Anda di halaman 1dari 14

PEMBELAJARAN BERKARYA LUKIS DENGAN MEDIA GELAS KACA

BAGI SISWA SMA NEGERI 2 PATI1

Indianik Permanasari2.
Guru Seni Budaya, SMA Negeri 2 Pati, Jl. A. Yani No. 4, Telp. (0295) 381211 Pati.
Email: indianikpermanasari92@gmail.com

Abstrak
Pengembangan bakat siswa dapat dikembangkan dalam pendidikan, pada dalam pembelajaran seni
rupa yang mengajarkan siswanya untuk berkarya seni. Pendidik mengarahkan siswa untuk bereksplorasi
dalam berkarya. Karena melukis tidak hanya dapat dilakukan pada bidang/media datar namun dapat
dilakukan pada bidang/media melengkung, seperti gelas kaca. Rumusan masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah pembelajaran, hasil karya, dan kendala yang dihadapi siswa dalam berkarya lukis
dengan media gelas kaca pada siswa SMA Negeri 2 Pati. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
kualitatif, dengan lokasi SMA Negeri 2 Pati. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data,
penarikan simpulan dan verifikasi. Menunjukkan (1) pembelajaran berkarya lukis dengan media gelas
kaca pada siswa SMA Negeri 2 Pati dengan materi pengertian karya seni rupa dua dimensi dan tiga
dimensi, prosedur berkarya seni lukis menggunakan media gelas kaca; evaluasi pengetahuan siswa
disesuaikan tujuan pembelajaran. Kompetensi pengetahuan siswa baik atau B. Kompetensi keterampilan
dan karya siswa diukur tiga aspek, yakni pengembangan ide, penguasaan alat, dan kualitas estetik/visual,
(2) hasil karya siswa disesuaikan ketiga aspek kompetensi keterampilan, maka diketahui rerata siswa
baik atau B+, (3) kendala yang ditemukan peneliti saat berlangsungnya pembelajaran yakni proses
pembuatan sket, pengolesan putih telur, penentuan warna, pengecatan/melukis, dan waktu yang
terbatas. Saran yang diajukan (1) bagi kepala sekolah, perlu memperhatikan fasilitas mata pelajaran seni
rupa, agar pembelajaran dapat dilakukan dengan baik, (2) bagi guru perlu memotivasi siswa baik secara
visual maupun verbal, dan memberikan penjelasan tentang kreativitas sehingga ide siswa mampu
berkembang dengan baik, (3) perlu lebih mendalami kurikulum 2013.

Kata Kunci : Pembelajaran, Gelas Kaca, Lukis.

Pendahuluan
mensyaratkan dimilikinya tiga tandan (cluster) ciri-
Pengembangan bakat dapat diperoleh melalui ciri yang saling berkaitan, yaitu kemampuan
bidang pendidikan. Menurut Kurinasih dan Sani umum atau kecerdasan di atas rata-rata,
(2014:1) pendidikan memberikan kemungkinan pada kreativitas, dan pengikatan diri terhadap tugas
siswa untuk memperoleh “kesempatan”, “harapan”, dan sebagai motivasi internal (instrinsik) yang cukup
pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
Menurut Munandar (1999:1) keberbakatan diartikan bahwa anak berbakat tidak lepas dengan
(giftedness) dan keunggulan dalam kinerja masalah kreativitas, karena terdapat kaitan yang
(performance) erat.

Tulisan ini diangkat dari hasil penelitian dengan judul Pembelajaran Berkarya Lukis dengan Media Gelas Kaca bagi Siswa SMA Negeri 2 Pati.
2Penulis adalah Guru Seni Budaya di SMA Negeri 2 Pati.

1
ruang. Kegunaannya sangat penting dalam
Berdasarkan pendapat Guilford dalam kehidupan sehari-hari. Berkembangnya zaman
Munandar (1999:9) dengan pidatonya yang terkenal dan teknologi menghadirkan berbagai macam
pada tahun 1950 berupaya menarik perhatian bentuk, motif dan warna pada gelas. Dalam
terhadap masalah kreativitas dalam pendidikan, masanya, berbagai cara membuat gelas terus
yaitu bahwa pengembangan kreativitas berkembang. Jika gelas kaca menjadi media
ditelantarkan dalam pendidikan formal. Padahal hal dalam berkarya lukis, bahan dan alatnya akan
ini sangat bermakna bagi pengetahuan potensi berbeda dengan melukis pada kanvas, tembok
individu secara utuh dan bagi kemajuan ilmu atau bidang 2 dimensi lainnya. Dengan begitu
pengetahuan dan seni budaya. siswa dapat menemukan hal-hal baru dalam
Pengembangan kreativitas siswa dalam seni pencarian alat dan bahannya.
budaya (seni rupa) dapat dikembangkan dengan Peneliti tertarik meneliti sekolah SMA
cara berkarya seni. Pada saat berkarya seni, siswa Negeri 2 Pati, disamping penjelasan yang telah
akan berusaha agar karyanya dapat terlihat indah disebut di atas juga karena sekolah yang berada
atau menarik. Kegiatan siswa dalam berkarya seni di kota Pati ini merupakan salah satu sekolah
dapat mengasah kemampuan berpikir, di dalam terbaik. Banyaknya siswa berprestasi dalam hal
usahanya untuk mewujudkan karya-karyanya. akademik maupun non akademik setiap
Berdasarkan upaya siswa dalam berkarya, siswa tahunnya.
secara tidak sadar dapat mengasah kemampuan Pembelajaran berkarya lukis ini menjadi
berpikirnya. Menghasilkan suatu karya lukis dapat sangat menarik bagi peneliti karena selain telah
dilakukan dalam bidang apa saja, termasuk pada diajarkan, peneliti dapat mengetahui
media gelas kaca. Melukis pada gelas kaca kedalamannya. Seperti yang telah diuraikan di
merupakan media alternatif untuk berkarya lukis atas maka peneliti mencoba menerapkan
dan kiranya dapat menjadi salah satu media yang kerangka kerja ilmiah ini pada pembelajaran seni
digunakan sebagai materi pembelajaran siswa. rupa di sekolah dengan mengambil judul penelitian
Pembelajaran berkarya lukis dengan media “Pembelajaran Berkarya Lukis dengan Media Gelas
gelas kaca merupakan pembelajaran yang dipilih Kaca bagi siswa SMA Negeri 2 Pati”
oleh guru seni rupa di SMA Negeri 2 Pati untuk lebih
mengembangkan bakat dan kreativitas siswa. Guru
dapat menunjukkan bahwa melukis tidak hanya Tinjauan Pustaka
dapat dilakukan pada bidang datar, namun juga Pengertian Seni Lukis
dapat dilakukan bidang yang melengkung. Gelas Menurut Dharsono (2007:7), seni
kaca juga memiliki keunikan tersendiri. Memiliki mencakup pengertian yang sangat luas, masing-
bahan dasar kaca yang bening, transparan dan masing definisi memiliki tolok ukur yang berbeda.
berkilau membuat warna-warna yang disapukan Definisi yang dikemukakan cenderung
tampil cemerlang. menitikberatkan pada sisi teoretis dan filosofis.
Melukis pada gelas kaca juga dapat Sedangkan menurut Dharmawan (2008:12) seni
menghadirkan berbagai macam motif. Kreativitas merupakan bagian dari kebudayaan manusia,
setiap siswa dapat dilihat dari berbagai macam dengan demikian dapat diartikan juga bahwa seni
motif yang dipadukan dan dibentuk sesuai dengan merupakan hasil daya upaya manusia yang
kreasinya. Melukis tidak hanya dapat diterapkan melibatkan akal, fikiran, budi dan perasaannya
pada bidang 2 dimensi, pada bidang 3 dimensi pun pada kurun waktu tertentu. Maka dapat
dapat menjadi sebuah karya lukis. Pada umumnya disimpulkan bahwa seni adalah simbol perasaan
gelas kaca digunakan sebagai alat perabotan manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang
rumah tangga dan dekorasi memiliki keindahan dan melibatkan akal, fikiran,
budi dan perasaannya pada kurun waktu tertentu.
Masih banyak definisi seni yang lain, setiap

2
manusia memiliki pendapat yang berbeda dalam Gelas juga merupakan senyawa kimia dengan
mendefinisikan seni. Hal ini karena seni merupakan susunan kompleks, diperoleh dengan
kebutuhan manusia dan merupakan hubungan yang pembekuan lelehan melalui pendinginan.
tak terpisahkan antara manusia, seni, dan Menurut Mariana (2006:8) seni lukis kaca
lingkungan masyarakatnya. merupakan seni lukis yang muncul pada abad ke
Menurut Susanto (2011: 241), lukis memiliki 15 ini dilakukan di atas media kaca dengan teknik
beberapa arti yang dapat diambil sebagai rujukan. melukis di bagian belakang kaca. Menurut
Menurut Read (1959) mengatakan seni lukis adalah Sucitra (2013:8), lukisan kaca adalah lukisan
penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, yang catnya bermedium bebas (lem ancur, gum
shape, pada suatu permukaan, yang bertujuan arab, dan sebagainya), pada substrat kaca
menciptakan berbagai image, emosi, dan dengan teknik bebas (biasanya dengan kuas).
pengalaman- pengalaman, yang dibentuk Saat melukis pada suatu bidang kaca diperlukan
sedemikian rupa sehingga mencapai harmoni. perekat saat akan membubuhkan cat untuk
Adapun pengalaman yang diekspresikan itu adalah membentuk suatu lukisan, karena gelas kaca
pengalaman yang berisi keindahan atau pengalaman memiliki permukaan yang sangat halus dan
estetik. kedap air.
Istilah melukis merupakan tindakan untuk Sesuai dengan pengertian seni lukis kaca
menghasilkan karya yang disebut lukisan. Menurut di atas, seni lukis kaca atau biasanya disebut
Sucitra (2013:6), lukisan sebagai suatu karya seni glass painting merupakan seni yang
rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur garis, menggunakan gelas sebagai substrat atau media
bidang, dan warna. untuk melukis dengan menggunakan perekat
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka seni agar cat dapat menempel pada gelas yang
lukis adalah wujud pengalaman ekspresi yang umumnya tahan pada reaksi kimia. Untuk
dipandang secara utuh, berisi keindahan atau membubuhkan cat pada gelas biasanya
pengalaman estetik, dengan menggunakan garis, menggunakan kuas sebagai salah satu alat
warna, tekstur, ruang dan bentuk pada suatu pelengkap yang dibutuhkan dalam melukis.
permukaan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
menciptakan berbagai image, emosi, dan Konsep Pembelajaran
pengalaman-pengalaman, yang dibentuk dengan Menurut Warsita (2008:85) pembelajaran
teknik pelumuran warna pada media sehingga (instruction) adalah salah satu usaha untuk
mencapai harmoni. membuat siswa belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan siswa. Atau pembelajaran adalah
Seni Lukis Kaca usaha-usaha yang terencana dalam
Menurut Sugiyarto (2000:20) gelas atau kaca memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi
merupakan sesuatu yang mempunyai banyak proses belajar dalam diri siswa (Sadiman, dkk,
mineral silikat yang bersifat jika sekali meleleh tidak 1986:7). Pembelajaran disebut juga kegiatan
membentuk kristal kembali bila didinginkan, pembelajaran adalah usaha mengelola
melainkan mengeras-non-kristalin dan transparan- lingkungan dengan sengaja agar seseorang
tembus cahaya. Sesuai pendapat Sugiyarto, maka membentuk diri secara positif dalam kondisi
gelas kaca atau wadah air untuk minum, merupakan tertentu (Miarso, 2004:528).
benda yang bening, transparan atau tembus Sesuai dengan pendapat Ismiyanto
pandang secara optik, memiliki kekerasan yang (2009:7) bahwa pembelajaran pada hakikatnya
cukup, tidak bereaksi dengan barang kimia, dan tidak adalah interaksi antara murid, pengajar dan
aktif secara biologi yang bisa dibentuk dengan lingkungannya. Menurut Gredler (1994:1) belajar
permukaan yang sangat halus dan kedap air. adalah proses orang yang memperoleh berbagai
kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dengan
demikian dengan belajar seseorang akan

3
memiliki perubahan pengetahuan atau perilaku memandang bahwa tujuan pembelajaran
karena adanya pengalaman. Konsep belajar merupakan suatu pernyataan yang spesifik
menurut UNESCO pada Depdiknas (2001:13), dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
menuntut setiap satuan pendidikan untuk dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
sekarang dan masa depan, yaitu: (1) learning to Menurut Tyler dalam Syafii (2006:29) tujuan
know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to do merupakan komponen utama dan pertama dalam
(belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan
dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) ke arah mana siswa akan dibawa. Arah siswa ini
learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan disebut juga sasaran pembelajaran.
(4) learning to live together (belajar untuk menjalani Materi pembelajaran menurut Hamalik
kehidupan bersama). (2001:139) yang menyatakan, bahan pengajaran
Sesuai dengan pengertian belajar mengajar di bukan semata-mata semua uraian yang tertera
atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam buku sumber atau sumber yang tercetak
pembelajaran merupakan interaksi pengajar, siswa lainnya, melainkan memiliki klasifikasi tertentu.
(murid), dan lingkungan, yang interaksi kegiatannya Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat
disebut belajar mengajar. Proses belajar mengajar ini Ismiyanto (2011:11) yang menyatakan, materi
diharapkan murid dapat belajar aktif memegang pembelajaran berupa isi pelajaran, isi/konten,
peran dalam kegiatan belajarnya, berusaha pengalaman belajar, dan sebagainya. Dan
memecahkan masalah yang dihadapinya, dapat merupakan segala sesuatu yang mengandung
mengembangkan kepribadiannya kearah yang pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
positif, yang dapat dilakukan dimana saja. Pengajar Pengetahuan dapat berupa pengalaman belajar
sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk dari pengajar dan sumber-sumber yang didapat
membimbing dan mendorong murid agar pengajar. Keterampilan yang berupa perbuatan
mendapatkan pengalaman dan dapat misalnya melukis, berinteraksi dan sebagainya.
mengembangkan seluruh potensi dirinya secara Nilai-nilai merupakan pemahaman pada konsep
menyeluruh, dengan menciptakan situasi yang baik-buruk, benar-salah, indah-jelek, halal-haram
kondusif atau mendukung dan memungkinkan (Hyman dalam Zais, 1976:324). Materi
berlangsungnya proses belajar agar siswa dapat pembelajaran dapat disebut juga sebagai bahan
belajar secara optimal. Pada kegiatan pembelajaran ajar. Bahan ajar merupakan subject content, yaitu
ini siswa yang menjadi peran penting dalam isi pelajaran yang terorganisasi dalam suatu
berlangsungnya proses belajar mengajar di proses pembelajaran yang dipilih dan
lingkungannya. disampaikan guru kepada siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Sunaryo, 2010:3).
Komponen Pembelajaran Strategi pembelajaran menurut Kemp
Secara umum para ahlimenyebutkan bahwa dalam Warsita (2008:268) adalah suatu kegiatan
komponen pembelajaran memiliki tujuan, materi, pembelajaran yang harus dikerjakan pengajar
strategi, dan evaluasi. Berikut ini dideskripsikan atau murid agar tujuan pembelajaran dapat
secara singkat. Tujuan pembelajaran menurut dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Dick
Robert F. Mager (dalam Uno (2006:35) adalah dan Carey (dalam Uno 2007:1) strategi
sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang pembelajaran terdiri atas seluruh komponen
dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan
kompetensi tertentu. Menurut Edwar L. Dejnozka kegiatan belajar yang digunakan oleh pengajar
dan David E.Kapel, dan Kemp (dalam Uno 2006:36) dalam rangka membantu murid mencapai tujuan
yang pembelajaran. Menurut Groppper (dalam Uno
2007:2) mengatakan bahwa strategi

4
pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan
jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan kepekaan rasa estetik dan artistik, sikap kritis,
pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan apresiatif, dan kreatif pada diri setiap siswa
bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat secara menyeluruh (Permendikbud, 2014:554-
dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajarnya harus 555). Ruang lingkup pembelajaran Seni Budaya
dapat dipraktikan. memiliki empat aspek seni yaitu seni rupa, seni
Sementara itu, evaluasi pembelajaran menurut musik, seni tari, dam seni teater.
Syafii (2010:3) merupakan kegiatan atau proses Pada KTSP alokasi waktu untuk mata
yang sistematik untuk menentukan nilai bagi siswa pelajaran seni budaya yaitu dua jam pelajaran
yang telah mengalami proses pembelajaran. Evaluasi dalam satu minggu untuk SD sampai SMA.
pembelajaran bertujuan untuk mendapatkan Alokasi waktu pelajaran SBK atau Seni Budaya
informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian Keterampilan di SD adalah 2 jam dalam dua kali
tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat pertemuan setiap minggunya, untuk masing-
diupayakan tindak lanjutnya (Daryanto, 1997:11). masing Kelas IV, V, dan VI. Alokasi waktu untuk
Tindak lanjutnya berupa fungsi evaluasi dan dapat SMP adalah 2 jam pelajaran setiap minggunya
berupa (1) penempatan pada tempat yang tepat, (2) untuk masing-masing Kelas VII, VIII, dan IX. Dan
pemberian umpan balik, (3) diagnosis kesulitan untuk alokasi waktu SMA adalah 2 jam setiap
belajar siswa, atau (4) penentuan kelulusan. Jenis minggu untuk Kelas X, XI, dan XII.
evaluasi pembelajaran menurut urutan program yaitu Menurut Permendikbud (2014:11) mata
evaluasi penempatan (placement), formatif pelajaran Seni Budaya di SMA/ MA dan
(formative), diagnostik (diagnostic), dan sumatif SMK/MAK, ditujukan untuk menumbuhkan
(sumative) (Syafii, 2010:6). Evaluasi penempatan kemampuan menghargai karya seni dan budaya
digunakan untuk mengukur kesiapan sisiwa dan nasional. Pada tingkat SMA/MA dan SMK/MAK
mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai terdapat tiga kompetensi lulusan, yakni (1)
sehubungan dengan pelajaran untuk mengukur mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan
kesiapan siswa. Maka, siswa dapat ditempatkan pada budaya, (2) mengapresiasi karya seni dan
kelompok yang sesuai dengan tingkat pengetahuan budaya, dan (3) menghasilkan karya kreatif baik
yang dimiliki. Evaluasi pembelajaran digunakan untuk individual maupun kelompok. Dapat disimpulkan
mengetahui sejauh mana perubahan pada siswa bahwa apresiasi dan ekspresi merupakan standar
dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah kompetensi dalam kurikulum 2013.
dilakukan. Evaluasi pembelajaran seni rupa di Menurut Susanto (2011:27) apresiasi
sekolah berbeda dengan pelajaran lainnya yang adalah mengerti dan menyadari sepenuhnya
hanya melibatkan hal-hal yang bersifat kognitif. seluk beluk hasil seni serta menjadi sensitif
Dalam pembelajaran seni rupa juga menggunakan terhadap segi-segi di dalamnya, sehingga mampu
apresiatif dan kreatif dalam pelaksanaannya. menikmati dan menilai karya dengan semestinya.
Ekspresi merupakan maksud, gagasan,
Seni Rupa sebagai Submata Pelajaran perasaan, kemampuan ide yang diwujudkan
Pendidikan Seni Budaya dalam bentuk nyata (Susanto, 2011:116). Dalam
Mata pelajaran Seni Budaya dalam kurikulum pembelajaran seni rupa, siswa diharapkan dapat
2013 merupakan aktivitas belajar yang menampilkan memahami unsur-unsur estetik dan dapat
karya seni estetis, artistik, dan kreatif yang berakar menyekspresikannya dalam bentuk karya seni.
pada norma, nilai, perilaku, dan produk seni budaya Sesuai dengan penjelasan di atas,
bangsa. Mata pelajaran pembelajaran seni rupa merupakan suatu usaha
yang terencana untuk memenuhi kebutuhan
estetik. Siswa dapat mengembangkan diri dalam
memahami unsur estetik dan kreatif dalam

5
pembuatan karya seni. Contohnya siswa yang lingkungan kelompok memiliki pengaruh
mampu berkreativitas lukis dengan menggunakan terhadap keberhasilan individu dalam belajar. Jika
media gelas kaca. lingkungan sekitar memberikan dukungan yang
positif maka akan mendukung proses dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, sebaliknya bila
Pembelajaran lingkungan di sekitar tidak memberikan
Menurut Sardiman (1987:38) secara umum dukungan yang positif maka akan menghambat
faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa untuk meraih prestasi belajar yang optimal.
pembelajaran siswa di sekolah meliputi dua Sudjana (1992:97) menyatakan bahwa prestasi
klasifikasi yaitu faktor internal (dalam) dan eksternal belajar siswa dipengaruhi faktor eksternal,
(luar). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diantaranya faktor lingkungan siswa (alam dan
dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah sosial) dan faktor pelaksanaan pembelajaran
faktor yang berasal dari luar diri siswa. pada sekolah, yang mencakup sarana prasarana,
Menurut The Liang Gie (1994:200) faktor kurikulum, dan guru. Selain faktor eksternal
internal adalah faktor-faktor yang dimiliki oleh siswa, dan faktor pelaksanaan pembelajaran
seperti pengaruh fisik dan pengaruh psikis. prestasi siswa juga dapat di dukung dengan
Perkembangan fisik yang dimiliki oleh siswa dapat penerapan keagamaan di sekolah.
mempengaruhi sifat atau karakteristiknya. Hal ini,
yang perlu dipelajari dan dipahami oleh pengajar Metode Penelitian
karena setiap siswa memiliki karakteristik yang
berbeda. Maka saat pembelajaran berlangsung, fisik Pendekatan dalam penelitian ini adalah
yang dimiliki oleh siswa dapat mempengaruhi pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
kegiatan pembelajaran yang berlangsung, seperti merupakan prosedur penelitian yang
jika siswa sakit maka pembelajaran yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
dilakukannya akan terganggu. tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
Pengaruh psikis melibatkan aspek perasaan yang dapat diamati (Moleong, 2006: 4). Proses
siswa khususnya adalah motivasi. Motivasi dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan
merupakan suatu keadaan yang kompleks dan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori
kesiasediaan dalam diri individu, untuk bergerak dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
kearah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
disadari (Yusuf dan Nurihsan, 2008:159). Sesuai Pada penelitian ini, yang menjadi objek
dengan pengertian para ahli dapat diartikan, bahwa sasaran penelitian adalah hasil karya lukis siswa
motivasi belajar adalah usaha untuk mencapai dengan media gelas kaca Kelas XI MIPA-1 SMA
keberhasilan berkompetensi yang dapat berupa Negeri 2 Pati dan yang dikaitkan dengan
prestasi diri sendiri atau orang lain. Ketika siswa pembelajaran berkarya lukis siswa pada gelas
memiliki motivasi belajar, siswa akan berjuang dalam kaca. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa
berkompetensi untuk mendapatkan prestasi di Kelas XI MIPA-1 SMA Negeri 2 Pati, yang
sekolah. berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-
Faktor eksternal merupakan faktor yang laki dan 18 siswa perempuan. Peneliti meneliti
berasal dari lingkungan sosial dan non sosial siswa kelas ini dari 8 kelas pada Kelas XI, karena atas
yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. saran dari guru seni budaya untuk meneliti siswa
Menurut Usman dan Setyawati (1993:38), Kelas XI MIPA-1.
lingkungan di sekitar individu, seperti lingkungan Sesuai dengan permasalahan yang telah
keluarga, lingkungan belajar, dan dikemukakan, maka sasaran penelitian ini
mencakup tiga hal pokok sebagai berikut:

