Anda di halaman 1dari 46

L A P OR A N

PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING (PTKBK)

MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IXA

SEMESTER 2 MELALUI KONSELING EKLEKTIF DENGAN PERILAKU

ATTENDING DI SMPN 3 GETASAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Disusun oleh :

Nur Isnaeni, S.Pd

NIP 19870126 202012 1 004


GURU BK SMPN 3 GETASAN KABUPATEN SEMARANG

Alamat : Jl. Kalipancur, DS. Wates, Kec. Getasan Kode Pos 50774
KABUPATEN SEMARANG
JAWA TENGAH
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BIMBINGAN KONSELING
(PTKBK)

MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IXA

SEMESTER 2 MELALUI KONSELING EKLEKTIF DENGAN PERILAKU

ATTENDING DI SMPN 3 GETASAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Disusun oleh :

Nur Isnaeni, S.Pd


NIP 19870126 202012 1 004

GURU BK SMPN 3 GETASAN


KABUPATEN SEMARANG

Disahkan oleh :

Mengetahui: Getasan, 24 Maret 2022


Kepala Sekolah Pembimbing,

Wahyu Ambarwati, S.Pd., M.Pd Dra. Endang Herliana


NIP 19770708 200604 2 013 NIP. 19640728 200604 2 002

ii
BERITA ACARA SEMINAR

Pada hari ini Jumat Tanggal Dua Puluh Tiga Bulan November Tahun Dua Ribu Dua Puluh
Satu, bertempat di Ruang Guru SMPN 3 Getasan Kabupaten Semarang, yang dihadiri
oleh 16 (Enam Belas) Peserta, telah diseminarkan sebuah Laporan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan judul: “Mengatasi Permasalahan Belajar Peserta didik Kelas
IXA Semester 2 Melalui Konseling Eklektif Dengan Perilaku Attending di SMPN 3
Getasan Kabupaten SemarangTahun Pelajaran 2021/2022”.

Disusun oleh:

Nur Isnaeni, S.Pd


NIP 19870126 202012 1 004

Guru BK SMPN 3 Getasan

Kabupaten Semarang

Pembahas :

1. NUR ISNAENI, S.Pd ( ................................. )

Moderator, Notulis,

Yusuf Rizki Irawan, S.Pd Jamilatun Janah A.P, S.Pd


NIP. 19920811 202012 1 003 NIP. 19880408 202012 2 003

Mengetahui:
Kepala Sekolah Narasumber,

Wahyu Ambarwati, S.Pd., M.Pd Nur Isnaeni, S.Pd


NIP. 1977 198601 2 004 NIP. 19870126 202012 1004

iii
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mulyanto, S.Pd

NIP : 19770102 201001 1 012

Jabatan : Kepala Perpustakaan SMPN 3 Getasan Kabupaten Semarang.

Dengan ini menerangkan bahwa kami menerima sebuah Laporan Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:

Judul : Mengatasi Permasalahan Belajar Peserta didik Kelas


IXA Semester 2 Melalui Konseling Eklektif Dengan
Perilaku Attending di SMPN 3 Getasan Kabupaten
SemarangTahun Pelajaran 2021/2022.
Nama : Nur Isnaeni, S.Pd
NIP. 19870126 202012 1 004
Jabatan : Guru BK
Unit Kerja : SMPN 3 Getasan Kabupaten Semarang.

Telah disimpan di Perpustakaan SMPN 3 Getasan Kabupaten Semarang.


Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah, sebagai Publikasi
Ilmiah dan sebagai bahan Referensi.

Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Mengetahui: Getasan, 24 Maret 2022


Kepala Sekolah Kepala Perpustakaan,

Wahyu Ambarwati, S.Pd., M.Pd Mulyanto, S.Pd


NIP. 19770708 200604 2 013 NIP. 19770102 201001 1 012

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat
dan karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. Adapun judul
laporan penelitiani ini adalah, ” Mengatasi Permasalahan Belajar Peserta didik
Kelas IXA Semester 2 Melalui Konseling Eklektif Dengan Perilaku Attending
di SMPN 3 Getasan Kabupaten SemarangTahun Pelajaran 2021/2022”.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kami sampaikan
kepada:
(1) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kabupaten Semarang,
(2) Kepala SMPN 3 Getasan Kabupaten Semarang
(3) Dra. Endang Herliana selaku pembimbing.
(4) Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya sehingga
laporan penelitian ini menjadi lebih berkualitas.
Akhir kata semoga laporan penelitian ini memberikan makna dan manfaat
khususnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Getasan, Maret 2022

Penyusun

v
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “Mengatasi Permasalahan Belajar Peserta didik Kelas IXA
Semester 2 Melalui Konseling Eklektif Dengan Perilaku Attending di SMPN 3
Getasan Kabupaten SemarangTahun Pelajaran 2021/2022”.

Tujuan Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui
pengaruh teknik konseling Eklektif dengan pendekatan attending dalam
peningkatan semangat belajar, tanggung jawab peserta didik sebagai pelajar,
mengentaskan permasalahan belajar peserta didik, serta meningkatkan kemampuan
guru untuk membimbing peserta didik kelas 9A di SMPN 3 Getasan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (Action
Research) yang terdiri dari 3 (tigaa) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan,
Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bimbingan dan konseling Pendekatan
Eklektif Attending merupakan langkah efektif untuk mengatasi permasalahan
peserta didik.
Selanjutnya peneliti merekomendasikan: pendekatan eklektif attending memberi
kemudahan perubahan sikap pada peserta didik yang bermasalah karena
permasalahan belajar dapat diatasi melalui komunikasi dengan bahasa anak sendiri.
Teknik Eklektif dan Perilaku attending layak dipergunakan dan dikembangkan oleh
guru, serta perlu diadakan penelitian kelanjutan di SMPN 3 Getasan Kabupaten
Semarang.

Kata kunci: belajar, konseling eklektif, perilaku attending

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................................... ii
BERITA ACARA SEMINAR ................................................................................................... iii
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI ...........................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................................................ v
ABSTRAK................................................................................................................................ vi
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 1
C. Pembatasan Masalah............................................................................ 2
D. Tujuan Penelitian................................................................................. 2
E. Manfaat Penelitian............................................................................ 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................ 4


A. Kajian Teori...………………........................................................... 4
B. Kajian Hasil Penelitian..................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 9
A. Obyek Tindakan................................................................................ 9
B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian.................................................... 9
C. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 10
D. Metode Analisis Data....................................................................... 11
E. Cara Pengambilan Kesimpulan........................................................ 12
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 13
A. Gambaran Umum.............................................................................. 13
B. Pembahsan perSiklus........................................................................ 16
C. Proses Menganalisis Data................................................................. 21
D. Pembatasan Umum........................................................................... 28
E. Cara Pengambilan Kesimpulan........................................................ 29
BAB V PENUTUP........................................................................................... 30
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 30
5.2 Saran............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 31
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................ 32

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang sepakat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga.
Melalui pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan
dapat dicapai.
Sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan
bagi peranannya di masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pendidikan menurut UUSPN
yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah Bimbingan dan konseling.
Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif yang amat besar
terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi peserta didik, hal ini mengingat banyaknya
permasalahan belajar yang dialami peserta didik. (Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. 2004 : 16)
mengemukakan permasalahan belajar yang dihadapi peserta didik antara lain:
1. Peserta didik mengalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya.
2. Peserta didik tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya.
3. Sarana dan prasarana di perpustakaan kurang menunjang.
4. Pralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat memberikan pelayanan yang
sesuai dengan pelajaran.
5. Peserta didik tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan
dalam proses pembelajaran.
6. Peserta didik sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang
terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, over acting ketika belajar.
7. Malas mencatat mata pelajaran.
8. Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar.
9. Tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar.
10. Peserta didik tidak melaksanakan belajar, dan diskusi kelompok.
11. Tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran.
12. Peserta didik malas berkonsultasi dengan guru.
Dalam praktiknya penanganan masalah-masalah peserta didik di atas dalam kerangka
bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun konseling kelompok.
Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh
konselor ketika proses konseling berlangsung. Pada dasarnya pendekatan/teknik konseling itu
dibagi tiga (Moh. Surya : 1988). yaitu : teknik konseling direktif, non-direktif dan Eklektif.
Teknik Konseling Eklektif merupakan penggabungan dua teknik Konseling Direktif dan Non
Direktif Peneliti memadukan kebaikan dua teknik konseling tersebut, mengembangkan dan
menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan belajar peserta didik dengan berorientasi
pada teknik hubungan antara konselor dengan klien yaitu Teknik Eklektif dengan Perilaku
Attending, yang dikemas dalam sebuah judul penelitian tindakan kelas (PTK) : “Mengatasi
Permasalahan Belajar Peserta didik Kelas IXA Semester 2 Melalui Konseling Eklektif
Dengan Perilaku Attending di SMPN 3 Getasan Kabupaten SemarangTahun
Pelajaran 2021/2022”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Prestasi belajar rendah,
2. Kurang minat belajar,

2
3. Pelanggaran tata tertib,
4. Membolos, sering terlambat, bertengkar, sulit beradaptasi, pemalu, penakut, penyendiri,
berbicara kotor, dan berperilaku kasar

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah


Permasalahan dalam PTK ini yaitu :
1.Bagaimanakah pengaruh teknik Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending dalam mengatasi
permasalahan peserta didik?
2.Bagaimanakah pengaruh teknik Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending guru selaku
konselor dalam peningkatan prestasi peserta didik

Pemecahan masalah yang dilakukan guru berupa tindakan :


1. Langkah-langkah konseling dengan Perilaku Attending
2. Pengentasan permasalahan peserta didik
3. Peningkatan hasil prestasi peserta didik
4.Mengamati pengaruh konseling Eklektif dengan Perilaku Attending terhadap gairah belajar
peserta didik dan prestasi belajar peserta didik.

D. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Teoritik
Tujuan teoritik penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik
konseling Eklektif dengan pendekatan attending dalam peningkatan semangat belajar, tanggung
jawab peserta didik sebagai pelajar, mengentaskan permasalahan belajar peserta didik, serta
meningkatkan kemampuan guru untuk membimbing peserta didik.
2) Tujuan Praktis
1. Membangkitkan semangat peserta didik untuk belajar
2. Mengatasi permasalahan peserta didik
3. Meningkatkan partisifasi peserta didik dalam pembelajaran
4. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik
5. Meningkatkan kemampuan guru dalam membimbing peserta didik

E. Manfaat Hasil Penelitian


Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending (menghampiri klien) bermanfaat :
1) Bagi Peserta didik
a. Membangkitkan semangat, partisifasi, peran peserta didik dalam belajar
b. Mengatasi permasalahan pribadi dan teman
c. Meningkatkan harga diri peserta didik yang bermasalah/klien
d. Menciptakan suasana aman, mempermudah ekspresi perasaan peserta didik yang
bermasalah/klien dengan bebas
e. Memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi
peserta didik; baik melalui konseling individual maupun konseling kelompok yang dilaksanakan
di kelas.
2) Bagi Peneliti hasil penelitian tindakan kelas ini bermanfaat memberikan pemahaman
pengaruh Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending terhadap pengentasan permasalahan, juga
memberikan sumbangan penyempurnaan praktek karena penelitian tindakan kelas ini

3
menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kegiatan, proses, atau peristiwa-peristiwa penting
dalam bimbingan konseling.
3) Selanjutnya bagi guru, hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadi cermin
menginstropeksikan diri berkenaan dengan tugas guru dalam membimbing peserta didik di
kelasnya.
4) Bagi pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan pembelajaran di SMP, hasil
penelitian tindakan kelas ini memberi sumbangan bagi perumusan, implementasi dan perubahan
kebijakan; sebagai upaya perbaikan sistem bimbingan konseling guna peningkatan mutu
pendidikan dan pelayanan pendidikan di sekolah dasar.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Prestasi Belajar


Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah memberikan
jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak komponen dan faktor yang ikut
melatarbelakanginya. Ada faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, dan ada pula yang
berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri yaitu faktor psikologis dan pisiologi.
Meskipun demikian tidak mengurangi makna ungkapan diatas, dan untuk lebih
memudahkan dalam memehami pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat dalam
proses belajar dan akhirnya mengemukakan tentang prestasi belajar tersebut.
1). Pengertian Belajar
Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi perilaku secara progresif. (Nana
S, dan M. Surya, 1975 : 59).
Sedangkan Prandsen (1957 : 43) memberikan batasan belajar sebagai berikut :
…….. a change in experience or behavior resulting from purposeful observation, over activity, or
thingking, and accompairid by motivational-emosional reactions, which results in more adequate
satisfaction of the motivating conditions.
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau pengalaman sebagai akibat dari perhatian
terhadap tujuan atas kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan dorongan dan reaksi
emosi, sebagai akibat dari kepuasan yang memadai dari kondosi dorongannya.
Abin Syamsudin (2003 : 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa ahli dalam
satu pernyataan yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang.
Pengertian belajar dapat disimpulkan :
a) Belajar adalah memperoleh perubahan tingkah laku,
b) hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku,
c) belajar merupakan suatu proses,
d) proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai,
e) belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.
2). Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar
Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang sangat luas.
Sekolah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para peserta didik yang belajar berusaha
mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang.
Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan
sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar mengajar di
sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (extern) secara
bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin dalam
perubahan pola-pola perilaku mereka.
Abi Syamsudin (2003 : 143) mengemukakan sebuah bagan yang melukiskan betapa
kompleknya kemungkinan interaksi antar berbagai aktor atau komponen yang mempengaruhi
belajar mengajar (PBM) di sekolah.
5
Bagan 1 : Komponen-komponen yang terlibat dalam PBM
(Abin Syamsudin, 2003 : 143)
Bagan di atas menjelaskan bahwa ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama turut mempengaruhi PBM. Pertama masukan mentah (raw input), yakni berbagai
karakteristik yang dimiliki oleh individu atau peserta didik ketika memasuki suatu PBM, berbagai
karakteristik yang mencakup baik yang akan memberikan kemudahan atau merupakan kendala
dalam belajar sisa. Peserta didik sebagai raw input mempunyai pembawaan yang beraneka ragam.
Sebagai mahluk individual tentunya banyak hal yang berbeda, misalnya : kapasitas dasar bakat
mempengaruhi proses serta hasil belajar yang dicapai. Kedua masukan instrumental atau
sarana (Instrumental input). Yakni merupakan berlangsungnya PBM, Ketiga masukan
lingkungan (environmental input) yakni letak sekolah, situasi dan keadaan fisik sekolah, susunan
sekolah, hubungan antar individu di dalamnya dan faktor-faktor yang dapat menjadi penunjang
atau penghambat bagi berlangsungnya PBM secara berhasil.
Interaksi ketiga masukan tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan (expected
output) yaitu berupa hasil belajar para peserta didik. Bloom dan kawan-kawan membedakan hasil
belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan (taxonomy), mulai yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks. Ketiga kawasan keprilakuan manusia itu ialah kawasan kognitif
(cognitive domain), kawasan afektif (affective domain), dan kawasan psikomotorik
(psychomotorik domain).
3). Prestasi Belajar
Bagan yang dikemukakan oleh Abin Syamsuddin di atas kiranya cukup jelas memberikan
gambaran mengenai banyaknya faktor yang mempengaruhi PBM, dan hasil dari proses itu (akan)
tercermin dalam bentuk prestasi belajar. Prestasi belajar (achevoment) dapat diketahui dengan
mengevaluasi mereka dengan mempergunakan tes tertentu. Dengan demikian, bagan tadi
menunjukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik di sekolah

2. Strategi Dasar Layanan Bimbingan di SMP

6
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta
perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi
pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi
peserta didik.
1) Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan
karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
2) Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta
kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif
dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan
belajar secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
3) Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan
dirinya.
3. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang
dialaminya.
4. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara
dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
5. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan
atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

4) Teknik Konseling

Konseling Eklektif
Teknik Konseling Eklektif merupakan penggabungan dua pendekatan Direktif dan Non-
Direktif. Konseling Eklektif yang mengambil berbagai kebaikan dari dua kebaikan dari dua
pendekatan atau dari berbagai teori konseling, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek
sesuai dengan permasalahan klien. Konseling Eklektif lebih tepat dan sesuai dengan filsafat tujuan
bimbingan dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu pendekatan satu
pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya : 1988).
Konseling Direktif
Dalam konseling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan
demikian inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak ditentukan oleh konselor.
Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak ditentukan oleh konselor. Dalam konseling
7
direktif diperlukan data yag lengkap dengan klien untuk dipergunakan diagnosis. Diagnosis
direktif konseling beraliran Behavioristik, yaitu layanan konseling yang berorientasi pada
perubahan tingkah laku secara langsung. Selain itu diperlukan konseling secara individual, dan
kelompok pada bimbingan konsultasi lainnya yang memberikan sumbangan langsung kepada
keberhasilan peserta didik sekolah maupun di luar sekolah. Laporan tersebut secara langsung
dibenarkan dan mendapat dukungan hasil diagnosis yang pada umumnya berbentuk kegiatan yang
langsung ditujukan pada pengubahan tingkah laku klien.
Konseling Non-Direktif
Teknik konseling Non-Direktif, tersebut juga Client Centered theraphy, pendekatan ini
diperoleh oleh Carl Rongers dan Universitas Wiconsin di Amerika Serikat. Merupakan upaya
bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan untuk
mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini
berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri. Tetapi oleh karena suatu
hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana
mestinya.
Untuk memfungsikan kembali kemampuannya klien memerlukan bantuan, maka dalam
konseling, inisiatif dan peranan untama terletak pada pundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban
dan peran konselor hanya mempersiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang pada
dasarnya ada pada klien untuk berkembang secara optimal, menciptakan hubungan konseling yang
hangat, dan permisif. Menurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri untuk membantu
dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan baik. Teori ini didasari
kajejat manusia, dan tingkah lakunya : pendekatan konseling beraliran Humanistik (Sofyan. S.
Willis, 2004 : 176). Aliran ini menekankan pentingnyapengembangan potensi dan kemampuan
yang secara hakiki ada pada diri setiap individu. Potensi dan kemampuan yang berkembang
menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya.
Perilaku Attending
Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa
lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk
meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending yang
kurang baik seperti: kepala kaku, muka kaku, ekspresi melalun, mengalihkan pandangan, tidak
terlihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar miring, tegak kaku, jarang
duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling. Memutuskan pembicaraan,
berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan klien guna berpikir dan berbicara.
Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176).
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen
kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat:
1.Meningkatkan harga diri klien.
2.Menciptakan suasana yang aman
3.Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik :
 Kepala : melakukan anggukan jika setuju
 Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
 Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat,
duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
 Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai
isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
 Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti
saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending yang tidak baik :
8
 Kepala : kaku
 Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang
bicara, mata melotot.
 Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang
akrab dan berpaling.
 Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan
klien berfikir dan berbicara.
 Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

B. Kajian Hasil Penelitian


Penelitian tindakan kelas mempergunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
dalam mengatasi permasalahan peserta didik kelas IXA yang rata-rata berusia 15-16 tahun dengan
berasumsi dasar bahwa peserta didik/klien kurang mampu mengatasi sendiri terhadap masalah
yang dihadapi, karena itu klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu guru selaku konselor.
Guru sebagai konselor harus memiliki khasanah teori dan teknik konseling yang justru jauh lebih
kaya dari pada mereka yang bertjuan di lingkungan sekolah yang lebih tinggi (HM. Arifin 2003:
22). Teori dan teknik-teknik konseling peorangan yang dipakai untuk anak-anak SMP. Anak SMP
perlu banyak perhatian, dan konselor bertanggung jawab penuh melindungi kerahasiaan mereka,
mendorong anak agar mampu datang untuk memperoleh layanan bimbingan Selanjutnya guru,
Kepala Sekolah, dan orang tua hendaknya saling bekerjasama. Guru paling dekat bergaul,
memperhatikan segenap tingkah laku anak-anak sehari-hari di sekolah, sikap-sikap kebiasaan
belajar, hubungan sosial mereka, tingkah laku yang menyimpang dengan mengetahui kekuatan
dan kelemahan anak-anak yang dapat diketahui secara langsung oleh guru, lalu guru dapat
memberi bantuan dan dapat pula mengalih tangankan kepada konselor / Kepala Sekolah yang
masih cukup memiliki pemahaman tentang peserta didiknya sebagai konselor yang aktif, banyak
perhatian, sering menciptakan suasana, melakukan kegiatan yang menyenangkan, menguntungkan
anak, akan dirasakan denkat dan banyak dikunjungi anak. Maka fungsi konselor dengan segala
peran yang dapat diberikan kepada mereka, akan banyak menentukan frekuensi dan intensitas
pemanfaatan jasa konseling anak.
Melalui konseling Eklektif dengan Perilaku Attending yang berorientasi kepada
pengubahan tigkah laku secara langsung, akan memberikan sumbangan kepada keberhasilan
peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah. Dari rujukan di atas cukup alasan perlunya anak
SMP memperoleh bimbigan konseling menggunakan konseling Eklektif dengan Perilaku
Attending secara terprogram. Selanjutnya peneliti menyakini akan membawa perubahanyang
sangat berarti bagi peserta didik.

9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas IXA SMP Negeri 3 Getasan
berjumlah 25 peserta didik dengan rincian 13 laki-laki dan 12 perempuan.

B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian


Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap
responden, sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak yang berasal
dari peserta didik/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti.
Subjek penelitian yang berasal dari peserta didik berupa hasil pengamatan tentang :
1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya
2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar
3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang
4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan
Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :
1. Mengamati, mencatat, mengumpulkan data tentang sejauh manakah pengaruh bimbingan
konseling menggunakan teknik attending Eklektif terhadap gairah belajar peserta didik dan
prestasi belajar peserta didik
2. Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling
3. Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk berpenampilan baik, seperti:
kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan peserta didik/klien
4. Ekspresi wajah guru/konselor tenag, ceria, tersenyum
5. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akan berhadapan atau
berdampingan
6. Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontans berubah arah
sebagai syarat menekankan ucapan
7. Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai.
8. Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien
9. Merefleksi/pematulan kembali perasaan, pikiran pengalaman klien
10. Directing/mengarahkan klien
11. Paraphasing/dapat menangkap pesan utama klien
12. Interprestasi/berupaya megulas pemikiran, perasaan, perilaku yang merujuk pada teori
13. Bertanya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup terhadap klien
14. Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan
klien
15. Bertindak sebagai leading/memimpin arah pembicaraan
16. Penyimpulan sementara/Summariing
17. Memberi kesempatan kepada klien untuk feed back/mengambil kilah baik dari hal-hal yang
telah dibicarakan
18. Penyimpulan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi
19. Pemberian nasehat, informasi dan merencanakan tindakan selanjutnya

Setting Lokasi Penelitian tindakan Kelas ini ruang kelas IXA dan ruang guru BP SMP Negeri 3
Getasan Kabupaten Getasan.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui, yaitu : wawancara untuk sumber data responden,
observasi untuk sumber data perietiwa dan analisis dokumen untuk sumber data dokumen.
10
Informasi tersebut digali dari empat sumber yaitu : peristiwa/kegiatan, pelaku peristiwa, tempat,
dokumen/artifak (Sutopo, 1996: 49-51).
1. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan peserta didik.
Tujuannya adalah ntuk memperoleh data informasi untuk pemahaman, penerapan dan pentingnya
bimbingan kelompok dan pendekatan konseling Eklektif guna mengatasi permasalahan belajar.
2. Pengamatan/Observasi
Pengamatan akan dilakukan terhadap konselor dan peserta didik untuk memantau proses
dan danpak penanganan masalah belajar melalui pendekatan Eklektif Attending dalam
penggunaan permasalah belajar peserta didik teknik pengamatan yang akan digunakan adalah
pengamatan berperan secara aktif sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980) ditulis kembali
Joko Nurkamto (2003 : 12) berperan aktif di dalam pengertian kegiatan alih tangan konselor
kepala sekolah. Kemudian hasil pengamatan akan dipergunakan guna menata langkah-langkah
perbaikan pada siklus berikutnya.
3. Analisa Dokumen
Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen-dokumen : data hasil pengamatan,
data hasil wawancara serta yang digali dari empat sumber yaitu : peristiwa / kegiatan, pelaku
peristiwa, tempat, dokumen atau artifak terhadap guru dan peserta didik, juga dari catatan
lapangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya penanganan permasalahan belajar
peserta didik. Tujuannya adalah untuk melengkapi informasi yang telah diuperoleh melalui
pengamatan dan wawancara.
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas bimbingan konseling berupa :
1. Permasalahan peserta didik dapat teratasi
2. Bangkitnya semangat peserta didik untuk belajar
3. Partisipasi peserta didik dalam pembelajaran meningkat
4. Peningkatan prestasi belajar peserta didik
5. Peningkatan kemampuan guru membimbing peserta didik
Peneliti melakukan persiapan awal mulai tanggal 3 Januari 2022 meliputi kegiatan:
mengadakan kontak awal dan kesepakatan denga reponden, guna membangun mempertahankan
kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto, 2005: 43).
Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan tahapan-
tahapan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari
empat tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi. (jadwal
penelitian terlampir)
1. Perencanaan
Mendiagnosis permasalahan belajar peserta didik, penyebabnya dan dirumuskan
implementasi penanganannya termasuk dalam perencanaan langkah-langkah bimbingan konseling
menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending : analisa data tentang klien,
diagnosis masalah diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah
selanjutnya, pemecahan masalah, dan tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling begitu
juga perencanaan pembentukan bimbingan individual terhadap tiga orang peserta didik
berdasarkan permasalahan yang sama (kebiasaan buruk dalam belajar, berbicara kotor, dan
bertengkar) serta merencanakan instrumen pengamatan danwawancara.
2. Implementasi
Pada implementasi guru menyusun pelaksanaan bimbingan konseling menggunakan
Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending, guru mengamati penanganan permasalahan
belajar peserta didik menurut Weener & Senf yang terdiri dari tahapan :

11
a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang peserta didik ketika mengikuti
pelajaran

b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran peserta didik khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajar

c. Mewawancarai orang tua atau wali peserta didik untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar

d. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakekat kesulitan
belajar yang dialami peserta didik

e. Memberi tes kemampuan intelegensi (IQ)

3. Observasi dan Evaluasi


Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, jalannya bimbingan
kelompok melalui Teknik Eklektif, Perilaku Attending, respon peserta didik, hasil pengamatan
dan wawancara.
4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus
II; demikian pula hasil pelaksanaan pengamatan dan wawancara siklus II untuk perbaikan pada
siklus III.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model
Sprandley, dalam pelaksanaan analisis data tidak silakukan secara linier berurutan setelah semua
data yang terkumpul, melainkan akan dilakukan secara stimulat pada saat dan setelah data
terkumpul. Dengan demikian terjadi interaksi antara proses pengumpulan data dan analisis data
serta elemen-elemen lain seperti pencatatan data, penulisan laporan sementara, dan mengajukan
pertanyaan penelitian. Interaksi berbagai elemen tersebut membentuk pola siklikal. Selanjutnya
data-data yang didapat pada siklus I, II, dan III dibandingkan kemudian diungkapkan dalam bentuk
kata-kata. Penjelasan perbandingan sebagai fenomena yang dapat digunakan untuk
membandingkan, tolak ukur dan merefleksi peneliti dan guru selaku konselor atas kelmahan yang
terekam. Selanjutnya data yang disajikan, berupa tabel yang memuat secara nominal dan dapat
ditentukan 5-nya kemudian didiskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru selaku konselor
dan sekasinya dalam bentuk partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar menunjukan
semangat, berpartisifasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak
bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima naehat,
dan merencanakan tindakan. Selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan
strategi untuk meningkatkan validasi, yaitu: Pengumpulan data relatif cukup lama guna
memungkinkan analisa dan melengkapi data secara berangsur-angsur agar memungkinkan ada
kesesuaian antara taman dan kenyataan
1. Penerapan multi metode guna memungkinkan paduan beberapa teknik pengumpulan data
seperti : wawancara, observasi, studi dokumenter, dan sumber (Kepala Sekolah, guru/konselor,
peserta didik / klien) hanya dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi)
2. Pencatatan secara lengkap dan detail baik sumber situasi maupun orang
3. Bahasa partisipan kata demi katamendapat rumusan dan kutipan yang rinci
4. Penggunaan catatan-catatan dari partisipan berbentuk catatan anekdot untuk melengkapi
5. Pengecekan data oleh semua anggota selama pengumpulan dan analisis data
6. Data deskriftif yang dikumpulkan peneliti dan guru merupakan hasil kolaborasi tim

12
7. Review oleh partisipan : bertanya kepada partisipan untuk mereview data, melakukan sintesis
semua hasil wawancara dan observasi
8. Mencari, mencatat, menganalisis melapor data dan kasus-kasus negatif atau yang berbeda
dengan pola yang ada
Bahkan untuk meningkatkan refleksitas dalam pengumpulan data, peneliti
menggabungkan beberapa cara; 1) Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis
dan interprestasi data, 2) membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam, tempat, orang dan
kegiatan, perubahan-perubahan dan perkiraan validitas data, 4) catatan tentang pertentangan etika,
keputusan dan tindakan dalam jurnal lapangan, 5) teknik pengelolaan pencatatan, pengkodean
data, pengelompokan, 6) Melakukan kegiatan kompirmasi formal seperti, kelompok utama,
wawancara, 7) melakukan kritik dari dengan mengajukan pertanyaan tentang peranan dan kegiatan
dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas tersebut.
E. Cara Pengambilan Kesimpulan
Hasil pengumpulan data, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti guru selaku
konselor melalui ketekunan pengamatan, perpanjangan dan guru selaku konselor melalui
ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan peneliti, triangulasi, dan review informan
sebagai kunci dalam penelitian tindakan kelas siklus I, II, dan III selanjutnya dipergunakan peneliti
dan guru untuk mengambil keputusan. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending dinyatakan efektif
dalam menangani dan mengentaskan permasalahan peserta didikmanakala data Hasil Observasi
Kegiatan guru dan Data Hasil Observasi Kepribadian Peserta didik yang merekam dalam tabel
menunjukan rata-rata > 60 % dan data hasil wawancara menunjukan respon positif dan cocok
dengan kajian pustaka. Perilaku Attending terbukti efektif apabila dalam kegiatan tindakan kelas
ini permasalahan peserta didik dapat diatasi, peserta didik bersemangat, berpartisipasi aktif,
bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat,
membuka diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima nasehat dan merencanakan tindakan.
Kemudian muncul pengaruh peningkatan kemampuan guru dalam membimbing peserta didik
sehingga prestasi belajar peserta didik dapat meningkat.

13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Peneliti selaku konselor menyusun perencanaan penelitian tindakan kelas dalam
bimbingan konseling individual terhadap tiga orang peserta didik yang mempunyai kesaman
permasalahan belajar melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending

Identifikasi Masalah Tahap Kerja Keputusan Bertindak Usaha


Pemecahan/Mengatasi
Penyebab
Masalah

1 2 3

Berbicara kotor / tidak Kurang keteladanan dan Pengendalian diri sebagai


senonoh, bertengkar perhatian dari orang tua tindak lanjut agar peserta didik
tidak berbicara, memberi tugas
dan berdoa

a. Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi
dan refleksi.
1. Perencanaan
a. Mendiagnosis permasalahan belajar peserta didik, penyebab permasalahan dirumuskan
b. Guru menyampaikan penanganan permasalahan belajar peserta didik menggunakan
tahapan-tahapan atau langkah-langkah Teknik Eklektif dan Perilaku Attending
c. Guru/Konselor menganalisis data tentang klien
d. Guru/Konselor melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien
e. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya
pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling
f. Merancang instrumen pengamatan dan wawancara
2. Implementasi
Bimbingan dilaksanakan di ruang guru menggunakan Pendekatan Eklektif dan Perilaku
Attending peneliti mengamati penanganan permasalahan belajar peserta didik yang terdiri dari :
a. Tahap Awal (10 menit) : pukul 11.00 – 11.10
Konselor mengajak klien X, Y, dan Z untuk mendefinisikan masalah, Bimbingan
Konseling dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar ; yaitu pukul 11.00 Guru selaku
konselor mengajark tiga orang peserta didik yang bermasalah sama ke ruang guru. Satu persatu
klien dipanggil, mereka duduk berhadapan dengan guru/konselor.
b. Tahap pertengahan (25 menit) ; pukul 11.10 – 11.35
Konselor langsung menuju kepermasalahan mereka ; yaitu tentang perkataan tindak
senonoh. Secara bergantian konselor menanyai klien; dimulai dari X, Y, dan Z.
c. Tahap akhir (5 menit) ; pukul 11.35 – 11.40

14
3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan kelompok dan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending menilai respon peserta
didik, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I
yang belum menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk mengadakan
perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan konseling pelaksanan siklus II.
b. Siklus II
1. Perencanan
1.Mendiagnosis permasalahan belajar peserta didik, penyebab permasalahan dirumuskan
2.Guru menanyakan penanganan permasalahan belajar peserta didik menggunakan tahapan-
tahapan atau langkah-langkah Eklektif Attending
3.Guru/Konselor menganalisis data tentang klien
4.Guru kelas IXA melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien
5.Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya
pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.
6.Merancang instrumen pengamatan dan wawancara
2. Implementasi
Pada implementasi guru kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan konseling
mengadakan Pendekatan Eklektif Attending di ruang guru, selanjutnya peneliti mengamati
penanganan permasalahan belajar peserta didik yang terdiri dari :
a. Tahap awal (10 menit) pukul 11.00 – 11.10
Tindakan I
Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien raut dengan wajah yang menunjukan
keramahan.
Tindakan 2
Dalam siklus II Konselor melakukan kegiatan Attending cukup baik kepala mengangguk jika
setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan peserta didik/klien. Ekspresi wajah
guru/konselor tenang, ceria, tersenyum. Posisi tubuh konselor condong kearah klien, konselor
mendengarkan penjelasan dari peserta didik dengan cukup perhatian, sabar menunggu penjelasan
klien.
Tindakan 3
Empati konselor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien)
Tindakan 4
Konselor meminta klien untuk menjelaskan lebih lanjut jauh tentang perasaan X berupa
pertanyaan terbuka.
Tindakan 5
Karena klien masih diam saja, maka konselor mencoba untuk merefleksikan memantulkan
kembali perasaan, pikiran, pengalaman klien
Tindakan 6
Konselor menggali perasan, pengalaman, dan pikiran klien karena kebanyakan
tertutup/menyimpan rahasia, tidak mau bahkan tidak dapat berterus terang
b. Tahap Pertengahan (25 menit) pukul 11.10 – 11.35
Konselor belajar dengan definisi masalah bersama-sama klien; tujuan untuk mengolah masalah
klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan :
Tindakan 1
15
Guru selaku konselor bertindak sebagai leading / memimpin agar klien tidak melantur
Tindakan 2
Konselor melaksanakan paraphrasing / menangkap pesan utama / fokus klien, konselor
mengatakan inti pesan utama klien yang berbelit-belit
Tindakan 3
Konselor melakukan directing / mengarahkan agar klien bermain peran; berbuat sesuatu,
menghayal sebagaimana kejadian yang dituturkan kepada konselor
Tindakan 4
Konselor mencoba menaksir keinginan X
Tindakan 5
Konselor membantu klien untuk memperjelas perubahan sikap yang mestinya dapat mereka
lakukan
Tindakan 6
Saat klien mengatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot mata, kegelisahan yang
bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka konselor mengadakan konfrontasi
Tindakan 7
Guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragement atau memberikan dorongan langsung
terhadap apa yang dikatakan klien. Oh …ya…, terus…lalu…Dan …kemudian…. Wah
…..mmmhh…..
Tindakan 8
Konselor memberikan informasi, merencanakan tindakan selanjutnya
Tindakan 9
Konselor memberikan manfaat
Tindakan 10
Konselor memberikan manfaat pada klien untuk feed back/ mengambil kilah balik dari hal-hal
yang telah dibicarakan
c. Tahap akhir / tahap Action (5 menit) pukul 11.35 – 11.40
Tindakan 1
Konseling menyampaikan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi, memperjeles
fokus pada wawancara konseling
Tindakan 2
Konselor perlu mendorong klien untuk mengatakan hal yang sebenarnya melalui attending yang
baik
Tindakan 3
Menjelang akhir konseling konselor membantu klien untuk merencanakan / memprogram untuk
action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya
Tindakan 4
Menilai / evaluasi (“Bagaimanakah perasaan nanda sekarang?”)
Tindakan 5
Mengakhiri proses konseling

c. Siklus III
1. Perencanaan
1. Konselor dan peneliti mendiagnosis kembali permasalahan belajar peserta didik penyebab
permasalahan dirumuskan

16
2. Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar peserta didik menggunakan tahapan-
tahapan atau langkah-langkah Eklektif Attending
3. Guru kelas IXA melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien
4. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya
pemecahan masalahan, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.
2. Implementasi
Pada prinsipnya implementasi siklus III seperti pada siklus II ; konselor lebih
mengoptimalkan penanganan masalah melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending pada :
Tahap awal, tahap pertengahan dan tahap akhir ; yaitu konselor bertanya untuk membuka
percakapan dengan raut wajah yang sudah menunjukan keramahan, penampilan guru juga baik;
kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan peserta didik
cukup santai, tenang, dan ramah. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, tangan
digerakan sesuai kebutuhan untuk lebih menyakinkan klien. Konselor berusaha ikut merasakan
apa yang dirasakan klien sehingga X, Y, dan Z terbuka untuk mengemukakan isi hatinya. Juga
kesedihannya. Konselor memuji ide X, guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragment
atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh …..ya….., terus….
Dan …..kemudian ….. Wah…. Mmmhh….konselor memberi kesempatan pada klien untuk feed
back/ mengambil alih balik dari hal-hal yang telah dibicarakan.
3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan individual dan Eklektif Attending serta menilai respon peserta didik, malakukan
pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus
III, telah menunjukan perkembangan, maka peneliti atau konselor sepakat untuk menganalisa data,
dan penyusunan laporan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
B. Pembahasan Per Siklus
Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan
refleksi
1. Perencanaan
1. Mendiagnosis permasalahan belajar peserta didik penyebab permaalahan dirumuskan
2. Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar peserta didik menggunakan tahapan-
tahapan atau langkah-langkah teknik Eklektif dan Perilaku Attending
3. Guru / Konselor menganalisis data tentang klien
4. Guru kelas IXA melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan
kelemahan klien
5. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya
pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling
6. Merancang instrument pengamatan dan wawancara
2. Implementasi
Pada saat implementasi konselor melaksanakan bimbingan konseling menggunakan Pendekatan
Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending, peneliti mengamati penanganan permasalahan
belajar peserta didik yang terdiri dari :
a. Tahap awal (10 menit)
Konselor mengajak klien X, Y, dan Z untuk mendefinisikan masalah. Bimbingan
konseling dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar, yaitu pukul 11.00 guru selaku
konselor mengajak tiga orang peserta didik yang bermasalah sama ke ruang kelas. Satu persatu
17
dipanggil, mereka duduk berhadapan dengan guru/konselor. Guru menyapa kliennya dengan raut
wajah yang kaku, dan jengkel mereka berkata yang kurang senonoh. Sambil menundukan kepala;
klien membalas sapaan gurunya.
b. Tahap Pertengahan (25 menit)
Konselor langsung menuju ke permasalahan ; yaitu berkata tidak senonoh. Konselor
berbicara sambil melemparkan pandangan tajam kearah peserta didik, guru menanyai terus
menerus X, Y, dan Z ; konselor sama sekali tidak memberi kesempatan X, Y, dan Z untuk
menjawab. Dengan pertanyaan serupa, ditambah raut wajah yang kaku, tegang, agak marah, dan
suara agak keras, terkesan mengadili tampak sekali. Klien hanya menjawab; ya dan tidak saja,
sehingga keterangan belum banyak diperoleh pada saat pertengahan. Konselor kemudian berpesan
bahwa anak sekolah tidak boleh berbicara kotor dan bertengkar dengan siapa saja, serta hal ini
tidak boleh diulang lagi. Guru menekankan/menerapkan sanksi bahwa apabila perbuatan ini
diulang lagi; maka mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Guru meminta peserta didik untuk
berjanji tidak mengulang lagi kejadian diatas dan segera meminta maaf, dan bersalaman kepada
teman. Peserta didik satu persatu maju untuk mengucapkan janji tidak mengulang lagi
perbuatannya dan bersalaman meminta maaf.
c. Tahap Akhir (5 menit)
Konselor mengingatkan sekali lagi bahwa anak sekolah tidak boleh berbicara kotor dan
bertengkar dengan siapa saja, hal ini tidak boleh diulang lagi. Guru menekankan bahwa apabila
perbuatan ibi diulang lagi akan dikeluarkan dari sekolah. Guru meminta peserta didik untuk
berjanji tidak mengulang lagi kejadian diatas. Kemudian konselor mengatakan bahwa mereka
besok sisang pukul 11.00 agar datang ke sekolah, dan guru berpesan agar mereka berpamitan
kepada orang tua. Guru mengatakan bahwa peserta didik boleh keluar menanti lonceng tanda
masuk, bersiap untuk belajar bersama peserta didik yang lain.
3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi melakukan pengamatan mengamati jalannya
bimbingan kelompok dan Pendekatan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending; menilai
respon peserta didik, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I
belum menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk mengadakan
perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan bimbingan konseling pada pelaksanaan siklus
II.
Siklus II
1. Perencanaan
1. Mendiagnosis permasalahan belajar peserta didik, penyebab permasalahan dirumuskan
2. Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar peserta didik menggunakan tahapan-
tahapan atau langkah-langkah Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
3. Guru/ konselor menganalisis data tentang klien
4. Guru kelas IXA melakanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien
5. Diagnosis masalah prognosis atau presiksi tentang perkembangan masalah selanjutnya
pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling
6. Merancang instrument pengamatan dan wawancara

2. Implementasi
Pada implementasi guru kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan konseling
menggunakan Konseling Elekrik dengan Perilaku Attending. Peneliti mengamati penanganan
permasalahan belajar terdiri dari :
18
Tahap awal (10 menit)
Tindakan I :
Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien raut wajah sudah menunjukan
keramahan masih tampak agak kaku
Tindakan 2 :
Dalam kegiatan Attending ; penampilan guru sudah baik ; Kepala mengangguk jika setuju
dan konselor melakukan kontak pandang dengan peserta didik/klien Ekspresi wajah konselor,
tenang seria, tersenyum. Posisi tubuh konselor belum condong ke arah klien, konselor
mendengarkan penjelasan dari peserta didik dengan cukup perhatian, sabar menunggu penjelasan
klien. Tetapi ketika X mau berkata jujur.
Tindakan 3 :
Empati konselor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien) belum tampak;
karena pandangan konselor tajam memandang pada X sehingga X dalam menjawab tidak berani
memandang konselor, klien belum terbuka untuk mengemukakan isi hati dari lubuk hati yang
paling dalam, dan ia belum mau mengemukakan penderitaannya.
Tindakan 4 :
Konselor meminta klien untuk menjelaskan lebih jauh tentang perasaan X berupa
pertanyan terbuka (“mengapa kamu sering berbicara kotor?”) guru/konselor sudah diam sesaat
untuk memberi kesempatan klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru.
Namun klien masih diam saja (konselor perlu bersikap santai, perlu kesabaran, diam sejenak,
mungkin sambil menanyai klien lainnya dahulu, apabila klien belum mau berterus terang).
Tindakan 5 :
Karena kita masih diam saja, maka konselor mencoba untuk merefleksikan memantulkan
kembali tentang perasan, pikiran, pengalaman klien (“nampaknya nanda merasa menyesal. Itu
baik. Benarkah demikian?” itu berarti X sebenarnya anak yang baik. Bisakah nanda
mengemukakan kejadian selengkapnya kepada bapak?”)
Tindakan 6 :
Konselor menggali perasaan , pengalaman, dan pikiran klien karena kebanyakan klien
tertutup/menyimpan rahasia, tidak mau bahkan tidak dapat terus terang (Bapak yakin kamu dapat
menjelaskan lebih jauh ide untuk mencapai cita-cita menjadi polisi, menjadi pemain sepak bola
terkenal?”)
Tahap pertengahan (25 menit)
Konselor bekerja dengan definisi masalah bersama-sama klien ; tujuannya untuk mengolah
masalah klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan :
Tindakan I
Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpin agar klien tidak melantur, maka
konselor memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan konseling (Menurut Bapak
rencana yang kamu sampaikan baik sekali, coba waktunya perlu diatur lebih cepat, supaya
kegiatan belajar peserta didik tetap berjalan lancar sekaligus kamu dapat mengembangkan hobi
bermain sepak bola?”)
Tindakan 2
Konselor melaksanakan paraphrasing/menangkap pesan utama/fokus klien, konselor mengatakan
inti pesan utama klien berbelit-belit. Konselor menangkap pesan X, rasa ketakutan karena
dihadang X, Y, dan Z. terangkanlah tentang dia! Apakah ada sesuatu yang perlu disampaikan?
Bagaimanakah perasaan Nanda saat itu? Dapatkan Nanda kemukakan hal itu selanjutnya kepada
Bapak?”
Tindakan 3
19
Konselor melakukan directing/ mengarahkan agar klien bermaian peran, berbuat sesuatu,
menghayal sesuatu bagaimana kejadian yang dituturkan kepada konselor. (“Apakah Nanda bisa
menjelaskan secara apa adanya? Bagaimanakah sikap, kata-kata X ketika mengancam ?”)

Tindakan 4
Konselor mencoba menaksir keinginan X untuk membentuk group sepak bola dibawah
pimpinannya, karena X mempunyai bakat sepak bola tendangannya kuat sekali (“nanda seolah-
olah berkeinginan untuk mengajak teman-temannya membentuk kelompok dan berlatih sepak
bola. Apakah demikian?”)
Tindakan 5
Konselor membantu klien untuk memperjelas perubahan sikap mestinya dapat dilakukan
(“nampaknya Nanda belum mengatakan yang sebenarnya. Adakah yang Nanda maksudkan di
ejek, kemudian membalas? Barangkali Nanda merasa menyesal, namun nasi sudah menjadi bubur.
Yang sudah berlalu biarlah berlalu yang penting untuk hari esok marilah kita rencanakan kegiatan
yang lebih baik”)
Tindakan 6
Saat klien mengatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot mata, kegelisahan yang
bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka konselor mengadakan konfrontasi (“Nanda
tidak ada masalah, tetapi mengapa Nanda gelisah sekali?”)
Tindakan 7
Guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragment atau memberikan dorongan
langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh … ya… terus …. Dan … kemudian…..wah….
mmmmmd….
Tindakan 8
Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan selanjutnya (“tahukah Nanda isi tata
tertib sekolah kita?”)
Tindakan 9
Konselor memberi nesehat (Nanda sudah cukup besar, apakah masih memerlukan nasehat
dari Bapak?”)
Tindakan 10
Konselor memberi kesempatan pada klien untuk feed back / mengambil kilah balik dari
hal-hal yang telah dibicarakan. (Setelah kita berbincang-bincang selama 10 menit, Bapak harap,
nanda salah dapat menyimpulkan pembicaraan kita. Coba katakan apa sajakah yang dapat nanda
simpulkan?”)
c. Tahap Akhir / Tahap Action (5 menit)

Tindakan I
Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi,
menjelaskan fokus pda wawancara konseling (“Baiklah, Bapak pikir Nanda sudah mempunyai
satu keputusan namun masih belum mantap. Cobalah Nanda katakan. Bapak pasti akan
mendengarkan!”)
Tindakan 2
Konselor perlu mendorong klien untuk mengatakan hal yang sebenarnya melalui
Attending yang baik, (“Bolehkan Nanda berbicara kotor, bertengkar dengan teman? Mengapa
tidak boleh? Nampaknya Nanda masih ragu lagi menyatakan hal itu tidak boleh?”)
Tindakan 3
20
Menjelang akhir konseling, konselor membantu klien untuk merencakan.memprogramkan
untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya (“Nah apakah tidak lebih baik
Nanda mulai menyusun rencana baik berpedoman hasil pembicaraan kita? Kalau begitu tindakan
apakah yang sebenarnya Nanda lakukan? Adakah usul yang ingin disampaikan kepada ayah, ibu,
dan guru?”)
Tindakan 4
Menilai/ evaluasi (“Bagaimanakah perasaan Nanda sekarang?”)
Tindakan 5
Mengakhiri proses konseling (“Jika tidak ada lagi yang nanda sampaikan apakah dapat kita
akhiri?”)
3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan konseling melalui pendekatan Eklektif attending serta menilai respon peserta didik,
melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
4. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara hasil pengamatan siklus II belum
menunjukan perkembangan, maka peneliti dan guru/konselor sepakat untuk mengadakan
perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan bimbingan konseling pada pelaksanaan siklus III.
Siklus III
1. Perencanaan
1. Konselor dan peneliti mendiagnosis kembali permasalahan belajar peserta didik penyebab
permasalahan dirumuskan
2. Guru mengupayakan pengamanan permasalahan belajar peserta didik menggunakan tahapan-
tahapan atau langkah-langkah Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
3. Guru/konselor menganalisis data tentang klien
4. Guru kelas IXA melakukan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan klien
5. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi perkembangan masalah, selanjutnya pemecahan
masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling
2. Implementasi
Pada prinsipnya implementasi siklus III seerti pada siklus II, hanya konselor lebih
mengoptimalkan penanganan masalah melalui Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
pada : Tahap awal, tahap pertengahan, dan tahap akhir : yaitu konselor pada bertanya untuk
membukapercakapan dengan raut wajah yang sudah menunjukan keramahan, penampilan guru
juga baik ; kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan cukup
santai, tenag, ceria, dan ramah. Posisi tbuh konselor agak condong ke arah klien, tangan digerakan
sesuai kebutuhan untuk lebih menyakinkan klien. Konselor mendengarkan penuh perhatian, dan
kesabaran empati konselor berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien sehingga X, Y, dan
Z terbuka untuk mengemukakan isi hatinya, juga kesedihannya. Konselor memuji ide X untuk
membentuk group sepak bola, dan menasehati belajar giat agar cita-cita menjadi polisi dapat
tercapai. Guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragment atau memberikan dorongan
langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh… ya …, terus…. lalu…. an… kemudian….
wah….mmh… konselor memberi kesempatan pada klien untuk feed back / mengambil kilah balik
dari hal-hal yang telah dibicarakan.
3. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya
bimbingan konseling melalui pendekatan Eklektif attending serta menilai respon peserta didik,
melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara
4. Refleksi
21
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus
III, hasil telah menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk menganalisis
data, dan penyusunan laporan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara.

C. Proses Menganalisa Data


Berdasarkan tindakan pada siklus I; belum memberikan hasil yang berarti, karena guru
selaku konselor pada aspek attending dan aspek Eklektif masih berekspresi kaku, muram dan
marah. Sering konselor mengalihkan pandangan terutama pada saat klien berbicara. Score
penilaian pada siklus I adalah 40.00 predikat nilai kurang baik didalam konselor menangani
permasalahan belajar peserta didik. Guru/konselor dan peneliti sepakat akan mengadakan
perubahan perencanaan dan pelaksanaan tindakan kelas dalam pembimbingan dan konseling
peserta didik.
Attending siklus II; ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ceria. Konselor sudah
melakukan kontak pandang dengan klien, melakukan anggukan kepala tanda setuju, menggeleng
sebagai tanda setuju tetapi masih kaku, karena posisi kepala konselor tegak juga kecondongan
tubuh konselor ke arah klien cukup namun keakraban belum nampak, gerakan tangan konselor
belum nampak, gerakan tangan konselor belum bermakna sesuai kebutuhan (konselor dapat
mengusap kepala klien sebagai tanda sayang penuh perhatian) kesabaran mendengarkan perlu
dipertahankan, dan meninggikan suara konselor agar diakhiri apabila klien diam/tidak
memberikan respon terhadap pertanyaan guru/konselor.
Hasil score penilaian = 50.00 karena itu guru/konselor dan peneliti sepakat mengadakan
perbaikan lagi. Pada siklus III dengan pengoptimalan penghampiran klien secara tenang, ramah,
sabar ceria akrab penuh perhatian dan kasih sayang akan membuat klien nyaman, aman, tenang,
tersentuh dan dekat, sehingga pada siklus III hasil pengamatan menunjukan perkembangan “yaitu
: 88, 33 predikat pembimbing amat baik.
Secara lebih jelasnya gambaran hasil perkembangan kegiatan guru dalam konseling
teknik eklektif dengan perilaku attending dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 4.1 : Hasil Kegiatan Guru Dalam Proses Konseling
Tabel 4.1
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1
NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian
3 2 1

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk 1
jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan peserta
didik/klien
2 Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum 1

3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak 1


dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan 1
tangan/lengan spontan berusaha arah sebagai isyarat
menekaknkan ucapan
5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian, 1
menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti
22
saat kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan
bicara/klien
6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, 1
merasa dan berpikir bersama klien
7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka 1
untuk mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua
yang dirasakan termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang 1
perasaan, pikiran, pengalaman klien
NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian
3 2 1

9 Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien 1


bersaing peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu
sebagaimana kejadian I yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan 1
utama klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas 1
pemikiran, perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori
12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien 1

13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien 2

14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragment 1


atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang
dikatakan klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai 2
leading/memimpinnya, agar tidak melantur, konselor
memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan
konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan 1
klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul
kepada guru
17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. Memberi 1
kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik
dari hal-hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna 1
meningkatkan kualitas diskusi, memperjelas fokus pada
wartawan konseling
19 Konselor memberi nasehat 2

20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan 2


selanjutnya
JUMLAH 8 16

NILAI SCORE PEROLEHAN 24

23
Predikat = 24 : 60 x 100 = 43,33 Kurang

Tabel 4.2
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II
NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian
3 2 1

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Penampilan guru saat attending baik; kepala 1
mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang
dengan peserta didik/klien
2 Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum 1

3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak 2


dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan 2
tangan/lengan spontan berusaha arah sebagai isyarat
menekaknkan ucapan
5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian, 2
menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti
saat kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada
lawan bicara/klien
6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan 1
klien, merasa dan berpikir bersama klien
7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka 2
untuk mengemukakan isi lubuk yang paling dalam,
semua yang dirasakan termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang 2
perasaan, pikiran, pengalaman klien
NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian
3 2 1

9 Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien 2


bersaing peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu
sebagaimana kejadian I yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan 2
utama klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada
teori
11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas 1
pemikiran, perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori
12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan 2
klien

24
13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada 2
klien
14 Guru selaku konselor mengadakan minimal 1
encouragment atau memberikan dorongan langsung
terhadap apa yang dikatakan klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai 1
leading/memimpinnya, agar tidak melantur, konselor
memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan
konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan 2
kesempatan klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran
atau usul kepada guru
17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. 2
Memberi kesempatan pada klien untuk feed back/
mengambil balik dari hal-hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna 1
meningkatkan kualitas diskusi, memperjelas fokus pada
wartawan konseling
19 Konselor memberi nasehat 2

20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan 2


selanjutnya
JUMLAH 26 7

NILAI SCORE PEROLEHAN 33

Predikat = 24 : 60 x 100 = 55 Kurang

Tabel 4.3
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus III
NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian
3 2 1

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk 2
jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan peserta
didik/klien
2 Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum 2

3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak 3


dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan 3
tangan/lengan spontan berusaha arah sebagai isyarat
menekaknkan ucapan
5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian, 3
menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti

25
saat kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan
bicara/klien
6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, 2
merasa dan berpikir bersama klien
7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka 3
untuk mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua
yang dirasakan termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang 3
perasaan, pikiran, pengalaman klien
NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian
3 2 1

(1) (2) (3) (4) (5)


9 Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien 3
bersaing peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu
sebagaimana kejadian I yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan 2
utama klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas 2
pemikiran, perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori
12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan 3
klien
13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien 3

14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragment 2


atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang
dikatakan klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai 2
leading/memimpinnya, agar tidak melantur, konselor
memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan
konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan 3
klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul
kepada guru
17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. 3
Memberi kesempatan pada klien untuk feed back/
mengambil balik dari hal-hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna 2
meningkatkan kualitas diskusi, memperjelas fokus pada
wartawan konseling
19 Konselor memberi nasehat 3

20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan 3


selanjutnya
JUMLAH 39 15 –

26
NILAI SCORE PEROLEHAN 54

Predikat = 24 : 60 x 100 = 90,00 Amat Baik

Tabel 4.4
Hasil Observasi Kepribadian peserta didik
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah SIKLUS I
Peserta
didik
1 KS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 = 25 4 = Baik
Sekali
2 AR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 = 25 3 = Baik

3 TT 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 17 = 42,5 2 = Cukup
1 = Kurang
JUMLAH Predikat
PREDIKAT 37 : 12 x 10 = 30,83 Kurang Sekali > 75 = baik
60 = sedang
< 60 =
kurang

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah SIKLUS II


Peserta
didik
1 KS 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 10 = 25 4 = Baik
Sekali
2 AR 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 10 = 25 3 = Baik

3 TT 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 = 75 2 = Cukup
1 = Kurang
JUMLAH Predikat
PREDIKAT 50 : 12 x 10 = 41,66 Kurang > 75 = baik
60 = sedang
< 60 =
kurang

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah SIKLUS III


Peserta
didik
1 KS 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 = 25 4 = Baik
Sekali
2 AR 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 = 25 3 = Baik

3 TT 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 34 = 85 2 = Cukup
1 = Kurang
JUMLAH
27
PREDIKAT 74 : 12 x 10 = 61,66 Sedang Predikat
> 75 = baik
60 = sedang
< 60 =
kurang

Keterangan :
1. Tidak berbicara kotor
2. Tidak bertengkar
3. Membuka diri, berterus terang
4. Bekerjasama
5. Berani bertanya dan berpendapat
6. Berpartisifasi aktif
7. Berani berpendapat
8. Ceria, gembira
9. Menerima nasehat
10. Merencanakan tindakan
Tabel 4.5
Perkembangan Kepribadian Peserta didik Kelas IXA yang Diminati
NO NAMA PESERTA SIKLUS RATA-RATA KET
DIDIK I II III
1 2 3 4 5 6 7
1 KS 25 25 50 33,33 Kurang

2 AR 25 25 50 33,33 Kurang

3 TT 42,5 75 85 67,50 Baik

JUMLAH 92,5 125 185 134,16

RATA_RATA 30,80 41,66 81,66 44,72

Tabel 4.6
Perkembangan Kegiatan Guru Dalam Bimbingan Konseling
Teknik Eklektif dan Perilaku Attending Kelas IXA
Semester I Tahun 2021/2022
NO NAMA PESERTA SIKLUS RATA- KET
DIDIK I II III RATA

1 2 3 4 5 6 7
Teknik Eklektif dan 40,00 50,00 88,33 59,44
Perilaku Attending
Predikat Kurang Kurang Amat
Baik

Demikian pula dengan hasil wawancara menunjukan respon yang positif, serta hasil
observasi Kepribadian Klien pada siklus I, II, dan III diperolehkan hasil 30,83 predikat kurang
28
baik sekali, siklus II = 41,66 predikat kurang dan pada siklus III = 61,66 predikat sedang/cukup
baik. Bimbingan konseling terhadap tiga peserta didik X, Y dan Z yang bermasalah tidak berhenti
pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru kelas,
juga peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkembangan perubahan tingkah
laku klien agar klien lebih mantap untuk bertindak positif. Gambaran lebih jelasnya dapat dilihat
dalam grafik berikut ini:

Hasil Observasi
70

60

50

40

30

20

10

0
Category 1

Series 1 Series 2 Series 3

Gambar 4.2 : Perkembangan Kepribadian Peserta didik


D. Pembahasan Umum
Berdasarkan tindakan pada siklus I; belum memberikan hasil yang berarti karena guru
selaku konselor pada aspek attending dan pada spek Eklektif masih berekspresi kaku, muram dan
marah karena konselor sering mengalihkan pandangan, terutama saat klien berbicara. Maka data
pada score penilaian pada siklus I adalah 40,00 predikat nilai kurang baik dalam konselor
menangani permasalahan belajar peserta didik.
Attending siklus II, ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ceria, konselor sudah
melakukan kontak pandang terhadap klien, melakukan anggikan kepala tanda setuju, menggeleng
sebagai tanda setuju tetapi masih kaku, karena posisi kepala konselor tegak juga kecondongan
tubuh konselor belum bermakna sesuai kebutuhan (konselor dapat mengusap kepala klien sebagai
tanda kasih sayang penuh perhatian) kesabaran mendengarkan perlu dipertahankan, dan
meningginya suara konselor agar dihindari apabila klien diam/klien memberikan respon terhadap
pertanyaan guru/konselor hasil score penilaian pada siklus II = 50,00
Kemudian hasil pada siklus III melalui pengoptimalan penghampiran klien secara tenag,
ramah, sabar, ceria, akrab, penuh perhatian, dan kasih sayang; membuat klien merasa nyaman,
aman, tenang, tersentuh dan dekat;sehingga pada siklus III hasil pengamatan menunjukan
perkembangan; yaitu 88,33 predikat amat baik.
Berdasarkan Data Hasil Observasi perkembangan Kepribadian Peserta didik pada Siklus
I, II, dan III menunjukan perkembangan hasil yang meningkat pada siklus berikutnya yaitu : 30,80
; 41,66 kemudian pada siklus III meningkat lagi menjadi 61,66 srta rata-rata kepribadian peserta
didik adalah 44,72 ; hal ini berarti penanganan-penanganan bimbingan konseling dengan
menggunakan Pendekatan Eklektif Attending menunjukan keberhasilan penelitian tindakan kelas.
29
Berdasarkan data-data yang didapat pada siklus I, II, dan III setelah dibandingkan,
diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Penjelasan perbandingan sebagai fenomena yang dapat
dipergunakan untuk membandingkan tolak ukur dan merefleksikan peneliti dan guru selaku
konselor atas kelemahan yang terekam, data yang disajikan, berupa tabel yang memuat secara
nominal dan setelah ditentukannya diskripsi kearah kecenderungan tindakan guru selaku konselor
dan reaksinya dalam bentuk partisifasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor,
tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima
nasehat, dan merencanakan tindakan.
E. Cara Pengambilan Kesimpulan
Hasil pengumpulan data, analisis data, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti
dan guru selaku konselor melalui ketekunan pengamanan, perpanjangan keikutsertaan peneliti,
triangulasi, dan reviem informan sebagai kunci (Moelong, 1995) dalam penelitian tindakan kelas
siklus I, II, dan III yang dipergunakan peneliti dan guru untuk mengambil keputusan. Maka dari
hasil analisis data; Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Data Hasil Observasi Kepribadian Klien
pada situs I, II, dan III diperoleh hasil 30,83 presikat kurang sekali, siklus II = 41,66 predikat
kurang dan pada siklus III = 61,66 predikat sedang/cukup baik. Bimbingan Konseling terhadap
tiga peserta didik X, Y, dan Z yang bermasalah tidak berhenti pada siklus III, tetapi masih
berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru, juga peneliti sekaligus sebagai kepala
sekolah memantau terus perkembangan tingkah laku klien agar klien lebih mantap untuk bertindak
positif.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pendekatan Eklektif Attending merupakan langkah efektif untuk mengatasi permasalahan
peserta didik.
2. Pendekatan Eklektif Attending memberi kemudahan perubahan sikap pada peserta didik yang
bermasalah karena permasalahan belajar dapat diatasi melalui komunikasi dengan bahasa anak
sendiri
3. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending layak dipergunakan dan dikembangkan oleh guru, serta
perlu diadakan penelitian kelanjutan

B. Saran

Peneliti mengajak rekan-rekan guru selaku pembimbing peserta didik :


1. Gunakanlah Pendekatan Eklektif Attending guna mengatasi permasalahan peserta didik
2. Tingkatkanlah partisifasi peserta didik dalam Proses Belajar Mengajar melalui proses motivasi
guru kepada peserta didik secara selektif
3. Perlu pengembangan dan tindak lanjut penelitian tindakan kelas

31
DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmun (2003). Pedoman Studi Psikologi Pendidikan. IKIP Bandung
Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. (2004). Belajar dan Menifestasinya. Bandung : Rajawali
Depdiknas (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta :
Depdiknas
H.M. Arifin. (2003). Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta : PT Golden Terayon
Press.
Ketut Sukardi (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya : Usaha
Nasional
Nana Syaodih dan Moh. Surya (1998). Pengantar Psycologi Jihad I. Bandung : FIP IKIP
Bandung
Moh. Surya (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP IKIP Bandung.
Prayitno, dkk (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Rhineka Cipta
Sadirman, A.M (1998). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan
Calon Guru. Bandung : Rajawali
Suharjono (1995). Direktorat Pendidikan Guru dan tenaga Teknis. Jakarta : Dikdasmen
Sugiharto.(2005). Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG
Sutopo (1996). Metode Pengumpulan Data. Surabaya : Usaha Nasional
Wakiri H, dkk (1990). Materi Pokok Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. UT : PMAK 817
Karunia Jakarta
Wilis, Sofyan, S (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Jakarta : Alfa Beta

32
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAN PENELITIAN
No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

1 2 3 4

A Persiapan 9 hari
1. Penyusunan Proposal

2. Penyusunan Instrimen untuk 6 hari


data pengamatan dan
wawancara
3. Kontak awal, minta ijin, 1 hari
mengadakan kesepakatan
dengan responden
B Pelaksanaan 1 hari
1. Pengumpulan data dan
pencatatan data

2. Mengadakan wawancara
dengan guru dan peserta didik
3. Menganalisis Data Dokumen 4 hari
atau artifak
4. Refleksi 2 hari
Perencanaan Tindakan Lanjutan
refleksi (persiapan pelaksanaan)

C Pelaksanaan Siklus 2 6 hari

D Pelaksanaan Siklus 3 6 hari

E Pelaksanaan Laporan 15 hari

Jumlah 51 hari

Getasan, Maret 2022


Peneliti,

Nur Isnaeni, S.Pd


NIP. 19870126 202012 1 004

33
Lampiran 2
HASIL OBSERVASI KEGIATAN GURU SIKLUS I, II, III
NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian
3 2 1

1 2 3 4 5

1 Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk jika


setuju dan melakukan kontak pandang dengan peserta didik/klien
2 Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum

3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat,


duduk akrab berhadapan atau berdampingan
4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan
spontan berusaha arah sebagai isyarat menekaknkan ucapan
5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian, menunggu
ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti saat kesepakatan
bereaksi), perhatian terarah kepada lawan bicara/klien
6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, merasa
dan berpikir bersama klien
7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk
mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua yang dirasakan
termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang perasaan,
pikiran, pengalaman klien
9 Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien bersaing
peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu sebagaimana kejadian I
yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan utama
klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas pemikiran,
perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori
12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien

13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien

14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragment atau


memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpinnya,
agar tidak melantur, konselor memimpin arah pembicaraan
sehingga mencapai tujuan konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan klien
untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru

34
17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. Memberi
kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik dari hal-
hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna meningkatkan
kualitas diskusi, memperjelas fokus pada wartawan konseling
19 Konselor memberi nasehat

20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan selanjutnya

JUMLAH

NILAI SCORE PEROLEHAN


Predikat = ….. : 60 x 100 = 40,00

35
Lampiran 3
HASIL OBSERVASI KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah SIKLUS I
Peserta
didik
1 4 = Baik
Sekali
2 3 = Baik

3 2 = Cukup
1=
JUMLAH Kurang

PREDIKAT Predikat
> 75 =
baik
60 =
sedang
< 60 =
kurang

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah SIKLUS


Peserta II
didik
1 4 = Baik
Sekali
2 3 = Baik

3 2 = Cukup
1=
JUMLAH Kurang

PREDIKAT Predikat
> 75 =
baik
60 =
sedang
< 60 =
kurang

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah SIKLUS


Peserta III
didik
1 4 = Baik
Sekali
2

36
3 3 = Baik
2 = Cukup
JUMLAH 1=
PREDIKAT Kurang
Predikat
> 75 =
baik
60 =
sedang
< 60 =
kurang

Keterangan :
1. Tidak berbicara kotor
2. Tidak bertengkar
3. Membuka diri, berterus terang
4. Bekerjasama
5. Berani bertanya dan berpendapat
6. Berpartisifasi aktif
7. Berani berpendapat
8. Ceria, gembira
9. Menerima nasehat
10. Merencanakan tindakan

37
Lampiran 4
FORMAT WAWANCARA GURU
No PERTANYAAN JAWABAN
1 2 3
1 Pengalaman apakah yang paling mengesankan
ketika Bapak membimbing di kelas ?
2 Berapa lamakah pengalaman ibu mengajar ?

3 Bagaimanakah upaya bapak dalam mengentaskan


permasalahan belajar peserta didik ?
4 Mengapa Pendekatan Konseling Direksi yang
bapak pilih untuk mengatasi permasalahan belajar
peserta didik ?
5 Bagaimanakah pendapat ibu tentang penerapan
konseling teknik Eklektif yang bapak pilih untuk
mengatasi permasalahan belajar peserta didik ?
6 Bagaimanakah perasaan bapak apabila ada peserta
didik yang melanggar ketentuan/ tata tertib kelas
7 Bagaimanakah perasaan bapak apabila ada peserta
didik yang melanggar ketentuan/ tata tertib kelas
berulang-ulang
8 Bagaimanakah pendapat bapak tentang bimbingan
individual terhadap peserta didik SMP?
9 Apabila ada kesulitan, siapakah yang dapat
membantu bapak dalam memecahkan atau
penyelesaian permasalahan?
10 Bagaimanakah upaya bapak agar terjalin multi
interaksi dalam bimbingan konseling?
11 Bagaimanakah cara bapak memotivasi peserta
didik agar tumbuh semangat dalam PBM?
12 Bagaimanakah pendapat bapak tentang attending
konselor yang baik ?
13 Apakah pendapat bapak tentang program
perbaikan, pengayaan dan bagaimanakah
wujudnya?
14 Apakah harapan bapak kepada peserta didik, guru,
orang tua terhadap peningkatan mutu pendidikan,
serta pelayanan pendidikan?
Peneliti, Getasan, Maret 2022
Responden,

38
………………………….. ……………………………

Lampiran 5
FORMAT WAWANCARA PESERTA DIDIK
No PERTANYAAN JAWABAN
1 “Selamat siang, silahkan duduk!” Nampaknya ada
sesuatu yang terjadi benarkah demikian?
2 Bisakah Nanda jelaskan kepada Bapak perasaan
bingung, gelisah dan takut nanda itu ?
3 Bapak terkesan dengan perasaan sedihmu, namun
bapak ingin tahu pengaruh perasaan tersebut
terhadap belajarmu ?
4 Bapak yakin nanda dapat menjelaskan lebih jauh
tentang hobi cita-cita tersebut. Pendapatmu
tentang hal itu baik sekali. Dapatkah kau uraikan
lebih lengkap ?
5 Nampaknya Nanda belum mengatakan yang
sebenarnya, barangkali nanda merasa menyesal.
Hal itu rupanya seperti nasi sudah menjadi bubur.
Apa yang nanda maksudkan diejek kemudian
membalas ?
6 Bapak takut dan sedih dengan kejadian yang
menimpa anda. Bisakah anda mengemukakan
kejadian selengkapnya ?
7 Bisakah nanda mencobakan di depan bapak
bagaimanakah sikap, kata-kata X ketika
mengancam mata ?
8 Adakah yang nanda maksudkan mengancam ?
nampaknya yang nanda katakan adalah
mengancam teman? Nampaknya nanda masih ragu
menyatakan mengancam dan menendang teman?
9 X, Y, dan Z telah membuat Nanda takut,
terangkanlah tentang dia!
10 Nanda mengatakan tidak ada masalah, tetapi
mengapa nanda gelisah sekali ?
11 Apakah ada sesuatu yang ingin disampaikan?
Bagaimanakah perasaan nanda saat itu?
Dapatkah nanda kemukakan hal itu selanjutnya?

12 Apakah nanda bisa menjelaskan secara apa adanya


?

39
13 Bagaimanakah ide nanda ?

14 Dapatkah kau uraikan lebih lengkap?

15 Nanda perlu tekun belajar agar naik kelas dengan


nilai yang mantap. Bagaimanakah upayamu agar
nilai yang mantap. Bagaimanakah upayamu agar
upaya tersebut berhasil maksimal?
16 Nanda sudah cukup besar, apakah masih
memerlukan nasehat dari ibu ?
17 Baiklah bapak pikir nanda sudah mempunyai atau
keputusan, namun masih belum mantap
dikeluarkan. Cobalah nanda katakan. Bapak pasti
akan mendengarkan?
18 Adakah usul yang ingin disampaikan kepada
ayah/ibu?
19 Bagaimanakah perasan nanda sekarang?

20 Kalau begitu tindakan apakah yang sebaiknya


nanda lakukan?
Getasan, Maret 2022 Responden,
Peneliti,

………………………….. ……………………………

40

Anda mungkin juga menyukai