Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES BISNIS PADA AGRIBISNIS KOPONTREN ALIF


(AL-ITIFAQ)
CIWIDEY, BANDUNG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Usahatani dan Teknik Pengambilan Keputusan

Disusun oleh,
Kelompok 11
Intan Pramudhiya Mentari 205009010
Cepi Nurfauji 205009013
Ana Arisma 205009028
Mega Puspita 205009095
Devi Mustika Sari 205009115

PROGAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena atas limpahan rahmat serta

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Proses Bisnis pada

Agribisnis Kopontren Alif (Al-Itifaq) Di Kabupaten Bandung Jawa Barat”. Laporan disusun

guna memenuhi mata kuliah Usahatani, Teknik Pengambilan Keputusan.

Penulis makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan semua pihak, oleh karenanya penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Dedi Djuliansah, Ir., M.P selaku dosen pembimbing mata kuliah Teknik

Pengambilan Keputusan.

2. Bapak Suyudi, S.P., M.P selaku dosen pembimbing mata kuliah Teknik Pengambilan

Keputusan dan Usahatani.

3. Ibu Nurul Risti Mutiarasari, S.P., M.M.A selaku dosen pembimbing mata kuliah Teknik

Pengambilan Keputusan.

4. Bapak Rizki Risanto Bahar, S.Tr., M.M.A selaku dosen pembimbing mata kuliah

Teknik Pengambilan Keputusan.

5. Ibu Octaviana Helbawanti, SP.MSc. selaku dosen pembingbing mata kuliah Usahatani.

6. Pemandu praktikum di lokasi studi kasus sekaligus narasumber utama.

7. Seluruh anggota kelompok 11 yang selalu kompak dan saling melengkapi

8. Rekan – rekan seperjuangan Agribisnis yang telah memberikan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini

bermanfaat khususnya bagi penulis umunya bagi pembaca.

I
Tasikmalaya, 7 November 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................................... 3
BAB III...................................................................................................................................... 7
METODE PENGAMBILAN DATA .................................................................................................. 7
BAB IV ...................................................................................................................................... 8
PROFIL PELAKU USAHA ...................................................................................................... 8
BAB V ..................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 10
BAB VI .................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
LAMPIRAN............................................................................................................................ 16

III
IV
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Revolusi industri telah mengubah cara kerja manusia. Hal ini terjadi karena
didorong oleh perlunya peningkatan suatu produksi yang menggunakan alat-alat
mekanis. Semua itu memiliki dampak positif untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi, bahkan sampai mengubah peradaban manusia. Industrial Revolution atau
Revolusi Industri adalah suatu perubahan besar-besaran yang terjadi dalam dunia
industri karena munculnya perkembangan teknologi dalam mengelolah sumber daya,
sehingga menjadikan setiap prosesnya jauh lebih efektif dan efisien dari sebelumnya.
Gabungan kedua kata tersebut telah menjadi topik yang menarik untuk dibahas
sejak kemunculannya mulai dari era 1.0 sampai sekarang yang kita jalani di era 4.0.
Istilah Revolusi Industri 1.0 sampai 4.0 itu sendiri adalah penanda bahwasannya
perubahan besar dalam dunia industri tersebut telah terjadi sebanyak 4 kali sehingga
melahirkan 4 era yang berbeda.
Revolusi industri pertama kali terjadi di negara Inggris pada tahun 1760 (Abad
ke-18) yang mana saat itu kondisi negaranya berada dalam keadaan stabil. Industri
agribisnis saat ini sedang memasuki era revolusi yang sering disebut dengan Industri
4.0 yang ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomatis yang terintegrasi dengan
internet. Dalam petunjuk program Revolusi Industri 4.0, setiap elemen sasaran dasar
membentuk landasan yang berorientasi teknologi dan berdaya saing global. Namun
internet harus digunakan secara bijak agar dampaknya bisa datang dari berbagai sisi.
Di era digital saat ini, pertanyaan perubahan menuju Society 5.0 mulai terjawab.
Tujuan era Society 5.0 sektor pertanian adalah meningkatkan produktivitas pertanian
secara efektif dan efisien. Pertanian diharapkan dapat memasukkan teknologi digital
dalam proses pengembangannya dan kecerdasan buatan untuk mengatasi masalah
pertanian.
Perkembangan era society 5.0 di Indonesia belum berkembang dengan cepat
karena sumber daya manusia yang tidak mencukupi, banyaknya perubahan negara dan
sosial budaya yang populer. The Age of Society 5.0 menawarkan masyarakat yang
berfokus pada keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan solusi sosial untuk
memungkinkan petani berpikir inovatif dan kritis.
Program yang berhasil diterapkan di Indonesia meliputi rumah kaca pintar,
sistem irigasi pintar, dan traktor otomatis. Salah satu tempat yang berhasil menerapkan
sistem ini adalah Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Ciwidey, Bandung. Pesantren Al-
Ittifaq merupakan lembaga pendidikan yang menggabungkan kegiatan pendidikan di
bidang keagamaan dengan usaha pertanian. Hal ini disebabkan potensi alam yang
dimiliki petani melalui penerapan model pertanian terpadu yang memadukan dan
menyeimbangkan kegiatan bercocok tanam dengan peternakan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Kegiatan pertanian apa saja yang dilakukan di Kopontren Alif?
2. Unit pertanian apa saja yang berbasis bahan baku yang dikembangkan di
Kopontren Alif?
3. Apa definisi Kopontren Alif tentang keputusan bisnis pertanian?
4. Bagaimana cara kerja manajemen rantai pasokan dan logistik agribisnis
Kopontre Alif?
5. Apa peran Kopontren Alif dalam pengembangan kemitraan petani?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kegiatan pertanian di Kopontren Alif
2. Menjelaskan unit budidaya dengan menggunakan bahan baku yang
dikembangkan di Kopontren
3. Untuk mengetahui proses dalam menentukan keputusan usaha agribisnis di
Kopontren Alif
4. Untuk mengetahui tentang manajemen rantai pasokan dan logistik di Kopontren
5. Untuk mengetaui peran Kopontren Alif dalam pengembangan perusahaan
mitra petani?
D. Manfaat
Setelah disusunnya laporan ini penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, laporan ini bermanfaat untuk
mengetahui proses bisnis padaAgribisnis Kopontren Alif. Dan dalam prakteknya
semoga laporan ini bermanfaat bagi

1. Penulis, yaitu sebagai tambahan wawasan untuk pribadinya dan sangat


bermanfaat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Teknik Pengambilan
Keputusan dan mata kuliah Usaha Tani
2. Pembaca, yaitu untuk memahami upaya Kopontren Alif di bidang pertanian
sejauh mana
3. Pengusaha yaitu untuk mempresentasikan usahanya sebagai bentuk promosi
usaha pertanian

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Agribisnis
Agribisnis adalah system yang terdiri dari subsistem hulu sampai hilir, serta tambahan
system penujang untuk menunjang agribisnis seperti system produksi, pemasaran dan system
pendukung lainnya (Hastuti, 2017). Pada subsistem agribisnis hulu terdapat bahan baku dan
sarana produksi, pada subsistem agribisnis usahatani terdapat proses produksi, sedangkan pada
subsistem agribisnis hilir terdapat aktivitas transportasi (pengolahan), waktu (pengawetan atau
penyimpanan), perdagangan dan pemasaran, serta subsistem lain seperti permodalan,
perbankan, dan lain sebagainya. (Hastuti,2017).
Menurut (Kusnadi, dkk, 2017)Agribisnis merupakan suatu sistem yang harus dilihat
secara integrasi yang memiliki hubungan antar subsistemnya. Untuk itu apabila salah satu
subsistem tidak dapat bekerja dengan baik maka dapat menimbulkan adanya gangguan bagi
seluruh subsistem. Adapun subsistem yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Subsistem Pengadaan dan Distribusi, dalam subsistem ini terdapat kegiatan bisnis yang
menghasilkan bibit, benih, pupuk serta peralatan pertanian. Selain pertanian, juga terdapat
agribisnis peternakan dan perikanan dimana pada tahap ini mencakup kegiatan bisnis pakan
ternak dan pakan ikan.
b. Subsistem Produksi Pertanian Primer (On-Farm). Dalam subsistem ini memiliki fungsi
yang mampu hasilkan produk pertanian primer yang dapat secara langsung dikonsumsi,
atau diolah terlebih dahulu pada suatu industri untuk kemudian dihasilkan produk setengah
jadi atau produk akhir yang diawali dengan kegiatan budidaya, bercocok tanam, serta
ekstraksi perikanan dan peternakan. Termasuk dalam subsistem ini seperti teknologi yang
digunakan, jenis komoditas dan skala usaha.
c. Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian, dalam subsistem ini memiliki fungsi mengolah
produk menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi. Pada sektor ini memiliki peran
penting dari sisi ekonomi karena mampu mengubah bentuk dari yang sederhana menjadi
kompleks. Untuk itu berkembang industri-industri pengolahan komoditas dengan skala
usaha dan teknologi yang canggih.Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian Subsistem ini erat
kaitannya dengan bisnis dimana para pelaku bisnisnya beragam mulai dari pedagang
pengumpul tingkat desa, tingkat Kecamatan, tengkulak, grosiran dan para pengecer.
Mereka berada di pasar-pasar tradisional dan pasar modern (supermarket, hypermarket,
minimarket, dan lain-lain). 1
d. Subsistem Lembaga Penunjang, agar subsistem tersebut diatas dapat berjalan dengan baik
dan lancar, maka diperlukan keterlibatan lembaga baik secara langsung maupun tidak
langsung yang berperan sebagai lembaga penunjang. Maka dari itu perlu lembaga seperti
lembaga pelatihan, lembaga penyuluhan, lembaga perbankan, lembaga pendidikan,
termasuk didalamnya kebijakan pemerintah agar menunjang agribisnis tersebut.

Sedangkan menurut (Koestiono, Hardana, 2018)Sistem agribisnis merupakan segala


aktivitas, baik dari sistem pengadaan dan penyaluran sebuah sarana produksi (input) sampai
proses pemasaran produk yang dihasilkan dari usahatani atau agroindustri, yang memiliki

3
keterkaitan satu dengan yang lain. Untuk itu sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang
terdiri dari:
a. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu, dalam subsistem ini terdapat pengadaan
sarana produksi seperti pupuk, bibit, benih, makanan ternak, obat untuk hama, bahan
bakar, mesin serta alat produksi pertanian. Adapun pelaku yang mengadakan sarana
produksi seperti perorangan, swasta, koperasi dan pemerintah.
b. Subsistem budidaya / usahatani Dalam subsistem ini akan dihasilkan produk alami
berupa bahan pangan, buah – buahan, hasil kebun, bunga dan tanaman hias lainnya,
ternak, dan perikanan. Adapun pelaku yang berperan dalam subsistem ini yaitu petani,
peternak, pekebun tanaman hias, nelayan dan lain sebagainya.
c. Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir, dalam subsistem ini dilakukan aktivitas seperti
pengumpulan, penyimpanan, pengolahan serta distribusi. Adapun produk yang
dihasilkan dari usahatani akan dilakukan distribusi langsung kepada konsumen yang
berada didalam ataupun diluar negeri.
d. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan). Dalam subsistem ini
terdapat berbagai jenis kegiatan yang berfungsi sebagai subsistem pendukung dari
subsistem yang lainnya dan mengembangkan kegiatan yang ada mulai dari subsistem
hulu hingga subsistem hilir. Adapun lembaga yang termasuk kedalam subsistem ini
adalah penelitian, penyuluh, 16 konsultan dan keuangan. Untuk lembaga konsultan dan
penyuluhan akan menyuguhkan informasi yang dibutuhkan oleh petani serta
melakukan pembinaan teknik produksi, pertanian, budidaya serta manajemen
pertanian. Selanjutnya untuk lembaga keuangan seperti perbankan dan permodalan
memberikan layanan pinjaman dan tanggungan resiko usaha khusus untuk asuransi.

B. Sistem dan Manajemen Agribisnis


Manajemen agribisnis adalah suatu kegiatan di industri pertanian (agro-industri) yang
menerapkan ilmu manajemen dengan memberlakukan fungsi perencanaan, penyusunan,
pengarahan, dan pengendalian, serta memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan, yaitu menghasilkan produk pertanian yang menguntungkan. Secara
konsepsional, manajemen agribisnis adalah semua kegiatan dari pengadaan, penyaluran hingga
pemasaran produk-produk pertanian serta agro-industri yang memiliki kaitan antara satu
dengan lainnya. Manajemen dibutuhkan dalam agribisnis sebagai sarana untuk membentuk
perencanaan agribisnis yang terstruktur dan terorganisasi dengan baik (Prawiro, 2021).

Menurut (Musyadar, Achmad, Sutoyo, 2017)Manajemen Agribisnis ialah rangkaian


pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan pada perusahaan agribisnis yang
menghasilkan barang (ikan, ternak, hasil tanaman) maupun jasa (penyuluhan, keuangan,
teknologi, dan produksi). Penerapan prinsip-prinsip manajemen pada bidang agribisnis
memiliki beberapa perbedaan berdasarkan karakteristik usaha, skala usaha, jenis komoditas,
dan variasi-variasi lainnya. Pada dasarnya banyak aspek manajemen yang terkait dalam
manajemen agribisnis tetapi yang penting dan terkait dengan aktivitas dengan agribisnis ini
terdiri atas manajemen produksi, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, manajemen
sumberdaya manusia dan manajemen risiko.

4
Manajemen produksi agribisnis adalah penerapan ilmu manajemen dalam menciptakan
produk agribisnis dalam rangka meningkatkan nilai guna atau manfaat agar menjadi lebih
efektif dan efisien. Manajemen produksi agribisnis dapat diartikan pula sebagai seperangkat
keputusan guna mendukung proses produksi agribisnis, mulai dari keputusan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian hingga evaluasi proses produksi
agar proses produksi berlangsung lebih efektif dan efisien.

Manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran,


penatapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan
pertukaran dan memuaskan sesuai dengan tujuan-tujuan individu dan organisasi agribisnis.
Tugas manajemen pemasaran adalah memengaruhi tingkat, waktu, dan komposisi permintaan
sehingga akan membantu organisasi agribisnis dalam mencapai sasarannya. Terdapat lima
konsep pemasaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman oleh organisasi agribisnis dalam
melakukan pemasaran yang semakin bersaing terdiri atas konsep produksi, konsep produk,
konsep penjualan, konsep pemasaran, dan konsep pemasaran sosial.

C. Usahatani Agribisnis
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana seorang petani
mengkoordinasi dan mengorganisasikan faktor produksi seefisien mungkin sehingga
nantinya dapat memberikan keuntungan bagi petani (Suratiyah, Ken, 2015).
Ilmu usahatani adalah sebuah ilmu yang berisi mengenai tata cara petani
memanfaatkan sumber daya seefektif dan seefisien dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Efektif berarti produsen atau petani dapat memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, sedangkan efesien mempunyai arti
bahwa pemanfaatan sumber daya nantinya dapat menghasilkan output (keluaran) yang
lebih kecil dari input (masukan) (Luntungan, 2012).
Menurut Suratiyah (2015) Faktor yang sangat mempengaruhi kegiatan usahatani
adalah faktor alam. Faktor alam dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor tanah. Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan usahatani
karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman. Tanah merupakan faktor
produksi yang istimewa karena tanah tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat berubah
tempat,
2. Faktor iklim. Iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan, baik ternak
maupun tanaman. Iklim dengan jenis komoditas yang akan diusahakan harus sesuai
agar dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dan manfaat yang baik. Faktor iklim
juga dapat mempengaruhi penggunaan teknologi 7 dalam usahatani. Iklim di
Indonesia, pada musim hujan khususnya memiliki pengaruh pada jenis tanaman yang
akan ditanam, teknik bercocok tanam, pola pergiliran tanaman, jenis hama dan jenis
penyakit.

D. Teknik Pengambilan Keputusan dalam Bidang Agribisnis


Petani sebagai individu pembuat keputusan selalu dipengaruhi oleh ketersediaan
sumberdaya rumah tangganya dan juga oleh hubungan sosialnya, yaitu keputusan suatu

5
masyarakat akan mempengaruhi keputusan individu. Disamping itu perilaku budidaya juga
saling berhubungan dengan perilaku sosial, budaya, ekonomi dan perilaku dari kehidupan
masyarakat pedesaan. Bentuk interaksi antar faktor-faktor tersebut pada akhimya
merupakan faktor penentu dalam pembuatan keputusan oleh petani (Suek, 1994; Gilbert
dan Norman, 1980 dalam Theresia, et.al, 2016).
Pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih salah satu cara atau arah
tindakan dari berbagai alternatif yang ada demi tercapainya hasil yang diinginkan. Faktor-
faktor yg mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu Keadaan internal organisasi,
Keadaan informasi yg diperlukan, Keadaan eksternal organisasi, dan Kepribadian &
kecakapan pengambil keputusan. Pengambilan keputusan memiliki beberapa tahapan
sebagai berikut:
1. Tahap Deterministik variabel diidentifikasikan, dilakukan penetapan nilai, diukur
variabelnya, tanpa diperhitungkan ketidakpastiannya.
2. Tahap Probabilistik Penetapan besarnya ketidakpastian, penetapan nilai, penetapan
preferensi dan risiko.
3. Tahap informasional mematangkan tahap deterministik dan probabilistik, bila perlu
mencari informasi tambahan, dpt terjadi perubahan model.

Efektivitas pengambilan keputusan ditentukan oleh pemilihan alternatif yang


rasional. Keputusan yang rasional ditandai dengan alasan pengambilan keputusan
didasarkan pada fakta dengan tujuan yang jelas, mengetahui kelemahan dari alternatif
pilihan sebagai tolak ukur pengurangan resiko yang terjadi, dan pengambilan keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip analisis yang objektif.

6
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA
A. Tempat dan waktu praktikum
Tempat dan Waktu Magang ini dilakukan melalui Pesantren Al Itifak Ciwidey,
Bandung. Pemilihan lokasi ini turut mendukung keberadaan Pondok Pesantren Al -
Itifaq sebagai Pesantren yang fokus pada pertanian , karena memiliki potensi letak
geografis dan masyarakat untuk mendukung keberlanjutan kegiatan pertanian di
Pesantren ini . Kunjungan dilakukan dalam satu hari pada Selasa 22 November 2022.
B. Teknik Pengumpulan data
Teknologi perolehan data Metode yang dapat digunakan dalam melakukan kunjungan
ini antara lain kombinasi dari beberapa metode sebagai berikut :
1. Pengamatan ( observasi ) Metode yang dilakukan dengan observasi langsung
dan pengumpulan data pendukung di Pondok Pesantren Al - Ittifaq .
2. wawancara Metode ini dilakukan dengan bertanya atau melaporkan langsung
kepada pemandu magang .
3. pencatatan Prosedur ini dilakukan dengan mengumpulkan data pendukung ,
yang dilakukan dengan cara penggalian data dari sumber dan media massa yang
relevan .
4. teknik analisis Data Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif .
Data kualitatif berupa foto dan hasil wawancara dengan pembimbing magang
Setelah mengumpulkan data , penulis menyusun informasi berupa informasi
deskriptif dan tertulis tentang semua informasi yang diperoleh selama
pelaksanaan Praktikum.

7
BAB IV

PROFIL PELAKU USAHA


A. Profil pondok pesantren
Pesantren Al-Ittifaq berdiri sebelum kemerdekaan, dan KH adalah pelopornya.
Mansyur pada tanggal 1 Februari 1934 yang saat itu dipimpin oleh KH. Mansur sampai
tahun 1953. Tiga tahun setelah negara damai, dengan penyerahan kedaulatan Indonesia,
anaknya yang bernama KH berternak petani. Rifai hingga wafatnya pada tahun 1970,
saat kepemimpinan dipegang oleh KH. Fuad Affandi.
Terdorong oleh kepedulian KH. Fuad melihat kondisi masyarakat Ciburial yang
pedalaman dan terbelakang, KH. Fuad berinisiatif melakukan perubahan secara
bertahap dengan mendirikan pesantren agar santrinya dapat mengenyam pendidikan
formal yang dekat dengan pesantren. Hal yang sama berlaku untuk penggunaan
teknologi, KH. Fuad sangat menganjurkan penggunaan teknologi untuk hal-hal yang
positif guna mendukung kemajuan siswa, termasuk kemajuan dalam pendidikan.
Pesantren Al-Ittifaq juga menjalin silaturahmi dengan pemerintah dengan mengulang
nama Al-Ittifaq sebagai pusat agrobisnis, bahkan Al-Ittifaq menjadi petani yang aktif
melakukan kerjasama di bidang pertanian dengan lembaga selain pemerintah, sehingga
Al-Ittifaq mengadakan predikat Economic Institution karena Al-Ittifaq yang didirikan
dengan memiliki lahan seluas 130 hektar ini memiliki hubungan komersial dengan
beberapa supermarket modern, supermarket dan unit usaha lainnya seperti supplier
sayuran.
Al-Ittifaq juga merupakan lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai pusat
pengembangan model pertanian ekologis dan memberikan pembinaan kepada lebih dari
270 petani yang tergabung dalam enam kelompok tani dan ternak di wilayah Bandung
dan Bandung Barat. Selain itu, Al-Ittifaq juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan
karena terbuka bagi semua orang untuk mendapatkan pendidikan pengelolaan pertanian
ekologis.
Salah satu tugas terpenting Al-Ittifaq adalah sebagai lembaga penelitian, karena
selain pengembangan ilmu-ilmu pertanian, pondok pesantren Al-Ittifaq telah menjadi
subyek berbagai kajian yang bekerjasama dengan berbagai perguruan tinggi nasional
dan internasional. . dan lembaga penelitian. bahkan. Salah satu lembaga yang
bekerjasama secara internasional adalah Japan International Corporation Agency
(JICA) yang telah menetapkan tujuan untuk mengembangkan budidaya jeruk Dekopo.
B. Cakupan bisnis
Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq atau lebih dikenal dengan Alif Kopontren
resmi berdiri pada tahun 1997, namun kegiatan bercocok tanam para santri dan
masyarakat sekitar sudah dimulai sejak lama, yaitu sejak tahun 1970. Pada awalnya,
sektor pertanian tidak begitu diminati. Komunitas. Minimnya pengetahuan pertanian,
akses darat ke jalan yang sulit dan minimnya akses pasar pasca panen, padahal kawasan
tersebut memiliki potensi yang besar karena tanahnya yang subur dan iklim yang cocok
untuk pertanian dan hortikultura.
CH. Fuad Affandi adalah sosok yang mampu mengubah keadaan tersebut
dengan menjadikan Pesantren Al-Ittifaq sebagai sentra pertanian dengan

8
memberdayakan warga pondok pesantren untuk mengelola lahan subur disekitarnya,
dimulai dengan pembangunan akses jalan dan penanaman tanaman. untuk membantu
petani mengelola keuangan mereka. Alif Kopontren akan menjadi donatur panen seluas
14 hektar lahan pertanian milik 270 petani yang tergabung dalam 9 kelompok tani di
Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Petani mengatur pola tanam berdasarkan
permintaan pasar, sehingga mereka hanya menanam yang pembelinya jelas. Dengan
begitu, Alif Kopontren mampu menyediakan sayur setiap hari, sepanjang tahun.
Alif Kopontren memasok sayur dan buah segar sesuai permintaan pasar modern
seperti Superindo, Yogya Group, Aeon dan Horeka di sekitar Bandung. Pasokan
sayuran segar setiap hari minimal 3 ton. Sesuai dengan standar Good Agricultural
Practice dan Good Handling Methods, sayuran Alif Kopontren aman untuk dikonsumsi
sekaligus meminimalkan potensi sisa makanan. Sebagian hasil penjualan, selain
dibagikan kepada petani, digunakan untuk menjalankan pesantren, dimana 30%
santrinya berasal dari keluarga miskin, biaya hidup sehari-hari dan pendidikannya
ditanggung oleh pesantren. Selain itu, mereka dibekali dengan ilmu pertanian dan bisnis
sehingga setelah lulus dapat berwiraswasta. Banyak lulusan santri pertanian pondok
pesantren Al-Ittifaq kembali ke daerah asalnya dan lebih mengembangkan sektor
pertanian di daerahnya.

9
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Usaha Agribisnis Kopontren Alif
Analisis subsitem agribisnis yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-ittifaq
1. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu, dalam subsistem ini terdapat pengadaan
sarana produksi seperti pupuk, bibit, benih, makanan ternak, obat untuk hama,
bahan bakar, mesin serta alat produksi pertanian. Adapun pelaku yang mengadakan
sarana produksi seperti perorangan, swasta, koperasi dan pemerintah. Pondok
Pesantren Al-ittifaq ini sudah melakukan kerja sama dengan berbagai lembaha
untuk supply bibit bibit dan benih yang unggul dan bagus begitu juga dengan pupuk.
2. Subsistem budidaya / usahatani Dalam subsistem ini akan dihasilkan produk alami
berupa bahan pangan, buah – buahan, hasil kebun, bunga dan tanaman hias lainnya,
ternak, dan perikanan. Adapun pelaku yang berperan dalam subsistem ini yaitu
petani, peternak, pekebun tanaman hias, nelayan dan lain sebagainya. Usahatani
yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-ittifaq antara lain persemaian,pengolahan
lahan,penanaman,pemupukan,pemeliharaan tanaman,serta pemanenan. Pesantren
Al-ittifaq ini termasuk santrinya banyak yang turun langsung dalam usahatani ini
dan banyak juga orang-orang dari luar kota untuk melakukan magang dalam system
usahatani ini.
3. Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir, dalam subsistem ini dilakukan aktivitas
seperti pengumpulan, penyimpanan, pengolahan serta distribusi. Adapun produk
yang dihasilkan dari usahatani akan dilakukan distribusi langsung kepada
konsumen yang berada didalam ataupun diluar negeri. Seperti yang telah kita amati
Pondok Pesantren Al-ittifaq initidak hanya menekuni bidang pertanian tetapi ada
juga peternakan yaitu ternak sapi dan domba, kotoran ternak tersebut juga selalu
dimanfaatkan oleh Pondok Pesantren Al-ittifaq untuk pemupukan. Pondok
Pesantren Al-ittifaq tidak melakukan pengolahan pasca panenuntuk nilai tambah
setiap komoditas yang ditanam. Tetapi mereka melakukan pengumpulan
komoditas,sortasi,gradding,labelling dan packing.
4. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan). Dalam proses
kegiatan yang dilakukan pada Pondok Pesantren Al-ittifaq ini mereka juga
melakukan berbagai kerjasama dengan pemerintan ataupun kelemabagaan negara
yaitu diantaranya Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia, Bank Indonesia, PUM Netherlands Senior Experts, Japan International
Corporation Agency, Hebitren,LPDB KUMKM, Bank Syariah Indonesia, dan
Lembaga Permodalan Nasional Madani
B. Unit Usaha berdasarkan Komoditas yang Dikembangkan
Pondok pesantren Al-ittifaq ini tidak hanya melakukan usahatani dalam bidang
pertanian saja tetapi ada juga peternakan. Pada bidang pertanian Kopontren Alif ini
mengembangkan berbagai komoditas yaitu kopi,jeruk,pakcoy,tomat,dll dan yang
paling dikenal yaitu strawberry. Sedangkan dalam bidang peternakan yaitu
sapi,ayam,domba. Sapi yang diternak di Kopontren Alif ada yang mencapai 1 ton.
Untuk peternakan sapi hanya ada sapi perah dan sapi pedaging. Kandang ternak yang
digunakan dibuat dengan system lavelling yang mana kandang domba berada diatas

10
kandang ayam tujuannya agar kotoran domba bisa tercabik-cabik oleh ayam sehingga
mengurangi9 waktu proses dekomposisi untuk pupuk. Untuk kotoran kotoran hewan
ternak pasti dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.
C. Proses Penentuan Keputusan Usaha Agribisnis di Pondok Pesantren Al-ittifaq
Tentunya sebagai pelaku bisnis sangat penting untuk penentuan dalam pengambilan
keputusan. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui yaitu :
1. Tahap Deterministik
Tahap ini pada dasarnya merupakan tahap analisis system dari persoalan yang
dihadapi seseorang. Market local mengirimkan LOI (Letter of Intent) atau surat
permintaan barang ke Al-ittifaq dialnjutkan dengan MOU dan kontrak dengan
Kopontren Al ittifaq Kemudian hasilnya disusun dalam sebuah pola tanam untuk
setiap pondok pesantren yang tergabung dalam koorporatisasi pertanian.
2. Tahap Probabilistik
Pada tahap ini Al ittifaq telah mengetahui variable status mana yang amat
mempengaruhi hasil yang diharapkan,yang disebut variable alietori. ALEC atau
Inkubator Alif Learning Centre melakukan pandampingan dan monitoring terkait
budidaya dan penanganan pasca panen yang bekerja sama dengan JICA dan PUM
Netherland untuk meminimalisir kerusakan pada sayuran dan buah. Kemudian
hasil pertanian akan dikirim ke were house untuk dilakukan sortasi,gradding, dan
packaging (barcode dan expired). Mereka juga melakukan quality control hasil
sortasi dan gradding sebelum akhirnya di distribusikan ke Supermarket. Ada
beberapa grade dan mempunyai kegunaan masing-masing yaitu grade 1 untuk
supermarket,grade 2 untuk supermarket,grade 3 untuk pasar tradisional,grade 4
untuk makanan sehari hari,grade 5 untuk makanan hewan ternak. Jika ada yang
busuk dan tidak terpakai maka dikumpulkan untuk dijadikan pupuk kompos
3. Tahap Informasional
Tahap ini untuk mengetahui apakah akan berharga untuk mengumpulkan
informasi tambahan guna mengurangi ketidakpastian yang ada. Al-ittifaq
meninjau ulang kembali tingkat kelayakan produk yang ia hasilkan agar
konsumen atau mitra yang bekerja sama puas akan produk tersebut.
D. Manajemen Rantai Pasok dan Logistik Usaha Agribisnis Kopontren Alif
Pada rantai pasok terdapat pengukuran kinerja rantai pasok terdapat 6 matrik yang
digunakan yaitu pengiriman,pemenuhan pesanan, kesesuaian standar,fleksibilitas,lead
time pemenuhan pesanan dan satu periode pemenuhan pesanan
1. Pengiriman
Kegiatan pengiriman dilakukan setiap jam 03.00 WIB dan sampai dialokasikan
pertama tidak lebih dari pukul 08.00 WIB pemberitan toleransi kedatangan produk
rata-rata maksimal pukul 10.00 WIB.
2. Pemenuhan pesanan
Karena Kopontren Al-ittifaq ini sudah didukung oleh teknologi menjadikan
pemenuhan pesanan bisa sesuai dengan yang diharapkan, sehingga meminimalisir
terjadinya kerusakan atau kebusukan pada produk sayur dan buah buahan.
3. Kesesuaian dengan standar

11
Setiap perusahaan pasti memikirkan kepuasan konsumen begitu juga dengan
kopontren Al ittifaq upaya yang dilakukan oleh Al ittifaq yaitu dengan
memberikan pelatihan aktivitas pasca panen secara rutin kepada pegawai agar
produk yang diterima dari para petani sesuai dengan standar.
4. Fleksibilitas
Fleksibilitas rantai pasok adalah kemampuan perusahaan dalam waktu
menanggapi pesanan yang tidak terduga baik dalam penambahan pesanan maupun
pengurangan jumlah. Maka dari itu Al ittifaq memberikan kebijakan kepada ritel
untukmemberikan waktu pengubahan pesanan maksimal pada pukul 14.00 WIB.
Karena pada pukul 16.00 WIB petani mengantarkan sayuran pesanan kepada
perusahaan. Karena untuk memetic sayur ke lahan lagi pada sore hari tidak
memungkinkan dan juga memikirkan kualitas tanaman jika dipanen pada sore
hari.
5. Lead Time Pemenuhan Pesanan
Waktu yang dibutuhkan kurang dari 3 hari untuk memenuhi pemenuhan pesanan
dan hal tersebut tidak membuat konsumen menunggu terlalu lama .
6. Siklus pemenuhan pesanan
Dalam perhitungan siklus pemenuhan pesanan dilakukan dengan menjumlahkan
beberapa variable waktu perencanaan,waktu sortasi, waktu pengemasan,dan waktu
pengiriman. Dalam perhitungan tersebut Al-ittifaq bisa dilakukan dalam 24 jam
sehingga memudahkan setiap anggota anggota untuk melakukan order atau
pesanan.
Kemudian pada manajemen rantai pasok terdapat kinerja internal . Kinerja
internal rantai pasok diukur melalui cash to cash cycle time dan persediaan akhir
1. Cah to Cash Cycle Time
Kinerja ini berupa matrik yang menghitung kecepatan rantai pasok dalam
mengubah persediaan menjadi uang. Untuk waktu pembayaran perusahaan
selalu berusaha memberikan waktu pembayaran paling cepat kepada
petani,karena hal itu mempengaruhi kepercayaan dan loyalitas petani mitra
kepada perusahaan. Al ittifaq juga meminta waktu pembayaran yang lebih
cepat kepada ritel dengan melakukan perjanjian dan kerja sama dengan pihak
lain seperti bank untuk kembali membayar petani dengan cepat.
2. Persediaan Harian
Dalam al Ittifaq ini juga mempunyai system persediaan yaitu serangkaian
kebijakan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan
menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga,kapan persediaan harus diisi
dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan.
Manajemen rantai pasok tidak terlepas dari aktivitas logistik diantaranya 3
aktivitas terpenting yaitu aktivitas pengumpulan, aktivitas penyimpanan dan
aktivitas penyebaran.
1. Aktivitas pengumpulan
Kopontren Alif mengumpulkan hasil panen yang di dapat dari 9 kelompok tani
yang tergabung dalam kemitraan dengan Al-Ittifaq dengan berbagai jenis
komoditas.

12
2. Aktivitas penyimpanan
Al-Ittifaq memiliki 3 titik distribution centre sebagai titik penyimpanan yang
kemudian didampingi oleh JICA dan PUM Netherlands untuk uji kelayakan
produk sebelum dilakukan pengiriman produk ke pasar lokal maupun ekspor.
3. Aktivitas penyebaran
Aktivitas penyebaran dilakukan setelah produk dinyatakan memiliki kualitas
yang baik dan sesuai dengan grading yang diinginkan oleh pasar.
E. Peran Kopontren Alif dalam Pengembangan Usaha Petani Mitra
Kopontren Alif tentunya mempunyai banyak sekali petani mitra di perusahaan , pihak
perusahaan juga sangat memikirkan kesejahteraan para petani,atas kkesaran juga
bahwa petani membutuhkan penyalur perdagangan dan Al ittifaq juga ingin menjadi
agen perubahan kea rah pertanian yang lebih baik dan menjunjung tinggi
kesejahteraan para petani.
Kemitraan yang terbentuk dalam unit usaha Al ittifaq ini dilakukan secara dua arah
yaitu secara vertical dengan pihak masyarakat sebagai mitra utama dalam bidang
produksis bahan supply koperasi dan juga secara horizontal bekerja sama dengan
pihak marketing yang akan mendistribusikan hasil pertanian kepada khlayak luas
yang membutuhkan.
Kemitraan yang dijalani untuk pemasaran yaitu market modern,,lion superindo,12
toko di kota Bandung, Mall maal besar,3 toko dicirebon,Pasar tradisional Induk
Andir,Kopontren alif juga banyak bekerja sama dengan kelembagaan diantaranya
BNI,BI,LPDB KUMKM,Lembaga permodalan Nasional Madani dan masih banyak
lagi.

13
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pondok Pesantren Al-itifaq bekerja sama dengan bebagai Lembaga sehingga
dalam kebutuhan dan penyaluran produksinya dipenuhi oleh pihak yang terkait.
2. Tidak prtanian saja ada juga peternakannya
3. 6 matrik yang digunakan dalam pengukuran rantai pasok eksternal; pemenuhan
pesanan, kesesuaian standar, fleksibilitas, lead time pemenuhan pesanan, satu
periode pemenuhan pesanan, dan pengiriman. Sedangkan internal rantai pasok
diukur melalui cash to cash time cycle dan persediaan harian
4. Tahap pengambilan keputusan kopontren tersebut yaitu; tahap determinisik,
probabilistrik, dan tahap informasional
B. SARAN
Lebih luas memberi jalan untuk belajar pertaniannya tidak hanya ke santri yang
sedang belajar/pesantren disana saja.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti. (2017). Pengembangan Wilayah. Repository itk, 11-22. Retrieved Desember 6, 2022,
from http://repository.itk.ac.id/3971/4/08161057_chapter_2.pdf
Koestiono, Hardana. (2018). Pengembangan Agribisnis. Repository itk, 15-22. Retrieved
Desember 6, 2022, from http://repository.itk.ac.id/3971/4/08161057_chapter_2.pdf
Kusnadi, dkk. (2017). Pengembangan Agribisnis. Repository itk, 13-19. Retrieved Desember
6, 2022, from http://repository.itk.ac.id/3971/4/08161057_chapter_2.pdf
Luntungan, A. (2012, oktober). Analisis Tingkat Pendapatan Usah Ttani Tomat Apel Di
Kecamatan Tompaso Kabupaten MInahasa. Jurnal Pembangunan dan Keuangan
Daerah, 7. Retrieved Desember 6, 2022, from
https://www.neliti.com/id/publications/45003/analisis-tingkat-pendapatan-usaha-tani-
tomat-apel-di-kecamatan-tompaso-kabupaten
Musyadar, Achmad, Sutoyo. (2017). Buku Ajar Manajemen Agribisnis. Retrieved Desember
6, 2022, from http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/14166
Suratiyah, Ken. (2015). Ilmu Usaha Tani (Edisi Revisi ). Jakarta. Retrieved Desember 6,
2022

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai