Anda di halaman 1dari 16

2.

4 Lingkup Wilayah Studi

2.4.1. Identifikasi Dampak Potensial

Pada kegiatan pelingkungan ini yaitu untuk mengidenditifikasi seluruh dampak lingkungan
hidup yang secara potensial yang akan timbul sebagai akibat atau dampak yang terjadi karena
adanya rencana kegiatan penambangan batu bara di Desa bukit gemuruh, kecamatan way tuba,
kabupaten way kanan, provinsi Lampung. Pada tahapan ini hanya menginventarisasi dampak
potensial yang mungkin akan timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting
tidaknya dampak.dengan demikian tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak
potensial tersebut merupakan dampak penting.

Jika di area tersebut akan dibangun sebuah penambangan ,maka terdapat beberapa dampak
diantaranya ,dampak secarar aspek fisik dan aspek non fisik. Pada dampak aspek fisik sekitar
diantaranya meliputi perubahan iklim,kerusakan tanah, hlangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata
air. Ditinjau dari aspek non fisik yang mengarah pada sosial, yaitu perubahan sosial ekonomi
masyarakat disekitar penambangan batubara seperti pergeseran budaya lokal dan perubahan pola
pikir.

• Aspek Geomorfologi (Bentuk Lahan)

Bentuk lahan yang ditinjau dan dianalisis, ialah lokasi penambangan adalah daerah lahan endapan
mineral. Oleh karena itu lahan endapan mineral tersebut perlu dianalisis yang kaya akan bahan
tambang, namun masih banyak endapan mineral yang belum ditemukan. Selain itu, tanah yang
sebagian besar bergelombang dan dataran tinggi masih perlu dianalisis. Sehingga tanahnya
perbukitan dikarenakan letaknuya yang sangat jauh dari pantai namun belum termasuk daerah
pegunungan.

• Aspek hidrologi Saluran

Aspek hidrologi Saluran adalah aspek yang membahas tentang masalah banjirotomatis bencana
tersebut yang akan terjadi jika tidak ditangani secara baik dana efesien. Karena adanya
penambangan batu bara maka daya serap airnya berkurang.

• Aspek kualitas Udara

Polusi yang akan berdampak akibat adanya penambangan batubara yaitu polusi udara. Namun
setelah adanya penambangan otomatis wilayah tersebut akan lebih berpotensi karena akibat
kendaraan dan alat yang sedang digunakan dalam proses penambangan.

• Aspek Sosial Masyarakat

Ditinjau dari aspek non fisik yang mengarah pada sosial, yaitu perubahan sosial ekonomi
masayarakat disekitar penambangan batu bara seperti pergeseran budaya lokal dan perubahan pola
pikir. Disamping pola hidup masyarakat, tentunya muncul persepsi negatif masyarakat pada tahap
pra-konstruksi karena memungkinkan adanya konflik pembebasan lahan untuk penambangan batu
bara.
2.4.2. Evaluasi Dampak Potensial

Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan


dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar prioritas
dampak penting yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi
ANDAL. Daftar dampak penting potensial ini disusun berdasarkan pertimbangan atas hal-hal yang
dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana kegiatan, instansi yang bertanggung jawab dan
tim studi. Pada tahap ini daftar dampak penting yang dihasilkan belum tertera secara sistematis.

Metoda yang digunakan pada tahap ini yaitu diskusi antar tenaga ahli. Kegiatan identifikasi
dampak penting ini dilakukan oleh pemrakarsa rencana kegiatan (bersama dengan tim konsultan
penyusun AMDAL), dengan mempertimbangkan rencana kegiatan, rona lingkungan awal, hasil
konsultasi, diskusi dengan instansi yang bertanggung jawab serta masyarakat yang berkepentingan,
dan kegiatan sekitar. Berikut adalah evaluasi dampak penting hipotetik :

