DISUSUN
Oleh
MARIYATI, S.Pd
Nip : 199303232020122013
SD NEGERI KEKILING
KECAMATAN PENENGAHAN
LAMPUNG SELATAN
2021
i
ABSTRAK
OLEH
MARIYATI, S.Pd
Nip : 199303232020122013
Email :
ii
mengikuti proses pembelajaran.. Melalui hasil peneilitian ini
menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat
dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%.
Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila dikemudian hari ternyata
pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-
Undang dan peraturan yang berlaku
MARIYATI, S.Pd
NIP : 199303232020122013
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan penelitain tindakam kelas ini telahdisetujui dan disahkan sebagai karya
tulis ilmiah pengembangan profesionalisme guru, guna memperbaiki hasil belajar
siswa, dengan identitas sebagai berikut
v
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
tugas
penyusunan Karya Tulis Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul
PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
DINAS PENDIDIKAN
SDN KEKILING KECAMATAN PENENGAHAN
LAMPUNG SELATAN
alamat :desa Kekiling kecamatan Penengahan lampung selatan
SURAT KETERANGAN
Nomor : ……………………………………………………
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : AMIR HASAN, S.Pd,SD
NIP : 196610101988071003
Pangkat /Gol : Pembina Tk. I Gol IV/b
Jabatan : Kepala Sekolah SDN Kekiling
Menerangkan bahwa :
Nama : MARIYATI, S.Pd
NIP : 199303232020122013
Pangkat /Gol : Penata Muda / IIIa
Jabatan : Guru Kelas
vi
AMIR HASAN, SPd, SD
NIP : 196610101988071003
Kata Pengantar
vii
6. Bapak pengawas TK/SD kecamatan penengahan
7. Bapak Korwas UPT Kecamatan Penegahan/ bakauheni
8. Teman teman yang telah ikut berpartisipasi membantu
9. Teman teman PPG seangkatan/seperjuangan
10. Guru-guru SDN Kekiling Kecamatan Penegahan LampungSelatan
Penulis menyadari bahnya penyusunan karya tulis Penelitian Tindakan Kelas ini
jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat mabnagun dari
semua pihak selalu penulis harapkan.
MARIYATI, S.Pd
NIP : 199303232020122013
viii
DAFTAR ISI
Halaman.
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………... i
ABSRAK ……………………………………………………………………..... ii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………......... iv
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………... v
SURAT KETERANGAN ……………………………………………............... vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..... vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...
ix
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
3
……………………………………….
3
B. Identifikasi Masalah
3
…………………………………………..
4
C. Batasan Masalah
4
………………………………………………
D. Rumusan Masalah
……………………………………………..
E. Tujuan Penelitian
……………………………………………...
F. Manfaat Hasil Penelitian
………………………………………
ix
D. Pendekatan Kontektual …………………………………….. 9
E. Hasil Belajar ………………………………………………… 10
C. Pembahasan ……………………………………………… 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 30
30
.......
B. Saran-
saran ....................................................................................
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
2
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Kekiling Lampung
Selatan ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diperolaeh
identifikasi masalah penelitian sebagai berikut
1. Motivasi siswa dalam proses pembelajaran masih rendah
2. Suasana dalam pembelajaran yang digunakan selama ini kurang menarik
3. Kondisi siswa pasca covid 19 setahun yang lalu membuat pembelajaran di kelas
empat yang lalu kurang maksimal.
4. Ketergantungan anak anak terhadap gadget membuat mereka malas belajar
5. Hasil belajar matematika masih rendah
C. Batasan Masalah
Untuk menjaga terjadinya pembahasan yang terlalu luas dan menyimpang dari
rumusan masalah maka penulis memberi batasan pembahasan peneliti meliputi <
Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas V SDN Kekiling Lampung Selatan
D. Rumusan Masalah
Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang
memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud dapat
berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Adakah peningkatan prestasi siswa melalui Penenerapan pendekatan
konstektual pada siswa Kelas V SDN Kekiling Lampung Selatan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah :
Menghasilkan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan
prestasi matematika pada siswa Kelas V SDN Kekiling Lampung Selatan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan
3
Mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi pendekatan
konstektual pada siswa Kelas V SDN Kekiling Lampung Selatan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat.
Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk mendorong guru dalam
menciptakan metode yang tepat untuk menentukan keberhasilan pengelolaan
pembelajaran di sekolah.
Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dijadikan dasar yang akan dikerjakan
dalam pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah dalam mengtelola
situasi dan kondisi kelas.
Bagi siswa, dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar, dapat
memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan soal yang tak
terbatas dalam waktu yang relatif singkat.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI,
1996:14)
Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan
bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan
sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau
mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses
yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan
yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah,
berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)
Pasal 1 Undang –undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.
5
Spiritual yaitu, “Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya”.
Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, dan guru”.Kompetensi sikap spiritual dan sosial tersebut
dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan
pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
I. KI-3 dan KD Matematika Kelas 5
A. Kompetensi Inti 3 (KI-3): Pengetahuan
3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain
B. Kompetensi Dasar KI-3 Matematika Kelas 5
3.1. Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan dua pecahan
dengan penyebut berbeda
3.2. Menjelaskan dan melakukan perkalian dan pembagian pecahan dan
desimal
3.3. Menjelaskan perbandingan dua besaran yang berbeda (kecepatan sebagai
perbandingan jarak dengan waktu, debit sebagai perbandingan volume dan
waktu)
3.4. Menjelaskan skala melalui denah
3.5. Menjelaskan, dan menentukan volume bangun ruang dengan
Menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) serta hubungan pangkat
tiga dengan akar pangkat tiga
3.6. Menjelaskan dan menemukan jaring-jaring bangun ruang sederhana
(kubus dan balok)
3.7. Menjelaskan data yang berkaitan dengan diri peserta didik atau
6
lingkungan sekitar serta cara pengumpulannya
3.8. Menjelaskan penyajian data yang berkaitan dengan diri peserta didik dan
membandingkan dengan data dari lingkungan sekitar dalam bentuk daftar,
tabel, diagram gambar (piktogram), diagram batang, atau diagram garis
II. KI-1 dan KD Matematika Kelas V
A. Kompetensi Inti 4 (KI-4): Keterampilan
4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia
B. KD KI-4 Matematika Kelas 5
4.1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda
4.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian dan pembagian
pecahan dan desimal
4.3. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dua besaran
yang berbeda (kecepatan, debit)
4.4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan skala pada denah
4.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang
dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) melibatkan
pangkat tiga dan akar pangkat tiga
4.6. Membuat jaring-jaring bangun ruang sederhana (kubus dan balok)
4.7. Menganalisis data yang berkaitan dengan diri peserta didik atau
lingkungan sekitar serta cara pengumpulannya
4.8. Mengorganisasikan dan menyajikan data yang berkaitan dengan diri
peserta didik dan membandingkan dengan data dari lingkungan sekitar dalam
bentuk daftar, tabel, diagram gambar (piktogram), diagram batang, atau
diagram garis
7
C. Pengertian Belajar Matematika
Pembelajaran matematika merupakan komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik. Pembelajaran didalamnya mengandung makna belajar dan mengajar
atau merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang
dilakukan oleh seorang sebaga subjek menerima pelajaran, sedangkan mengajar
berorientasi kepada pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi
pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan
pada saat terjai interaksi antara guru dengan siswa, serta anata siswa dengan siswa
didalam pembelajaran matematika sedang berlangsung. Menurut Corey (Susanto,
2013), pemelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Pembelajaran dalam pandangan Corey sebagai upaya menciptakan kondisi dan
lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah bertingkah
laku. Adapun menurut Dimyati (Susanto, 2013), pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran adalah
aktivitas guru dalam merancang bahan pengajar agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.
Menurut Ahmad Susanto (2013 :186) Pembelajaran matematika adala suatu proses
belajar mengajar yang dibangun oleh guru unruk mengembangkan kreativitas
berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkrontruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.
D. Pendekatan Kontektual
Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar yang
diartikan sebagai kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat kemudian pulang
untuk dihapal. Melihat kondisi yang demikian, peserta didik akan merasakan
kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk menghindari dan mengantisipasi
kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan konsep penting yang harus
8
dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di antaranya adalah
pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning). Menurut hasil
penelitian Dewey (1916), siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari
terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa
yang akan terjadi disekelilingnya. Pendekatan kontekstual merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
9
Tabel 2.1 Perbandingan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan
Konvensioanal
10
E. Hasil Belajar
Sudjana (2009:22) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah suatu
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar ini digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum siswa mengikuti kegiatan
pembelajaran. Menurut Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
ketrampilan. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan
hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Oleh karena itu guru harus memiliki
hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar.
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil
belajar yang dicapai siswa. Dimiyati dan Mujiono (2009:20) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah suatu pencapaian akhir dari suatu proses belajar
yang dilakukan. Hasil belajar ini didapatkan dari evalusai yang dilakukan oleh
guru dan hasilnya dapat berupa dampak pengiring dan dampak pengajaran
yang saling berkaitan. Kedua dampak tersebut sangat bermanfaat bagi siswa
dan guru. Dari beberapa pendapat para ahli diatas bahwa hasil belajar adalah
adanya perubahan pada diri siswa yang dapat diukur maupun diamati dalam
perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Hasil belajar yang
penulis amati berupa nilai evaluasi disetiap akhir pembelajaran, sehingga
siswa dikatakan berhasil apabila hasil tes diatas KKM atau sama dengan KKM
yang telah ditentukan.. Perubahan tersebut mencakup semua perubahan yang
bersifat progresif yang diharapkan kearah yang lebih baik. Bagi seorang siswa
hasil belajar ini dapat dilihat melalui perubahan yang terjadi pada seorang
siswa mulai dari belum pandai setelah belajar maka menjadi pandai.
Perubahan ini tentunya setelah siswa berinteraksi dengan lingkungannya yang
diukur melalui tes, tugas, pengamatan, atau evaluasi. Selaras dengan
pernyataan di atas Bloom (dalam Budiningsih, 2005:75) menekankan
perhatiaannya pada apa yang mesti dikuasai oleh individu. Tujuan belajar
yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan yang terkenal dengan
taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:
1. Domain kognitiif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:
11
a. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
b. Pemahaman (mengintepretasikan)
c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh)
f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb)
2. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Peniruan (menirukan gerak)
b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
d. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
3. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
b. Merespon (aktif berpartisipasi)
c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayainya)
e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola
hidupnya)
Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan
Kurikulum 13 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka
guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan
sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami
pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru serta
perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa
tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil belajar yang telah
dinilai oleh guru diberitahukan kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan
belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki.
Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai
12
kegiatan belajarnya dan refleksi guru terhadap kemampuan mengajarnya serta
mengevaluasi pencapaian target kurikulum.
Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives
(Winkel, 1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif (berkaitan dengan daya piker, pengetahuan, dan
penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan
bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai
memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini
berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan,
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan
eveluasi. Pada siswa SMP diutamakan pada ranah pengetahuan,
pemahaman, dan penerapan.
Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang
telah dipejari, dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, kaidah, prinsip, teori, dan rumus. Pengetahuan
yang telah tersimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan dalam
bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami
sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi,
kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-
kata sendiri.
Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi
situasi baru dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat
diukur dari kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori, dan metode
untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan
motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota
13
tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
Simpson (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah
psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Sedangkan menurut Kibler, Barker, dan Miles (dalam Dimyati dan
Mudjiono, 1994:195-196) ranah psikomotor mempunyai taksonomi
berikut ini:
a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan
gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan,
dan ketepatan tubuh yang mencolok.
b. Ketepatan gerakan dikordinasikan, merupakan ketrampilan yang
berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan .
c. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan
mengadakan komunikasi tanpa kata
d. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang
berhubungan dengan komunikasi secara lisan Untuk kemampuan
berbicara, siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya
memilih dan menggunakan kata atau kalimat sehingga informasi,
ide, atau yang dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah
oleh pendengarnya.
3. Ranah Afektif
Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan
senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa
yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar
menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek
itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam
belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.
Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif
terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap,
organisasi, dan pembentukan pola hidup.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Rancangan Penelitian
15
(reflecting), peneliti dan observer mengemukakan kegiatan yang telah
dilakukan dalam proses pembelajaran dan mendiskusikan rancangan tindakan
selanjutnya.
16
telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi ini memberikan kemudahan untuk
melakukan perubahan pada tindakan berikutnya.
Adapun desain penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Perencanaan
Siklus 1 Refleksi
Tindakan/
Observasi Perbaikan
Rencana
Siklus 2
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Perbaikan
Rencana
Siklus 3 Refleksi
Tindakan/
Observasi
Hasil
17
Keempat tahapan penelitian di atas dilaksanakan secara
berkesinambungan dari siklus satu ke siklus berikutnya. Pada setiap
pelaksanaan tindakan dilakukan observasi terhadap pembelajaran yang
dilakukan seorang observer dengan panduan lembar observasi. Selain itu,
digunakan juga catatan lapangan untuk mencatat temuan yang dianggap
penting oleh peneliti ketika pembelajaran berlangsung. Setelah
pembelajaran selesai dilaksanakan, dilakukan wawancara dengan peserta
didik, untuk mengetahui pendapat dan kesulitan peserta didik pada
pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu peneliti melakukan
triangulasi dengan observer untuk membahas hasil observasi terhadap
pembelajaran. Kemudian hasil wawancara dan triangulasi tersebut
dijadikan bahan analisis dan refleksi dari tindakan yang telah
dilaksanakan. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan
3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan
yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan
tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah
dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu
proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
18
a. Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran
demonstrasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46
19
Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
BAB IV
20
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji
reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r 11
sebesar 0, 775. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk
jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian soal-
soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran
soal. Hasil analisis menunjukkan dari 45 soal yang diuji terdapat:
- 20 soal mudah
- 15 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
21
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan
soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria
jelek sebanyak 15 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal.
Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-
syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
22
5 80 √ 16 70 √
6 80 √ 17 90 √
7 70 √ 18 60 √
8 70 √ 19 60 √
9 60 √ 20 70 √
10 80 √ 21 70 √
11 50 √ 22 60 √
Jumlah 750 7 4 Jumlah 770 8 3
Jumlah Skor 1520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 69,09
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas :7
Klasikal : Belum tuntas
Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran
matematika diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari
22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa
yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan
23
pendekatan kontekstual. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
diagram berikut ini
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 20 April 2021 di kelas V dengan jumlah
siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang
digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut
24
Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No. Keterangan No. Keterangan
Nilai Nilai
Urut T TT Urut T TT
1 60 √ 12 90 √
2 80 √ 13 80 √
3 80 √ 14 80 √
4 90 √ 15 80 √
5 90 √ 16 80 √
6 60 √ 17 60 √
7 80 √ 18 80 √
8 70 √ 19 70 √
9 60 √ 20 60 √
10 80 √ 21 80 √
11 90 √ 22 80 √
Jumlah 840 8 3 Jumlah 840 9 2
Jumlah Skor 1680
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 76,36
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas :5
Klasikal : Belum tuntas
Dari tabel 4.4 dan tabel 4.5 di atas diperoleh nilai rata-rata
prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai
77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
25
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara
klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan
tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk
belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang
dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika. Untuk lebih jelasnya
bisa dilihat pada gambaran diagram berikut ini
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan
alat-alat pengajaran yang mendukung
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 27 April 2021 di kelas V dengan jumlah
siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
26
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang
digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada
siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
No. Keterangan No. Keterangan
Nilai Nilai
Urut T TT Urut T TT
1 90 √ 12 90 √
2 90 √ 13 90 √
3 90 √ 14 90 √
4 80 √ 15 60 √
5 90 √ 16 90 √
6 80 √ 17 80 √
7 90 √ 18 70 √
8 60 √ 19 70 √
9 90 √ 20 80 √
10 90 √ 21 90 √
11 60 √ 22 80 √
Jumlah 910 9 2 Jumlah 890 10 1
Jumlah Skor 1800
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 81,82
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas :3
Klasikal : Tuntas
27
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No Uraian Hasil Siklus III
1 Nilai rata-rata tes formatif 81,82
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 19
3 Persentase ketuntasan belajar 86,36
Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7 diatas diperoleh nilai rata-
rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas
sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar
86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini
mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual sehingga
siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga
siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga
penelitian ini hanya sampai pada siklus III.
28
dengan penerapan pendekatan kontekstual. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-
masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pendekatan kontekstual
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
pendekatan kontekstual yang dilaksanakan dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-
masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
29
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi
belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran matematika materi pecahan yang paling dominan adalah
bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langah-langkah pembelajaran pendekatan kontekstual
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
2. Penerapan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil
wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan kontekstual
sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar
proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil
yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pendekatan ini dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam
taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
31
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn
dan Bacon.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
32
Lampiran 1
Standar Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Indikator
Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1. menghitung perbandingan dengan benar
2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
Materi Ajar
Perbandingan dan Skala
Metode Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
Salam, Absensi
Apersepsi : Guru menunjuk dua orang siswa kemudian menanyakan
umur keduanya kemudian guru membuat perbandingannya
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
33
Kegiatan Inti
Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
Siswa dalam kelompok dibagikan sebuah permasalahan tentang
perbandingan
Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan
Kegiatan Akhir
Evaluasi
Guru dan siswa menarik kesimpulan
Salam
Alat, Bahan dan Sumber Belajar
Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku Matematika Kelas V, Erlangga
Penilaian
Bentuk Penilaian
Tes Tulis
Instrumen Penilaian
Soal
1. Jika umur Ana 12 tahun dan umur Ani 6 tahun, perbandingan umur
mereka adalah……
2. Perbandingan umur Sita dan Dewi 2 : 3, jika jumlah umur keduanya 15
tahun, Umur Sita adalah…..
3. Ayah mempunyai kambing 36 buah, Kakek mempunyai kambing 108,
perbandingan umur mereka adalah…...
4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 4 : 6, jika jumlah umur
keduanya 20, umur Nini adalah…..
5. Marlena dan Anti mempunyai buku tulis dengan jumlah sebagai
berikut, Marlena 50 dan Anti 100, perbandingan jumlah buku Marlena
dan Anti adalah……………………….
34
Kunci Jawaban
1. 12 : 6 = 2 : 1
2. Umur Sita 6 tahun
3. 36 : 108 = 1 : 3
4. Umur Nini = 12 tahun
5. 50 : 100 = 1 : 2
35
Lampiran 2
Standar Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Indikator
Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1. menghitung perbandingan dengan benar
2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
Materi Ajar
Perbandingan dan Skala
Metode Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
Salam, Absensi
Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan
untuk mengukur kemampuan awal siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
36
Kegiatan Inti
Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
Siswa dalam kelompok mengambil undian soal/ permasalahan pada
kotak yang disediakan guru
Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika
penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok
lain
Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan
secara kelompok dan individu
Kegiatan Akhir
Evaluasi
Guru dan siswa menarik kesimpulan
Salam
Alat, Bahan dan Sumber Belajar
Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku Matematika Kelas V, Erlangga
Penilaian
Bentuk Penilaian
Tes Tulis
Instrumen Penilaian
Soal
1. Jika umur Jane 12 tahun dan umur Ani 8 tahun, perbandingan umur
mereka adalah……
2. Perbandingan umur Dino dan Dion 2 : 4, jika jumlah umur
keduanya 24 tahun, Umur Dion adalah…..
3. Ayah mempunyai kerbau 30 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,
perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...
4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 5 : 6, jika jumlah umur
keduanya 44, umur Nini adalah…..
37
5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,
berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 16 ?
Kunci Jawaban
1. 12 : 8 = 6 : 4
2. Umur Dion 16 tahun
3. 30 : 120 = 1 : 4
4. Umur Nini = 20 tahun
5. Coklat Tina = 4
38
Lampiran 3
Standar Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Indikator
Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1. menghitung perbandingan dengan benar
2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
Materi Ajar
Perbandingan dan Skala
Metode Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
Salam, Absensi
Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan
untuk mengukur kemampuan awal siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
39
Kegiatan Inti
Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
Siswa dalam kelompok mendiskusikan pemecahan soal perbandingan
dengan sesuai dengan pilihan sendiri
Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika
penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok
lain
Siswa dalam kelompok kembali mendiskusikan cara pemecahan soal,
sampai semua anggota kelompok memahami cara pemacahan
Guru menunjuk secara acak satu siswa di masing-masing kelompok
untuk memecahkan masalah perbandingan di papan tulis
Kegiatan Akhir
Evaluasi
Guru dan siswa menarik kesimpulan
Salam
Alat, Bahan dan Sumber Belajar
Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku Matematika Kelas V, Erlangga
Penilaian
Bentuk Penilaian
Tes Tulis
Instrumen Penilaian
Soal
1. Jika umur Jane 15 tahun dan umur Ani 35 tahun, perbandingan
umur mereka adalah……
2. Perbandingan umur Dino dan Dion 3 : 4, jika jumlah umur
keduanya 49 tahun, Umur Dion adalah…..
3. Ayah mempunyai kerbau 60 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,
perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...
40
4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 3 : 6, jika jumlah umur
keduanya 54, umur Nini adalah…..
5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,
berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 200 ?
Kunci Jawaban
1. 15 : 35 = 3 : 7
2. Umur Dion 28 tahun
3. 60 : 120 = 1 : 2
4. Umur Nini = 36 tahun
5. Coklat Tina = 50
41
Lampiran 4
Lampiran 5
42
TABEL REKAPITULASI HASIL BELAJAR PER SIKLUS
NILAI
NO NAMA SISWA
SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3
1 Ayum Adi Putra 60 60 90
2 Ayumi Milasari 70 80 90
3 Ba`diyah 70 80 90
4 Bahrul 60 90 80
5 Faridatun Nafi`ah 80 90 90
6 Hoirul Basri 80 60 80
7 Indrawati 70 80 90
8 Irfaniati 70 70 60
9 John Refen 60 60 90
10 Mega Silvi Putri 80 80 90
11 Moh. Dikri Hidayat K. 50 90 60
12 Mohammad Andika 60 90 90
13 Mohammad Arfa 80 80 90
14 Mohammad Fausi 70 80 90
15 Mohammad Hasim 80 80 60
16 Mohammad Nuri 70 80 90
17 Mohammad Yasin 90 60 80
18 Samsul Arifin 60 80 70
19 Siti Fatimah 60 70 70
20 Siti Sa`diyah 70 60 80
21 Suparman 70 80 90
22 Uswatun Hasanah 60 80 80
RATA-RATA 69,09 76,36 81,82
43