BAB III
II
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.1 PENDEKATAN
Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan
menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan
penyederhanaan dari masalah yang ada beserta parameter-parameter yang berpengaruh
untuk tujuan-tujuan tertentu seperti memberikan gambaran tentang keadaan dari hal-hal
yang ditinjau. Tingkat akurasi dari analisis tergantung dari model yang digunakan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan model transportasi antara lain :
3.2 METODOLOGI
3.2.1 Persiapan
Tahap persiapan mempunyai peran yang penting dalam pekerjaan. Persiapan yang baik
sangat penting artinya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja yang pada
akhirnya sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan ini. Tahap persiapan dapat
dirinci menjadi persiapan administrasi, persiapan personil dan peralatan.
A. Persiapan Administrasi
B. Persiapan Personil
Pada tahap ini, dilakukan diskusi lebih dalam mengenai rincian tugas dan masing-
masing personil agar mengerti akan tugas dan fungsinya dalam kegiatan.
C. Persiapan Peralatan
Pada tahap ini konsultan akan melakukan diskusi secara mendalam dengan Pihak
Pengguna Jasa tentang rencana kerja secara menyeluruh yang akan dilakukan oleh pihak
konsultan. Rencana kerja konsultan tersebut tertuang dalam bentuk Laporan
Pendahuluan. Konsultasi ini bertujuan untuk menyamakan pandangan antara pihak
pengguna dan penyedia jasa serta sekaligus untuk mendapatkan persetujuan pihak
pengguna jasa tentang rencana kerja yang akan dilakukan.
Melakukan pengumpulan data yang sudah ada yang berhubungan dengan studi
diantaranya koordinasi dengan instansi terkait, antara lain Dinas Perhubungan,
Bappeda Provinsi, BPS dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Tata Ruang
Provinsi Sumatera Selatan.
Data sekunder dapat berupa : populasi dan densitas populasi, peta jaringan jalan kota,
status dan fungsi jalan, tata guna lahan, topografi, geologi hidrologi, kecamatan.
a. Populasi dan densitas populasi.
b. Peta jaringan jalan provinsi, status dan fungsi jalan, tata guna lahan, topografi,
geologi, hidrologi, kecamatan
c. Sosio demografi, perekonomian, daerah industri, pertanian, tempat kerja, dan
parameter pendapatan daerah.
d. Data lalu-lintas, rute angkutan umum, bus, truk, arah lalu lintas, pemilikan
kendaraan, fasilitas angkutan umum, fasilitas parkir dan lampu lalu lintas, data
kecelakaan lalu lintas.
e. Rencana tata ruang wilayah kota, kabupaten dan provinsi
f. Proyek – proyek pengembangan prasarana dan sarana transportasi yang akan
dilaksanakan.
Survei data primer yang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai kondisi lalu-lintas dan transportasi. Survei data primer yang dilakukan berupa
survei perhitungan lalu lintas dengan menghitung jumlah kendaraan yang lewat
(volume) yang melalui jalan dan persimpangan utama di Kab/Kota di Sumatera
Selatan.
Data dari survei ini sangat berguna sebagai studi transportasi yang mencakup survei
untuk mencari data-data dan informasi mengenai tingkat pelayanan jalan yang ada. Jenis
survey yang dilakukan berupa perhitungan lalu-lintas terklasifikasi pada ruas-ruas jalan
dan persimpangan yang terbagi menjadi 47 ruas jalan dan persimpangan. Survey
dilakukan pada waktu tersibuk (peak time/hour) dalam kurun waktu satu minggu (7
hari).