No. Dampak Sumber Evaluasi Dampak Penting Dampak Penting


Potensial Hipotetik Hipotetik
Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan dan Sosialisasi/Kon- Kondisi saat ini pada lokasi -
Survei sultasi Publik rencana penambangan
Pendahuluan batu bara sebagai
pengembangan dan
pemanfaatan sumber daya.
Berdasarkan hal tersebut
kantor dinas lingkungan
hidup way kanan dan dinas
energi dan sumber daya
mineral provinsi lampung
bersama-sama dengan PT.
Bukit Gemuruh Coal telah
melakukan pengurusan
perizinan yang terkait
dengan kegiatan
penambangan batu bara
Kecamatan Way Tuba
Kabupaten Way Kanan,
baik tingkat nasional,
provinsi, maupun di tingkat
kabupaten. Hasil dari
konsultasi publik,
masyarakat pada umumnya
setuju dengan adanya
rencana penambangan
batu bara. Survei
pendahuluan telah
dilakukan untuk menyusun
studi-studi yang
diperlukan. Selama survey
tersebut, tidak ada
gangguan dari pihak pihak
yang tidak setuju dengan
kegiatan penambangan
batu bara tersebut,
sehingga dampak
perubahan persepsi
masyarakat dari kegiatan
perizinan dan survei
pendahuluan tidak menjadi
dampak penting hipotetik.

No. Dampak Sumber Evaluasi Dampak Penting Dampak Penting


Potensial Hipotetik Hipotetik
Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan dan Sosialisasi/Kon- Kondisi saat ini pada lokasi -
Survei sultasi Publik rencana penambangan
Pendahuluan batu bara sebagai
pengembangan dan
pemanfaatan sumber daya.
Berdasarkan hal tersebut
kantor dinas lingkungan
hidup way kanan dan dinas
energi dan sumber daya
mineral provinsi lampung
bersama-sama dengan PT.
Bukit Gemuruh Coal telah
melakukan pengurusan
perizinan yang terkait
dengan kegiatan
penambangan batu bara
Kecamatan Way Tuba
Kabupaten Way Kanan,
baik tingkat nasional,
provinsi, maupun di tingkat
kabupaten. Hasil dari
konsultasi publik,
masyarakat pada umumnya
setuju dengan adanya
rencana penambangan
batu bara. Survei
pendahuluan telah
dilakukan untuk menyusun
studi-studi yang
diperlukan. Selama survey
tersebut, tidak ada
gangguan dari pihak pihak
yang tidak setuju dengan
kegiatan penambangan
batu bara tersebut,
sehingga dampak
perubahan persepsi
masyarakat dari kegiatan
perizinan dan survei
pendahuluan tidak menjadi
dampak penting hipotetik.

2. Perubahan Pembebasan Lahan yang akan digunakan Perubahan Persepsi


persepsi lahan untuk penambangan batu Masyarakat
masyarakat Penerimaan bara adalah wilayah
tenaga kerja perkebunan warga. Dimana
secara administrasi wilayah
tersebut termasuk dalam
desa Bukit Gemuruh. Untuk
itu PT. Bukit Gemuruh Coal
akan melakukan
pembebasan lahan
terhadap wilayah tersebut.
Diperkirakan jumlah
perkebunan yang kena
pembebasan sekitar 300.
Proses penetapan harga
dan pembayaran dilakukan
berdasarkan hasil appraisal
dari konsultan
pembebasan lahan,
pertimbangan permintaan
warga, NJOP, harga
pasaran dan peraturan
yang berlaku. PT. Bukit
Gemuruh Coal berencana
akan melakukan
pembayaran secara
langsung ganti rugi lahan
sesuai kesepakatan. Jika
pemilik lahan menolak
dibebaskan atau belum ada
kesepakatan, maka PT.
Bukit Gemuruh Coal tidak
akan melakukan
pembebasan lahan secara
paksa. Lokasi perkebunan
terkena dampak
selanjutnya diserahkan
pada masing-masing
pemilik kebun. Pada saat
konsultasi publik terdapat
banyak masukan terkait
dengan pembebasan lahan
ini antara lain :
kesepakatan nilai harga
ganti rugi lahan, waktu
pelaksanaan pembebasan
lahan, dan tidak
melibatkan pihak ketiga
dalam melakukan
pembebasan lahan.
Dampak terhadap persepsi
masyarakat juga
merupakan dampak
penerimaan tenaga kerja.
Sehingga dengan
mempriotaskan tenaga
kerja lokal dan melakukan
sosialisasi dan penerapan
sistem scoring untuk
memberi kesempatan
kepada tenaga kerja lokal.
3. Terjadi konflik Pembabasan Belum adanya kesepakatan -
sosial lahan masyarakat mengenai
Penerimaan prosedur dan tata cara
tenaga kerja pembayaran ganti rugi.
Sehingga terjadi demo dan
protes. Oleh karena itu PT.
Bukit Gemuruh Coal
mengidentifikasi dan
memberikan solusi
terhadap konflik yang akan
terjadi. Dengan demikian
terjadi konflik sosial seperti
pembebasan lahan dan
penerimaan tenaga kerja
tidak menjadi dampak
penting hipotetik karena
PT. Bukit Gemuruh Coal
mengidentifikasi dan
mencari solusi sebelum
hal-hal tersebut berlanjut.
4. Hilangnya Pembebasan Mata pencarian Hilangnya
pendapatan lahan masyarakat yang pendapatan
menempati lahan rencana
penambangan batu bara
merupakan petani. Dengan
adanya pembebasan lahan,
maka akan menghilangkan
pendapatan masyarakat
tersebut. Hilangnya
pendapatan terjadi akibat
perubahan pekerjaan
masyarakat yang terkena
pembebasan lahan,
dampak ini terjadi
sementara sebelum
masyarakat menemukan
sumber pendapatannya
kembali. Dengan demikian
dampak hilangnya
pendapatan akibat
pembebasan lahan
merupakan dampak
penting hipotetik.
5. Gangguan Pembebasan Dampak gangguan -
keamanan lahan ketertiban masyarakat
masyarakat akibat pembebasan lahan
merupakan dampak
turunan dari persepsi
negatif masyarakat dan
hilangnya pendapatan,
namun pada prinsipnya
kedua belah pihak
mempunyai itikad baik
untuk menghindari adanya
gangguan keamanan
masyarakat tersebut, untuk
itu dampak gangguan
keamanan masyarakat
akibat pembebasan lahan
tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
6. Meningkatkan Penerimaan Dengan memberikan -
kesempatan tenaga kerja kesempatan tenaga kerja
kerja lokal yang dapat diserap
dalam operasional
perusahaan Sehingga dapat
memberikan peluang bagi
warga sekitar kegiatan
penambangan tersebut.
Dengan demikian kegiatan
ini tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
7. Meningkatkan Penerimaan Memberikan kesempatan -
pendapatan tenaga kerja kerja kepada masyarakat
masayarakat lokal sehingga dapat
memberikan peningkatan
pendapatan masyarakat
sesuai dengan
pekerjaannya. Dengan
demikian kegiatan ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
8. Penurunan Mobilisasi Pengangkutan material -
kualitas udara peralatan keperluan penambangan
dengan jumlah truk
pengangkut sekitar 200
truk yang berlangsung
selama 321 hari (5
unit/hari). Selain itu akibat
untuk pembuatan jalan
akses juga. Sehingga
sumber dampak adanya
CO, SO2, dan NO2
disebabkan oleh emisi gas
buang kendaraan. Kegiatan
mobilisasi alat diperkirakan
akan menimbulkan debu.
Berdasarkan hasil
pemantauan kualitas debu
saat ini masih memenuhi
baku mutu. Dengan
mempertimbangkan bahwa
pada umumnya pemilik
akan menggunakan
kembali material
melakukan mobilisasi
peralatan dengan hati-hati,
sehingga tingkat timbulnya
debu dapat diminimalisasi
dan dampak ini terlokalisir
di areal perencanaan, maka
dampak ini tidak menjadi
dampak penting hipotetik.
9. Peningkatan Mobilisasi Mobilisasi alat akibat dari -
kebisingan peralatan pembokaran alat secara
manual setelah
mendapatkan penggantian,
sehingga kebisingan yang
ditimbulkan relatif rendah.
Saat ini tingkat kebisingan
di wilayah perencanaan
masih memenuhi baku
mutu yang ditetapkan.
Dengan
mempertimbangkan jarak
dan pekerjaan dilakukan
pada siang hari. Sehingga
dampak ini tidak menjadi
dampak penting hipotetik.
10. Terganggunya Mobilisasi Adanya mobilisasi alat -
transportasi peralatan memperlambat lalu lintas.
darat/lalulintas Walau kondisi lalu lintas
umum tidak menyebabkan macet.
Dengan demikian dampak
ini tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
11. Terganggunya Mobilisasi Kegiatan mobilisasi -
kesehatan peralatan peralatan yang
masyarakat menyebabkan
meningkatnya kadar debu
dan kebisingan. Namun hal
itu tidak signifikan dan
masih memenuhi baku
mutu yang ditetapkan.
Sehingga dampak ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
Tahap Kontruksi
1. Peningkatan Pembersihan Meningkatnya debit air -
debit air lahan limpasan tidak jauh
limpasan melebihi debit limpasan
sesuai kondisi rona
awal.Sehingga hal ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
2. Peningkatan Pembersihan Terjadinya kenaikan laju -
erosi tanah lahan erosi tanah pada saat
Pembangunan pembersihan lahan. Selain
sarana dan itu terbentuk alur dan parit
prasarana di lokasi pembersihan
penunjang lahan. Namun karena
Pembangunan dilakukan secara bertahap
jalan tambang sesuai rencana kegiatan
dan dilakukan pada saat
hari tidak hujan. Begitupun
pada saat pembangunan
sarana dan prasarana
penunjang pembangunan
jalan tambang. Sehingga
dampak ini tidak menjadi
dampak penting hipotetik.
3. Penurunan Pembersihan Untuk air buangan di aout Penurunan Kualitas
kualitas air lahan let settling pond mengacu Air
permukaan Pembangunan pada KepMenLH 51/1995
sarana dan tentang Baku Mutu Limbah
prasarana Cair Industri yaitu TSS =
penunjang maks. 300 mg/l. Untuk
Pembangunan mengendalikan debit
jalan tambang limpasan permukaan dan
erosi sehingga tidak terlalu
meningkatkan kekeruhan
air sungai yang terdapat di
daerah PT. Bukit Gemuruh
Coal. Namun masih perlu
dilakukan pengujian.
Dengan demikian dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
4. Hilangnya flora Pembersihan Akibat pembersihan lahan -
darat lahan hilangnya flora darat.
Namun hal ini karena di
lokasi perencanaan hanya
perkebunan dan bukan
flora yang dilindungin.
Sehingga dampak ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
5. Terjadinya Pembersihan Dengan pembersihan lahan -
migrasi fauna lahan terjadinya migrasi fauna.
darat Namun hal ini karena di
lokasiperencanaan hanya
perkebunan dan bukan
hutan lindung. Maka
faunanya hanya yang biasa
dan tidak yang jenis fauna
langkah. Sehingga dampak
ini tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
6. Terganggunya Pembersihan Penurunan Terganggunya biota
biota air lahan keanekaragaman jenis dan air
Pembangunan kelimpahan biota air akibat
sarana dan pembersihan lahan dan
prasarana pembangunan sarana dan
penunjang prasarana penunjang
Pembangunan pembangunan jalan
jalan tambang tambang. Sehingga perlu
menjaga kestabilan
ekosistem perairan dan
melakukan pengelolaan air
di lokasi penambangan.
Sehingga dampak ini
menjadi dampak penting
hipotetik.
7. Gangguan Pembersihan Muncul gangguan -
kesehatan lahan kesehatan yang dialami
Pembangunan masyarakat. Sehingga
sarana dan untuk meminimalkan hal
prasarana tersebut dengan
penunjang melakukan pengelolaan
Pembangunan berbagai sumber dampak
jalan tambang yang mengakibatkan
terjadinya penyakit yaitu
dengan pengelolaan
kualitas air. Dengan
demikian dampak ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
8. Meningkatnya Pembangunan Dengan memberikan -
kesempatan sarana dan kesempatan tenaga kerja
kerja prasarana lokal yang dapat diserap
penunjang dalam operasional
perusahaan Sehingga dapat
memberikan peluang bagi
warga sekitar kegiatan
penambangan tersebut.
Dengan demikian kegiatan
ini tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
9. Meningkatnya Pembangunan Memberikan kesempatan -
pendapatan sarana dan kerja kepada masyarakat
masyarakat prasarana lokal sehingga dapat
penunjang memberikan peningkatan
pendapatan masyarakat
sesuai dengan
pekerjaannya. Dengan
demikian kegiatan ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
10. Penurunan Pembangunan Pengangkutan material -
kualitas udara jalan tambang keperluan penambangan
dengan jumlah truk
pengangkut sekitar 200
truk yang berlangsung
selama 321 hari (5
unit/hari). Selain itu akibat
untuk pembuatan jalan
akses juga. Sehingga
sumber dampak adanya
CO, SO2, dan NO2
disebabkan oleh emisi gas
buang kendaraan. Kegiatan
pembangunan jalan
tambang diperkirakan akan
menimbulkan debu.
Berdasarkan hasil
pemantauan kualitas debu
saat ini masih memenuhi
baku mutu. Dengan
mempertimbangkan bahwa
pada umumnya pemilik
akan menggunakan
kembali material
melakukan pembangunan
jalan tambang dengan hati-
hati, sehingga tingkat
timbulnya debu dapat
diminimalisasi dan dampak
ini terlokalisir di areal
perencanaan, maka
dampak ini tidak menjadi
dampak penting hipotetik.
Tahap Operasi
1. Penurunan Pembersihan Kualitas udara ambient Penurunan kualitas
kualitas udara lahan tambang yang mengacu pada PP No. udara
Pengumpasan dan 41/1999 yaitu SO2 sebesar
penimbunan 0,9 mg/l, NO2 sebesar 0,4
puncak dan mg/l, CO sebesar 30 mg/l
lapisan batuan dan Debu (TSP) sebesar
penutup 0,23 mg/l. Untuk
mengurangi kadar debu,
emisi gas SO2, NO2, dan CO
di udara ambient agar tidak
melampaui baku mutu
lingkungan yang telah
ditetapkan. Sehingga untuk
menghindari hal tersebut
dilakukan pengoperasian
peralatan sesuai umur
standar dan melakukan
preventive maintenance
terhadap mesin/alat yang
digunakan secara periodik.
Namun hal itu masih perlu
adanya pemantauan.
Dengan demikian dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
2. Meningkatnya Pembersihan Meningkatnya debit air -
debit air lahan tambang limpasan tidak jauh
limpasan melebihi debit limpasan
sesuai kondisi rona awal.
Hal tersebut terjadi akibat
pembersihan lahan
tambang. Sehingga hal ini
tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
3. Pengingkatan Pembersihan Terjadinya kenaikan laju Peningkatan erosi
erosi tanah lahan tambang erosi tanah pada saat tanah
Pengumpasan dan pembersihan lahan. Selain
penimbunan itu terbentuk alur dan parit
puncak dan di lokasi pembersihan
lapisan batuan lahan. Namun karena
penutup dilakukan secara bertahap
sesuai rencana kegiatan
dan dilakukan pada saat
hari tidak hujan. Begitupun
pada saat pembangunan
sarana dan prasarana
penunjang pembangunan
jalan tambang. Namun hal
ini masih perlu
pemantauan. Sehingga
dampak ini menjadi
dampak penting hipotetik.
4. Penurunan Pembersihan Untuk air buangan di aout Penurunan kualitas
kualitas air lahan tambang let settling pond mengacu air
permukaan pada KepMenLH 51/1995
tentang Baku Mutu Limbah
Cair Industri yaitu TSS =
maks. 300 mg/l. Untuk
mengendalikan debit
limpasan permukaan dan
erosi sehingga tidak terlalu
meningkatkan kekeruhan
air sungai yang terdapat di
daerah PT. Bukit Gemuruh
Coal. Namun masih perlu
pemantauan. Dengan
demikian dampak ini
menjadi dampak penting
hipotetik.
5. Hilangnya flora Pembersihan Akibat pembersihan lahan -
darat lahan tambang hilangnya flora darat.
Namun hal ini karena di
lokasi perencanaan hanya
perkebunan dan bukan
flora yang dilindungin.
Sehingga dampak ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
6. Terjadinya Pembersihan Dengan pembersihan lahan -
migrasi fauna lahan tambang terjadinya migrasi fauna.
darat Namun hal ini karena di
lokasiperencanaan hanya
perkebunan dan bukan
hutan lindung. Maka
faunanya hanya yang biasa
dan tidak yang jenis fauna
langkah. Sehingga dampak
ini tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
7. Terganggunya Pembersihan Penurunan Terganggunya biota
biota air lahan tambang keanekaragaman jenis dan air
kelimpahan biota air akibat
pembersihan lahan dan
pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
pembangunan jalan
tambang. Sehingga perlu
menjaga kestabilan
ekosistem perairan dan
melakukan pengelolaan air
di lokasi penambangan.
Sehingga dampak ini
menjadi dampak penting
hipotetik.
8. Terganggunya Pembersihan Pembersihan lahan -
kesehatan lahan tambang tambang yang
masyarakat menyebabkan
meningkatnya kadar debu
dan kebisingan. Namun hal
itu tidak signifikan dan
masih memenuhi baku
mutu yang ditetapkan.
Serta akibat dari lahan
pertambanagn jauh dari
permukiman. Sehingga
dampak ini tidak menjadi
dampak penting hipotetik.
9. Peningkatan Pengumpasan dan Akibat pengumpasan dan Peningkatan
kebisingan penimbunan penimbunan puncak dan kebisingan
puncak dan lapisan batuan penutup
lapisan batuan terjadi peningkatan
penutup kebisingan. Sehingga
mewajibkan karyawan
menggunakan APD lengkap
dan melakukan penanaman
pohon. Serta
pengoperasian alat sesuai
umur standar. Namun hal
itu tentu masih perlu
pemantauan. Dengan
demikian dampak ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
10. Terjadinya Pengumpasan dan Akibat pengumpasan dan -
getaran penimbunan penimbunan puncak dan
puncak dan lapisan batuan penutup
lapisan batuan terjadi getaran. Sehingga
penutup mewajibkan karyawan
menggunakan APD lengkap
dan melakukan penanaman
pohon, pengoperasian alat
sesuai umur standar. Serta
melaksanakan kegiatan
peledakan sesuai SOP dan
memasang papan
pengumuman rencana
peledakan. Dengan
demikian dampak ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
Tahap Pasca Operasi
1. Perubahan Rehabilitasi Laju erosi terkendali sesuai -
erosi dan Keputusan Direktur
sedimentasi Jenderal Reboisasi dan
Rehabilitasi Kementerian
Kehutanan No.
041/Kpts/V/1998 (<15
ton/ha/tahun). Dimana
dilakukan pemantauan di
area rawan erosi seperti di
jalan akses, tapak sumur,
dan PLPTP. Sehingga ini
tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
2. Perubahan laju Rehabilitasi Terkendalinya muatan -
limpasan air sedimen yang masuk ke
permukaan sungai sesuai PP No. 82
Tahun 2001 (<50 mg/L). Hal
itu dengan dikelola dengan
baik. Sehingga ini tidak
menjadi dampak penting
hipotetik.
3. Perubahan Rehabilitasi Terkendalinya kadar TSS di -
kualitas air sungai dekat area
permukaan penambangan yaitu 4
mg/Ldan maksimum <
50mg/L sehingga hal itu
sesuai dengan PP No. 82
Tahun 2001 dan masih
memenuhi baku mutu.
Dengan demikian dampak
ini tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
4. Gangguan Rehabilitasi Dengan rehabilitasi -
terhadap flora sehingga melakukan
dan fauna darat penanaman kembali flora
sehingga mengembalikan
kondisi keberadaan flora
tersebut. Dengan
bertumbuhnya flora maka
fauna akan bermigrasi
kembali ke tempat asal.
Sehingga ini tidak menjadi
dampak penting hipotetik.
5. Gangguan Rehabilitasi Penurunan -
terhadap biota keanekaragaman jenis dan
air kelimpahan biota air akibat
kegiatan penambangan.
Sehingga perlu menjaga
kestabilan ekosistem
perairan dan melakukan
pengelolaan air di lokasi
penambangan yaitu
dengan rehabilitasi.
Sehingga dampak ini
menjadi dampak penting
hipotetik.
6. Berkurangnya Pelepasan tenaga Dengan pelepasan tenaga -
kesempatan kerja kerja tentu menyebabkan
kerja hilangnya pekerjaan akibat
berhentinya kegiatan
penambangan. Sehingga
perlu dibuat strategi baru.
Dengan itu PT. Bukit
Gemuruh Coal melakukan
pemanfaatan tanah galian
menjadi danau, maka itu
dapat menjadi objek
wisata. Sehingga
memberikan peluang bagi
warga sekitar dari kegiatan
penambangan tersebut.
Dengan demikian kegiatan
ini tidak menjadi dampak
penting hipotetik.
7. Perubahan Pelepasan tenaga Berkurangnya pendapatan Perubahan pendapat
pendapatan kerja masyarakat lokal terhadap masyarakat
masyarakat kegiatan pelepasan tenaga
kerja. Namun hal itu terjadi
sebentar karena PT. Bukit
Gemuruh Coal melakukan
pemanfaatan tanah galian
menjadi danau, maka itu
dapat menjadi objek
wisata.. Sehingga hal itu
menjadi pendapatan baru
bagi masyarakat. Akan
tetapi beberapa
masyarakat belum
menerima hal tersebut.
Dengan demikian dampak
ini menjadi dampak
penting hipotetik.
8. Perubahan Pelepasan tenaga PT. Bukit Gemuruh Coal Perubahan persepsi
persepsi kerja melakukan remediasi tanah masyarakat
masyarakat Remediasi akibat dari kegaiatan
penambangan tersebut.
Sehingga hal itu
menyebabkan
berkurangnya persepsi
negatif dari kegiatan
pertambangan batu bara
dan persepsi kegiatan
pelepasan tenaga kerja di
tahap pasca operasi ini.
Namun hal itu dilakukan
secara bertahap. Dengan
demikian dampak ini
menjadi dampak penting
hipotetik.
2.4.3 Hasil Proses Pelingkupan
Berikut hasil pelingkupan dari proses evaluasi dampak potensial :

No. Dampak Penting Hipotetik Sumber


Tahap Pra Kontruksi
1. Perubahan persepsi masyarakat Pembebasan lahan
Penerimaan tenaga kerja
2. Hilangnya pendapatan Pembebasan lahan
Tahap Kontruksi
1. Meningkatnya Kesempatan Kerja Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
2. Penurunan kualitas air Pembersihan lahan
Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
pembangunan jalan tambang
3. Penurunan Kualitas Udara Pembangunan jalan tambang
4. Terganggunya biota air Pembersihan lahan
Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang
pembangunan jalan tambang
Tahap Operasi
1. Penurunan kualitas udara Pembersihan lahan
Pengumpasan dan penimbunan
puncak dan lapisan batuan
penutup
2. Peningkatan erosi tanah Pembersihan lahan
Pengumpasan dan penimbunan
puncak dan lapisan batuan
penutup
3. Penurunan kualitas air permukaan Pembersihan lahan
4. Terganggunya biota air Pembersihan lahan
5. Peningkatan kebisingan Pengumpasan dan penimbunan
puncak dan lapisan batuan
penutup
Tahap Pasca Operasi
1. Perubahan pendapatan masyarakat Pelepasan tenaga kerja
2. Perubahan persepsi masyarakat Pelepasan tenaga kerja
Remediasi
Tabel 3 Hasil Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak
Penting Hipotetik

Anda mungkin juga menyukai