KABUPATEN TANGGAMUS
TAHUN 2007
BAB-
BAB-3
PENDEKATAN &
METODOLOGI STUDI
3.1 PENDEKATAN
Pendekatan ini yang mendasarkan pada hal-hal teknis yang akan berpengaruh pada
Penyusunan Masterplan Penataan Kota Pringsewu Kabupaten Tanggamus. Dengan
Pendekatan teknis ini bisa diperoleh antara lain : kebutuhan sarana dan prasarana,
kapasitas/ daya tampung kawasan, bentuk fisik bangunan dan kawasan, kejelasan
fungsi sarana dan prasarana, kejelasan pola mobilitas orang, barang dan transportasi
dan pola pengembangan kawasan baik vertikal maupun horizontal.
Pendekatan ini dilakukan dalam upaya untuk mengetahui faktor pembangkit dan
penarik kegiatan dalam upaya untuk mengetahui aliran pergerakan barang dan
orang.
Pendekatan ini lebih di titik beratkan pada kajian aspek kependudukan dimana
akan menganalisa faktor keterlibatan masyarakat didalam pengembangan
kegiatan dengan melihat distribusi dan struktur penduduk menurut usia, mata
pencarian, aspek budaya dan adat istiadat masyarakat.
d. Aspek Perekonomian
Pendekatan ini mendasarkan sebuah situasi historis dari sebuah kawasan yang telah
ada untuk tetap dijadikan sebuah momentum dari Penyusunan Masterplan Penataan
Kota Pringsewu. Kekuatan historis yang melekat/identik dengan nama kawasan kota
akan memberikan nilai tersendiri sebagai daya tarik perkembangan sebuah kawasan
dalam hal ini Perkotaan.
kepada pelaku usaha yang akan menempati kawasan perencanaan untuk memperoleh
keuntungan yang baik yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada
peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ).
3.2 METODOLOGI
Metode pengumpulan data dan informasi dapat dilakukan dengan 3 ( tiga ) cara, yaitu
metode interview / wawancara, dokumenter dan observasi.
Metode ini adalah cara pengumpulan data dengan jalan mengutip dan atau menyalin
dari dokumen – dokumen yang telah ada sebelumnya dari instansi atau lembaga
terkait seperti Bappeda, Dinas PU, BPN, BPS serta instansi lain yang terkait dengan
Penyusunan Masterplan Penataan Kota Pringsewu.
Metode ini adalah cara pengumpulan data dengan jalan melakukan pengamatan
langsung dilapangan (lokasi kegiatan). Dalam pelaksanaannya metode ini dapat pula
menggunakan alat bantu daftar pertanyaan ( questionare ) maupun format – format
standar ( Check List ) untuk kepentingan penyelidikan teknik tertentu. Pada kegiatan
observasi dapat dilakukan pengambilan gambar ( dokumentasi ) serta membandingkan
kesesuaian data yang ada dengan kondisi dilapangan.
Dari data-data yang diperoleh lewat kegiatan di atas selanjutnya akan dilakukan
kompilasi/pengelompokan dan analisis.
Dari hasil pengumpulan data-data baik Kuantitatif maupun kualitatif maka selanjutnya
dilakukan analisis, dengan menggunakan metode analisis yaitu :
1. Analisis statistik (kuantitatif), dimana metode ini dipakai untuk data-data yang
bersifat kuantitatif atau data yang dikuantitatifkan.
2. Analisis non statistik (kualitatif), metode ini kami pakai untuk menganalisa data-
data deskriptif atau data tektular yang diperoleh dari hasil-hasil wawancara.
Kedua analisis diatas dipergunakan secara bersamaan oleh karena output yang
dikeluarkan pada kegiatan penataan dan revitalisasi kawasan terdapat rekomendasi -
rekomendasi yang sifatnya kuatitatif.
Beberapa analisis yang dilakukan dalam proses Penyusunan Masterplan Penataan Kota
Pringsewu antara lain analisis terhadap pola penggunaan lahan, kependudukan,
perkembangan kegiatan dan transportasi.
Cara ini dianggap penghalusan cara ekstrapolasi garis lurus karena garis regresi
memberikan penyimpangan minimum atas data penduduk masa lampau (dengan
menganggap ciri perkembangan penduduk masa lampau berlaku untuk masa
depan).
Dimana :
2. Model Eksponensial
θ = PL t ( 1 + r )θ
P t+θ θ
Dimana :
θ = Periode
Si / Ni Si / S
----------- = -----------
S/N Ni / N
Dimana :
Si = Besaran dari suatu kegiatan tertentu yang akan diukur, di daerah yang
diteliti
Ni = Besaran total untuk kegiatan tertentu dalam daerah yang lebih luas.
Ukuran dan besaran yang dapat dipakai antara lain tenaga kerja dan hasil
produksi dari setiap kegiatan kota dan regional.
a) Total Shift
Dimana bila :
b) Differential Shift
Dimana bila :
c) Proportionality Shift
PS = TS - DS
Dimana bila :
Dimana :
Dalam analisa transportasi dapat digunakan model aksesibilitas ( daya hubung ) dan
model analisis tingkat kemudahan pencapaian.
Sj
Aij = -------------
Dij *
Dimana :
Dij = Jarak I ke j
Dari analisis ini dapat diketahui lokasi – lokasi yang memiliki daya hubung tinggi.
Lokasi yang memiliki daya hubung tinggi merupakan potensi bagi perkembangan
kegiatan yang bersifat produktif karena keuntungan lokasi, merupakan nilai dan
harga tanah yang lebih tinggi dan intensitas penggunaan ruangnya tinggi dalam
perencanaan penggunaan lahan kota yang akan datang.
Pada prinsipnya penggunaan model analisis ini adalah untuk mengetahui tingkat
kemudahan suatu tempat dicapai dari lokasi lain. Ada 2 ( dua ) formula model
analisis tingkat kemudahan pencapaian, yaitu menghitung nilai aksesibilitas dan
menentukan indeks aksesibilitas.
KFT
A = ----------------
d
Dimana :
A = Nilai aksesibilitas
Ej
Aij = --------------- ‘b + T/p
( dij ) dan :
Dimana :
A. RUANG TERBUKA
03 Preservasi Lahan yang tidak dikembangkan dan dibiarkan dalam keadaan alami
Sumber Alam untuk penggunaan khusus seperti ruang terbuka visual dan
mengurangi kerusakan lingkungan.
B. PERTANIAN
C. Hunian
02 Multi Hunian Unit-unit hunian di mana lebih dari satu unit hunian berada pada
satu perpetakan. Multi hunian tidak termasuk penggunaan-
penggunaan yang dibolehkan pada hunian tunggal.
03 Hunian Tunggal Unit hunian di mana tidak lebih dari satu unit hunian berada pada
satu perpetakan, biasanya terpisah (detached), dan ditempati oleh
hanya satu unit rumah tangga tunggal.
D. INSTITUSI
01 Bandar Udara
04 Tempat Ibadah
05 Antena Komunikasi
- Antena Satelit
06 RumahTahanan
07 Fasilitas Pendidikan
- TK sampai SMU
- Sekolah Tinggi/Universitas
E. PERDAGANGAN RITEL
F. JASA KOMERSIAL
G. PERKANTORAN
04 Kantor Pusat dan Penggunaan yang berhubungan dengana administrasi bisnis besar
Perwakilan dan wilayah geografis yang menyebar luas yang dapat berlokasi
Perusahaan terpisah dengan kegiatan utama bisnis-bisnis tersebut.
penyimpanan terpisah
J. INDUSTRI
04 Riset & Penggunaan yang terkait dengan riset dan penelitaian ilmiah yang
Pengembangan ditujukan pada pengembangan produk-produk dan cara-cara
pemrosesan baru.
K. TATA INFORMASI
Kategori ini termasuk semua struktur yang digunakan untuk memberikan informasi
tentang bisnis, produk, pelayanan, atau tentang lahan/petak.
01 Tata Informasi Struktur tata informasi yang diizinkan, yaitu yang didirikan di atas
Yang Diizinkan permukaan tanah, atau pada façade bangunan, atau di atap, yang
pesan informasinya diidentifikasi untuk bisnis, tanah/bangunan,
kegiatan-kegiatan pada tanah/bangunan, atau penunjuk ke arah
tanah/bangunan.
Uraian ini antara lain mengatur besaran kepadatan bangunan, Koefisien Dasar
Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Ketinggian Bangunan, dan Koefisien Dasar
Hijau.
A. Kepadatan Bangunan
Rumus :
Tabel
KLASIFIKASI KEPADATAN BANGUNAN
KEPADATAN BANGUNAN
KLASIFIKASI
(bangunan/ha)
Sangat Rendah < 10
Rendah 11 – 40
Sedang 41 – 60
Tinggi 61 – 80
Sangat Tinggi > 81
Sumber: Keputusan Menteri PU No.378/KPTS/1987,Lampiran No.22
Rumus :
Rumus :
C = X – (S2/x)
Keterangan :
C = KDB maksimum (dalam %)
X = Maksimum KDB untuk daerah tersebut
S = Kemiringan lereng Rata-rata
x = Kemiringan lereng maksimum yang masih diperbolehkan untuk
dibangun di wilayah tersebut
Tabel
KLASIFIKASI KDB BLOK PERUNTUKAN
KLASIFIKASI KDB BLOK PERUNTUKAN
Sangat Tinggi > 75%
Tinggi 50% - 75%
Menengah 20% - 50%
Rendah 5 – 20%
Sangat Rendah < 5%
Sumber : Kepmen PU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota
Rumus :
Tabel
KLASIFIKASI KLB BLOK PERUNTUKAN
KLASIFIKASI KLB BLOK PERUNTUKAN
Sangat Rendah KLB = 2 x KDB
Rendah KLB = 4 x KDB
Sedang KLB = 8 x KDB
Tinggi KLB = 9 x KDB
Sangat Tinggi KLB = 20 x KDB
Sumber : Kepmendagri No. 59/1988
Bagi lantai mezanin yang luasnya lebih kecil dari 50% luas
bangunan tipikalnya, tidak dihitung sebagai lantai bangunan
pada perhitungan ketinggian bangunan tetapi luas lantai
tersebut diperhitungkan pada perhitungan KLB;
Overstek yang lebarnya tidak lebih dari 1,5 meter dan bidang
mendatarnya tidak digunakan sebagai lantai bangunan maka
luas bidang mendatarnya tidak diperhitungkan;
Overstek yang lebarnya tidak lebih dari 1,5 meter dan bidang
mendatarnya digunakan untuk lantai bangunan maka luas
bidang mendatarnya dihitung penuh (100%);
Komponen Perhitungan KLB berdasarkan pada luas tapak yang ada di belakang
Perhitungan GSB, ditentukan sebagai berikut :
KLB
Dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah
diperhitungkan seperti luas lantai di atas tanah;
D. Ketinggian Bangunan
Tabel
KLASIFIKASI KETINGGIAN BANGUNAN
TINGGI PUNCAK
KETINGGIAN
JUMLAH LANTAI KLB DARI LANTAI
BANGUNAN
DASAR
Tidak bertingkat
Sangat Rendah KLB Maks = 2 x KDB < 12 m
dan < 2
Rendah <4 KLB Maks = 4 x KDB 12 – 20 m
Sedang < 8 KLB Maks = 8 x KDB 24 – 36 m
Tinggi >9 KLB Maks = 9 x KDB > 40 m
Sangat Tinggi > 20 KLB Maks = 9 x KDB > 84 m
Sumber : Kepmen PU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota
atau
Ketentuan Besarnya ruang terbuka hijau didasarkan pada luas lahan yang tidak
boleh digrading berdasarkan kemiringan lereng
Tabel
LUAS LAHAN YANG TIDAK BOLEH DIOLAH
BERDASARKAN KEMIRINGAN LERENG
(KASUS)
Persentase Luas Lahan yang
Kemiringan
Tidak Boleh Diganggu
Lahan
Pacifica Cincinnati
0 – 15% 32,5% 48%
15% –25% 62,5% 65%
25% –35% 92,5% 84%
>35% 100% 100%
Sumber : Simplified from City of Pacifica (1969), Hillside Development Policies for Pacifica,California prepared by
Duncan and Jones Consultants, California, p.23-24, and, Hillside Trust (1991), A Hillside Protection Strategy for Greater
Cincinnati : V.3, Development Guidelines for Greater Cincinnati’s Hillside, The Hillside Trust, Cincinnati, p.61
Ketentuan Ruang terbuka diantara GSJ dan GSB harus digunakan sebagai
Perhitungan unsur penghijauan dan atau daerah peresapan air hujan serta
kepentingan umum lainnya.
Gambar
JARAK BEBAS DAN KETINGGIAN BANGUNAN
33 15.00
32
18 12.50
17 12.00
16 11.50
15 11.00
14 10.50
13 10.00
12 9.50
11 9.00
10 8.50
9 8.00
8 7.50
7 7.00
6 6.50
5 6.00
4 5.50
3 5.00
2 4.50
1 4.00 ( Lantai Dasar/Lantai 1)
PENGEMBANGAN
PENDEKATAN :
BATASAN
Teknis, Historis Ekonomi, Proses Perencanaan
LOKASI SITE
Kebijakan Manajemen
SISTEM
PEMBANGUNAN
PERALATAN ANALISA DESAIN :
PEK. PIRANTI
LUNAK : ANALISA TOPOGRAFI KONSEP DESAIN : DESAIN POKOK : DESAIN DETAIL:
STUDI ANALISA KLIMATOLOGI KONSEP SIRKULASI ZONING DENAH
PEMAHAMAN LITERATUR
PENGEMBANGAN DESAIN : LAPORAN
ANALISA PANDANGAN KONSEP TRANCE BLOK PLAN TAPAK GAMBAR TEKNIS
TUGAS/TUJUAN EVALUASI PEK. PENGOLAHAN ANALISA SIRKULASI KONSEP PERUNTUKAN SITE PLAN POTONGAN DETAIL DESAIN
AKHIR
PERENCANAAN PENDAHULU DATA SURVEY ANALISA DRAINASE LAHAN DENAH DETAIL KHUSUS
STUDI LOKASI ANALISA LINGKUNGAN KONSEP DRAINASE TAMPAK INSTALASI
PENGUMPULAN KONSEP ANALISA SITE KONSEP UTILITAS POTONGAN MEKANIKAL
DATA DASAR ANALISA BAHAN KONSEP STRUKTUR SISTEM ELEKTRIKAL
BATASAN ANALISA STRUKTUR UTILITAS SANITASI
FASILITAS ANALISA BIAYA
STANDARD
PERATURAN
PERTANIAN
Umpan Balik