PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan ketiga fungsi DPR terhadap kerangka representasi rakyat harus disadari
sangat penting oleh DPR. Walaupun demikian masih terdapat fenomena tidak sesuai antara
representasi dan akuntabilitas oleh wakil rakyat di DPR. Tingginya tingkat representasi tidak
disertai dengan peningkatan akuntabilitas dalam kinerja dan produktivitas wakil rakyat.
Bahkan mantan ketua Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI Surahaman Hidayat
mengungkapkan saat pembukaan seminar yang bertajuk sistem penegakkan etika lembaga
perwakilan bahwa persepsi minor terhadap DPR masih tinggi pasalnya kinerja parlemen
belum optimal dan masih banyaknya anggota parlemen yang melanggar etika dan hukum.
Surahman menilai anggota dewan merupakan pengemban amanah rakyat melalui fungsi dan
tugasnya, anggota parlemen perlu mempertanggung jawabkan tugas dan fungsinya tersebut.
Maka untuk itu perlunya penegakkan etika anggota dewan yang serius yang bertujuan untuk
mengangkat citra negatif anggota DPR yang cenderung negatif di mata publik.
Sebagai salah satu institusi publik dengan status yang terhormat anggota DPR
memiliki kewajiban moral, etik, dan hukum untuk menjaga dan melindungi institusi mereka.
Semakin tinggi posisi Politik yang dipegang seorang anggota, semakin tinggi pula tanggung
jawab menjaga kehormatan institusi. Sadar dengan segala kemungkinan yang dapat merusak
makna hakiki status yang terhormat itu, DPR berupaya mengantisipasinya dengan membuat
Kode Etik. Oleh karna itu anggota DPR perlu memiliki etika serta memahami kode etik yang
ditetapkan dalam peraturan yang ada.
Pengertian etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang
biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan
tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya
individu di dalam bermasyarakat.
Dengan begitu, Etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruknya serta
kewajiban, hak, dan tanggung jawab, baik itu secara sosial maupun moral, pada setiap
individu di dalam kehidupan bermasyarakatnya. Atau bisa dikatakan juga bahwa etika
mencakup nilai yang berhubungan dengan akhlak individu terkait benar dan salahnya.
Adapun banyak jenis etika yang dapat kita jumpai di lingkungan sekitar, misalnya, etika
berteman, etika profesi atau kerja, etika dalam rumah tangga, etika dalam melakukan bisnis,
dan semacamnya. Etika tentunya harus dimiliki oleh setiap individu dan sangat dibutuhkan
dalam bersosialisasi yang mana hal itu menjadi jembatan agar terciptanya suatu kondisi yang
baik di dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
permasalahan terkait pembahasan dengan cara ilmiah, untuk itu adapaun tujuan peneitian ini
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini secara Teoritis adalah sebagai bahan referensi untuk
mahasiswa dan masyarakat umum yang tertarik untuk mempelajari pokok permasalahan yang
Manfaat bagi penulis yaitu menambah informasi, wawasan dan pengetahuan terkait
bagaimana etika anggota legislatif di Indonesia
BAB I I
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Etika
Istilah “etika” sebenarnya memang berasal dari bahasa Yunani kuno yakni
ethos dalam bentuk tunggal memiliki arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Arti terakhir inilah yang menjadi latar
belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles
(384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Dengan membatasi
diri pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam bahasa Yunani, etika berarti
ethikos mengandung arti penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan dan sikap
yang mengandung analisis konsep-konsep seperti harus, mesti, benar-salah,
mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral, serta
mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1953) “etika” dijelaskan sebagai ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).17 Etika, atau yang disebut dengan
filsafat moral (Telchman, 1998) mempunyai tujuan menerangkan kebaikan dan
kejahatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan etika yaitu ilmu tentang baik
dan buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-nilai yang
berkaitan dengan akhlak; nilai mengenai benar atau salahnya perbuatan atau perilaku
yang dianut masyarakat.
Menurut Hamzah Yakub. Etika yaitu menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik
dan mana yang buruk.
Menurut Soegarda Poerbakawatja. Etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-
nilai, tentang baik dan buruknya tindakan an kesusilaan.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR ialah instansi negara yang menduduki kedaulatan legislatif. Dalam Undang-
Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Pasal 19 ayat 1, 2 dan 3 menyatakan bahwa, setiap
anggota DPR diseleksi melewati pemilihan umum. Struktur DPR dikelola dalam
sebuah Undang-Undang Dasar dan bermuktamar minimumnya satu kali satu sekali
dalam setahun.
DPR terdiri dari beberapa anggota partai politik yang menurut hasil pemilihan umum
diberbagai daerah. Dalam pasal 21 Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 mengenai
Pemilu Anggota DPR, DPRD bahwa jumlah jabatan anggota DPR sebanyak 560
orang. Dalam pasal 22 mengatakan bahwa daerah pemilihan umum anggota DPR
yakni provinsi, kabupaten. Jumlah jabatan pada setiap daerah pemilihan umum
anggota DPR paling minimum yakani 3 jabatan dan paling maksimum yakni 10
jabatan. Masa jabatan anggota DPR paling lama 5 tahun dan berakhir berbarengan
pada saat anggota DPR yang baru menyuarahan sumpah ataupun janji yang ditunjuk
oleh ketua Mahkamah Konstitusi (MK) dalam sidang Paripurna DPR.