0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan4 halaman
Laporan pendahuluan membahas pasien wanita dengan gangguan mobilitas fisik akibat stroke non hemoragik. Dokumen menjelaskan definisi gangguan mobilitas fisik, faktor risiko, etiologi, patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinis, dan pendekatan perawatan keperawatan untuk kondisi tersebut.
Laporan pendahuluan membahas pasien wanita dengan gangguan mobilitas fisik akibat stroke non hemoragik. Dokumen menjelaskan definisi gangguan mobilitas fisik, faktor risiko, etiologi, patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinis, dan pendekatan perawatan keperawatan untuk kondisi tersebut.
Laporan pendahuluan membahas pasien wanita dengan gangguan mobilitas fisik akibat stroke non hemoragik. Dokumen menjelaskan definisi gangguan mobilitas fisik, faktor risiko, etiologi, patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinis, dan pendekatan perawatan keperawatan untuk kondisi tersebut.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA 2022 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGAN MOBILITAS FISIK
Konsep Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan Mobilitas Fisik
1. Definisi Gangguan mobilitas fisik yaitu keterbatasan dalam pergerakan fisik dari satu esktremitas atau lebih secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Perubahan tingkat mobilitas fisik dapat menyebabkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal, pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik. Dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan. Gangguan mobilitas fisik yaitu keterbatasan dalam pergerakan fisik dari satu esktremitas atau lebih secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Perubahan tingkat mobilitas fisik dapat menyebabkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal, pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik. Dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan. Gangguan mobilitas fisik yaitu keterbatasan dalam pergerakan fisik dari satu esktremitas atau lebih secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Perubahan tingkat mobilitas fisik dapat menyebabkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal, pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik. Dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan. 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hipertensi Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Diabetes Mellitus Pada penderita DM, khususnya Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) terdapat faktor risiko multiple stroke. Obesitas Obesitas dapat meningkatkan risiko stroke baik perdarahan maupun sumbatan Kebiasaan mengkonsumsi alkohol Mengkonsumsi alkohol memiliki efek sekunder terhadap peningkatan tekanan darah, peningkatan osmolaritas plasma, peningkatan plasma homosistein, kardiomiopati dan aritmia yang semuanya dapat meningkatkan risiko stroke Aktifitas fisik Kurang olahraga merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya stroke dan penyakit jantung. Olahraga secara cukup rata-rata 30 menit/hari dapat menurunkan risiko stroke Merokok Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah diubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan perokok ringan. 3. Etiologi Penyebab dari gangguan mobilitas fisik yaitu: kerusakan integritas struktur tulang, perubahan metabolisme, ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot, keterlambatan perkembangan,gangguan musculoskeletal, gangguan neuromusskular, efek agen farmakologis, program pembatsan gerak, nyeri, kecemasan, gangguan kognitif, keengganan melakukan pergerakan, ganguan sensoripersepsi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). 4. Patofisiologi lesi ekstrakranial paling sering adalah plak aterosklerotik pada percabangan karotis. Agregasi platelet dan selanjutnya embollisasi platelet menyebabkan gejala kular atau serebral. Gejala akibat berkurangnya aliran jarang terjadi pada daerah karotis, namun gejala vertebrobasilar biasanya berhubungan dengan aliran. Aalirn balik pada arteri vertebralis pada keadaan oklusi arteri subklavia ipsilateral menyebabkan gejala serebral seperti tangan ‘mencuri’ darah dari serebelum – sindrom mencuri subklavia (subclavian stea syndrome). 5. Komplikasi Bekuan darah(Trombosis) Dekubitus Pneomonia Atrofil dan kelakuan sendi(kontraktur) Depresi dan kecemasan 6. Manifestasi Klinis Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada: a. Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium. b. Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus. c. Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas. d. Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi). e. Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal. f. Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan. g. Neurosensori: sensori deprivation (Asmadi, 2008). 7. Klasifikasi a. Stroke iskemik transien b. Stroke pembuluh darah besar c. Reversible ischemik neorological d. Stroke embolik kardiogenik e. A. Asuhan Keeperawatan 1) Pengkajian a. Identitas Klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosis medis. b. Keluhan utama Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran c. riwayat penyakit sekarang Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam intrakranial. d. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan kegemukan e. Pemeriksaan fisik a) Kesadaran b) Ttv 2) Diagnosa Keperawatan Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan embolisme. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia). Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakmampuan menghidup dan melihat. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas. Risiko jatuh dibuktikan dengan gangguan pengelihatan (mis.ablasio retina). Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis