Anda di halaman 1dari 11

DIRIKU MASIH INGIN BERDAYA

Nenek Sutinah, seorang pedagang pasar yang masih bugar di usianya yang 65 tahun sering mengeluh
nyeri di persendian lutut terutama saat beraktivitas.Selain itu juga mengeluh sering kesemutan dan
rasa baal di kedua kakinya. Kadang-kadang Nenek Sutinah merasa lutut tampak bengkak dan
kemerahan, bahkan sulit digerakkan di pagi hari. Hal ini dirasakan terutama setelah banyak berjalan.
Beliau masih aktif berolahraga pernafasan bersama kelompok lansia. Suatu hari saat pergi ke kamar
mandi tiba-tiba merasa leher cengeng seketika berjalan tidak stabil, ngliyer dan jatuh.
Nenek Sutinah tidak dapat berdiri dan mengalami rasa sakit tajam pada panggul. Keluarga segera
membawa ke UGD terdekat. Kepada dokter UGD dengan bersemangat, beliau menceritakan dalam 3
bulan ini, sudah jatuh 3 kali, sering pusing berputar, mata kabur, pendengaran berkurang, dan sering
lupa. Namun, beliau mengkhawatirkan kemampuan beraktifitas seperti semula setelah jatuh. Nenek
Sutinah merasa dirinya tidak berarti tanpa bekerja.
Riwayat pengobatan sebelumnya beliau rajin kontrol dan berobat di puskesmas. Dokter selama ini
memberikan obat furosemid satu tablet secara rutin. Nenek Sutinah kadang-kadang mengkonsumsi
juga antalgin atau meloxicam yang dibeli di toko obat untuk meredam nyeri sendi yang sering
kambuh.
Dari pemeriksaan dokter tekanan darah 180/100 mmHg. Hasil pemeriksaan laboratorium UGD
didapatkan GDS 250 mg/dl, Hb 10.5 gr %, tidak ditemukan proteinuria. EKG dalam batas normal.
Dari pemeriksaan radiologi regio genu didapatkan soft tissue swelling dan celah artikulatio genu
menyempit. Regio panggul didapatkan diskontinuitas pada collum femoris. Dokter melakukan
edukasi keluarga dan menyarankan untuk konsultasi ke spesialis bedah orthopedi untuk dilakukan
arthroplasti. Keluarga bertanya mengenai kemungkinan kondisi sosial dan ekonomi nenek Sutinah
di masa depan.

KATA SULIT

Cengeng : nyeri di leher (Aininna)

Diskontinuitas femur: fraktur tulang femur berupa retakan hingga patahan yang komplit hingga
pergeseran tulang (maria)

Rasa baal : mati rasa, gk kerasa sakit (Naomi)

Arthroplasti : prosedur operasi mengganti lap tulang rawan, untuk mengembalikan f/ sendi semula
(hans)

PERTANYAAN

1. Hubungan JK dan usia terhadap keluhan (Alya)

Secara klinis, lansia perempuan lebih beresiko jatuh drpd laki2, dikarenakan pada wanita
mengalami penurunan kadar estrogen, menyebabkan kehilangan massa tulang yang menyebabkan
perubahan postur tubuh, mempengaruhi resiko jatuh. Selain itu, pada lansia pr lebih mudah
mengalami kifosis  beresiko jatuh dibanding laki2. (Grace)
Estrogen berperan pada proteksi muskuloskeletal, proteksi degenerasi kartilago sebagai pelicin
sehingga sendi gk merasa sakit. Pada menopause terdapat peningkatan resiko nyeri sendi (Fadhlan)

Pada geriatri terdapat penyakit majemuk karena fungsi jasmani, rohani. Pernah menderita penyakit
kronik, pernah penurunan fungsi organ, disable. Sehingga mendapatkan banyak obat dari dokter
padahal dapat membahayakn fungsi organ yang menurun. Pada pasien masih muda, stress fisik dan
psikososial masih bisa diatasi, berbeda dengan geriatri. (Naomi)

Geriatri tergani perubahan sistemik. 1. Komposisi tubuh (bb menurun pada wanita >70 tahun, otot
atrofi, menurunkan kekuatan otot dan tulang pada wanita lebih cepat terjadi sehingga mudah
fraktur). 2. Keseimbangan ketersediaan energi (rest metabolic rate menurun, energinya butuh lebih
banyak dibanding usia muda). 3. Regulasi hormon (testosteron menurun fungsinya, marker pro
inflamasi juga menurun, peningkatan stress oksidatif). 4. Neurogenerasi (usia >60 th mengalami
atrofi otak, mengganggu fungsi kognitif motorik  keseimbangan buruk, reaksi melambat). Pasien
mengalami hipertensi sistolik cenderung meningkat diatas 65 th. Terjadi isolated sistolik sindrom,
terdapat penurunan autoregulasi cerebral dan fungsi baroreseptor (Hans)

2. Mengapa pada kasus, leher cengeng, mata berkunang, dan jatuh (Grace)

Cengeng leher menyebabkan atrofi otot, seseorang berjalan lamban dan keram, dan tremor. Mata
berkunang itu penuaan fisiologis memnyebabkan sistem kardiovaskular mengalami perubahan
menyebabkan penurunan kompliace aorta dan pembuluh darah besar, serta terjadi peningkatan TD
sistolik. Terjadi peningkatan resistensi perifer. Terdapat penurukan aktivitas baroreseptor
menyebabkan gagal reflek postural sehingga menyebabkan hipotensi ortostatik (mata berkunang
dan jatuh) (Maria)

Faktor resiko Jatuh

1. intrinsik  kondisi fisik dan neuropsikiatri, akibat penurunan fungsi pendengaran, gangguan
neuromuscular. pasien stroke terjadi kelemahan di salah satu titik

2. ekstrinsik  obat2an menyebabkan efek di keseimbangan, lingkungan yang tidak mendukung


seperti alat bantu jalan yang tidak ada apabila ada kesulitan berjalan (Syahra)

Dapat disebabkan oleh penyakit hipertensi. Hipertensi menyebabkan gangguan fisik seperti sakit
kepala, epistaksis, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, suka tidur, mata berkunang, dan
pusing. Salah satu penyebab kambuhnya hipertensi terutama pada orangtua karena stress. Stress
menyebabkan ketidakseimbangan berbagai hormon (Ryza)

3. Mengapa pasien dalam 3 bulan ini mengalami jatuh 3 kali, merasa pusing berputar,, sering
lupa, dan pendengaran berkurang (Aininna)

Pusing berputar bisa disebabkan oleh gangguan keseimbangan tubuh. Semakin bertambahnya usia,
struktur didalam tubuh juga berubah, kemampuan mendengaran dan keseimbangan juga
memburuk. Terkait usia  Prebiskusis(Alya)
Pasien jatuh berkali kali, mata kabur  ada gangguan di sensoriknya (penglihatan, vestibuler,
propioseptif, pendengaran) bisa menyebabkan pasien jatuh,  pada lansia vertigo tipe perifer
karena perubahan fungsi vestibuler akibat penuaan, struktur dalam telinga berubah dan penurunan
fungsi sehingga mulai ada gejala penurunan pendengaran dan keseimbangan. Pada lansia juga ada
penurunan aldosteron, mengganggu pendengaran karenan mengontrol transport ion cl dan k di
koklea sehingga ada penurunan propioseptifnya. Pada pasien pengurangan kognitif seperti
dimensia, MCI ada peningkatan frekuensi jatuh gejala awalnya sering lupa (Grace)

Gelaja sering jatuh dan sering berputar. Vertigo sering pada usia tua. Kurangnya pendengaran yang
berkaitan dengan nyeri sendi yaitu RA. Karena tidak hanya menyerang tulang ekstremitas, tapi juga
tulang kecil dan kertilago pada telinga. Juga ada pada OA, penyebabnya hampir sama akibat
degenerasi pada tulang dan kartilago termasuk tulang telinga pasien. Penyebab selain gangguan
telinga seperti hipertensi, DM, OA, peny jantung, Infeksi (labitinitis pusan keseimbangan di telinga)
(Aininna).

Sering jatuh penyebab:

1. Sensorik
2. Kognitif karena ada demensia
3. SSP yaitu gangguan seperti stroke dan parkinson, salah respon sensorik
4. Muskuloskeletal, mengganggu gaya berjalan atau gait, kaku jaringan penghubung, konduksi
safraf lambat, penurunan visus dan lapang pandang, kesukana proprioseptif  penurunan
ROM dan kekuatan otot dan peningkatan postural sway (Naomi)

Penyebab sering lupa, mengalami demensia dan alzeimer karena sel otak berkurang dan jumalh
neuron gk bisa diubah menjadi baru (Syahra)

4. Mengapa pasien mengalami lutut bengkak kemerahan, kesakitan, dan tidak bisa berjalan
(Hans)
1.Osteoarthritis. Osteoarthritis merupakan jenis radang sendi yang paling umum terjadi. Kondisi
ini dapat menyebabkan rasa sakit dan bengkak di area persendian, serta kerusakan tulang rawan.
Apabila tulang rawan lutut rusak, maka tulang tungkai akan saling bergesekan hingga
mengakibatkan pembengkakan dan gangguan pergerakan sendi lutut. 2. Rheumatoid arthritis.
Rheumatoid arthritis adalah peradangan sendi akibat gangguan autoimun. Tidak seperti kerusakan
akibat osteoarthritis, kerusakan akibat rheumatoid arthritis bisa mencapai lapisan luar sendi,
tulang, dan area di sekitar sendi. Kondisi ini bisa menyebabkan pembengkakan pada sendi, seperti
pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan lutut.3. Septic arthritis. Septic arthritis adalah radang
sendi yang disebabkan oleh kuman, seperti bakteri, virus, atau jamur, yang menyebabkan infeksi
jaringan dan cairan di sekitar sendi. Gejalanya dapat berupa rasa nyeri, peradangan, demam, dan
pembengkakan pada persendian yang mengalami infeksi, termasuk lutut. (Fardib)

Bisa menyebabkan reaksi inflamasi akibat sering jatuh pada struktur lutut atau sendinya  edema,
kemerahan, ruptur pada ligamen lutut (Alya)
Nyeri lutut bisa dibedakan diangnosisnya berdasarkan umur. Pada lansia karena OA, Gout, Beakers
Cyst. Pada usia dewasa karena RA, Liaters Sindrom, Septic Arthritis. Pada anak anak dan dewasa
muda karena patellar endolitis, tibial atopisitis. Nyeri lutut berdasrkan onsetnya: 1. Akut, karena
cedera di kartilago atau ligamen, diskolasi dan patah tungkai, rupturu tendon patellar. 2. Kronik,
karena OA, RA, Gout, psudogout, infeksi, Tumor, nyeri alih. Berdasarkan lokasinya: 1. Anterior
karena OA, PFA, OCD; 2. Medial karena OA, MCL frain, medial meniscus tear;3. Lateral karena LCL
spray, Lateral meniscus tear; 4. Posterior karena PCL tear , Beakers cyst, popliteus tendinitis (ryza)

5. Bagaimana hubungan antara pengobatan pasien dengan gejala yang dialami (Naomi)

Furosemid. Golongan loop diuretik bekerja pada sisi lumen tubulus, aktifitas tergantung sekteri
Tproksimal. Dapat berkurang bersamaan pengunaan AINS, berkompetisi dnegan furosemid.
Mereduksi COX2, Ains mengganggu loop diuretik. Mengganggu secara besar ketika ada sindrom
metabolik. Efek samping furosemid bersifat ototoksik menyebabkan hearing loss yg reversible, dan
hiperurisemia dapat menyebabkan gout artritis. Ttlksana hipertensi pada lansia adalah CCB, Ace
inhibitor/ ARB, tiazid, apabila resisten berikan alfa blokter atau spironolakton. Antalgin dan
meloxicam, untuk golongan NSAID menyebabkan kerusakan GIT, nefrotoksisitas dan ganggu auto
gerulasi ginjal. Meloxicam menyebabkan edema meingingktan TD pasien, mempengaruhi SSP
menyebabkan nyeri kepala, telinga berdenging. (Hans)

Furosemid menyebabkan ototoksik, nyeri sendi, vertigo (ganggu ion di koklea). NSAID menghambat
furosemid, memingkatkan resiko cardiovasuker  memperparah hipertensi. Seharusnya jangan
langsung minum obat antiinflamasi, lebih baik edukasi menurunkan bb karena sudah hansia dan
ada resiko CVD (Maria)

6. Interpretasi vital sign (Fadhlan)

TD 180/100 mmHg  Hipertensi grande 2, usia lanjut normal 130-150/80-90 mmhg (Syahra)

7. Interpretasi Pmx lab dan radiologi (Ryza)

GDS 250  hiperglikemia, normal lansia lebih rendah daripada dewasa biasa, dikatakan tinggi >140

Hb 10,5%  anemia, normalnya 12-18 g/dl

Soft tissue swelling  inflamasi genu karena jatuh, ada deformitas art. Genu dan penyempitan art
genu (Grace)

Pemberian furosemid ada efek samping hipeglikemia pada pasien indikasi DM (Fadhlan)

8. Diagnosis banding pasien (Syahrani)

Reumatoid Arthritis  karena ada gejala kelelahan, anoreksia, selama berbulan-bulan. Ada gejala
sinovitis pada sendi yang terserang, gerakan terbatas dan kekakuan terutama lebih dari 1 jam. Pada
radiologi ditemukan soft tissue swelling (gambaran dini) diikuti osteoporosis dan erosi area
tulangnya. Stadium lanjut ada penyempitan celah sendi, osteoporisinya difus, erosi meluas
subkondral (Hans)

Osteoarthiris  RA adalah peny autoimun yang mengalami inflamasi pada seluruh badan.
Menyerang sendi kecil untuk onset awal seperti jari tangan, seiring waktu menyerang lutut dkk. OA
asimetris gk menyerang seluruhnya, gk ada demam, ada peningkatan suhu di bagian suhu
mengindikasikan inflamasi, menyerang sendi kecil tapi bukan onset awal OA, melainkan menyerang
sendi yang sering terpakai (lutus, bahu, panggul) (Fadhlan)

PROBLEM TREE
LO

1. MMMM Epidemiologi OA pada lansia

Dapat terjadi dari seluruh etnis tapi lebih tering pada wanita, tersering pada disabilitas pasien >65
th. WHO 40% dunia yg lansia akan menderita OA, dari jumlah tersebut 80% keterbatasan di sensi.
Prevalensi OA di indo 5% >40 th, 30% 40-60 th, 65% >61 th. (Grace)

Amerika, 18-24 7% laki dan 2% pr OA di tangan, 55-64 tahun, 28% pada lk dan pr OA di lutut, 22%
pada panggul. 65-73 th = 39% pada lutut, dan 23% di panggul. >75 tahun baik lk dan pr punya gejala
OA 100% (Naomi)

<45 th prevalensi lk dan pr itu sama, >50 th banyak pada perempuan , ada peran hormon pada OA
(Maria)

WHO, 2014. 335 jt jiwa di seluruh dunia, riskesdas,2013  24.7% seruluh penduduk indo. OA 10%
akan mengalami disabilitas. Sebelum usia lebih banyak pada Laki laki, kalo >50 th terjadi pada
wanita. Berhubungan dengan estrogen. Ras afrika amerika memiliki resiko OA 2x lipat lebih besar
dari kaukasia. OA lebih sering pada lutut. OA pada tangan sering muncul >45 th pada lakilaki lebih
banyak 10:1. OA pada panggul terjadi lebih sering pada laki laki dan unilateral/bilateral. (Hans)

WHO, OA penyebab disabilitas pada elderly no 4 sedunia. Pada negara berkembang penyakit
penyebab disabilitas no.1 . Secara global 9,6% diderita oleh laki laki> 60 th. (Nina)

2. MMMM Etiologi dan faktor resiko OA pada lansia

Faktor resiko:

1. Jenis kelamin  >50 th lebih banyak pr daripada lk.


2. Ras/etnis  afrika amerika OA lutut 2x lebih besar daripada ras kaukasia
3. Genetik  Abnormalitas kode genetik kolagen, bersifat diturunkan
4. Gaya hidup  merokok (merusak sel dan hambat proliferasi sel sendi, meningkatkan
tekanan oksidan yg memepengaruhi tulang rawan), alkhohol
5. Penyakit lain  DM, hipertensi, hiperurisemia, obesitas, dan osteoporosis
6. Biomekanis  trauma, kelainan anatomis pada genu varum valgus, pekerjaan, aktivitas fisik,
atlet olahraga (benturan keras dan membebani lutut, seperti maraton, sepak bola) (Ryza)

Etiologi: karena peningkatan aktivitas fibrinogen dan penuruna fibrinolitik  trombus terakumulasi
dan lipid di Pembuluh darah subkondral iskemi dan nekrosis jaringan  inflamasi 
mengeluarkan mediator kimia yg bikin nyeri . ada primer (idiopatik, bukan karena perubahan di
sendi) dan sekunder (karena adanya inflamasi, kelainan di hormonal, herediter, imobilitasis yg
terlalu lama). (Alya)

Faktor resiko :

BB  semakin berat semakin tinggi.


Kurangnya nurtisi vit D  memiliki manfaat terhadap kondrosit di sendi, jika vit D kurang maka
menyebabkan OA, bisa juga untuk memperingan gejala OA (Fadhlan)

Etiologi

Efek dari inflamasi  kartilago loss  osteosit formation  nyeri OA hingga disabilitas (Nina)

3. MMMM Patofisiologi OA pada lansia

OA terjadi karana kondrosit gagal memelihara keseimbangan antara pembetukan matriks


ekstraseluler dan degradasi. Sehingga perubahan diameter dan orientasi serat kolagen mengubah
biomekanik tulang rawan tulang rawan kehilangan kompresibilitas yg unik.

Selain kondrosit, sinuviosit juga berperan. Terutama apabila terjadi sinuvitis yg menyebabkan nyeri
dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit inflamasi akna menghasilkan MMP (matrik metalo protease)
dan berbagai sitokin yg dilepaskan di rongga sendi.  merusak matrik tulang rawan dan aktifkan
kondrosit.

Tulang di subkondral juga berperan menghasilkan enzim proteolitik dan aktifkan osteoblas 
struktur berubah dari tulang rawan ke tulang keras sehingga sulit bergerak (grace)

Pada OA ini menyebabkan degradasi di membran sinovial dan kartilago pada sendi karena
keluarnya mediator inflamasi di celah sinovial  terbentuknya protease, pg dan leukotrien
menghasilkan MMP  bantuan untuk menahan tubuh berkurang. Hilangnya kartilago
menyebabkan sentuhan langsung antara tulang keras  sensitisasi nyeri. Pengeluaran sitokin
menyebabkan faktor VGF mengakibatkan pertumbuhan pembuluh darah pada celah sinovial 
memperparah inflamasi. Terdapat pertumbuhan tulang naik  pmx radiologi ada tanda osteosit
(Fadhlan)

4. MMMM Manifestasi klinis OA pada lansia

1. Nyeri sendi terlokalisir, sedangkan menjalar jika OA servikal atau lumbar


2. Kekakuan pada pagi hari  terjadi imobilisasi, terlalu lama duduk / berbaring
3. Hambatan pergerakan sendi prograsif lambat dan berat seiring waktu, terlalu sering
beraktivitas
4. Krepitasi  bunyi pada sendi yg terkena OA
5. Perubahan bentuk sendi dan celah sendi
6. Perubahan gaya jalan  hampir semuanya mengalami perubahan seperti pincang karena
nyeri (Syahra)

1. Nyeri  gradual, memburuk karena aktivitas, mereda jika istirahat. Kjika kronik merubah
mood dan gangguan tidur
2. Kekakuan sendi  jumlan sendi sedikit yg terkena. Pada pagi hari, memburuk siang hari.
Paling sering di carpometakarpal 1, prox interpalang, distal interphalang, metatarsophalang
1, lutut, vertebral servikal lumbal, hip
3. keterbatasan gerak
4. instabilitas postur dan jatuh
5. pmx fisik  inflamasi sendi, nodul aeberden, asimpomatis pada jempol jari (OA kaki), nodul
bouthart (bersama dengan nodul atas)
6. Gait pincang dan tersentak2  antalgic gait, bertujuan untuk menghindari nyeri
7. Deformitas  wasting otot, genu varus valgus, panggul memendek atau fleksi pada panggul
yg sakit
8. ROM menurun
9. Krepitasi
10. PMX ray  penyempitan celah sendi, bound spur terlihat tulang yg tumbuh, sklerosis, kista
dan deformitas (Hans)

Krepitasi karena pergeresekan tulang, karena penuruna kompresibilitas. Penyakitnya progresif


lambat  pasien datang dengan keluhat lama dan memberat akhir2 ini dengan tanda inflamasi
akut. OA ada penyakit komorbid, yaitu hipertensi sesuai dengan fisiologis penuaan karena ada
resistensi perifer meningkat. Penggunaan obat OAINS meningkatkan resiko CVD (Maria)

Deformitas karena pembengkakan sendi, tanda inflamasi seperti peningkatan suhu, nyeri tekan,
kemerahan (Alya)

5. MMMM Tatalaksana dan edukasi OA pada lansia

a. Terapi konservatif  Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada

pasien, pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi berat badan,
jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan seperti bersepeda, berenang).

b. Fisioterapi  Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur, transverse


friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot, elektroterapi.

c. Pertolongan ortopedi  Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu


yang bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan untuk mengurangi
nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et. al, 2010).

d. Farmakoterapi

- Analgesik / anti-inflammatory agents. Contoh: Ibuprofen : untuk efek antiinflamasi dibutuhkan


dosis 1200-2400mg sehari.

- Asam hialuronat

- Kondroitin sulfat (Fardib)


Non farmakologis :

Edukasi  agar bisa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, penurunan BB pada obesitas 
mengurangi beban dan meningkatkan kelincahan

Terapi fisik dan kerja  u/ melakukan aktivitas optimal dan tidak bergantung pada orang lain,
seperti pendinginan, pemanasan, dan latihan penggunaan alat bantu  u/ penguatan otot,
memperluas gerak sendi, latihan aerobik

Farmakologis  asetaminofen (penghilang rasa sakit karena efek samping lebih dikit) (Naomi)

Fisioterapi

1. MWD  menggunakan stresor fisis berupa energi elektro magnet, efeknya : kontraktur
jaringan lemah, peningkatan elastisitas jaringan lemah, pengurangan nyeri, normalisasi
tonus otot sedatif
2. TENS  u/ strimulasi saraf daerah lutut u/ menghilangkan nyeri dan relaksasi
3. Static bicycle  menjaga kekuatan otot paha, lutut, betis  dapat melenturkan sendi dan
stabilitas sendi, frekuensi sesuai pasien, biasanya pagi hari tapi dengan teknik dan arahan yg
benar
4. Terapi latihan  latihan aktif movement dan free aktif movement. Latihan pasif  pasif
movement dan hold relax  u/ mengurangi nyeri dan spasme, meningkatkan daya tahan
otot dan lingkup gerak sendi (Ryza)

Terapi bedah dilakukan dengan indikasi jika terdapat deformitas yg menimbulkan imobilisasi, jika
nyeri gk hilang medikamentosa dan rehab.

Tipe bedah : 1. Re alignment osteotomy  membuat kartilago yg sehat menopang sebagian berat
tubuh. 2. Artroplasty  penggantian jaringan sendi dengan menanam sendi baru yg terbuat dari
logam (syahra)

1. Intra artikular steroid, terbukti menghilangkan sakit


2. Intra articulan hialuronic acid  meningkatkan variabilitas gait
3. Intensive weight loss  3,67 th dewasa mengurangi tnf alfa dan meningkatkan kemampuan
naik tangga
4. Exercise tai chi (beladiri) menggerakan sendi perlahan  meningkatkan densitas mineral
tulang, mengurangi kecenderungan jatuh
5. Pembedahan sendi dan ganti dengan buatan (Aininna)
Non farmakologi :

menurunkan BB, terutama BMI>25 tarhet : 5% dari sekarang (18,5-25)

penggunaan alat kaki, sol lembut dan tidak pake heels, sepatu trainer

menggunakan pada sisi sehat  tongkat

terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan energi  speint dan melukan aktivitas fisik sehari ahri

Farmakologi :

Ringan sedang tanpa kondraindikasi  asetaminopen <4g/hari atau OAINS

Jika ada riwayat cerna/ >60 th  asetaminopen <4gr/hari, OAINS topikal atau non selektif, PPI
(omeprazol, misoprostol). Jika asetaminopennya ini gk pengaruh atau gk boleh sistemik bisa diganti
capcainin dan metil salisilat

Injeksi intra artikular seperti hilorunat (kortikosteroid seperti triamsinolon, diberikan pada OA di
lutut. Jika sendi besar 40-50 mg/injeksi, jika sendi kecil 10 mg/injeksi. Pengulangan 3 bulan sekali
atau setahun 3 kali. Hialuronan (high molecular(1 kali saja), low (2-3), campuran (2 kali dengan
interval 1 minggu))  5-6 kali berturut dengan interval 1 minggu

Nyeri berat  jika responnya gk baik, tramadol, suntik intra artikular. Kombinasi terapi parasetamol
kodein  analgasik 5% lebih baik dibanding biasa (Hans)

Terapi konservatif : terapi dingin (digunakan inflamasi akut, u/ mengurangi bengkak), panas (u/
mengurangi rasa sakit), istirahat sendi, adan pakai alat penyangga sendi yg inflamasi

Terapi non farmakologi : keluarga dukungan psikososial karena susah pake alat bantu (Maria)

6. MMMM Komplikasi dan prognosis OA pada lansia

Prognosis :

Tergantung kondisi sendi dan keparahan OA. Gk ada obat yg bisa menyembuhkan OA, hanya saja
bisa mengurangi gejalanya. Pada orang usia tua, BMI tinggi, ada deformitas pada genu varus,
adanya keterlibatan lebih dari 1 sendi  progresivitas tinggi. Pada pasien yg pernah bedah sendi,
prognosis lebih baik dnegan rasio keberhasilan 90%, pada artroplasti bagian panggul dan lutut.
Apabila diperikan protetik sendi harus di revisi dalam 10-15 tahun setelah tindakan. Apabila pasien
muda dan lebih aktif  lebih sering revisi dibanding pasien tua

Komplikasi :

Dari OA Fibrosis, ankylosis tulang, kontraktur sendi, neuropathy

Dari OAINS  perdarahan lambung, hepar, nefropathy


Dari tindakan bedah  infeksi dan kerusakan membran sendi

Lainnya : deformitas sendi, pertumbuhan tulang berlebih, penekanan saraf tulang leher dan
pinggang, kompresi sumsum tulang belakang, myelopathy, kelumpuhan (Grace)

Komplikasi: osteonekrosis, bursitis, artropathy (Alya)

Anda mungkin juga menyukai