Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fahma Halida Ainnasya

NIM : BCA 117 172


M.K. : ANALISA LAPORAN KEUANGAN

TUGAS BAB 8
1. Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan
dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
Formula ROA:

Laba bersih+ Bunga


ROA = Total aset rata−rata

2. Variasi dalam perhitungan ROA adalah dengan memasukkan biaya pendanaan. Biaya-
biaya pendanaan yang dimaksud adalah bunga yang merupakan biaya pendanaan
dengan utang. Analisis difokuskan pada profitabilitas aset, dan dengan demikian tidak
memperhitungkan cara-cara untuk mendanai aset tersebut. Jadi, bunga tidak masuk
dalam analisis ROA.
3. Tidak dimasukkan ke dalam analisis. Laba karena perubahan akuntansi tidak sering
muncul (nonrecurring) dan relatif bukan bagian dari kagiatan bisnis yang normal.
Karena itu, laba yang disebabkan perubahan akuntansi seharusnya tidak
diperhitungkan karena tidak mencerminkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya
dalam menghasilkan laba.
4. ROA bisa dipecahkan lagi ke dalam dua komponen yaitu: profit margin dan
perputaran total aktiva (aset). Pemecahan (disagregasi) ini bisa menghasilkan analisis
yang lebih tajam lagi.
5. Profit margin adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari tingkat
penjualan tertentu.
6. Perputaran total aktiva (aset) mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan
penjualan dari total investasi tertentu. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai
kemampuan perusahaan mengelola aktiva berdasarkan tingkat penjualan tertentu.
Rasio ini mengukur aktivitas penggunaan aktiva (aset) perusahaan.
7. Semakin tinggi operating leverage, semakin tinggi variabilitas ROA.
8. Hubungan antara operating leverage, marjin kontribusi, dan ROA yaitu bisa terlihat
dari persamaan Titik Impas, marjin kontribusi adalah Harga/Unit-Biaya
Vaariabel/Unit. Karena biaya tetap tidak akan berubah dengan kenaikan penjualan,
laba operasioanal akan naik dengan naiknya marjin kontribusi. Kenaikan total laba
operasional adalah marjin kontribusi/unit dikalikan dengan kenaikan penjualan dlam
unit. Marjin kontribusi juga bisa diukur melalui persentase (persentase marjin
kontribusi), yaitu marjin kontribusi dibagi dengan penjualan dikalikan 100%. Untuk
setiap kenaikan penjualan sebesar satu Rupiah (atau satu unit moneter lainnya), marjin
kontribusi kan naik sebesar persentase marjin kontribusi. Marjin kontribusi
merupakan slope dari persamaan Laba Operasional = Kuantitas x Harga/Unit –
B.Vaariabel/Unit) – Biaya Tetap. Semakin besar marjin kontribusi, semakin besar
slope fungsi laba operasioal. Itu berarti laba operasional semakin sensitif terhadap
perubahan penjualan (atau kuantitas) dengan semakin tingginya operating leverage.
Dengan demikian operating leverage akan mempunyai pengaruh terhadap perubahan-
perubahan ROA.
9. Kesulitan terhadap analisis biaya tetap dan biaya variabel yaitu perusahaan-
perusahaan tidak melaporkan biaya tetap dan biaya operasionalnya untuk
menganalisis pengaruh operating leverage dengan demikian seorang analis harus
memperkirakan struktur biaya perusahaan tersebut. Analis bisa menganalisis struktur
biaya tersebut dengan cara mengamati semua komponen biaya yang ada, kemudian
mengidentifikasi komponen-komponen yang kemungkinan mempunyai perilaku
sebagai biaya tetap/biaya variabel.
10. Pengaruh siklus kehidupan produk terhadap ROA, penjualan, investasi, dan laba
bergerak melalui beberapa tahap yaitu pertama tahap perkenalan (Introduction), kedua
tahap pertumbuhan (Growth), ketiga tahap kedewasaan (Maturity), dan terakhir tahap
penurunan (Decline). Pada tahap perkenalan, perusahaan memfokuskan pada
pengembangan produk (melalui riset dan pengembangan), pengembangan pasar
(melalui iklan dan promosi lainnya), pengembangan kapasitas (melalui pengeluaran
investasi pada pengembangan pabrik baru atau perluasan pabrik). Tujuannya adalah
untuk memperkenalkan produk baru dan memperoleh market share. Sebaliknya, pada
tahap kedewasaan, produk relatif sudah mapan dan tidak memerlukan upaya
pengembangan atau penyiapan infrastruktur. Pengeluaran investasi pada tahap ini
relatif tidak signifikan. Kompetisi semakin keras. Pengelolaan biaya (agar diperoleh
biaya yang efisien) menjadi penting pada tahap ini. Pada tahap ini perusahaan bisa
memperoleh laba (ROA) yang cukup tinggi dibandingkan pada tahap-tahap lainnya.
Pada tahap penurunan, perusahaan sudah mulai mengambil ancang-ancang untuk
keluar dari bisnis produk tersebut.
11. Cara meningkatkan ROA apabila ada pembatasan kapasitas dengan menaikkan profit
margin-nya. Dengan demikian meskipun perputaran aktiva perusahaan/industri
tersebut terbatas, perusahaan bisa memperoleh ROA yang tinggi dengan menaikkan
profit margin-nya.
12. Cara meningkatkan ROA apabila ada pembatasan oleh kompetisi, industri atau
perusahaan tersebut harus menaikkan perputaran aktivanya. Cara yang bisa ditempuh
adalah dengan menurunkan biaya investasinya (menurunkan biaya tetap overhead,
sehingga perusahaan bisa lebih fleksibel menghadapi naik turunnya penjualan;
melakukan integrasi verikal atau horisontal untuk memperoleh penghematan biaya)
dan melakukan pengendalian biaya. Dengan melakukan pengendalian biaya
perusahaan bisa menekan biaya produksi dan sekaligus bisa melakukan persaingan
harga.
13. Pengaruh strategi bisnis, diferensiasi, biaya rendah, dan fokus terhadap cara-cara
meningkatkan ROA strategi diferensiasi dilakukan dengan jalan mendiferensiasikan
produk (membedakan produk) relatif terhadap pesaing-pesaing lainnya. Dengan
diferensiasi, persaingan harga bisa dihindari, dan perusahaan bisa mengenakan harga
yang lebih tinggi (premium price) dibanding kalau perusahaan menggunakan strategi
persaingan harga. Diferensiasi bisa dicapai melalui penekanan pada kualitas yang
lebih baik, pelayanan yang lebih baik, atau faktor-faktor lainnya. Strategi biaya
rendah dilakukan dengan jalan menekan biaya-biaya perusahaan agar perusahaan bisa
memperoleh daya saing harga. Pada beberapa industri dengan produk yang
menyerupai komoditi tertentu (seperti baja, minyak tanah), usaha diferensiasi
biasanya sulit dilakukan. Persaingan untuk industri atau perusahaan semacam ini lebih
ditandai dengan persaingan harga. Supaya bisa memperoleh daya saing harga,
perusahaan harus menekan biaya-biaya di perusahaan. Penekanan biaya ini bisa
dilakukan dengan pemanfaatan skala ekonomi, efisiensi produksi, dan pengendalian-
pengendalian biaya lainnya. Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan
bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan
untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam
pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga.
Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan
tertentu yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing. Strategi ini, perusahaan
memusatkan usahanya untuk melayani sebagian kecil segmen pasar dan tidak
melayani pasar secara luas. Usaha ini dilakukan dengan mengenali secara detail pasar
yang dituju dan meerapkan keunggulan biaya menyeluruh atau diferensiasi pada
segmen kecil tersebut.
PROBLEM
1. PT WAHYU MADYO
LAPORAN LABA RUGI
2009
Penjualan 900.000
HPP (470.000)
Laba Kotor 430.000
Biaya Administrasi (150.000)
Pendapatan Operasional 280.000
Pendapatan non-operasional 6.500
Laba sebelum Bunga dan Pajak 286.500
Biaya Bunga (11.000)
Laba sebelum Pajak 275.500
Pajak (100.000)
Laba Bersih 175.500

2010
Penjualan 900.000
HPP (500.000)
Laba Kotor 400.000
Biaya Administrasi (160.000)
Pendapatan Operasional 240.000
Pendapatan non-operasional 8.000
Laba sebelum Bunga dan Pajak 248.000
Biaya Bunga (12.000)
Laba Sebelum Pajak 236.000
Pajak (110.000)
Laba Bersih 126.000

2011
Penjualan 1.000.000
HPP (500.000)
Laba Kotor 500.000
Biaya Administrasi (170.000)
Pendapatan Operasional 330.000
Pendapatan non-operasional 9.000
Laba sebelum Bunga dan Pajak 339.000
Biaya Bunga (14.000)
Laba Sebelum Pajak 325.000
Pajak (115.000)
Laba Bersih 210.000
Tax
Tahun - Tingkat Pajak = x 100 %
EBT

100.000
2009 - Tingkat Pajak = 275.500 x 100 %=0,36/36 %
110.000
2010 - Tingkat Pajak = 236.000 x 100 %=0,46/46 %
115.000
2011 - Tingkat Pajak = 325.000 x 100 %=0,35/35 %

 NET PROFIT MARGIN / NPM


Laba sebelum Pajak dan Bunga
Tahun - NPM= x 100 %
Penjualan

339.000
2011 - NPM= 1.000 .000 x 100 %=0,339/33 %
248.000
2010 - NPM= 900.000 x 100 %=0,275/27 %
286.500
2009 – NPM= 900.000 x 100 %=0,318/31 %

 RETURN ON ASSET / ROA

Laba Bersih
Tahun - ROA= x 100 %
Total Aset

210.000
2011 - ROA= 800.000 x 100 %=O , 262/26 %
126.000
2010 – ROA= 770.000 x 100 %=0,163 /16 %
175.500
2009 – ROA= 700.000 x 100 %=0,250 /25 %
Setelah penyesuaian pajak, maka rumus dan perhitungan ROA sebagai berikut:

Tahun -
Laba Bersih+Bunga(1−Tingkat Pajak )
ROA= x 100 %
Total Aset Rata−rata

210.000+14.000 ( 1−0,35 )
2011 – ROA= x 100 %=0,273/ 27 %
800.000
126.000+12.000(1−0,46)
2010 – ROA= x 100 %=¿0,172/17%
770.000
175.500+11.000(1−0,36)
2009 – ROA= x 100 %=¿ 0,260/26%
700.000

 PERPUTARAN TOTAL ASET / ASSET TURNOVER RATIO (ATO)

Penjualan
Tahun - ATO= x 100 %
Total Aset

1.000 .00
2011 – ATO= 800.000 x 100 %=1,25/125 %
900.000
2010 – ATO= 770.000 x 100 %=1,17 /117 %
900.000
2009 – ATO= 700.000 x 100 %=1,28/ 128 %

 ANALISIS DU PONT (ROI)

Tahun – ROI=Net Profit Margin x Perputaran Aktiva

2011 - Du Pont ROI = 0,339 x 1,28 = 0,433


2010 - Du Pont ROI = 0,275 x 1,17 = 0,321
2009 - Du Pont ROI = 0,318 x 1,28 = 0,407
 PERPUTARAN AKTIVA TETAP

Penjualan
Tahun – Perputaran AktivaTetap= x 100 %
Aktiva Tetap

1.000.000
2011 - Perputaran AktivaTetap= 300.000 x 100 %=3,33/333%
900.000
2010 - Perputaran AktivaTetap= 280.000 x 100 %=¿3,21/321%
900.000
2009 - Perputaran AktivaTetap= 170.000 x 100 %=¿5,29/529%

Anda mungkin juga menyukai