Anda di halaman 1dari 5

Nama: Budiyono

NIM: N0122216
Mata Kuliah: Hukum Perbankan (G)
Dosen Pengampu: Umi Khaerah Pati, S.H., M.H.

1. Perbandingan kegiatan usaha BPR (Bank Perkreditan Rakyat) dalam Undang-Undang


Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan dengan POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) Tahun 2016 jo.
2021.

UU No. 10/1998 jo. UU No. 7/1992 tentang POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan)
Perbankan (Pasal 13) Tahun 2016 jo. 2021 (Pasal 4)
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam a. Penghimpunan dana dalam bentuk:
bentuk simpanan berupa deposito 1) simpanan berupa deposito berjangka,
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk tabungan, dan/atau bentuk lainnya
lainnya yang dipersamakan dengan itu; yang dipersamakan dengan itu;
2) pinjaman yang diterima;
b. Memberikan kredit; b. Penyaluran dana;
c. Menyediakan pembiayaan dan c. Penempatan dana dalam bentuk:
penempatan dana berdasarkan Prinsip 1) giro, deposito berjangka, sertifikat
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang deposito, dan/atau tabungan pada
ditetapkan oleh Bank Indonesia; bank umum dan bank umum syariah;
2) deposito berjangka, dan/atau tabungan
pada BPR dan bank pembiayaan
rakyat syariah;
3) sertifikat Bank Indonesia;
d. Menempatkan dananya dalam bentuk d. Kegiatan usaha penukaran valuta asing;
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan/atau
tabungan pada bank lain.
e. Kegiatan lainnya untuk mendukung
kegiatan usaha BPR dalam bentuk:
1) kegiatan sebagai penyelenggara dan
agen layanan keuangan tanpa kantor
dalam rangka keuangan inklusif (Laku
Pandai);
2) penyediaan layanan Electronic
Banking;
3) layanan pembayaran gaji bagi nasabah
BPR;
4) kegiatan kerjasama dalam rangka
transfer dana yang terbatas pada
penerimaan atas pengiriman uang dari
luar negeri;
5) kegiatan sebagai penerbit Kartu ATM,
6) kegiatan sebagai penerbit Kartu
Debet,
7) kegiatan sebagai penerbit Uang
Elektronik dan kegiatan pemasaran
Uang Elektronik dari penerbit lain;
8) pemindahan dana baik untuk
kepentingan sendiri maupun
kepentingan nasabah melalui rekening
BPR di bank umum;
9) kegiatan kerja sama dengan
perusahaan asuransi untuk
mereferensikan produk asuransi
kepada nasabah yang terkait dengan
produk BPR; dan
10) menerima titipan dana dalam rangka
pelayanan jasa pembayaran tagihan
seperti pembayaran tagihan listrik,
telepon, air, dan pajak.
 Apa perbedaannya?
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Pada POJK jenis kegiatan usahanya lebih bervariatif dan beragam
kegiatannya karena menyesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat di era P2P saat
ini. Sedangkan, dibandingkan dengan kegiatan usaha BPR pada UU Perbankan jauh lebih sedikit
dan lebih terbatas dibandingkan dari kegiatan usaha Bank umum. Pelarangan sekaligus
pembatasan kegiatan usahanya karena dari segi permodalan dan cakupan operasionalnya lebih
berada di daerah pedesaan dibandingkan dengan Bank Umum.
Menurut Pasal 1 Angka 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016
tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, dirumuskan bahwa:
“Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi adalah penyelenggaraan
layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman
dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara
langsung melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.”
Pemakaian istilah “Pinjam Meminjam Uang” dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
tersebut pada dasarnya bermakna sama dengan Kredit, namun terdapat beberapa hal prinsipil di
dalamnya. Pertama, cakupan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016,
bukan berada dalam lingkup lembaga keuangan perbankan, melainkan telah terbit dan
berlaku serta diakuinya lembaga keuangan baru yang menyelenggarakan metode pinjam
meminjam uang secara daring (online) yang lazim disebut Peer to peer lending (P2P) yang
berkembang besar serta berperilaku agresif menjaring nasabah, dan tidak kalah menarik ialah
dampak dari perusahaan teknologi finansial (Tekfin) atau Financial Technology (Fintech) yang
menerapkan bunga tinggi dan penagihan yang tidak manusiawi.
Kedua, layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi yang pada dasarnya
adalah sistem perkreditan tidak dapat dipisahkan dari inovasi dalam dunia industri sehubungan
Revolusi Industri. Perangkat populer yang dilengkapi internet memungkinkan pelanggan untuk
menemukan informasi tentang produk dan layanan kapan saja. Teknologi berbagi data (shared
database technology) dapat mempersingkat beragam aktivitas yang begitu banyaknya seperti
ruang penyimpanan akun-akun klien, pembayaran lintas batas dan kliring, serta penyelesaian jual
beli, termasuk juga barang-barang dan jasa yang belum tercipta,

 Mengapa terjadi perubahan?

Secara arti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pada POJK jenis kegiatan usahanya lebih
bervariatif dan beragam kegiatannya karena menyesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan
masyarakat di era P2P saat ini karena berguna untuk transaksi dalam jasa lalu lintas pembayaran
secara non-bank. Sedangkan, dibandingkan dengan kegiatan usaha BPR pada UU Perbankan
jauh lebih sedikit dan lebih terbatas dibandingkan dari kegiatan usaha Bank umum lainnya.
Pelarangan sekaligus pembatasan kegiatan usahanya karena dari segi permodalan dan cakupan
operasionalnya lebih berada di daerah pedesaan dibandingkan dengan Bank Umum. Hal inilah
yang membuat terjadi perubahan ketentuan-ketentuan pada BPR dalam UU Perbankan dengan
BPR dalam POJK. BPR pada UU Perbankan lebih kaku dalam memberikan jasa kegiatan
usahanya kepada masyarakat, sedangkan BPR pada POJK tahun 2016 jo. 2021 lebih memiliki
fleksibilitas dan kemudahan dalam bertransaksi terutama dalam kegiatan P2P Landing yang saat
ini masyarakat membutuhkan fleksibilitas, kecepatan, dan akses yang lebih bervariatif serta
mudah dalam menjangkau lalu lintas pembayaran.

2. Jelaskan apakah yg dimaksud dengan memberikan jasa pada lalu lintas pembayaran
(jasa apa saja yg dimaksud)?
Memberikan jasa pada Lalu Lintas Pembayaran (LLP) adalah suatu proses pemindahan
dana yang terjadi dalam wilayah suatu negara atau antar negara (cross border), dari pihak
pengirim dana/applicant kepada pihak penerima dana/beneficiary atas dasar suatu transaksi
ekonomi yang melibatkan instansi/lembaga terkait dalam suatu mekanisme sistem
pembayaran.
Jasa pada Lalu Lintas Pembayaran terdapat dua, yakni: Lalu Lintas Pembayaran Dalam
Negeri dan Lalu Lintas Pembayaran Luar Negeri.
 Jasa Lalu Lintas Pembayaran Dalam Negeri, meliputi: Pengiriman uang (Transfer),
Inkaso (Collection), Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).
 Jasa Lalu Lintas Pembayaran Luar Negeri, meliputi: Kiriman uang (Transfer) dari dan
ke Luar Negeri, Inkaso (Collection), Pembukaan L/C Luar Negeri.
 Jasa-jasa Bank lainnya: Jual beli cek perjalanan/cek turis (travellers cheque), Kartu
kredit (credit card), Garansi Bank, Aktivitas jual beli surat-surat berharga, Kotak
pengaman simpanan (safe deposit box), Jual beli valuta asing, Transaksi dalam
perdagangan valuta asing, Pengawas dibidang penerbitan Obligasi (wali amanat),
Penanggung dibidang penerbitan Obligasi (guarantor).

3. Apakah ada produk BPR yang dahulu dilarang dan dalam POJK dibolehkan?
Mengapa?
Otoritas Jasa Keuangan telah memberikan izin usaha Perusahaan Pergadaian PT Super
Artha Gadai berdasarkan KEP-46/NB.1/2022 tanggal 13 September 2022. Pemberian izin
usaha tersebut berlaku sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Dewan Komisioner dimaksud.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 16 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2016
tentang Usaha Pergadaian (“POJK Nomor 31”), PT Super Artha Gadai wajib mencantumkan
keterangan/informasi secara jelas pada setiap kantor atau unit layanan (outlet).
Mengapa perusahaan tersebut akhirnya diresmikan? Berdasarkan ketentuan Pasal 16
POJK No. 31 Tahun 2016 menyatakan bahwa perizinan usaha Pergadaian PT Super Artha
Gadai sudah memenuhi syarat yang diminta, sebagai berikut:
a. Nama dan/atau logo Perusahaan Pergadaian;
b. Nomor dan tanggal izin usaha dan pernyataan bahwa Perusahaan Pergadaian diawasi oleh
OJK;
c. Hari dan jam operasional; dan
d. Tingkat bunga pinjaman atau imbal jasa/imbal hasil bagi Perusahaan Pergadaian yang
menyelenggarakan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, dan biaya
administrasi.
REFERENSI

 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 12 /pojk.03/2016 tentang kegiatan usaha


dan wilayah jaringan kantor bank perkreditan rakyat berdasarkan modal inti.
 Okbank.co.id. Apa itu BPR dan Kegiatan BPR di Industri Perbankan.
https://www.okbank.co.id/id/information/news/apa-itu-bpr-dan-kegiatan-bpr-di-
industri-perbankan. Diakses pada Rabu, 28 September 2022.
 Renaldy Muhamad. kegiatan usaha bank perkreditan rakyat ditinjau dari undang-
undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan. Lex Privatum Vol. VIII/No.
1/Jan-Mar/2020.

Anda mungkin juga menyukai