Anda di halaman 1dari 5

Apakah Jilbabku Jilbab Syar’i?

Artikel Lepas
22/3/2012 | 29 Rabbi al-Thanni 1433 H | Hits: 1.447
Oleh: Sukmahadi

Ilustrasi (Danang Kawantoro)

dakwatuna.com - Apakah Jilbabku Jilbab Syar’i bacalah uraian berikut:

Saudariku yang baik hati, yang cantik yang manis, kehadiran tulisan ini merupakan bentuk
kepedulian kepada muslimat seluruh Nusantara, sebab roda era globalisasai tak terhenti sedangkan
beribu rayuan model pakaian, jilbab bermunculan.

Subhanallah jilbab itu adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Jilbab itu ‘iffah (kemuliaan). Jilbab itu
kesucian. Jilbab itu pelindung. Jilbab itu taqwa. Jilbab itu iman. Jilbab itu haya’ (rasa malu). Jilbab itu
ghirah (perasaan cemburu). Tak kan ada rasa sesal maupun kecewa sedikit pun memakai jilbab ini.
Kesetiaan pada jilbablah yang harus dilekatkan di hati.

Allah berfirman:

‘’….. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga
yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan
yang besar. (QS. An-Nisa ayat 13)

Wahai para muslimah jika kita mentaati perintah Allah dan rasul maka kelak akan mendapatkan
syurga Allah SWT. Ayat di atas dikutip dari surah an-Nisa yang berarti wanita , perhatikanlah dalam
al-Quran tertera surah wanita sedang surah lelaki tidak ada, ini bertanda bahwa wanita bisa
mempunyai peran penting dalam menempuh kehidupan dan kemajuan Islam tetapi wanita bisa juga
menjadi sumber fitnah terbesar jika tidak mentaati kaidah-kaidah Allah dan Rasul-Nya.

Hijab dan Jilbab adalah masalah Fiqih (Syari’ah), Keempat Mazhab yang terkenal seperti Mazhab
Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali dan semua ahli Fiqih dan Syariat Islam sependapat bahwa aurat
perempuan adalah semua badannya kecuali Muka dan Telapak tangan.

Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah
melihatnya: laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk
memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok.
Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium
baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR Muslim).

Seorang muslimah akan selalu ingin menjadi tampil menarik di hadapan manusia akan tetapi
penampilan yang paling menarik dari semua penampilan adalah penampilan yang sesuai syariat
Allah sang pengasih dan penyayang hambanya dengan memerintahkan memakai jilbab sebagai
penyempurna kewajiban sebagai seorang muslimah yang sudah baligh, hal ini adalah bentuk kasih
sayang kepada hambanya khususnya wanita, yakinlah bahwa Allah mengatur semua ini hanya untuk
kepada saudariku-saudariku.

Berikut ini adalah dalil-dalil tentang wajibnya memakai Hijab menurut Al-Qur’an dan Hadits dan
penafsiran para Sahabat dan Fuqaha (Ahli Fiqih) Hukum Jilbab dan Hijab:

Dari Khalid bin Duraik: ‘’Aisyah RA, berkata: ‘’Suatu hari, asma binti abu bakar menemui Rasulullah
SAW dengan menggunakan pakaian tipis, beliau berpaling darinya dan berkata: ‘’wahai asma’’ jika
perempuan sudah mengalami haid, tidak boleh ada anggota tubuhnya yang terlihat kecuali ini dan
ini, sambil menunjuk ke wajah dan kedua telapak tangan.’’ (HR. Abu Daud).

Aurat wanita yang tidak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain (selain suami dan mahramnya) adalah
seluruh anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Hal ini berdasarkan dalil hadits di atas
dan ayat ayat berikut.

1. Al-Qur’an surah An-Nur ayat 31, “Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman:
‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan khumurnya (Indonesia: hijab) ke dadanya….” Ayat ini menegaskan empat hal:

a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.

b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.

c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.

Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan anggota
badan tempat perhiasan tersebut. Sebab, jika perhiasannya saja dilarang untuk ditampakkan apalagi
tempat perhiasan itu berada. Menurut Ibnu Umar RA yang biasa nampak adalah wajah dan telapak
tangan.

d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang
berarti kain penutup kepala. Atau, dalam bahasa kita disebut hujab. Ini menunjukkan bahwa kepala
dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus ditutup. Berarti tidak cukup hanya dengan
menutupkan hijab pada kepala saja dan ujungnya diikatkan ke belakang. Tetapi, ujung jilbab tersebut
harus dibiarkan terjuntai menutupi dada.

2. Hadits riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan
pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata, “Hai Asma, sesungguhnya jika
seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil balig) maka tidak ada yang layak terlihat kecuali ini,”
sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR Abu Daud dan Baihaqi).

Hadits ini menunjukkan dua hal:


1. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.

2. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat. Dari kedua dalil di atas, jelaslah
batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil
tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan
menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini
tidak hanya berlaku pada saat shalat saja atau ketika hadir di pengajian, namun juga pada semua
tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.

Pembaca yang budiman, jika memperhatikan realita arus kehidupan dunia yang penuh dengan
godaan, terkadang saudariku merasa malu menggunakan pakaian muslimah, dengan beberapa
alasan:

1. Malu, terkadang ada muslimah yang sudah paham tentang arti dan kewajiban memakai jilbab
syar’i tetapi masih dihantui perasaan malu terhadap teman, keluarga dan lingkungan. Pesan untuk
saudari-saudariku yang cantik harapan umat” jangan malu dalam menjalankan Syariat Islam sebab
itulah jalan yang lurus tapi malulah jika tidak taat kepada syariat Allah”

2. Takut dicap teroris, seiring perputaran kehidupan yang canggih anak manusia maju memasuki
era globalisasi maka kebanyakan perbuat-perbuat teror yang dilakukan oleh oknum dan salah dalam
mengartikan jihad sehingga pada akhirnya setiap ada teror terbukti atau tidak biasanya dituduhkan
kepada muslin/muslimat, sehingga terkadang ada ibu rumah tangga yang melarang anaknya untuk
memakai jilbab syar’i. “Pesan, tidak usah takut dicap teroris sebab Allah bersama kita’’ kalaupun
polri atau Amerika sekalipun menuduh kita yang tidak-tidak lalu kemudian diadili maka engkau mati
syahid sebab mempertahankan keimanan dan difitnah.

Setelah membahas beberapa dalil di atas telah jelas bahwa dalam berpakaian saat ini ada beberapa
kriteria atau syarat. Syarat-syarat pakaian penutup aurat wanita pada dasarnya seluruh bahan,
model, dan bentuk pakaian boleh dipakai, asalkan memenuhi syarat-syarat berikut.

1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

2. Tidak tipis dan transparan. (Sesuai hadits di atas)

3. Longgar dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk dan bentuk tubuh (tidak ketat).

4. Bukan pakaian laki-laki atau menyerupai pakaian laki-laki.

Teruntuk saudari-saudariku yang cantik, yang peduli pada diri sendiri atas kehidupan akhirat
pakailah pakaian yang sesuai syariat Allah, insya Allah engkau bahagia dunia dan akhirat sebab hati
ini akan tenteram jika melaksanakan syariat Islam. Jika memakai pakaian yang tidak sesuai syariat
saya yakin bahwa sebenarnya dalam hati kecil kita berkata sebenarnya aku suka berpakaian syariat
tapi pikiran dan hawa nafsu ingin berpakaian yang tidak sesuai syariat Allah.
Pakaian muslimah sekarang kebanyakan membungkus bukan menutup, perbedaan membungkus
dan menutup, contoh menutup itu berpakaian tapi lekuk-lekuk masih sangat terlihat, transparan,
akibat pakaian kekecilan dan ketat dikategorikan membungkus. Sedangkan menutup, berpakaian
dengan baik rapi tanpa tidak menampakkan model-model lekuk-lekuk tubuh alias tidak ketat.

Teringat salah satu artikel ww.arrahmah.com berikut bunyinya:

Renungan buat Muslimah yang belum ingin menutup auratnya dengan Hijab

Beralasan belum siap berjilbab karena yang penting hatinya dulu diperbaiki?

Kami jawab, ”Hati juga mesti baik. Lahiriyah pun demikian. Karena iman itu mencakup amalan hati,
perkataan dan perbuatan. Hanya pemahaman keliru yang menganggap iman itu cukup dengan
amalan hati ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah. Iman butuh realisasi
dalam tindakan dan amalan”

Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah dan panas?

Kami jawab, ”Lebih mending mana, panas di dunia karena melakukan ketaatan ataukah panas di
neraka karena durhaka?” Coba direnungkan!

Beralasan lagi karena saat ini belum siap berjilbab?

Kami jawab, ”Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa jika
sudah keriput dan rambut ubanan? Inilah was-was dari setan supaya kita menunda amalan baik.
Mengapa mesti menunda berhijab? Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia ini ataukah sudah
di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam atau semenit mendatang. So … jangan
menunda-nunda beramal baik. Jangan menunda-nunda untuk berjilbab.”

Perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut seharusnya menjadi renungan:

“Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu
pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan
manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416). Hadits ini menunjukkan
dorongan untuk menjadikan kematian seperti berada di hadapan kita sehingga bayangan tersebut
menjadikan kita bersiap-siap dengan amalan shalih.

Subhanallah…

Masihkah kamu ragu wahai Ukhti fillah untuk menutup kemolekan tubuhmu dengan hijab?
masihkah? Ingatlah, sesungguhnya api neraka akan membakar tubuh yang kau sajikan untuk lelaki
hidung belang, kau bisa beralasan ini dan itu, Demi Allah, sesungguhnya, kita tak akan mampu
menebak kapan nyawa ini akan diambil oleh Malaikat Maut! Innalillahi waa inna ialaihi rojiun.
Demikianlah artikel yang sempat saya kutip.
Jadi, terus terang saja mata ini sudah sering kali dibelokkan oleh syetan, sebab di manapun saya
berada baik di luar Negeri ataupun dalam Negeri begitu banyak wanita muslimah yang tidak
menyadari hal ini. Lelaki hidung belang seenaknya menyajikan pesona yang tak pantas.

Saudariku yang muslimah, yakinlah bahwa syariat mengatur kehidupan kita, itu semua teruntuk
kebaikan dan kemashlahatan dunia dan akhirat, tidak akan ngaruh kekokohan Allah sebagai Tuhan,
jika saudariku berhijab syar’i atau tidak, hasilnya akan kembali kepada diri pribadi kita masing-
masing. Mohon maaf dengan sebesar-besarnya jika bahasa-bahasa yang digunakan terlalu over
sebab ini semua agar mudah dipahami tak ada niat kecuali saling mengingatkan, wallahu a’lamu
bishowab.

Anda mungkin juga menyukai