Anda di halaman 1dari 34

LEMBAR KERJA MAHASISWA (Pleno Tutorial 1)

UNIVERSITAS JEMBER KODE DOKUMEN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


PRODI KEDOKTERAN GIGI FORM PP-05

LEMBAR KERJA MAHASISWA


Dosen Pengampu Mata kuliah : Yohana Maria Penga, S.T., M. Biomed.
Pokok Bahasan : Pleno Skenario 1
Model Pembelajaran : Case Method

IDENTITAS MAHASISWA

Nama/NIM/Kelas Angel Fransisca Tumbelaka/ 221610101080/ A

Nama Anggota Shelsi Alfindya Malaika (221610101076)


kelompok
Nadia Kusumawati (221610101077)
Griselda Odys Betsythaddea (221610101078)
Angel Fransisca Tumbelaka (221610101080)
Prasasti Fitrah Naraya Setiawan (221610101081)
Muhammad Bintang Raja Faleqy (221610101082)
Diora Anindya Puruhita Yudhayanti (221610101083)
Aulia Salsabila Putri Prasetya(221610101084)
Aisyah Meutia Putri (221610101085)
Wilda Shalshabila Pramono (221610101086)

Pertemuan Ke 3

Hari/Tanggal Kamis/1 Desember 2022

BAHAN DISKUSI

Bacalah dengan seksama skenario 1 yang telah diberikan. Diskusikan dengan metode 7
jump, tentukan Learning objectivenya. Gunakanlah literatur yang telah tertulis pada modul,
atau mencari di media lain yang bisa dipertanggung jawabkan. Buat laporan sesuai format
dan persiapkan PTT untuk melakukan presentasi pada saat pleno.

Rumusan/Akar Masalah :
Tentukan Learning Objective
Solusi : Tulislah hasil diskusi tutorial pertama yang diperoleh dengan Teknik 7 Jump, yaitu
hasil diskusi step 1-5 /menentukan learning objective. Upload hasil diskusi tersebut
pada assignment di sister pada masing masing dosen pengampu tutorial

SKENARIO 1

Kehidupan sel dimulai saat formasinya melalui pembelahan sel oleh sebuah sel induk
dan berakhir dengan terbentuknya sel anak atau kematiannya. Pembelahan merupakan cara sel
untuk memperbanyak dirinya, membelah menjadi dua dan masing-masing akan membelah
menjadi dua pula, demikian seterusnya sehingga akan terbentuk bermilyar sel yang selanjutnya
akan berdifferensiasi. Pada umumnya sel yang telah mengalami differensiasi tidak dapat
membelah lagi, namun pada keadaan patologis, atau dalam proses penyembuhan, sel tersebut
mampu membelah kembali dengan cara memasuki siklus sel. 
Siklus sel sangat penting bagi kehidupan sel, karena di sini terjadi proses pertumbuhan
dan perkembangan sel selanjutnya. Checkpoint merupakan salah satu dari mekanisme
pengontrol siklus sel. Selain itu juga terdapat beberapa protein yang berperan dalam
pengontrolan siklus sel. Mekanisme yang mengatur dan mengendalikan siklus sel ini sangat
penting karena jika siklus sel tidak terkontrol, maka sel akan tumbuh dan membelah tanpa
terkendali. Kegagalan dari mekanisme pengontrol ini akan menyebabkan sel dengan kerusakan
DNA melaju ke tahap M (Mitosis). Sel yang mengalami mutasi ini akan menimbulkan
berbagai kelainan antara lain kanker.  
HASIL DISKUSI
Step 1 Identifikasi kata sulit

1. Siklus sel: Rangkaian kehidupan sel yang berulang dimulai dari sel tumbuh hingga
melakukan pembelahan menghasilkan sel anakan yang identik dengan sel induk
(Aisyah)

2. Mitosis: peristiwa pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anak dengan jumlah
kromosom yang sama dengan induknya (Diora)

suatu pembelahan sel melalui tahap profase, metafase, anafase, dan telofase

3. Patologis: keadaan abnormal atau dalam keadaan sakit, karena patologi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang penyakit. (Shelsi).

Respon yang tidak normal pada tubuh manusia, contoh ketika mengalami sayatan pada
kulit tubuh tidak merespon seperti seharusnya (melakukan pembekuan darah).
(Bintang)

4. Checkpoint: mekanisme yang menghambat siklus sel jika terjadi krisis tertentu seperti;
replikasi dna yang tidak sempurna, atau kromosom dna yang rusak. (Aulia)

tahapan pemeriksaan kelengkapan komponen sel sebelum melakukan pembelahan.


proses ini melibatkan protein. (Diora)

5. Mutasi: perubahan materi genetik suatu sel yang diturunkan ke keturunannya (Wilda)

perubahan yang terjadi pada bahan genetik baik pada taraf tingkat gen maupun
kromosom. (Prasasti)

6. DNA: suatu asam nukleat yang merupakan penyusun gen di dalam inti sel. dna ini
bertugas untuk menyimpan segala informasi biologis dari setiap makhluk hidup dan
beberapa virus. (Griselda)

Helix ganda yang mengandung instruksi genetik yang menentukan perkembangan


biologis dari seluruh bentuk kehidupan sel. (Nadia)

7. Diferensiasi: proses yang menjadikan sel menerima fungsi biokimia dan morfologi
khusus yang belum ada yang terjadi selama perkembangan organisme tersebut (Angel)

proses yang menjadikan sel menerima fungsi biokimia dan morfologi secara khusus
yang sebelumnya tidak ada atau lebih bersifat umum. (Nadia)

8. Kanker: keadaan atau penyakit yang disebabkan keadaan sel abnormal yang tidak
terkendali di dalam tubuh (Angel)

pertumbuhan sel yang tidak terkendali sehingga menyebabkan kanker, terjadi akibat
mutasi gen sehingga gen bisa rusak atau mengalami penggandaan yang berlebihan
(Aisyah)

Step 2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pengertian checkpoint yang mengontrol siklus sel dan apa saja protein yang
mendukungnya? (Bintang)

2. Bagaimana tahapan terjadinya siklus sel? (Aisyah)

3. Bagaimana mekanisme pengaturan dan pengendalian siklus sel dalam checkpoint?


(Aulia)

4. Apa dan bagaimana mutasi gen dapat terjadi? (Angel dan Prasasti)

5. Bagaimana efek yang terjadi akibat terjadinya mutasi? (Wilda)

6. Mengapa dapat terjadi kegagalan dalam mekanisme pengontrolan? (Angel)

Step 3 Brainstorming

1. Pembelahan sel membutuhkan kontrol atau mekanisme untuk menentukan


kapan harus melakukan pembelahan sel, kapan harus berhenti melakukan pembelahan
sel, dan berapa lama membutuhkan waktu dalam pembelahan sel.
Protein yang berperan dalam kontrol siklus sel yaitu:
cyclin- dependent protein kinase atau CDKS dan Cyclins (Diora)

Checkpoint adalah mekanisme yang menghambat siklus sel jika terjadi


1. proses krisis tertentu, seperti replikasi DNA yang tidak terselesaikan secara
sempurna, atau

2. sda komponen kromosom DNA yang rusak.


untuk melakukan fungsinya, checkpoint memerlukan setidaknya 3 komponen

1. komponen sensor atau pemantau yg mendeteksi abnormalitas

2. komponen persinyal yang menyampaikan info;

3. suatu efektor yang menginhibisi mesin2 siklus sel.

mekanisme pengontrol siklus sel merupakan suatu mekanisme yang kompleks.


mekanisme ini terdiri dari bermacam-macam protein yang kerjanya saling menginduksi
atau menginhibisi. kelompok utama dari protein yang terlibat dalam pengontrolan
siklus sel yaitu

1. cyclins (cyclin D, E, & A)

2. Cyclin- dependent kinase (khususnya CDK4, CDK6, & CDK2)

3. CDK inhibitors (khususnya p16, p21, & p27)

4. gen supresor tumor (khususnya pRb dan p53).

Beberapa dari protein ini untuk melakukan fungsinya, ada yang berikatan dan
membentuk kompleks dengan protein lainnya. Ada pula protein yang menghambat
protein lain untuk membentuk kompleks. Kompleksitas dari mekanisme ini akan
dijelaskan pada jalur retinoblastoma.

2. Pada interfase, siklus sel terdiri dari tahap G1(G0), S(sintesis), G2.

G1(first gap) merupakan tahap yang mengikuti mitosis (setelah M) dan mendahului
inisiasi DNA(sebelum S) tahap ini satu-satunya tahap pada siklus sel yang diatur oleh
stimuli ekstraseluler seperti mitogens dan adhesion. Pada tahap ini sel tumbuh dan
memroduksi semua protein untuk sintesis protein. Restriction point(R) dan checkpoint
terdapat pada akhir G1 merupakan titik penting pada regulasi siklus sel. Tahap ini
penting karena mempersiapkan sel untuk memasuki tahap selanjutnya yaitu Tahap S.

Pada tahap S, sel mereplikasi DNA-nya sehingga memiliki dua set lengkap DNA. Sel
memerlukan dua set lengkap DNA, agar sel nantinya dapat membelah menjadi dua sel
anak, dimana setiap sel memiliki satu kopi lengkap DNA. Setelah replikasi DNA dan
duplikasi kromosom selesai, sel memasuki G2

G2(second gap) merupakan tahap akhir dari sintesis DNA dan mempersiapkan sel
memasuki tahap M. Pada tahap ini sel mengalami pertumbuhan dan sintesis protein.
Oleh karena itu diperlukan protein yang cukup untuk dua sel, kemudian sel
menyiapkan diri untuk membelah. Setelah selesai dan melalui checkpoint, sel
memasuki tahap terakhir dari siklus sel yaitu tahap M. Tahap M terdiri dari dari
profase, metaphase, anafase, telophase. Selama tahap M, sel membelah menjadi dua sel
anak. Setelah siklus sel selesai, sel mempunyai dua pilihan yaitu siklus dimulai
kembali dengan memasuki G1 atau sel keluar dari siklus menjadi non aktif dengan
memasuki G0.

Profase

Profase awal Mengalami replikasi sentrosom kemudian menghasilkan dua sentrosom.


Kemudian sentrosom bergerak ke kutub-kutub inti sel yang berlawanan arah. Pada saat
bersamaan mikrotubulus mulai terlihat diantara dua sentrosom. Lama kelamaan
mikrotubulus membentuk seperti gulungan benang yang disebut dengan benang
spindle. Pada fase ini juga benang-benang kromatin menebal dan membentuk
kromosom. Kromosom ini terdiri dari dua kromatid identic yang terikat sentromer.
Profase akhir nucleus dan membrane inti mulai menghilang, sentrosom telah mencapai
kutub masing”, benang spindel membentang dari kutub satu ke kutub yang lain yang
fungsinya untuk menarik kromosom ke inti sel pada tahap berikutnya
Metafase

Nucleus dan membrane ini sudah tidak terlihat, kromatid menuju ke tengah sel
membentuk lempengan metaphase. Kromosom yang berada di tengah bisa dilihat
dengan jelas jumlah dan bentuknya

Anafase

Pemisahan kromatid dari bagian sentromer. Kromosom ditarik benang spindel ke kutub
yang berlawanan. Pada anafase akhir kromosom hamper sampai ke kutub mulai terjadi
sitokinesis. Sitokinesis adalah pembelahan dari luar sel ke tengah sel dan menghasilkan
2 sel yang disebut sel anak.

Telofase

Pada tahap ini kromosom telah sampai ke kutub masing”, benang spindel mulai hilang
dan membrane inti sel terbentuk antara dua kelompok kromosom yang terpisah. Lama
kelamaan kromosom menipis dan menjadi benang” kromatin kmebali. Sitokinesis
selesai, sel telah membelah dan menghasilkan dua sel anak dengan kromosom
diploid(2n)

tahap g 2 tahap akhir yang sudah siap untuk tahap mitosis, diperlukan protein yang
cukup
tahap terakhir yaitu tahap m, ada profase, metafase, anafase, dan telofase
profase: replikasi sentrosom (aul dan Angel)
Terdapat empat fase (tahap) pembelahan mitosis, diantaranya profase, metafase,
anafase, dan telofase.

a. Profase: Pada awal profase, sentrosom mengalami replikasi, sehingga


menghasilkan dua sentrosom. Kemudian, setiap sentrosom akan bergerak ke
kutub-kutub inti sel yang letaknya berlawanan.
Di saat yang bersamaan, mikrotubulus mulai terlihat di antara dua sentrosom.
Mikrotubulus ini merupakan serat protein panjang yang memanjang dari
sentriol ke segala arah. Lama-kelamaan, mikrotubulus akan membentuk seperti
gulungan benang yang bisa kita sebut dengan benang-benang spindel.

Di tahap pembelahan sel ini juga, benang-benang kromatin mulai mengalami


penebalan yang kemudian membentuk kromosom. Kromosom ini terdiri dari
dua kromatid identik yang terikat pada sentromer. Setiap sentromer memiliki
dua kinetokor yang merupakan formasi protein dan menjadi tempat melekatnya
benang-benang spindel nantinya.

Di akhir tahap profase, nukleolus dan membran inti sel mulai menghilang.
Selain itu, sentrosom telah sampai di kutubnya masing-masing. Benang-benang
spindel pun akan membentang dari kutub satu ke kutub yang lain. Benang
spindel ini nantinya akan berperan untuk menarik kromosom ke bagian tengah
inti sel di tahap selanjutnya.

b. Metafase: nukleus dan membran inti sel sudah tidak terlihat. Masing-masing
kinetokor pada sentromer dihubungkan ke satu sentrosom oleh benang-benang
spindel. Kemudian, pasangan kromatid bergerak ke bagian tengah sel (bidang
ekuator) dan membentuk lempeng metafase.

Posisi kromosom yang terletak pada bagian tengah sel ini membuat jumlah
kromosom dapat dihitung dengan tepat dan bentuk kromosom juga dapat
diamati dengan jelas.
c. Anafase: ditandai dengan pemisahan kromatid dari bagian sentromer yang
kemudian membentuk kromosom baru. Masing-masing kromosom ditarik oleh
benang-benang spindel menuju kutub yang berlawanan. Jumlah kromosom
yang menuju ke kutub yang satu akan sama dengan jumlah kromosom yang
menuju ke kutub lainnya.

Pada tahap akhir anafase, kromosom hampir sampai ke kutubnya masing-


masing. Selain itu, sitokinesis juga mulai terjadi. Apa itu sitokinesis?
Sitokinesis merupakan fase pembelahan atau pemisahan sitoplasma, organel,
dan membran selular. Pembelahan ini dimulai dari luar sel (membran sel)
menuju ke bagian tengah sel, sehingga akan menghasilkan dua sel yang disebut
sel anak.

d. Telofase: Pada tahap ini, kromosom telah sampai di kutubnya masing-masing.


Benang-benang spindel mulai menghilang dan membran inti sel juga mulai
terbentuk di antara dua kelompok kromosom yang terpisah. Kromosom
semakin lama akan menipis dan berubah menjadi benang-benang kromatin
kembali. (Prasasti)

3. Pada siklus sel, ada titik penting yang disebut checkpoint. Checkpoint diperlukan untuk
menentukan sel memasuki tahap berikutnya atau menghentikan siklus sel jika
kondisinya tidak memungkinkan. Checkpoint adalah mekanisme yang menghambat
siklus sel jika terjadi (1) Proses krisis tertentu, seperti replikasi DNA yang tidak
terselesaikan secara sempurna, atau (2) Ada kromosom DNA yang rusak. Untuk
melakukan fungsinya, check-point memerlukan setidaknya tiga komponen, yaitu: 1).
Komponen sensor atau pemantau yang mendeteksi abnormalitas; 2) Komponen
pensinyal yang menyampaikan info; 3). Suatu efektor yang menginhibisi mesin- mesin
siklus sel.
jika komponen dapat mendeteksi adanya kerusakan DNA atau kerusakan lain, seperti
replikasi kromosom yang tidak lengkap, maka checkpoint akan memicu respon dengan
cara menghentikan siklus sel untuk sementara, sebelum menuju ke tahap selanjutnya.
Sel kemudian memperbaiki kerusakan atau menyempurnakan replikasi DNA atau bila
tidak dapat diperbaiki maka sel akan mengalami apoptosis.

Pada siklus sel, khususnya interfase, terdapat dua checkpoint. Pada tahap ini
mekanisme kontrol siklus sel difokuskan, yaitu: (1) inisiasi replikasi DNA yang terjadi
pada transisi G1 ke tahap S. (2) inisiasi dari mitosis, yang terjadi pada transisi G2 ke
tahap M. Kedua transisi tadi adalah tahap kritis karena kromatin sel yang mereplikasi
sangat sensitif terhadap kerusakan."

Mekanisme pengontrol siklus sel merupakan suatu mekanisme yang kompleks.


Mekanisme ini terdiri dari bermacam-macam protein yang kerjanya saling
menginduksi atau menginhibisi. (Shelsi)

Check point akan memeriksa peristiwa penting yang terjadi pada sel, seperti
pertumbuhan sel, sintesis DNA, dan ketepatan segregasi kromosom sebelum sel
meninggalkan suatu fase dalam siklus sel. Checkpoint ini berada di 3 tempat yaitu:

1. Restriction point, yaitu pada akhir fase G1, ketika sel menyelesaikan suatu siklus
pembelahan. Sel tidak dapat menyelesaikan fase ini bila tidak memiliki nutrisi yang
cukup ataupun growth factor. Bila ada kesalahan DNA, siklus sel akan tertahan pada
fase G1 dan tidak dapat memasuki fase S. Hal ini akan memberikan waktu bagi sel
untuk memperbaiki kerusakan DNA sebelum memasuki fase S. Tertahannya siklus
pada fase ini dimediasi oleh aktivitas p53 .

2. Mitosis dimulai pada permulaan fase M. Sel tidak dapat melakukan titik ini bila ada
kerusakan atau kesalahan DNA .

3. Selesainya mitosis terdapat di akhir fase M. Sel akan tertahan di titik ini jika mitotic
spindle gagal untuk berkumpul secara adekuat. (Nadia)
4. Faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya mutasi berasal dari banyak aspek
variabel faktor lingkungan. Faktor- faktor tersebut dikenal sebagai mutagen. Pada
umumnya faktor- faktor lingkungan penyebab mutasi (mutasi) dibagi menjadi: faktor
fisika, faktor kimia, dan faktor biologi. Faktor lingkungan : agen mutagenik dari faktor
fisika berupa radiasi. Radiasi ini dipancarkan oleh bahan yang bersifat radioaktif.
Radiasi yang menimbulkan ionisasi dapat menembus bahan, termasuk jaringan hidup,
lewat sel-sel dan membuat ionisasi molekul zat dalam sel, sehingga zat- zat itu tidak
berfungsi normal atau bahkan menjadi rusak. Faktor kimia : Mutagen Bahan Kimia,
contohnya kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat yang dapat menghalangi
terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan dapat menghambat
pembelahan sel pada anafase. Faktor biologi : Lebih dari 20 macam virus penyebab
kerusakan kromosom, misalnya virus hepatitis menimbulkan aberasi pada darah dan
sumsum tulang. Virus campak, demam kuning, dan cacar juga dapat menimbulkan
aberasi. (Griselda)

perubahan materi gen atau kromosom yg diwariskan, yang terjadi karena terjadinya
kesalahan replikasi yang disebabkan beberapa hal. pada saaat terjadi adanta perubahan
urutan dna (mutasi titik) adanya perubahan N pada DNA atau RNA (Angel)

Proses terjadinya mutasi ketika terjadinya adisi, delesi, dan duplikasi terjadinya
perubahan fenotip. adisi adalah perubahan dengan adanya penambahan basa nitrogen,
duplikasi mutasi dengan dna digandakan, delesi jenis mutasi di mana dna ada yang
terputus ketika terjadi replikasi dna. (Prasasti)

di kromosom ada jenis mutasi translokasi, pertukaran segmen kromosom, ada


translokasi tunggal ,perpindahan, resiprok (zygot, heterozygot), robertson.

inversi; mutasi yang terjadi selama perubahan kromosom, terjadi kiasme (terpilin)
membuat perubahan letak gen. (Angel)

1. Beberapa efek peristiwa yang terjadi akibat mutasi

a. Efek molekular

- Mutasi diam
Perubahan suatu pasangan basa dalam gen (pada posisi 3 kodon) yang menimbulkan
perubahan satu kode genetik tetapi tidak mengakibatkan perubahan atau pergantian
asam amino yang dikode. Mutasi diam biasanya disebabkan karena terjadinya
mutasi transisi dan tranversi.

- Mutasi salah arti

Perubahan suatu kode genetik (umumnya pada posisi 1 dan 2 pada kodon) sehingga
menyebabkan asam amino yang terkait pada rantai polipeptida berubah. Perubahan
pada asam amino dapat menghasilkan fenotip mutan.

- Mutasi tanpa arti

Perubahan kodon asam amino tertentu menjadi kodon stop, yang mengakhiri rantai,
mengakibatkan berakhirnya pembentukan protein sebelum waktunya selama
translasi. Hasilnya adalah suatu polipoptida tak lengkap yang tidak berfungsi.

- Mutasi rangka baca

Mutasi yang terjadi bukan hanya mengubah urutan local ditambah bingkai
pembacaan tapi juga sering mengakibatkan penggunaan kodon stop yang baru yang
dapat menyebabkan ada bentuk baru dari protein.

b. Efek klinis

Mutasi ada yang menimbulkan dan tidak menimbulkan efek terhadap kesehatan.
Mutasi yang tidak menimbulkan efek biasanya mutasi diam karena pada mutasi ini
tidak terjadi perubahan susunan asam amino. Sementara itu, mutasi-mutasi lain dapat
memberikan efek negatif, misalnya memberikan efek penyakit, seperti anemia sel sabit
dan thalassemia, bahkan ada yang hingga menyebabkan letal.

(Aisyah)

5. Terjadinya kegagalan dalam mekanisme pengontrolan pembelahan sel dapat


disebabkan oleh beberapa faktor.

1. Terjadinya mutasi pada sel yang menyebabkan sel itu dapat memproduksi growth
factor and growth factor reseptor sendiri. Hal tersebut menyebabkan sel menjadi tidak
tergantung atau memerlukan sinyal eksternal untuk pertumbuhan dan pembelahannya
yang dapat memungkinkan pemendekan growth factor pathways nya.

2. Mutasi pada beberapa gen (proto-onkogen) yang menyebabkan sel tersebut tidak
mengenal dan tidak merespon sinyal penghambatan pertumbuhan.

3. Terjadinya kecacatan dalam regulasi pemendekan telomer yang menyebabkan sel


dapat memiliki unlimited replikatif potential sehingga memungkinkan sel akan terus
membelah diri. (Wilda)

Step 4 Mindmap

Step 5 Learning Objective


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang fase-fase dalam siklus sel

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme control pada


siklus sel, sehingga apabila ada kerusakan maka sel dapat memperbaiki dirinya, atau
masuk dalam tahapan apoptosis, atau menjadi penyakit kanker.

Step 7 Pemecahan Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang fase-fase dalam siklus sel

Pembelahan mitosis adalah salah satu bagian dari siklus sel, dari sel terbentuk, hingga
sel membelah menghasilkan sel anakan. Pembelahan mitosis merupakan pembelahan
yang menghasilkan sel-sel tubuh (sel somatik). Secara garis besar, pembelahan sel
secara mitosis terdiri dari fase istirahat (interfase) dan fase mitotik. Fase mitotik terdiri
atas profase, metafase, anafase, dan telofase. Beberapa proses yang terjadi pada saat
tahap interfase dan mitosis adalah sebagai berikut.

a. Interfase (Fase Istirahat)

Pada tahap ini, sel dianggap sedang istirahat dan tidak melakukan pembelahan. Namun,
interfase merupakan tahap yang penting untuk mempersiapkan pembelahan atau
melakukan metabolisme sel. Pada saat ini, sel bertumbuh dan membuat salinan
kromosom kromosomnya sebagai persiapan untuk pembelahan sel. Interfase dapat
dibagi menjadi beberapa sub fase : fase G1 (first gap 1 ), fase S (sintesis), dan fase G,
(second gap). Selama ketiga subfase, sel bertumbuh dengan cara menghasilkan protein
dan organel sitoplasma seperti mitokondria dan retikulum endoplasma.
Sel manusia tertentu mungkin mengalami satu pembelahan dalam 24 jam. Dari periode itu,
fase M menghabiskan kurang dari I jam, sedangkan fase S mungkin berlangsung 10-12 jam,
atau sekitar separuh siklus. Sisa waktu mungkin dibagi rata antara fase G1 dan G2. Fase G2,
biasanya berlangsung 4-6 jam dan G1 akan berlangsung sekitar 5-6 jam. G1, adalah fase
dengan lama waktu yang paling bervariasi pada tipe sel yang berbeda. Proses-proses yang
terjadi pada interfase di setiap subfase nya adalah sebagai berikut.

● Fase Pertumbuhan Primer ( Growth 1 disingkat G1 ) Sel yang baru terbentuk


mengalami pertumbuhan tahap pertama. Pada subfase ini, sel-sel belum mengadakan
replikasi DNA yang masih bersifat 2n (diploid). Sementara organel-organel yang ada
di dalam sel, seperti mitokondria, retikulum endoplasma, kompleks golgi, dan organel
lainnya memperbanyak diri guna menunjang kehidupan sel.

● Fase Sintesis (S) Pada subfase ini, sel melakukan sintesis materi genetik. Materi
genetik adalah bahan-bahan yang akan diwariskan kepada keturunannya, yaitu DNA.
Sebelum DNA disintesis, sintesis protein-protein penyusun kromatin, salah satunya
histon, meningkat untuk menyediakan bahan-bahan yang diperlukan ketika DNA baru
disintesis. S-Cdks merangsang peningkatan besar dalam sintesis empat subunit histon
membentuk oktamer histon pada inti setiap nukleosom. Setelah semua komponen
untuk replikasi DNA siap, maka DNA mulai direplikasi. Hasil dari replikasi DNA pada
subfase sintesis (penyusunan) yaitu sebanyak 2 salinan DNA.

Pada akhir fase S, setiap kromosom yang direplikasi terdiri dari sepasang
kromatid saudara identik yang direkatkan sepanjang panjangnya. Kohesi saudara-
kromatid ini mengatur tahap untuk mitosis karena sangat memudahkan perlekatan
kedua kromatid saudara ke kutub yang berlawanan dari gelendong mitosis. Cacat pada
kohesi kromatid saudara mengarah pada kesalahan besar dalam beberapa pemisahan
kromosom. Kohesi kromatid saudara bergantung pada kompleks protein besar yang
disebut kohesin, yang disimpan di banyak lokasi sepanjang setiap kromatid saudara
ketika DNA direplikasi dalam fase S. Kohesin membentuk struktur seperti cincin
raksasa dan mengelilingi dua kromatid saudara.

● Fase Pertumbuhan Sekunder ( Growth 2 disingkat G2 ) Setelah DNA mengalami


replikasi, subfase berikutnya adalah pertumbuhan sekunder (G2). Pada subfase ini, sel
memperbanyak organel-organel yang dimilikinya. Ini bertujuan agar organel-organel
tersebut dapat diwariskan kepada setiap sel turunannya. Pada subfase ini, replikasi
DNA telah selesai dan sel bersiap-siap mengadakan pembelahan secara mitosis. Selain
itu, inti sel (nukleus) telah terbentuk dengan jelas dan terbungkus membran inti.

Pada subfase ini, inti sel mempunyai satu atau lebih nukleolus dan dilindungi oleh
selaput nukleus atau membran inti. Di luar inti terdapat dua sentrosom yang terbentuk
oleh replikasi sentrosom pada tahap sebelumnya. Sentrosom mengalami perpanjangan
menyebar secara radial yang disebut aster (bintang). Pada sentrosom terdapat sepasang
sentriol yang berfungsi menentukan orientasi pembelahan sel. Walaupun kromosom
telah diduplikasi pada fase S, namun pada fase G2, kromosom belum dapat dibedakan
secara individual karena masih berupa benang-benang kromatin yang belum
terkondensasi.

b. fase mitosis
● Profase
Pada tahap ini terjadi kondensasi kromosom yang sebelumnya telah digandakan pada
interfase atau periode S. Kondensasi kromosom berlangsung melalui proses
penggulungan DNA sehingga terjadi penebalan dan pemendekan ukuran kromosom
sehingga pada akhir proses penggulungan kromosom menjadi lebih pendek dan tebal;
tiap kromosom terpisah satu sama lain. Bentuk seperti ini akan mempermudah
pergerakan kromosom dalam pembelahan sel. Profase dapat dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu awal, tengah, dan akhir. Profase awal ditandai dengan mulai tampaknya serat-
serat kromatin. Pada profase tengah sudah terlihat pemisahan kromosom yang satu
dengan yang lain, kromosom sudah mempunyai bentuk yang tebal dan pendek. Proses
penggulungan DNA akan berjalan terus dan pada tahap profase akhir, kromosom akan
mempunyai ketebalan serta pemendekan maksimum. Oleh karena kromosom telah
digandakan pada periode S maka pada profase akhir terlihat semua kromosom sudah
menjadi dua kali lipat. Namun, masing-masing kromosom anak masih disatukan pada
satu titik yang disebut sentromer. Kedua kromosom anakan yang masih disatukan oleh
sentromer disebut kromatid. Letak sentromer merupakan ciri khas dari setiap
kromosom. Berdasarkan posisi sentromernya, kromosom dikelompokkan menjadi
metasentrik (sentromer terletak di tengah kromosom); parasentrik (sentromer terletak
di ujung kromosom); submetasentrik (sentromer dekat pada salah satu ujung
kromosom). Pada kromosom tertentu terdapat penyempitan sekunder, (penyempitan
primer ialah sentromer) sehingga terdapat bentuk bulat bola pada ujung kromosom
yang disebut sebagai satelit. Satelit digunakan sebagai salah satu ciri kromosom.
● Metafase
Ditandai dengan lenyapnya membran inti, kemudian muncul serat-serat halus dari dua
kutub yang berlawanan. Serat tersebut akan menempel pada sentromer dan menarik
kromosom ke arah dua kutub yang berlawanan. Daya tarik yang seimbang
menyebabkan kromosom akan terletak pada bidang yang terdapat di tengah sel. Bidang
imajinasi tersebut dinamakan bidang ekuator dan posisi kromosom pada bidang
ekuator merupakan ciri tahap metafase. Metafase merupakan tahap yang paling cocok
untuk studi kromosom karena akibat posisinya yang terbesar menyebabkan jumlah
kromosom dapat dihitung dengan tepat, dan bentuk kromosom dapat dipelajari dengan
seksama.
● Anafase
Pada tahap anafase kedua bagian kromatid akan memisahkan dirinya dari pasangannya
dan melakukan pergerakan menuju ke bagian ujung/bagian kutub yang mempunyai
arah saling berlawanan. Ciri-ciri yang dimiliki oleh tahap anafase adalah:
1. Bagian sentromer akan membelah menjadi dua bagian dan bagian kromatid akan
berpisah.
2. Pada Benang-benang spindel antar bagian kromosom dan juga bagian sentriol akan
memendek sehingga masing-masing kromosom akan tertarik ke bagian kutub yang
mempunyai arah berlawanan.
3. Tarikan pada benang-benang spindel pada bagian kromosom adalah sebagai akibat
dari proses kontraksi pada bagian mikrotubulus.
4. Kromosom sudah sampai pada masing-masing bagian kutubnya.
5. Serat-serat antara kromosom akan mengalami perenggangan sehingga bagian sel
akan menjadi memanjang.
● Telofase
Pada tahap telofase, setiap bagian kutub akan terbentuk kromosom yang memiliki sifat
identik. Bagian dinding inti sel akan mengalami proses pembentukan kembali. Ciri-ciri
yang dimiliki oleh tahap telofase adalah :
1. Pada bagian membran inti akan terbentuk kembali pada setiap kutub dari sel dan
juga akan melingkupi pada bagian kromosom.
2. Kromosom akan mengalami proses yang dinamakan dekondensasi
3. Bagian nukleolus akan mengalami pembentukan kembali.
4. akan terbentuk dua buah sel-sel anak yang baru dengan kromosom yang identik.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme control pada siklus sel,
sehingga apabila ada kerusakan maka sel dapat memperbaiki dirinya, atau masuk dalam
tahapan apoptosis, atau menjadi penyakit kanker.

a. Mekanisme kontrol siklus sel

Mekanisme pengontrol siklus sel terdiri dari titik pemeriksaan (Checkpoint) yang dibantu oleh
beberapa protein. Titik pemeriksaan (Checkpoint) pada siklus sel adalah titik kontrol yang
menentukan apakah sel itu harus memasuki tahap selanjutnya atau harus menghentikan siklus
sel. Dalam melakukan fungsinya, Checkpoint memerlukan setidaknya 3 komponen, yaitu
sensor kerusakan, signal transduksi dan efektor.

Dalam siklus sel terdapat tiga titik pemeriksaan utama


● Restriction point, yaitu pada akhir fase G1. Pada fase ini Checkpoint akan mendeteksi
ukuran sel, jumlah nutrisi pada sel, growth factor dan kerusakan atau kesalahan DNA.

● Checkpoint selanjutnya terdapat pada akhir fase G2 atau awal fase S (Chk1). Checkpoint ini
berfungsi untuk mendeteksi kerusakan DNA yang direplikasi dan mencegah inisiasi mitosis
sebelum replikasi DNA selesai.

● Checkpoint yang terakhir, disebut spindle checkpoint, yang bertugas menjaga integritas
genom menjelang akhir mitosis.

Kelompok utama dari protein yang terlibat dalam pengontorlan siklus ini, yaitu protein cyclin,
cyclin-dependent kinases, dan cycline-dependent kinase inhibitor.

● Cyclin. Jenis cyclin utama dalam siklus sel adalah cyclin D, E, A, dan B. Cyclin
diekspresikan secara periodik sehingga konsentrasi cyclin berubah-ubah pada setiap
fase siklus sel. Tetapi, cyclin D tidak diekspresikan secara periodik melainkan selalu
disintesis selama ada stimulasi growth factor.

● Cyclin-dependent kinases (Cdk). Cdk utama dalam siklus sel adalah Cdk 4, 6, 2, dan 1.
Cdks merupakan treonin atau serin protein kinase yang harus berikatan dengan cyclin
untuk aktivasinya. Konsentrasi Cdks relatif konstan selama siklus sel berlangsung.
Cdks dalam keadaan bebas (tak berikatan) akan inaktif karena catalytic site, tempat
ATP dan substrat yang berikatan diblok oleh ujung C-terminal dari CKIs. Cyclin akan
menghilangkan pengeblokan tersebut. Ketika diaktifkan, Cdk akan memacu proses
downstream dengan cara memfosforilasi protein spesifik.
● Cyclin–dependent kinase inhibitor (CKI), merupakan protein yang dapat menghambat
aktivitas Cdk dengan cara mengikat Cdk atau kompleks cyclin. Cyclin–dependent
kinase inhibitor terdiri dari dua kelompok protein yaitu INK4 (p15, p16, p18, dan p19)
dan CIP/KIP (p21, p27, p57). Keluarga INK4 membentuk kompleks yang stabil
dengan Cdk sehingga mencegah Cdk mengikat cyclin D. INK4 bertugas mencegah
progresi fase G1. Keluarga CIP/KIP meregulasi fase G1 dan S dengan menghambat
kompleks G1 cyclinCdk dan cyclin B-Cdk1. Protein p21 juga menghambat sintesis
DNA dengan menonaktifkan proliferating cell nuclear antigen (PCNA). Ekspresi p21
diregulasi oleh p53 karena p53 merupakan faktor transkripsi untuk ekspresi p21.

b. Mekanisme saat ada kerusakan

Proses replikasi DNA, perbaikan DNA, sintesis protein dan RNA adalah beberapa mekanisme
penting dari dasar genetika. Adanya mutasi pada satu gen menimbulkan efek kerusakan pada
organisme tersebut (terutama pada sel somatik). Mutasi yang terjadi pada sel yang tidak
bereproduksi dapat mengganggu proses transkrip dan replikasi yang membuat sel ganas
(cancer) atau percepatan proses menua (aging). Ketidakstabilan genetik dapat terjadi pada
tingkat kromosom dan nukleotida saat translokasi kromosom dan penggandaan gen. DNA
sangat rentan terhadap kerusakan. Kerusakan DNA (DNA damage) merupakan perubahan
struktur dasar dan fungsi rantai DNA, hal ini dapat disebabkan oleh paparan radiasi, bahan
kimia, dan metabolisme DNA. Kerusakan DNA tidak dapat dihindari, terutama disebabkan
oleh kesalahan replikasi (replication errors) dan kerusakan kimiawi (chemical damage).

DNA rusak disebabkan oleh 2 faktor

- Faktor intrinsik : oksigen dan hasil metabolisme (ROS), rekombinasi sintesis


immunoglobulin, dan kegagalan proses replikasi DNA

- Faktor ekstrinsik : tergantung kadar dan durasi rangsangan yang akan mempengaruhi
sensitivitas sel.

Chk2 (Checkpoint 2) merupakan kinase yang meregulasi checkpoint siklus sel dan
menyebabkan sel berhenti berpoliferasi setelah terjadi kerusakan DNA, untuk memperbaiki
DNA sebelum ke fase mitosis.

Mekanisme Perbaikan DNA (DNA REPAIR)

Mekanisme DNA ini berfungsi untuk meminimalkan proses instabilitas genetik seperti mutasi,
kesalahan replikasi, dan kerusakan DNA. Kegagalan perbaikan DNA dapat menyebabkan
perubahan permanen dan pada sel bereproduksi membuat generasinya mengalami mutasi.
Sedangkan pada sel yang tidak bereproduksi menyebabkan terganggunya proses transkripsi
dan replikasi sehingga menuju transformasi keganasan sel dan aging.

Sel memiliki mekanisme repair terhadap kerusakan DNA untuk mempertahankan keadannya
agar tetap homeostasis. Sebagian besar sistem repair membutuhkan pemotongan (excision)
pada DNA yang rusak. Jika satu/lebih nukleotida rusak dikeluarkan dari 1 untai (strand) DNA,
maka untai pasangannya menjadi template untuk rekonstuksi.

2 jalur repair DNA

· Single step (direct reverse)

Kerusakan diperbaiki langsung secara enzimatik, seperti enzim yang memecah ikatan 2
pirimidin dalam pirimidin dimer sehingga mengembalikan molekul pada kondisi semula.

· Multi step

a. Nucleotide excision repair

Pemotongan bagian untai DNA yang mengandung “bulky lesion” pada nukleotida/ primiden
dimer. Proses diawali dengan enzim endonuklease membuat incisi pada backbone strand di 2
sisi lesi. Oligonukleotida yang rusak ditahan dalam dupeks dengan ikatan hidrogen pada basa
dari strand lainnya (selama replikasi DNA dipisahkan oleh DNA helikase). Pengisian celah
setelah pemotongan oleh DNA polimerase dan pelekatan strand yang direpair oleh DNA
ligase. Protein yang terlibat : Rad1.

b. Base excision repair

Pemisahan total dalam eksisi sel prokariotik dan eukariotik untuk membuang nukleotida yang
disebabkan oleh distorsi double helix. Diawali enzim glikosilase yang mengenal adanya
perubahan dan membuang basa dengan memisahkan ikatan glikosidik antara basa dan gula.
Perubahan basa purin/pirimidin ini dibuang oleh endonuklease, dan perbesaran celah oleh
fosfodiesterase yang kemudian diisi DNA polimerase. Untai dilekatkan dengan DNA ligase.

c. Mismatch repair

Pasangan basa mismatch dapat menimbulkan distorsi dalam bentuk double helix karena
kesalahan replikasi. Direpair oleh enzim :

- Mut s : mengenali lesi dan mengawali penyusunan kompleks repair

- Mut L : memotong pada sekuan GATC pada rantai unmethylated

- Mut H : memindahkan bagian DNA yang mengandung GATC

Setelah itu, pengisian celah di rantai tunggal oleh DNA polimerase III.

c. Mekanisme saat masuk apoptosis

● Pengertian

Apoptosis adalah kematian sel yang bergantung terhadap ATP, dimediasi oleh enzim, serta di
program menggunakan metode genetik yang sudah tidak diperlukan bahkan termasuk ancaman
bagi organisme. Apoptosis ini akan terjadi saat sitoskeleton (oleh protease) dan DNA (oleh
endonuklease) mengalami kerusakan. kedua peristiwa ini dapat disebabkan oleh caspase. Sel
sel yang sekarat akan menyusut karena gangguan pada sitoskeleton sel dan sel-sel Ini akan
kehilangan kontak antar sel. Sel-sel ini akan bersifat eosinofilik dan inti sel yang sekarat akan
menjadi sangat basofilik. Ciri- ciri utama apoptosis :
1. Piknosis, kromatin nuklir memadat sehingga membentuk satu atau lebih massa
berwarna gelap pada selubung nukleus.
2. Terjadi pembubaran membran nukleus dan endonuklease mengiris DNA menjadi
fragmen-fragmen pendek yang ukurannya teratur atau karyorrhexis.
3. Selanjutnya, sitoplasma dan nukleus yang terkondensasi ini pecah menjadi fragmen-
fragmen yang disebut badan-badan apoptosis yang bertunas dari sel, seperti daun-daun
berguguran dari pohon.
4. Makrofag kemudian membuang badan-badan apoptosis ini dalam proses yang disebut
sebagai eferositosis. Selaput sel tetap utuh tanpa peradangan, tidak seperti nekrosis,
dimana pembengkakan dan peradangan sel sering terjadi. Sel-sel apoptosis dihilangkan
dengan cepat oleh makrofag dengan sedikit atau tanpa peradangan yang terjadi di jaringan
sekitarnya.

● Fungsi

a. Menyingkirkan sel yang tidak diperlukan lagi untuk tubuh.

b. Menjaga keseimbangan jaringan tubuh dengan cara melakukan penghilangan sel yang
rusak

● Jalur intrinsik

Jalur instruksi ini menggunakan beberapa stimulus yang melibatkan sebagian besar stimulus
yang tidak dimediasi reseptor (non-receptor-mediated) dan memproduksi sinyal intraseluler
yang langsung menimbulkan reaksi dengan sasaran intrasel dan berhubungan erat dengan
mitokondria. Seluruh stimulus ini akan menyebabkan perubahan terhadap pori membran
mitokondria sehingga menjadi permeable. Stimulus juga mengakibatkan pelepasan 2
kelompok protein pro apoptotik masuk ke sitosol, yang terdiri dari:
● Kelompok 1 tersusun atas cytochrome-c, smac/DIABLO, sering protease HtrA2/ Omi.
Susunan protein ini akan mengaktifkan jalur mitokondria yang bergantung terhadap
caspase. Cytochrome-C ini akan mengikat Apaf-1 dan pro-caspase 9 sehingga terjadi
apoptosom. Selain itu, smac/DIABLO dan HtrA2/ Omi akan mempromosikan
apoptosis dengan menginhibisi IAP (inhibitor of apoptosis protein).

● Kelompok 2 terdiri atas AIF, endonuklease G dan CAD yang dikeluarkan ketika sel
mengalami apoptosis. Regulasi proses dalam jalur mitokondria dilakukan melalui
famili protein Bel-2.

● Jalur ekstrinsik

Jalur ekstrinsik pada apoptosis diawali dengan interaksi yang melibatkan reseptor
transmembran. Reseptor pada jalur ekstrinsik adalah death receptors atau reseptor kematian
yang merupakan anggota keluarga reseptor tumor necrosis factor (TNF). Anggota keluarga
reseptor TNF saling berbagi domain yang mengandung banyak sistein dan terdapat di luar sel.
Selain itu, anggota keluarga reseptor TNF juga mempunyai domain sitoplasma yang dipenuhi
oleh 80 asam amino dan dinamakan sebagai domain kematian atau death domain. Death
domain nantinya akan berperan dalam mentransmisikan sinyal kematian dari permukaan sel
menuju jalur pensinyalan di dalam sel.

Urutan kejadian pada apoptosis jalur ekstrinsik dimulai saat terjadi pengelompokan
reseptor dan pengikatan dengan ligan trimerik homolog. Setelah reseptor berikatan dengan
ligan, protein adaptor sitoplasma akan direkrut untuk menunjukkan death domain yang mana
yang sesuai untuk berikatan dengan reseptor. Misalnya, ligan Fas akan berikatan dengan
reseptor Fas dan menghasilkan ikatan protein adaptor FADD. Setelah itu, FADD akan
bergabung dengan procaspase-8 melalui penggabungan dua molekul efektor death domain.
Selanjutnya, akan terjadi pembentukan death-inducing signaling complex (DISC) yang akan
menghasilkan aktivasi autokatalitik dari procaspase-8. Ketika procaspase-8 telah aktif, maka
fase apoptosis akan dimulai.
● Jalur perforin/granzyme

Jalur perforin atau granzyme ini adalah jalur tambahan yang melibatkan sitoksisitas yang
dimediasi oleh sel T serta apoptosis akan bergantung terhadap perforin atau granzyme.
Granzyme B akan mengaktivasi caspase 10 sehingga terjadi aktivasi caspase 3.

● Jalur eksekusi

Jalur eksekusi adalah jalur akhir dari apoptosis. Pada jalur ini nantinya tahap apoptosis dari
jalur ekstrinsik dan intrinsik akan dilanjutkan. Pada jalur ini, akan terjadi aktivasi yang
dimediasi oleh execution caspases yang menandakan akan dimulainya apoptosis pada jalur ini.
Execution caspase yang telah aktif akan mengaktifkan endonuklease sitoplasma dan protease.
Pengaktifan endonuklease sitoplasma akan menyebabkan penurunan kromosomal DNA,
sedangkan protease akan menyebabkan kerusakan nukleus dan protein sitoskeleton. Hal itu
akan memicu perubahan terhadap sitomorfologi, seperti terjadinya kondensasi kromatin dan
sitoplasma, fragmentasi nukleus, dan lain-lain. Selanjutnya, akan menyebabkan terjadinya
pembentukan badan apoptosis.

d. Mekanisme kontrol siklus sel serta berbagai akibat kegagalan.

Pada siklus sel, ada titik penting yang disebut checkpoint. Checkpoint diperlukan untuk
menentukan sel memasuki tahap berikutnya atau menghentikan siklus sel jika kondisinya tidak
memungkinkan. Checkpoint adalah mekanisme yang menghambat siklus sel jika terjadi (l)
Proses krisis tertentu, seperti replikasi DNA yang tidak terselesaikan secara sempurna, atau
(2) Ada kromosom DNA yang rusak. Untuk melakukan fungsinya, check-point memerlukan
setidaknya tiga komponen, yaitu:

1. Komponen sensor atau pemantau yang mendeteksi abnormalitas;

2. Komponen pensinyal yang menyampaikan info;

3. Suatu efektor yang menginhibisi mesin— mesin siklus sel.

Titik pemeriksaan (checkpoint) pada siklus sel adalah titik kontrol saat sinyal stop dan sinyal
Maju-terus dapat meregulasi siklus. Tiga titik pemeriksaan utama ditemukan pada akhir fase
G1, fase G2, dan Metafase di fase Mitosis. Pada siklus sel, khususnya interfase, diduga ada
dua checkpoint. Pada tahap ini mekanisme kontrol siklus sel difokuskan, yaitu: (1) inisiasi
replikasi DNA yang terjadi pada transisi Gl ke tahap S, (2) inisiasi dari mitosis, yang terjadi
pada transisi G2 ke tahap M? Kedua transisi tadi adalah tahap kritis karena kromatin sel yang
mereplikasi sangat sensitif terhadap kerusakan.

Untuk banyak sel, titik pemeriksaan G1 disebut titik restriksi pada sel mamalia. Jika sel
menerima sinyal maju-terus pada titik pemeriksaan G1, maka biasanya sel akan menyelesaikan
fase G1, S, G2 dan M dan akan membelah. Jika tidak menerima sinyal maju terus pada titik
ini, sel akan keluar dari siklus, beralih ke kondisi tak membelah yang disebut fase G0.

Jika komponen checkpoint gagal mendeteksi adanya kelainan, maka sel berlanjut ke tahap
selanjutnya dari siklus sel Kegagalan ini akan menyebabkan sel dengan kerusakan DNA
melaju ke tahap M. Sel yang mutasi ini akan menimbulkan berbagai macam kelainan antara
lain kanker. Namun jika komponen dapat mendeteksi adanya kerusakan DNA atau kerusakan
lain, seperti replikasi kromosom yang tidak lengkap, maka checkpoint akan memicu respon
dengan cara menghentikan siklus sel untuk sementara, sebelum menuju ke tahap selanjutnya.
Sel kemudian memperbaiki kerusakan atau menyempurnakan replikasi DNA atau bila tidak
dapat diperbaiki maka sel akan mengalami apoptosis.

Mekanisme pengontrol siklus - sel merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Mekanisme
ini terdiri dari bermacam— macam protein yang kerjanya saling menginduksi atau
menginhibisi. 3 Kelompok utama dari protein yang terlibat dalam pengontrolan siklus sel,
yaitu: 1).CycIins (cyclin D, E & A). 2). Cyclin- dependent kinases (khususnya CDK4, CDK6
& CDK2). 3). CDK inhibitors (khususnya p16, p21, & p27). 4). Gen supresor tumor (khusus-
nya PRI) dan p53.

Beberapa dari protein ini untuk melakukan fungsinya, ada yang berikatan dan membentuk
kompleks dengan protein lainnya. Ada pula protein yang menghambat protein lain untuk
membentuk kompleks. Siklus sel diregulasi pada titik-titik pemeriksaan tertentu oleh sinyal
internal maupun sinyal eksternal.

Siklus sel diregulasi pada titik-titik pemeriksaan tertentu oleh sinyal internal maupun sinyal
eksternal.

BERIKUT ADALAH SISTEM KONTROL SIKLUS SEL . Titik pemeriksaan (checkpoint)


pada siklus sel adalah titik kontrol saat sinyal stop dan sinyal Maju-terus dapat meregulasi
siklus. Tiga titik pemeriksaan utama ditemukan pada akhir fase G1, fase G2, dan Metafase
di fase Mitosis.

Untuk banyak sel, titik pemeriksaan G1 disebut titik restriksi pada sel mamalia. Jika sel
menerima sinyal maju-terus pada titik pemeriksaan G1, maka biasanya sel akan
menyelesaikan fase G1, S, G2 dan M dan akan membelah. Jika tidak menerima sinyal maju
terus pada titik ini, sel akan keluar dari siklus, beralih ke kondisi tak membelah yang
disebut fase G0.

Sel yang berada di fase G0 yang distimulus dengan faktor pertumbuhan untuk masuk ke
dalam G1 , pada awalnya akan mengekspresikan cyclin D. Kemudian cyclin D akan
berikatan dengan Cdk4 dan Cdk6. Kompleks Cdk-cyclin tersebut lalu masuk ke dalam inti
dan nantinya akan memfosforilasi protein Retinobla-stoma (pRb). Sinyal mitogenik yang
menginduksi terbentuknya cyclin D, juga akan menginduksi terbentuknya cyclin E dan dua
CDI yaitu: p21 dan p27.

Kedua CDI ini berikatan dengan cyclin D-Cdk4 tapi tidak menghambat aktivitas kinasenya
dan hasil penelitian menunjukkan bahwa p21 dan p27 justru dibutuhkan untuk
pembentukan dan impor cyclin D-Cdk4 oleh inti. Kedua CDI tersebut efektif menghambat
aktivitas cyclin E-Cdk2. Dengan demikian keberadaan protein CDI di fase G 1 adalah untuk
memacu pembentukan kompleks aktif cyclin D-Cdk4 dan pada saat bersamaan
menunda/menghambat aktivasi dari kompleks cyclin E-Cdk2.

Terhambatnya kompleks cyclin E-CDK2 menyebabkan terhambatnya keberlangsungan


siklus sel, dengan kata lain kompleks cyklin E-cdk2 yang dihambat oleh CDI memberikan
sinyal STOP agar siklus sel tidak berlanjut ke fase S. Sinyal STOP ini memberikan
kesempatan kepada sel untuk memeriksa dan memperbaiki DNA yang rusak sebelum
dilakukan transkripsi dan masuk pada fase S. Setelah DNA diperbaiki, kadar CDI akan
berkurang sehingga kompleks cyclin E-CDK2 bisa teraktivasi.

Protein Rb merupakan penghambat transkripsi, karena keberadaannya menonaktifkan E2F


yang berperan sebagai faktor transkripsi. Setelah protein yang diperlukan dalam fase S
dihasilkan dari transkripsi, maka cyclin D-Cdk4, cyclin D-Cdk6, dan cyclin E-Cdk2 akan
bersama-sama memfosforilasi protein Rb menjadi tidak aktif sama sekali. Hal ini akan
mengaktifkan secara penuh E2f guna melakukan proses transkripsi pada fase S. Dengan
demikian sel tersebut telah memasuki fase S pada siklus sel. Pada sel mamalia jenis Cdk
dan cyclin yang ditemukan pada masa transisi fase G 1 ke S adalah Cdk2 (p33), Cdk4,
Cdk6, serta cyclin A, D1, D2, D3, dan E11.

Pada fase S, kompleks cyclin E-Cdk2 berperan menginisiasi replikasi DNA. Selain itu
cyclin A-Cdk2 juga berperan dalam menginisiasi replikasi DNA secara lengkap dan
meningkatkan ekspresi histon dan beberapa gen/protein yang akan dibutuhkan saat
replikasi. Setelah fase S selesai maka akan lanjut ke fase G2.

Pada fase G2, terjadi peningkatan sintesis cyclin B, molekul siklin B yang terakumulasi
bergabung dengan molekul CDK1 memproduksi molekul MPF (Maturation-promoting-
factor). konsentrasi molekul MPF menentukan sel apakah akan lanjut ke fase M atau tidak.
jika konsentrasi MPF tidak cukup maka akan memberikan sinyal STOP sehingga siklus
tidak bisa berlanjut, namun Jika konsentrasi MPF cukup maka akan memberikan sinyal
lanjut-terus, dan siklus akan berlanjut ke fase M.

Pada sel mamalia jenis Cdk dan cyclin yang ditemukan pada masa transisi fase G 2 ke M
adalah Cdk1 (Cdc2) serta cyclin A, B1, dan B2.

Pada fase M (profase, metafase, anafase, dan telofase), defosforilasi dan aktivasi MPF
berpengaruh terhadap perubahan morfologi selama mitosis berlangsung. Pada sub fase
profase dan metafase, konsentrasi MPF berada pada level tertinggi dan akan mengalami
penurunan pada sub fase berikutnya.
Sebagai contoh pada sel oosit, Sebelum memasuki subfase berikutnya (anafase), sel oosit
yang telah mencapai metafase pada meiosis II (MII), akan tertahan pada kondisi tersebut
karena pengaruh CSF. Apabila terjadi fertilisasi atau partenogenesis, masuknya sperma
akan mengaktivasi CaMKII dalam sitoplasma. CaMKII akan memfosforilasi protein yang
mengekspresikan CSF, sehingga ekspresi CSF terhambat. Selain itu CSF juga akan
terdegradasi oleh sistem ubiquitin/proteosome. CSF yang mengalami degradasi
menyebabkan APC dapat berperan aktif, sehingga sel oosit keluar dari fase Metafase dan
masuk ke dalam anafase. APC berperan sangat dominan pada tahap anafase. Salah satu
peranan APC adalah menghancurkan cyclin A dan cyclin B yang mengaktifkan MPF,
sehingga konsentrasi MPF akan turun drastis seiring selesainya fase M. Setelah sel terbelah
menjadi 2 anakan, maka masing-masing sel anakan akam kembali memasuki fase G1 atau
G0.

d. Mekanisme saat menjadi kanker

Kanker ditandai dengan adanya pertumbuhan dan pembelahan sel yang tidak terkontrol. Hal
ini dikarenakan oleh adanya mutasi DNA sehingga terjadi perubahan ekspresi gen-gen
(meningkat maupun menurun) yang berhubungan dengan kontrol siklus sel. Perubahan ini
umumnya diakibatkan oleh: bahan-bahan kimia (benzene, nitrosamine), radiasi (ultraviolet),
infeksi virus dan kelainan genetik. Sementara itu, tumor suppressor gene adalah gen yang
normal terdapat dalam sel dan berperan menghambat pertumbuhan sel. Mutasi gen ini
mengakibatkan hambatan terhadap pertumbuhan sel itu menghilang. Salah satu jenis tumor
suppressor gene yang penting adalah p53 (protein yang diproduksi oleh tubuh secara alamiah)
yang disebut pula sebagai penjaga gen (guardian of the genome). Ini karena gen tersebut
meregulasi G1/S dan G2/M checkpoint. Sebanyak 50% kanker terjadi karena mutasi p53. Sel
dengan mutasi p53, tidak tertahan pada fase G1 dan akan terus melanjutkan siklus serta
pembelahan sel dengan kesalahan DNA. Fungsi utama gen ini, yaitu: sebagai transcription
activator sehingga meregulasi gen-gen tertentu yang terlibat dalam pembelahan sel, sebagai
restriction point pada fase G1 bila terdapat kesalahan DNA sehingga menghambat pembelahan
sel (memungkinkan perbaikan DNA sebelum replikasi DNA dan pembelahan sel terjadi).
Selain itu, berpartisipasi pula dalam menginisiasi apoptosis bila kerusakan DNA terlalu berat
dan tidak dapat diperbaiki. Mutasi p53 akan menyebabkan sel tidak dapat diperbaiki, siklus
berlanjut terus menerus walaupun terdapat DNA yang rusak dan apoptosis tidak terjadi
sehingga dapat terjadi kanker.

Asal nama protein Retinoblastoma (pRb) diambil dari tumor retinoblastoma. Protein ini
memiliki fungsi yang bermacam-macam dan bervariasi dalam siklus sel, antara lain sebagai
pengatur untuk melanjutkan fase G1 menuju S. Awalnya pRb berada dalam keadaan
hipofosforilasi dan berikatan dengan kompleks cyclin D/CDK4 dan cyclin E/CDK2.
Hipofosforilasi pRb juga berikatan dan menginaktivasi faktor transkripsi E2F yang mengontrol
transkripsi gen-gen yang menghasilkan produk penting bagi transisi fase G1 ke S. Akibatnya,
hipofosforilasi pRb akan menghambat transisi dari fase G1. Pada awal sampai pertengahan
fase G1, pRb akan terfosforilasi oleh cyclin D/CDK4 dan oleh cyclin E/CDK2 di akhir fase
G1. Protein Rb yang terfosforilasi akan melepaskan ikatannya dengan E2F sehingga dapat
berperan sebagai faktor transkripsi sehingga 32 transisi dari fase G1 dapat terjadi (Goodman,
2008). Bila terjadi mutasi pRb, maka pRb akan terfosforilasi terus sehingga tidak berikatan
dengan E2F. Akibatnya sel terus menerus mengadakan pembelahan dan terjadilah kanker.

Daftar Pustaka

Alberts, B., A. Johnson, D. Morgan, J. Lewis, K. Roberts, M. Raff. R, dan P. Walter. 2015.
Molecular Biology of The Cell. Sixth Edition. USA: Garland Science.

Akhtar F, Bokhari SRA. 2022. Apoptosis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499821/

Elmore, Susan. (2007). Apoptosis: A Review of Programmed Cell Death. Toxical Pathol.
35(4): 495-516.

Indahyani D. E., dan I. D. A. Susilawati. 2014. Proceeding book. Dentistry Scientificeeting I


(DSM I) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. "Renewal of Medical Knowledge and
Skills and Its Current Metods". Jember: UPT Penerbitan UNEJ.
Masri, M. 2014. Dasar-Dasar Reproduksi dan Embriologi Manusia.
Urry, L. A., M. L. Cain, N. A. Campbell, P. V. Minorsky, S. A. Wasserman, R. B. Orr. (2021).
Campbell Biology. Twelfth edition. USA: Pearson Education Inc.

Muliani. 2016. Siklus Sel. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Novianti. T. 2018. Modul Biologi Pembelahan Sel. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Sarmoko, Larasati. Regulasi Siklus Sel. Cancel Chemoprevention Research Center.


HN istindiah dan EI Auerkari. 2001. Mekanisme Kontrol Siklus Sel (Suatu Tinjauan Khusus
Peran Protein Regulator Pada Jalur Retinoblasma). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia, 8 (1):39-47

RUBRIK PENILAIAN DISKUSI TUTORIAL


Nilai Disiplin Kualitas Kontribusi Interaksi Fisik

>90 Tepat waktu Mampu menjelaskan dengan Memperhatikan jalannya diskusi


baik dan aktif memberikan respon

75 - 89 Terlambat < 5’ Mampu menjelaskan tetapi tidak Memperhatikan tetapi tidak aktif
runtut memberi respon

60 - 75 Terlambat 6’- Penjelasan tidak didukung data Memperhatikan tetapi suka


10’ informasi yang akurat menyela / memotong
pembicaraan

50 - 59 Terlambat 10’- Penjelasan tidak relevan dengan Tidak memperhatikan


15’ masalah yang didiskusikan

<50 Terlambat > Pasif Bicara sendiri atau melakukan


15’ aktivitas lain

Persentase 5% 50% 45%


Penilaian

RUBRIK PENILAIAN LAPORAN HAASIL DISKUSI TUTORIAL

No Komponen yang dinilai Nilai Penilaian Dosen terhadap


maks Laporan

Lap Lap Lap Lap


1 2 3 4

1 Menuliskan skenario 5

Clarifying unfamiliar terms


2 Menuliskan hasil klarifikasi istilah atau kata yang 5
sulit dan menfinisikan dengan tepat
Problem definition
3 Merumuskan permasalahan yang teridentifikasi 10
dari skenario dengan jelas
Brainstorming
Memaparkan penyelesaian / jawaban
4 permasalahan berdasarkan kumpulan 20
pengetahuan / gagasan spontan dari anggota
kelompok diskusi dengan jelas.
5 Analysing the problem 10
Menuliskan Mapping dengan jelas
6 Learning objective 10
Merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas
Reporting/generalisation
7 Membahas tujuan pembelajaran menggunakan 35
teori – teori dan prinsip –prinsip yang relevan
serta data-data yang akurat.
Daftar Pustaka
8 Memuat daftar pustaka lebih dari 5 sumber 5
buku / jurnal dan lain-lain.
Jumlah total 100

RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI DAN DISKUSI PLENO

No Elemen Skor Maks Penilaian

1 Penyaji

a Anggota penyaji lengkap 2

b Ada koordinasi tugas (moderator, notulen, penyaji 3


anggota)
c Persiapan presentasi (ketepatan waktu dan makalah) 5

2 Proses Presentasi dan Diskusi

a. Penyajian dilakukan dengan memperhatikan prinsip 10


efisiensi dan efektifitas
b. Pembahasan masalah dilakukan berdasar kajian 30
teoritis/praktis dan rasional serta tanggung jawab
c. Berjalan multi arah 5

d. Semua anggota terlibat secara aktif 15

e. Penyaji materi dilengkapi dengan media power point 30


yang menarik (video, began, gambar dll)
3 Moderator dan Notulen

a. Menunjukkan upaya agar diskusi terus berlangsung 10

b. Menjaga agar diskusi tidak menyimpang dari pokok 20


masalah
c. Mencegah dominasi anggota presenter/peserta 10

d. Menghargai semua sumbangan pikiran 10

f. Merangkum hasil pembicaraan 50

RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI DAN DISKUSI PLENO

No Elemen Skor Maks Penilaian

1 Penyaji

a. Anggota penyaji lengkap 2

b. Ada koordinasi tugas (moderator, notulen, penyaji 3


anggota)

c. Persiapan presentasi (ketepatan waktu dan makalah) 5

2 Proses Presentasi dan Diskusi

a. Penyajian dilakukan dengan memperhatikan prinsip 10


efisiensi dan efektifitas

b. Pembahasan masalah dilakukan berdasar kajian 30


teoritis/praktis dan rasional serta tanggung jawab

c. Berjalan multi arah 5

d. Semua anggota terlibat secara aktif 15

e. Penyaji materi dilengkapi dengan media power point 30


yang menarik (video, began, gambar dll)

3 Moderator dan Notulen

a. Menunjukkan upaya agar diskusi terus berlangsung 10

b. Menjaga agar diskusi tidak menyimpang dari pokok 20


masalah

c. Mencegah dominasi anggota presenter/peserta 10


d. Menghargai semua sumbangan pikiran 10

e. Merangkum hasil pembicaraan 50

Rubrik Laporan Tutorial


Nilai Tata tulis Etika Paragraf Kesesuaian Isi Makalah dgn
Penulisan Capaian Pembelajaran (CP)
Sangat bagus Sangat bagus Sangat bagus Isi lengkap, kualitas bagus dan
≥ 81
sesuai dengan CP
Bagus bagus Bagus Isi lengkap, kualitas cukup dan
71-80
sesuai dengan CP
61-70 Cukup cukup Cukup Isi kurang sesuai dengan CP
≤ 60 Kurang kurang Kurang Isi tidak sesuai dengan CP
Propor 10% 20% 20% 50%
si

Anda mungkin juga menyukai