Anda di halaman 1dari 102

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu unsur yang ikut menentukan di dalam keberhasilan

pembelajaran seni rupa adalah berkreasi seni kriya. Berbicara tentang seni

kriya, berarti sesuatu yang erat hubungannya dengan keterampilan tangan, atau

kerajinan tangan yang membutuhkan ketelitian untuk setiap detail seni yang

akan dihasilkan. Seni kriya sendiri sudah beragam macamnya, yang mana seni

kriya ini adalah yang akan menjadi cikal bakal lahirnya seni rupa di Indonesia.

Banyak hal- hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru seni rupa agar

siswanya dapat berkreasi seni kriya khususnya seni kriya terapan, sehingga

tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Menganyam adalah salah

satu dari contoh seni rupa khususnya seni kriya terapan. Menganyam

merupakan salah satu kerajinan tangan yang masih banyak dilakukan

di Indonesia khususnya masyarakat di pedesaan. Pembuatan anyaman dalam

masyarakat Indonesia merupakan kegiatan turun temurun, biasanya dengan

menganyam ini mereka membuat berbagai hiasan anyaman seperti hiasan

dinding, alat dapur, tikar, tudung kepala, kipas, maupun dinding yang terbuat

dari anyaman bambu.

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu terkait dengan


2

unsur seni, baik disengaja maupun tidak disengaja. Unsur seni rupa akan

tampak pada barang yang dibuat, baik untuk kebutuhan ritual, kegunaan

praktis, maupun perlengkapan hidup sebagai seni rupa terapan. Kehadiran seni

rupa pada awalnya tidak disengaja, akan tetapi kemudian menjadi kebutuhan

sehari-hari seiring dengan taraf kemajuan peradaban manusia. Bangsa

Indonesia terkenal sebagai bangsa berbudaya dan memiliki berbagai ragam

kesenian yang bernilai tinggi. Sejak zaman nenek moyang hingga sekarang,

budaya bangsa Indonesia tetap dikagumi oleh bangsa-bangsa lain berkat

kejayaan dan kekayaan kesenian yang dimiliki.

Kekayaan seni rupa dapat mendukung perkembangan nilai budaya

nasional. Oleh karena itu, pendidikan seni rupa khususnya pada kriya anyam

ini hendaknya mengacu pada pokok-pokok gagasan, ide dan penggalian serta

pengembangan nilai- nilai budaya Indonesia yang telah lama berakar dan

berbudaya di seluruh Nusantara. Untuk kemudian dapat dipadukan pula dengan

perkembangan zaman.

Seni budaya merupakan salah satu aspek yang tidak akan pernah lepas

dari kehidupan manusia. Manusia bertingkah laku, bersikap, dan berekspresi,

semua tidak lepas dari nilai seni dan budaya, sehingga seni dan budaya penting

untuk diajarkan di Sekolah-sekolah. Seni Budaya khususnya seni rupa

merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA Negeri 2


3

Wawotobi Kabupaten Konawe tempat peneliti mengajar. Seni rupa adalah

salah satu bidang seni budaya yang pada umumnya digemari oleh para siswa

karena melalui pelajaran ini siswa dapat terhibur dan berekspresi sesuai dengan

keinginannya.

Pembelajaran seni budaya khususnya seni rupa di Sekolah menengah

atas, bukan untuk membentuk siswa menjadi seniman, dalam arti siswa tidak

dituntut untuk menguasai keterampilan berkarya sebagai tujuan utama, yang

terpenting adalah siswa dapat merasakan nilai-nilai keunikan yang dimaksud.

keunikan yang dimaksud yaitu keunikan berkarya mencurahkan imajinasi

ke dalam karya seni tersebut. Kegiatan berkarya seni rupa utamanya di seni

kriya anyam adalah salahsatu kegiatan seni rupa yang dapat membina

kemampuan dan nilai-nilai keindahan bagi siswa ditingkat SMA. Kemampuan

inilah yang akan membantu siswa untuk berkreasi seiring dengan

perkembangan usia mereka dalam menjalani proses pembelajaran ditingkat

sekolah menengah atas (Siswandi, 2017: 23).

Kriya anyam termasuk dalam materi pembelajaran seni budaya

khususnya pada materi seni rupa. Bahan baku untuk pembuatan kriya anyaman

dalam pembelajaran ini adalah daun pandan, daun pandan terbagi dua

diantaranya daun pandan yang biasa digunakan sebagai pewangi makanan yang

biasa ditanam dihalaman belakang rumah penduduk dan daun pandan yang
4

hidupnya dihutan.

Anyaman pandan telah banyak berkembang dari hanya sekedar tikar

dan menjadi berbagai macam karya kriya anyam seperti kipas, tempat tisu,

keranjang bahkan tutup kepala atau caping. Seni kriya anyaman termasuk

dalam cabang seni rupa terapan yang materinya diajarkan disekolah khususnya

di SMA Negeri 2 Wawotobi tempat peneliti mengajar mata pelajaran Seni

Budaya.

Seni kriya anyaman sangat berpengaruh pada kehidupan dan

kebudayaan masyarakat pada jaman dulu bahkan sampai saat ini. Kriya

anyaman atau lebih dikenal dengan kerajinan tangan masih menjadi kegiatan

yang menarik untuk dilakukan tidak saja oleh generasi yang sudah lanjut usia

tetapi generasi mudapun dapat melakukan kegiatan menganyam tersebut. Pada

awalnya kriya anyam dibuat hanya untuk memenuhi kebutuhan peralatan hidup

sehari-hari seperti tikar, bakul, keranjang dan lain sebagainya. Seiring dengan

perkembangan zaman, hasil dari kriya anyam ini mulai dikembangkan sesuai

keinginan dan kebutuhan masyarakat bahkan dijadikan sebagai sarana

perlengkapan seni tari dan barang yang dapat diperjual belikan dengan

berbagai manfaat, sesuai jenis hasil kriya anyaman tersebut.

Sulawesi tenggara sebagai salah satu daerah tujuan wisata tentunya

membutuhkan produk seni yang dapat dijadikan sebagai cinderamata atau


5

oleh-oleh bagi pengunjungnya, dengan produk seni kriya tersebut akan

memberikan ciri khas tertentu seperti daerah wisata lainnya yang ada

di Indonesia. Salah satu produk cinderamata khas Sulawesi Tenggara adalah

desain dari produk seni kriya diantaranya berupa kerajinan tenun, kerajinan

kayu ataupun kerajinan yang berupa anyaman.

Pada haikatnya manusia sebagai mahluk mulia diciptakan agar dapat

melindungi dirinya khususnya dalam hal kelangsungan hidupnya terkait

dengan kebutuhan dan materi. Oleh karena itu, manusia meningkatkan

kemampuan budayanya dalam hal kerajinan tangan diantaranya ditandai

dengan karya unik yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Namun usaha

untuk mempertahankannya harus melalui budaya, dan budaya bangsa bukan

hanya dilihat dari segi bahasa tetapi juga dilihat dari hasil karyanya yang

bermanfaat dan bermutu tinggi.

Salah satu unsur yang ikut menentukan di dalam kerberhasilan

pembelajaran seni rupa adalah berkreasi seni rupa kriya terapan. Banyak

hal- hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru seni rupa agar siswanya dapat

berkreasi seni rupa khususnya seni kriya terapan dengan baik, sehingga tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan

pembelajaran seni rupa, siswa diharapkan mampu berkreativitas karya seni

rupa terapan. Pada bidang konsep pendidikan seni siswa diberikan kebebasan
6

dalam berekspresi adalah sebagai cara untuk memberikan peluang kepada

siswa itu sendiri dalam mengembangkan kemampuan dan bakat yang ada pada

diri mereka masing-masing. Gerakan ini bertujuan untuk mendewasakan siswa

bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan tetapi menghendaki agar siswa

belajar dari perbuatan aktif melalui kegiatan praktek karya seni tersebut

(Zulqarnain, 2021: 23).

Mata pelajaran seni budaya ditingkat SMA bertujuan untuk menumbuh

kembangkan kepekaan rasa estetik dan artistik, sikap kritis, apresiatif, dan

kreatif pada diri setiap siswa secara menyeluruh, dimana sikap ini hanya akan

tumbuh jika dilakukan serangkaian proses aktivitas berkesenian pada siswa itu

sendiri. Selain itu pada tingkat SMA/MA/SMK mata pelajaran seni budaya ini

ditujukan untuk menumbuh kembangkan kemampuan menghargai karya seni

dan budaya nasional, maka pada jenjang ini terdapat tiga kompetensi lulusan,

yakni (1) mengespresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya,

(2) mengapresisasi karya seni dan budaya, dan (3) menghasilkan karya kreatif

baik individu maupun kelompok.

Mata pelajaran seni budaya di SMA mencakup empat cabang seni

diantaranya seni rupa, seni tari, seni musik, dan seni teater. Diantara empat

cabang seni tersebut, seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni

dengan media yang langsung ditangkap dengan mata dan dirasakan dengan
7

rabaan tangan serta wujud dari budaya yang berasal dari pemikiran dan

perasaan manusia, dan salah satu kompetensi dasar pada mata pelajaran seni

budaya di kelas XI Sekolah Menengah Atas dibidang seni rupa ini adalah

berkarya seni rupa dua dimensi. Salah satu media pembelajaran seni kriya

yang menarik diajarkan di Sekolah ialah dalam menggunakan media bahan

alam karna alat ini mudah di dapatkan serta mudah menggunakannya untuk

berkarya seni kriya.

Dilihat dari segi hasil alam, maka daerah SMA Negeri 2 Wawotobi

yang tempatnya berada pada Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe, daerah

ini adalah termasuk kategori daerah yang masih memiliki banyak tanaman

pandan, baik pandan wangi maupun pandan berduri atau biasa disebut pandan

hutan. Daun pandan ini dapat ditemukan di belakang halaman atau kebun

warga setempat. Jika ditinjau dari segi minat, maka generasi muda dalam hal

ini siswa SMA Negeri 2 Wawotobi, tidak mempunyai minat untuk menekuni

pembuatan kriya anyam yang berbahan daun pandan ini, selain itu dari pihak

sekolah juga tidak mempunyai kurikulum yang membahas seni rupa terapan

khususnya kriya anyaman berbahan daun pandan tersebut. Sementara salah

satu alternatif yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya yang erat

hubungannya dengan kearifan lokal daerah setempat salah satunya adalah

melalui pembelajaran seni kriya anyam dengan menggunakan bahan yang ada
8

dan tersedia dilingkungan warga setempat.

Alasan secara khusus memilih pembelajaran kriya anyam o boru karena

dalam kurikulum yang diajarkan di sekolah, secara umum membahas masaalah

seni rupa dan tidak ada pembahasan lebih spesifik tentang seni kriya anyam

khususnya anyaman o boru. Anyaman o boru sangat erat kaitannya dengan

kearifan budaya lokal daerah setempat, anyaman o boru digunaan sebagai

properti tari hususnya dalam tari mosowi atau tari panen di daerah tersebut,

selain itu bermanfaat pula bagi petani, di saat musim hujan maupun di saat

musim kemarau untuk melindungi kepala dari hujan dan sinar matahari,

anyaman oboru ini dapat pula menjadi salah satu hasil karya kerajinan tangan

yang dapat dijual dipasaran, sehingga dapat memberikan minat kaum muda

khususnya para siswa di SMA Negeri 2 Wawotobi, untuk melestarikan

kerajinan tangan tersebut, dan menjadikan mereka nantinya menjadi generasi

yang mampu tampil bersaing, menjadi generasi pengrajin secara inovatif,

kreatif dan ramah lingkungan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk

meneliti proses pembelajaran seni kriya anyaman o boru di SMA Negeri 2

Wawotobi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul” Pembelajaran Seni Kriya Anyaman O Boru pada

Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Wawotobi Kabupaten Konawe”.


9

1.2. Rumusan Masaalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masaalah dalam

penelitian dilakukan seperti berikut ini:

1.2.1. Bagaimana proses pembelajaran seni kriya anyam o boru pada siswa

kelas XI SMA Negeri 2 Wawotobi Kabupaten Konawe?

1.2.2. Bagaimana hasil produk pembelajaran seni kriya anyam o boru pada

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Wawotobi Kabupaten Konawe?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masaalah, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian dilakukan seperti berikut ini:

1.3.1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran seni kriya anyam o boru

pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Wawotobi Kabupaten Konawe.

1.3.2. Untuk mendeskripsikan hasil produk pembelajaran seni kriya anyam

oboru pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Wawotobi Kabupaten

Konawe.

Manfaat Penelitian
1.4.

Adapun manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian ini, antara lain:

1.4.1. Manfaat Teoretis


10

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan tentang

pembelajaran seni kriya anyaman o boru

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti

lain dalam hal pembelajaran seni kriya anyaman o boru

1.4.1. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif bagi sekolah dalam pengembangan pembelajaran

seni kriya anyam yang sesuai dengan perkembangan zaman dan

kebutuhan siswa.

b. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan

sebagai salah satu sumbangan pemikiran serta sumber pembelajaran

bagi guru mata pelajaran seni budaya khususnya pada materi seni kriya

anyam

c. Bagi Siswa, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi

kepada siswa tentang manfaat dan pentingnya pembelajaran seni kriya

anyam.
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, yang meliputi guru dan

siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan

pada peserta didik (Ngalimun, 2017: 5). Dengan kata lain, Pembelajaran

merupakan kegiatan terencana yang dilakukan guru sebagai pemberi pengetahuan

dan peserta didik yang menerima pengetahuan, dimana dari proses pembelajaran

ini terjadi interaksi antara guru dan peserta didik. Melalui proses pembelajaran

peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan memiliki perubahan sikap ke

arah yang jauh lebih baik sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam

pembelajaran.

Pada dasarnya dalam proses pendidikan di SD, SMP, SMA maupun

di perguruan tinggi, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama.

Keberhasilan suatu individu dalam pencapaian tujuan pendidikan banyak

bergantung pada bagaimana pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Pembelajaran secara umum menurut Sudjana (2003:1) adalah suatu proses

yang dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada peserta

10
12

didik untuk mencapai hasil belajar. Perubahan sebagai hasil proses belajar

dapat diajukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan

kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan aspek lain yang ada pada

individu yang belajar, sedangkan secara khusus pengertian dalam teori

pembelajaran menurut Sudjana, (2003: 2) dapat diartikan sebagai berikut:

a. Teori Behavioristik mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru

membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan

(stimulus), agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang

diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah

atau reinforsement (penguatan).

b. Teori Kognitif menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan

mempelajari apa yang sedang dipelajari.

c. Teori Gestalt menjelaskan bahwa pembelajaran adalah merupakan usaha guru

untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih

mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola

bermakna).

d. Teori Humanistik menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan

kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara

mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi.

Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajaranya, baik itu
13

guru, teman, alat, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain.

Agar pembelajaran dapat tercapai dan menghasilkan hasil yang baik, maka

memerlukan persiapan proses pembelajaran dengan dimulai dari:

1) Perencanaan Pembelajaran

Pada hakikatnya perencanaan adalah proses kegiatan menyiapkan

keputusan mengenai apa yang diharapkan tercapai (peristiwa, keadaan, suasana,

dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (Sa’ud dan Makmun, 2009: 3).

Lebih lanjut Fakry (dalam Sa’ud dan Makmun, 2009: 4) menyatakan

perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan

yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan

yang yang telah ditentukan.

Abdul Majid (2013: 15) berpendapat bahwa perencanaan adalah menyusun

langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam

jangka waktu tertentu sesuai dengan pembuat perencanaan.

Dalam melaksanakan suatu proses pendidikan diperlukan suatu konsep

manajemen tersendiri agar dalam penerapanya sesuai dengan harapan khususnya

dalam bidang belajar mengajar. Proses pembelajaran yang dilakukan guru di

kelas pada dasarnya tidak dilakukan secara langsung akan tetapi dalam proses

pembelajaran tersebut, guru melakukan kegiatan perencanaan terlebih dahulu

tentang materi atau bahan ajar apa yang akan disampaikan dan seperti apa

kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan. Perencanaan sendiri merupakan suatu


14

proses mempersiapkan serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam

pembelajaran yang akan datang.

Lebih lanjut Rusman (2013: 6) menjabarkan mengenai perencanaan

tersebut sebagai berikut:

(1). Silabus

Abdul Majid (2013: 13) menyatakan bahwa Silabus adalah rancangan

pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang

dan kelas tertentu, sebagai dari hasil seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan

penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan

kebutuhan daerah setempat (Abdul Majid, 2013: 13).

Dalam PP Nomor 58 tahun 2014 kurikulum 2013 tentang Standar Proses

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa “Silabus

sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema

pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator

pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus

dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum 2013.

Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru

secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa

sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat

Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan.


15

(2). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan

prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus (Rusman,

2013: 8).

Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses,

disebutkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan

dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam

upaya mencapai Kompetensi Dasar. Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun

2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum

Pembelajaran, tahapan pertama dalam pembelajaran menurut standar proses

adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan peyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. RPP adalah rencana pembelajaran yang

dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu mengacu

pada silabus. Lebih lanjut, di dalam Panduan Teknis Penyusunan RPP disebutkan

bahwa RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu

pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok

atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan

pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap

pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap

dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,


16

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP

disusun berdasarkan KD atau subtema dan dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal

semester atau awal tahun pelajaran dengan maksud agar RPP telah tersedia

terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Pengembangan RPP dapat

dilakukan oleh guru secara individu maupun berkelompok dalam Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) di suatu kawasan dengan di bawah koordinasi dan

supervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. Kerangka acuan pengembangan

RPP adalah sebagai berikut:

(1) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta

didik dalam upaya mencapai KD.

(2) Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

lengkap dan sistematis.

(3) RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih.

(4) Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang

disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Adapun komponen RPP sesuai standar proses PP No.65 Tahun 2013

antara lain: Identitas sekolah, Identitas mata pelajaran, kelas/Semester, materi

pokok, alokasi wkatu, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indicator

percapaian kompetensi, materi pembeljaran, alokasi waktu, metode


17

pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, Langkah-langkah

pembelajaran dan penilain hasil pembelajaran

2). Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan penerapan dari Rencana

Pembelajaran, yang telah dikembangkan oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran

yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini mempunyai tiga tahapan kegiatan

yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Menurut

(Sudjana, 2010: 136), pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur

sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai

hasil yang diharapkan.

Dalam pelaksanaannya pembelajaran, guru harus melakukan beberapa

tahapan kegiatan. Rusman (2013: 11) menyebutkan kegiatan dalam pelaksanaan

pembelajaran dibagi menjadi beberapa yang meliputi kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut penjabaran dari beberapa kegiatan

tersebut:

Pendahuluan
(1)

a. Orientasi yaitu dengan Memusatkan perhatian peserta didik pada materi

yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik,

memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan

slide animasi, fenomena alam, fenomena sosial, atau lainnya.

b. Apersepsi yaitu dengan cara memberikan persepsi awal kepada peserta

didik tentang materi yang akan diajarkan.


18

c. Motivasi yaitu dengan cara guru memberikan gambaran manfaat

mempelajari materi yang akan diajarkan

2). Kegiatan Inti

a. Mengamati

b. Menanya

c. Menalar

d. Mengkomunikasikan

3). Kegiatan Penutup

a. Penarikan kesimpulan

b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

(refleksi)

c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik

tugas individual maupun kelompok

d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

e. Doa dan salam penutup

3). Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan alat indikator untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan

yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan pembelajaran secara

keseluruhan. Evaluasi bukan hanya sekedar menilai suatu aktivitas secara

spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu

secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas. Menurut
19

Siregar dan Nara (2014: 142) evaluasi pembelajaran adalah suatu proses

menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu

untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut Menurut Rusman (2013: 119) menyatakan

bahwa evaluasi merupakan alat indikator untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan

yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan pembelajaran secara

keseluruhan. Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat dikatakan bahwa

evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan pengawasan, penilaian dan

pengambilan keputusan terhadap hasil pencapaian dari suatu tujuan pendidikan

yang dijalankan.

Kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja

direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut

kemudian dicoba membuat suatu keputusan, Ngalim Purwanto (2013: 3)

Untuk mengukur keberhasilan kegiatan pembelajaran siswa disekolah,

perlu dilakukan penilaian. Proses penilaian terhadap proses dan hasil belajar

dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:

(1) Tes

Tes tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan (baik soal

maupun jawabannya). Dalam menjawab soal, siswa tidak selalu harus

merespons dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik, dan

lain sebagainya (Abdul Majid, 2013: 345). Secara umum tes uraian ini adalah

pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,

menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan benuk lain

yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata


20

atau bahasa sendiri. Bentuk instrumen tes dan penskoran antara lain pilihan

ganda, benar salah, menjodohkan, jawaban singkat atau isian singkat, dan soal

uraian.

(2) Non Tes

Menurut Abdul Majid, (2013) untuk mengetahui kompetensi siswa, guru

dapat melakukan penilaian yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

(a) Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kinerja siswa.,

dilakukan melalui pengamatan. Kinerja yang dapat diamati seperti: bermain

peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi atau deklamsai,

menggunakan peralatan laboratorium, dan lain-lain.

(b) Penilaian Sikap

Penilaian sikap terdiri dari tiga komponen afektif (perasaan), komponen

kognitif (keyakinan), dan komponen konatif (kecenderungan berbuat). Objek

sikap yang perlu dinilai dalam, proses pembelajaran adalah: sikap terhadap

subjek, sikap positif terhadap belajar, sikap positif terhadap diri, sikap terhadap

seseorang yang berbeda. Teknik penilaian sikap dapat berupa observasi perilaku,

pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Observasi perilaku di sekolah dapat

dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian

berkaitan dengan peserta.

(a) Penilaian Proyek

Penilaian proyek adalah penilaian terhadap penilaian suatu tugas yang

harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Penilaian ini dimaksudkan


21

untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu,

kemampuan siswa dalam menginformasikan subjek tertentu secara jelas.

Penilaian dengan cara ini dapat dilakukan terhadap perencanaan, proses selama

mengerjakan tugas, hasil akhir proyek. Dalam penelitian ini guru perlu

menerapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusuan desain,

pengumpulan data, analisis data, kemudian menyiapkan laporan tertulis.

(b). Penilaian Produk

Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa

membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti makanan, pakaian, hasil

karya seni (patung, lukis, gambar), barang-barang yang terbuat dari kayu,

keramik, plastik, dan logam. Pada umumnya pengembangan produk meliputi 3

tahap, dan setiap tahap penilaian (apresial) meliputi penilaian kemampuan

siswa dalam membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria

keindahan.

(c). Penilaian Portopolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang

didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan

kemajuan belajar siswa melalui karya siswa, antara lain karangan, surat,

komposisi, musik, penelitian, dan lain-lain

(d). Penilaian Diri

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik

diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status. Proses dan
22

tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran

tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian,

yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.2. Kurikulum 2013 Mata pelajaran Seni Budaya


1). Kurikulum 2013

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2013

atau K13 adalah kurikulum yang berlaku pada sistem Pendidikan di Indonesia, Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian,

yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku (Sani, 2014 dalam Murfiah, 2017:41)

Menurut Sholeh Hidayat (2013: 113), ”orientasi Kurikulum 2013

adalahterjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap

(attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).” Hal ini, juga

sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam

penjelasan pasal 35: ”kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan

standar nasional yang telah disepakati.” Sejalan pula dengan pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan

”mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.”

Mulyasa (2013) mengemukakan pengertian Kurikulum 2013 yaitu sebagai

kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan suatu konsep kurikulum yang

menekankan pada pengembangan karakter dan kemampuan melakukan

(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya


23

dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi

tertentu.

Tujuan diselenggarakannya Kurikulum 2013 adalah “untuk

mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai

pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara.

(Mulyasa, 2013)

2) Seni Budaya Kurikulum 2013

Mata pelajaran seni budaya khususnya pada kurikulum K-13, dibagi dalam 4 cabang seni yang masing-masing cabang

seni tersebut mempunyai silabus dan pembahasan masing-masing. Mata pelajaran seni adalah mata pelajaran yang lebih

mengedapankan pengalaman emosi, intelektual, fisik, sosial, estetik, artistik dan kreativitas kepada siswa dengan cara melakukan

aktivitas apresiasi dan kreasi terhadap berbagai produk benda disekitar lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal yang

bermanfaat bagi kehidupan manusia, yang mencakup jenis, bentuk, fungsi, manfaat, tema, struktur, sifat, komposisi, bahan baku,

peralatan, dan teknik (Siswandi, 2017: 4). Pada aspek keterampilan melalui kegiatan ekspresi dan kreasi dilakukan dengan

mengimplementasikan karya-karya seni yang bermanfaat dalam kehidupannya di masyarakat, sehingga dapat mengoptimalkan

kreativitas berkarya seni yang inovatif. Pada kurikulum 2013 mata pelajaran Seni Budaya menekankan kepada siswa akan

kepekaan rasa, kreativitas, cita rasa dan estetis, etika, kesadaran kultural dan rasa cinta kepada kebudayaan Indonesia.

Penyelenggaran pendidikan khususnya pada mata pelajaran Seni Budaya dianggap berkualitas ketika seorang siswa

merasa bahwa dari kegiatan-kegiatan seni disekolah ada hasil nyata yang dia peroleh serta mempunyai rincian peningkatan atau

kemajuan yang siswa capai.

Mata pelajaran seni dikurikulum 2013 ini mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan fasilitas kepada

siswa untuk mengemukakan pendapatnya (berkspresi bebas), melatih imajinasi, memberikan pengalaman estetis agar sswa memiliki
24

pengetahuan, pengalaman dan kemauan berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik sebgai dasr berekpresi pada budaya

bangsa.

Berdasarkan buku panduan umum (2013: 4), kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan mempersiapkan insan Indonesia

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Berkaitan dengan tujuan kurikulum

2013, mata pelajaran Seni Budaya diharapkan mampu membantu terlaksananya tujuan dirancangnya kurikulum 2013 tersebut. Mata

pelajaran Seni Budaya merupakan aktivitas belajar yang menampilkan karya seni estetis, artistik, dan kreatif.

Pada kurikulum 2013 untuk pembelajaran seni budaya lebih banyak menekankan pada aktivitas berkarya seni, baik di

sekolah maupun di luar sekolah seperti di sanggar, studio atau tempat lain. Materi muatan lokal pada mata pelajaran Seni Budaya

dapat ditambahkan pada materi yang digali dari kearifan lokal dari daerah setempat dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan

kerja, kebersihan lingkungan, serta pemeliharaan sumber belajar. Pembelajaran sikap dilakukan secara tidak langsung, artinya

penanaman sikap melebur dalam proses pembelajaran pengetahuan dan keterampilan. Dalam pembelajaran berkarya seni, guru

diharapkan dapat berperan secara aktif melakukan aktivitas berkarya bersama-sama siswa.

Tujuan kurikulum 2013 dalam mata pelajaran seni budaya mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap

spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran

intrakurikuler, dan ekstrakurikuler.

3). Seni Kriya kurikulum 2013

Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran seni budaya khususnya pada materi seni kriya menggunakan tiga kerangka tujuan

dan pendekatan yaitu bagaimana mendidik anak melahirkan gagasan untuk seni, bagaimana ekspresi dituangkan dalam kualitas

visual yang menggambarkan gagasan, serta bagaimana menggunakan media untuk menghasilkan kualitas hasil produk yang

dihasilkan. Kompetensi inti (KI-3) dari mata pelajaran seni budaya khususnya pada materi seni rupa kriya yaitu Memahami,

menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang seni, budaya,

dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
25

serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah dan kompetensi inti dari (KI-4) yaitu mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu

menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Seni kriya
2.1.3.
Pengertian Seni kriya
1.

Karya seni rupa 3 dimensi dengan mudah kita temukan dalam

kehidupan sehari – hari salah satunya adalah seni kriya, seni kriya termasuk

dalam seni rupa 3 dimensi yang menggunakan hand skill atau keterampilan

tangan dengan memperhatikan segi kebutuhan fisik, aspek fungsional dan nilai

estetika/keindahan. Seni kriya merupakan istilah yang dipopulerkan untuk

menggantikan kata kerajinan atau seni kerajinan yang dianggap tidak sesuai

lagi. Dalam membuat karya seni kriya (craft) sangat dituntut kemampuan kriya

(craftsmanship) yang tinggi, seperti mengukir, membatik, menganyam,

menggambar, melukis, membuat patung, menenun, membentuk, menyulam,

menempa atau mengecor.