6
1) Pembelajaran berkarya lukis dengan media 2 Pati mendapatkan alokasi waktu 2 x 45 menit
gelas kaca pada siswa SMA Negeri 2 Pati. dalam setiap minggu pada kelas X, XI, XII.
2) Hasil karya siswa SMA Negeri 2 Pati dalam Pembelajaran seni budaya dibagi menjadi dua
berkarya lukis dengan media gelas kaca. submata pelajaran yaitu seni rupa dan seni musik.
3) Kendala yang dihadapi dalam berlangsungnya Terdapat dua guru seni rupa dan satu guru seni
pembelajaran berkarya lukis dengan media gelas musik di SMA Negeri 2 Pati. Pembelajaran Seni
kaca pada siswa SMA Negeri 2 Pati. Rupa untuk Kelas XII MIPA 1-8 dan XII IPS 1-4
Teknik pengumpulan data untuk diampu oleh Indianik Permanasari. Pembelajaran
menghasilkan penelitian yang relevan. Dalam Seni Rupa Kelas XI MIPA 1-8 dan XI IPS 1-4 diampu
penelitian ini teknik pengumpulan ada 3 macam, oleh Nasruddin Taufiq. Pembelajaran seni musik
yaitu (1) observasi (2) wawancara (3) dokumentasi. untuk Kelas X MIPA 1-8 dan X IPS 1-4 diampu oleh
Analisis data dalam penelitian ini adalah Ibu Endah Yuli Winarni. Penelitian dilakukan pada
menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis pada kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 2 Pati.
penelitian kualitatif biasanya dilakukan bersamaan
dengan proses pengumpulan data. Aktivitas dalam Proses Pembelajaran Lukis dengan Media
analisis data, yaitu data reduction, data display, dan Gelas Kaca
conclusion drawing/verification. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan
tahapan awal yang dilakukan oleh pengajar
Hasil Penelitian dan Pembahasan sebelum memulai pembelajaran. Selain itu,
Gambaran Umum Lokasi Penelitian pembelajaran yang akan direncanakan
SMA Negeri 2 Pati beralamat di Jl. Ahmad memerlukan berbagai teori untuk merancangnya
Yani No.4, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Provinsi agar rencana pembelajaran yang disusun benar-
Jawa Tengah. Sarana dan prasarana penunjang benar dapat memenuhi harapan dan tujuan
pembelajaran di sekolah terdiri dari bangunan pembelajaran. Maka, guru seni budaya (rupa)
operasional sekolah, di antaranya ruang kepala sebelum mengajar menyiapkan prota, promes,
sekolah, ruang TU, ruang guru, ruang BK, ruang silabus dan RPP.
kelas, ruang laboratorium, perpustakaan dan UKS. Pembelajaran melukis yang akan
Keseluruhan ruangan berjumlah 30 ruang. dilakukan, disesuaikan dengan silabus. Silabus
Guru dan tenaga kependidikan SMA Negeri 2 yang digunakan untuk pembelajaran melukis
Pati keseluruhan berjumlah 94 orang. Jumlah guru dengan media gelas kaca yaitu dengan
sebanyak 67 orang, terdiri atas 55 orang guru PNS Kompetensi Inti (KI) yaitu mengolah, menalar,
dan 12 orang guru non PNS. sedangkan untuk dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
tenaga kependidikan berjumlah 27 orang. abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
Jumlah siswa keseluruhan tahun ajaran 2014/ dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
2015 dari Kelas X sampai Kelas XII berjumlah 1074 mampu menggunakan metode sesuai kaidah
siswa, 640 siswa perempuan dan 434 siswa laki-laki. keilmuan. Kompetensi Dasar (KD) 3.1 yaitu
Kelas X keseluruhan berjumlah 386 siswa, siswa menganalisis bahan, media, teknik dan proses
Kelas XI berjumlah 365 dan Kelas XII berjumlah 323 berkarya dalam seni rupa dan KD 4.4 membuat
siswa. Menurut golongan agama, jumlah siswa karya seni rupa dua dimensi hasil modifikasi.
beragama Islam adalah 1018 siswa, jumlah siswa Dengan materi pokok yaitu bahan, media, jenis,
beragama Protestan adalah 44 siswa, dan jumlah simbol, fungsi, nilai estetika dan teknik dalam
siswa beragama Katholik adalah 12 siswa. Menurut proses berkarya seni rupa dua dimensi.
usia, siswa usia 14 tahun adalah 56 siswa, siswa usia
15 tahun adalah 361 siswa, siswa usia 16 tahun
adalah 387 siswa, siswa usia 17 tahun adalah 256
siswa, dan siswa usia 18 tahun adalah 14 siswa.

Pembelajaran seni budaya di SMA Negeri

7
RPP disusun berdasarkan kompetensi dasar Pelaksanaan Pembelajaran
yang telah ditetapkan dalam kurikulum. RPP yang Pelaksanaan pembelajaran dapat
memiliki alokasi waktu 6x45 menit ini dibuat meliputi diterapkan dalam pembelajaran yang akan
KI dan KD yang sama dengan silabus, tujuan berlangsung disesuaikan dengan perencanaan
pembelajaran, materi pembelajaran, dan metode yang telah dibuat. RPP yang telah dirancang oleh
pembelajaran Kurikulum 2013. pendidik dapat diterapkan dalam pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam berkarya lukis dengan media gelas kaca.
RPP disesuaikan berdasarkan KD. Pembelajaran ini Pembelajaran berkarya lukis dengan media gelas
memiliki delapan tujuan pembelajaran, yakni (1) kaca dilakukan selama tiga kali pertemuan.
bekerjasama. Konsisten, disiplin, rasa percaya diri, Langkah-langkah pembelajaran meliputi 3 aspek
dan toleransi dalam perbedaan strategi berfikir dalam yaitu pendahuluan, inti dan penutup.
memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan Kegiatan awal/pendahuluan dilakukan
masalah dalam pelajaran, (2) berperilaku jujur, dalam tiga pertemuan sebelum dimulainya
tangguh menghadapi masalah, kritis dan displin pembelajaran atau kegiatan inti. Pada kegiatan
dalam melakukan tugas belajar, (3) Bersikap ini, selama 15 menit guru melakukan orientasi,
tanggung jawab, rasa ingin tahu, jujur dan perilaku apersepsi, motivasi, dan pemberian acuan.
peduli lingkungan dalam belajar, (4) memahami Kegiatan inti memiliki langkah-langkah
bahan- bahan berkarya dalam seni rupa, (5) pembelajaran yang terbagi menjadi lima kegiatan,
memahami media-media berkarya dalam seni rupa, yaitu kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
(6) memahami teknik berkarya dalam seni rupa, (7) menalar dan mengkomunikasikan. Waktu pada
memahami proses berkarya dalam seni rupa, dan (8) kegiatan inti ini adalah kurang lebih 60 menit.
membuat karya seni rupa dua dimensihasil Kegiatan mengamati, guru memberikan
modifikasi. contoh karya berupa contoh lukisan dengan
Materi pembelajaran yang memuat fakta, media gelas kaca. Siswa mengamati contoh
konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan. Materi karya lukisan dengan media gelas kaca yang
pembelajaran yang dipersiapkan guru seni budaya diberikan oleh guru. Contoh lukisan dengan
(rupa) yaitu pengertian karya seni rupa dua dimensi media gelas kaca yang diperlihatkan oleh guru
dan tiga dimensi, prosedur berkarya. merupakan karya lukis kakak kelas atau siswa
tahun lalu.
Metode pembelajaran yang digunakan
Kegiatan menanya, siswa diarahkan guru
pendidik berupa ceramah, demonstrasi, diskusi, dan
untuk bertanya mengenai materi yang akan
praktek, pendekatan pembelajaran berupa
diberikan guru, yakni pengertian karya seni dua
pendekatan Scientific Learning, dan model
dimensi dan tiga dimensi, pengertian seni lukis,
pembelajaran berupa sikap, kelompok, dan mandiri.
jenis-jenis lukisan, pengertian melukis dengan
Kemudian terdapat media, alat, bahan dan sumber
gelas kaca atau glass painting, bahan dan teknik
pembelajaran dalam RPP. Media pembelajaran
pembuatan lukisan. Siswa juga dapat
berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
mengajukan pertanyaan yang belum dipahami
menyampaikan materi berupa worksheet atau
atau untuk mendapatkan informasi tambahan
lembar kerja dan lembar penilaian. Sumber belajar
tentang apa yang telah siswa amati seputar
berupa buku Seni Budaya Siswa Kelas XI, buku
materi.
referensi, sumber internet, pameran karya seni rupa,
Kegiatan mengumpulkan data/
gambar, dan audio-visual.
eksperimen pada pertemuan pertama, guru
memberikan tugas kepada siswa dan membagi
siswa kelas XI MIPA 1 menjadi enam kelompok.

8
Pada pertemuan kedua dan ketiga, siswa berkarya untuk memperbaiki nilainya hingga memperoleh
lukis dengan media gelas kaca di dalam kelas. nilai batas KKM. Termasuk guru seni budaya,
namun dalam pembelajaran kali ini tidak ada
siswa yang memperoleh nilai kurang dari batas
KKM.
Sesuai dengan penilaian kurikulum 2013,
skala penilaian untuk kompetensi pengetahuan
dan kompetensi keterampilan menggunakan
rentang angka dan huruf 4,00 (A) - 1,00 (D).
Menurut Permendikbud no.104 tahun 2014
pada tabel 4.10, menunjukkan bahwa pada
Gambar 1. Siswa mengoles putih telur pada gelas pada penilaian sikap memiliki modus yaitu 1,00 sampai
pertemuan kedua 4,00, dengan predikat K (kurang), C (cukup), B
( Sumber: Foto hasil rekaman peneliti ) (baik), SB (sangat baik). Sedangkan pada
penilaian pengetahuan dan keterampilan memiliki
Kegiatan mengasosiasikan siswa memulai
skor rerata predikat (pada tabel disebut huruf)
diskusi dengan teman kelompoknya dengan arahan
yaitu A, A-, B+, B, B-, C+, C, C-, D+, dan D.
guru. Siswa menggunakan sumber- sumber belajar
Sesuai dengan penilaian evaluasi
yaitu penjelasan dari guru, buku paket Seni Budaya
pengetahuan pada KD.3 tidak terdapat siswa
Kelas XI, internet dan mengolah informasi yang
yang memiliki nilai dibawah KKM atau 76. Nilai
sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan sebelumnya
pengetahuan siswa pada data guru adalah
untuk mendapatkan data berhubungan dengan tugas
47,22% siswa dengan predikat B (baik), 33,33%
yang dibutuhkan. Kemudian, siswa dapat
siswa dengan predikat B+ (baik), dan 19,44%
merangkum data/materi tersebut pada laptop untuk
siswa dengan predikat A- (sangat baik). Maka,
dituangkan dalam beberapa slide pada power point.
rerata evaluasi tersebut memiliki predikat B (baik).
Kegiatan mengkomunikasikan, guru
menunjuk satu kelompok untuk Hasil Karya Siswa Kelas XI MIPA 1 SMA
mempresentasikan hasil diskusinya. Siswa Negeri 2 Pati dalam Berkarya Lukis dengan
menyampaikan hasil diskusi berupa ringkasan Media Gelas Kaca
materi berdasarkan hasil analisis siswa dengan Berdasarkan wawancara dengan guru seni
anggota kelompoknya secara lisan di depan kelas budaya untuk penilaian hasil karya siswa XI MIPA
dengan menggunakan laptop dan LCD. 1 adalah dengan cara menilai tiga indikator yang
Kegiatan penutup digunakan guru untuk telah disesuaikan oleh peneliti. Ketiga indikator
mengakhiri/menutup pembelajaran selama 15 tersebut yakni pengembangan ide, penguasaan
menit. Pada kegiatan ini guru memberikan tugas alat dan bahan, dan kualitas estetik/visual. Sesuai
kepada siswa untuk membawa alat dan bahan dengan ketiga indikator tersebut, guru seni rupa
yang diperlukan pada pertemuan selanjutnya. memberikan skor nilai setiap indikatornya yaitu
skor 10-40 untuk penguasaan ide, skor 10-25
Evaluasi Pembelajaran untuk penguasaan alat dan bahan, dan skor 10-
Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh 35 untuk kualitas estetik/visual. Jumlah total dari
guru dalam mengukur ketercapaian tujuan penskoran adalah 100. Total dari ketiga aspek
pembelajaran yang telah dilakukan, dalam tersebut merupakan nilai karya siswa.
pengukuran ini guru dapat mengetahui siswa Sesuai dengan data yang diperoleh
yang telah memenuhi standar kelususan nilai peneliti, penilaian keterampilan siswa yakni siswa
yang telah ditetapkan. Pencapaian kompetensi dengan predikat A- terdapat 16%, siswa dengan
dasar siswa diukur dengan istilah kriteria predikat B terdapat 30,56%, dan siswa dengan
kelulusan minimal (KKM). Sesuai dengan predikat B+ terdapat 55,56%. Rerata siswa dalam
Program Tahunan (Prota) yang dibuat oleh guru pembelajaran berkarya lukis
seni Budaya KKM pada pembelajaran ini 76 (tujuh dengan media gelas kaca adalah B+.
puluh enam). Guru –guru di SMA Negeri 2 Pati Secara garis besar untuk mendeskripsikan
selalu memberikan kesempatan pada siswa karya siswa kelas XI MIPA 1 terdapat empat indikator
9
yang perlu diketahui yaitu (1) identifikasi tema, (2) satunya lukisan sepasang kekasih dengan pohon
unsur-unsur dari tema yang ditampilkan, (3) bambu, sedangkan kebanyakan siswa Kelas XI
komposisi, dan (4) unsur visual. MIPA 1 melukis pemandangan, tanaman, atau
Sesuai dengan hasil karya siswa Kelas XI tumbuh- tumbuhan.
MIPA 1 dapat diketahui bahwa secara garis besar
tema yang dibuat oleh siswa adalah taman. Total
tema taman pada karya siswa Kelas XI MIPA 1
adalah 55,56%. Tema pada karya lainnya adalah
kartun sebanyak 16,67%, logo/tulisan sebanyak
11,11%, sedangkan tema bentuk geometri,
cipratan air, kupu-kupu, kehidupan laut,
Gambar 3. Hasil karya siswa Nor Laely Qomariah kelas XI
gelembung, sepasang kekasih masing-masing MIPA 1
sebanyak 2,78%. ( Sumber: Foto hasil rekaman peneliti )
Terdapat tiga penilaian predikat pada
penilaian hasil karya siswa yaitu A-, B, dan B+. Hasil karya siswa Nor Laely Qomariah
Peneliti memilih enam karya untuk mewakili setiap dengan lukisan siluet pohonnya mendapat skor
predikat untuk dideskripsikan dan untuk memilih yaitu 88 dengan nilai A- (sangat baik). Ide yang
karya siswa peneliti melakukan pengocokan pada dihadirkan menarik yaitu dengan siluet pohon-
setiap predikat. Hasil dari pengocokan dari pohon yang tinggi dengan banyak dahan tanpa
keenam predikat, peneliti mendapatkan karya daun, objek matahari diatasnya dan ornamen
siswa bernama Isna Nur Aisyiyah dan Nor Laely menyerupai sulur dibagian pangkal gelas. Namun
Qomariah untuk mewakili predikat A- (sangat ide tersebut memiliki kesamaan ide dengan siswa
baik), karya siswa Bayu Angga Ali dan Triska lainnya yang bernama Yuanita Indah P. Maka,
Puspita untuk mewakili predikat B+ (baik), dan guru memutuskan untuk memberikan skor yaitu
karya siswa Erwin W Megantoro dan Ansahul 33 pada penilaian ide karya tersebut.
Abidin untuk mewakili predikat B (baik). Gambar 4. Hasil karya siswa Bayu Angga Ali kelas XI MIPA 1

Gambar 2. Hasil Karya Siswa Isna Nur Aisyiyah kelas


( Sumber: Foto hasil rekaman peneliti )
XI MIPA 1
( Sumber: Foto hasil rekaman peneliti )
Hasil karya siswa bernama Bayu Angga Ali
Berdasarkan hasil karya siswa Kelas XI dengan lukisan “Mario Bros” memiliki skor 83 dengan nilai
MIPA 1 skor terbaik dicapai oleh Isna Nur Aisyiyah B+ (baik). Pemilihan objek pada gelas
yaitu 90 dengan nilai A- (sangat baik). Siswa menjelaskan bahwa siswa tersebut belum dapat
tersebut memiliki skor tertinggi dalam penilaian mengembangkan idenya. Dikarenakan objek
ide/orisinalitas yaitu dengan skor 28. Ide dari yang menyerupai tokoh kartun dan tidak terlihat
siswa tersebut sangat unik dengan melukis siluet perbedaan bentuk maupun ekspresi dari tokoh
sepasang kekasih dibawah pohon bambu dan tersebut.
siluet pohon bambu disisi lainnya. Orisinalitas
pada lukisan tersebut terlihat saat ide siswa yang
murni tanpa meniru ide dari teman lainnya.
Lukisan siswa ini merupakan satu-

10
XI MIPA 1. Maka guru memutuskan untuk
memberikan skor yaitu 35 pada penilaian ide
karya tersebut.

Kendala yang Dihadapi dalam


Berlangsungnya Pembelajaran Berkarya
Gambar 5. Hasil karya siswa Triska Puspita kelas XI MIPA
Lukis dengan Media Gelas Kaca pada Siswa
1 ( Sumber: Foto hasil rekaman peneliti )
SMA Negeri 2 Pati
Hasil karya siswa bernama Triska Puspita
dengan lukisan pohon sakura memiliki skor 85 Pembelajaran berkarya lukis dengan
dengan nilai B+ (baik). Kebanyakan siswa melukis media gelas kaca di Kelas XI MIPA 1 dengan guru
dengan tema pohon, sama dengan siswa bernama seni budaya berjalan dengan baik. Karya siswa
Triska Puspita. Namun, siswa tersebut yang dihasilkan pun memiliki nilai diatas
menambahkan ide tersebut menjadi pohon sakura. KKM.Namun, ternyata siswa memiliki kendala-
Maka, siswa tersebut dinilai telah dapat kendala saat pembelajaran berkarya lukis dengan
mengembangkan idenya dengan baik. media gelas kaca.
Berdasarkan wawancara peneliti kepada
siswa XI MIPA 1 terdapat enam kendala dalam
berkarya lukis dengan media gelas kaca sebagai
berikut:
(1) Proses Pembuatan Sket, berdasarkan
wawancara peneliti dengan siswa Kelas XI MIPA
1 sebanyak 11,36% siswa kesulitan dalam
Gambar 6. Hasil karya siswa Erwin W Megantoro proses pembuatan sket karena dengan
kelas XI MIPA 1 menggunakan gelas kaca siswa tidak bisa
( Sumber: Foto hasil rekaman peneliti ) menggunakan pensil karena permukaan kaca
Nilai terendah diperoleh pada siswa Erwin yang licin.
W Megantoro yaitu 76 dengan nilai B (baik). Siswa (2) Proses Pengolesan Putih Telur,
Erwin W Megantoro terinspirasi dari logo PSHT. berdasarkan wawancara peneliti dengan siswa
Terlihat siswa telah melakukan pengubahan Kelas XI MIPA 1 sebanyak 25% siswa yang
warna dan meminimalis bentuk disesuaikan kesulitan dalam proses pengolesan putih telur
dengan gelas. Maka, dalam penilaian ide, siswa karena gelembung yang muncul menyebabkan
mendapatkan nilai cukup baik. permukaan tidak halus/rata dan akan
Gambar 7. Hasil karya siswa Ansahul Abidin kelas XI menyebabkan kesulitan pada proses
MIPA 1 selanjutnya.
(3) Proses Penentuan Warna,
berdasarkan wawancara peneliti dengan siswa
Kelas XI MIPA 1 sebanyak 6,8% siswa yang
kesulitan dalam proses penentuan warna karena
saat pemolesan putih telur membuat gelembung-
gelembung udara pada permukaan gelas kaca
berdampak pada pemolesan cat poster.
( Sumber: Foto hasil rekaman peneliti ) Sehingga cat poster pada permukaan gelas kaca
terlihat tidak rapi/rata.
Hasil karya siswa Ansahul Abidin dengan
(4) Proses Pengecatan/Melukis,
lukisan bentuk-bentuk geometrinya mendapatkan
berdasarkan wawancara peneliti dengan siswa
skor yaitu 78 dengan nilai B (baik). Ide yang
Kelas XI MIPA 1 sebanyak 38,64% siswa yang
dihadirkan menarik yaitu bentuk-bentuk geometri
kesulitan dalam proses pengecatan/melukis
yang tersusun secara simetri. Ide karya siswa
karena saat mengoleskan cat poster pada gelas
tersebut merupakan satu-satunya ide di kelas kaca tidak mudah karena putih telur yang
11
mengering akan luntur jika cat poster terlalu diukur dengan tiga aspek yakni pengembangan
encer. ide, penguasaan alat dan bahan, dan nilai
(5) Kerapihan, berdasarkan estetik. Sesuai dengan ketiga aspek tersebut
wawancara peneliti dengan siswa Kelas XI MIPA rerata nilai siswa berpredikat baik atau B+ (3,18-
1 sebanyak 13,6% siswa yang kesulitan ketika 3,50).
siswa menginginkan hasil yang rapi pada (3) Kendala yang dihadapi siswa saat
karyanya karena Cat poster yang terlalu encer pembelajaran berkarya lukis dengan media
akan menyebabkan cat keluar dari objek yang gelas kaca terjadi pada proses pembuatan sket,
telah dibuat atau luntur. proses pengolesan putih telur, proses
(6) Waktu Terbatas, berdasarkan penentuan warna, proses pengecatan/melukis,
wawancara peneliti dengan siswa Kelas XI MIPA dan waktu yang terbatas. Kendala-kendala yang
1 sebanyak 4,5% siswa yang memiliki kendala tampak saat pembelajaran tidak menyurutkan
kurangnya waktu yang diberikan guru untuk semangat siswa dalam berkarya lukis dengan
menyelesaikan karyanya. media gelas kaca. Terbukti sebagian besar
siswa dapat mengumpulkan karya tepat waktu.
Membuktikan siswa telah melewati kendala
tersebut dengan baik.
Penutup
Saran
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka saran yang diajukan (1) bagi
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : kepala sekolah, perlu memperhatikan fasilitas
(1) Pembelajaran berkarya lukis mata pelajaran seni rupa, agar pembelajaran
dengan media gelas kaca pada siswa SMA Negeri dapat dilakukan dengan baik, (2) bagi guru perlu
2 Pati dilakukan melalui empat komponen sebagai memotivasi siswa baik secara visual maupun
berikut : (1) Tujuan Pembelajaran berkarya lukis verbal, dan memberikan penjelasan tentang
dengan media gelas kaca disesuaikan dengan kreativitas sehingga ide siswa mampu
RPP yang telah dirancang oleh guru, yakni berkembang dengan baik, (3) perlu lebih
setelah pembelajaran siswa dapat bersikap mendalami kurikulum 2013.
dengan baik dan peduli lingkungan dalam belajar, Daftar Pustaka
memahami proses melukis, dan keterampilan
membuat karya seni lukis dengan media gelas Daryanto, H. M. 2008. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
kaca. (2) Materi pembelajaran memuat fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan. Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas
Materi pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru
Dharmawan. 1987. Pegangan Pendidikan
adalah pengertian karya seni rupa dua dimensi
Seni Rupa I. Bandung: Armico.
dan tiga dimensi, prosedur berkarya seni lukis
Dharsono & Sunarmi. 2007. Estetika Seni Rupa
dengan menggunakan media gelas kaca. (3)
Nusantara. Surakarta: ISI Press Solo.
Strategi Pembelajaran yang digunakan oleh guru
Dharsono. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa
dalam pembelajaran berkarya lukis dengan media
Sains.
gelas kaca adalah pendekatan saintifik. (4)
Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan
Evaluasi Pembelajaran, sesuai dengan penilaian
Membelajarkan. Jakarta: Raja Grafindo
kurikulum 2013, skala penilaian untuk kompetensi
Persada.
pengetahuan dan kompetensi keterampilan
Hamalik, Umar. 2001. Perencanaan Pengajaran
menggunakan rentang angka dan huruf 4,00 (A) -
berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
1,00 (D). Berdasarkan data yang diperoleh
pembelajaran berkarya lukis dengan media gelas Bumi Aksara.
kaca, terbukti nilai rerata siswa berpredikat B Ismiyanto, Pc. S. 2009. GBPP-Silabus, RPP,
(baik). dan Handout: Mata Kuliah Perencanaan
(2) Hasil karya siswa XI MIPA 1 dalam Pembelajaran Seni Rupa. Semarang:
berkarya lukis dengan media gelas kaca Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Seni
12
Rupa Universitas Negeri Semarang. Diktat/ Buku Ajar. Jurusan Seni Rupa
Ismiyanto, Pc. S. 2011. Silabus, SAP, dan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Media Pembelajaran: Mata Kuliah Semarang.
Kurikulum dan Buku Teks Pendidikan Seni Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Yogyakarta
Rupa. Semarang: Fakultas Bahasa dan dan Bali: DictiArt Lab dan Jagad Art Space.
Seni Jurusan Seni Rupa Universitas Syafii. 2006. Konsep dan Model Pembelajaran
Negeri Semarang. Seni Rupa. Semarang: Fakultas Bahasa dan
Kemdikbud. 2014. Peraturan Menteri Seni Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri
Pendidikan Seni Budaya SMA. Jakarta: Semarang.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Syafii. 2010. Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa.
Kurinasih, Imas & Berlin Sani. 2014. Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan
Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Seni Universitas Negeri Semarang. The
Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Liang Gie. 1994. Cara Belajar yang Efisien.
Mariana, Yati. 2006. Melukis di Atas Kaca. Yogyakarta: Liberty.
Jakarta: Dian Rakyat. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Pustaka.
Media. Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan
Moleong, Lexy. 2006. Metodelogi Penelitian Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran:
Rosdakarya. Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Usman, Uzer M dan Setyawati, L. 1993. Upaya
Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Bumi Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Aksara. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sadiman, Arif S, dkk. 1986. Media Pendidikan, Warsita, Bambang. 2008. Teknologi
Pengertian, Pengembangan, dan Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya.
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali. Jakarata: Rineka Cipta.
Sajid, Fahmi. “Pengertian Seni Lukis”. 15 Zais, S Robert. 1976. Curriculum, Principles and
September 2014. http://sma- Foundations. New York: Harper & Row.
senibudaya.blogspot.com/2014/08/peng
erti an-dasar-lukis.html
Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sucitra, I Gede Arya. 2013. Pengetahuan
Bahan Lukisan. Yogyakarta: BP ISI
Yogyakarta.
Sudana, I Nyoman. 1993. Buku Pegangan
Teknologi Pendidikan Pusat Antar
Universitas untuk Peningkatan dan
Pengembangan Aktivitas Insruksional
Universitas Terbuka. Jakarta: Depdikbud
RI. Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyarto, Kristian H. 2000. Kimia Anorganik I.
Yogyakarta:Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu penegtahuan Alam
Universitas Negeri Semarang. Sunaryo,
Aryo. 2010. “Bahan Ajar Seni Rupa”.
13
14

Anda mungkin juga menyukai