Penggugat kepada


Tergugat tidak sah dan batal demi hukum;

4. Menyatakan bahwa Hubungan Kerja antara Penggugat dengan Tergugat tidak terputus
dan tetap berlangsung;

5. Menyatakan hubungan kerja Penggugat dan Tergugat dengan masa kerja terhitung
sejak pertama kali bergabung dan harus dipanggil kembali bekerja selambat-
lambatnya 12 (dua belas) hari sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap;

6. Menyatakan jika Penggugat Tetap melakukan Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap


Tergugat, Tergugat berhak atas :

Uang pesangon : Rp. 183.060.000.-


Uang Penghargaan Masa Kerja : Rp. 162.720.000.-
Uang Penggantian Hak : Rp. 22.523.829.-
Uang Proses : Rp. 122.040.000.-
Hak Tergugat Selama Skorsing : Rp. 573.361.600.-
Hak Tergugat Atas Sisa Masa Kerja : Rp. 3.721.325.600.-
Uang Dana Pensiun : Rp. 605.571.769.-
Total : Rp. 5.390.602.798.-

secara langsung dan seketika sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap;

7. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ini.

Atau,
Apabila Majelis berpendapat lain, Mohon Putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et
Bono).

Page 29 of 30
Demikianlah Eksepsi dan Jawaban ini kami ajukan, atas perhatian dan perkenaannya, kami
ucapkan Terima Kasih.

Hormat Kami
Kuasa Hukum Tergugat

YULIYANTO, S.H.,M.H. PURWANINGSIH, S.H.

YOSI PANGANDARAN, S.H. VERAWATI NGAMEL, S.H.,M.H.,

EDI AMOYE, S.H., Dr. YULIANUS P. AITURU, S.H.,M.Sc

Page 30 of 30

Anda mungkin juga menyukai