Seni kriya adalah karya seni yang dikerjakan dengan sentuhan tangan

serta memiliki tingkat keteletian dan kerajinan yang tinggi. Karya seni kriya

disebut juga benda kerajinan dan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok,

diantaranya benda kerajinan yang dibuat untuk keindahan dan benda kerajinan
26

yang dipakai dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kriya bermula

dari kegiatan yang berasal dari dorongan naluri manusia untuk memiliki alat

dan barang. Benda-benda tersebut di butuhkan untuk keperluan hidupnya

berupa barang-barang perlengkapan untuk keperluan praktis sehari-hari seperti

alat-alat rumah tangga atau untuk keperluan peribadatan.

Kriya secara harfiah berati kerajinan atau dalam Bahasa inggris disebut

craft, istilah seni kriya ini berasal dari kata kriya (Bahasa Sansekerta) yang

berarti “mengerjakan”, dari dasar kata tersebut selanjutnya berubah menjadi

kata kriya, (Mike Susanto, 2011: 231). Seni kriya adalah cabang dari seni rupa

yang sangat memerlukan keahlian kekriyaan (craftmanship) yang tinggi seperti

ukir, keramik, anyaman dan sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2001: 601) “Kriya adalah pekerjaan (kerajinan) tangan’’. Menurut

Ali Sulchan (2011: 20) kriya memiliki nilai artistik hasil keterampilan tangan

manusia, kegiatan tersebut umumnya diproses dan terinspirasi atas kekayaan

hasil seni budaya bangsa (kearifan lokal). Sebagai sebuah karakter budaya

bangsa yang juga menggali sumber daya alam yang dipadu dengan sumber

daya manusia maka seni kriya memiliki aspek etnisitas yang mampu

memberikan nilai manfaat dan karakter bangsa. Berdasarkan beberapa

pendapat yang dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa seni kriya adalah
27

kerajinan tangan yang mengutamakan aspek kegunaan dan disamping itu juga

tidak melupakan unsur keindahan.

Di Indonesia, tradisi seni kriya sudah ada sejak zaman prasejarah. Sifat

tradisionalnya merupakan warisan turun temurun untuk melestarikan khazanah

bangsa yang tidak ternilai. Setiap etnik atau suku bangsa di Nusantara

memiliki seni kriya yang menampilkan identitas budaya yang unik di setiap

daerah. Indonesia memiliki banyak ragam karya seni kriya. Hampir di setiap

daerah di Indonesia memiliki ragam seni kriya, meski demikian teknik

pembuatannya bermacam-macam, seperti teknik anyam, teknik batik, teknik

sulam dan teknik tenun. Seni kriya merupakan hasil kreasi individu seseorang

atau kerja sama beberapa kriyawan. Karya seni tersebut mengandung tema

atau memuat beragam symbol atau lambing yang menjadi sermin diri dan

lingkungan tempat kriya tersebut berkembang. Alam pikiran, agama, profesi,

kepercayaan, lingkungan hidup dan adat istiadat mempengaruhi terciptanya

simbol tertentu yang dipahami maknanya.

Karya seni kriya termasuk sebagai karya seni rupa terapan Nusantara.

Kebanyakan kriya digunakan sebagai dekorasi, benda terapan siap pakai

seperti furniture, kemudian benda mainan dan termasuk juga boneka. Kriya

juga memiliki beragam jenis seperti seni kriya kayu, tekstil, keramik, logam,

kulit dan batu.


28

Secara ilmiah seni kriya adalah bidang keilmuan yang mempelajari

pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas berkarya rupa, yang bertolak dari

pendekatan medium, kepekaan estetik, kebutuhan keseharian dan

mengandalkan keterampilan manual, dengan kata lain seni kriya menghasilkan

barang ekonomi yang mengandalkan keterampilan dan kekreatifan pelaku

industrinya.

Karya seni kriya ada yang memiliki nilai guna praktis dan ada pula

yang memiliki nilai guna hias. Karya seni kriya yang termasuk karya seni rupa

terapan, yaitu karya seni rupa yang lebih memperhatikan nilai guna praktis

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Fungsi seni kriya sangat penting bagi

masyarakat dan negara karena sektor penjualan seni kriya dapat meningkatkan

devisa. Merancang sebuah karya seni kriya tidak sekedar mengekspresikan

idea tau gagasan ke dalam bentuk karya, teteapi banyak aspek yang harus

dipertimbangkan, misalnya aspek fungsi, bentuk, teknik, dan corak. Membuat

karya seni termasuk karya seni kriya, perlu mempertimbangkan beberapa

aspek, yaitu aspek fungsi, aspek bahan, aspek bentuk, aspek keindahan atau

estetika, aspek keamanan dan aspek kenyamanan. Ada beberapa langkah-

langkah dalam pembuatan karya seni kriya terapan, yaitu yang pertama

membuat rancangan gambar kerja, kedua menghitung biaya produksi, ketiga

persiapan bahan dan alat, keempat pembuatan karya sesuai rancangan dan
29

terakhir finishing atau tahap akhir. Ada bermacam-macam karya seni kriya,

antara lain: kriya kayu, kriya kulit (tatah sungging), kriya logam, batik dan

anyaman. Karya kriya terapan berupa benda-benda pakai yang dibuat dengan

mengandalkan keterampilan tangan, seperti kipas yang terbuat dari anyaman

bambu, kursi rotan, benda-benda gerabah yang terbuat dari tanah liat, dan lain

sebagainya.

Seni kriya adalah seni yang dihasilkan oleh orang yang bekerja atas

keterampilan tangan. Seni tersebut memiliki bentuk yang sederhana namun

menarik perhatian umum dan mampu menyiratkan nilai-nilai sosial dan

kepribadian, bahkan dapat pula menjadi simbol kepercayaan yang mengandung

pesan-pesan yang sangat kompleks. Unsur yang paling mendasar dalam seni

kriya adalah bahan, alat dan teknik pembuatan, yang mana dengan unsur

tersebut dapat menciptakan karya-karya indah dan mempunyai nilai

(Nurwahida, 1991: 2).

Agus Sachari (2003: 8) mendefinisikan secara jelas bahwa seni kriya

adalah kegiatan kerajinan tangan dalam mengubah bahan mentah dengan

keterampilan yang dapat dipelajari sehingga menjadi produk yang dapat

dijadikan sebagai hiasan maupun benda pakai.

2. Fungsi Seni Kriya


30

Secara umum hasil karya seni kriya yang ada dipasaran sekarang ini

memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Hiasan (dekorasi)

Banyak produk seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan. Seni kriya

jenis ini lebih menonjolkan segi rupa daripada segi fungsinya sehingga

bentuk bentuknya mengalami pengembangan. Misalnya, karya seni ukir,

hiasan dinding, cinderamata, patung, dan lain-lain.

2. Benda Terapan (Siap Pakai)

Seni kriya yang sebenarnya adalah seni kriya yang tetap mengutamakan

fungsinya. Seni kriya jenis ini mempunyai fungsi sebagai benda yang siap

pakai, bersifat nyaman, namun tidak kehilangan unsur keindahannya.

Misalnya, senjata, keramik, furnitur, dan lain-lain.

3. Benda Mainan

Di lingkungan sekitar sering kita jumpai produk seni kriya yang fungsinya

sebagai alat permainan. Jenis produk seni kriya seperti ini biasanya

berbentuk sederhana, bahan yang digunakan relatif mudah didapat dan

dikerjakan, dan harganya juga relatif murah. Misalnya, boneka, dakon, dan

kipas kertas.

Penciptaan seni kerajinan menampakkan kegiatan menghasilkan barang

yang inovatif. Hal ini dapat dilihat dengan beragamnya karya yang diciptakan

sesuai dengan permintaan konsumen. Karena permintaan pasar yang memesan

dalam skala besar, maka proses penciptaan karya dibutuhkan alat-alat modern
31

yang lebih efektif dan menghasilkan produksi yang mempunyai kualitas dan

kuantitas yang baik. Seni kerajinan diciptakan untuk memudahkan kegiatan

dalam memenuhi kebutuhan.

Seni kerajinan erat hubungannya dengan sumber daya alam

dilingkungan tempat manusia menjalani kehidupannya. Penciptaan karya

kerajinan berawal dari kebutuhan manusia untuk membuat alat yang

diperlukan untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Dengan perkembangan

sosial kemudian terjadilah hubungan dengan kelompok manusia lain dan

menghasilkan hubungan ekonomis melalui pertukaran barang atau benda yang

diperlukan. Dengan terus majunya perkembangan zaman kini kerajinan mampu

menjadi barang produksi dalam bidang industry kreatif., Dalam pembuatan

kerajinan tidak lepas dari media baik bahan maupun alat.

4. Jenis Seni Kriya

Jenis karya seni kriya yang dihasilkan oleh para kriyawan memang

sangat banyak. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan karya juga

semakin beragam. Pemilihan bahan material dalam pembuatan seni kriya

memang sangat penting, karena material akan mendukung nilai bentuk dan

kenyamanan. Bastomi (2003: 95-96) menjelaskan jenis bahan yang digunakan

dalam berkarya kerajinan dibagi empat jenis :

1) Bahan dasar atau bahan mentah yang umumnya berasal dari alam;
32

2) Bahan masak atau bahan dasar yang telah diproses, dimasak dan diolah

namun nilai aslinya masih terasa, seperti emas dan perak;

3) Bahan sintesis atau bahan yang berasal dari beberapa bahan alami yang

diolah melalui proses kimia seperti plastik dan nilon;

4) Bahan limbah atau bahan yang tidak memiliki nilai guna.

Berdasarkan bahan yang digunakan, ada beberapa jenis seni kriya yang

sudah banyak dihasilkan dipasaran antara lain:

1) Kriya tekstil merupakan kerajinan yang dibuat dari berbagai jenis kain

yang dibuat dengan cara ditenun, diikat, dipres dan berbagai cara lain

yang dikenal dalam pembuatan kaain. Contohnya: batik, pakaian dan

lain-lain.

2) Kriya kulit adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit

yang sudah melalui proses tertentu, contohnya: tas, sesuatu, wayang.

3) Kriya kayu merupakan kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu

yang diproses dengan bantuan peralatan khusus seperti tatah ukur.

Contohnya: meber, ukiran.

4) Kriya logam ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti

emas, perak dan besi.

5) Kriya keramik adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari

tanah liat melalui proses pembuatan dengan teknik tertentu untuk


33

menghasilkan benda pakai dan benda hias yang dapat dinikmati

keindahannya. Contohnya: guci, vas bunga, piring, dan lain-lain.

6) Kriya anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan,

bambu, daun pandan dan lain-lain. Contohnya: dompet, keranjang,

caping dan lain-lain.

Pemilihan bahan yang tepat untuk di anyam dan pemilihan bahan untuk

berkarya kerajinan anyaman perlu memperhatikan fungsi dan keindahan benda

yang akan dibuat. Dalam pemilihan bahan yang tidak tepat dapat menyebabkan

benda anyaman mudah rusak. adapun bahan yang tepat untuk dijadikan

anyaman yaitu:

1) Daun pandan

2) Rotan

3) Bambu

4) Janur

5) Daun Lontar

6) Kertas

7) Kulit Kambing

8) Mending

9) Enceng Gondok
34

10) Daun Pisang

5. Teknik seni kriya

Dalam membuat karya seni kriya membutuhkan teknik-teknik

pembuatan sehingga hasil yang dapat mendapatkan hasil yang diharapkan, dan

tentunya berkualitas bagus, adapun teknik-teknik yang biasa digunakan antara

lain:

1) Teknik Pahat/Ukir

Teknik pahat adalah teknik yang membuat karya seni dengan

membuang bahan-bahan yang tidak digunakan. Penerapan Teknik ini

dilakukan dengan menggunakan bahan atau media yang akan dibentuk. Bali

merupakan daerah yang paling banyak menggunakan seni kriya pahat seperti

patung, arca yang menggunakan bahan baku batu andesit. Seni Kriya selain

menggunakan batu, biasa juga menggunakan logam, tulang, kayu bahkan

sampai kulit hewan sebagai bahan dasar.

Gambar. 2.1 (Teknik Pahat Ukir)

2) Teknik Butsir
35

Teknik butsir adalah Teknik untuk membuat karya seni rupa 3 dimensi

dari bahan-bahan yang lunak, Teknik butsir menambah dan mengurangi

objek, dengan menjadikan bahan utamanya tanah liat, lilin, sabun, gypsum

dan sejenisnya yang bersifat lunak. Teknik ini banyak digu akan pada

pembuatan patung karena dianggap mudah untuk memberikan pahatan dan

ukiran yang bagus.

Butsir adalah alat bantu yang terbuat dari kayu dan kawat untuk

membuat patung. Butsir terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda.

Kelebihan teknik butsir adalah bahannya mudah dibentuk, sedangkan

kekurangannya adalah hanya dapat digunakan dengan menggunakan bahan

Dasar yang lunak.

Gambar 2..2. : Teknik butsir dengan bahan tanah liat.


36

3). Teknik Batik

Pembuatan kain batik menggunakan teknik cap,tulis, dan lukis. Orang

Indonesia biasa menggunakan teknik batik tulis dalam membantik. Keragaman

batik tidak hanya ada di pulau Jawa, melainkan terdapat pula di pulau

Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Batik memiliki banyak corak yang

beraneka ragam di setiap daerah, namun pada umumnya batik Jawa bergaya

natural, batik Sumatra bergaya merah megah

Gambar 2.3. Teknik batik pada bahan kayu (topeng)


Sumber : https// gambarbagus.com

4). Teknik Tenun

Indonesia kaya akan keragaman dan corak dalam menghasilkan kain

tenun. Tenun itu terdiri dari dua jenis yaitu songket dan ikat. Perbedaan tenun

ini terdapat pada cara pembuatan dan bahannya. Tenun songket dibuat dengan

benang perak, emas dan sutra. Aceh, Sulawesi Tenggara, Bali, Sumatra, Nusa

Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara


37

terkenal dengan pengahasil tenun ikat terbesar di Inonesia. dan daerah

penghasil songket yang terkenal itu ada di Sumatra Barat, Aceh, Riau, Sumatra

Utara, Lombok, Palembang, Nusa Tenggara Barat dan Maluku. Pengerjaan

menggunakan teknik tenun biasanya memakan waktu 2-3 bulan.

Gambar 2.4. Proses pembuatan kain tenun


jenis songket. Sumber : https// hamas.com

5). Teknik Anyaman

Anyaman adalah teknik membuat karya seni rupa yang dilakukan

dengan cara menumpang tindihkan (menyilangkan) bahan anyam yang

berupa lungsi dan pakan dengan pola yang sudah ditentukan. Bahan-bahan

untuk membuat kriya dengan teknik anyaman adalah rotan, bambu, pandan,

lontar, mendong, enceng gondok, kertas, plastic dan tali. Pusat kerajinan

anyaman di Indonesia ada di Bali, Sulawesi, Tasikmalaya, Kalimantan dan

Papua.
38

Gambar 2.5. Teknik anyam dengan bahan bambu


Sumber : https// akurat.com / www.google.com/url?sa=

6. Makna Tersirat Seni Kriya

Kategori produk seni kriya berdasarkan makna yang tersirat, diantaranya :

1) Bermakna budaya, ialah barang-barang yang dibuat sebagai simbol suatu

budaya, misalnya, keris, samurai, pakaian adatdan barang perabotan

rumah tangga.

2) Bermakna keagamaan dan kepercayaan, yaitu barang-barang yang

berbentuk topeng, arca, perahu dengan menggunakan material atau

medium yang mempunyai nilai spiritual dan berkualitas metafisis.

3) Bermakna adat istiadat setempat, barang-barang terapan yang dibuat oleh

kriyawan mempunyai nilai guna praktis yang bersifat universal, namun dapat

diverifikasi, bahkan diinovasi menjadi unik sesuai dengan kekhasan tradisi

setempat.

4) Bermakna ekonomi, yang mengarah pada industri barang-barang dibuat

dengan tujuan untul jual belikan. Misalnya peralatan rumah tangga dari rotan,

bambu, perlengkapan interior dan busana.

2.1.4. Anyaman
39

1). Pengertian Anyaman

Anyam atau anyaman merupakan salah satu kegiatan turun temurun dari

nenek moyang bangsa Indoneisa. Anyaman adalah suatu cabang kerajinan yang

telah sangat tua usianya. Anyaman atau sering disebut menganyam merupakan

teknik pembuatan kerajinan tangan dalam suatu kegiatan menjalin bahan yang

berbentuk pita sehingga satu sama lainnya saling kuat-menguatkan dan karena

tekniknya timbullah motif yang berulang. Motif anyaman dapat ditimbulkan oleh

teknik menganyam dan juga oleh adanya perbedaan jenis, perbedaan ukuran, dan

perbedaan warna bahan yang dianyamkan. (Oho Garha, 1990: 3).

Menurut Purnomo dan Purwadi (2009: 37), menganyam adalah suatu

pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan keterampilan, maka harus dilakukan

dengan penuh kesabaran. Menganyam menurut mutmainnah ( 2017: 10) adalah

usaha atau kegiatan keterampilan masyarakat dalam pembuatan barang dengan

menjalin pita atau daun anyaman yang disusupkan berdasarkan lungsi dan pakan,

dilakukan dengan penuh ketelitian, kerapian dan kesabaran. Anyaman adalah

salah satu bentuk kebudayaan yang merupakan hasil aktivitas dan kreativitas seni

dan budaya suatu masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun dari satu

generasi ke generasi berikutnya, dengan kebudayaan yang diciptakan manusia

tersebut, menjadi alat bantu dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh anggota

masyarakat pendukung kebudayaan. Berdasarkan dari beberapa pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa kerajinan anyaman adalah suatu kegiatan untuk

menciptakan sebuah karya kerajinan atas dasar keterampilan dan kecakapan

sehingga dapat menghasilkan benda–benda melalui proses atau teknik anyaman


40

khususnya. Beberapa teknik dan motif kerajinan anyaman menurut Oho Garha

(1990: 27) diantaranya adalah:

a. Teknik anyaman tegak.

Anyaman tegak ialah anyaman yang letak lungsi dan pakannya saling tegak

lurus. Lungsi tegak lurus terhadap penganyam sedangkan pakannya sejajar

terhadap terhadap penganyam.

Gambar 1. Teknik anyaman tegak


(Sumber : Taufik Rahmat)

b. Teknik anyaman serong

Anyaman serong adalah nyaman yang letak fungsi dan pakannya

saling tegak lurus tetapi keduanya terletak menyimpang 45o ke kiri

dan ke kanan terhadap si penganyam.

Gambar 2. Teknik anyaman Serong


41

(Sumber : Taufik Rahmat)


c. Teknik Anyaman Kombinasi.

Anyaman kombinasi ialah perpaduan antara anyaman tegak dan

serong serta anyaman lainnya.

Gambar 3. Teknik ayaman kombinasi


(Sumber : Taufik Rahmat)

d. Teknik anyaman melingkar.

Anyaman melingkar ialah anyaman yang lungsinya merupakan jari-jari

dan pakannya melingkar dari pusat ke arah luar.

Gambar 4. Teknik anyaman melingkar


(Sumber : Taufik Rahmat)

2). Motif anyaman

a. Anyaman dasar, yang dimaksud dengan anyaman dasar ialah suatu

teknik menganyam yang motifnya timbul karena teknik jalinannya


42

berselang satu.

Gambar 6. Anyaman dasar


(Sumber: Taufik Rahmat)

b. Anyaman selang dua, jika anyaman dasar digunakan untuk menganyam

bahan anyaman atau pita-pita anyaman yang kaku atau cukup tebal, tidak

mungkin dihasilkan hasil anyaman yang kerap dan padat. Oleh karena itu

barang anyaman yang terbuat dari bambu umumnya dibuat dengan teknik

anyaman berselang dua, kecuali yang dihasilkan anyaman jarang. Anyaman

berselang dua memungkinkan menganyam bahan yang tebal dan kaku

menjadi jenis anyaman yang kerap atau rapat. Diagram dibawah ini dapat

mempermudah penguasaan teknis kita bila akan menganyam dengan teknik

anyaman berselang dua.


43

Gambar 8. Anyaman selang dua


(Sumber: Taufik Rahmat)

c. Anyaman berdasar segi delapan beraturan, jenis anyaman ini pada mulanya

di dasarkan atas anyaman dasar yang paling sederhana. Kemudian jarak

antara pita-pita yang dianyamkan diperbesar kemudian disisipkan anyaman

dasar lagi yang pita-pitanya membentuk sudut 45 o dengan pita-pita

anyaman yang pertama. Dengan demikian terjadilah anyaman segi delapan

beraturan.

Gambar 9. Anyaman bersegi delapan beraturan


(Sumber: Taufik Rahmat)

d. Anyaman tiga sumbu dan bersegi enam beraturana nyam tiga sumbu, adalah

teknik menganyam dengan menyilangkan pita anyaman sehingga membentuk

segi tiga sama sisi, memberi peluang atau kemungkinan untuk menghasilkan

anyam silang pita sumbu jarang dan anyam pita sumbu rapat. Anyam tiga
44

sumbu dapat dikembangkan menjadi anyam pola lubang heksagonal atau

anyaman segi enam. Anyam pita sumbu jarang termasuk anyam yang

menghasilkan anyaman yang berlubang-lubang dapat dikembangkan lebih

jauh untuk membuat benda seperti lampu hias, keranjang dan sebagainya.

Gambar 10. Anyaman tiga sumbu


(Sumber :TaufikRohmat)

Gambar 11. Anyaman segi enam beraturan


(Sumber: Taufik Rahmat)

Anyaman O Boru
2.1.5.

Menganyam dalam bahasa tolaki disebut dengan Moana. Keterampilan

menganyam atau moana pada suku tolaki, merupakan hasil kreatifitas dalam

memanfaatkan sumber daya alam disekitar lingkungan maupun di dalam hutan,


45

yang di bentuk dalam kearifan lokal. Hasil anyaman (moana) suku tolaki

menghasilkan banyak macam produk, seperti tikar (ambahi), tempat barang

(obaki), tempat pinang (balase), tempat sayur (lepa-lepa/pondine), keranjang

(ogangga), dinding bambu (salabi) dan (oboru) tutup kepala. Bahan yang

digunakan dalam kegiatan menganyam (moana) dihasilkan dari alam, seperti

anggrek hutan (sorume), Pandan hutan (onaha nggasu/ onaha iwoi), daun agel

(olanu) serta kolosua.

O boru (tudung kepala atau caping) adalah salah satu dari sekian hasil

anyaman dari daerah suku tolaki khususnya daerah kabupaten konawe,

anyaman ini digunakan untuk melindungi kepala dari hujan dan sinar matahari.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan o boru (tutup kepala) adalah daun

pandan hutan yang hidup di alam secara bebas. O boru adalah sejenis topi

lebar berbentuk kerucut di atasnya yang umumnya pada masyarakat daerah

tolaki terbuat dari anyaman pandan. Satu buah o boru ada yang dilengkapi

dengan tali dagu ada juga yang tidak dilengkapi dengan tali, yang mana tali ini

berfungsi untuk menjaga keseimbangan dari o boru tersebut. Selain bentuknya

yang khas o boru juga mempunyai kelebihan dibanding topi biasa yaitu dapat

menahan panas terik matahari saat cuaca panas (kepala dan leher) dan dapat

menghalau air hujan saat hujan. O boru biasanya dipakai oleh para petani

ketika sedang bekerja di sawah, meskipun ada juga dari golongan bukan petani
46

yang menggunakannya, bahkan ada juga yang menggunakannya sebagai

penutup kepala orang-orangan disawah agar hama/hewan khususnya burung

pemakan padi tidak mendekat. O boru (tolaki) biasa pula disebut caping atau

tudung kepala, o boru biasanya dipakai para petani saat bekerja di sawah, baik

pada saat mengolah tanah, menebar bibit, menanam, menyiangi, maupun saat

panen, bahkan tidak menutup kemungkinan digunakan juga saat mencari kayu

bakar, rumput, atau jamur di pinggir hutan. Selain itu bermanfaat pula untuk

melindungi kepala dari serangan atau gangguan hewan liar yang banyak

terdapat di ladang dan hutan, seperti lebah dan ular, saat mereka merasa terusik

kehadiran para petani.

Anyaman O boru ini, adalah salah satu bagian dari kebudayaan

masyarakat tolaki, bahkan oboru ini adalah termasuk sebagai perlengkapan

bagi penari khususnya tari panen atau tari motasu. Di Sulawesi Tenggara

khususnya daerah Kabupaten Konawe Kecamatan wawotobi desa Lamelai,

kukuluri, anggotoa dan Analahumbuti, sebagian kecil dari penduduknya

bermata pencaharian sebagai pengrajin anyaman dari daun pandan, khususnya

anyaman o boru ini.

Dewasa ini, anyaman oboru atau caping tidak hanya menggunakan

bahan dari daun pandan bahkan sebagian pengrajin di daerah lain

menggunakan bahan dari irisan tipis ruas bambu. Bentuk o boru atau caping
47

melebar dengan lingkaran antara 40 - 60 cm serta ujungnya ada yang runcing

dan ada pula yang tumpul, tergantung ide maupun kreatifitas

pembuatnya/pengrajinnya.

Selain berbahan dasar daun pandan hutan para pengrajin o boru telah

beralih dari menggunakan cat warnah pada pinggaran anyaman o boru, kini sudah

ada pula yang mengunakan sampah plastik rumah tangga (pembungkus mie,

permen, dan kulit makanan ringan lainnya) sebagai pengganti cat warna pada

bagian lingkaran sebagai pemanis o boru atau topi caping tersebut.

Dewasa ini, O boru tidak hanya digunakan di Sebagian daerah

di Indonesia tetapi juga digunakan di Asia Tenggara serta Asia Timur terutama

di Tiongkok, Korea, Vietnam, Jepang dan sebagainya.

Gambar .12. Hasil karya produk pandan dengan bentuk oboru (tutup Kepala)
(Sumber: Leni Rahman)
48

Gambar .13. Hasil karya produk pandan dengan bentuk oboru

(Sumber: Leni Rahman)


2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang saya lakukan antara

lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Halmina Ruslim (2020) dengan judul

Pembelajaran Seni Kriya Anyam Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1

Besulutu Kabupaten Konawe. Karya Halmina Ruslin, bertujuan untuk


49

mendeskripsikan dan menganalisis proses perencanaan pembelajaran, proses

pelaksanaan pembelajaran dan proses evaluasi pembelajaran. Hasil akhir

dari penelitian Halmina Ruslim menunjukan bahwa, proses perencaan,

pelaksaan dan evaluasi pembelajaran kriya diperlukan dalam proses

pembelajaran oleh guru di dalam kelas. Hasil penelitian yang telah

dilakukan tersebut yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian Helmina membahas tentang bahan, alat, proses, motif dan

jenis. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

terdapat pada pembelajaran kriya anyaman berbahan daun pandan.

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat

pada hasil produk yang dibuat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sitti Hajmalaila (2018) yang berjudul

Peningkatan Karakter Kreatif Dan Karakter Peduli Lingkungan Dalam

Pembelajaran Seni Kriya Anyaman Dengan Menggunakan Bahan Plastik

Bekas Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Kendari. Hasil penelitian ini

menunjukkan peningkatan karakter serta peduli lingkungan dari proses

pembelajaran kriya anyaman pada siswa kelas X SMA Negeri 3 kendari.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat pada

Pembelajaran seni kriya anyaman. Perbedaannya terdapat pada bahan yang

digunakan dan hasil akhir atau produknya.


50

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rusna Rumonin (2020) yang berjudul

Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya Materi Pembuatan Kriya Anyam

Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bau-Bau. Hasil penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hasil pembelajaran seni kriya anyam di SMA Negeri 4

Baubau. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusna Rumonin,

menunjukkan bahwa Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya Materi

Pembuatan Kriya Anyam berhasil. Persamaan dalam penelitian ini dan

penelitian sebelumnya terdapat pada karya seni kriya/kerajinan anyaman,

sedang perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari

hasil produk yang dihasilkan.

2.3. Kerangka Pikir

Mata Pelajaran Seni Budaya merupakan aktivitas belajar yang

menampilkan karya seni estetis, artistik, dan kreatif yang berakar pada norma,

nilai, perilaku, dan produk seni budaya bangsa. Mata pelajaran ini bertujuan

mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami seni dalam konteks ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni serta berperan dalam perkembangan sejarah

peradaban dan kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional,

maupun global. Pembelajaran seni di tingkat pendidikan dasar dan menengah

bertujuan mengembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum,

baik dalam domain konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan-


51

tujuan psikologis-edukatif untuk pengembangan kepribadian siswa secara

positif. Pendidikan Seni Budaya di sekolah tidak semata-mata dimaksudkan

untuk membentuk peserta didik menjadi perilaku seni atau seniman namun

lebih menitik beratkan pada sikap dan perilaku kreatif, etis dan estetis.

Dalam pelaksanaan pembelajaran seni budaya perlu memahami

kurikulum yang ditetapkan jika tidak sesuai dengan kondisi di lapangan atau

dengan kata lain perencanaan, pelaksanaan kurikulum perlu menyesuaikan

kearifan lokal budaya setempat.

Pembelajaran seni kriya anyaman pada hakikatnya adalah suatu proses

kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai pembelajaran yang

dimaksud berkaitan dengan pengembangan imajinasi, intuisi, pikiran,

kreatifitas dan kepekaan rasa dan bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya.

Seni kriya anyaman dalam pendidikan merupakan besik yang dapat

mengubah emosional individu, menumbuhkan kreatifitas, membuka peluang

untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat sebagai tempat tumbuh

kembangnya seni kriya yang berkaitan erat dengan kecerdasan emosional.

Artinya pelaku-pelaku seni merupakan sumber literatur untuk membentuk

karaktek di dunia pendidikan khususnya pada para siswa, misalnya dengan

menjadikan seni kriya anyam berkaitan dengan pembelajaran muatan lokal

di sekolah, maka kehalusan sikap, saling menghargai, dan menyayangi.


52

Dengan perantara seni kriya, dapat merangsang siswa untuk mempelajari,

mempertahankan, mengembangkan, sehingga secara tidak langsung seni kriya

dapat menumbukan kepekaan sikap apresiatif, kreatif dan produktif.

Dewasa ini, peran pembelajaran seni kriya belum menyentuh pada

tingkat esensinya yakni kepekaan cita rasa dan kehalusan pekerti. Hal ini

menunjukkan seni budaya tumbuh agar mampu memicu semangat dan daya

nalar siswa untuk kreatif dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Asumsi

yang muncul berkaitan dengan hal tersebut ialah, bahwa ada sesuatu yang

kurang dalam pelaksanaan pembelajaran seni budaya selama ini. Oleh karena

itu, semua pihak yang terkait perlu lebih cermat mendalami substansi dan

konteks pembelajaran seni budaya khususnya kriya anyaman dengan lebih

jelas dan profesional. Jika hal ini berjalan dengan dinamis, bisa dipastikan

melalui pendidikan seni budaya dapat melahirkan generasi kreatif, memiliki

akal dan kehalusan budi dalam mengantisipasi perubahan negativ yang sangat

gencar berkembang di masyarakat.

Dengan melihat beberapa konsep atau teori yang telah diuraikan

pada kajian pustaka, maka dapat dibuat kerangka atau skema yang dapat

dijadikan sebagai acuan konsep berfikir tentang Pembelajaran Seni Kriya

Anyam Oboru pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Wawotobi Kecamatan

Wawotobi Kabupaten Konawe. Berdasarkan skema yang telah digambarkan


53

di bawah maka dapat diuraikan hubungan masing-masing bagian antara satu

dengan yang lain. Dengan melihat konsep yang telah disebutkan di atas, maka

skema kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

SMA NEGERI 2 WAWOTOBI

Pembelajaran Seni Kriya Anyam O boru Pada


Siswa Kelas XI

Proses Perencanaan Proses Pelaksanaan


Pembelajaran Seni Kriya Pembelajaran Seni Kriya
Anyam O boru Anyam O boru

Proses Evaluasi Pembelajaran Seni


Kriya Anyam O boru

Hasil Penelitian

Gambar 14. Kerangka Pikir

BAB III
54

METODE PENELITIAN

3.1 . Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif dengan

analisis data deskriptif . Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2017: 9).

Penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang

melukiskan atau memaparkan keadaan objek yang diteliti sebagai apa adanya,

sesuai dengan situasi dan kondisi ketika penelitian tersebut dilakukan.

Sugiyono (2017: 19).

3.2 . Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan

alur-alur sebagai berikut:

1. Menyusun instrument penelitian

2. Menyiapkan perencanaan pembelajaran

3. Melaksanakan pembelajaran

4. Mengevaluasi pembelajaran
55

Jadi penelitian ini ditentukan berdasarkan pembelajaran seni kriya

anyam o boru dengan menggunakan bahan dari daun pandan hutan, untuk

mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan


52 dan evaluasi pembelajaran

kriya anyam oboru pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Wawotobi.

3.3 . Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan pada SMA Negeri 2 Wawotobi,

Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan

pada semester genap tahun pelajaran 2022-2023 dengan lama penelitian selama

60 hari yaitu bulan Maret sampai Mei 2023. Proses penelitian dimulai setelah

seminar proposal dan pengurusan perijinan penelitian.

3.4 . Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Wawotobi

Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi tenggara tahun pelajaran 2022/2023.

3.5. Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer diambil dari hasil wawancara dari informan, pengrajin/

pembuat kriya anyam khususnya seni kriya anyam o boru dan hasil

pengamatan langsung pada subyek yang diteliti dalam hal ini siswa kelas XI
56

SMA Negeri 2 Wawotobi Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe sebagai

subyek dalam proses pembelajaran kriya anyam o boru.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari internet, tesis, sikripsi, serta buku paket

siswa dan buku lain yang relevan

3.6. Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik

(Suharsimi Arikunto, 2010: 83).

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, peneliti menggunakan alat

berupa pedoman wawancara yang didukung dengan alat tulis, buku catatan,

camera digital dan perekam suara HP, selain itu peneliti sebagai key instrument

mengembangkan langkah-langkah dalam pembelajaran yang dimulai dari

proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

1. Perencanaan proses pembelajaran

Tahapan dalam Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini meliputi

kegiatan menyiapkan silabus sesuai dengan kurikulum 2013, sebagai acuan

pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didalamnya


57

memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, perumusan tujuan yang ingin

dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran, metode yang digunakan untuk menilai

pencapaian tujuan tersebut, bahan materi yang akan disajikan, cara

menyampaikannya dalam kegiatan pembelajaran, persiapan alat atau media yang

digunakan, alokasi waktu dan penilaian yang akan dilakukan dalam proses

pembelajaran tersebut.

Perencanaan proses pembelajaran menjadikan guru dapat mempersiapkan dan

menentukan tindakan apa yang akan dilakukan saat proses pembelajaran

berlangsung agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (2000: 20), bahwa

perencanaan pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang

akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan

mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen

pembelajaran

sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan

(metode dan teknik) serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan

sistematis.

2. Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan penerapan dari Rencana

Pembelajaran, yang telah dikembangkan oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran

yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini mempunyai tiga tahapan kegiatan

yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Menurut

(Sudjana, 2010: 136), pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur


58

sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai

hasil yang diharapkan.

3. Evaluasi pembelajaran

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah

dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.

Menurut Fatih (2012: 3), evaluasi pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu tes,

pengukuran dan penilaian. Evaluasi sendiri mempunyai arti sebagai penyedia

informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

keputusan. Dalam proses perencanaan evaluasi yang akan dilakukan dalam

penelitian ini diantaranya menentukan topik atau spesifikasi hal yang perlu

dievaluasi, merencanakan kegiatan evaluasi berupa praktek anyaman dan

mengumpulkan data melalui hasil praktek berupa produk.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan pengamatan langsung untuk melihat dan menentukan hasil yang

akan dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan proses evaluasi

pembelajaran kriya anyaman berdasarkan indikator penilaian kemampuan

siswa di dalam praktik menganyam tersebut.

Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara dan dokumentasi

1. Wawancara
59

Wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah bentuk tanya

jawab secara langsung dengan pengrajin anyaman oboru untuk menambah

pengetahuan dan mendapatkan data/informasi terkait permasaalahan yang akan

diteliti baik tentang alat dan bahan serta cara pembuatan anyaman oboru. Adapun

instrumen yang digunakan dalam wawancara adalah panduan wawancara tidak

terstruktur .

Wawancara (interview) menurut Sustrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2013)

merupakan usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan. Ciri utama wawancara adalah kontak

langsung dengan tatap muka antara sipencari informasi dalam hal ini peneliti

sendiri dengan sumber informasi dalam hal ini pembuat atau pengrajin

anyaman oboru. Selain mengumpulkan informasi dari pengrajin langsung,

peneliti juga telah mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Kepala Sekolah,

Guru sejawat, dan Siswa.

2. Observasi

Teknik observasi di dalam penelitian ini dilakukan dengan maksud

keterlibatan langsung dilapangan. Aktifitas yang dilakukan nantinya, peneliti

memandu siswa dalam memulai proses menganyam. Berdasarkan tujuan

penelitian, dalam melakukan observasi, peneliti menulis, mendokumentasikan

hasil pengamatannya dalam aktifitas menganyam. Menurut Sutrisno Hadi


60

(dalam Sugiono, 2013) observasi merupakan kegiatan yang dilakukan pertama

kali pada saat seseorang ingin melakukan penelitian pada objek tertentu,

dengan melakukan penglihatan, rekaman gambar, rekaman suara. Pada waktu

observasi, peneliti melihat langsung objek yang akan diteliti baik itu berupa

tempat, wujud karya, maupun wawancara dengan narasumber.

Observasi dilakukan dengan cara observasi sistematis, yang dilakukan

oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan

(Arikunto, 2010: 75).

3. Dokumen

Dokumen merupakan sumber data yang berbentuk gambar atau dokumen

lainnya tentang suatu peristiwa yang terjadi. Dokumen dapat dilakukan pada

proses observasi (survey) dilapangan, dan pada saat berlangsungnya penelitian

(Arikunto, 2010).

Dalam penelitian yang dilaksanakan, pengumpulan dokumentasi yang

digunakan adalah dengan menggunakan kamera digital dan handphone. Hal-hal

yang akan didokumentasikan adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi pembelajaran seni kriya anyam oboru kelas XI SMA Negeri 2 Wawotobi

Kabupaten Konawe.

3.8. Teknik Analisis Data


61

Analisis data merupakan proses penyusunan, penyederhanaan data

untuk lebih sederhana dan mudah dibaca, serta diintegrasikan. Analisis data

dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masaalah, sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan dan setelah penelitian di lapangan. Dalam

penelitian kualitatif terdapat tiga komponen utama dalam proses analisis data

menurut Sugiyono (2016) diantaranya pengumpulan data. Reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1) Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara pencarian data yang

diperlukan terhadap berbagai jenis data dan bentuk data yang ada

di lapangan, kemudian melaksanakan pencatatan data di lapangan.

2) Reduksi data

Proses reduksi data dalam penelitian ini, peneliti merangkum hasil catatan

di lapangan selama proses penelitian berlngsung. data yang diperoleh

ditulis dalam bentuk uraian terperinci, kemudian direduksi, dirangkum,

dipilih yang pokok, difokuskan pada hal yang penting.

3) Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Melalui penyajian data tersebut, maka data tersusun dan mudah

dipahami. Penyajian data dalam penelitian ini dipaparkan secara dengan


62

teks secara deskriptif dan dilengkapi dengan penyajikan data berupa

gambar untuk memeperjelas dalam penyajina data tersebut.

4) Penarikan kesimpulan (verifikasi)

Setelah dilakukan penyajian data, maka langkah selanjutnya adalah

penarikan kesimpulan yang didasarkan pada reduksi data yang merupakan

jawaban atas masaalah dalam penelitian ini

Keempat tahap dalam proses analisis penelitian yang akan dilaksanakan

merupakan bagian yang saling berhubungan antara tahap yang satu dengan

yang lainnya dan akan dilaksanakan dari awal penelitian hingga akhir

penelitian.

3.9. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Ketekunan pengamatan, yakni memusatkan diri pada persoalan yang

dibahas dalam penelitian. Ketekunan ini dilakukan untuk memahami

dan mendapatkan data secara mendalam.

2. Trianggulasi, yakni tehnik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai bahan perbandingan terhadap data tersebut.


63

3. Diskusi dengan teman sejawat. Teknik ini digunakan dengan cara

menjelaskan hasil atau produk sementara dalam penelitian ini, dengan

cara diskusi dengan teman sejawat, teman kuliah, atau teman-teman lain

yang peneliti anggap banyak memahami tema dalam penelitian ini.

Hasil kegiatan ini peneliti melakukan pemilihan data yang kurang

cocok atau kurang serasi dengan fokus dalam penelitian ini dipisahkan,

sehingga data-data yang dikumpulkan merupakan data yang benar-

benar dapat mewakili dari fokus penelitian ini.


64

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 2 Wawotobi merupakan sekolah yang berlokasi di

jalan Tabara No.8 Desa Anggotoa Kecamatan Wawotobi Kabupaten

Konawe yang diresmikan dan beroperasi pada tahun 2007. Sekolah SMA

Negeri 2 Wawotobi memiliki luas tanah 8522 M 2 dan luas bangunan 1680

M2. Tenaga pendidik berjumlah 20 orang dan TU berjumlah 8 orang, yang

terdiri dari`16 orang guru tetap (PNS), 4 orang GTBPNS, 1 orang TU

(PNS), 7 orang TU (honor).

Pada tahun 2022/2023 SMA Negeri 2 Wawotobi memiliki jumlah

sebanyak 165 siswa dengan dua jurusan yaitu IPA dan IPS, 296 siswa

kelas X 55 orang, siswa kelas XI 58 orang, dan 52 orang untuk siswa

kelas XII. Adapun ruang kelas sebanyak 7 ruangan dan ruangan yang lain
65

9 ruangan terdiri dari perpustakaan, labaratorium IPA, laboratorium

computer/ TIK, gedung kantor kepala sekolah, ruangan guru, UKS, Osis,

PMR dan Pramuka.

4.2 Kurikulum yang digunakan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Seni


Kriya Anyam

Dalam pelaksanaan pembelajaran kriya anyam, salah satu faktor

yang paling menentukan adalah sistem yang digunakan, sebagai penunjang

dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Dapat diketahui bahwa dalam

pelaksanaan pembelajaran, guru, materi dan metode tidak akan berjalan

dengan lancar tanpa ada sistem yang mengatur secara terstruktur. Dengan

demikian maka dalam pembelajaran sangat mengedepankan permasalahan

tentang kurikulum sebagai sistem yang menjadi salah satu faktor penentu

dalam keberhasilan suatu proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah,

maka kurikulum dalam hal ini merupakan sistem yang digunakan di

sekolah untuk dipahami oleh guru dalam menyampaikan materi secara

struktur baik teoretis maupun praktis.

Adanya kurikulum di sekolah memiliki arti yang penting dalam

proses pelaksanaan pembelajaran, kurikulum sebagai pedoman kerja bagi

pihak pendidik atau guru, maka kurikulum adalah sebagai pedoman yang

sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pada

pembelajaran kriya anyam dengan menggunakan kurikulum 2013 siswa

lebih dituntut untuk berpikir kreatif, inovatif, cepat tanggap dan siswa
66

lebih dilatih untuk menumbuhkan keberanian dalam diri mereka sendiri

serta siswa akan dilatih dalam memecahkan masaalah.

Penelitian ini, tentang pembelajaran kriya anyam berbahan daun

pandan yang biasa dijadikan berbagai macam karya seni, mengambil

lokasi penelitian di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wawotobi

Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

Kerajinan anyaman ini sudah tidak ditekuni masyarakat setempat

sejak tahun 2000 dan para orang tua atau pengrajin yang biasanya

membuat anyaman tidak lagi mewariskan ketekunannya membuat

anyaman ke anak generasi, karena pengaruh dari perkembangan zaman

atau anak generasi selanjutnya yang kurang berminat lagi mempelajari

dasar-dasar menganyam.

Hasil wawancara peneliti dan Kepala Sekolah SMA Negeri 2

Wawotobi pada hari Rabu 29 Maret 2023, tentang bagaimana

pembelajaran seni kriya anyam khususnya di SMA Negeri 2

Wawotobi, beliau menuturkan “saya sangat setuju dengan adanya

pembelajaran seni kriya anyam tersebut secara keseluruhan disemua

jenjang sekolah khususnya di SMA Negeri 2 Wawotobi, karena sangat

membantu proses perkembangan minat dan bakat siswa, membantu guru

mentransfer keahlian yang dimilikinya kepada siswa yang sedang

dididiknya bahkan bagi orang tua siswa dapat memberikan dukungan dan
67

memfasilitasi anak-anaknya untuk lebih mendalami bakat yang telah ada

dari orang tua secara turun temurun, apalagi bahan yang digunakan

tersedia dari alam sekitar bahkan dikebun-kebun para orang tua siswa

masing-masing”.

Bukan hanya itu lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa kurikulum

2013 mendukung pembelajaran seni saat ini, seperti kita lihat letak

Sekolah Menengah Negeri 2 Wawotobi yang berada di wilayah Kabupaten

Konawe khususnya dikecamatan wawotobi, yang pengrajin anyaman

tersebut sudah langka ditemukan, padahal bahan dari anyaman o boru

tersebut adalah bahan-bahan yang diperoleh dari alam sekitar. Kurikulum

2013 sangat berperan penting dalam pembelajaran seni di sekolah-sekolah

dan bahkan beliau mengkhawatirkan jika anyaman trsebut sudah dilupakan

maka dengan sendirinya pohon daun pandan tersebut akan punah karena

tidak dibudidayakan, jadi kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Seni

Budaya telah memberikan kebebasan kepada sekolah-sekolah untuk

menyesuaikan pembelajarannya khususnya terkait dengan pembelajaran

praktek dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungannya.

Sesuai pengamatan peneliti dalam hal pembelajaran seni budaya

khususnya seni kriya anyam di SMA Negeri 2 Wawotobi, mempunyai

tanggapan yang positif dari siswanya, mereka dengan sangat antusias

menerima tugas dari gurunya untuk mengambil dan menyediakan bahan-

bahan menganyam dari kebun orang tua mereka". Disini bisa dilihat

bahwa pembelajaran seni bagi siswa sangat berpengaruh kepada karakter


68

siswa itu sendiri, dengan menganyam siswa dapat mengeksperikan

imajinasinya ataupun hasil pengamatannya selama pembelajaran seni kriya

anyam berlangsung sesuai implementasi kurikulum 2013 khususnya

dipembelajaran seni budaya.

Di era sekarang ini produk produk rumah tangga sudah sangat

berkembang dan banyak dipasaran, tikar contohnya yang awalnya terbuat

dari daun pandan sekarang sudah berubah model dan bahan. Bahan plastik

sintetis yang dapat dijadikan bermacam-macam benda rumah tangga,

inilah yang menjadi akar masalah mengapa sampai saat ini kerajinan

anyaman pelan-pelan mulai habis dan tidak dilestarikan lagi. Kegiatan

keterampilan khususnya menganyam jika ditekuni, selain dapat

menyalurkan bakat dan kemampuan, dapat pula menjadi sumber

penghasilan.

Dengan menganyam berbagai macam hasil karya tangan akan dapat

menambah penghasilan dan mengurangi waktu untuk melakukan kegiatan

yang kurang bermanfaat.

Pada saat ini di daerah Wawotobi, kita tidak akan melihat pajangan-

pajangan kerajinan anyaman yang dijual di pinggir jalan khususnya poros

wawotobi-lasolo. Padahal bahan dasar membuat kriya anyam masih

mudah didapatkan dan banyak yang tumbuh dilahan-lahan masyarakat

setempat. Peneliti semakin berkeinginan untuk membudayakan kembali

kriya anyaman meski masih terbatas yakni diajarkan dalam pembelajaran

dilingkungan sekolah, namun peneliti merasa cukup semangat


69

mengajarkan tahap demi tahap tentang kegiatan menganyam khususnya

anyaman o boru.

Pembelajaran seni rupa pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2

Wawotobi diterapkan pada kelas XI selama 2 jam pelajaran. Peneliti

sendiri adalah seorang tenaga pendidik di SMA Negeri 2 Wawotobi sejak

tahun 2013 dengan mata pelajaran seni budaya. Atas dasar pengetahuan

menganyam yang dimiliki, peneliti tertarik untuk mengajarkan kepada

siswa bagaimana membuat anyaman yang diawali dari memahami tentang

ilmu dasar-dasar menganyam dan bahan serta alat yang digunakan.

O boru adalah anyaman yang sangat unik dilihat dari segi dan segala

sudut pembuatannya, anyaman ini tidak hanya memiliki nilai estetika

tetapi memiliki nilai guna. Berdasarkan bahan dan alat yang digunakan

maka anyaman o boru termasuk pada golongan anyaman campuran

karena selain menggunakan bahan daun pandan, anyaman tersebut

menggunakan bahan tambahan seperti bambu, tali, benang dan plastik.

Dengan makna setiap motif, keunikan bentuk dan nilai estetikanya

menjadikan anyaman ini perlu diteliti dari segala sudut. Akan tetapi dalam

penelitian ini terbatas, hanya berfokus pada pembelajaran di kelas dan

bagaimana menghasilkan suatu produk atau anyaman o boru.

4.3 Perencanaan Pembelajaran Kriya Anyam

4.2.1 Tahapan Perencanaan


70

Tahap pertama yang dilakukan dalam pembelajaran kriya anyam

yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan kompetensi

inti dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Sebagaimana

yang telah dirumuskan dalam Kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan

kebutuhan serta keadaan lingkungan sekolah. Adapun materi pokok

pembelajaran seni rupa yakni berkarya seni rupa dengan kompetensi dasar

pembelajaran seni kriya anyam yakni menganalisis konsep, unsur, prinsip,

bahan dan teknik dalam berkarya seni rupa. Agar pemahaman siswa

tentang cara atau teknik membuat kriya anyam lebih mudah untuk

dipraktekkan peneliti sendiri dalam hal ini guru mata pelajaran seni

budaya memperdalam pengetahuan tentang cara dan teknik dasar dalam

menganyam o boru dengan bertemu langsung orang tua atau pengrajin

anyaman o boru yang lebih menguasai atau mempunyai pengetahuan serta

penguasaan teknik menganyam yang benar.

Selanjutnya setelah menyusun rencana pembelajaran seni kriya

anyam, guru memberikan instruksi kepada siswa apa yang harus dilakukan

sebelum pelaksanaan pembelajaran kriya anyam diantaranya menyiapkan

alat dan bahan yaitu dengan mencari dan mengumpulkan bahan-bahan

yang akan dijadikan anyaman khususnya anyaman o boru yang terbuat

dari pandan hutan atau o naha. Di daerah tempat peneliti melakukan

penelitian khususnya di desa anggotoa dan desa Analahumbuti yang

bertempat di Kecamatan Wawotobi terdapat banyak tumbuhan pandan


71

yang biasa dijadikan bahan anyaman. Tumbuhan pandan tersebut banyak

yang hidup bebas di kebun-kebun warga ataupun dihutan liar.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran kriya anyam siswa diberikan

tugas untuk mencari bahan daun pandan. Umumnya para siswa sudah

mengenal bentuk daun pandan serta kegunanaan dari tanaman tersebut jadi

tidak menyulitkan siswa untuk mencari dan mendapatkan tanaman pandan

sesuai tugas yang diberikan. Dengan begitu tugas yang diberikan oleh guru

untuk mengambil dan menyediakan bahan-bahan berkarya seni kriya

anyam o boru tidak menyulitkan bagi siswa.

Para siswa diarahkan agar bahan praktek yang akan dibawah sudah

bahan yang sudah siap pakai dalam arti bahan atau daun pandannya sudah

melalui proses pengolahannya hal tersebut, agar mudah untuk langsung

digunakan.
72

Gambar 4.1. Proses pengambilan daun pandan

Gambar 4.2. Cara memanen daun pandan


Proses pengambilandaun pandan, tidak memerlukan tenaga yang

kuat tetapi cukup dengan cara mengambil daun selembar demi selembar

dari paling bawah, sesuai kondisi daun pandan dengan memilih daun

pandan yang bagus yaitu yang bentuk daunnya yang masih hijau dan lebar

serta tidak berlubang akibat gigitan serangga hutan.

Dibawah ini adalah contoh gambar dari daun pandan hutan yang

sudah dipotong tetapi belum dibersihkan durinya.


73

Gambar 3.4 Bentuk tanaman pandan hutan


(Sumber: Leni Rahman)

Daun pandan selain bisa dijadikan bahan makanan daun pandan juga

bisa dijadikan bahan untuk menganyam, tetapi daun pandan yang lebih

bagus dipakai untuk menganyam adalah daun pandan hutan, berbeda daun

pandan wangi yang digunakan untuk bahan makanan akan tetapi keduanya

memiliki ciri yang sama yaitu mempunyai duri dipinggir sepanjang daun,

akan tetapi duri daun pandan wangi tidak terlalu keras seperti duri yang

dimiliki oleh daun pandan hutan dan yang paling membedakan dianara

keduanya adalah daun pandan hutan tidak bisa diolah untuk kebutuhan

bahan makanan, daun pandan hutan hanya dijadikan bahan untuk

menganyam karena daun pandan hutan mempunyai daun yang panjang

dan lebar dari pandan wangi.

Seperti yang tampak pada gambar di bawah ini adalah pandan hutan

terlihat dari daunnya yang cukup lebar dan berukuran panjang.


74

Gambar 4.4. Tanaman pandan hutan


(Sumber: Leni Rahman)

Pemanenan dilakukan pada daun yang sudah tua yang terletak pada

bagian bawah. Daun yang tidak layak untuk dianyam juga ikut dipanen

dengan tujuan untuk membersihkan rumpun pandan, sehingga pada panen

berikutnya menghasilkan daun pandan yang berkualitas baik. Pemanenan

dilakukan dengan memotong bagian bawah daun memakai pisau.

Cara ini masih dianggap efektif dan efisien, karena pemanenan

bersifat selektif hanya untuk daun yang sudah tua. Daun pandan yang

sudah dipanen, langsung dipisahkan sesuai ukuran untuk memudahkan

dalam pemilihan. Pemilihan atau penyortiran perlu dilakukan karena

produk anyaman ditentukan oleh ukuran panjang dan lebar daun pandan

tersebut.

Setelah mengambil daun pandan selanjutnya proses membuang atau

pembersihan duri yang ada pada pinggir daun pandan tersebut, untuk

memudahkan dalam penyiapan daun ketika akan dianyam, pembersihan

duri dari

daun pandan hutan harus pelan dan hati-hati agar tidak melukai tangan karena duri

daun pandan hutan keras dan sangat tajam. Seperti yang tampak pada gambar

dibawah ini.
75

Gambar 4.5. Proses memilah dan membuang duri pada daun pandan
(Sumber: Leni Rahman)

Gambar 4.6. Gunting, pisau dan parang (alat untuk membelah daun pandan)
(Sumber: Leni Rahman)

Ketiga peralatan tersebut bermanfaat dalam proses pengambilan dan

pemebrsihan daun pandan hutan untuk dijadikan anyaman, parang ataupun

pisau dapat digunakan pada saat pengambilan daun sedangkan gunting

maupun pisau sangat bermanfaat dalam proses pembersihan dan

perapihan daun, utamanya digunakan untuk membelah dan memotong

daun pandan. Penggunaan gunting dan pisau sangat diperlukan karena saat

memakai alat tersebut dapat menghasilkan potongan dan guntingan yang


76

rapi dan lurus. Pisau dan parang digunakan untuk membersihkan duri dari

pinggir daun pandan, jika daun pandan tidak dibersihkan sebelumnya

maka proses menganyam akan terhambat karena duri pada daun pandan

sangat tajam dan dapat melukai tangan bahkan pada saat memanennya

sebaiknya memakai kaos tangan tebal.

Setelah daun pandan dibersihkan maka selanjutnya disortir, dipilih

yang bagus dan dibuang durinya maka selanjutnya penjemuran daun

pandan yang dilakukan 3-6 hari tergantung pembelahan daun pandan

dengan ukuran seragam 0,5 - 0,7 cm, karena produk anyaman yang

dihasilkan berupa o boru memerlukan ukuran daun yang seragam.

Pembelahan daun sebaiknya dilakukan pada saat daun masih segar untuk

memudahkan pengerjaan sekaligus untuk menjaga kualitas daun. Daun

yang sudah dipilih selanjutnya dimemarkan dengan tujuan untuk

memipihkan sehingga lebih padat dan elastis saat dianyam, biasanya

pememaran daun pandan menggunakan alat tumbuk dari kayu, jika ingin

mendapatkan bahan daun pandan yang bagus dan tahan buat anyaman

maka daun pandan bisa direndam atau direbus sekitar 30 menit sampai

berwarna kuning kecoklatan. Perebusan atau perendaman dilakukan

dengan tujuan untuk menjaga kondisi dan mengurangi kekakuan, secara

kimia ini diduga dapat menghilangkan pati dan bahan larut air lainnya.
77

Gambar 4.7. Daun pandan kering

Gambar 4.8. Proses memilah dan membuang duri pada daun pandan
(Sumber: Leni Rahman)

Setelah daun pandan dibersihkan maka untuk proses selanjutnya

adalah proses penjemuran langsung setelah daun pandan dipanen, disortir

dan dibersihkan. Proses ini membutuhkan 3 hari tergantung dari panas

matahari setelah daun pandan dimemarkan dilakukan lagi proses

perendaman selama 3-4 hari bisa dilakukan perendaman di sungai atau

didrum/bak. Perendaman dilakukan untuk meningkatkan keawetan daun

atau menghilangkan karbohidrat. Langkah terakhir adalah penjemuran

daun, sebelum dianyam daun dikeringan dengan cara dijemur selama

beberapa hari tergantung dari panas matahari, penjemuran daun adalah

untuk memudahkan penganyaman dan mempertahankan ukuran selama

pemakaian.

Dalam kurikulum 2013 kompetensi inti dari mata pelajaran seni

budaya diantaranya:

1. Menunjukkan sikap penghayatan dan pengamalan serta bangga terhadap

karya seni rupa terapan sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugrah

Tuhan
78

2. Menunjukkan sikap kerjasama, bertanggung jawab, toleran dan disiplin

melalui aktivitas berkesenian

3. Menerapkan simbol, jenis dan nilai estetis dari konsep berkarya seni rupa.

4.4. Pelaksanaan pembelajaran kriya anyam o boru

4.3.1. Tahap Pelaksanaan

Karena keluasan lingkup pembahasan seni rupa kriya maka alokasi

waktu yang dipakai untuk pembelajaran kriya anyam adalah 20 menit

dalam sekali pertemuan yakni 2 X 45 menit sesuai waktu yang

diperhitungkan untuk mencapai satu kompetensi dasar dan dilaksanakan

dalam 4 X pertemuan.

Pada tahap pelaksanaan dalam pembelajaran seni kriya yang dimulai

dari pertemuan pertama sampai keempat yang dilaksanakan setiap hari

jum’at sesuai jadwal pelajaran seni budaya yang telah ditetapkan

disekolah, untuk pertemuan pertama dilaksanakan pada Hari Jum’at

tanggal 31 Maret 2023, pertemuan kedua dilaksanakan pada Hari Jum’at

tanggal 14 April 2023, pertemuan ketiga dilaksanakan pada Hari Jum’at

tanggal 28 April 2023 dan pertemuan keempat dilaksanakan pada Hari

Jum’at tanggal 5 Mei 2023. Dalam setiap kali pertemuan untuk

pelaksanaan pembelajarannya meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti

dan kegiatan penutup, yang secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran
79

a. Kegiatan awal atau pendahuluan

Kegiatan pendahuluan pada pembelajaran seni rupa kriya anyam yang

dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 2 Wawotobi dimulai dengan:

1) Orientasi yaitu guru membuka pembelajaran dengan salam pembuka dan

berdoa untuk memulai pembelajaran, selanjutnya memeriksa kehadiran siswa,

Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik untuk mengawali kegiatan

pembelajaran.

2) Apersepsi dengan cara memberikan pernyataan dan pertanyaan tentang

pengalaman siswa atau pengetahuan siswa seputar materi yang akan

dipelajari.

3) Motivasi, memberikan penjelasan kepada siswa tentang manfaat

pembelajaran yang akan berlangsung, memotivasi para siswa dengan cara

menunjukkan salah satu contoh hasil karya anyaman karya seni rupa

khususnya kriya anyam o boru dan mendorong siswa untuk memberikan

tanggapan awal tentang hasil karya tersebut. Guru kemudian menyampaikan

bahwa apabila materi/projek ini dipelajari dengan baik dengan sungguh-

sungguh, maka peserta didik diharapkan dapat membuat hasil karya seni rupa.

4) Pemberian acuan, yaitu dengan cara menjelaskan tentang mekanisme

pembelajaran yang akan berlangsung dari pertemuan awal sampai akhir

sekaligus pembagian kelompok belajar setiap kelompok 5-6 orang

selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

b. Kegiatan inti
80

Kegiatan inti pada pembelajaran seni rupa kriya anyam dipertemuan

pertama sampai pertemuan keempat adalah menggunakan metode pembelajaran

saintifik dengan pemodelan, yaitu dengan melalui kegiatan mengamati, menanya,

mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Secara rinci dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Mengamati, dalam kegiatan mengamati pada pembelajaran seni rupa kriya,

siswa mengamati apa yang ditampilkan. Guru menampilkan atau

menayangkan video maupun gambar tentang seni rupa, khususnya kriya dan

siswa mengamati gambar atau video tersebut dengan seksama. Dalam

kegiatan mengamati siswa dituntut untuk lebih kritis dalam melihat dan

mengamati teknik, bentuk penyajian, simbol-simbol serta nilai estetik yang

ada pada seni kriya tersebut.

2) Menanya, pada kegiatan menanya guru membuka kesempatan kepada siswa

untuk bertanya apa yang belum dipahami dari teknik-teknik berkarya seni

rupa kriya khususnya mengenai gambar atau video maupun gambar yang

ditampilkan.

3) Mengeksplorasi dan mengasosiasi, dalam kegiatan ini siswa secara mandiri

mengumpulkan informasi baik dari buku maupun internet mengenai proses

dan teknik berkarya seni rupa. Dalam kegiatan menggali informasi siswa

memperhatikan objek yang akan diteliti sehingga dalam kegiatan tersebut

terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan

berikutnya yaitu memproses informasi untuk menentukan keterkaitan satu

informasi dengan informasi lainnya.


81

4) Mengkomunikasikan, komunikasi dalam kegiatan pembelajaran tersebut

yaitu dengan cara setiap kelompok mempresentasikan apa yang ditemukan

dalam kegiatan mengamati, menanya dan mengeksplorasi, hasil tersebut

disampaikan di depan kelas sesuai kelompoknya masing-masing.

C. Kegiatan penutup

Pada kegiatan penutup disetiap pertemuan, siswa dan guru bersama-

sama menarik kesimpulan dan merefleksi terkait kegiatan pembelajaran

yang telah dilaksanakan, selanjutnya guru memberikan tindak lanjut

kepada siswa tentang pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya, dan

yang paling akhir dari setiap pertemuan adalah doa dan salam penutup.

Pada hari jum’at tanggal 28 April 2023 atau tepatnya pada

pertemuan ketiga dalam proses pembelajaran seluruh siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Wawotobi yang berjumlah 25 siswa melaksanakan proses

pembelajaran menganyam dengan bahan

yang telah di persiapkan terlebih dahulu guna memudahkan proses pelaksanaan

pembelajaran kriya anyam.

Hal pertama yang dilakukan siswa ialah mempersiapkan alat dan

bahan yang akan digunakan untuk pembuatan kriya anyam. Sebelum

dilaksanakan pembelajaran para siswa sudah diarahkan untuk menyiapkan

bahan anyaman yaitu daun pandan hutan atau o naha, bahan tersebut

hampir semua siswa mempunyai dikebun orang tuanya, para siswa tidak

merasa kesulitan untuk mengolah daun pandan tersebut karena hanya


82

pemebersihan, penjemuran dan perendaman yang akan dilakukan dan

mereka dibantu oleh orang tua mereka dalam proses tersebut.

Pada pertemuan kedua para siswa sudah diinformasikan untuk

menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, selanjutnya yang kedua

para siswa diarahkan untuk menata daun pandan di atas meja atau di lantai,

Peneliti memberikan keleluasaan bergerak, berekspresi sesuai keinginan

masing-masing kelompok. Masing-masing menata alat dan bahan yang

sudah disiapkan dan menunggu guru untuk mencontohkan langsung cara

pembuatan pola dari awal, seperti yang sudah dipelajari secara teori pada

pertemuan sebelumnya.

Tampak pada gambar siswa sedang mengatur agar memudahkan

dalam berkarya seni kriya.

Gambar 4.11. Pelaksanaan pembelajaran kriya anyam


Selama pelaksanaan pembelajaran kriya anyam peneliti mengamati

semua siswa dalam kegiatan menganyam tersebut, terlihat dari bagamana

siswa merespon tugas yang diberikan oleh peneliti dengan rasa tanggung

jawab.
83

Hasil pengamatan peneliti terhadap siswa yang sedang menganyam

dapat dijabarkan bahwa masing-masing siswa terlihat antusias melakukan

kegiatan menganyam. Bagi siswa kegiatan ini sangat baru buat mereka

karena selama ini tidak pernah diperkenalkan kegiatan berkarya seni rupa

kriya khususnya menganyam o boru.

Setelah proses penyiapan dan penataan alat dan bahan praktek yang

akan dilaksanakan, peneliti dalam hal ini guru mata pelajaran seni budaya

memberikan contoh dasar pola pengaturan atau penyusunan daun pandan

yang sudah siap dipakai.

Gambar 4.12. Guru mencontohkan cara membuat pola dasar anyaman oboru
(Sumber: Leni Rahman)

Meskipun para siswa telah dibekali secara teori dengan panduan

video pembuatan anyaman bagaimana memulai menganyam o boru

dengan konsep dan teknik-teknik yang harus diikuti untuk bisa

menghasilkan suatu karya yang baik dengan cara menyelipkan dan

menumpang tindihkan daun pandan namun sebagian siswa masih belum


84

begitu bisa memulai cara awal tersebut. Sehingga peneliti atau guru mata

pelajaran harus membimbing para siswa dengan mencontohkan langkah-

langkah awal sampai akhir dalam proses menganyam.

Gambar 4.14. Guru mencontohkan cara membuat pola dasar anyaman oboru

Gambar 4.15. Siswa sedang menganyam


85

Gambar 4.15. Siswa sedang menyelesaikan pola dasar anyaman oboru dengan

menjahit pertemuan setiap sisi daun pandan menggunakan benang Kasur.

Setelah melalui beberapa urutan proses menganyam para siswa

menyelesaikan tahapan demi tahapan anyaman o boru dilanjutkan dengan

penjahitan untuk menguatkan pola yang telah dibuat, dalam tahapan

selanjutnya adalah pemasangan sekaligus penjahitan pinggiran anyaman

dengan menggunakan bahan dari bambu yang telah dibersihkan dan

ditipiskan sehingga mudah untuk dibentuk sesuai bentuk anyaman yang

telah dibuat.
86

Gambar 4.14. Guru mencontohkan cara membuat pola dasar anyaman oboru

4.16. Siswa dan guru memasang penguat pinggiran anyaman o boru


(Sumber: Leni Rahman)

Setelah pemasangan bambu kecil sebagai penguat pinggiran

anyaman o boru maka tahapan selanjutnya adalah pemasangan anyaman

topi sebagai penahan kepala. Pembuatan anyaman penyangga kepala

berbentuk topi, peneliti meminta bantuan kepada pengrajin anyaman

dalam hal ini orang tua siswa sendiri, karena peneliti dan siswa masih

belum menguasai cara pembuatan topi penahan kepala tersebut disebabkan

cara menganyamnya dibutuhkan ketelitian dan proses menganyamnya

sangat rumit. Sehingga dalam pembuatannya peneliti meminta bantuan

kepada orang tua siswa untuk membuatkannya, sehingga para siswa hanya

memasang dan menjahit penyangga kepala tersebut.


87

Gambar 4.14. Siswa memasang dan penjahit topi kecil anyaman o boru
Setelah pemasangan dan penjahitan penyangga kepala ditengah
(Sumber: Leni Rahman)
anyaman o boru. Maka selanjutnya pengecetan pinggiran anyaman dan

pemasangan guntingan plastik atau sisa kain payung yang sudah tidak

dipakai di atas anyaman o boru yang brbentuk kerucut, manfaat

pemasangan plastik di atas anyaman tersebut adalah untuk menutupi sela-

sela pertemuan daun pandan yang sudah dianyam agar air hujan tidak

dapat memasuki atas anyaman tersebut, sekaligus memperindah atau

sebagai dekorasi anyaman o boru.

Pembuatan anyaman o boru berbahan daun pandan telah selesai,

maka peneliti bersama siswa mendokumentasikan hasil karya kerajinan

tangan atau hasil seni kriya siswa. Berikut adalah hasil anyaman yang

sudah diselesaikan oleh para siswa yang terdiri dari 5 kelompok.


88

Gambar 4.18. Guru dan siswa mendokumentasikan hasil anyaman o


boru
(Sumber: Leni Rahman)

Gambar 4.18. Guru dan siswa mendokumentasikan hasil anyaman o


boru
(Sumber: Leni Rahman)
4.4 Evaluasi Pembelajaran kriya anyam o boru

Tahapan evaluasi dalam proses pembelajaran ini dilaksanakan

dengan urutan dalam pendekatan saintifik, yang terdiri dari mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan.

Langkah langkah tersebut dapat dilihat secara lengkap melalui uraian

berikut ini:

1. Mengamati

Kegiatan yang dilakukan adalah siswa mengamati vidio dan gambar serta

jenis karya kriya anyaman yang dimodelkan oleh guru. Dalam kegiatan ini, guru
89

menayangkan berupa video dan gambar serta menunjukkan hasil karya kriya

berupa anyaman o boru yang telah jadi. Kemudian memajang di depan kelas dan

memberikan gambaran serta memberikan informasi kepada siswa bahwa

pembelajaran yang akan dilakukan adalah akan cara pembuatan karya seni kriya

anyaman berbentuk o boru .

2. Menanya

Kegiatan menanya yang dilakukan adalah siswa merumuskan

pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan proses pengamatan dari jenis

karya kriya yang ditampilkan berupa video, gambar dan yang dimodelkan

oleh guru. Pertanyaan pertanyaan tersebut antara lain: 1). Apa nama karya

yang telah diamati? 2). Apa fungsi karya yang telah diamati? 3). Apa

bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat karya yang telah diamati?

4). Apa alat-alat yang digunakan untuk membuat karya yang telah

diamati? 5). Bagaimana teknik atau langkah-langkah dalam membuat

karya tersebut?

3. Mengeskplorasi

Kegiatan mengesplorasi dalam proses evaluasi pembelajaran ini

adalah dengan cara mengumpulkan informasi kegiatan yang dilakukan

sesuai tahapan mengumpulkan informasi, dalam hal ini adalah para siswa

menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai jenis karya kriya yang

dimodelkan oleh guru ke dalam lembaran kerja.

4. Menalar
90

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan menalar adalah siswa

membuat karya kriya berupa anyaman o boru sesuai bahan, alat, dan

teknik. Adapun rincian dari tahapan tersebut antara lain:

a. Siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan

1) Guru meminta siswa duduk berkelompok

2) Guru menanyakan kepada siswa mengenai bahan dan alat yang digunakan untuk

membuat karya kriya anyaman

3) Guru meminta siswa untuk meletakkan semua bahan alat yang telah

dipersiapkan di atas meja

4) Guru mengecek kelengkapan bahan dan alat pada meja-meja setiap

kelompok

b. Susun pandan sebagai lungsi sebanyak pola rancangan yang dipilih

(lingkaran)

1) Guru meminta siswa memilih jenis pola yang akan dirancang sesuai

anyaman o boru pada masing-masing kelompok

2) Guru mencontohkan jenis model pola yang akan dibuat

3) Guru membimbing siswa untuk menyusun daun pandan yang akan

dianyam

4) Guru mengunjungi masing-masing siswa dan membantu kesulitan siswa

untuk menyusun pandan yang akan dianyam

c. Buat anyaman dasar yaitu dengan menganyamkan pakam pada lungsi

sesuai dengan pola yang dipilih (dirancang)

1) Guru menyuruh siswa memotong daun pandan dengan ukuran 30 x 3


91

cm sebanyak 10 hingga 20 helai.

2) Guru mencontohkan cara memotong daun pandan yang dibutuhkan

untuk menganyam.

3) Guru meminta siswa membuat anyaman dasar dengan teknik yang telah

dicontohkan.

4) Guru mengunjungi meja siswa untuk memeriksa kesulitan dalam

menganyam

5) Guru membantu siswa yang sulit melakukan teknik anyaman.

c. Setelah pola anyaman selesai, pola dasar anyaman langsung dijahit dengan

benang kasur. Setelah itu ditambahkan lagi daun pandan disetiap lungsi

pandan yang masih berjarak.

1) Guru meminta siswa untuk membuat pola rancangan berupa (lingkaran)

yang ditindis diatas meja atau lantai dengan menggunakan tangan atau

kaki.

2) Guru mencontohkan teknik membuat pola dengan teknik ditekan

dengan tangan dan diletakkan di atas lantai.

3) Guru memeriksa kesulitan siswa dalam membuat pola dan menindis

pola anyaman ke meja atau ke lantai

4) Setelah pola anyaman sudah selesai, guru mengarahkan dan

memberikan contoh siswa menjahit pola dasar anyaman dengan

menggunakan benang kasur untuk ketahanan polanya biar tidak lepas

dari susunan anyamannya

5) Guru meminta siswa untuk menjahit anyaman tersebut sesuai yang telah
92

dicontohkan.

6) Setelah anyaman paling atas dijahit guru mencontohkan cara

menyelipkan bahan anyaman diantara pola anyaman yang sudah dijahit

agar tidak terdapat lobang diantara anyaman.

7) Guru meminta siswa untuk menyelesaikan jahitan anyaman paling atas

kemudian menyelipkan bahan anyaman yang lain sesuai yang telah

dicontohkan

8) Guru mengunjungi meja siswa untuk memastikan pekerjaan yang

dilakukan sudah tepat atau belum.

9) Guru memeriksa kesulitan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya

d. Tahap pemasangan bambu yang sudah diserut sebagai penguat pinggiran

anyaman, pemasangan plastik atau sisa kain payung bagian atas anyaman dan

pemasangan sekaligus penjahitan penyangga dibagian kepala.

1) Setelah seluruh anyaman selesai diselip, guru mengarahkan dan

memberikan contoh kepada siswa untuk memasang bambu yang sudah

diserut sebagai penguat pinggiran anyaman penjahitan penyangga dibagian

kepala.

2) Guru meminta siswa untuk menjahit anyaman tersebut sesuai yang telah

dicontohkan.

3) Setelah pinggiran dan atas kerucut anyaman telah dijahit dan dipasangkan

bambu kecil yang sudah diserut, selanjutnya siswa memasang anyaman

penyangga kepala dibagian tengah anyaman seperti yang telah

dicontohkan
93

4) Guru meminta siswa untuk merapikan anyaman o boru, menggunting

sisa-sisa benang yang menjuntai.

5) Guru mengunjungi meja siswa untuk memastikan pekerjaan yang

dilakukan sudah selesai atau belum.

e. Anyaman o boru selesai, siap untuk digunakan

1) Guru meminta siswa untuk menyelsaikan dan merapikan sisa-sisa jahitan

demi jahitan disetiap anyaman, agar indah dilihat sekaligus untuk

memperkuat bahan anyaman satu dengan yang lainnya.

2) Siswa diarahkan agar menunjukkan karya kriya berupa anyaman oboru

3) Guru memberikan penilaian pada hasil kerja siswa

5. Mengkomunikasikan

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah siswa

mengkomunikasikan hasil karya kriya berupa anyaman o boru di depan kelas dan

siswa yang lain memberikan komentar.

Pelaksanaan pembelajaran kriya anyam memerlukan penilaian atas

hasil karya yang dilakukan siswa untuk mengetahui dan mengukur

keberhasilan masing-masing siswa dengan tugas yang diberikan oleh

gurunya dan untuk menilai sejauh mana pemahaman siswa selama

pembelajaran teori dan praktek.

Evaluasi pembelajaran tidak saja berbentuk mid tes atau ulangan

melainkan juga harus sesuai dengan sistem penilaian dari segi

pengetahuan, sikap dan keterampilan didalam pembelajaran.


94

Dalam hal pembelajaran seni kriya anyam o boru ini, guru menilai

siswa dari kecakapan menuangkan kreatifitas, ide dan gagasan siswa itu

sendiri. Dalam membuat karya kerajinan, apabila ada siswa yang mampu

membuat karya kerajinan dengan baik dan rapi sesuai yang telah diamati

dalam video dan diperlihatkan atau dimodelkan oleh peneliti maka hasil

karya siswa tersebut akan mendapat nilai Sangat Baik, dan apabila ada

siswa yang membuat hasil karya kerajinan yang sudah menyerupai model

yang dihadirkan peneliti namun ada bagian bagian dari bahan anyaman

yang kurang maka siswa tersebut mendapat nilai Baik. Apabila ada siswa

yang membuat karya kerajinan anyaman tidak memenuhi standar bahan-

bahan yang digunakan dalam berkarya kerajinan anyaman serta bentuk

lipatan dan guntingan daun pandan tidak sesuai maka siswa tersebut

mendapat nilai Cukup.

Siswa bernama wanda membuat karya kerajinan berbentuk o boru

sederhana berukuran kecil, seperti yang tampak pada (gambar 4.15) di

atas. Begitu juga dengan teman-teman Wanda membuat bentuk karya yang

sama, namun tetap ada perbedaan hasil karya masing-masing siswa.

Wanda dan kelompoknya memiliki bentuk yang sesuai dan rapi dengan

kriya anyaman pandan berbentuk o boru seperti pada (gambar 4.16)

Sebagai bahan perbandingan hasil karya yang dibuat siswa dengan hasil

karya yang seharusnya. Adapun kekurangan dari hasil karya Wanda yakni

susunan daun pandan yang dianyam masih terlihat longgar atau kurang
95

rapat Ketika dijahit. Jadi hasil karya anyaman boru Wanda dan

kelompoknya mendapat nilai Baik.

Dari gambar 4.17 siswa yang bernama Farel Alumrani dan

kelompoknya mempunyai hasil karya anyaman boru sama model dengan

hasil karya Wanda dan kelompoknya, namun anyaman Farel Alumrani

terlihat sangat baik karena dilihat dari susunan dan jahitan daun pandan

saat dianyam tidak mempunyai lubang apalagi renggang dan hasil

karyanya ditambahkan cet dipinggir anyamannya.

Sebagaimana yang diketahui dalam hal membuat karya kerajinan

tangan perempuan lebih tekun teliti dan rapi jika dilihat dari hasil karya

siswa laki-laki dan siswa perempuan tetapi fakta yang peneliti lihat adalah

siswa laki-laki telah membuat hasil karya yang sangat baik dibanding

dengan hasil karya siswa perempuan.

Dari sikap dan rasa tanggung jawab siswa dapat terlihat dari

tampilan bahkan model kriya anyaman siswa tersebut. Jika dibandingkan

dengan contoh gambar hasil kriya anyam yang seharusnya (gambar 4.16)

maka siswa yang bernama Farel Alumrani dan kelompoknya mendapat

nilai sangat baik.

Pada gambar (4.18) terlihat kolaborasi dua siswa yang sangat tekun

melaksanakan pembelajaran kriya anyam, keduanya memiliki sikap

responsif atas tugas yang sedang mereka kerjakan agar terlihat baik dan

berhasil. Peneliti mengamati proses menganyam keduanya, dari hasil

pengamatan peneliti kedua siswa tersebut memiliki hasil karya yang


96

berbeda ukuran dengan hasil kriya anyam kelompok Wanda dan Farel

Alumrani.

Jika dibandingkan dengan hasil karya yang seharusnya seperti dalam

gambar 4.16 maka hasil karya kedua kelompok tersebut sangat jauh dari

yang seharusnya. Hasil karya keduanya terlihat lebar dan tidak mempunyai

bahan pendukung seperti bambu yang berguna untuk memperkuat

anyaman agar tidak mudah lepas dari susunan pola anyaman daun

pandannya. Menurut peneliti dari sikap antusias serta rasa tanggung jawab

dalam melaksanakan pembelajaran kriya anyam patut di apresiasi meski

hasil karyanya mereka masih banyak kekurangannya. Dari hasil karya

kedua kelompok yaitu antara kelompok Suci dan kelompok Salsa Natalia

diberi nilai cukup.

Hasil karya yang dibuat siswa masing-masing terlihat berbeda

dengan model yang seharusnya, kelompok Fiman Hadait mempunyai hasil

karya yang agak lebar dari ukuran anyaman yang dimiliki teman-

temannya. Pinggirannya pun tidak mempunyai bambu sebagai penguat

dibagian pinggir anyaman.

Skala penilaian yang digunakan yakni Sangat Baik, Baik dan Cukup

dalam ranah afektif, psikomotor dan kognitif. Setiap siswa dinilai dari

sikap dan minat siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kriya

anyam (afektif), dinilai dari keterampilan yang dimiliki siswa dalam

membuat karya anyaman (psikomotor), dinilai dari pengetahuan siswa

terhadap pembelajaran kriya anyam (kognitif).


97

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1) Bahwa proses perencanaan pembelajaran kriya anyam dilakukan sebelum

pembelajaran seni kriya dimulai. Hal ini penting direncanakan terlebih

dahulu oleh guru dan mengkomunikasikan kepada Kepala Sekolah yang

juga sebagai pengawas guna memudahkan pelaksanaan pembelajaran kriya

anyam nantinya sehingga siswa bisa dengan mudah mempelajari kriya

anyam tersebut.
98

2) Bahwa proses pelaksanaan pembelajaran kriya anyam sangat diperlukan

siswa di sekolah tersebut karena sangat erat kaitannya dengan pendidikan

karakter yang mereka peroleh selama pembelajaran kriya, dengan kata lain

pelaksanaan pembelajaran kriya anyam ini selain memberikan pengalaman

baru, dapat pula mempengaruhi perilaku siswa menjadi lebih tekun dan

sabar.

3) Bahwa proses dan hasil evaluasi pembelajaran kriya anyam diperlukan

dalam proses pembelajaran oleh guru di dalam kelas karena lebih banyak

memperagakan tentang cara-cara membuat kriya anyam, evaluasi dilakukan

dalam bentuk praktek oleh semua siswa di depan kelas untuk melihat sejauh

mana siswa memahami, merespon dan mampu melakukan kegiatan

pembelajaran kriya anyam sehingga para siswa mempunyai bekal

pengetahuan untuk dipergunakan di masa depannya.

5.2. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian ini maka, penulis menuangkan

beberapa

saran yakni:

1) Mengingat tanaman pandan tidak terlalu sulit didapatkan maka perlu

dijadikan bahan pembelajaran pada sekolah-sekolah disetiap jenjang baik

Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah

Atas pada daerah tersebut.


99

2) Agar sekolah dapat mendukung program-program pembelajaran yang

diusulkan guru mata pelajaran khususnya mata pelajaran praktek seni

budaya sehingga pembelajaran lebih aktif dan efektif dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifah, Fatih. 2012. Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi. Yogyakarta:


Mentari Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Penelitian. Jakarta : Bumi


Aksara.

Budiawan. 2009. Seni Budaya untuk SMA/MA Kelas XI. Yokyakarta: Sinar
PT Citra. Aji Parama.

………… 2009. Seni Budaya untuk SMA/MA Kelas XII. Yokyakarta: Sinar
100

PT. Citra Aji Parama.

Garha, Oho. 2007. Berbagai Motif Anyaman. Bandung: Angkasa. Gollwitzer,


Gerhadard. 1996. Mari Berarya Rupa. Adjat Sakri. 1995. Bandung: ITB

Halmina Ruslim. 2020. Pembelajaran Seni Kriya Anyam Pada Siswa Kelas
XI SMA Negeri 1 Besulutu Kabupaten Konawe. (Tesis).
Jurusan
Pendidikan Seni Fakultas Pascasarjana. Universitas Haluoleo.
Kendari.

Ngalimun. 2017. Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Parama Ilmu.

Nurwahida. 1991. Pendidikan Seni Rupa Untuk SMP Kelas 3. Surabaya:


CV.Karunia.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Panduan Kurikulum.


Jakarta: Kemendikbud.

Purnomo & Purwadi. 2009. Seni Anyaman dan makrame. Jakarta: PT Brata
Niaga Media.

Rusna, Rumonin. 2020. Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya materi


Pembuatan Kriya Anyam Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Baubau.
(Tesis). Jurusan Pendidikan Seni Fakultas Pascasarjana. Universitas
Haluoleo. Kendari.

Sachari, Agus. 2003. Metodologi Penelitian Budaya Rupa. (Desain, Arsiteksur,


Seni Rupa dan Kriya.. Bandung: Erlangga

Sitti Hajmalaila. 2018. Peningkatan Karakter Kreatif Dan Karakter Peduli


Lingkungan Dalam Pembelajaran Seni Kriya Anyaman
Dengan
Menggunakan Bahan Plastik Bekas Pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 3
Kendari. (Tesis). Jurusan Pendidikan Seni Fakultas Pascasarjana.
Universitas Haluoleo. Kendari.
Siswandi. 2017. Seni Budaya SMA/MA/SMK Kelas XI Semester 1. Kementrian
Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Revisi 2017.
Jakarta:
Balitbang Kemendikbud.
101

…………. 2017. Seni Budaya SMA/MA/SMK Kelas X Semester 1 & II.


Kementrian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
Revisi
2017. Jakarta: Balitbang Kemendikbud.

Subini, Nini. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka.

Sudjana, Nana. 2003. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja.

………………. 2003. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

……………... . 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja.

Sulchan, Ali. 2011. Proses Desain kerajinan. Yogyakarta: Aditya Media


Publishing.

Susanto, Mike. 2011. Diksi rupa. Yogyakarta: Dicti Art Lab dan Bali: Jagad
Art Space.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Tim Penyusun. 2001. KLBI. Jakarta. Aneka Ilmu PT. Difa Publisher.

Zulqarnain. 2021. Psikologi Pendidikan. Bandung: Depublish.


102

Anda mungkin juga menyukai