Adapun ruas-ruas jalan yang akan disurvey sebagaimana telah disebutkan dalam
kerangka acuan kerja (KAK), meliputi 47 ruas jalan provinsi yaitu :
14. 043.18.K JL. Lingkar Masjid Agung/ JL. Cik Agus Kemas (Palembang)
15. 043.19.K JL. Lettu Karim Kadir (Gandus) – Bts. Kab. Banyuasin
16. 043.20.K JL. Pangeran Ratu – Pasar Induk – Sp. JL. Pendidikan
17. 043.21.K JL. Pendidikan – JL. Lingkar Selatan (Palembang)
18. 044.11.K JL. M. Isa (Palembang)
19. 044.12.K JL. AKBP. Cik Agus (Palembang)
20. 044.13.K JL. MP. Mangkunegara (Palembang)
21. 044.14.K JL. Pangeran Ayin (Palembang) – Bts. Banyuasin
22. 044.14.A.K Bts. Kota Palembang – Kenten Laut (Banyuasin)
23. 044.17.K JL. May Zen (Palembang)
24. 044.18.K JL. Adi Sucipto – Bts. Kab Banyuasin (Palembang)
25. 044.19.K JL. Noerdin Pandji (Palembang)
26. 62 Baturaja – Bts. Kab. OKUT
27. 95 Tebing Tinggi - Pendopo
28. 96 Tj. Cermin – Perandonan
29. 97 Keban Agung – Sp. Tj. Aro
30. 98 Muara Rupit – Karang Dapo – Sp.4 Kelingi IV/a (Bts. Muba)
31. 099.21.K Jalan Handayani – Tugu Mulyo
32. 100 Bts. Kab. PALI – Sp. Semambang
33. 101 Sp.3 Marga Baru (Bts Muratara) – Muara Lakitan
34. 102 Sp. Lima Pendopo (Kab. PALI) – Bts Musi Rawas
35. 103 Sp. Raja – Modong
36. 104 Lembak – Gelumbang
37. 105 Sungai Dua – Sp. Inpres RSA – Muara Sugihan
38. 106 Sp. Inpres RSA – Muara Padang
39. 107 Muara Padang – Muara Sugihan
40. 108 Sp. OPI – Babatan Saudagar – Srijabo
41. 109 Trans SP2 Tanah Abang – Sp. Tanah Abang
42. 110 Sumbu Sari – Surya Adi
43. 111 Lubuk Seberuk – Sumbu Sari
44. 112 Betung – Petanggan
45. 113 Gumawang – Rasuan (Sp. Kepuh)
46. 114 JL. Akses Jembatan Cempaka – Trans SP2 Tanah Abang
47. 115 JL. Mata Merah (kota Palembang) – JL. Merah Mata (Kab.
Banyuasin)
A. Perijinan
Pelaksanaan survai pencacahan lalu lintas harus meminta ijin kepada instansi
setempat yang berwenang memberi ijin, minimal pembina jalan, dan melakukan
koordinasi dengan kepolisian.
C. Pelaksanaan survai
Dalam keadaan normal, survai harus diupayakan tidak terputus selama periode yang
telah direncanakan. Untuk menghindarkan gangguan terhadap kesinambungan survai,
petugas harus memastikan seluruh perlengkapan dan peralatan pencacahan bekerja
dengan baik.
1) Besar kecilnya struktur organisasi survai pencacahan lalu lintas tergantung dari
skala pekerjaan satu tim survai, sekurang-kurangnya terdiri atas : koordinator
survai, ketua kelompok/pos dan tenaga petugas survai. Apabila dianggap perlu,
koordinator dapat menunjuk seorang staf yang berfungsi sebagai tenaga
administrasi sekaligus pembantu umum tim survai. Struktur ideal organisasi
pelaksana kegiatan diperlihatkan dalam Gambar 3.1,
2) Tanggung jawab dan uraian tugas dari komponen dalam organisasi survai
pencacahan lalu lintas,
a) Koordinator survai
− Bertanggung jawab atas pelaksanaan survai, mengontrol aktifitas petugas
survai dan mengadakan koordinasi dengan petugas lapangan lainnya,
− Mempelajari tujuan, kaidah, dan tata cara pelaksanaan survai
dan menjelaskannya kepada seluruh personil yang terlibat dalam survai,
− Menentukan saat mulai, penghentian sementara dan akhir survai,
− Mengambil keputusan di lapangan dan mengatasi setiap permasalahan
yang timbul selama pelaksanaan survai kemudian mencatat dalam berita
pelaksanaan survai,
− Membuat agenda (catatan harian) tentang berbagai masalah yang timbul
selama pelaksanaan survai, misalnya hambatan atau penghentian
pelaksanaan survai beserta alasan-alasannya.
b) Ketua kelompok
− Bertugas membimbing dan mengawasi pelaksanaan survai, serta
bertanggung jawab terhadap kualitas data kepada koordinator,
− Menentukan penempatan petugas survai dengan pertimbangan penuh
terhadap faktor keselamatan,
− Mengatur waktu istirahat bagi petugas pencacah,
− Memeriksa apakah petugas pencacah mengisi formulir survai dengan
cara yang benar dan dengan tulisan yang dapat dibaca,
PEMBANTU UMUM
KETUA KELOMPOK
PETUGAS PENCACAH
c) Petugas pencacah
− Bertugas melakukan kegiatan pencacahan kendaraan berdasarkan jenis,
atau kelompok golongan jenis kendaraan, arah lalu-lintas, dan
periode waktu pengamatan yang telah ditentukan,
− Menuliskan hasil pencacahan kendaraan setiap periode waktu yang telah
ditentukan ke dalam formulir survai.
d) Pembantu umum
− Bertugas membantu koordinator demi kelancaran survai dan bertanggung
jawab kepada koordinator,
− Menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan selama kegiatan
survai yang terdiri dari perijinan survai, surat tugas, formulir survai,
absensi, daftar petugas pencacah dan peralatan.
B. Kemampuan petugas survai
Setiap petugas mempunyai keterbatasan, untuk menjaga keakuratan data, maka harus
diperhatikan hal–hal sebagai berikut :
1) Jumlah maksimum golongan kendaraan yang dicacah oleh satu orang petugas
pencacah adalah 3 golongan untuk satu arah,
2) Petugas survai dalam melakukan pencacahan lalu lintas secara menerus, tidak
lebih dari 8 jam (1 shift),
3) Apabila survai lalu lintas memerlukan waktu lebih dari 8 jam (satu shift), maka
waktu pencacahan dibagi-bagi dalam shift, dan dalam keadaan tertentu
(misalnya makan, dan buang air), petugas harus digantikan hingga petugas
tersebut dapat bertugas kembali.
C. Lokasi Pos
D. Jenis kendaraan
Pencacahan lalu lintas secara garis besar dibagi dalam 8 golongan, yang masing-masing
golongan terdiri atas beberapa jenis kendaraan, seperti yang diuraikan dalam Tabel 3.1.
Catatan :
E. Formulir Survai
Formulir survai terdiri atas formulir lapangan (ruas jalan dan persimpangan) dan
formulir himpunan, formulir harus dilengkapi identitas, seperti berikut ini :
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada form survey A (formulir lapangan untuk ruas
jalan dan persimpangan) dan form survey B (formulir himpunan) berikut.
Pukul
Sepeda motor, sekuter Sedan, Opelet, pick-up-opelet, Pick-up, micro Bus Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Truk Truk Kendaraan
sepeda kumbang dan jeep dan suburban, combi dan truk dan kecil besar 2 sumbu 2 sumbu 3 sumbu Gandengan semi trailer tidak
roda 3 station w agon mini bus mobil hantaran bermotor
Pukul KETERANGAN
Sepeda motor, sekuter Sedan, Opelet, pick-up-opelet, Pick-up, micro Bus Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Truk Truk Kendaraan
sepeda kumbang dan jeep dan suburban, combi dan truk dan kecil besar 2 sumbu 2 sumbu 3 sumbu Gandengan semi trailer tidak
roda 3 station w agon mini bus mobil hantaran bermotor
Opelet, pick-up-opelet,
suburban, combi dan
sepeda kumbang dan
Pukul
mobil hantaran
Pick-up, micro
station wagon
Truk Sedang
Truk Ringan
Gandengan
semi trailer
Kendaraan
bermotor
2 sumbu
2 sumbu
3 sumbu
jeep dan
mini bus
truk dan
Sedan,
roda 3
besar
tidak
kecil
Truk
Truk
Truk
Bus
Bus
Opelet, pick-up-opelet,
suburban, combi dan
sepeda kumbang dan
Pukul
mobil hantaran
Pick-up, micro
station wagon
Truk Sedang
Truk Ringan
Gandengan
semi trailer
Kendaraan
bermotor
2 sumbu
2 sumbu
3 sumbu
jeep dan
mini bus
truk dan
Sedan,
roda 3
besar
tidak
kecil
Truk
Truk
Truk
Bus
Bus
F. Peralatan
Survai pencacahan lalu lintas dengan cara manual tidak memerlukan peralatan secara
khusus, peralatan yang diperlukan meliputi :
3) Seluruh peralatan yang digunakan harus dipastikan berfungsi dengan baik, tidak
mudah rusak, mudah dioperasikan dan memenuhi persyaratan untuk mencatat.
A. Persiapan
Untuk mengetahui situasi dan kondisi lapangan harus dilakukan survai pendahuluan, hal
yang perlu dilakukan dan diperhatikan dalam survai pendahuluan adalah :
C. Pelaksanaan Pencacahan
o lembar ke 1 dari 15
o lembar ke 2 dari 15
o ……
o lembar ke 15 dari 15.
2) Nama Propinsi :
Diisi dengan nama propinsi dimana survai pencacahan lalu lintas tersebut
dilakukan (nama propinsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku).
contoh :
Nama Propinsi S U M - S E L
3) Nomor Propinsi :
Nomor Propinsi 0 1 6
Contoh : Propinsi Sumatera Selatan mempunyai urutan No. 016 secara Nasional.
4) Nomor Pos :
Diisi dengan nomor urut pos pencacahan lalu lintas untuk pos yang
bersangkutan. contoh :
Nomor Pos 0 3
Contoh :
Lokasi Pos 0 2 2 3 6 5
Maksudnya : pos pencacahan lalu lintas tersebut terletak pada jaringan jalan yang ada
di Propinsi Jawa Barat ( 022 ), dengan no ruas 365.
Contoh :
Lokasi Pos 0 2 2 0 2 3
Maksudnya : pos pencacahan lalu lintas tersebut terletak pada jaringan jalan yang ada
di Propinsi Jawa Barat (022), dengan nomor simpang/simpul 023
6) Tanggal :
Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dimana penghitungan lalu lintas
tersebut dilakukan.
Contoh :
Tanggal 1 5 0 9 2 2
Nama Jalan T A M R I N
Contoh :
Dari B E T U N G
Dari P E T A N G G A N
Artinya : arah lalu lintas yang dihitung adalah dari Betung – Petanggan
9) Periode
Diisi sesuai dengan periode pencacahan, misalnya periode 1 antara pukul
06.00 sampai dengan 08.00 (satuan periode 2 jam).
10) Waktu
Diisi dengan lamanya waktu pengukuran dalam hal periode / shift. contoh:
Contoh :
Pencatat : Puan
12) Pengawas
Diisi dengan identitas/nama petugas pengawas survai yang
melakukan pencacahan lalu lintas bersangkutan.
Contoh :
Pengawas : Ansari
13) Pencacahan :
Pencacahan dilakukan setiap kurun waktu 15 menit, diisi dengan cara
membubuhkan garis-garis yang menunjukkan setiap adanya satuan kendaraan
yang melewati pos pencacahan tersebut.
Garis-garis disusun pada kolom yang disediakan berjejer tegak dari kiri ke
kanan sebanyak-banyaknya 4 buah, dan untuk kendaraan ke 5 yang lewat
ditunjukkan dengan garis miring dari sudut kiri atas ke sudut kanan bawah.
Setiap kolom disediakan untuk mencatat sebanyak-banyaknya 5 buah
kendaraan. Jika misalnya pada jam pengamatan yang bersangkutan
banyaknya kendaraan golongan 1 baris kolom yang tersedia sebagai tempat
mencatatnya, maka pencatatan dilanjutkan ke baris kolom 2 dan seterusnya,
sampai semua kendaraan golongan 1 yang lewat pada jam pengamatan
tersebut dapat dicatat. Di bawah baris kolom akhir dari setiap jam pencatatan
ditutup dengan garis penutup sejajar dengan arah baris kolom (garis
mendatar). Kemudian pencatatan jam berikutnya dimulai pada baris kolom
baru di bawah garis penutup tersebut dengan cara yang sama seperti
tersebut di atas.
Apabila alat bantu (Handy Tally Counter) tersedia bisa menggunakan alat
tersebut, pencatatan adalah kumulatif setiap kurun waktu 15 menit, untuk
pencatatan 15 menit berikutnya data sebelumnya tidak dinolkan sampai
dengan waktu 1 shift (8 jam pengukuran secara menerus)
Contoh :
Pada dasarnya teknik pengisian formulir lapangan untuk simpang dan ruas
jalan adalah sama, perbedaan terletak pada data identifikasi lengan persimpangan
yang harus diisi pada formulir ini untuk menjelaskan lengan mana yang
dicacah oleh petugas pencacah yang menggunakan formulir tersebut.
Identifikasi lengan diisi dengan nama jalan (ruas) yang dicacah, misalnya untuk
pencacahan lengan jalan Merdeka yang bersinggungan dengan jalan Aceh,
identifikasi ditulis sebagai berikut
Lengan M E R D E K A
Lakukan langkah yang sama dengan cara pengisian formulir lapangan survai,
kecuali penulisan jumlah kendaraan setiap golongan ditulis dalam kolom sesuai
jumlah kendaraan setiap jam.
Jumlah kendaraan tiap jam tersebut didapat dari penjumlahan tiap jam dari
volume lalu lintas golongan 1 yang dicatat pada formulir survai pencacahan lalu
lintas yang bersangkutan.
Contoh :
Penjelasan : angka 45 pada kolom golongan 1 pada pukul 06.00 – 07.00, didapat
dari hasil pencatatan dari kolom golongan 1 untuk jam sesuai (06.00 – 07.00)
pada formulir survai pencacahan lalu lintas.
1) Total :
Diisi dengan angka yang merupakan jumlah total selama 24 jam pencacahan
untuk tiap golongan lalu lintas pada ruas jalan yang bersangkutan.
2) Catatan:
Diisi hal-hal yang perlu diutarakan dalam pelaksanaan pencacahan lalu lintas.
C.4 Pelaporan
Apabila terjadi hal-hal atau kejadian yang tidak diinginkan dan dianggap dapat
mengganggu atau membahayakan keamanan serta kesehatan personil survai,
ketua kelompok dapat menghentikan survai pencacahan untuk sementara.
Langkah-langkah penting yang harus dilakukan adalah :
Perhitungan lalu-lintas harian rata-rata adalah volume lalu-lintas ratarata dalam satu hari
yang melalui satu ruas jalan tersebut dibagi dengan lamanya pengamatan (lamanya
survey kendaraan), biasanya dihitung sepanjang tahun. LHR adalah istilah yang baku
digunakan dalam menghitung beban lalu-lintas pada suatu ruas jalan dan merupakan
dasar dalam proses perencanaan transportasi ataupun dalam pengukuran polusi yang
diakibatkan oleh arus lalu-lintas pada suatu ruas jalan. LHR adalah hasil bagi jumlah
kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengan lamanya pengamatan dalam
perencanaan jalan dilokasi Ruas Jalan Provinsi Sumatera Selatan.
Data LHR ini cukup teliti jika pengamatan dilakukan pada interval-interval waktu yang
cukup mengambarkan fluktuasi lalu-lintas selama pengamatan.
Pada saat arus rendah kecepatan lalu-lintas diruas jalan Provinsi Sumatera Selatan,
kendaraan bebas tidak ada gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan
yang melewati ruas jalan, kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat tidak bisa
lagi arus atau volume lalu-lintas bertambah, disinilah kapasitas terjadi. Setelah itu
arus akan berkurang terus dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai suatu saat
kondisi macet total, arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi.
Arus lalu-lintas pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan bervariasi baik
berdasarkan pada lokasi maupun waktunya, oleh karena itu perilaku pengemudi
akan berpengaruh terhadap perilaku arus lalu-lintas. Dalam menggambarkan arus
lalu-lintas secara kuantitatif dalam rangka untuk mengerti tentang keragaman
karakteristiknya dan rentang kondisi perilakunya, maka perlu suatu parameter.
Parameter tersebut harus dapat didefenisikan dan diukur oleh ahli lalu-lintas dalam
menganalisis, mengevaluasi, dan melakukan perbaikan fasilitas lalu-lintas
berdasarkan parameter dan pengetahuan pelakunya. Arus mempunyai satuan
kendaran smp dibagi oleh waktu. Terkadang kita sulit membedakan antara arus dan
volume, berikut adalah perbedaannya:
Arus (flow) :
Membedakan lajur
Diukur pada waktu yang pendek
Membedakan arah
Volume :
Pada Contoh tabel dibawah ini untuk penentuan koefisien untuk kendaraan ringan dan
berat, untuk penentuan ini diperoleh setelah penentuan jalur rencana. Koefisien
distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur
rencana ditentukan menurut table berikut ini :
Besar dari beban lalu-lintas yang dilimpahkan melalui roda roda kendaraan yang
tergantung dari beban berat total kendaraan, konfigurasi sumbu, bidang kontak antara
roda, perkerasan dan kecepatan kendaraan. Jika dilihat dari jenis kendaraan yang tidak
sama dari efek dan dari masing-masing kendaraan terhadap kerusakan yang terjadi pada
jalan tidak sama. Oleh karena itu perlu adanya beban standar sehingga semua beban
lainya dapat diekivalenkan kebeban standar tersebut. Beban standar merupakan beban
sumbu tunggal beroda ganda seberat 18000 pon (8,16 ton ) sedangkan untuk semua
beban sumbu yang berbeda diekivalenkan kebeban sumbu standar dengan menggunakan
“angka ekuivalen beban sumbu (E)”. Angka ekivalen kendaraan adalah angka yang
menunjukan jumlah lalu lintas dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton yang akan
menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks permukaan yang sama
apabila kendaraan lewat satu kali.
Angka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu, dibawah ini merupakan
rumus penentuan setiap kendaraan :
( )
4
beban satu sumbu dalam kg
Angka ekivalen sumbu tunggal=
8160
( )
4
beban satu sumbu ganda dalam kg
Angka ekivalen sumbu ganda=0,086
8160
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan pada minggu kedua survey pendataan jalan dan jembatan,
setelah data sebahagian rekap data lapangan dikirim ke kantor. Pengolahan data
dilakukan dari pengolahan data spasial berupa data perhitungan kepadatan arus
lalulintas (trafic count) diruas-ruas jalan yang disurvey.
1. Analisa Perhitungan Arus Lalu lintas (traffic count) di ruas-ruass jalan yang
disurvey. Analisa data survei traffic counting digunakan untuk mendapatkan
gambaran umum arus lalu lintas di Wilayah Study yang antara lain meliputi :
5. Kesimpulan/Rekomendasi.
Berdasarkan hasil analisa dan prediksi tingkat pelayanan dilakukan berbagai
simulasi untuk menentukan rekomendasi kebijakan terbaik yang harus dilakukan
di masa mendatang untuk merumuskan kesimpulan dan rekomendasi kebijakan
yang perlu dilakukan untuk menghindari atau setidaknya mengurangi dampak
negatif di masa mendatang.