Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

RATIO AKTIVITAS DAN RATIO PROFITABILITAS

Disusun Oleh :

NAMA : Artika Sri Ramadani


NIM : 2024065

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya,penulis dapat menyelesaikan makalah materi mata kuliah Pengantar Bisnis yang
berjudul “Ratio Aktivitas Dan Ratio Profitabilitas ” tepat pada waktunya.

Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif guna kesempurnaan
tugas makalah ini. Demikian makalah ini kami susun,apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga bermanfaat. Terimakasih.
Rasio Profitabilitas
Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen
suatu perusahaan.

Manfaat Rasio Profitabilitas


- Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
- Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
- Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
- Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
- Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas


Adapun jenis rasio aktivits yang sering digunkan perusahaan :
1. profit margin (profit margin on sales)
2. return on investment (ROI)
3. return on equity (ROE)
4. laba per lembar saham

Contoh :

Neraca PT. Yumiko Maharani, Tbk


Per 31 Desember 2005 dan 2006 (dalam jutaan)
.
Pos-Pos Neraca 2005 2006
Aktiva Lamcar
Kas 250 260
Giro 350 300
Surat-surat berharga 140 160
Piutang 550 360
Persediaan 250 310
Aktiva lancar lainnya 100 150
Total Aktiva Lancar (Current 1.640 1.340
Assets)
Aktiva Tetap 900 1.000
Tanah 1.050 1.050
Mesin 650 750
Kendaraan (200) (250)
Akumulasi Penyusutan 2.400 2.550
Total Aktiva Tetap
Aktiva Lainnya 160 110
Total Aktiva Lainnya 4.200 4.000
Total Aktiva
Utang Lancar 500 550
Utang Bank (10 %) 200 200
Utang dagang 50 0
Utang lainnya 750 750
Total Utang Lancar
Utang Jangka Panjang 900 750
Utang Bank (10 %) 400 400
Utang Obligasi (8 %) 1.300 1.150
Total Utang Jangka Panjang
Ekuitas 1.600 1.600
Modal Setor 650 500
Cadangan Laba 2.250 2.100
Total Ekuitas 4.200 4.000
Total Pasiva

Neraca PT. Yumiko Maharani, Tbk


Laporan Laba Rugi
Per 31 Desember 2005 dan 2006 (dalam jutaan)
.
Komponen R/L 2005 2006

Total Penjualan 5.950 5.550


Harga Pokok Penjualan 4.050 3.850
Laba Kotor 1.900 1.700
Biaya Operasi
Biaya umum dan administrasi 185 200
Biaya penjualan 145 180
Biaya lainnya 40 30
Total Biaya Operasi 370 410
Laba Kotor Operasi 1.530 1.290
Penyusutan 200 250
Pendapatan Bersih Operasi 1.330 1.040
Pendapatan lainnya 470 260
EBIT 1.800 1.300
Biaya Bunga
Bunga bank 140 130
Bunga Obligasi 40 40
Total Biaya Bunga 180 170
EBT 1.620 1.130
Pajak 20 % 324 226
EAIT 1.296 904
Earning per Share
Menghitung rasio profitabilitas dengan ;

1. Profit Margin on Sales


Rasio profit margin atas penjualan merupakan salah satu rasio yang
digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan.

Rumus :

a. untuk margin laba kotor, dapat digunakan untuk menentukan harga


pokok penjualan.

Penjualan Bersih - Harga Pokok Penjualan


Profit Margin on Sales 
Sales

Untuk mencari Profit margin on Sales tahun 2005 dan 2006 maka :

dik :
Penjualan = Sales
Harga Pokok Penjualan = HPP

- untuk tahun 2005

5950 - 4050
Profit Margin on Sales   0.319  32 %
5950

- untuk tahun 2006

5550 - 3850
Profit Margin on Sales   0.306  31 %
5550

Jika rata- rata industri untuk profit margin adalah 30 % margin laba
perusahaan tahun 2005 dan tahun 2006 baik karena berada di atas rata-
rata industri.

b. untuk margin laba bersih, menunjukkan pendapatan bersih perusahaan


atas penjualan.

Earning After Interest and Tax (EAIT)


Net Profit Margin on Sales 
Sales

Untuk mencari Net Profit margin on Sales tahun 2005 dan 2006 maka :

dik :
Penjualan = Sales
Earning After and Tax = EAIT
- untuk tahun 2005

1296
Net Profit Margin on Sales   0.2178  21.8 %
5950

- untuk tahun 2006

904
Net Profit Margin on Sales   0.1628  16.3 %
5550

Jika rata- rata industri untuk profit margin adalah 20 % margin laba
perusahaan tahun 2005 sebesar 21.8 % baik karena berada di atas rata-
rata industri. Namun, untuk tahun 2006 dengan margin laba yang hanya
sebesar 16.3 % dapat dikatakan kurang baik karena masih di bawah rata-
rata industri.
Hal ini menunjukkan bahwa harga barang – barang perusahaan ini relatif
rendah atau biaya-biayanya relatif tinggi atau keduanya.
Hasil dari kedua tahun ini juga menunjukkan adanaya penurunan rasio yang
cukup besar dari tahun 2005 ke tahun 2006, yaitu 5.5 % dan hal ini perlu
dicari tahu penyebabnya karena sangat membahayakan perusahaan.

Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa margin laba kotor tidak
mengalami perubahan berarti, sedangkan marginlaba bersih justru turun
sangat drastis. Hal ini berarti kemungkinan meningkatnya biaya tidak
langsung yang relatif tingi terhadap penjualan, atau mungkin juga karena
beban pajak yang juga tinggi untuk periode tersebut.

2. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment / ROI)


ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. Juga merupakan suatu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Rumus :

Earning After Interest adn Tax


ROI 
total assets
dik : laba sesudah bunga dan pajak = EAIT
total aktiva = total assets

- untuk tahun 2005


1296
ROI   0.308  31 %
4200

- untuk tahun 2006


904
ROI   0.226  23 %
4000
Perhitungan ROI tahun 2005 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian
investasi yang diperolehnya sebesar 31 %. Kemudian, pada tahun 2006
turun menjadi hanya sebesar 31 %. Kemudian, pada tahun 2006 turun
menjadi hanya sebesar 23 %. Artinya hasil pengembalian investasi
berkurng sebesar 8 % dan ini menunjukkan ketidakmampuan manajemen
untuk memperoleh ROI.

Jika rata-rata industri untuk ROI adalah 30 %, berarti margin laba


perusahaan untuk tahun 2005 cukup baik, kecuali untuk tahun 2006
sebesar 23 %, masih di bawah rata-rata industri. Rendahnya rasio ini
disebabkan rendahnya margin laba karena rendahnya perputaran aktiva.

3. Hasil Pengembalian Investasi (ROI) dengan pendekatan Du Pont


Hasil pengembalian investasi seperti rumus di atas dapat juga dicari dengan
menggunakan pendekatan Du Pont dengan rumus seperti berikut di bawah
ini.

Rumus :

ROI  Margin laba bersih X perputaran total aktiva

Berikut ini adalah contoh data pengukuran yang digunakan diambil dari
perhitungan rasio sebelumnya unutk tahun 2005 dan tahun 2006.

dik :

Komponen hasil perhitungan rasio 2005 2006


Hasil pengenmabilan investasi / 30.8 % 22.6 %
ROI 21.78 % 16.28 %
margin laba bersih 1.416 kali 1.387 kali
perputaran total aktiva

Dengan demikian hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :


1. untuk tahun 2005 :
ROI = margin laba bersih x perputaran total aktiva
= 21.78 % x 1.416
= 0.308
= 30. 8 %
2. untuk tahun 2006 :
ROI = margin laba bersih x perputaran total aktiva
= 16.28 % x 1.387
= 0.2258
= 22.6 %
4. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ ROE)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan efisiensi
penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. artinya
posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.

Rumus :

Earning After Interest and Tax


ROE 
equity

dik : EAIT
total Equity

- untuk tahun 2005

1296
ROE   57.6  58 %
2250

- untuk tahun 2006

904
ROE   43 %
2100

perhitungan ROE tahun 2005, menunjukkan bahwa tingkat pengembalian


investasi yang diperolehnya sebesar 58 %. Kemudian, tahun 2006 turun
menjadi hanya sebesar 43 %. Artinya hasil pengembalian investasi
berkurang sebesar 15 % dan ini menunjukkan ketidakmampuan
manajemen untuk memperoleh ROE seiring dengan menurunya ROI

namun jika rata-rata industri untuk ROE adalah 40 % berarti kondisi


perusahaan cukup baik karena keduanya masih di atas rata-rata industri

5. Hasil Pengembalian Ekuitas / ROE dengan pendekatan Du Pont


Sama dengan ROI untuk mencari hasil penembalian ekuitas, selain dengan
cara yang sudah dikemukakan di atas, juga dapat pula digunakan
pendekatan Du Pont.

Rumus :

ROE = margin laba bersih x perputaran total aktiva x pengganda ekuitas


Berikut ini adalah contoh data pengukuran yang digunakan diambil dari
perhitungan rasio sebelumnya unutk tahun 2005 dan tahun 2006.

dik :

Komponen hasil perhitungan 2005 2006


rasio
ROE 57.6 % 43 %
Margin laba bersih 21.78 % 16.28 %
Perputaran laba bersih 1.416 kali 1.387 kali
Total aktiva / ekuitas 4200/2250 = 1.866 4200/2250 = 1.866
kali kali

Dengan demikian hasil yang diperoleh :


1. untuk tahun 2005
ROE = margin laba bersih x perputaran total aktiva x pengganda ekuitas
= 21.78 % x 1.416 x 1.866
= 57.6 %
2. untuk tahun 2006
ROE = margin laba bersih x perputaran total aktiva x pengganda ekuitas
= 16.28 % x 1.387 x 1.904
= 43 %

6. Laba per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock)
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan
rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
keuantungan bagi pemegang saham.
Rasio yang rendah berarti menejemen belum berhasil untuk memuaskan
pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan
pemegang saham meningkat.

Rumus :
Mencari laba perlembar saham biasa

laba saham biasa


Laba per Lembar Saham 
saham biasa yang beredar

dik :
Komponen hasil perhitungan 2005 2006
rasio
Keuntungan 1.296.000 904.000
Jumlah saham biasa yang 1.600 1.600
beredar

Untuk tahun 2005 :


1296000
Laba per Lembar Saham   Rp.810,-
1600

Untuk tahun 2005 :

904000
Laba per Lembar Saham   Rp.565,-
1600

dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa kesejahteraan pemegang


saham menurun, sehubungan dengan menurunnya laba per lembar saham
yang dihasilkan perusahaan. Penurunan ini cukup lumayan besar, yaitu Rp.
255,- per lembar saham.

Apabila di dalam perusahaan tersebut, di samping saham biasa, juga


terdapat saham prioritas, kita dapat menentukan mana yang menjadi hak
pemegang saham prioritas estela dikurangkan dari laba yang diperoleh.
Baru kemudian menghitung laba perlembar masing-masing saham.

8. Hasil Pengukuran
Dari pengukuran rasio di atas dapat kita lihat kondisi dan posisi perusahaan
seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini.

No Jenis Ratio 2005 2006 Standar Industri


1 Net Profit Margin 21.78 % 16.28 % 20 %
2 ROI 31 % 23 % 30 %
3 ROE 57.60 % 43 % 40 %
4 Eearning per Sahare of Common Rp. Rp. 565,- -
Stock 810,-

Kondisi NPM perusahaan cukup memprihatinkan karena turun cukup drastis di


tahun 2006, yaitu dari 21.78 % turun menjadi 16.28 % atau sebesar 5.5 %. Jika
rata-rata industri untuk NPM adalah 20 %, berarti margin laba perusahaan
tahun 2005 sebesar 21.78 % baik karena berada di atas rata-rata industri.
Namun untuk tahun 2006 dengan margin laba hanya sebesar 16.28 % dapat
dikatakan kurang baik. Ini juga berarti bahwa harga barang –barang
perusahaan ini relatif rendah atau biaya-biayanya relatif tinggi atau keduanya.

Kondisi ROI juga menurun yaitu sebesar 8 %, di mana tahun 2005 ROI yang
diperoleh 31 %, namun pada tahun 2006 turun menjadi 23 %.
Jika rata-rata industri adalah 30 % berarti margin laba perusahaan tahun 2005
sebesar 30.8 % baik. Untuk tahun 2006 23 % kurang baik karena masih berada
di bawah rata-rata.
Tidak jauh berebeda dengan ROI, kondisi ROE juga mengalami penurunan
yang cukup tajam, yaitu sebesar 14.6 % dari semula tahun 2005 sebesar 57.6
% menjadi hanya 43 % tahun 2006. jika rata-rata industri 40 % berarti
kondisi perusahaan baik untuk tahun 2005 dan 2006.

Kodisi laba per lembar saham juga menurun dari tahun ke tahun, dari hasil
perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa kesejahteraan pemegang saham
menurun, penurunan ini cukup lumayan besar, yaitu Rp. 255, per lembar
saham.
Artinya kemampuan perusahaan untuk mencari keuntungan dapat dikatakan
gagal. Kedepan manajemen perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh
menagapa semua rasio profitabilitas perusahaan menurun.
I. PENGERTIAN RASIO AKTIVITAS (Activity Ratio)
Menurut Kasmir “Analisis Laporan Keuangan” Rasio aktivitas
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya dapat
dikatakan pula rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
(efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Menurut Irham Fahmi “Analisis Kinerja Keuangan” Rasio
aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna
menunjang aktivitas perusahaan.
Menurut Dermawan Syahrial dan Djahotman Purba “Analisa
Laporan Keuangan” Rasio aktivitas menggambarkan kemampuan
perusahaan memanfaatkan aktiva yang dimiliki dalam memperoleh
penghasilan melalui penjualan dan rasio aktivitas tidak semata-
mata mengukur tinggi rendahnya rasio yang dihitung untuk
mengetahui baik atau tidaknya keuangan perusahaan, hal ini
dikarenakan rasio aktivitas untuk mengukur kinerja manajemen
dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai target atau
sasaran yang telah ditentukan dan hasil perhitungan rasio aktivitas
bukan dalam persentase melainkan berapa kali atau beberapa hari.
Dengan ini saya simpulkan bahwa Rasio aktivitas itu suatu
cara untuk mengetahui bagaimana perusahaan me-manage
sumber daya yang dimiliki untuk kefektifan perusahaan yang
tengah berjalan tiap harinya.
II. TUJUAN RASIO AKTIVITAS (Activity Ratio)
Beberapa tujuan yang hendak dicapai perusahaan dari
penggunaan rasio aktivitas antara lain:
 Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama
satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam
piutang ini berputar dalam satu periode.
 Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of
receivable), dimana hasil perhitungan ini menunjukkan
jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak
dapat ditagih.
 Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan
dalam gudang.
 Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam
modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa
penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang
digunakan (working capital turn over).
 Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap berputar dalam satu periode.
 Untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan
dibandingkan dengan penjualan.
III. MANFAAT RASIO AKTIVITAS (Activity Ratio)
Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas, yakni
sebagai berikut:
1. Dalam bidang piutang.
a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui
berapa lama piutang mampu ditagih selama satu
periode. Kemudian, manajemen juga dapat
mengetahui berapa kali dana yang ditanam dalam
piutang ini berputar dalam satu periode. Dengan
demikian, dapat diketahui efektif atau tidaknya
kegiatan perusahaan dalam bidang penagihan.
b. Manajemen dapat mengetahui jumlah hari dalam rata-
rata penagihan piutang (days of receivable) sehingga
manajemen dapat pula mengetahui jumlah hari
(berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat
ditagih.
2. Dalam bidang sediaan
Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan
tersimpan dalam gudang. Hasil ini dibandingkan dengan
target yang telah ditentukan atau rata-rata industri.
Kemudian perusahaan dapat pula membandingkan hasil ini
dengan pengukuran rasio beberapa periode yang lalu.
3. Dalam bidang modal kerja dan penjualan
Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang
ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode
atau dengan kata lain, berapa penjualan yang dapat dicapai
oleh setiap modal kerja yang digunakan.
4. Dalam bidang aktiva dan penjualan
a. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu
periode.
b. Manajemen dapat mengetahui penggunaan semua
aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan
dalam suatu periode tertentu.
IV. JENIS – JENIS RASIO AKTIVITAS (Activity Ratio)
Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil
keputusan terdiri dari beberapa jenis. Penggunaan rasio yang
diinginkan sangat tergantung dari keinginan manajemen
perusahaan, artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas yang akan
digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai
pihak manajemen perusahaan tersebut. Berikut ini ada beberapa
jenis-jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari beberapa ahli
keuangan yaitu:
ö Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa
kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam
satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa
modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah
(dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan
tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik.
Sebaliknya jika rasio semakin rendah adaover investment
dalam piutang. Hal yanng jelas adalah rasio perputaran
piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang
dan kesuksessan penagihan piutang dengan rumus sebagai
berikut:
( )
Perputaran piutang=
Turunan dari perputaran piutang adalah hari rata-rata
pengumpulan piutang untuk mengetahui efektifnya
penagihan piutang sebagai berikut:
Hari rata-rata penagihan piutang ( )
=
(debt of receivable collection)
Atau
Hari rata-rata penagihan piutang ×
=
(debt of receivable collection) ( )

ö Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
kali dana yang ditanam dalam sediaan ini berputar dalam 1
periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran
sediaan. Dapat pula diartikan bahwa perputaran sediaan
merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah
barang sediaan diganti dalam 1 tahun. Semakin kecil rasio
ini semakin jelek,demikian pula sebaliknya. Rumusannya
untuk mencari inventory turn over dapat digunakan dengan 2
cara sebagai berikut:
1. Menurut James C Van Horne

Inventory turn over =


2. Menurut J Fred Weston

Inventory turn over =


Turunan dari perputaran sediaan adalah jumlah hari untuk
menjual sediaan (days to sell inventory) dengan rumus
sebagai berikut:
( )
Perputaran menjual sediaan= ⁄
(days to sell inventory)
ö Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai
keefektifan modal kerja perusahaan selama satu periode
tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar
selama satu periode atau dalam satu periode. Untuk
mengukur rasio ini, kita membandingkan antara penjualan
dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Dari
hasil penilaian, apabila perputaran modal kerja yanng
rendah dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal
kerja. Hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya
perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang
terlalu besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran
modal kerja tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran
persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang
terlalu kecil. Rumus yang digunakan untuk mencari
perputaran modal kerja sebagai berikut:

Perputaran modal kerja = ( )


Yang dimaksud dengan modal kerja bersih (net working
capital) adalah total aktiva lancar dikurangi total kewajiban
lancar. Modal kerja bersih rata-rata adalah modal kerja
bersih awal ditambah modal kerja bersih akhir dibagi dua.
ö Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dai tiap
rupiah aktiva. Rumus untuk mencari total asset turn over
sebagai berikut:

Total asset turn over =


Atau perputaran aktiva tetap saja yang dihitung maka
rumusnya:

Perputaran aktiva tetap =


Fixed assets turn over
Yang dimaksud penjualan bersih dalam menghitung rasio
adalah penjualan kotor dikurangi retur penjualan dan
potongan penjualan.
V. CONTOH SOAL
Dari kedua laporan keuangan tersebut anda diminta untuk mencari
rasio-rasio berikut antara lain :
ტ Perputaran piutang
ტ Hari rata-rata penagihan piutang
ტ Perputaran sediaan
ტ Perputaran menjual sediaan
ტ Perputaran modal kerja
ტ Perputaran aktiva tetap
ტ Perputaran total aktiva

Kemudian, tentukan kondisi dan posisi perusahaan jika anda


sendiri yang menentukan standar industrinya!
Campbell Soup Company
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun ke 6 sampai Tahun 11
(dalam jutaan, kecuali data per lembar saham) Tahun 11 Tahun 10 Tahun 9 Tahun 8 Tahun 7 Tahun 6
Penjualan bersih $ 6.204,1 $ 6.205,8 $ 5.672,1 $ 4.868,9 $ 4.490,4 $ 4.286,8
Biaya dan beban:
Harga pokok penjualan 4.095,5 4.258,2 4.001,6 3.392,8 3.180,5 3.082,7
Beban pemasaran dan penjualan 956,2 980,5 818,8 733,3 626,2 544,4
Beban administrasi 306,7 290,7 252,1 232,6 213,6 195,9
Beban penelitian dan pengembangan 56,3 53,7 47,7 46,9 44,8 42,2
Beban bunga 116,2 111,6 94,1 53,9 51,7 56,0
Penghasilan bunga (26,0) (17,6) (38,3) (33,2) (29,5) (27,4)
Kerugian kurs mata uang asing bersih 0,8 3,3 19,3 16,6 4,8 0,7
Beban (penghasilan) lain 26,2 14,7 32,4 (3,2) (9,5) 5,5
Divestasi, restrukturisasi, dan biaya luar biasa 0 339,1 343,0 40,6 0,0 0,0
Total biaya dan beban 5.531,9 6.034,2 5.570,7 4.480,3 4.082,9 3.900,0
Laba sebelum ekuitas dalam laba perusahaan afiliasi
672,2 171,6 101,4 388,6 407,5 386,8
dan hak minoritas
Ekuitas dalam laba perusahaan afiliasi 2,4 13,5 10,4 6,3 15,1 4,3
Hak minoritas (7,2) (5,7) (5,3) (6,3) (4,7) (3,9)
Laba sebelum pajak 667,4 179,4 106,5 388,6 417,9 387,2
Pajak laba 265,9 175,0 93,4 147,0 170,6 164,0
Laba sebelum efek kumulatif perubahan akuntansi 401,5 4,4 13,1 241,6 247,3 223,2
Efek kumulatif perubahan akuntansi pajak penghasilan 0 0 0 0 0 0
Laba bersih $ 401,5 $ 4,4 $ 13,1 $ 274,1 $ 247,3 $ 223,2

Laba per lembar saham 3,16 0,03 $ 0,10 $2,12* $ 1,90 $ 1,72
Rata-rata tertimbang saham beredar 127,00 126,60 129,30 129,30 129,90 129,50
Campbell Soup Company
Neraca
Pada Akhir Tahun 6 sampai Tahun 11

(dalam jutaan dollar) Tahun 11 Tahun 10 Tahun 9 Tahun 8 Tahun 7 Tahun 6


Aset:
Aset lancar:
Kas dan setara kas $ 178,90 $ 80,70 $ 120,90 $ 85,80 $ 145,00 $ 155,10
Investasi jangka pendek lainnya 12,80 22,50 26,20 35,00 280,30 238,70
Piutang dagang 527,40 624,50 538,00 486,90 338,90 299,00
Persediaan 706,70 819,80 816,00 664,70 623,60 610,50
Biaya dibayar dimuka 92,70 118,00 100,40 90,50 50,10 31,50
Total aset lancar 1.518,50 1.665,50 1.601,50 1.362,90 1.437,90 1.334,80
Aset tetap, setelah penyusutan 1.790,40 1.717,70 1.540,60 1.508,90 1.349,00 1.168,10
Aset tak berwujud, setelah amortisasi 435,50 383,40 466,90 496,90 - -
Aset lainnya 404,60 349,00 323,10 241,20 310,50 259,90
Total aset $ 4.149,00 $ 4.115,60 $ 3.932,10 $ 3.609,60 $ 3.097,40 $ 2.762,80
Kewajiban dan ekuitas pemilik saham:
Kewajiban lancar:
Wesel bayar $ 282,20 $ 202,30 $ 271,50 $ 138,00 $ 93,50 $ 88,90
Utang pada pemasok dan pihak lain 482,40 525,20 508,20 446,70 374,80 321,70
Kewajiban akrual 408,70 491,90 392,60 236,90 182,10 165,90
Utang dividen 37,00 32,30 29,70 - - -
Pajak akrual 67,70 46,40 30,10 41,70 43,40 49,60
Total kewajiban lancar 1.278,00 1.298,10 1.232,10 863,30 693,80 626,10
Utang jangka panjang 772,60 805,80 292,50 325,50 287,30 235,50
Kewajiban lain-lain, terutama pajak tangguhan 305,00 319,90 292,50 325,50 287,30 235,50
Ekuitas pemilik saham:
Saham preferen; modal dasar 40.000.000 lembar - - - - - -
saham, tidak aa yang diterbitkan
Saham biasa, nilai nominal $0,15 per lembar; modal 20,30 20,30 20,30 20,30 20,30 20,30
dasar 140.000.000 lembar saham; diterbitkan
135.662.676 lembar
Surplus modal 107,30 61,90 50,80 42,30 41,10 38,10
Laba ditahan 1.912,60 1.653,33 1.775,80 1.879,10 1.709,60 1.554,00
Treasury stock, pada harga perolehan (270,40) (107,20) (70,70) (75,20) (46,80) (48,40)
Penyesuaian translasi kumulatif 23,60 63,50 2,10 28,50 11,90 (25,10)
Total ekuitas pemilik saham 1.793,40 1.691,80 1.778,30 1.895,00 1.736,10 1.538,90
Total kewajiban dan ekuitas pemilik saham $ 4.149,00 $ 4.115,60 $ 3.932,10 $ 3.609,60 $ 3.097,40 $ 2.762,80
Penyelesaian:

ტ Perputaran Piutang =

Tahun Perhitungan

6
4.286,8
= 14,33 ≈ 14
299,00
7
4.490,4
= 13,24 ≈ 13
338,90
8
4.868,9
= 9,99 ≈ 10
486,90
9
5.672,1
= 10,54 ≈ 11
538,00
10
6.205,8
= 9,93 ≈ 10
624,50
11
6.204,1
≈ 11,76 ≈ 12
527,40
 Kesimpulannya bahwa dari perhitungan tersebut terlihat
jelas untuk tiap tahunnya terdapat perbedaan yang tipis dari
tahun 2006 dan 2007 sedangkan pada 2008 terdapat
penurunan derastis sebesar 3 kali dan pada tahun 2009
mengalami peningkatan 1 kali dari tahun sebelumnya namun
tahun 2010 terjadi penurunan lagi 1 kali dan pada tahun
2011 terdapat perbaikan untuk menutupi kekurangan pada
tahun sebelumnya dengan jumlah peningkatan 2 kali bila
terdapat grafik akan terlihat naik turun dari perputaran
piutang ini.
ტ Hari Rata-rata Penagihan Piutang =

Tahun Perhitungan
360
6 = 25,7 ≈ 26 ℎ
14
360
7 = 27,6 ≈ 27 ℎ
13
360
8 = 36 ℎ
10
360
9 = 32,7 ≈ 33 ℎ
11
360
10 = 36 ℎ
10
360
11 = 30 ℎ
12
 Kesimpulan dari perhutingan diatas dari perputaran piutang
sebelumnya kita dapat mengetahui bagaimana rata-rata
penagihan piutangnya sebab pada awal piutang ditahun
2006 penagihannya termasuk lancar namun pada tahun-
tahun berikutnya mulai terdapat kesenjangan dalam
penagihannya bahkan melebihi 30 hari batas penagihannya
yaitu pada tahun 2008-2010 sedangkan pada tahun 2011
mulai terlihat penormalan dalam penagihannya sebab tepat
30 hari untuk penagihannya. Dari situ dapat diketahui
kemungkinan kesenjangan tersebut dikarenakan kelebihan
jatuh tempo bagi konsumen membayar tagihan tidak tepat
waktu.
ტ Perputaran Sediaan =

Tahun Perhitungan

6
3.082,7
= 5,04 ≈ 5
610,50
7
3.180,5
= 5,10 ≈ 5
623,60
8
3.392,8
= 5,10 ≈ 5
664,70
9
4.001,6
= 4,90 ≈ 5
816,00
10
4.258,2
= 5,19 ≈ 5
819,80
11
4.095,5
= 5,79 ≈ 6
706,70
Kesimpulan dari perhitungan diatas diketahui berapa kali
sediaan itu diganti dalam satu tahun nampak cukup baik jika
dilihat terdapat kesetabilan dalam pergantiannya dari tahun
2006-2010 atau tidak terdapat peningkatan dan pergantiannya
konstan dimana tidak turun atau tidak menambah, sedangkan
pada tahun 2011 terdapat peningkatan walaupun hanya 1 kali
yang artinya perusahaan menahan sediaan dalam jumlah yang
berlebihan.

ტ Perputaran Menjual Sediaan =


÷

Tahun Perhitungan

6
610,50 610,50
= = 71,3 ≈ 71
3.082,7 ÷ 360 8,56
7
623,60 623,60
= = 70,6 ≈ 71
3.180,5 ÷ 360 8,83
8
664,70 664,70
= = 70,5 ≈ 71
3.392,8 ÷ 360 9,42
9
816,00 816,00
= = 73,4 ≈ 73
4.001,6 ÷ 360 11,11
10
819,80 819,80
= = 69,3 ≈ 69
4.258,2 ÷ 360 11,82
11
706,70 706,70
= = 62,1 ≈ 62
4.095,5 ÷ 360 11,37
 kesimpulan dari data perhitungan diatas di ketahui bahwa
semakin besar maka pengurangan sediaan pada penjualan
baik sebab dari situ dapat diketahui bahwa perusahaan itu
cukup produktif dalam penjualan barang dagangannya pada
konsumen.dari data tersebut terdapat pengurangan yang
saa dari tahun 2006-2008 sebesar 71 kali lalu pada tahun
2009 terdapat peningkatan tajam sebesar 73 kali
pengurangan sediaan namun pada tahun 2010 penurunan
drastis terjadi sebanyak 4 kali.

ტ Perputaran Modal Kerja =

Tahun Perhitungan

6
4.286,8
= 2,78 ≈ 3
1.538,90
7
4.490,4
= 2,58 ≈ 3
1.736,10
8
4.868,9
= 2,56 ≈ 3
1.895,00
9
5.672,1
= 3,18 ≈ 3
1.778,30
10
6.205,8
= 3,66 ≈ 4
1.691,80
11
6.204,1
= 3,45 ≈ 3
1.793,40
 Kesimpulan dari perhitungan tersebut dari tahun 2006-2009
dan 2011 yang rendah dapat diartikan perusahaan sedang
kelebihan modal kerja hal tersebut disebabkan karena
rendahnya perputaran sediaan atau piutang atau saldo kas
yang terlalu besar, jika dibandingkan dengan tahun 2010
perputaran modal tinggi merupaka kebalikannya.

ტ Perputaran Aktiva Tetap =

Tahun Perhitungan

6
4.286,8
= 3,66 ≈ 4
1.168,10
7
4.490,4
= 3,32 ≈ 3
1.349,00
8
4.868,9
= 3,22 ≈ 3
1.508,90
9
5.672,1
= 3,68 ≈ 4
1.540,60
10
6.205,8
= 3,61 ≈ 4
1.717,70
11
6.204,1
= 3,46 ≈ 3
1.790,40
 Kesimpulan dari perhitungan tersebut terlihat pada tahun
2006 perputarannya 4 kali dan 2 tahun berikutnya terjadi
penurunan 1 kali setelah itu 2 tahun berikutnya pula ada
kenaikan 1 kali namun di akhir tahun 2011 terjadi penurunan
lagi 1 kali dengan itu jika dalam grafik akan terlihat naik pada
awal lalu turun datar 2 kali lalu naik 2 kali dan akhirnya
kembali turun yang berarti kapasitas aktiva tetap yang
dimiliki jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis.
ტ Perputaran Total Aktiva =

Tahun Perhitungan

6
4.286,8
= 1,55 ≈ 2
2.762,80
7
4.490,4
= 1,44 ≈ 1
3.097,40
8
4.868,9
= 1,34 ≈ 1
3.609,60
9
5.672,1
= 1,44 ≈ 1
3.932,10
10
6.205,8
= 1,50 ≈ 2
4.115,60
11
6.204,1
= 1,49 ≈ 1
4.149,00
 Kesimpulan dari perhitungan tersebut kondisi perusahaan
tidak baik karena terjadi penurunan rasio dari tahun 2007-
2009 dan 2011 yang berarti perusahaan belum dapat
memaksimalkan aktiva yanng dimilikinya.
Daftar Pustaka

Fahmi, Irham.2010.Kinerja Laporan Keuangan. Alfabeta: Bandung.


.2011. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta: Bandung.
Kasmir.2012.Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Syahrial, Dermawan-Djahotman Purba.2011. Analisa Laporan Keuangan.
Mitra Wacana Media: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai