Anda di halaman 1dari 73

OPTIMALISASI MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVING DENGAN METODE


EXPERIMENT SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SENI
BUDAYA SISWA KELAS VIIIC SEMESTER I
SMP NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN
2021/2022

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH

NAMA : I NYOMAN GEDE JUWASTRA,S.Sn.


NIP : 198503252010011022
JABATAN : Guru Ahli madya

DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN TABANAN
SMP NEGERI 3 KEDIRI
2021
OPTIMALISASI MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING DENGAN METODE
EXPERIMENT SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SENI
BUDAYA SISWA KELAS VIIIC SEMESTER I
SMP NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN
2021/2022

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH

NAMA : I NYOMAN GEDE JUWASTRA,S.Sn.


NIP : 198503252010011022
JABATAN : Guru Ahli madya

DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN TABANAN
SMP NEGERI 3 KEDIRI
2021
PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 KEDIRI
Alamat : Jln. By Pass Nyanyi,No.27x,Desa Beraban,Tabanan,Bali
Telp. (0361) 810796

Nomor : / /SMP N 3 Kdr/2021


Lampiran : -
Perihal : Ijin Melaksanakan Penelitian

Kepada
Yth. I Nyoman Gede Juwastra,S.Sn.
Guru SMP Negeri 3 Kediri
di –
Kediri

Berdasarkan permohonan ijin saudara tertanggal 5 Agustus 2021 tentang ijin


melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Optimalisasi Model
Pembelajaran Problem Solving Dengan Metode Experiment Sebagai Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Budaya Siswa Kelas VIII C Semester I SMP Negeri
3 Kediri Tahun Pelajaran 2021/2022”. Untuk kemajuan pendidikan dan perbaikan
Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 3 Kediri dan memotivasi guru-guru yang lain,
kami dapat mengijinkan permohonan saudara untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Demikian ijin ini kami berikan, agar dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab.

Terima kasih.

Kediri, 6 Agustus 2021.


Kepala SMP Negeri 3 Kediri,

Drs. I Wayan Suirtha,M.Pd.


NIP . 19630712 200012 1 002

i
PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 KEDIRI
Alamat : Jln. By Pass Nyanyi,No.27x,Desa Beraban,Tabanan,Bali
Telp. (0361) 810796

PENGESAHAN
No.

Kepala SMP Negeri 3 Kediri dengan ini mengesahkan bahwa Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Optimalisasi Model Pembelajaran Problem
Solving Dengan Metode Experiment Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Seni
Budaya Siswa Kelas VIII C Semester I SMP Negeri 3 Kediri Tahun Pelajaran
2021/2022” dibuat oleh:

Nama : I Nyoman Gede Juwastra,S.Sn.


NIP : 19850325 201001 1 022
Jabatan : Guru Ahli Madya

Demikian pengesahan yang bias diberikan semoga penelitian ini dipergunakan


dimana mestinya.

Kediri, 6 Agustus 2021.


Kepala SMP Negeri 3 Kediri,

Drs. I Wayan Suirtha,M.Pd.


NIP . 19630712 200012 1 002

ii
PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 KEDIRI
Alamat : Jln. By Pass Nyanyi,No.27x,Desa Beraban,Tabanan,Bali
Telp. (0361) 810796

PERNYATAAN PUBLIKASI
No.

Pernyataan publikasi ini diberikan terhadap Karya Tulis Ilmiah Penelitian


Pendidikan Kelas (PTK) dengan judul “Optimalisasi Model Pembelajaran Problem
Solving Dengan Metode Experiment Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Seni
Budaya Siswa Kelas VIII C Semester I SMP Negeri 3 Kediri Tahun Pelajaran
2021/2022” yang dibuat oleh:

Nama : I Nyoman Gede Juwastra,S.Sn.


NIP : 19850325 201001 1 022
Jabatan : Guru Ahli Madya

Sehubungan dengan berkenannya saudara tersebut diatas menyiapkan sebuah


karyanya di perpustakaan SMP Negeri 3 Kediri sebanyak 1 (satu) eksemplar. Pernyataan
publikasi ini diberikan agar dapat digunakan sesuai harapan.

Kediri, 6 Agustus 2021


Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 2 Kediri Pengelola Perpustakaan SMP Negeri
3 Kediri

I Made Suardika, S.Pd I Ketut Pasek, S.Pd


NIP . 19661213 198803 1 011 NIP. 19640830 198601 1 003

iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini asli dan tidak berisi materi-
materi yang telah dipublikasikan di tempat lain, terkecuali yang dikutip sebagai sumber
referensi dan digunakan dalam teks tulisan ini, yang sumbernya sudah dinyatakan.
Karya Tulis Ilmiah ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh derajat kesarjanaan atau
diploma pada
institusi tertentu, begitu juga tidak ada kolaborasi yang telah dibuat dengan orang lain.

Peneliti,

Materai 10.000

( I Nyoman Gede Juwastra, S,Sn.)

v
KATA PENGANTAR

Dengan terselesaikannya karya tulis ilmiah Penelitian Tindakan Kelas ini,


pertama-tama ingin peneliti menyampaikan rasa syukur dan sujud pada Beliau, Tuhan
Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmatnya peneliti mampu membuat sebuah karya
tulis ilmiah.
Kaya yang ilmiah tidak gampang diselesaikan. Karya ilmiah ini ditujukan untuk
bisa peneliti meningkatkan karier dan agar peneliti bisa naik ke jenjang kepangkat
setingkat lebih tinggi.
Karya tulis ilmiah ini sudah diupayakan dengan sangat giat, dengan membeli
banyak buku, membaca teori-teori yang benar untuk diberikan dalam penulisannya.
Banyak pengorbanan materiil dan pemikiran sudah dituangkan dalam penyelesaian
karya ini.
Walaupun karya ini dapat diselesaikan sesuai versi peneliti, namun bagi orang
lain sudah pasti ada kekurangan di sana-sininya, oleh karenanya saran, kritik, masukan,
dan sejenisnya diharapkan disampaikan oleh pembaca mengingat karya ini sudah
disimpan di perpustakaan sekolah.
Demikian secuil kata pengantar atau prakata yang dapat disampaikan, semoga
karya ini ada manfaatnya.

Kediri, 6 Agustus 2021.


Peneliti

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................

SURAT IJIN PENELITIAN........................................................................

PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH......................................................

PERNYATAAN PERPUSTAKAAN..........................................................

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL........................................................................................

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

ABSTRAK................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................

2.1 Rumusan Masalah..............................................................

3.1 Tujuan Penelitian...............................................................

4.1 Manfaat Penelitian.............................................................

BAB II LANDASAN TEORI................................................................

1.1 Model Pembelajaran Problem Solving..............................

1.2 Metode Experimen............................................................. 15

1.3 Prestasi Belajar................................................................... 20

1.4 Hipotesis Tindakan............................................................ 24

BAB III METODELOGI PENELITIAN................................................ 25

3.1 Setting Penelitian................................................................ 25

vii
3.1.1 Lokasi Penelitian...................................................... 25

viii
3.1.2 Jadwal Penelitian...................................................... 25

3.1.3 Objek dan Subjek Penelitian.................................... 26

3.2 Rancangan dan Prosedur Penelitian.................................... 27

3.2.1 Rancangan Penelitian............................................... 27

3.2.2 Prosedur Penelitian................................................... 28

1. Perencanaan Tindakan......................................... 28

2. Pelaksanaan Tindakan......................................... 29

3. Observasi............................................................. 29

4. Refleksi................................................................ 29

3.3 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen......................... 30

3.4 Metode Analisis Data.......................................................... 31

3.5 Kriteria Keberhasilan.......................................................... 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ 33

4.1 Prasiklus............................................................................. 33

4.2 Siklus I............................................................................... 33

ix
4.3 Siklus II.............................................................................. 4

4.4 Pembahasan........................................................................ 4

BAB V PENUTUP................................................................................. 50

5.1 Simpulan............................................................................. 50

5.2 Saran-Saran......................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 01. Jadwal Penelitian..................................................................... 25

Tabel 02. Nama-Nama Siwa Kelas VIII C SMP Negeri 3 Kediri.......... 26

Tabel 03. Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar................................................. 30

Tabel 04. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII C Siklus I.......................... 34

Tabel 05. Data Kelas Interval Siklus I.................................................... 39

Tabel 06. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII C Siklus II......................... 4

Tabel 07. Data Kelas Interval Siklus II................................................... 45

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 01. Rancangan Penelitian.............................................................. 27
Gambar 02. Histogram Prestasi Belajar Siklus I........................................ 39
Gambar 03. Histogram Prestasi Belajar Siklus II....................................... 45

xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01. RPP Awal (1)

Lampiran 02. RPP Awal (2)

Lampiran 03. RPP Awal (3)

Lampiran 04. Nilai Awal

Lampiran 05. Daftar Hadir Awal

Lampiran 06. RPP Siklus I (1)

xiii
Lampiran 07. RPP Siklus I (2)

Lampiran 08. RPP Siklus I (3)

Lampiran 09. Nilai Siklua I

Lampiran 10. Daftar Hadir Siklus I

Lampiran 11. RPP Siklus II (1)

Lampiran 12. RPP Siklus II (2)

Lampiran 13. RPP Siklus II (3)

Lampiran 14. Nilai Siklus II

Lampiran 15. Daftar Hadir Siklus II

Lampiran 16. Foto-foto Kegiatan Penelitian

Optimalisasi Model Pembelajaran Problem Solving Dengan Metode Experiment


Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Budaya Siswa Kelas VIII C
Semester I SMP Negeri 3 Kediri Tahun Pelajaran 2021/2022

Nama : I Nyoman Gede Juwastra, S.Sn


NIP : 19850325 201001 1 022

ABSTRAK

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah


model pembelajaran Problem Solving dengan metode Experiment berhasil dalam

xiv
mengupayakan peningkatan prestasi belajar. Penelitian ini mengambil subjek pada kelas
VIII C SMP Negeri 3 Kediri yang belajar pada semester I Tahun pelajaran 2021/2022.
Dengan giat dan gigih peneliti mengupayakan agar proses pembelajaran dapat terlaksana
sesuai harapan yang ada, menggunakan strategi yang tepat dan teknik-tehnik
pembelajaran yang memadai. Data hasil penelitian ini dikumpulkan dengan tes prestasi
belajar sedangkan analisisnya menggunakan analisis deskriptif. Setelah semua data
dilakukan analisis, diperoleh peningkatan hasil belajar dari awalnya mencapai 69,36
dengan ketuntasan belajar 22,73% meningkat pada siklus I menjadi 75,86 dengan
ketuntasan belajar 68,18% dan pada siklus II rata-ratanya menjadi 80,23 dengan
ketuntasan belajar sebesar 90,91%. Hasil siklus ke II ternyata sudah melampui kreteria
yang diusulkan sesuai indikator keberhasilan penelitian. Atas dasar perolehan data
tersebut peneliti berkesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Solving dengan
metode Experiment mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik di sekolah ini.

Kata kunci: model pembelajaran problem solving, metode experiment, prestasi belajar

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembelajaran di kelas akan sangat efektif apabila guru

melaksanakannya dengan memahami peran, fungsi dan kegunaan mata

pelajaran yang diajarnya. Selain pemahaman akan hal-hal tersebut

keefektipan itu juga ditentukan oleh kemampuan guru untuk merubah model

pengajaran menjadi model pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh Permen

No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.

Peran mata pelajaran Seni Budaya adalah untuk pengembangan

intelektual, sosial dan emosional siswa serta berperan sebagai kunci penentu

menuju keberhasilan dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Fungsi mata

pelajaran Seni Budaya adalah sebagai suatu bidang kajian untuk

mempersiapkan siswa mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan

pengalaman orang lain, mengungkapkan gagasan-gagasan dan perasaan serta

memahami beragam nuansa makna, sedang kegunaannya adalah untuk

membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat,

membuat keputusan yang bertanggung jawab pada tingkat pribadi, sosial,

menemukan serta menggunakan kemampuan analitic dan imajinatif yang ada

dalam dirinya. Disamping mengetahui peran, fungsi dan kegunaan mata

pelajaran, sebagai seorang guru juga diperlukan untuk mampu menerapkan

beberapa metode ajar sehingga paradigma pengajaran dapat dirubah menjadi

paradigma pembelajaran sebagai tuntutan peraturan yang disampaikan

1
pemerintah (Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, Permen No.

16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru).

Kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran yang

dilakukan selama ini yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa

tentu tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor luar seperti kesibukan guru,

keadaan rumah tangga, lingkungan dan lain-lain. Kelemahan-kelemahan yang

ada tentu banyak pula dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri

seperti kemauan menyiapkan bahan yang lebih baik, termasuk kemauan guru

itu sendiri untuk menerapkan metode-metode ajar yang telah didapat di

bangku kuliah. Selain itu guru juga kurang mampu untuk dapat

mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa

dan merangsang siswa untuk belajar. Keterampilan yang mesti dikuasai guru

dalam melaksanakan pembelajaran ada 7, yaitu: 1) keterampilan bertanya, 2)

keterampilan memberi penguatan, 3) keterampilan mengadakan variasi, 4)

keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran,

6) keterampilan membimbing diskusi, 7) keterampilan mengelola kelas.

Keterampilan-keterampilan ini berhubung dengan kemampuan guru untuk

menguasai dasar-dasar pengetahuan yang berhubungan dengan persiapan dan

pelaksanaan proses pembelajaran yang akan memberikan dukungan terhadap

cara berpikir siswa yang kreatif dan imajinatif. Hal inilah yang menunjukkan

profesionalisme guru (I G. A. K. Wardani dan Siti Julaeha, Modul IDIK

4307: 1-30).

Penggunaan model-model pembelajaran juga merupakan hal yang sangat

penting dalam upaya memajukan suatu bidang tertentu. Model sangat

2
berkaitan dengan teori. Model merupakan suatu analog konseptual yang

digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan penelitian empiris

sebaiknya tentang suatu masalah. Jadi model merupakan suatu struktur

konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan

sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir

dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang

(Mark 1976 dalam Ratna Wilis Dahar, 1989: 5).

Cuplikan di atas menunjukkan betapa pentingnya model untuk diterapkan

dalam mencapai suatu keberhasilan, begitu pula terhadap kegunaan model-

model pembelajaran. Sebelum ada model, dikembangkan terlebih dahulu teori

yang mendasari model tersebut, sehingga boleh dikatakan bahwa teori lebih

luas daripada model. Model-model, baik model fisika, model-model

komputer, model-model matematika, semua mempunyai sifat “jika – maka”,

dan model-model ini terkait sekali pada teori (Shelbeeker, 1974 dalam Ratna

Wilis Dahar, 1989: 5).

Dari semua uraian di atas dapat diketahui hal-hal yang perlu dalam upaya

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa seperti penguasaan metode-

metode ajar; penguasaan model-model pembelajaran; penguasaan teori-teori

belajar; penguasaan teknik-teknik tertentu; penguasaan peran, fungsi serta

kegunaan mata pelajaran. Apabila betul-betul guru menguasai dan mengerti

tentang hal-hal tersebut dapat diyakini bahwa prestasi belajar peserta didik

pada mata pelajaran Seni Budaya tidak akan rendah. Namun kenyataannya

prestasi belajar siswa kelas VIII C di semester I tahun pelajaran 2021/2022

baru mencapai nilai rata-rata 69,36.

3
Melihat kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan

dengan kenyataan lapangan sangat jauh berbeda, dalam upaya memperbaiki

mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran Seni Budaya, sangat perlu

kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah

perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Solving. Oleh karenanya penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah dan Cara Pemecahannya

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang berhasil

diidentifikasi menyangkut belum berhasilnya siswa mencapai ketuntasan

belajar yang diinginkan dan upaya pemecahan yang akan dilakukan, maka

peneliti berhasil merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai

berikut:

Apakah model pembelajaran Problem Solving dengan metode Experiment

dapat meningkatkan prestasi belajar Seni Budaya siswa kelas VIII C SMP

Negeri 3 Kediri?

2. Cara Pemecahan Masalah

Model pembelajaran Problem Solving merupakan salah satu dari

banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya meningkatkan mutu

pembelajaran. Model ini mempunyai langkah-langkah yang mendorong

keaktifan siswa dalam belajar dengan cara berkelompok. Untuk mampu

tampil dihadapan teman-temannya bukanlah hal yang gampang. Hal itu

memerlukan persiapan yang matang. Untuk persiapan yang matang ini,

guru memberik kesempatan yang sebanyak-banyaknya, guru memberi


4
kesempatan agar siswa menyiapkan sebaik-baiknya apa yang akan

ditampilkan dihadapan siswa-siswa yang lain. Model pembelajaran

Problem Solving ini mampu merangsang siswa untuk dapat bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya, menuntut persiapan yang sangat matang di

pihak guru karena akan belajar pada tingkat kognitif tinggi, menuntut

kemampuan yang matang dalam presentasi, menutut semangat yang tinggi

untuk mengikuti pelajaran, menuntut sebab akibat dari pelaksanaan

diskusi. Contoh sebab akibat tersebut adalah, apabila siswa giat mengikuti

pelajaran, akibatnya adalah mampu memberi tampilan yang diharapkan.

Siswa akan menjadi aktif akibat diberikan giliran untuk berbicara di depan

teman-temannya, yang sudah pasti akan menimbulkan tuntutan-tuntutan

kemampuan yang tinggi baik dalam penampilan maupun keilmuan. Tanpa

keilmuan yang mencukupi tidak akan mungkin tampilannya akan

memuaskan, dalam hal ini siswa tidak bisa sembarangan saja, mereka

harus betul-betul mampu menyimpulkan terlebih dahulu apa yang mereka

akan bicarakan. Tuntunan langkah-langkah, motivasi, interpretasi yang

inovatif dipihak guru untuk memberikan kesempatan yang banyak

berinteraksi, bertukar pikiran sangat diperlukan.

Berdasarkan uraian ini jelas bahwa model pembelajaran Problem

Solving menuntut kemampuan siswa untuk giat mempelajari apa yang

disampaikan guru, mampu menampilkan dirinya di depan siswa-siswa

yang lain. Dipihak lain, untuk dapat menyelesaikan tuntutan tersebut,

inovasi yang dilakukan guru akan sangat menentukan. Inovasi tersebut

berupa tuntunan-tuntunan, pemberian fasilitas-fasilitas, motivasi-motivasi,

5
interpretasi serta kemampuan implementasi yang tinggi. Langkah-langkah

inilah yang dapat digunakan memecahkan masalah penelitian.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses selama

pembelajara berlangsung agar lebih berkualitas, sehingga peserta didikpun

dapat meningkat kemampuannya sebab prestasi belajar siswa tidak hanya

bertumpu pada hasil yang akan diperoleh. Berdasarkan hal itu, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi

belajar Seni Budaya siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem

Solving dengan metode Experiment dalam pembelajaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai

acuan dalam memperkaya teori dalam rangka peningkatan kompetensi guru.

Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah,

khususnya SMP Negeri 3 Kediri dalam rangka meningkatkan kompetensi guru

Seni Budaya. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat

sebagai informasi yang berharga bagi teman-teman guru, kepala sekolah di

sekolahnya masing-masing.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Problem Solving

Cholis (2002) dalam Dyah Retno Kusuma Wardani (2011: 58)

menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran

pemecahan masalah yakni: 1) menentukan permasalahan yang akan disajikan

disesuikan dengan materi, 2) masalah yang disajikan harus mampu

mendorong siswa berpikir dari berbagai sudut pandang yang berbeda, 3)

masalah harus disesuaikan dengan dengan tingkat kemampuan siswa, 4)

masalah harus jelas, 5) masalah dikaitkan dengan dunia nyata dan cukup

menarik siswa.

M. Nur (2003) mengatakan bahwa ciri kelas yang melaksanakan

pembelajaran adalah: 1) siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran, 2)

siswa belajar dari temannya melalui kerja kelompok, diskusi, saling

mengkoreksi, 3) pembelajaran menekankan pada masalah bersifat terbuka, 4)

prilaku siswa dibangun atas kesadaran diri dan hadiah untuk prilaku baik

adalah kepuasan diri, 5) siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis dan

kreatif terlibat penuh dan ikut bertanggung jawab dalam mengayakan

terjadinya proses pembelajaran yang efektif, 6) penghargaan terhadap

pengakuan siswa sangat diharapkan.

Heller, Keith dan Andreson (dalam Wardani, 2011: 60) menyebutkan

bahwa langkah-langkah dalam memecahkan masalah adalah: 1) visualisasi

masalah yaitu dengan mengidentifikasi pendekatan umum terhadap masalah,

yakni konsep dan prinsip fisika yang paling tepat untuk masalah tersebut, 2)

7
mendeskripsikan masalah dan deskripsi fisika yaitu dengan menandai secara

simbolik variabel yang diketahui dan tidak diketahui yang kemudian

menyatakan prinsip dan hubungan kuantitatif yang bersifat umum, 3)

merencanakan solusi yang melibatkan siswa menterjemahkan deskripsi fisika

ke dalam represtasi matematis yang tepat, 4) menyelesaikan rencana yakni

siswa diharapkan dapat menghitung variabel target dengan mensubstitusikan

nilai yang diberikan, 5) menilai atau mengevaluasi jawaban yaitu siswa

hendaknya menanyakan kembali apakah jawaban diperoleh sudah benar dan

lengkap. Pelaksanaan pembelajaran ini haruslah didukung dengan segala

sesuatu yang menyentuh kebutuhan siswa untuk dapat menggali berbagai

informasi yang sesuai dan diperlukan dalam memecahkan masalah, misalnya

laboratorium, perpustakaan, LKS dan media pembelajaran yang relevan.

Melalui langkah pembelajaran yang diungkapkan di atas, siswa dilatih

mengembangkan kompetensi penalaran sehingga daya nalar dan kreativitas

berpikir dapat berkembang yang pada akhirnya mereka berlatih berfikir secara

logis, kritis dan kreatif.

Kemampuan manusia berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu

kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah

tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan

sarana berpikir ilmiah akan sulit melaksanakan kegiatan berpikir yang lebih

tajam untuk bisa melaksanakan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana

berpikir seperti kemampuan bahasa, logika.

Sizer (dalam Elaine B. Johnson, 2002) memberi pernyataan bahwa

sekolah belajar menggunakan pikiran dengan baik, berpikir kreatif dalam

8
menghadapi persoalan serta menanamkan kebiasaan untuk berpikir. John

Dewey (dalam Elaine B. Johnson, 2002) mengatakan bahwa sekolah harus

menganjurkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Dari kedua

pernyataan tersebut untuk tingkat kemampuan berpikir mesti diupayakan agar

tingkat berpikir tinggi dapat diharapkan.

Liasari, 20002 (dalam Wardani, 2011: 25) mengatakan ada 2 jenis

kemampuan berpikir yaitu: berpikir dasar dan berpikir tingkat tinggi. Konsep

tentang pemikiran tingkat tinggi diperoleh dari Tayonomy of Educational

Objectives, Handbook I: Cognitive Domain oleh Bloom et.al. (dalam Anna &

Bryan, 2005). Konsep ini lebih dikenal sebagai Taksonomi Bloom, dimana

sistem ini mengidentifikasi suatu kemajuan secara hirarkis untuk

menggolongkan proses berpikir dari tingkat rendah ke tingkat yang lebih

tinggi.

Model Problem Solving lebih banyak berpenekanan pada kemampuan

berpikir tingkat tinggi. Untuk bisa melakukan ini maka diperlukan kecerdasan

yang baik. Dalam hubungan matematika, karakteristik kecerdasan matematika

yang dikemukakan oleh Judith Jewell (dialihbahasakan oleh Alexander

Sindoro, 2003: 19) adalah pandai memecahkan teka-teki angka dan soal

abstrak, memahami statistik yang diterbitkan dalam berita dan tahu kalau bisa

menyesatkan, senang mengetahui cara kerja berbagai peralatan, dan tahu cara

membetulkan peralatan yang rusak, sering membuat daftar tugas yang diberi

nomor. Dalam hubungan dengan tingkat berpikir tinggi, penulis coba

hubungkan dengan pemahaman konsep dan berpikir formal. Pemahaman

konsep seperti dikemukakan oleh Gagne (dalam Ratna Wilis Dahar, 1989: 85-

9
86) yang merupakan prosedur bentuk belajar pemecahan masalah adalah

menggabungkan aturan-aturan untuk mencapai suatu pemecahan yang

menghasilkan sesuatu aturan dengan tingkat lebih tinggi. Apabila

dihubungkan dengan tingkat berpikir formal, maka para siswa yang mampu

berpikir tingkat tinggi akan mampu melakukan pengaturan sendiri dan

keseimbangan. Pengaturan sendiri atau iquilibrasi menurut Piaget (dalam

Ratna Wilis Dahar, 1989: 158) adalah kemampuan untuk mencapai kembali

keseimbangan (equilibrium) selama periode ketidakseimbangan

(disequilibrium). Equilibrasi merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat-

tingkat berfungsi kognitif yang lebih tinggi melalui asimilasi dan akomodasi,

tingkat demi tingkat.

Dalam buku Evaluasi Pendidikan (Depdiknas, 2009: Modul 3: 13)

pemecahan masalah merupakan bagian dari Kurikulum Matematika yang

sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya,

siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan

serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan

masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek

kemampuan matematika yang penting seperti penerapan aturan pada masalah

tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika dan

lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan diberikan pelajaran matematika

adalah agar siswa mampu menghadapi perubahan-perubahan keadaan yang

selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis,

rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. Pelajaran diutamakan yang bersifat

10
riil atau alamiah, dengan tema-tema permasalahan yang diambil dari kejadian

sehari-hari yang dekat dengan kehidupan siswa. Selain itu, proses pemecahan

masalah sebaiknya dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga

mamberi peluang untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat yang dapat

mengembangkan kemampuan berkomunikasi.

Uraian di atas didasari asas pemikiran Gagne, 1970 (dalam

Depdiknas, 2009 Modul 3: 13-14) yang mengatakan bahwa keterampilan

intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah.

Dari semua pendapat yang sudah disajikan di atas, untuk sementara

dapat disampaikan bahwa model pembelajaran Problem Solving atau model

pemecahan masalah pengupayakan agar siswa dapat melakukan pembelajaran

dengan tidak menghafal, tetapi melakukan pembelajaran dengan

mengupayakan agar mereka bisa berpikir logis, rasional, kritis, cermat, jujur

dan efektif. Disamping itu mampu memecahkan masalah yang sedang

dihadapi dengan memahami masalah tersebut, membuat perencanaan

pemecahannya, menyelesaikan masalah tersebut dengan mengecek kembali

langkah-langkah yang bisa diupayakan untuk itu. Siswa mesti diupayakan

untuk mampu menggunakan proses berpikir yang lebih jauh dan lebih dalam,

terlibat lebih aktif seperti berdiskusi, berprestasi, saling mengoreksi serta

pemberian hadiah oleh guru bagi yang berprestasi. Guru mesti berupaya pada

model pembelajaran ini dengan mengupayakan proses pemecahan masalah

melalui kelompok-kelompok kecil yang akan memberi kesempatan atau

peluang bagi para siswa untuk lebih banyak bertukar pikiran, bertukar

pendapat untuk pencapaian keberhasilan yang lebih baik.

11
Kajian teori selanjutnya penulis ambil dari:

http://psychemate.blogspot.com/2007/12/problem-solving.html. sebagai

berikut:

Posner (1973) menyatakan Problem Solving atau pemecahan masalah

terbagi dalam tiga tahap: representasi masalah, bagaimana kita menangkap,

menggambarkan dan menginterpretasikan suatu masalah; mengatur strategi

untuk memecahkan masalah dan merumuskan apakah solusi tersebut

memuaskan atau tidak. Beberapa pencetus teori berusaha untuk menjelaskan

Problem Solving melalui istilah dari prinsip-prinsip associative learning yang

berlaku pada studi tentang classical dan instrumenal conditioning (contohnya,

Maltzman, 1955). Maier (1940) membedakan antara memecahkan masalah

berdasarkan pada transfer langsung dan memecahkan masalah dengan

mengintegrasikan pengalaman sebelumnya dalam Novel Fashion (productive

thinking).

Teori selanjutnya tentang Problem Solving penulis ambil dari:

http://education-mantap.blogspot.com/2010/10/teori-proble-solving.html.

seperti berikut:

Setiap hari kita dihadapkan pada pelbagai situasi yang harus kita

selesaikan dengan baik. Masalah merupakan suatu keadaan yang perlu

diselesaikan dan menjadi tanggung jawab setiap individu. Penyelesaian suatu

masalah melibatkan pelbagai jenis pemikiran atau kognisi seperti

mengidentifikasi, mengkatagori, menyusun, membuat inferensi, merumuskan

analogi dan mengingat kembali.

12
Semua masalah mempunyai tujuan, tetapi berbeda antara satu sama

lain. Perbedaan itu antara lain: (1) mungkin terdapat satu tujuan tetapi pada

saat permulaan ada dua cara penyelesaian yang sama berkesan, (2) mungkin

terdapat satu tujuan dan pada saat permulaan ada dua cara penyelesaian, tetapi

satucara lebih berkesan, (3) mungkin terdapat satu tujuan dan ada beberapa

cara penyelesaian, tetapi tidak ada satupun cara penyelesaian yang

meyakinkan dan (4) mungkin terdapat beberapa tujuan yang semuanya tidak

jelas dan ini menyebabkan kesulitan bagi seseorang untuk memulai

penyelesaiannya.

Penyelesaian Masalah

Masalah merupakan suatu keadaan yang harus diselesaikan. Antara

masalah atau tujuan dengan penyelesaiannya adalah suatu ”ruang kosong”

(problem space). Ruang kosong ini mungkin merupakan kekurangan

pengetahuan pada kita (lack of knowledge) atau adanya informasi yang tidak

berstruktur ataupun kurangnya kemampuan yang disebabkan oleh keterbatasan

pribadi atau hambatan lingkungan.

Adapun jenis masalahnya, setiap masalah mempunyai ciri-ciri berikut:

1) Semua masalah mempunyai tujuan; semua masalah perlu disediakan

sumber-sumber yang relevan untuk mencapai penyelesaiannya. Contohnya:

sumber yang paling penting adalah individu itu sendiri, objek atau benda yang

relevan. 2) Semua masalah melibatkan operasi atau tindakan yang diambil

untuk mencapai penyelesaian. Contohnya: seorang siswa mendapatkan buku

dari temannya karena untuk membelinya ia tidak punya biaya. 3) Semua

masalah mempunyai kendala (constraits). Namun demikian seseorang dalam

13
menyelesaikan masalah tidak perlu sampai melakukan sesuatu yang

melanggar peraturan.

Strategi Penyelesaian Masalah

Setidaknya ada tiga jenis strategi penyelesaian masalah yang biasa

digunakan: 1) Algoritma: adalah prosedur langkah demi langkah yang bersifat

sistematik dan konsisten serta menghasilkan penyelesaian yang sama

setiapkali digunakan. 2) Heuristik: jalan pintas yang memiliki kemungkinan

tinggi untuk membawa kepada penyelesaian yang tepat (rules of thumb). Ini

merupakan butir-butir informasi lama yang pernah digunakan dalam

membantu penyelesaian masalah pada masa lalu. 3) Merumuskan sub tujuan:

adalah strategi memperincikan suatu masalah yang kompleks kedalam

beberapa sub-tujuan atau sub-masalah sehingga memudahkan dalam

penyelesaiannya.

Kendala Penyelesaian Masalah

Ada beberapa hal yang biasanya menjadi kendala dalam penyelesaian

masalah, yaitu: 1) Pola pikir (mind set): adalah pola pikir seseorang yang

melihat atau menyelesaikan suatu masalah hanya dengan cara tertentu saja

sehingga seringkali menjadi penghalang atau mengalami kesulitan ketika

harus menyelesaikan masalah baru yang berbeda. 2) Ketetapan fungsional

(functional fixedness): adalah seseorang yang berpandangan bahwa sesuatu

obyek hanya dapat digunakan berdasarkan pengalaman lamapu saja sehingga

seringkali menyulitkan individu yang bersangkutan dalam menyelesaikan

masalah yang baru.

14
2.2 Metode Experiment

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak

didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau

percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan

tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima

kata guru atau buku.

b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi

eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.

c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-

terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik

berkesempatan mengadakan ekperimen.

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus

menanti untuk melanjutkan pelajaran.

c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan

teknologi.

Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara

mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,

15
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil

pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan

menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang

dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih

dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti

kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa

harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi

percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal

dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak

membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang

digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan

konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu

yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari

teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar

dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping

memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan

jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek

eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti

masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan

manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga

masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

16
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu

dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami

masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan

kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan

dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan

eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung

guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau

pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah

eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,

mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian

pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri

sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode

eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau

melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan

atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami

sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil,

dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas

kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina

siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil

percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil

17
percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat

manusia.

Kekurangan metode eksperimen : Metode ini lebih sesuai untuk bidang-

bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas

peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala

mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap

percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin

ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau

pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81)

metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains,

karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat

mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa

diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur

kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik

dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk

melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya.

Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat

diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa

untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika.

18
Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya.

Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil

yang diperoleh selama pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran

diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau

dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-

masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2)

pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.

Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3)

hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil

pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari

dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok.

Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,

selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa

merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam

kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah

dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa

untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa

mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam

kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk

menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep

terkait dengan pokok bahasan .

19
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang

bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur

kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.

2.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi

anak didik, pendidik, orang tua/wali murid dan sekolah, karena nilai atau

angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan

berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang

bersangkutan maupun sekolah.Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa

yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai

siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang

diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri

individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.Kalau perubahan tingkah

laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan

tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk

mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah.

Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang

dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan belajar atau setelah menerima

pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dengan mengkaji hal tersebut di atas, maka faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar menurut Purwanto (2000: 102) antara lain: (1)

faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang dapat disebut faktor
20
individual, seperti kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi,

dan faktor pribadi, (2) faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor

sosial., seperti faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara

mengajamya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan

dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Dalam penelitian ini factor

ke 2 yaitu factor yang dari luar seperti guru dan cara mengajarnya yang akan

menentukan prestasi belajar siswa. Guru dalam hal ini adalah kemampuan atau

kompetensi guru, pendidikan dan lain-lain. Cara mengajarnya itu merupakan

factor kebiasaan guru itu atau pembawaan guru itu dalam memberikan

pelajaran.Juga dikatakan oleh Slamet (2003: 54-70) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua

golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstem. Faktor intern diklasifikasi

menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor

kelelahan. Faktor jasmaniah antara lain: kesehatan, cacat tubuh. Faktor

psikologis antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,

kesiapan. Faktor kelelahan antara lain: kelelahan jasmani dan rohani.

Sedangkan faktor ekstern digolongkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor

keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat. Faktor keluarga antara lain: cara

orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan

ekonomi keluarga. Faktor sekolah antara lain: metode mengajar, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat antara lain: kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

21
Peningkatan prestasi belajar yang penulis teliti dalam hal ini dipengaruhi oleh

factor ekstern yaitu metode mengajar guru.

Sardiman (1988: 25) menyatakan prestasi belajar sangat vital dalam dunia

pendidikan, mengingat prestasi belajar itu dapat berperan sebagai hasil

penilaian dan sebagai alat motivasi. Adapun peran sebagai hasil penilaian dan

sebagai alat motivasi diuraikan seperti berikut.

Dalam pembahasan sebelumnya telah dibicarakan bahwa prestasi belajar

adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan prestasi siswa setelah

melakukan aktivitas belajar. Ini berarti prestasi belajar tidak akan bisa

diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa. Fungsi

prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan siswa

setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai

alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik secara

individu maupun kelompok. Dalam pembahasan ini akan dibicarakan

mengenai prestasi belajar sebagai hasil penilaian dan pada pembahasan

berikutnya akan dibicarakan pula prestasi belajar sebagai alat motivasi.

Prestasi belajar sebagai hasil penilaian sudah dipahami. Namun demikian

untuk mendapatkan pemahaman, perlu juga diketahui, bahwa penilaian adalah

sebagai aktivitas dalam menentukan rendahnya prestasi belajar itu sendiri.

Abdullah (dalam Mamik Suratmi, 1994: 22), mengatakan bahwa fungsi

prestasi belajar adalah: (a) sebagai indikator dan kuantitas pengetahuan yang

telah dimiliki oleh pelajar, (b) sebagai lambang pemenuhan keingintahuan, (c)

informasi tentang prestasi belajar dapat menjadi perangsang untuk

22
peningkatan ilmu pengetahuan dan (d) sebagai indikator daya serap dan

kecerdasan murid.

Mohammad Surya (1979), mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,

antara lain dari sudut si pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut

situasi belajar.

Bila kita coba lihat lebih dalam dari pendapat di atas, maka prestasi belajar

dipengaruhi banyak faktor.Faktor-faktor dari si pebelajar sendiri atau faktor

dalam diri siswa dan faktor luar. Faktor dalam diri siswa seperti IQ, motivasi,

etos belajar, bakat, keuletan, dan lain-lain sangat berpengaruh pada prestasi

belajar siswa.

Penjelasan Surya selanjutnya adalah: dari sudut si pembelajar (siswa),

prestasi belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan

jasmani siswa, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, penyesuaian diri dan

kemampuan berinteraksi siswa. Sedangkan yang bersumber dari proses

belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat

menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran

dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat,

mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk

menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa untuk belajar, akan memberi

pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan situasi

belajar siswa, meliputi situasi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat

sekitar.

23
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil

yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang berbentuk angka

sebagai simbol dari ketuntasan belajar bidang studi Seni Budaya. Prestasi

belajar ini sangat dipengaruhi oleh factor luar yaitu guru dan metode. Hal

inilah yang menjadi titik perhatian peneliti di lapangan.

2.4 Hipotesis Tindakan

Dugaan atau hipotesis dalam penelitian tindakan biasanya dibuat

berdasarkan kajian dari berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah

dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau

dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru yang diduga

dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Berdasarkan kajian tersebut, guru menyusun alternatif tindakan dalam bentuk

hipotesis sebagai berikut:

Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Solving dengan Metode

Experiment dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Budaya Siswa Kelas

VIII C SMP Negeri 3 Kediri.

24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Lingkungan sekolah ini aman karena tidak ada orang yang bertingkah laku

tidak baik atau usil, bersih karena kepala sekolah giat mengupayakan hal

tersebut.

3.1.1 Lokasi Penelitian

Sekolah yang dipergunakan sebagai lokasi penelitian tindakan

kelas ini adalah SMP Negeri 3 Kediri.

3.1.2 Jadwal Penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini, dilakukan

sesuai langkah yang telah ditentukan dan dilakukan bersiklus. Siklus yang

dilakukan direncanakan akan berlangsung sebanyak 2 kali. Untuk

penelitian ini, ditentukan akan berlangsung dari bulan Juli sampai bulan

Oktober 2021.

Tabel 01. Jadwal Penelitian


N Juli Agustus September Oktober November Desember
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Penyusunan R R R
proposal P P P
dan P P P
pelaksanaa 1 2 3
n kegiatan
awal
Perencanaa
n tindakan I
Pelaksanaa R R R
n tindakan I P P P
P P P
1 2 3
Pengamata
n/
pengumpul
an data I
Refleksi I
Perencanaa
n tindakan
II

25
Tabel 01. Jadwal Penelitian (lanjutan)
N Juli Agustus September Oktober November Desember
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pelaksanaa R R R
n tindakan P P P
II P P P
1 2 3
Pengamata
n/
pengumpul
an data II
Refleksi II
Penulisan
laporan/pen
jilidan

3.1.3 Objek dan Subjek Penelitian

1. Objek Penelitian

Rendahnya prestasi belajar siswa merupakan fokus penelitian

peneliti dalam penelitian ini. Hal tersebut dijadikan objek penelitian

agar mampu diupayakan peningkatannya.

2. Subjek Penelitian

Sumber informasi untuk penelitian perlu ditentukan dengan

maksud untuk mendapatkan data penelitian yang diinginkan. Adapun

subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII C SMP

Negeri 3 Kediri semester I tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah

22 Orang.

Tabel 02. Nama-Nama Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 3 Kediri


Tahun Pelajaran 2021/2022
Nomor Subjek Penelitian Nama Siswa
1 Gusti Ayu Putu Nadila Wirasita Dewi
2 I GUSTI PUTU LANANG PANDHU SANATA
3 I Kadek Agus Denny Danendra
4 I Kadek Bagus Adi Wira Guna
5 I Kadek Dika Yoga
6 I Ketut Bagus Galih Segara Yasa
26
7 I Komang Putra Nugraha
8 I Made Manik Sulaksana
Tabel 02. Nama-Nama Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 3 Kediri
Tahun Pelajaran 2021/2022 (lanjutan)
Nomor Subjek Penelitian Nama Siswa
9 I Made Yogi Yanta
10 I Nengah Andika Prayoga
11 I Putu Adrian Pramadita
12 I Putu Agus Adi Utama
13 I Putu Arthoni Pranatha
14 I Wayan Aldi Surya Widya Ananta
15 I Wayan Wahyu Ambara
16 I Wayan Wisma Candra Widhana
17 Kadek Resya Pradnya Putra
18 Komang Cantika Dini Cahyani
19 Ni Kadek Brenda Maharani Agnestina
20 Ni Kadek Dwina Adnya Lestari
21 Ni Kadek Sasa Dewi
22 Ni Komang Citra Maharani

3.2 Rancangan dan Prosedur Penelitian


3.2.1 Rancangan Penelitian
Untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan sebuah penelitian

tindakan kelas perlu adanya rancangan. Para ahli telah membuat rancangan

tersebut. Sebuah satu rancangan yang peneliti ikuti adalah rancangannya

Kurt Lewin seperti disampaikan pada gambar berikut:

ACTING

PLANNING OBSERVATION

27

REFLECTION
Gambar 01. Gambar Diagram Rancangan Penelitian dalam Kurt Lewin
(dalam Hamzah B. Uno, dkk: 2011: 86)
3.2.2 Prosedur Penelitian

Gambar rancangan penelitian adalah hal yang amat penting untuk

disampaikan. Peneliti tidak mau seenaknya saja dalam membuat Karya

Tulis Ilmiah ini dan tidak mau sok hebat lalu membuat rancangan sendiri

dan menulis prosedur yang dilakukan semaunya. Seorang ahli pendahulu

patut dijadikan acuan agar dalam melaksanakan penelitian tidak

melenceng ke hal-hal yang tidak diinginkan. Rancangan yang diikuti

dalam penelitian ini adalah rancangan yang dibuat oleh Kurt Lewin. Oleh

karenanya prosedur yang diikuti harus sesuai dengan rancangan tersebut.

Penelitian ini adalah pemula dan oleh karenanya peneliti tidak berani

melaksanakan prosedur dilapangan sekehendak sendiri. Maka dari itu

prosedur yang dilakukan adalah dimulai dengan perencanaan, selanjutnya

tindakan atau acting, selanjutnya observasi dan terakhir refleksi.

1. Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan di siklus I ini penulis menyusun

Rencana Kegiatan Harian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang akan digunakan untuk membimbing siswa yang

kemampuannya masih rendah. Melihat data awal yang tidak sesuai

harapan, penulis berkonsultasi dengan teman-teman guru

merencanakan bimbingan yang paling tepat untuk menyelesaikan

masalah yang ada, menentukan waktu pelaksanaan pembelajaran,


28
menyusun format observasi, merencanakan bahan-bahan pendukung,

merancang skenario bimbingan yang akan digunakan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan giat menuntun siswa,

memberi arahan-arahan, pada saat ada siswa yang berhasil menjawab

pertanyaan dengan benar berupa diberikan penghargaan penguatan

verbal. Penggunaan dari model konvensional ke model pembelajaran

Problem Solving dengan metode Experiment diupayakan secara

maksimal sesuai teori-teori yang ada.

Memberi bimbingan dilakukan dengan giat baik secara kelompok

maupun secara individual. Contoh-contoh dimaksimalkan agar siswa

mampu menangkap materi dengan lebih cepat.

3. Observasi

Mengacu pada hasil penilaian yang telah disampaikan di atas guru

melaksanakan pengamatan/observasi. Hasil tersebut menunjukkan

sejauh mana peningkatan kemampuan peseta didik dalam mengikuti

proses pembelajaran.

4. Refleksi

Kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan

merupakan refleksi yang akan disampaikan pada bagian ini. Refleksi

dilakukan berdasar data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan

evaluasi guna penyempurnaan tindakan. Semua ini dilakukan untuk

dapat menunjukkan tingkat perkembangan peserta didik dalam belajar

29
yang dapat diamati dari kemajuan-kemajuan yang mereka capai,

kekurangan-kekurangan yang ada dan lain-lain.

Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil

pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 80).

3.3 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan dalam

kegiatan sesuai yang diinginkan, perlu dilakukan kegiatan observasi.

Observasi atau teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

tindakankelas ini menggunakan observasi dan tes prestasi belajar.

3.3.2 Instrument Penelitian

Penentuan alat pengumpul data dalam sebuah penelitian harus

diakukan untuk mendapatkan data yang diingikan, dalam penelitian ini

peneliti memilih tes prestasi belajar sebagai instrumen.

Tabel 03. Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Seni Budaya


N Standar Kompetensi Bentu
Materi Indikator
o Kompetensi Dasar k Tes
1. Mengekspresika Mengekspresika  Pengertian seni patung Membuat karya Unjuk
n diri melalui n diri melalui  Fungsi patung seni rupa murni Kerja
karya seni rupa karya seni rupa dengan
 Corak patung
murni yang mengembangka
dikembangkan  Jenis patung n unsur seni
dari beragam  Bahan dan alat patung rupa Nusantra
unsur seni rupa  Teknik pembuatan dan
Nusantara dan patung mancanegara di
mancanegara di  Langkah-langkah luar Asia
luar Asia membuat patung

2. Mengekspresika Menyiapkan  Pengertian pameran Menyiapkan Unjuk


n diri melalui karya seni seni rupa di sekolah karya seni rupa Kerja
karya seni rupa rupa yang  Persiapan pameran untuk pameran
diciptakan
 Pengorganisasian
untuk pameran
pameran
di sekolah atau
di luar sekolah

30
3 Mengekspresika Menata karya  Penataan ruang - Mengorgani Unjuk
n diri melalui seni rupa yang pameran seni rupa di sir Kerja
karya seni rupa diciptakan sekolah pelaksanaan
dalam bentuk  Pelaksanaan pameran pameran
pameran di seni rupa di sekolah karya seni
sekolah atau di  Penilaian pelaksanaan rupa
luar sekolah pameran seni rupa di - Membuat
sekolah laporan
pelaksanaan
pameran

3.4 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini

adalah metode deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan

mencari mean, median, modus, membuat interval kelas dan melakukan

penyajian dalam bentuk tabel dan grafik.

Jumla h nilai
a. Rata-rata (mean) dihitung dengan:
Jumla h siswa

b. Median (titik tengahnya) dicari dengan mengurut data/nilai siswa dari

yang terkecil sampai terbesar kemudian membagi dua data tersebut

kemudian diambil yang dingah.

c. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul).

d. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut

dihitung terlebih dahulu seperti:

a) Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N).

b) Rentang kelas (r) = skor maksimum – skor minimum.

r
c) Panjang kelas interval (i) =
K

3.5 Indikator Keberhasilan Penelitian

31
Indikator keberhasilan penelitian yang dijadikan patokan dalam Penelitian

Tindakan ini adalah bahwa penelitian ini dianggap berhasil apabila nilai

peserta didik mencapai rata-rata KKM dengan ketuntasan belajar lebih dari

80%. Indikator keberhasilan yang diusulkan dalam penelitian ini pada siklus I

mencapai nilai rata-rata 76 dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 78 atau

lebih dengan ketuntasan belajar minimal 80%.

32
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Prasiklus

Deskripsi yang dapat disampaikan untuk perolehan data awal sebagai

indikator yang dituntut yaitu minimal siswa mampu mencapai ketuntasan

belajar dengan nilai sama atau melebihi KKM belum tercapai. Data yang

diperoleh menunjukkan hanya 5 orang siswa yang tuntas atau hanya 22,73%

yang tuntas dari 22 siswa di kelas VIII C pada semester I tahun pelajaran

2021/2022 di bawah KKM. Data tersebut menunjukkan rendahnya prestasi

belajar siswa kelas VIII C pada awalnya. Kekurangan yang ada adalah akibat

pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional. Kelebihannya

adalah peneliti sebagai guru telah giat melakukan pembelajaran secara

maksimal.

4.2 Diksripsi Siklus I

a. Perencanaan I

34
Tahap perencanaan tindakan ini peneliti mengadakan persiapan

atau perencanaan tindakan. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus

dan setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan. Peneliti menyesuaikan

rencana dengan jadwal yang telah disusun agar dalam pelaksanaannya

tidak terkendala dengan hari-hari yang bisa mengganggu pelaksanaan

penelitian. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Berkonsultasi

dengan teman-teman guru, membicarakan alat-alat peraga, bahan-bahan

yang bisa membantu peningkatan prestasi belajar anak. Menyusun format

penilaian. Membuat bahan-bahan pendukung pembelajaran lainnya seperti

menyiapkan merancang skenario pembelajaran.

b. Pelaksanaan I

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan membawa semua

persiapan-persiapan ajar. Tahap pelasanaan tindakan dilaksanakan dengan

mengikuti skenario pembelajaran yang telah dibuat, mengajar dengan

giat, melakukan pembelajaran pendahuluan, melanjutkan dengan

pembelajaran inti dan melakukan pembelajaran penutup. Pada akhir

proses pembelajaran peneliti menyampaikan salam penutup.

c. Observasi I

Penilaian dilakukan dengan : a) menilai tugas-tugas yang

diberikan, b) mengobservasi kegiatan belajar mereka. Hasil observasi /

pengamatan disampaikan pada tabel berikut :

Tabel 04. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII C Semester I Tahun Pelajaran
2021/2022 Siklus I
Nomer Subjek Nilai Keterangan
Penelitian
1 70 Tidak Tuntas
35
2 78 Tuntas
3 76 Tuntas
4 78 Tuntas
5 83 Tuntas
6 74 Tidak Tuntas
7 80 Tuntas
8 74 Tidak Tuntas
9 78 Tuntas
10 77 Tuntas
11 68 Tidak Tuntas
12 78 Tuntas
13 85 Tuntas
14 72 Tidak Tuntas
15 78 Tuntas
16 75 Tuntas
17 70 Tidak Tuntas

Tabel 04. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII C Semester I Tahun Pelajaran
2021/2022 Siklus I (lanjutan)
Nomer Subjek Nilai Keterangan
Penelitian
18 79 Tuntas
19 65 Tidak Tuntas
20 75 Tuntas
21 76 Tuntas
22 80 Tuntas
Jumlah Nilai 1669
Rata-rata (Mean) 75,86
KKM (Kriteria 75
Ketuntasan Minimal)
Jumlah Siswa yang 7
Mesti Diremidi
Jumlah Siswa yang 15
Perlu Diberi
Pengayaan
Presentase 68,18%
Ketuntasan Belajar

d. Refleksi Siklus I

Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan berdasar data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan

evaluasi guna penyempurnaan tindakan. Refleksi menyangkut analisis,


36
sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang

dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono,

Supardi, 2006: 80).

Sesuai pendapat ahli di atas, maka dalam refleksi ini disampaikan

analisis, sintesis dan penilaian seperti berikut:

1. Analisis

Sehubungan dengan penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kualitatif, maka dalam melakukan analisis perlu terlebih dahulu

melihat pendapat-pendapat ahli pendidikan sebagai pegangan dalam

menulis analisis.

Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 54) menjelaskan bahwa

penelitian deskriptif ditujukan untuk menggambarkan fenomena-

fenomena yang ada. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau

pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan

suatu kondisi apa adanya. Pada sumber yang sama di halaman 156

dijelaskan bahwa penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatifnya

menggunakan analisis yang bersifat naratif-kualitatif. Soejono dan H.

Abdurrahman (2003: 23) menjelaskan bahwa ada dua hal penting

yang sangat menonjol dalam penggunaan metode penelitian deskriptif

yaitu ”deskripsi” dan ”analisis”.

Winarno Surakhmad, 1987: 133 (dalam Soejono dan

Abdurrahman, 2003: 23) menjelaskan bahwa pada hakekatnya, setiap

penyelidikan mempunyai sifat deskriptif, deskripsi dan analisis

mendapat tempat yang penting sekali, karena itu dua aspek ini

37
mendapat penekanan dalam bekerjanya seorang peneliti dalam

menggunakan metode ini.

Hadari Nawawi, 1983: 63 (dalam Soejono dan Abdurrahman,

2003: 24) selanjutnya menjelaskan bahwa dalam metode deskriptif

dilakukan penafsiran-penafsiran, hubungan antar aspek, analisis dan

interpretasi, membandingkan persamaan maupun perbedaan,

mengadakan klasifikasi data, menilai gejala, menetapkan standar,

menetapkan hubungan antar gejala-gejala yang ditemukan, melakukan

representasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat di dalam

masalah yang diselidiki.

Depdiknas (2008: 11) menjelaskan bahwa tujuan akhir analisis data

kualitatif adalah memperoleh makna, menghasilkan pengertian-

pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori

baru. Analisis data kualitatif adalah proses mencari serta menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan bahan.

Dari semua pendapat di atas, jelaslah apa yang mesti ditulis dalam

analisis ini yaitu deskripsi terhadap apa yang telah dilaksanakan

dengan cara memberi gambaran-gambaran, pertimbangan-

pertimbangan, komentar-komentar, peng-klasifikasian data,

mengkatagorikan, mencek validitas internal dan external, mencari

hubungan dan kesimpulan refleksi dibuat dari interpretasi hubungan

antar masing-masing katagori dicari maknanya sebagai kesimpulan.

Dalam analisis kualitatif tentu saja boleh melakukan perhitungan

38
terlebih dahulu sebelum akhirnya sampai pada simpulan kualitatif.

Jadi, boleh saja ada perhitungan pada awalnya, namun pada akhirnya

kesimpulan yang digunakan adalah terhadap kualitas dari hasil. Untuk

lebih jelasnya, penulis cuplikan pendapat ahli yaitu: Matthew B. Miles

dan A. Michael Hubberman (1993: 390) sebagai berikut: Dalam

penelitian kualitatif, perhitungan cenderung diabaikan. Ini terjadi

karena inti penelitian kualitatif adalah menjangkau sesuatu yang lebih

dari sekedar, yang dapat dikatakan kepada kita akan pentingnya

kualitas tersebut. Akan tetapi sebagaimana yang kita perhatikan

sebelumnya, terjadi banyak perhitungan pada saat penentuan kualitas

tersebut.

Metode penelitian ini dilakukan analisis data kualitatif maupun

secara kuantitatif dari perolehan data di lapangan untuk analisis

kualitatif dapat diberi gambaran seperti penggambaran berikut ini.

Data diperoleh dari tes prestasi belajar. Dari 22 orang anak yang

diteliti ada 15 orang (68,18%) anak yang memperoleh penilaian di

atas KKM dimana mereka sudah mampu mengikuti pembelajaran

dengan baik. Sedangkan yang lainnya yang berjumlah 7 orang

(31,82%) belum mencapai tingkat ketuntasan sesuai yang dituntut.

Selanjutnya diberikan analisis kuantitatifnya mengingat data yang

diperoleh adalah dalam bentuk angka sebagai berikut :

Jumla h nilai 1669


1. Rata-rata (mean) dihitung dengan: = =75,86
Jumla h siswa 22

2. Median (titik tengahnya) dicari dengan mengurut data/nilai siswa

dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah


39
data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau

jumlahnya genap maka dua data yang di tengah dijumlahkan dibagi

2 (dua). Untuk median yang diperoleh dari data siklus I dengan

menggunakan cara tersebut adalah: 76

3. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul) setelah

diasccending/diurut. Angka tersebut adalah: 78

4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal

berikut dihitung terlebih dahulu.

a. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N)

= 1 + 3,3 x Log 22

= 1 + 3,3 x 1,34

= 1 + 4,42 = 5,42 → 6

b. Rentang kelas (r) = skor maksimum – skor minimum

= 85 – 65= 20

r 20
c. Panjang kelas interval (i) = = =3,33→ 4
K 6

d. Tabel 05. Data Kelas Interval Siklus I

No Nilai Frekuensi Frekuensi


Interval
Urut Tengah Absolut Relatif
1 65-68 66,5 2 9,09
2 69-72 70,5 3 13,64
3 73-76 74,5 6 27,27
4 77-80 78,5 9 40,91
5 81-84 82,5 1 4,55
6 85-88 86,5 1 4,55
Total 22 100

e. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram

40
10 9

FREKUENSI ABSOLUT
8
6
6
4 2 3
2
1 1
0
65-68 69-72
73-76 77-80
81-84 85-88
NILAI

Gambar 02. Histogram Prestasi Belajar Seni Budaya siswa


Kelas VIII C Semester I Tahun Pelajaran 2021/2022 SMP
Negeri 3 Kediri Siklus I

41
2. Sintesis

Memperhatikan pendapat para ahli pendidikan yang telah

disampaikan di awal penulisan refleksi, bahwa dalam refleksi

dilakukan analisis, sintesis dan penilaian/evaluasi, sehingga pada

bagian ini perlu disajikan hal-hal tersebut. Sintesis artinya campuran

berbagai pengertian sehingga merupakan kesatuan yang selaras

(Kamus Besar Bahasa Indonesia: 713). Sintesis Bahasa Inggrisnya

adalah Synthesis yang artinya the putting of parts together for a whole

(Webster’s New American Dictionary: 1016). Apabila pengertian

dalam Bahasa Inggris tersebut dijadikan Bahasa Indonesia, maka

Sintesis berarti menaruh semua bagian-bagian menjadi satu. Artinya

semua data yang sudah dianalisis, baik proses pembelajaran, keaktifan

belajar maupun hasil yang diperoleh dari prestasi belajar disatukan

dan dicoba diberi gambaran.

Kata sintesis mempunyai pengertian, merupakan kumpulan dari

beberapa hal yang bisa disimpulkan menjadi sesuatu yang lebih jelas.

Perkembangan kemampuan siswa pada siklus I adalah hanya 15

orang (68,18%) yang memperoleh nilai dengan KKM mata pelajaran

di sekolah ini. Sedangkan yang lainnya yang berjumlah 7 orang

(31,82%) belum mampu mencapai ketuntasan minimal yang dituntut.

Data tersebut menunjukkan bahwa anak-anak tersebut belum giat

dalam mengikuti proses pembelajaran oleh karenanya peneliti harus

lebh giat lagi melakukan pembelajaran pada siklus berikutnya.

3. Penilaian Siklus I
42
Dalam penilaian sudah barang tentu ada kekurangan-kekurangan

maupun kelebihan-kelebihan.

Kekurangan-kekurangan yang ada:

1. Peserta didik belum bisa melakukan perannya sesuai dengan

skenario pembelajaran yang telah digunakan dimana banyak dari

mereka masih bersifat pasif dalam mengikuti pembelajaran.

2. Peserta didik masih ada yang senang bermain –main

3. Materi yang disampaikan tergolong sulit sehingga antusiasme

siswa belum dapat diharapkan secara maksimal.

Kelebihan yang ada adalah:

1. Usaha keras peneliti sudah diwujudkan dengan menyiapkan segala

sesuatu agar pembelajaran dapat berjalan lancar, seperti mendalami

teori-teori, merancang RPP sesuai model pembelajaran Problem

Solving.

2. Peneliti giat dan terlibat langsung dalam melatih anak di setiap

kelomok

3. Untuk validasi data, instrumen yang digunakan sudah

dikonsultasikan dengan teman sejawat

4. Kelebihan yang ada tentu pelaksanaan tindakan pada siklus I ini

sudah terjadi peningkatan hasil dari awalnya baru mencapai rata-

rata 69,36 dan pada siklus I ini telah mencapai rata-rata 75,86.

43
4.3 Deskripsi Siklus II

a. Perencanaan II

Kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan pada siklus I

dijadikan dasar untuk membuat perencanaan siklus II lebih matang lagi.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun ulang, diberi

penekanan pada porsi bimbingan yang lebih manusiawi dan lebih banyak

agar peserta didik dapat lebih meningkatkan prestasi belajarnya.

Disiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan perencanaan

yang lebih baik dalam skenario pembelajarannya dengan memberi

contoh-contoh pengertian yang lebih dalam, merencanakan bahan-bahan

pendukung seperti : Lcd, Laptop dan Buku Sumber yang lebih sederhana

sehingga peserta didik akan lebih paham mengingat pelajaran yang

diberikan lebih lama sesuai proses perencanaan yang disarankan para ahli

pendidikan.

b. Pelaksanaan II

Secara umum prosedur pelaksanaan tindakan siklus II ini sama

dengan prosedur pada siklus I. Perbedaannya, dalam siklus ini

keterlibatan peneliti pada kegiatan pembelajaran di kelas lebih

ditingkatkan.

c. Observasi II

Hasil observasi yang dilakukan pada siklus II disampaikan pada

tabel berikut:

Tabel 06. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII C Semester I Tahun Pelajaran
2021/2022 Siklus II
Nomer Subjek Nilai Keterangan
44
Penelitian
1 75 Tuntas
2 80 Tuntas
3 75 Tuntas
4 85 Tuntas
5 78 Tuntas
6 80 Tuntas
7 85 Tuntas
8 80 Tuntas
9 85 Tuntas
10 85 Tuntas
11 76 Tuntas
12 80 Tuntas
13 84 Tuntas
14 77 Tuntas
Tabel 06. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII C Semester I Tahun Pelajaran
2021/2022 Siklus II (lanjutan)
Nomer Subjek Nilai Keterangan
Penelitian
15 85 Tuntas
16 84 Tuntas
17 70 Tidak Tuntas
18 84 Tuntas
19 72 Tidak Tuntas
20 80 Tuntas
21 82 Tuntas
22 83 Tuntas
Jumlah Nilai 1765
Rata-rata (Mean) 80,23
KKM (Kriteria 75
Ketuntasan
Minimal)
Jumlah Siswa 2
yang Mesti
Diremidi
Jumlah Siswa 20
yang Perlu Diberi
Pengayaan
Prosentase 90,91%
Ketuntasan
Belajar

d. Refleksi Siklus II

45
Sesuai pendapat ahli yang sudah disampaikan pada refleksi Siklus I

bahwa dalam melakukan refleksi yang perlu disampaikan adalah:

membuat analisis, sintesis dan penilaian. Untuk hal tersebut disampaikan

lengkapnya seperti berikut.

1. Analisis

Sesuai pendapat-pendapat ahli maupun pandangan-pandangan

yang dikemukakan oleh Depdiknas yang telah disampaikan pada

Refleksi di Siklus I tentang cara menulis analisis deskriptif, maka

pada Refleksi di Siklus II ini.Disampaikan hal-hal beriut :

Hasil yang diperoleh dari data Siklus II terhadap tes prestasi belajar

yang sudah diberikan, ada 20 (90,91%) anak yang dapat penilaian dari

KKM mata pelajaran Seni Budaya dan banyak yang sudah melebih

KKM tersebut yang artinya anak sudah mampu menerima ilmu sesuai

harapan. Ada 2 (9,09%) anak yang memperoleh penilaian di bawah

KKM, yang artinya bahwa mereka belum mampu menerima ilmu

sesuai harapan. Analisiskuantitatifnya dihitung sebagai berikut :

Jumla h nilai 1765


1. Rata-rata (mean) dihitung dengan: = =80,23
Jumla h siswa 22

2. Median (titik tengahnya) dicari dengan mengurut data/nilai siswa

dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah

data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau

jumlahnya genap maka dua data yang di tengah dijumlahkan dibagi

2 (dua). Untuk median yang diperoleh dari data siklus I dengan

menggunakan cara tersebut adalah: 80

46
3. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul) setelah

diasccending/diurut angka tersebut adalah: 80/85

4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal

berikut dihitung terlebih dahulu.

a. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N)

= 1 + 3,3 x Log 22

= 1 + 3,3 x 1,34

= 1 + 4,42 = 5,42 → 6

b. Rentang kelas (r) = skor maksimum – skor minimum

= 85 – 70 = 15

r 15
c. Panjang kelas interval (i) = = =2,5→ 3
K 6

d. Tabel 07. Data Kelas Interval Siklus II


No Nilai Frekuensi Frekuensi
Interval
Urut Tengah Absolut Relatif
1 70-72 71 2 9,09
2 73-75 73 2 9,09
3 76-78 77 3 13,64
4 79-81 80 5 22,73
5 82-84 83 5 22,73
6 85-87 86 5 22,73
Total 22 100

e. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram

47
5 5 5
5

FREKUENSI ABSOLUT
4
3
3 2 2
2
1
0
70-72 73-75
76-78 79-81
82-84 85-87
NILAI

Gambar 03. Histogram Prestasi Belajar Seni Budaya siswa


Kelas VIII C Semester I Tahun Pelajaran 2021/2022 SMP
Negeri 3 Kediri Siklus II

2. Sintesis

Perkembangan keilmuan peserta didik pada Siklus II ini adalah

dari 22 peserta didik yang diteliti ternyata hasilnya sudah sesuai

dengan harapan yaitu dengan perolehan rata-rata kelas 80,23. Dari

perkembangan tersebut diketahui hampir semua anak sudah sangat

mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Sintesis yang dapat

diberikan adalah :

a. 22 orang anak dari 25 anak yang diteliti diperoleh penilaian

melebihi KKM. Hal ini berarti mereka sudah mampu

melakukan apa yang disuruh atau sudah berkembang sesuai

indikator yang dituntut.

b. 2 orang lainnya memperoleh penilaian di bawah KKM yang

artinya bahwa mereka belum berkembang sesuai indikator yang

dicanangkan.

c. Dari data tersebut setelah digabungkan semuanya maka 90,91%

48
anak sudah meningkat prestasi belajarnya atau sudah

berkembang sesuai indikator yang dituntut.

3. Penilaian Siklus II

Semua data yang diperoleh dari penilaian terhadap peningkatan

prestasi belajar siswa yang dilakukan pada siklus II ini terutama

indikator yang dituntut dalam pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Problem Solving dengan metode Experiment secara

tuntas dapat dilaksanakan. Semua kekurangan-kekurangan yang ada

sudah diperbaiki pada siklus ini, sehingga tidak ada yang masih perlu

diragukan bahwa semua indikator yang dituntut untuk diselesaikan

tidak ada lagi yang tertinggal. Semua hasil yang diperoleh pada Siklus

II ini menujukkan bahwa penelitian ini tidak perlu dilanjutkan lagi ke

siklus berikutnya.

4.4 Pembahasan

Masnur Muslich (2011: 106) menulis bahwa penyajian temuan harus

sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan. Temuan hasil penelitian itu

kemudian dibahas secara tajam dan lengkap. Pembahasan tersebut hendaknya

dapat memberikan penjelasan tentang kegagalan atau keberhasilan tindakan

yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut. Masih ada satu cuplikan

penting yang perlu disampaikan adalah: Dalam pembahasan disampaikan

rangkuman hasil penelitian dari seluruh siklus dan semua aspek konsentrasi

penelitian serta dibahas tiap aspek yang diketahui adanya peningkatan atau

tidak adanya perubahan dengan berbagai alasan yang rasional dan logis. Jika

dapat dikuatkan dengan teori yang relevan maka dapat meningkatkan kualitas
49
pembahasan hasil penelitian (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006:

146).

Mengacu pada pendapat pakar pendidikan yang telah disampaikan di atas,

jelaslah bahwa dalam menyampaikan pembahasan perlu disampaikan

kelemahan-kelemahan maupun kelebihan-kelebihan dari pelaksanaan

penelitian yang telah dilaksanakan serta kegagalan-kegagalan maupun

keberhasilan-keberhasilan sesuai masalah yang telah dirumuskan. Selain itu,

perlu juga menyampaikan inovasi-inovasi yang telah dilakukan, validasi dan

tingkat kepercayaan hasil serta memaksimalkan trianggulasi terhadap sumber

data maupun instrumen. Sesuai pendapat para ahli, maka pembahasan

disampaikan seperti berikut:

1. Pembahasan hasil yang didapat dari data awal

Data awal yang disampaikan pada latar belakang masalah telah

menunjukkan ketidakberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan guru.

Kenyataannya hanya ada 5 anak dari 22 orang yang diteliti mampu

mencapai keberhasilan sedangkan yang lain yang jumlahnya 17 orang

siswa atau 77,27% belum berhasil.

Melalui observasi awal yang dilakukan peneliti, didapati bahwa

kelemahan yang ada dikarenakan belum terjadi pembiasaan perilaku pada

diri anak untuk belajar lebih giat sehingga menjadi tugas peneliti untuk

membuat mereka terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang bagi diri

mereka kelak dikemudian hari.

2. Pembahasan hasil yang didapat dari data siklus I

50
Dengan giatnya peneliti membuat perubahan pada siklus I seperti

melakukan pembelajaran yang lebih berkualitas, mengefektifkan

dengangan baik siswa-siswa yang tidak giat belajar, memberi motivasi,

dorongan-dorongan serta bantuan-bantuan, akhirnya pada silkus I

diperoleh data dari hasil observasi adalah 15 orang anak atau 68,18% yang

sudah mampu mencapai ketuntasan minimal dengan mata pelajaran Seni

Budaya. Walaupun demikian masih banyak siswa yang belum mencapai

ketuntasan belajar yaitu 7 orang (31,82%). Data tersebut menunjukkan

bahwa keberhasilan yang dicapai pada siklus I belum memenuhi indikator

keberhasilan yang dipersyaratkan. Karena itu peneliti harus terus

dilanjutkan ke siklus berikutnya.

3. Pembahasan hasil yang didapat dari data siklus II

Kegiatan terus diupayakan lebih baik dan lebih giat pada silus ke II

dengan memantapkan cara yang sudah baik yang telah dilakukan pada

siklus I. Semua kelemahan yang ada diupayakan diperbaiki seperti para

siswa yang belum aktif di motivasi, diberi arahan-arahan bahwa kehidupan

masa depan akan semakin sulit apabila mereka tidak menguasai ilmu

pengetahuan. Kelebihan yang ada sudah dipertahankan yaitu merubah

model pembelajaran menjadi model yang lebih konstruktivis. Peserta didik

yang diam diberi pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun keaktifan belajar

mereka. Untuk menumbuhkan kegiatan berargumentasi, peserta didik

diminta menulis sebuah pertanyaan yang akan membantu dinilainya

argumentasi sehingga peserta didik yang belum aktif bisa menjadi aktif.

Mereka yang lambat dalam belajar dipecahkan dengan mengaktifkan tanya

51
jawab multiarah sehingga mereka dapat mendengar pendapat-pendapat

dari berbagai penjuru. Dengan kegiatan tersebut akhirnya mampu

diperoleh hasil bahwa dari 22 orang anak yang diteliti sudah 20 orang

mampu memperoleh ketuntasan belajar. Data tersebut sudah memenuhi

persyaratan indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni 80%. Melihat

kenyataan tersebut, penelitian dinyatakan berhasil.

52
BAB V
PENUTUP

e.1 Simpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini

dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Problem Solving dengan metode Experiment telah

ditemukan efek yang mampu menjamin terselenggaranya pembelajaran

dalam mata pelajaran Seni Budaya dengan baik.

2. Model pembelajaran Problem Solving dengan metode Experiment cukup

berhasil dilakukan atau dapat dikatakan valid dalam membantu guru dan

membantu siswa untuk mengatasi masalah pembelajaran yang ada

3. Telah terbukti bahwa pembelajaran yang dilakukan menjadi sangat efektif

dimana peran serta peserta didik menjadi meningkat setelah dilihat dari

bukti data yang telah diperoleh dalam analisis.

4. Keberhasilan yang diharapkan sesuai rumusan masalah dan tujuan

penelitian sudah dapat diupayakan dengan baik.

e.2 Saran

Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam

upaya mencapai tujuan pembelajaran dalam bidang studi Seni Budaya, dapat

disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran Seni

Budaya, penggunaan Model pembelajaran Problem Solving dengan

metode Experiment semestinya menjadi pilihan dari beberapa metode yang

ada mengingat metode ini telah terbukti dapat meningkatkan kerjasama,


53
berkreasi, bertindak aktif, bertukar informasi, mengeluarkan pendapat,

bertanya, berdiskusi, berargumentasi dan lain-lain.

2. Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari Model

pembelajaran Problem Solving dengan metode Experiment dalam

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian

ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh karenanya

kepada peneliti lain yang berminat meneliti topik yang sama untuk

meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti.

3. Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti

lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna memberi masukan, kritik,

saran terhadap hasil yang telah diperoleh.

54
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2002. http://www.scribd.com/doc/9037208/

Adnyani, Nyoman. 2002. Kelemahan-Kelemahan Penerimaan Siswa SMP yang


Beracuan pada NUAN. Makalah yang Disampaikan dalam Seminar Ilmiah
Universitas Mahasaraswati, September 2003.

Ardana, Nengah. 1999. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Pola Pemberian
Tugas dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Fisika pada Siswa SMP
Negeri 1 Denpasar. Skripsi. IKIP Mahasaraswati Tabanan.

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aryana, Wayan. 2003. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar IPA
pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Ringkasan Hasil Penelitian yang
Disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal
22-24 September 2003.

Depdiknas. 2002. Co-Op Co-Op . Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan


Menengah.

Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.

Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.

http://psychemate.blogspot.com/2007/12/problem solving.html. Diakses tanggal


28 April 2011.

http://education-mantap.blogspot.com/2010/10/teori-problem-solving.html.
Diakses tanggal 28 April 2011.

Liasari. 2000. Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir


Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Proseding Seminar Nasional
23 Pebruari 2000. Malang: Dirjen Dikti Depdiknas – JICA – IMSTEP.

Nur, Mohamad et al. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Berorientasi


Masalah Kontekstrual untuk Meningkatkan Daya Nalar Mahasiswa dalam
Rangka Menyongsong Masyarakat IPTEK pada Pembangunan Jangka
Panjang Tahap Kedua. Makalah. Disampaikan pada Seminar Hasil-hasil
Penelitian Unggulan. IKIP Negeri Surabaya.

Soedomo, M. 2001. Landasan Pendidikan. Malang: Penyelenggara Pendidikan


Pascasarjana Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi.
55
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

56

Anda mungkin juga menyukai