Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Media Permainan Ular Tangga

1. Pengertian Media Permainan Ular Tangga

Media permaian ular tangga adalah sebuah media visual dua

dimensi dengan konsep permainan ular tangga pada umumnya, namun ada

unsur edukasi dalam permainan tersebut (Aniq, 2013). Menurut Syahrial

(2016) media ular tangga merupakan pengembangan dari permainan ular

tangga yang diadopsi dan dimodifikasi. Modifikasi yang dilakukan yaitu

dengan adanya pemberian kartu soal yang diletakkan pada petak-petak tertentu

serta aturan main yang disesuaikan.

Ular tangga merupakan permainan yang menggunakan dadu untuk

menentukan berapa langkah yang harus dijalani bidak. Permainan ini masuk

dalam kategori “board game” atau permainan papan seperti permainan

monopoli, halma, ludo, dan sebagainya. Papan berupa gambar petak-petak

yang terdiri dari 10 baris dan 10 kolom dengan nomor 1-100, serta bergambar

ular dan tangga menurut M. Husna A (dalam Nafiah Nurul Ratnaningsih,

2014:57).

Sependapat dengan itu, menurut Yumarlin Mz (2013:5)

mendefinisikan perminan ular tangga sebagai permainan yang dilakukan oleh

dua orang atau lebih. Papan ular tangga dibagi menjadi kotak-kotak kecil dan

beberapa kotak digambar beberapa tangga dan ular yang menghubungkan

kontak yang satu dengan yang lainnya.


Dari pernyataan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa permainan ular

tangga adalah permainan papan menggunakan dadu, bentuk papan permainan

berupa kolom-baris berbentuk kotak dan terdapat gambar ular dan tangga yang

dimainkan oleh dua orang atau lebih, serta memiliki peraturan untuk

memainkannya.

2. Keunggulan Permainan Ular Tangga

Menurut Faizal (2010) permainan ular tangga memiliki keunggulan,

antara lain :

a. Permainan ular tangga dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar

mengajar karena menyenangkan dan menarik bagi anak-anak

b. Permainan ular tangga dapat dipergunakan untuk membantu semua aspek

perkembangan siswa

c. Permainan ular tangga dapat merangsang anak memecahkan masalah dan

melatih sosialisasi

d. Mudah untuk dilakukan, sederhana, menghibur, interaktif dan fleksibel

untuk dimainkan di luar atau di dalam ruangan.

e. Mengembangkan intelektual anak seperti berhitung, mempelajari bentuk

dan ukuran, arah kiri-kanan atas-bawah.

f. Dapat mengatur tingah lakunya sendiri, menilai kemampuan yang

dimilikinya dan orang lain.

Menurut Febryna (2014) keunggulan dari media permainan ular tangga

yaitu gambar biduk yang dipindah-pindahkan dapat menarik perhatian siswa,

siswa dapat berperan aktif untuk memindahkan objek tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa terlibat tidak hanya secara intelektual namun juga
fisik. Penggunaan media ular tangga dalam pembelajaran dapat diatur sesuai

dengan kebutuhan yaitu individual maupun secara kelompok.

Menurut Afandi (2015) kelebihan media pembelajaran ular tangga

yaitu (1) siswa belajar sambil bermain, (2) siswa tidak belajar sendiri,

melainkan harus berkelompok, (3) memudahkan siswa belajar karena dibantu

dengan gambar yang ada dalam permainan ular tangga, dan (4) tidak

memerlukan biaya mahal dalam membuat media pembelajaran.

Sedangkan menurut Aniq (2013) keunggulan media permainan ular

tangga yaitu (1) sangat menyenangkan, penuh tantangan, (2) anak menjadi

termotivasi untuk belajar, (3) murah efektif, dan efesien, (4) dapat digunakan

dalam jangka waktu yang lama, tinggal disesuaikan materinya.

Berdasarkan beberapa uraian tentang keunggulan ular tangga, peneliti

merujuk pada keunggulan ular tangga yang dikemukakan oleh Febryna (2014)

yaitu gambar biduk yang dipindah-pindahkan dapat menarik perhatian siswa,

siswa dapat berperan aktif untuk memindahkan objek tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa terlibat tidak hanya secara intelektual namun juga

fisik.

3. Karakteristik Permainan Ular Tangga

Menurut Sadiman (dalam Yumarlin MZ, 2013:3) menyatakan bahwa

setiap permainan harus mempunyai empat komponen utama, yaitu:

a. Adanya pemain, biasanya lebih dari dua orang

b. Adanya lingkungan dimana para pemain berinteraksi

c. Adanya aturan-aturan main,dan

d. Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai.


Dari pernyataan ahli diatas bahwa sesuatu disebut permainan ketika

dilakukan oleh dua orang yang saling berinteraksi dengan ada aturan

permainan untuk memperoleh suatu tujuan tertentu. Permainan ular tangga

merupakan suatu permainan yang memiliki komponen-komponen yang telah

disebutkan oleh Sadiman.

Komponen pertama adalah media berbentuk papan permainan ular

tangga bergambar kotak-kotak yang diberi nomor 1 dari sudut kiri bawah

sampai nomor 10 disudut kanan bawah, lalu baris ke dua dari kanan ke kiri

mulai nomor 11 sampai nomor 20 di kiri dan seterusnya sampai nomor 100.

Terdapat gambar ular dan tangga yang menghubungkan 2 kotak diatas dan

dibawah. Komponen kedua adalah peraturan dimana jalannya permainan dan

jumlah langkah pada kotak ditentukan lemparan dadu. Komponen ketiga ialah

tujuan dari permainan ular tangga yaitu bagaimana mencapai kotak nomor 100

secepat dan seawal mungkin.

4. Manfaat Permainan Ular Tangga

Permainan ular tangga ada banyak manfaat yang dapat diperoleh

dengan menggunakan media. Menurut Mochamad Nursalim (2013:7)

menyatakan secara umum media mempunyai kegunaan yaitu:

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra

c. Menimbulkan minat siswa, interaksi lebih langsung antara siswa

dengan guru BK

d. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman

dan menimbulkan persepsi sama.

e. Proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih menarik.


f. Proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih interaktif.

g. Kualitas layanan bimbingan dapat ditingkatkan.

h. Meningkatkan sikap posistif siswa terhadap materi layanan

bimbingan dan konseling.

Selain itu, menurut Katryn Geldard & David Geldard (dalam

Suwarjo, 2013:14) umumnya permainan yang digunakan dalam

bimbingan memiliki beberapa manfaat dan fungsi yaitu:

a. Mendapatkan penguasaan diri atas permasalahan yang dihadapi

b. Mendapatkan kekuatan dalam diri

c. Mengekspresikan emosi

d. Membentuk pemecahan masalah dan kemampuan membuat

keputusan

e. Membangun kemampuan sosial

f. Membangun self concept dan self esteem

g. Meningkatkan kemampuan komunikasi

h. Menambah wawasan

Penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling memiliki

kegunaan untuk membuat proses layanan lebih efektif dan efisien serta

membantu guru BK dalam menyampaikan layanan untuk siswa. Media juga

akan meningkatkan minat dan merangsang mereka untuk belajar. Manfaat

permainan ular tangga sebagai media bimbingan dan konseling sangat perguna

bagi para siswa. Dengan menggunakan metode layanan yang menyenangkan

akan membuat siswa antusias mengikuti bimbingan yang diberikan. Manfaat


permainan ini juga mengembangkan dan menumbuhkan aspek pribadi, sosial,

belajar, dan karir siswa.

Media permainan ular tangga dapat digunakan dalam memberikan

layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok. Menurut Abraham

Maslow dan para ahli kepribadian lain (dalam Suwarjo, 2013:14) menegaskan

bahwa kebersamaan dalam kelompok, khususnya bermain, membangun

kepribadian yang lebih manusiawi, membentuk konteks sosial melalui minat

sosial, membawa kebutuhan yang inheren dan mendorong untuk saling

memiliki, terhindar dari isolasi, membangun kerjasama dan untuk mengurangi

permasalahan hubungan interpersonal

B. Board Game

1. Pengertian Board Game

Mike Scorviano (dalam Streit & Hadi, 2016 : 89) Sejarah Board

Game dan Psikologi Permainan, board game adalah jenis permainan di mana

alat-alat atau bagian-bagian permainan ditempatkan, dipindahkan atau

digerakkan pada permukaan yang telah ditandai atau dibagi-bagi menurut

seperangkat aturan. Permainan mungkin didasarkan pada strategi murni,

kesempatan, atau campuran dari keduanya dan biasanya memiliki tujuan yang

harus dicapai.

Board game adalah suatu jenis permainan yang salah satu

komponennya adalah lembaran persegi seperti papan yang bahannya bisa

bermacam-macam, tapi umumnya dari karton tebal. Monopoli, Catur, Ludo,


Halma, Ular Tangga adalah beberapa contoh board game yang sudah lama

dikenal.

Permainan board game atau yang disebut juga permainan papan sudah

banyak dimainkan dalam kebudayaan dan peradaban sepanjang sejarah.

Sejumlah situs sejarah penting, artefak, dan dokumen memperlihatkan bahwa

adanya permainan board game pada masa itu. Diantaranya adalah: Senet yang

ditemukan pada masa pre-dinasti dan dinasti awal kerajaan Mesir Kuno

(sekitar 3500-3100 SM). Senet diketahui adalah board game tertua.

2. Jenis Board Game

Ada berbagai jenis board game, diantaranya adalah yang

merepresentasikan kehidupan nyata, variasi jenis board game antara lain

dimulai dari yang memiliki tema seperti Cluedo, hingga board game yang

tidak memiliki tema seperti Halma. Board game yang merepresentasikan kisah

kehidupan nyata hampir semua memiliki alur cerita, dan papannya adalah

tambahan yang berfungsi untuk memvisualisasikan skenario sesuai jalan

cerita.

C. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan

antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi

individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling

timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Adapun Basrowi


(2015) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang

mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok, maupun

orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama,

tetapi juga berbentuk tindakan, persaingan, pertikaian dan sejenisnya.

Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soerjono Seokanto 2012:55)

interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan antara kelompok-

kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok

manusia. Sedangkan menurut Robert M.Z. Lawang (dalam Nurani 2013:315)

interaksi sosial adalah proses ketika orang-orang yang berkomunikasi saling

pengaruh mempengaruhi dalam fikiran dan tindakan

Santoso (2010:164) mengatakan bawasan nya interaksi sosial adalah

suatu hubungan yang terjadi antar dua orang individu atau lebih, dimana dari

hubungan tersebut masing-masing dari individu dapat saling mempengaruhi,

mengubah, dan dapat memperbaiki tingkah laku dari individu dan sebaliknya.

Menurut Sarwono (2010:185) dalam bukunya psikologi umum,

menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan manusia dengan manusia

lainnya, manusia dengan kelompoknya, serta kelompok satu dengan kelompok

lainnya. 

Dari beberapa definisi interaksi sosial menurut para ahli di atas, dapat

di tarik kesimpulan bahwa interaksi sosial hubungan timbal balik yang saling

memengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok

atau kelompok dengan kelompok.

2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial


Dalam interaksi sosial terdapat beberapa ciri yang terakandung di

dalamnya, diantaranya adalah menurut Santosa (2004:11) mengatakan bahwa

“ciri-ciri interaksi sosial adalah adanya hubungan; adanya individu; adanya

tujuan; dan adanya hubungan dengan struktur dan fungsi sosial”. Secara rinci

penjabarannya dalah sebagai berikut : 

1. Adanya hubungan, yaitu dalam setiap interaksi pasti terjadi karena adanya

hubungan antara individu dengan individu maupun antara individu dengan

kelompok,

2. Ada individu, yaitu setiap interaksi sosial menuntut  tampilnya individu-

individu yang melaksanakan hubungan,

3. Ada tujuan, yaitu setiap interaksi social memiliki tujuan tertentu seperti

memengaruhi individu lain

4. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok, yaitu interaksi

sosial individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Di samping

itu, tiap-tiap individu memiliki fungsi didalam kelompoknya

Dalam penjabaran ciri-ciri interaksi sosial di atas, dapat disimpulkan

bahwa ciri-ciri interaksi sosial yang baik adalah terjadinya hubungan antara

individu yang memiliki tujuan tertentu seperti adanya kebersamaan, rasa

saling membutuhkan, saling menghargai dan menghormati, tidak ada geng

atau jarak kelompok yang membatasi individu dengan individu yang lain, serta

saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama dan dalam

struktur fungsi kelompok setiap individu memiliki fungsi di dalam kelompok.

3. Aspek-aspek Interaksi Sosial

Menurut Sarwono, (2010: 185), ada beberapa aspek yang mendasari

interaksi sosial, yaitu :


1. Komunikasi

“Komunikasi adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau

dari perilaku pihak lain” (Basrowi, 2005:143). Menurut Sarwono (2010:185),

komunikasi adalah proses pengiriman berita dari seseorang kepada orang lain.

Pawito dan Sardjono (1994 : 12), mendefinisikan komunikasi sebagai suatu

proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu

saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah

perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt

lainnya.Dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pengiriman

informasi dari seseorang kepada pihak lain, dapat dilakukan antar individu

maupun kelompok.

