Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MUHAMMAD IVAN FAJRI DAULAY

NIM : 2020701073

KELAS : ILMU KOMUNIKASI 2001D

MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL

TUGAS PERTEMUAN KE-7

(Pengaruh gaya berpakaian dalam dialog interpersonal)

KONDISI IDEAL

Fashion, pakaian, dan busana/ baju telah menjadi sebuah tradisi tersendiri yang diciptakan
oleh setiap individu untuk menunjukan diri mereka agar terlihat lebih percaya diri. Dengan
fashion kita dapat mengkomunikasikan banyak hal tentang pemakainya. pakain yang kita
gunakan akan membuat pernyataan tentang diri kita, bahkan jika kita sangat memperhatikan
gaya berpakaian, orang yang akan bertemu dan berinteraksi dengan kita akan dapat menilai
dari penampilan kita terlebih dahulu. hal ini juga termasuk dalam fungsi komunikasi dan
komunikasi non komunikasi dari pakaian yang kita gunakan, Sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Thomas Carlyle menyatakan bahwa fashion merupakan sebuah
perlambangan jiwa (emblem of souls), fashion ataupun gaya berbusana pada seseorang
mampu menunjukan siapa pemakainya. Sejalan dengan pernyataan Thomas Carlyle
sebelumnya, Umberto Eco (1976) pun mengutarakan bahwa “i speak through my cloth” (aku
berbicara lewat pakaianku). Berbagai pernyataan tersebut menimbulkan asumsi yang kuat,
bahwa fashion atau pakaian yang kita kenakan mampu membuat pernyataan tentang diri kita,

Dengan adanya perkembangan fashion yang setiap tahun berubah, dan mengalami berbagai
perkembangannya, yang tentunya dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti kebudayaan
hingga trend yang kian berkembang dari waktu ke waktu. Meskipun didominasi oleh
berbagai aspek di dalam perkembangannya, seperti trend street fashion yang kerap kali
berkembang di belahan dunia tak terkecuali Indonesia, dan menjadi salah satu aspek yang
mempengaruhi perkembangan fashion, ataupun gaya berpakaian.
Fashion, pakaian, dan busana/ baju telah menjadi fenomena kultural ketika ketiganya
menunjukkan praktik – praktik penandaan. Melalui ketiganya, berproses dengan caranya
sendiri dialami dan dikomunikasikan tatanan sosial. Roach dan Eicher menunjukkan,
misalnya, bahwa fashion dan pakaian secara simbolis mengikat satu komunitas (Roach &
Eicher,1979:18). Hal ini menunjukkan bahwa kesepakatan sosial atas apa yang akan
dikenakan merupakan ikatan sosial itu sendiri, yang pada gilirannya akan memperkuat ikatan
sosial lainnya. Fungsi mempersatukan dari fashion dan pakaian berlangsung untuk
mengkomunikasikan keanggotaan satu kelompok kultural baik kepada orang – orang yang
menjadi anggota kelompok tersebut maupun bukan. Perlindungan, kamuflase, kesopanan, dan
ketidaksopanan, semuanya mengkomunikasikan suatu posisi dalam dalam suatu tatanan sosial
dan kultural, baik pada anggota tatanan itu maupun yang berada di luar tatanan itu.
Tak dapat dipungkiri bahwa pakaian dan fashion mungkin digunakan untuk merefleksikan,
meneguhkan, menyembunyikan, atau membangun suasana hati. Warna cerah dan kontras bisa
saja merefleksikan hati yang gembira, setidaknya di bagian – bagian tertentu. “Jadi,
setidaknya untuk untuk orang – orang yang memakai pakaian dengan garis dan warna yang
kontras bisa mengekspresikan suasana hati yang gembira pada orang lain dan juga
meneguhkan suasana hati yang sama pada pemakainya” (Roach & Eicher,1979:8).

Fashion streetwear merupakan sebuah model atau gaya berpakaian khas fashion jalanan, yang
tumbuh dan berkembang dengan mengadopsi berbagai kebudayaan jalanan di dalamnya.
Fashion streetwear sendiri mulai dikenal semenjak Shawn Stussy dan brand yang
dinaunginya, yaitu Stussy mulai dirintis pada awal tahun 1980 (di Orange County, California,
Amerika Serikat), hal ini menjadi acungan dalam sebuah trend yang berkembang di
masyarakat dalam mempengaruhi fashion, atau gaya berpakaian mereka.

Membahas bagaimana fashion atau gaya berpakaian, dapat membangun dialog interpersonal
seseorang, tak luput dari bagaimana cara seseorang memilih fashion atau gaya berpakaian,
agar dapat membangun interpersonal yang baik, dari kesan pertama atau tujuan lain seperti
kepuasan tersendiri. Seperti dikatakan Tubs dan Moss komunikasi masih penting untuk
dipelajari karena “Kuantitas tidak menjamin kualitas” (Tubbs & Moss, 1996:9).

Komunikasi adalah proses yang berpusat pada pesan dan bersandar pada informasi. Bulaeng
(2002: 21) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah pengolahan pesan-pesan dengan tujuan
menciptakan makna.
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi bukan merupakan bawaan
namun merupakan sesuatu yang harus dipelajari sehingga setiap manusia perlu
mengembangkan kemampuan komunikasi untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Sejalan dengan hal itu dalam Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi (Tubbs
& Moss, 1996:9). Ada beberapa pendapat para ahli komunikasi menjelaskan apa itu
komunikasi interpersonal salah satunya Deddy Mulyana dalam buku “Ilmu Komunikasi:
Suatu pengantar” sebagai berikut: Mulyana (2000:73) menjelaskan komunikasi interpersonal
adalah komunikasi antara orang-orang yang bertatap muka, memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau non verbal. dari
pernyataan diatas dapat menjelaskan bahwa gaya berpakaian juga mempengaruhi komunikasi
secara tak langsung non verbal.

Tak luput dari pembahasan di atas, ada sebuah tren yang baru-baru ini terjadi di Indonesia,
fenomena fashion streetwear, Citayam fashion week Jakarta, hingga beberapa media asing
meliput kegiatan tersebut, seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia, Ramai fenomena
Citayam Fashion Week di Jakarta ternyata terdengar sampai ke luar negeri. Media asing asal
China turut menyoroti fenomena kemunculan Citayam Fashion Week yang memicu pro dan
kontra di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. Media pemerintah China, Xinhua, merilis
laporan yang berjudul "Asia Album: Catwalk on Zebra Crossing in Jakarta" pada akhir pekan
25 juli 2022 lalu.

Komunikasi adalah proses yang berpusat pada pesan dan bersandar pada informasi. Bulaeng
(2002: 21) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah pengolahan pesan-pesan dengan tujuan
menciptakan makna.

Ciri-ciri komunikasi interpersonal ini adalah pihak-pihak yang memberi dan menerima pesan
secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi
interpersonal yang efektif diawali hubungan yang baik. Waltzlawick berpendapat komunikasi
tidak hanya berisi pesan tetapi juga menekankan kepada aspek hubungan yang disebut
dengan metakomunikasi. Umumnya hubungan interpersonal suami istri atau dengan yang
lainnya adalah baik sehingga menjadi modal bagi terbangunnya sebuah komunikasi
interpersonal yang efektif. (Kholil, 2005: 43).
KONDISI YANG SEBENARNYA TERJADI

Penelitian yang telah dilakukan oleh Eka Isabella (2010), Yang membahas tentang, Identitas
Mahasiswa Di Yogyakarta Melalui Cara Berpakaian, secara umum pakaian
merepresentasikan identitas diri dan identitas sosial mahasiswa tersendiri Yang
Menyimpulkan sebagai berikut.
1. Identitas Diri Mahasiswa dalam Berpakaian Terkait dengan Identitas Sosialnya
Mahasiswa mengartikan pakaian terkait ke dalam tiga hal, yaitu kesopanan dan
kepantasan, kenyamanan, dan keunikan.
2. Arti berpakaian menurut laki-laki dan perempuan berbeda. Ternyata jenis kelamin
menentukan perbedaan dalam mengartikan pakaian. laki-laki cenderung
mempertimbangkan kesopanan dan kepantasan, sedangkan perempuan cenderung
mempertimbangkan kenyamanan secara fisik saat berpakaian.

Dan juga ada beberapa artikel yang saya baca mengenai Fenomena yang terjadi di Indonesia
belakangan ini, Fenomena fashion streetwear di salah satu kota di Indonesia.
Dilatarbelakangi oleh fenomena fashion streetwear yang merupakan sebuah mode atau gaya
berpakaian unik fashion jalanan, yang tumbuh dan berkembang dengan mengadopsi berbagai
kebudayaan jalanan didalamnya. Fashion streetwear merupakan sebuah mode ataupun gaya
berpakaian khas fashion jalanan yang menganut berbagai makna, pesan hingga ideologi yang
erat kaitannya dengan berbagai skena maupun budaya jalanan di dalamnya.Serupa dengan
berbagai trend pada kategori fashion kebanyakan, fashion streetwear pada umumnya hadir
dan berkembang di berbagai lini kehidupan masyarakat perkotaan (urban) di berbagai
belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Fashion streetwear, pada awalnya dikenal semenjak
Shawn Stussy dan brand yang dinaunginya, yaitu Stussy mulai dirintis pada awal tahun 1980
di Orange County, California, Amerika Serikat (Hundreds, 2011). Di Indonesia, fashion street
citayam mengundang berbagai kalangan dalam berpenampilan.

Untuk mempelajari diri kita lebih dalam “DeVito menyatakan dalam buku komunikasi
Psikologi Jalaluddin Rakhmat (2005: 15) “The five major purposes of interpersonal
communication are to learn about self, others, and the world; to relate to others and to form
relationship; to influence or control the attitudes and behaviours of others; to play or enjoy
oneself; to help others.” (komunikasi interpersonal adalah komunikasi untuk belajar diri
sendiri, orang lain, bahkan dunia, melalui komunikasi interpersonal kita dapat mengetahui
siapa dan bagaimana orang lain dan dapat mengetahui pendapat orang lain tentang diri kita
sendiri). Pernyataan DeVito bertujuan agar kita semakin mengenal diri kita sendiri, orang lain
serta dapat mengenal lingkungan kita sendiri serta dunia. Suksesnya komunikasi
interpersonal sangat tergantung pada kualitas konsep diri seseorang.

MASALAH YANG TERJADI


Bermula dari kebebasan berpakaian menciptakan berbagai bentuk model dalam berpakain,
hingga menimbulkan rasa percaya diri akan fashion gaya berpakaian mereka, akan tetapi
apakah itu menjadi hambatan sehingga membentuk kelompok-kelompok tertentu dalam
masyarakat.
Bagaimana cara kita memahami dirinya sendiri dalam Self concept atau konsep diri adalah
cara dan sikap seorang individu dalam memandang dirinya sendiri. Pandangan atau perspektif
diri meliputi aspek fisik maupun psikis, seperti mengenal karakteristik individu itu sendiri,
tingkah laku atau perbuatannya, kemampuan dirinya, dan sebagainya. Tak hanya mencakup
kekuatan diri individu itu saja, melainkan kelemahan dan kegagalan yang ada pada dirinya.

Sebagai contoh, apabila individu menganggap bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya, akan terbentuk self concept yang baik atau positif pada
dirinya. Namun, sebaliknya, apabila individu itu menganggap bahwa dirinya tidak mampu
atau dalam artian pesimis sebelum mencoba, akan terbentuk self concept yang negatif pada
dirinya.

Oleh sebab itu, sebagai individu sangat penting untuk mengenali dirinya sebaik mungkin
untuk mengembangkan dirinya menggapai cita-cita dan tujuan hidup di masa depan yang
dibahas pada buku, Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan
Hidup, Karya Amos Neolaka, Prof., Dr., Ir. Diman di dalam buku itu menjelaskan bagaimana
dan cara mengenal diri sendiri dengan baik.

Apakah anak-anak mudah yang ada mengerti akan konsep hidup dirinya atau mungkin
mereka hanya ikut ikutan tren yang terjadi?

Apakah ada faktor tertentu yang mempengaruhinya?

Anda mungkin juga menyukai