AKUNTANSI KEUANGAN
DAN
STUDI KELAYAKAN
Disusun oleh :
Heri Kuswanto
260112100059
AP Realisasi
No. Uraian +/- %
Rp. % Rp. %
I. PENJUALAN
Langkah-langkah :
Tetapkan visi dan misi apotek.
Buat analisa SWOT.
Analisa potensi pasarnya dan analisa distribusi resep.
Strategi pemasarannya.
Tetapkan struktur karyawannya, antara lain :
APOTEKER
ASISTEN APOTEKER
KARYAWAN UMUM
Analisis finansialnya :
Dana investasi Rp 70,000,000,-
Harga rata-rata tiap R/ Rp 50,000,-
Harga rata-rata OTC Rp 8,000,-
Jumlah resep per hari diasumsikan rata-rata 5 lembar.
Di sekitar apotek jumlah penduduk kira-kira 4,500 jiwa.
Sarana penunjang yang diperlukan apotek kira-kira Rp 20,000,000,-
Modal kerja kira-kira Rp 50,000,000,-
Tetapkan biaya pengelolaan (listrik, air, telepon, pajak penjualan, dan lain-
lain)
Jasa profesi apoteker Rp 1,500,000,- per bulan.
Asisten apoteker Rp 800,000,- per bulan.
Karyawan umum Rp 500,000,- per bulan.
Tugas :
Menetapkan studi kelayakan berdasarkan perhitungan sebagai berikut :
Pay Back Period (PP)
ROI (% untuk 1 tahun) dengan asumsi kredit untuk investasi berkisar antara
28.5% per tahun.
Break Event Point (BEP)
Analisis Finansial Apotek “EMPEEN FARMA” :
a. Dana investasi Rp 70,000,000,- (dari modal milik pribadi)
b. Harga rata-rata tiap R/ Rp 50,000,-
c. Harga rata-rata OTC Rp 8,000,-
d. Jumlah resep per hari diasumsikan rata-rata 5 lembar
e. Di sekitar apotek jumlah penduduk kira-kira 4,500 jiwa
f. Sarana penunjang yang diperlukan apotek kira-kira Rp 20,000,000,-
g. Modal kerja kira-kira Rp 50,000,000,-
h. Biaya pengelolaan (listrik, air, telepon, pajak penjualan, dan lain-lain) Rp
500,000,-/bulan
i. Jasa profesi apoteker Rp 1,500,000,-/bulan
j. Jasa profesi asisten apoteker Rp 800,000,-/bulan
k. Gaji karyawan umum Rp 500,000,-/bulan
Studi Kelayakan Apotek “EMPEEN FARMA” :
I. Visi dan Misi
1. Visi
"Menjadi Apotek modern yang berbasis pelayanan kepada masyarakat, selalu
berusaha memberikan solusi, ramah, namun harganya tetap terjangkau, sehingga
pelayanan yang prima bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa
membedakan status sosial"
2. Misi
Menyediakan obat, alat kesehatan serta perbekalan kefarmasian lainnya
yang bermutu, berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat,
Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat, ramah, informatif
dengan memerapkan konsep Pharmaceutical care secara profesional,
Memupuk rasa kepedulian terhadap konsumen, supllier dan mitra kerja
kami dan senatiasa membangun kemitraan yang saling menguntungkan
bagi siapa saja bekerja sama dengan kami. .
Bekerja berdasarkan keikhlasan hati, selalu berusaha memberikan kinerja
terbaik kami sehingga tercipta ikatan emotional yang kuat dengan
konsumen kami.
3. Motto
........KAMI ADA UNTUK ANDA........
Dimanapun.... Kapanpun.... Kami selalu siap melayani anda........
4. Strategi
Menjamin bahwa seluruh proses terapi obat yang diberikan merupakan
terapi obat yang tepat, efektif, nyaman dan aman bagi pasien,
Mengatasi masalah baru yang timbul dalam terapi obat dan mencegah
timbulnya masalah lain di masa yang akan datang,
Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin
melakukan pegobatan mandiri,
Melakukan efisiensi biaya kesehatan masyarakat,
Memberikan informasi dan konsultasi obat,
Melakukan monitoring obat dan evaluasi penggunaan obat,
Merancang SOP (standart operating procedure) dan standar organisasi
kerja, dan
Memberlakukan sistam reward dan punishment bagi seluruh karyawan.
V.Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran dan pengembangan apotek ada dua macam yaitu intensifikasi
dan ekstensifikasi. Pengembangan apotek intensifikasi meliputi :
1. Pelayanan baik.
2. Ramah, mau bergaul, penuh pengabdian, mampu bekerjasama dengan
pasien.
3. Resep bisa diantar, konsultasi obat, dan cek tekanan darah gratis.
4. Administrasi mudah.
5. Pelayanan cepat.
6. Karyawan.
Untuk mengembangkan sebuah apotek tidak terlepas dari peran karyawan,
maka diperlukan pengelolan SDM dengan baik, karyawan harus dibina
untuk meningkatkan prestasi. Metode reward & punishment bisa memacu
karyawan untuk disiplin dalam bekerja. Agar pelayanan obat di apotek
juga dapat dilaksanakan dengan cepat maka perlu dipertimbangkan jumlah
karyawan yang cukup, tentu saja hal ini juga mempertimbangkan faktor
cost dan benefit.
7. Ketersediaan
Diusahakan semua obat yang dibutuhkan pasien tersedia lengkap sehingga
apotek tidak akan pernah menolak resep dari pasien untuk menghindari
kekecewaan pasien.
8. Fasilitas
Untuk memuaskan hati pelanggan apotek, fasilitas yang tersedia di apotek
sangat menunjang, di antaranya timbangan berat badan, ruang tunggu yang
nyaman (dilengkapi TV).
Pengembangan apotek secara ekstensifikasi meliputi :
1. Diferensiasi produk
Produk obat yang tersedia jangan hanya berasal dari satu pabrik, karena
biasanya resep-resep yang datang berasal dari produk yang berbeda.
2. Konseling digalakkan
Perannya Apoteker disini sangat diperlukan karena merupakan salah satu
kewajiban untuk memberikan informsi yang bukan hanya sekedar
pemberitahuan cara penggunaannya, tetapi perlunya Apoteker
memberitahukan kepada pasien dalam bentuk konseling terutama untuk
obat-obat yang memberikan resiko lebih.
3. Pembukaan cabang
Salah satu cara yang baik untuk pengembangan apotek dengan pembukaan
cabang, apalagi bila apotek tersebut sudah cukup dikenal oleh masyarakat
karena keramahan atau dalam pelayanan ke pasien baik.
4. Kerja sama dengan instansi
Kerja sama ini akan menambah pendapatan apotek, dan memberikan
kepercayaan bahwa Apoteker tersebut baik, maka akan terjadi kerja sama
dengan instansi tersebut.
5. Diferensiasi usaha
Usaha untuk pengembangan apotek yang dikelola bukan hanya apotek
saja, tetapi bisa membuka poliklinik, laboratorium klinik, optic, dan lain-
lain, dimana usaha tersebut dibuka di dekat apotek.
Dalam rangka mengembangkan usaha perapotekan ini diperlukan strategi inovasi
khusus, sehingga nantinya diharapkan mampu mempertahankan eksistensi apotek
EMPEEN Farma dan mampu memajukan apotek dengan membuka cabang-
cabang baru di daerah lain. Adapun strategi yang ditempuh antara lain :
1. Menyediakan jasa konseling secara gratis oleh APA.
2. Menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien. Jika obat yang
dibutuhkan pasien tidak ada maka berusaha mengambil di apotek lain,
diusahakan agar pasien pulang mendapat obat yang diperlukan tanpa
copie resep.
3. Monitoring pasien. Monitoring dilakukan terhadap pasien via telepon,
terutama untuk pasien dengan penyakit kronis. Hal ini dilakukan untuk
mengontrol keadaan pasien dan meningkatkan kepercayaan pasien
terhadap apotek.
4. Fasilitas yang menarik. Ruang tunggu dibuat senyaman mungkin dengan
fasilitas AC, TV, tempat duduk yang nyaman, majalah kesehatan, Koran
dan tabloid serta tempat parkir yang luas.
5. Kerjasama dengan praktek dokter.
6. Menerima pelayanan resep dengan sistem antar jemput.
7. Memberikan bantuan rakyat bagi masyarakat yang kurang mampu dalam
bentuk subsidi obat serta bekerjasama dengan kelurahan setempat.
Apoteker Pengelola
Apotek
Perkiraan Investasi
Perlengkapan:
- Peralatan reseptir
- Perabot apotek
- Peralatan kantor
- Buku-buku wajib/ farmasi : Rp. 5.000.000,-
Modal kerja : Rp. 50.000.000,-
= 1,399
= Rp. 68.517.341,-
= Rp. 18.317.341,-
= Rp. 1.831.734,-
= Rp. 16.485.607,-
= Rp. 75.369.075,-
= Rp. 20.149.075,-
PPh = Rp. 20.149.075 x 10%
= Rp. 2.014.908,-
= Rp. 18.134.167,-
= Rp. 82.905.983,-
= Rp. 22.163.983,-
= Rp. 2.216.398,-
= Rp. 19.947.585,-
= Rp. 91.196.581,-
Keuntungan netto = Keuntungan bruto – Biaya operasional
= Rp. 24.380.381,-
= Rp. 2.438.038,-
= Rp . 21.942.343,-
= Rp. 100.361.239,-
= Rp. 26.818.419
= Rp. 2.681.841,-
= Rp. 24.136.570,-
Tahun I
Biaya tetap = Rp. 50.200.000,-
Jadi untuk mendapat BEP maka apotek harus mendapat resep sebanyak :
Atau untuk mendapat BEP maka apotek harus menjual obat OTC sebanyak :
Payback Period
3 tahun 5 bulan
Return On Investment
KESIMPULAN