No Absen : 16
Kelas : V ( Lima)
Oleh :
Tim Medis Siloam Hospitals
Terakhir diubah pada 17 Juli 2023
Sumber : https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/kelainan-pada-sistem-
gerak
Berbagai Kelainan pada Sistem Gerak yang Umum Terjadi diantaranya yaitu:
o 1. Penyakit Parkinson
o 2. Distonia
o 3. Ataksia
o 4. Myasthenia Gravis
o 5. Sklerosis Lateral Amiotrofik (Amyotrophic Lateral Sclerosis/ALS)
o 6. Kelainan Tulang Belakang
o 7. Osteoporosis
o 8. Atrofi Otot
Sistem gerak adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting untuk menghasilkan
gerakan tubuh, seperti berjalan, berlari, tersenyum, menulis, dan lain sebagainya. Maka dari
itu, apabila terdapat kelainan pada sistem gerak tubuh, kondisi tersebut tentunya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Lantas, apa saja kelainan pada sistem gerak yang perlu diwaspadai? Untuk mengenalnya, mari
simak ulasan berikut ini sampai tuntas.
Kedutan.
Tremor.
Mata berkedip tanpa terkendali.
Kram otot.
Gangguan bicara.
Kesulitan menelan.
Postur tubuh yang tidak normal.
3. Ataksia
Ataksia adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kerusakan pada otak kecil
(cerebellum) dan saraf tulang belakang yang dapat memengaruhi koordinasi otot,
keseimbangan tubuh, serta gerak tubuh. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala berupa
koordinasi gerak tubuh yang buruk, perubahan cara berbicara, langkah kaki yang tidak
stabil, hingga kesulitan dalam mengeksekusi aktivitas dasar seperti menulis atau
mengancingkan baju.
Adapun sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami ataksia
adalah:
4. Myasthenia Gravis
Myasthenia gravis adalah kondisi berupa melemahnya otot tubuh karena adanya
gangguan komunikasi antara saraf dan otot. Gejala umum dari myasthenia gravis adalah
gangguan penglihatan, ptosis (turunnya salah satu atau kedua kelopak mata), penurunan
ekspresi wajah, cadel, dan kesulitan mengunyah.
Penyebab utama myasthenia gravis adalah gangguan autoimun, yaitu kondisi ketika
sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang secara keliru menyerang jaringan atau
sel sehat di dalam tubuh.
Belum diketahui secara pasti apa kondisi yang menyebabkan sistem imun tubuh secara
keliru menyerang sel-sel atau jaringan sehat tersebut. Namun, terdapat dugaan bahwa
kelainan pada kelenjar timus menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan
risiko myasthenia gravis.
5. Sklerosis Lateral Amiotrofik (Amyotrophic Lateral Sclerosis/ALS)
Sklerosis lateral amiotrofik atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah salah satu
penyakit degeneratif yang dapat mengganggu fungsi otak dan saraf tulang belakang.
Kelainan pada sistem gerak ini dapat menyebabkan penderitanya kesulitan berbicara,
berdiri, berjalan, menelan, serta menaiki tangga.
Sklerosis lateral amiotrofik adalah salah satu penyakit saraf yang perlu diwaspadai,
sebab ALS berisiko menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti demensia, gagal napas,
hingga kelumpuhan. Hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan yang dapat
menyembuhkan ALS secara total sehingga pengobatan yang tersedia ditujukan untuk
meringankan gejala dan menghambat perburukan penyakit.
6. Kelainan Tulang Belakang
Kelainan tulang belakang merupakan gangguan pada sistem gerak tubuh yang umum
terjadi. Kondisi ini menyebabkan penderitanya memiliki postur tubuh yang abnormal
sehingga dapat memengaruhi kemampuan gerak dan koordinasi tubuh.
Terdapat tiga jenis kelainan tulang belakang yang paling umum terjadi, yaitu kifosis,
skoliosis, dan lordosis.
7. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan pada sistem gerak tubuh yang terjadi akibat adanya
pengeroposan tulang di dalam tubuh karena kepadatan tulang berkurang. Osteoporosis
sering kali tidak menimbulkan gejala awal sehingga sebagian besar penderitanya baru
menyadari kondisi tersebut setelah mengalami patah tulang.
8. Atrofi Otot
Atrofi otot adalah penyusutan massa otot yang dapat dipicu oleh beberapa hal, di
antaranya adalah malnutrisi, penggunaan obat-obatan, jarang melakukan aktivitas yang
melibatkan otot, hingga mengidap kondisi medis tertentu. Jika tidak segera ditangani, atrofi
otot dapat menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh, cedera akibat sering terjatuh,
hingga kelumpuhan.