Komunikasi dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Devito

(dalam Ramadanty, 2014:2), komunikasi verbal adalah komunikasi yang

bersifat lisan atau komunikasi dengan menggunakan kata- kata maupun

tulisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan

menggunakan isyarat atau ekspresi seseorang tanpa kata- kata.Sarwono

(2010:186), menyatakan terdapat lima unsur dalam proses komunikasi, yaitu:

1) Adanya pengirim berita atau informasi atau disebut juga komunikator,

adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki inisiatif untuk

bertindak sebagai sumber dalam sebuah hubungan atau interaksi.

Komunikator tidak hanya sebagai pengirim pesan atau berita saja, tetapi

juga memberikan sebuah respon dan atau tanggapan juga menjawab

pertanyaan- pertanyaan yang muncul selama proses komunikasi sedang

berlangsung.
2) Adanya penerima berita atau disebut komunikan (receiver), adalah

sebutan bagi orang yang menerima pesan atau berita yang disampaikan

oleh komunikator, dapat terdiri dari satu orang individu maupun dalam

bentuk kelompok. Komunikan sangat penting karena menjadi sasaran

komunikasi dan bertanggung jawab untuk bisa memahami pesan atau

informasi yang disampaikan dengan baik dan benar, tanpa ada yang

dilebihkan maupun dikurangkan dari berita tersebut.

3) Adanya berita atau informasi yang disampaikan, merupakan

keseluruhan apa yang disampaikan oleh komunikator. Berita ini dapat

berupa sebuah kata- kata, tulisan, gambaran, atau perantara lainnya. Inti

dari berita ini adalah mengarah pada usaha untuk mengubah sikap dan

tingkah laku orang lain. Inti berita tersebut akan selalu mengarah pada

tujuan akhir komunikasi.

4) Adanya media atau alat yang digunakan untuk pengiriman berita. Media

atau alat yang digunakan sebagai penyalur berita dalam sebuah

komunkasi, dipilih sesuai dengan sifat berita yang akan disampaikan.

5) Ada sistem simbol yang digunakan untuk menyatakan sebuah berita,

merupakan sebuah timbal balik yang diartikan sebagai jawaban

komunikan atas pesan yang diberikan komunikator. Dalam proses

komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan akan terus

menerus bertukar peran satu sama lain.

2. Sikap

Sikap menurut Sarwono (2010:201), adalah istilah yang mencerminkan

rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa- biasa saja dari seseorang

terhadap sesuatu. Sikap adalah suatu sistem evaluasi positif atau negatif, yakni
suatu kecenderungan untuk menyetujui atau menolak suatu hal (Suharyat,

2009:3). Menurut Sargent (dalam Santosa, 2009:62), “an attitude is

considered a tendency to react favorably or unfavorably persons, objects, or

situation.” Yang berarti sikap dipandang sebagai kecenderungan seseorang

untuk bereaksi secara senang atau tidak terhadap orang objek atau situasi.

Dapat disimpulkan sikap merupakanistilah yang mencerminkan

kecenderungan seseorang bereaksi dalam menyukai atau tidak menyukai suatu

hal.

“Sikap dinyatakan dalam tiga domain ABC, yaitu affect, behaviour, dan

cognition” (Sarwono,2010:201).

1) Affect, perasaan yang timbul dalam diri seseorang, baik perasaan

senang atau tidak senang. Komponen afektif merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional. Aspek emosional ini yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen dari sikap dan merupakan

aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh- pengaruh yang

mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

2) Behaviour, merupakan perilaku yang mengikuti situasi atau suasana

dari perasaan yang dirasakan seseorang, dapat berupa mendekat atau

menghindar. Perilaku seseorang berkaitan dengan apa yang individu

tersebut hadapi. Komponen ini merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.

Berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu

dengan cara- cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang


dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang

adalah dicerminkan dalam perilaku

3) Cognition, penilaian seseorang terhadap sesuatu, dapat berupa bagus

atau tidak bagus. Komponen ini merupakan representasi apa yang

dipercaya oleh individu pemilik sikap. Komponen ini berisi

kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

3. Adanya Kontak Sosial

Terjadi apabila ada hubungan dengan pihak lain. Dalam hubungan kontak

sosial memiliki tiga bentuk yaitu hubungan antar perorangan, hubungan antar

orang dengan kelompok, hubungan antar kelompok. Hubungan ini bisa terjadi

bila kita bicara dengan pihak lain secara berhadapan langsung maupun tidak

langsung.

4. Tingkah Laku Kelompok

Menurut Santosa (2009:72), tingkah laku digunakan untuk menunjukkan

perubahan di dalam ruang hidup namun tidak dalam ruang objektif, sehingga

tidak dapat langsung diamati, tetapi hanya dapat disimpulkan dari apa yang

dapat diamati. Sementara menurut Bon (dalam Sarwono, 2010:209),

mengatakan bahwa bila dua orang atau lebih berkumpul di suatu tempat,

mereka akan menampilkan perilaku yang sama sekali berbeda daripada ciri-

ciri tingkah laku individu itu masing- masing. Lewin (dalam Sarwono,

2010:210), menjelaskan proses terjadinya tingkah laku kelompok, yaitu saat

individu di dalam suatu kelompok, maka akan muncul perasaan kebersamaan

dengan orang lain di dalam kelompok itu, sehingga menyebabkan terjadinya

saling memengaruhi antar individu yang disebut dengan situasi sosial,


kemudian seseorang yang terpengaruh oleh situasi sosial ini akan mengubah

atau menyusun tingkah lakunya sesuai dengan situasi sosial.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkah laku

kelompok menunjukkan sebuah perubahan perilaku yang terjadi dalam diri

seseorang saat berkumpul dengan orang lain, yang dipengaruhi oleh situasi

sosial

4. Proses Terjadinya Interaksi Sosial

Soekanto (2006:57) menyatakan bahwa berlangsungnya suatu proses

interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, faktor

sugesti, faktor identifikasi dan faktor simpati. Secara rinci penjabarannya

sebagai berikut :

1. Faktor imitasi menyebutkan bahwa masyarakat merupakan

pengelompokan manusia di mana tiap individu saling mengimitasi

(meniru) dari orang lain dan sebaliknya.

2. Faktor sugesti menyebutkan bahwa pengaruh psikis baik yang datang dari

diri sendiri maupun yang datang dari orang lain, umumnya sugesti

diterima tanpa adanya kritik dati individu yang bersangkutan. Sugesti

adalah suatu proses di mana individu menerima suatu cara penglihatan

atau pedoman tingkah laku orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.

3. Faktor identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik atau sama

dengan orang lain.

4. Faktor simpati menyebutkan bahwa orang memiliki kecenderungan

tertarik pada orang lain. Simpati akan menjalin hubungan saling pengertian

yang saling mendalam dalam inteaksi antarindividu, ingin mengerti dan

ingin kerja sama dengan orang lain serta saling melengkapi satu sama lain.
Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor-faktor dasar yang menjadi

dasar berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya

keempat proses tersebut memang sangat kompleks sehingga kadang-kadang

sulit membedakan dengan tegas antara faktor-faktor tersebut.

5. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang ikut mempengaruhi

interaksi sosial dan yang menentukan berhasil tidaknya suatu hubungan

interaksi sosial. Santosa (2004:12) yang menjelaskan factor-faktor yang

mempengaruhi dalam interaksi social adalah sebagai berikut:

1. The nature of the social situation:Situasi sosial itu bagaimanapun memberi

bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut.

2. The norms prevailling in any given social group :Kekuasaan norma-norma

kelompok sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi social

antarindividu.

3. Their own personality trends: Masing-masing individu memiliki tujuan

kepribadian sehingga berpengaruh terhadap tingkah lakunya

4. A person’s transitory tendencies: Setiap individu berinteraksi sesuai

dengan kedudukan dan kondisinya bersifat sementara

5. The process of perceiving and interpreting a situation: Setiap situasi

mengandung arti bagi setiap individu sehingga hal ini mempengaruhi

individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi interaksi sosial

siswa adalah situasi tempat tinggal individu tinggal, norma sosial yang

mengatur dalam kelompok, tujuan masing-masing individu, kedudukan


individu dalam situasi social, serta masalah yang terjadi pada masing-masing

individu.

6. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Di dalam interaksi sosial di samping mempunyai dasar-dasar, interaksi

sosial juga memiliki bentuk-bentuk tertentu. Menurut Soekanto (2006:65)

menyebutkan bentuk-bentuk interaksi sosial adalah kerja sama (cooperation),

persaingan (competition), akomodasi (accommodation), dan juga dapat

berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Bentuk-bentuk interaksi

sosial dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kerja sama, yaitu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok

untuk mencapai tujuan bersama.

2. Persaingan, yaitu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok

sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif,

tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.

3. Konflik, yaitu proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat

tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat

mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang 

pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai

tersebut.

4. Akomodasi, yaitu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi

dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

Akomodasi ini memiliki berbagai bentuk, yaitu : (1) Coercion, merupakan

bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan secara paksaan, terjadi bila

individu yang satu lemah dibandingkan dengan individu yang lain dalam

suatu perselisihan; (2) Compromise, yaitu pengurangan tuntutan dari


pihak-pihak yang terlibat pertentangan agar tercapai suatu penyelesaian;

(3) Arbitration, adalah suatu penyelesaian pertentangan dengan

menghadirkan individu lain yang lebih tinggi kedudukannya untuk

membantu menyelesaikan suatu perselisihan; (4) Meditation, yaitu

penengah yang berfungsi hanya sebagai mediator, tapi tidak berwenang

untuk memberi keputusan penyelesaian; (5) Conciliation, yaitu suatu

usaha mempertumakan pihak yang berselisih agar tercapai persetujuan

bersama. Conciliation sifatnya lebih lunak bila dibandingkan dengan

Coercion; (6) Tolerantion, atau sering pula dinamakan tolerantion –

participation, yaitu suatu bentuk akomodsi tanpa persetujuan formal,

terkadang timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan; (7) Stalemate,

merupakan suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan

karena mempunyai kekuatan seimbang berhenti pada suatu titik tertentu

dalam melakukan pertentangan; dan (8) Adjudication, yaitu penyelesaian

sengketa di pengadilan. Bentuk-bentuk interaksi tersebut akan timbul

tergantung dari stimulus yang diberikan pada seseorang dalam kehidupan

sehari-hari.

7. Hambatan-hambatan dalam Interaksi Sosial

Dalam interaksi terdapat faktor yang membuat proses interaksi menjadi

terhambat. Faktor yang menghambat proses interaksi yaitu sebagai berikut:

a. Perasaan takut untuk berkomunikasi, adanya prasangka terhadap individu

atau kelompok individu tidak jarang menimbulkan rasa takut untuk

berkomunikasi. Padahal komunikasi merupakan salah satu faktor pendorong

terjadinya integritas.
b. Adanya pertentangan pribadi, adanya pertentangan antarindividu akan

mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada pada golongan-golongan

tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham H. Maslow. (2013). Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan Pendekatan

Hierarki Kebutuhan Manusia). PT. PBP, Jakarta

Afandi, R. (2015). Pengembangan media pembelajaran ular tangga untuk meningkatkan

motivasi dan hasil ips di sekolah dasar. Jurnal Inovasi Pembelajaran, 1(1), 77-89.

Aniq, dkk. 2013. Terapan Media Permainan Ular Tangga Pintar Dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar. Jurnal. Semarang: IKIP PGRI SEMARANG

Basrowi. 2015. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia

Briggs.1977 dalam Admin. Pengertian Media Pembelajaran. 2012.

http://belajarpsikologi.com/ (diakses pada Selasa,13 Januari 2015).

Gillin dan Gillin. Cultural Sociology, a Revision of An Introduction to Sociology. New York:

The Macmillan Company, 1954

M. Husna, A. (2009). 100+ Permainan Tradisional Indonesia untuk Kreativitas, Ketangkasan,

dan Keakraban. Yogyakarta: Penerbit Andi.

MZ, Yumarlin. 2013. Pengembangan Permainan Ular Tangga untuk Kuis Mata pelajaran

SAINS Sekolah Dasar. Jurnal Teknik, Vol 3 No 1, 31-32


Nafiah Nurul Ratnaningsih. (2014). Penggunaan Permainan Ular Tangga untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Kelas III A SDN Nogopuro, Sleman. Skripsi

Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Nursalim, Mochamad. (2010). Media bimbingan dan Konseling. Surabaya : Unesa University

Press.

Hannick,Robert dkk.1986. Instructional Media and The New Technologies of Instruction.

New York: Jhon Wiley and Sons dalam Sanjaya,Wina.2012. Media Komunikasi

Pembelajaran. (hal 57). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pawito, dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan Kuliah Fisipol

Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1994.

Rahman Faizal, 2010. Permainan Ular Tangga. Makalah (tidak diterbitkan). Bandung:

Politeknik Bandung

Santoso, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Santoso, S. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial Individu Dan Teori-Teori Psikologi Sosial,

Jakarta: Balai Pustaka, 2010.

Soekanto, Soejono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suharyat, Yayat. 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat dan Perilaku. Jurnal Region. Vol. I

No. 20.

Syahrial. (2016). Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Walgito, B. 2007. Piskologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai